Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor (BPRS AL Salaam Cabang Cinere)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENANGANAN RISIKO KREDIT MACET PADA KENDARAAN

BERMOTOR (BPRS AL SALAAM CABANG CINERE)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)

Disusun Oleh :

MUHAMMAD FACHRYZA

(1110046100219)

PRODI MUAMALAT

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang senantiasa melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya.

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima setiap pandangan dan saran yang terkait dengan skripsi ini dengan hati terbuka.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH. Bapak Abdurrauf, M.A, selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Muamalat.

3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.PD, S.E. atas kesediaannya memberikan

waktu kepada penulis untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

4. Ibu Yuke Rahmawati, MA, Penasehat Akademik yang telah memberikan


(6)

vi

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama bangku kuliah.

6. Bapak Azwar selaku Pimpinan BPRS Al Salaam Cabang Cinere yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan riset.

7. Bapak Zulfikar Zulkarnain dan para staf BPRS Al Salaam Cabang Cinere dalam

memberikan data- data yang berkaitan dengan skripsi ini.

8. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

9. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Royani dan Ibu Mardiyah Orang-orang nomor

satu di hati saya, motivasi terbesar saya. Serta adik-adiku tercinta, Rahmah,

Risqia, dan Alia. Terima kasih atas setiap doa’nya, setiap dukungannya. Berkat

doa dan motivasi mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk orang-orang terdekatku, terima kasih atas dukungan, semangat dan

keceriaannya yang meyakinkan penulis untuk tidak berhenti dan selalu melakukan yang terbaik.

11. Teman-teman terdekatku yang selalu membantu dalam mengerjakan skripsi dan

memotivasi saya. Nurfadillah, Dian Thalia, Fitri, Fajar, Arif, Noval, Syarifah Aliya, Ami, Intan, Eneng, Anis, yang selalu mensuport dalam penulisan skripsi.


(7)

vii

12. Teman-teman yang selalu mendukung secara langsung dan tidak langsung baik

moril maupun materil, teman seperjuangan dikampus, Syam, Riyan, Aziz, Hilman, Ari, Fahmi, Ilham, Yafi, Nisrina, Nurul, dan lain-lain.

13. Teman-teman futsal team Syariah dan Hukum

14. Teman-teman kelas PS E 2010 Fakultas Syariah dan Hukum

15. Teman-teman KKN Tunas

16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir.

Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahan rahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Ciputat, 28 Mei 2015 M


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………iii

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI………...vii

ABSTRAK………...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..9

D. Kerangka Konseptual………...10

E. Sistematika Penulisan………...10

BAB II LANDASAN TEORI A. Review Study Terdahulu………..12

B. Tinjauan Umum Murabahah………..14

C. Konsep Pembiayaan Murabahah……….21

D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis kelayakan Pembiayaan………25

E. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 17/DSN-MUI/IX/2000………..34 BAB III METODE PENELITIAN


(9)

ix

A. Metodologi Penelitian……….38

1. Jenis Penelitian………..38

2. Tempat dan Waktu……….…………39

3. Jenis data………39

4. Teknik Pengumpulan Data……….40

5. Teknik Analisis Data………..40

B. Gambaran Umum Objek Penelitian………...43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan………..56

B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada BPRS Al Salaam……….59

C. Kasus Bermasalah Pembiayaan Murabahah Pada Produk Pembiayaan Kendaraan Sepeda Motor……….62

D. Penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam cabang Cinere………...66

E. PENYEABAB PEMBIAYAAN BERMASALAH…………...68

F. Faktor Ekstern Nasabah………69

G. Gejala Dini Pembiayaan Bermasalah………....70

H. Strategi Collection Langsung………71

I. Proses Penangan Pembiayaan Bermasalah………71


(10)

x

K. Syarat dan Proses Litigasi……….75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...78

B. Saran……….79

DAFTAR PUSTAKA………..81


(11)

xi ABSTRAK

Muhammad Fachryza, 1110046100219, “ Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendaraan Bermotor ( BPRS Al Salaam Cabang Cinere )” Strata 1. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatulah Jakarta 2015.

BPRS Al Salaam merupakan lembaga keuangan syariah yang melandaskan kebersamaan ( solidarity corporate ) yang tetap menjunjung tinggi profesioalisme. Lembaga keuangan syariah ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Salah satu pembiayaan yang terdapat di BPRS Al Salaam yaitu pembiayaan kendaraan bermotor. Prosedur pada pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan pada pembiayaan kendaraan bermotor kasus pembiayaan bermasalah dan penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu data primer yaitu diambil dari wawancara serta data sekunder berupa studi kepustakaan dan dokumen lainnya. Adapun objek yang diteliti adalah prosedur pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan dan penangan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan bermotor di BPRS Al Salaam.

Hasil penelitian ini prosedur pembiayaan kendaraan bermotor nasabah secara lisan atau tulisan mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor kepada BPRS Al Asaalam. Kemudian BPRS menindaklanjuti dan meminta dokumen nasabah yang kemudian dilanjutkan untuk analisis kelayakan. BPRS melakukan analisis kelayakan, dalam hal ini Character, Capacity, Capital, Colleteral, Condition dan Penanganan pembiayaan, Lancar ( monitoring usaha, stock, proyek dll ), Kurang lancar ( surat pembritahuan, teguran, kunjungan ) ( preventif : reschedule, resruktur, rekondisi ), Diragukan ( surat teguran, peringatan, kunjungan ) (reschedule, resruktur, rekondisi ), Macet ( penagihan, offset jaminan, eksekusi, dll)

Kata Kunci : Pembiayaan, analisis kelayakan dan kredit macet


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary), artinya lembaga yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan ke masyarakat yang kekurangan dana. Kegiatan bank menghimpun dana disebut dengan funding, sementara kegiatan dana menyalurkan kemasyarakat oleh bank

disebut dengan financing atau lending (pendanaan atau peminjaman).1

Selain menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan antara pihak surplus dan pihak defisit dana, bank sebagai suatu lembaga keuangan juga berperan menyediakan sebuah fasilitas modal dan memberikan kredit dan jasa

dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran.2 Perkembangan perbankan syariah

pada era reformasi ditandai oleh dengan disetujuinya Undang- undang. No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikandan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri

1

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 41. 2

Ahmad Anwari, Bank Rekan Terpercaya dalam Usaha Anda (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 1.


(13)

secara total menjadi bank syariah.3 Perbankan syariah merupakan bagian dari konsep yang lebih luas didalam ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana dianjurkan oleh para ulama, adalah memberlakukan sistem nilai dan etika Islam

ke dalam lingkunan ekonomi.4 Dengan adanya dasar acuan seperti ini, maka

keuangan dan perbankan syariah bagi kebanyakan umat tidak hanya sebagai sebuah transaksi yang bersifat komersial.

Setelah lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur seraca rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, dan juga menganjurkan adanya dual banking system. Yaitu adanya bank konvensional yang konversi menjadi Bank Umum Syariah, dan juga menganjurkan setiap bank konvensional memliki Unit Usaha Syariah, Hal tersebut memberikan respon yang cukup baik dari masyarakat. Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada tanggal 17 juni 2008, sehingga memperkuat kedudukan bank syariah dalam perbankan nasional.

Selain berfungsi sosial, bank syariah juga mempunyai fungsi yang sama dengan bank konvesional, yaitu sebagai lembaga yang berfungsi menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan dana masyarakat melalui pembiayaan.

3

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok: Gema Insani ,2001), h. 26

4

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h. 12.


(14)

Perluasan lembaga keuangan pembiayaan disambut baik oleh pemerintah, yaitu dengan adanya Kepres No 61 Tahun 1998, dimana dalam Kepres ini didalamnya terdapat landasan operasional yang jelas. Adapun beberapa jenis usaha dalam lebaga pembiayaan diantaranya adalah sewa guna usaha (leasing), modal ventura (venture capital), piutang, (factoring), pembiayaan konsumen

(consumers finance), dan perdagangan surat berharga.5

Dalam perkembangan selanjutnya, landasan hukum perusahan pembiayaan semakin kuat dengan Peraturan Menter Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, yang menjelaskan bahwa: “Perusahan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan”.6

Peraturan Menteri Keuangan inilah yang membuat posisi lembaga pembiayaan memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan dan menguatkan lembaga pembiayaan di Indonesia. Sistem keuangan Islam yang bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Penghapusan sistem bunga ini memiliki dampak makro yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi Indonesia, hal ini

5

Ade Arthesa & Edie Handiaman, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT. Indeks, 2006), h.248.

6


(15)

dapat dilihat dengan banyaknya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip

syariah dalam menjalankan kegiatannya.7

Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap tipe lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi dan berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Lembaga pembiayaan harus memfasilitasi hal tersebut guna menampung seluruh keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber dana yang mereka inginkan. Disamping itu, peran dan kinerja perbankan tidak akan optimal tanpa didukung oleh sistem keuangan yang tangguh (robust financial system). Sistem keuangan yang tangguh harus mampu menghindari dan memecahkan masalah keuangan yang dihadapi, yaitu potensi adanya risiko sistemik ketidak stabilan sistem keuangan (sistemik risk), potensi adanya risiko bank run, resiko kelebihan atau kekurangan likuiditas perbankan, dan risiko terhadap buruknya pelayanan

yang diberikan oleh bank. Dengan alasan itulah, maka diperlukan institusi–

institusi pendukung dalam sistem keuangan, seperti lembaga pembiayaan yang ada saat ini.8

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

7

Ade & Edia, Bank & Lembaga, h. 5 8


(16)

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.9 Secara umum sistem pembiayaan syariah adalah

sama seperti halnya pada pembiayaan konvensional, yaitu perusahaan pembiayaan syariah menyediakan pembiayaan seperti sewa guna usaha, ajak

piutang, pembiayaan konsumen, usaha kredit.10 Pembiayaan syariah dalam

melakukan kegiatan pembiayaan harus berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil dengan akad-akad syariah yang lainnya

seperti Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Salam, Istisna dan Murabahah.11

Lembaga pembiayaan syariah harus mampu bersaing dengan lembaga pembiayaan lainnnya yang masih didominasi oleh pembiayaan konvensional yang telah eksis. Lembaga pembiayaan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif. Menurut peraturan mentri keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank

9

Adiwarman Karim A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 78

10

Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: PT. Indeks, 2006), h. 247

11

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomer. PER 03/BL/2007 tentang kegiatan perusahaan berdasarkan prinsip syariah. Disetujui oleh DSN-MUI melalui surat Nomor B-323/DSNMUI/XI/2007


(17)

yang harus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

Dalam pemberian pembiayaan diperlukan analisa kelayakan pembiayaan oleh bank syariah dengan tujuan agar bank tersebut yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali. Bank harus lebih selektif dan hati-hati dalam menyalurkan dana ke masyarakat, agar bank tidak mengalami kerugian dikemudian hari.

Risiko timbul karna adanya ketidak pastian, yang berarti kondisi itu menyebabkan timbulnya risiko karena mengakibatkan keragu-raguan dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa medatang. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka harus dimanajemen dengan sebaik-baiknya, secara spesifikasi risiko-risiko yang dihadapi akan menyebabkan bervariasinya tingkat keuntungan bank meliputi risiko likuiditas adalah risiko yang berkaitan dengan ketidak mampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat dikatagorikan sebagai risiko likuditas pasar dan risiko likuiditas pendanaan, risiko

pembiayaan murabahah adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak nasbah

(counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Tidak biasa memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya, risiko modal adalah merefleksikan tingkat pengaruh yang dipakai


(18)

oleh bank. Salah satu fungsional modal adalah meliputi para penyimpan dana

terhadap kerugian yang terjadi pada bank.12

Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode atau ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.13

Jika penyaluran dana tersebut mengalami kerugian maka pihak bank dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu. Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan dibulan berikutnya. Pembiayaan ini harus ditangani agar tidak menjadi pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak bank.

Berdasarkan paparan diatas yang telah dibahas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan meneliti permasalahan penyaluran pembiayaan yang dianggap bermasalah, yang tentunya tidak boleh menyimpang dari peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia dan Syariat Islam. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis mengangkat judul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Risiko Kredit Macet pada kendaraan bermotor ”. ( studi pada BPRS Al Salaam Cinere ).

12

Muhammad Firdaus et al, Konsep dan Implementasi Bank Syariah (Jakarta : Renaisan, 2005), cet- 1, h. 15

13


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis memberikan batasan, yaitu dengan cara bagaimana BPRS khusunya BPRS Al Salaam cabang Cinere

memberikan pembiayaan murabahah yang hanya difokuskan pada

pembiayaan kendaraan bermotor.

2. Identifikasi Masalah

a. Apa yang dimaksud Pembiayaan Kendaraan Bermotor?

b. Bagaimana manajemen strategi penghimpunan dana BPRS Al Salaam?

c. Bagaimana manajemen strategi pembiayaan dana BPRS Al Salaam?

d. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam

Cabang Cinere ?

e. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS

Al Salaam Cabang Cinere ?

f. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor

di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?

3. Perumusan Masalah

Masalah peneliti pun dirumuskan dalam beberapa pertayaaan sebagai berikut:

a. Bagaimana prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam

Cabang Cinere ?

b. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS


(20)

c. Bagaimana penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam cabang Cinere ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al

Salaam Cabang Cinere.

b. Mengetahui dan analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di

BPRS Al Salaam Cabang Cinere.

c. Memahami penangan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor

di BPRS Al Salaam cabang Cinere.

2. Manfaat Penelitian

Secara lebih spesifik manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat bagi penulis : hasil penelitian ini di harapkan berguna bagi

kehidupan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah wawasan lebih kepada penulis tentang produk BPRS Al Salaam cabang Cinere khususnya

pada pembiayaan murabahah pada pembiayaan kendaraan bermotor

b. Manfaat bagi BPRS Al Salaam : dapat menjadi solusi bagi pihak BPRS

dalam pembiayaan murabahah yang baik dan tepat guna serta tidak

bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori yang ada juga dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk lebih memajukan pembiayaan tersebut.


(21)

c. Manfaat bagi akademis : dapat menambah pengetahuan tentang

Pembiayaan murabahah dalam aspek perhitungan serta risiko. Dapat

menjadi referensi awal bagi akademis yang akan melanjutkan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, baik dilakukan di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbeda.

D. Kerangka Konseptual

E. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I PENDAHULUAN

yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konsep dan Sistematika Penulisan. BAB II LANDASAN TEORI

Inisiasi, Ientifikasi, & analisa

Persetujuan, Pengikatan, & Pecarian

Pengadministrasian, Pembinaan & Pengawasan


(22)

yang meliputi: Review Studi Terdahulu, Tinjauan Umum Murabahah, Konsep

Pembiayaan Murabahah, Manajemen Risiko dan Analisis Kelayakan

Pembiayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM BPRS AL-SALAM

yang meliputi: Sejarah Singkat dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk dan Jasa.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Meliputi, prosedur pembiayaan kendaraan bermotor, analisis kelayakan pada pembiayaan kendaraan bermotor, kasus pembiayaan bermasalah pada pembiayaan kendaraan bermotor dan penanganan kredit macet pada pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Asaalam.

BAB V PENUTUP


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Review Study Terdahulu

Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali ini, maka perlu disajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitaian yang pernah dilakukan berkaitan dengan materi yang dibahas.

Usman Chalid, 2005, dengan judul “Manajemen pembiayaan murabahah pada bank syariah” (studi kasus Bank Syariah Mandiri cabang Pondok Indah).

Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana manajemen pembiayaan murabahah dilakukan bank syariah mandiri serta menjelaskan perinsip yang

diterapkan bank syariah mandiri dalam manajemen pembiayaan murabahah, dari

penelitian ini dapat diketahui bagaimana manajemen pembiayaan murabahah

dilakukan yaitu sebelum dilakukan penandatanganan pembiayaan murabahah

terlebih dahulu terpenuhi prosedur persyaratan legalitas dan administrasi dari nasabah. Selain itu, manajemen yang diterapkan Bank Syariah Mandiri telah seseuai dengan perinsip Islam, karena kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian

tujuan pembiayaan murabahah selalu berdasarkan konsep dan norma-norma yang

diterapkan oleh Allah SWT. Dan dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut


(24)

dilatar belakangi oleh konsep amal sholeh seperti melakukan perencanaan yang matang, dan terarah untuk menghindari kekeliruan yang dapat merugikan, menggunakan konsep pembagian kerja yang didasarkan ada kemampuan fisik, ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masingmasing karyawan dan memeliahara nilai-nilai kemuliaan manusia.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari yang terlibat dalam objek dilapangan. Sedangkan pengumpulan data yang berkenaan dengan penelitian ini adalah menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Churmah, 2003 dengan judul skripsi “upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam rangka meningkatkan aktifitas perbankan syariah” (studi kasus Bank Muamalat).

Penelitian ini menjelaskan mengenai penyaluran atas dana pembiayaan Bank Muamalat tidak diberikan batasan-batasan mengenai sektor yang akan dibiayai. Bank Muamalat memberikan untuk semua sektor usaha yang sesuai dengan yang telah ditetapkan bank indonesia, yaitu melalui penyaluran yang produktif untuk keperluan yang konsumtif. Selain itu juga menjelaskan faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah yang terjadi di bank muamalat dapat berasal dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Untuk faktor internal yang berasal dari debitur adalah dikarenakan pihak debitur belum memenuhi pengalaman dalam bidang keuangan dan pengelolaan bermasalah. Penyebab lain adalah unsur kesengajaan debitur memberikan data-data yang tidak benar pada saat mengajukan


(25)

permohonan dan pihak bank pun tidak mencermatinya. Sedangkan penyebab eksternal yaitu akibat bencana alam seperti banjir, kebakaran dan kerusuhan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif yang deskriptif.

M. Zaenal Muttaqin (2011) dalam skripsi yang berjudul “strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah sebagai upaya meminimalkan pembiayaan bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang BSD Tanggerang”,

Dalam penelitian ini disebutkan dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan pada BMI cabang BSD Tanggerang telah tersusun cukup baik, hal ini bisa dilihat dari kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap proses pertimbangan pra pemberian pembayaran pembiayaan mudharabah, pelaksanaan pengawasan pasca pemenuhan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan cara kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis kelayakan dan penangan

pembiayaan kendaraan bermotor pada akad murabahah. Dan bagaimana resiko

yang dihadapi oleh pihak Bank Muamalat dalam mengatasinya. B. Tinjauan Umum Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Murabahah didefinisikan oleh para fuquha penjualan biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin


(26)

harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.14 Margin keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi harga asal yang merupakan pendapatan atau keutungan bagi penjual, akad ini

merupakan salah satu bentuk , karena dalam murabahah ditentukan berapa

rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).15

Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan

merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi bisnis).16 Pada

murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Untuk pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih dikenal dengan istilah BBA (Bai’ Bistaman „Ajil). Secara istilah, sebenarnya transaksi yang dilakukan dengan pembayaran tangguh disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut bai; ut-taksid.17 Ketentuan yang harus dipenuhi dalam jual beli murabahah meliputi hal-hal berikut:

a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki/hak

kepemilikan telah berada ditangan penjual. Artinya bahwa keuntungan dan

14

Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.13. 15

A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.

16

Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005) h.118. 17 Zulkifli Sunarto,

Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (jakarta: Zikrul Hakim. 2003), h.39.


(27)

risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.

b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga

pembelian/kulakan) dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli (capital outlay) pada suatu komoditi, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah satu syarat sah murabahah.

c. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal maupun

persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.

d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada

pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual untuk menjaga kepercayaan.

e. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika

tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah (antara pembeli

pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah), karena

murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan

keutungan.18 Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

18 Ah.Lathif Azharuddin,

Fiqh Muamalat (jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005), h.119 s/d 120.


(28)

murabahah, pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah dalam bank syariah:

1) Melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam.

3) Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dengan riba.

5) Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakuakan secara hutang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai dengan harga beli plus ditambah keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukannya secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.19

Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha supermarket atau

perdagangan yang dijalankan dengan prinsip murabahah. Untuk memberikan

gambaran yang jelas tentang cangkupan transaksi murabahah dapat dilihat dalam

gambar berikut:20

Alur Pembiayaan Murabahah

19

Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No. 04/DSNMUI/IV/2000, bagian pertama angka 1 s/d 6.

20


(29)

Murabahah dalam gambar diatas dibagi menjadi dua macam, yaitu murabahah tanpa pesanan, maksudnya disini adalah ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan barang dagangannya.

Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruhi atau terikat langsung

dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan,

maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli

apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. dalam hal ini pihak penjual boleh meminta

pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.21

Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:

21 A.Karim Adiwarman,

Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.

Berdasarkan pesanan Jenis

Tidak mengikat Mengikat

Tunai Tangguh

Murabahah


(30)

a) Murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat terikat, maksudnya apabila barang (produk) sudah dipesan maka nasabah harus membelinya.

b) Murabahah berdasarkan pesanan dan berdasarkan tidak mengikat, maksudnya walaupun nasabah sudah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat,

nasabah dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.22

Sehingga dalam teknik pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai

atau dicicil. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam

harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan

dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus).23

Dalam realisasi dalam perbankan syari’ah pada pembiayaan murabahah nasabah mendapatkan sebuah dispensasi (potongan) apabila nasabah ini

mempercepat pembayaran cicilan dan melunasi piutang murabahah sebelum jatuh

tempo.24 Seperti yang tertera dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan

Tagihan Murabahah, pada bagian pertama poin pertama yaitu LKS boleh

memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada dalam transaksi

(akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilanya dengan

22

Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h.38. 23

A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.

24


(31)

tepat waktu dan / atau nasabah yang mengalami penurunan kemampuan

pembayaran.25

2. Landasan Hukum

“...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ( QS. AL-Baqarah/ 1 : 275 )26

3. Rukun Murabahah

a. Penjual (bai’) b. Pembeli (musytari’) c. Barang/objek (mabi’) d. Harga (tsaman) e. Ijab qabul (sighat).27 f. saksi

4. Syarat Murabahaha.

a. Syarat yang berakad diantaranya:

1) Cakap hukum

25

Indonesia, Fatwa Dewa “yari’ah Nasio al te ta g Poto ga Tagiha Murabahah, No.46/DSN-MUI/II/2005, bagian pertama angka 1.

26

Al- Quran 27 Zulkifli Sutarno,

Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,2003), h.40.


(32)

2) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/ dibawah tekanan.

b. Objek yang diperjual belikan

1) Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang

2) Bermanfaat

3) Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan

4) Merupakan hak milik penuh yang berakad

5) Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual dan yang

diterima pembeli

c. Akad sighat

1) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad.

2) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi

barang maupun harga yang disepakati.

3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan

transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang.

4) Tidak membatasi jangka waktu.

C. Konsep Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian pembiayaan murabahah

Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan

syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim

digunakan oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang serharga barang tersebut ditambah


(33)

keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan tersebut dapat

dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga

pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.28

Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang disepakati oleh

penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty

contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of profit-nya (Keuntungan yang ingin diperoleh).29

Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”,

karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli

tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya tersebut.30

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka pembelian pada nasabah).

28

Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, hlm. 19-50: al-Kurtubi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, hlm. 211.

29

A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004), h. 113.

30


(34)

Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesanan. Contoh si Fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli, dan dipasang pada mobil pesanannya oleh dealer mobil.

Tranksaksi murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam,

antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam Syafi’i dan Imam Ja’far Al-Shiddiq.

Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta

pembayaran Hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul. Hal

ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan di mobil

pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, Hamish ghadiya ini

dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah hamish

ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya.

Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.31

2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah

31 A.Karim Adiwarman,

Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.115.


(35)

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah memiliki

beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi. Bai’al

-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya

adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual

dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’almurabahah juga

sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di

bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain

sebagai berikut :

a. gagalatau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b. pergerakan harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah

karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungin dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka


(36)

bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk

menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.32

Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat

digambarkan dalam skema berikut ini

Akad jual beli

Bayar

Beli barang kirim

D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan

1. Manajemen risiko

Manajamen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan

risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Hal ini terkait dengan definisi umum risiko, yaitu pada setiap usaha/kegiatan selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas

keputusan apapun yang telah diambil.33

32

Muha ad “yafi’i A to io, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok,Gema Insani ,2001) ,h.107

33 Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D.

Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h. 64

Nasabah Negosisi dan

persyratan Bank


(37)

Manajemen risiko dikatakan pula sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisis risiko atau bentuk observasi lain) dalam rangka meminimalisi konsekuensi buruk yang mungkin muncul.” Dalam hal ini risiko dijabarkan dalam bentuk rencana atau prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) atau identifikasi dan analisis,

penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko. Manajemen

risiko merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk

mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank, meliputi produk barang dan jasa perbankan,

baik pada bank konvesional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.34

2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko

Manajemen didalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer dimana pun mereka berada, baik dalam organisasi

bisnis, pelayanan publik maupun organisasi sosial kemasyarakatan. 35

34

Ibid h.65 35 Zainul Arifin,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h. 12


(38)

Fungsi dari manajemen risiko terbagi menjadi 4 yaitu :36

a. Menetapkan arah dan risiko keinginan dengan mengkaji ulang secara

berkala dan menyetujui batas risiko yang mengikuti perubahan strategi

perusahaan.

b. Menetapkan batas umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan

non-kredit, manajemen kekayaan, perdagangandan kegiatan lain.

c. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk

memastikan adanya integrasi pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.

d. Menetapkan metodologi untuk mengelola risiko dengan menggunakan

sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem komputerisasi segingga dapat diukur dan dipantau sumber risiko utama terhadap organisasi bank. Tentang Fungsi-fungsi manajemen tidak hanya sesuai dengan yang disebutkan diatas unsur-unsur dari manajemen dilengkapi dengan perencanaan yang baik harus dilakukan dengan

kegiatan yang meliputi:37

1) Forecasting (peramalan) adalah suatu peramalan usaha yang

sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan

36

Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.83

37 Zainul Arifin,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,2006), h.97


(39)

yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah memberi informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2) Objective (tujuan) adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh

seseorang atau badan usaha. Untuk mencapai tujuan dia bersedia memberi pengorbanan atau usaha yang wajar agar nilai-nilai itu terjangkau.

3) Policies (kebijakan) dapat berarti rencana kegiatan (plan of action) atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok (guiding principles) yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang-ulang.

4) Programmes (program) adalah sederetan kegiatan yang digambarkan

untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan rencanan kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan sercara bertahap, dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi (closely integrated).

5) Schedules (jadwal) adalah pembagian program yang harus

diselesaikan menurut urut-urutan waktu tertentu. Dalam keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi program dan tujuan tidak berubah.


(40)

6) Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya dengan program adalah: program menyatakan apa yang harus dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya. g. Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh pendapatan yang diharapkan diperoleh dimasa yang akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam waktu, uang, material dan unitunit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil yang diharapkan.

3. Proses manajemen pada risiko kredit dan analisis kelayakan pembiayaan

murabahah

Pengertian dari risiko kredit dalah risiko dimana nasabah atau debitur

atau counterpart tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya sesuai

kontrak atau kesepakatan yang telah dilakukan. Definisi ini dapat diperluas

yaitu bahwa risiko kredit adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas

kredit semakin menurun. Memang penurunan kualitas kredit dimaksud belum tentu berimplikasi pada terjadinya kegagalan, namun paling tidak kemungkinan terjadinya kegagalan akan semakin besar. Hal-hal yang

termasuk dalam Risiko kredit adalah :38

38 Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29


(41)

a. Lending Risk (risiko kredit), yaitu risiko akibat nasabah / debitur tidak mampu melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik berupa

fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun non

cash loan)

b. Counterparty Risk, (rekanan risiko) risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan maupun pada saat tanggal kesepakatan.

c. Issuer Risk, (penerbit risiko) risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi kepada bank sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.

Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P. Kedua prinsip ini 5C dan 7P memiliki persamaan, yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P lebih terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C

dapat dijelaskan sebagai berikut:39

a. Character (karakter), adalah sifat watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar

39 Ahza Anwari / Tuesday, 11 May 2010 12:29


(42)

terpecaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya.

b. Capacity (kapasitas), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kreditnya yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba.

c. Capital (modal), untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

d. Colleteral (jaminan), merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

e. Condition (keadaan), dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang seseuai sektor masing-masing. Sementara itu penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut :40

1) Personality (kepribadian), yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

2) Party (kelompok), yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klafikasi tertentu atau golongan-golongan berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3) Perpose (tujuan), yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

40


(43)

4) Prospect (harapan), yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak.

5) Payment (pembayaran), yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperoleh.

6) Profitability (keuntungan), untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

7) Protection (perlndungan), tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, tetapi melalui suatu perlindungan. Analisis 5C dan 7P harus disempurnakan dengan 1S yaitu Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah dan sesuai dengan fatwa

DSN.41

Seperti halnya bank konvesional, bank Islam juga menghadapi risiko pembiayaan yang menyalurkan dananya kemasyarakat. Risiko pembiayaan

atau sering disebut pula risiko gagal merupakan suatu risiko akibat kegagalan

atau ketidak mampuan nasabah (pengusaha) mengembalikan

pinjaman/pembiayaan yang diterima dari bank sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan

41 Hafsah freya/ Friday, diakses pada 18 Jan 2013 08:40 dari http://freyacatatanku. blogspot.com/2013/01/pembiayaan-dalam-perbankansyariah-i_18.html


(44)

tersebut merupakan gagal. Untuk mengantisipasi risiko pembiayaan aktivitas manajemen risiko yang telah ditetapkan untuk bank Islam pada produk murabahah dijelaskan sebagai berikut:42

Bank membeli barang atau komoditi khusus, kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga pokok ditambah dengan margin yang telah

disepakati bersama. Khusus untuk transaksi murabahah dengan pesanan yang

sifatnya mengikat, risiko yang dihadapi bank Islam hamper sama dengan

risiko dengan bank konvesional. Sedangkan dalam transaksi murabahah tanpa

pesanan atau dengan pesanan yang sifatnya tidak mengikat nasabah untuk membeli, menyebabkan bank menghadapi dua risiko. Pertama, tidak ada jaminan bagi bank islam seandainya pembeli membatalkan transaksi. Kedua, bank Islam akan mengalami risiko kerugian, dikarenakan menurunnya nilai

barang tersebut akibat cacat atau rusak selama masa penyimpanan.43

4. Identifikasi risiko dan antisipasinya

Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank

42

Prof. Dr. H. Veithzal Rifai,S.E., M.M., M.B.A. dan Rifki Ismail, S.E., M.Ec. , Ph. D., Islamic Risk Management For Islamic Bank ( Jakarta, Gramedia pustaka utama, 2013), h.240

43


(45)

yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, keunikan bank

Islam terletak pada enam hal:44

a. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini

setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi devisa.

b. Proses manajemen. Keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat

pada sistem dan prosedur operasional akuntansi dan chart of account

(CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional pengembangan produk.

E. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 17/DSN-MUI/IX/2000

Ketentuan umum fatwa DSN No : 17/DSN/IX/2000 Ta’zir

Pertama :

1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS

kepada nasabah yangmampu membayar, tetapi menunda-nunda

pembayaran dengan disengaja

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur

tidak boleh dikenakan sanksi.

44 A.Karim Adiwarman,

Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007), h.256-257


(46)

3. Nasabah yang mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah bersikap disiplin terhadap pembayaran.

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas

dasar kesepakatan dan pada saat akad ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari denda diperuntukan untuk dana sosial.

Kedua :

Jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelahtidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga :

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ketentuan umum fatwa DSN No : 43/DSN-MUI/VIII/2004: Ta’widh

Pertama :

1. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pad pihak lain.


(47)

2. Kerugian yang dapat dikenakan ta’widh sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.

3. Kerugian riil yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang

seharusnya dibayarkan.

4. Besar ganti rugi (ta’widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil yang pasti dialami dalam transaksi tersebut dengan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi karena adanya peluang yang hilang.

5. Ganti rugi (ta’widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istisna, serta murabahah dan ijarah.

6. Dalam akad mudharabah dan musyarakah, gati rugi hanya boleh

dikenakan oleh shibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan.

Kedua :

1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai hak

(pendapatan) bagi pihak yang menerimanya.

2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata

cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.

3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.

4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.


(48)

Jika salah satu pihak tidak menemukan kewajiban atau terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaanya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah. Keempat :

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung dilapangan.45 Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata lisan maupun

tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.46

Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang-orang

yang berkompeten dibidangnya.47

Melalui penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan yaitu deskriptif. Data deskriptif mengandaikan bahwa data tersebut berupa teks. Bahwa deskriptif-kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau

45

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 82.

46

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 166.

47

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h. 3.


(50)

objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan ungkapan berupa bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang tepat dan sistematis.48

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah dan

Penanganan Risiko Kredit Macet Pada Kendraan Bermotor. Kanor Pusat : Jl.

Cinere Raya Blok A No. 42 Cinere – Depok. Yang dilkukan penelitian pada

bulan Maret 2015.

3. Jenis Data

a. Data primer

Data primer merupakan sebuah informasi dan data yang diperoleh penulis secara langsung dari tempat penelitian atau objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan hasil dari wawancara dengan pimpinan BPRS Al Salaam cabang Cinere.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh penulis dengan cara membaca, melihat atau mendengarkannya. Dalam penelitian ini, penulis akan memperoleh data

48

Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2011), h. 43.


(51)

berupa laporan keuangan serta informasi-informasi dari internet maupun jurnal.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Melakukan wawancara dengan narasumber, sehingga penulis mendapat informasi langsung mengenai manajemen operasional yang diterapkan pada bisnis syariah tersebut.

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan.49 Hasil wawancara digunakan penulis

sebagai sumber data dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan yang bersifat deskriptif yaitu metode untuk

memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data,

mengklarifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan

49

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 118.


(52)

dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnya dikemukakan

oleh rumusan masalah.50

Setelah keabsahan data telah terpenuhi, selanjutnya melakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan cara:

Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Hiberman

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data mentah dari hasil penelitian, seperti hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dimulai dengan menyatukan semua bentuk data mentah kedalam bentuk transkip atau bahasa tertulis.51

50

Artikel, “Deskriptif Kualitatif”, diakses pada 14 Mei 2014 dari

http://aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id/2012/02/29/deskriptif-kualitatif/ 51

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 349.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Kesimpulan Atau Verifikasi Reduksi


(53)

b.Reduksi Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, serta bahan-bahan data lain yang ditemukan dilapangan, kemudian dikumpulkan dan diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan ringkasan untuk menyesuaikan hasil penelitian.

c. Penyajian Data (Display Data)

Data yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian disajikan dalam bentukk deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan data.

d. Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari analisis data di mana kesimpulan yang akan diperoleh berasal dari hasil wawancara. Hasil penelitian yang sudah terkumpul dan diringkas harus diulang kembali

untuk mencocokan dari reduksi data dan display data, agar kesimpulan

yang telah dikaji dan disepakati untuk ditulis sebagai laporan yang

memiliki tingkat kepercayaan yang benar.52

52


(54)

B. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam53.

PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al Salaam, didirikan pada tangga l9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salaam

Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman.

Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang

53

Sejarah BPRS Al-Salam”, artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2015 dari

http://www.bprsalsalaam.co.id/?fuseaction=home.general&section=profil&subsection=sejarah_bprs_al salaam


(55)

tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.

Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Pebruari 1992 berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C2-7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92 serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13 tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI No.70 tanggal 1 September 2000.

Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp.

69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun

2003, modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004.

Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk menjadikan BPR Al Salaam sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat


(56)

ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman alhamdulillah sudah dapat kami wujudkan dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal 3 Juli 2006.

2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan BPRS Al Salaam54

a. Visi BPRS Al Salaam: “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Terbaik di Indonesia”

b. Misi BPRS Al Salaam: “Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder”.

c. Motto BPRS Al Salaam: “Maju Dalam Kebersamaan”

d. Tujuan BPRS Al Salaam:

1) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada

nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal

kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam hal

berinvestasi.

2) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan.

3) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.

54 Visi da Misi BPRS Al-“ala , artikel diakses pada ta ggal Februari 5 dari


(57)

PT. BPRS AL SALAAM AMAL SALMAN SATUAN PENGAWAS INTERN REALISASI PEMBIAYAAN APRIL 2015

Sum of PLAFON Column Labels Row Labels 001

KTR

PAS 242,330,939

PSKKB 442,250,429

PSKM 445,228,607

PSM PSPP

Grand Total 1,129,809,975 3. Aset BPRS Al Salaam

BPRS Al Salaam mempunyai nasabah kurang lebih 7.682 orang nasabah yang tersebar dia 7 kantor cabang. Per Juni Tahun 2010 Al Salaam mempunyai total Asset sebesar 172,342,354 milyar, dengan total pembiayaan

murabahah sebesar 135,188,038 milyar dan total pembiayaan

musyarakah/mudharabah sebesar 1,431,161 milyar. Al Salaam juga berupaya untuk memperbaiki performance pembiayaan bermasalah selama tahun 2008 tetap dilakukan. Hal ini tercermin dari menurunnya rasio NPF dari 4,8% menjadi 3,23%.37

4. Struktur Organisasi

Dewan Komisaris : Mulya Soepardi

B. Munir Sjamsoeddin

Direksi : Ichwanda Munir Syamsoeddin


(58)

Dewan Pengawas Syariah : Mohammad Yahya Mohammad Akmasj

Sumber: http://www.bprsalsalaam.com/


(59)

a) Tabungan iB Amanah

Merupakan tabungan mudharabah yang memiliki bagi hasil yang cukup tinggi dibandingkan dengan tabungan pada umumnya. Tabungan ini diberi nama Amanah karena BPRS Al Salaam yang beroperasi menggunakan system syariah

Berbagai keunggulan fitur tabungan iB Amanah antara lain:

1) Minimal setoran awal Rp. 100.000,-, setoran selanjutnya Rp. 50.000,-.

2) Bebas biaya administrasi.

3) Nisbah bagi hasil 25 (nasabah) : 75 (bank).

4) Bagi hasil setara 5,07% p.a. (Equivalen Rate Juni 2014)

5) Bebas tarik dana kapan saja. Biaya penutupan rekening Rp. 50.000,-.

6) Hadiah/insentif senilai Rp. 100.000,- (diberikan di bulan ke-12) untuk

nasabah dengan saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp. 10.000.000,- (hadiah diberikan di akhir).

7) Hadiah undian menarik per kelompok (syarat pengundian perkelompok

minimal 20 nasabah dengan nominal kumulatif sudah mencapai minimal Rp. 20 Juta).

8) Hadiah undian promosi untuk nasabah yang membuka tabungan baru di

periode Agustus 2014 s.d. Desember 2014. Dengan nominal Rp. 100.000,- berhak mendapat satu kupon undian, berlaku kelipatan.

9) Layanan Pick-Up Service bagi nasabah individu yang akan melakukan


(60)

untuk uang melalui mekanisme transfer). Untuk penempatan tabungan iB Amanah terdapat layanan trasaksi di tempat kelompok/grup nasabah

dengan syarat nominal penempatan gabungan seluruh anggota

kelompok/grup minimal Rp. 25.000.000,- (Pick Up dilakukan secara regular sesuai jadwal).

b) Tabernas Platinum atau Tabungan Berencana Al Salaam

Platinum merupakan tabungan mudharabah berjangka yang dikhususkan bagi Anda yang memiliki rencana-rencana atau tujuan-tujuan tertentu, seperti ibadah umroh/haji, pernikahan, biaya pendidikan, travelling, dan rencana-rencana lainnya. Tabungan ini diharapkan dapat membantu para nasabah dalam mewujudkan impiannya bersama keluarga secara teratur dan terarah. Tabernas Platinum semakin menarik dan menguntungkan karena dilengkapi dengan fitur-fitur, sebagai berikut:

1) Setoran awal minimal Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah). Setoran selanjutnya minimal Rp. 200.000,-.

2) Bebas biaya administrasi.

3) Nisbah bagi hasil menarik, yaitu 35 (nasabah):65 (bank)

4) Bagi hasil tinggi setara dengan 7,08% p.a. (Equivalen Rate bulan Juni

2014)

5) Dapat ditarik sesuai jatuh tempo tanpa biaya penalty. Bagi nasabah

yang menarik sebelum tanggal jatuh tempo, maka tidak ada pembayaran bagi hasil.


(61)

6) Bebas biaya penutupan rekening untuk nasabah yang tidak menarik dananya minimal selama 12 bulan. (Biaya penutupan sebelum tanggal jatuh tempo dikenakan biaya Rp. 50.000,-).

7) Jangka waktu 12 bulan sampai dengan 120 bulan.

8) Hadiah/insentif senilai Rp. 500.000,- bagi nasabah yang memiliki

saldo rata-rata perbulan selama 12 bulan >= Rp. 25.000.000,- (hadiah diberikan di akhir).

9) Bagi nasabah yang membuka tabungan baru di periode Agustus s.d.

Desember 2014 berhak mendapatkan 1 kupon undian dan berlaku kelipatan.

10)Layanan Pick-Up Service untuk nasabah individu dengan nominal

penempatan minimal sebesar Rp. 50.000.000,- (layanan sebatas dokumen, sedangkan untuk uang melalui mekanisme transfer).

11)Layanan Pick-Up Service dan transaksi di tempat untuk nasabah

kelompok/grup yang memiliki nilai nominal penempatan minimal Rp. 25.000.000,- (total penempatan dari seluruh anggota).

c) Tabungan Wadiah al salaam

Merupakan simpanan dana pihak ketiga di BPRS Al Salaam. Setoran awal minimal Rp 10.000,- dan dapat diambil setiap saat (pada jam kas).

d) Deposito Syariah Rakyat (DSR) Maxima

Merupakan produk deposito mudharabah BPRS Al Salaam yang memiliki keunggulan imbal bagi hasil tinggi dan bebas biaya penalty.


(62)

Produk ini merupakan pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin berinvestasi di sektor syariah yang jelas menguntungkan dan bebas dari unsur riba. DSR Maxima dapat Anda miliki dengan penempatan minimal sebesar Rp. 2,5 juta rupiah saja. Beberapa fitur menarik DSR Maxima dapat Anda simak di bawah ini:

1) Minimal setoran awal Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu

rupiah).

2) Bebas biaya administrasi.

3) Nisbah bagi hasil 40 (nasabah) : 60 (bank)

4) Bagi hasil menguntungkan setara dengan 8,84% (Eq. Rate Agustus

2014).

5) Deposito DSR Maxima dengan nominal mulai dari >= Rp. 20 juta,

bagi hasil dapat ditransfer ke rekening tabungan di Bank lain atas nama nasabah.

6) Dapat ditarik sesuai jatuh tempo. Tidak ada pembayaran bagi hasil

berjalan apabila dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo (mengikuti tanggal valuta penempatan deposito).

7) Bebas biaya penutupan rekening.

8) Jangka waktu 3, 6, atau 12 bulan.

9) Pick-Up Service atau layanan transaksi ditempat nasabah dengan


(63)

hanya sebatas dokumen, adapun untuk transaksi uang dilakukan melalui mekanisme transfer).

e) Pembiayaan Al Salaam Syariah (disingkat "PAS')

Pembiayaan Al Salaam Syariah (disingkat "PAS ') adalah produk BPRS Al Salaam dalam hal penyaluran dana kepada masyarakat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan nasabah kecuali yang melanggar hukum, adat, budaya dan syariah. Plafond Pembiayaan adalah Plafond pembiayaan yang diberikan minimal sebesar Rp. 15 juta (lima belas juta rupiah) dan setinggi- tingginya sebesarRp. 150 juta (seratus lima puluh juta rupiah).Tingkat lmbalan Tingkat imbalan dalam bentuk efektif per tahun yang ditentukan dalam Memorandum Direksi. Apabila ada calon nasabah atau nasabah lama yang dianggap pembiayaannya beresiko kecil dan baik atau untuk tujuan penetrasi pasar/segmen pasar, maka spesial margin dapat diusulkan oleh cabang dan disetujui oleh Direktur Bisnis. Direktur Bisnis harus memperhatikan bahwa berapapun spesial margin yang diberikan, pada saat lunas dan lancar nasabah tetap akan mendapatkan IPTW. Pemberian IPTW mengikuti ketentuan yang berlaku.

Jangka Waktu Pembiayaan :

Jangka waktu pembiayaan maksimal 60 (enam puluh) bulan.Akad :

1) Jenis Akad yang digunakan adalah Murabahah dengan wakalah atau

langsung dibayarkan kepada pemilik/supplier untuk pembelian barang (aset berwujud);


(64)

2) ljaroh Multijasa dengan wakalah atau langsung dibayarkan kepada pihak lain untuk kebutuhan jasa (aset yang tak berwujud).

Nasabah :

1) Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PAS adalah

nasabah yang memiliki usaha sendiri (pengusaha) ataupun karyawan;

2) PAS dapat juga diberikan kepada nasabah yang masih mempunyai

pembiayaan produk lain di BPRS Al Salaam, dengan tetap memperhatikan analisa kelayakan pemberian pembiayaan dan kemampuan membayar nasabah.

Persyaratan:

1) Permohonan pembiayaan tertulis;

2) Memiliki kemauan (niat) dan sumber pengembalian yang layak untuk

melunasi seluruh hutangnya;

3) Memberikan jaminan yang bankable, berupa tanah dan atau kendaraan

bermotor;

4) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank;

5) Memenuhi syarat sah akad dan perikatan

f) Pembiayaan Kepemilikan Sepeda Motor (PKSM).

Pengertian :

PKSM adalah pembiayaan kepemilikan sepeda motor dengan skema murabahah tanpa wakalah yang diberihan kepada nasabah PT. BPRS Al Salaam Amal Salman.


(65)

Tujuan :

Tujuan PKSM adalah melayani masyarakat yang membutuhkan sepeda motor namun tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli secara tunai.

Nasabah :

Nasabah yang dapat diajukan untuk mendapatkan fasilitas PKSM adalah nasabah umum atau nasabah kelompok yang memiliki sumber pengembalian pembiayaan (resource payment).

Persetujuan Prinsip :

A/O sebagai petugas Bank dapat memberikan persetujuan prinsip apabila Nasabah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) menyerahkan fotokopi KTP nasabah;

2) menyerahkan :

a) fotokopi Kartu Keluarga/Surat Nikah dan fotokopi KTP suami/istri

nasabah (jika nasabah telah menikah); atau

b) fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Pernyataan Balum Menikah

(jika nasabah belum menikah); atau

c) fotokopi Kartu Keluarga, Akta Cerai dan Surat Pernyataan Status

Duda/Janda (ika nasabah telah bercerai dan belum menikah lagi);

3) menyerahkan fotokopi bukti kepemilikan rumah (sertifikat

tanah/girik/AJB/SPPT PBB) dan aslinya diperlihatkan kepada Petugas Bank (selanjutnya fotokopi bukti kepemilikan rumah dilegalisir oleh Petugas Bank)


(66)

4) menyerahkan fotokopi KTP atas nama di BPKB dan STNK fiika nasabah menghendaki sepeda motor atas nama pihak lain selain nasabah)

5) Nasabah setuju dengan harga, besar angsuran, besar uang muka dan

premi asuransi


(67)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Hasil dan Pembahasan

Prosedur pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam Cabang Cinere BPRS Al-Salaam memerlukan strategi dan kebijakan untuk dapat memenuhi target tersebut dengan menerapkan kebijakan dalam analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan dilakukan oleh divisi khusus pembiayaan kendaraan bermotor .

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Azwar selaku direktur bisnis dan zulfikar zulkarnain selaku Customer service Admin Apprasial, maka penulis dapat mengemukakan bahwa prosedur pembiayaan dilakukan secara

bertahap yaitu sebagai berikut:55

1. Tahap permohonan pembiayaan

Pada tahap ini calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kendaraan bermotor secara tertulis kepada pihak BPRS Al-Salaam . Permohonan fasilitas pembiayaan dapat mencakup penambahan fasilitas yaitu nasabah mengajukan pembiayaan kendaraan bermotor tambahan dengan ketentuan nasabah pada pembiayaan pertama telah berjalan setelah 6

55

Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku Kepala Difisi bisnis dan Produk-Modal Krja dan Insvestasii, Jakarta, 20 Maret 2015.


(68)

bulan pertama dan pada angsuran ke 7 dengan kondisi lancar persyaratannya jaminan untuk pencairan dan memeriksa kelengkapan data.

Calon nasabah datang ke kantor kemudian dibantu oleh Customer

Service/Sales Officer mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan pembiayaan yang sudah disediakan pihak bank. Bilamana nasabah tidak dapat datang ke kantor maka pihak SO (Sales Officer) yaitu staf marketing akan mendatangi nasabah dan memberikan formulir pembiayaan untuk diisi lengkap.

Calon nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan pembiayaan. Persyaratan umumnya terdiri dari:56

Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

a) Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia ≥18 tahun.

b) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau

investasi/konsumsi.

c) Memiliki usaha tetap/pekerjaan tetap.

d) Jaminan atas nama milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak

kandung/penjamin.

e) Biaya administrasi mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.

Adapun persyaratan dokumen yaitu:

56

Wawancara Pribadi dengan Azwar selaku kepala difisi bisnis & produk-modal & investasi, Jakarta, 23 Maret 2015.


(69)

f) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan 1 lembar.

g) Fotokopi akta nikah/surat nikah 1 lembar.

h) Fotokopi Kartu Keluarga 1 lembar.

i) Slip gaji.

Setelah permohonan diterima lisan maupun tulisan, pihak bank mulai bekerja melalui investigasi awal dengan mencari informasi mengenai diri

calon nasabah melalui BI Checking dan ke berbagai sumber. Apabila

hasilnya menunjukkan sinyal positif maka dilanjutkan ke tahap berikutnya.

2. Tahap analisis pembiayaan

Pada tahap ini reviewer akan memeriksa kelengkapan berkas calon nasabah seperti slip gaji, rencana pembelian, dan kelengkapan berkas

lainnya. Apabila berkas kurang lengkap maka reviewer akan

mengembalikannya kepada marketing.57

3. Admin (Order pengikatan notaris dari pembuatan akad pembiayaan).

4. Droping Pembiayaan (Bank Officer melakukan input data otorisasi

Supervisor)

5. Setelah di cairkan dana bisa diambil cash atau transfer ke bank lain.

57


(70)

Alur Prosedur Pembiayaan

B. Analisis Kelayakan Pembiayaan kendaraan bermotor Pada BPRS Al-Salaam

Dalam pemberian pembiayaan kendaraan bermotor banyak hal yang perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga analisis pembiayaan menjadi tepat guna. Hal ini diperuntukkan agar tidak membebani nasabah dan meminimalkan risiko pembiayaan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu aspek character,

capacity,ncapital, condition dan collateral. 1. Character (karakter)

NASABAH

CS/ AO/ AO

REVIEWER

ADMIN AKAD

PEMBIAYAAN BACK OFFICE

REKENING NASABAH

APPRAISAL/ PENILAI JAMINAN permohonan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

93 HASIL WAWAN CARA PADA PIHAK BPRS AL SALAAM CABANG CINERE

Narasumber : Bapak Azwar selaku kepala difisi bisnis & produk-modal & investasi.

Waktu : 23 Maret 2015

Tempat : BPRS Al Salaam cabang cinere

7. Kapan BPRS Al Salaam berdiri ? l9 Oktober 1991.

8. Visi dan Misi BPRS Al Salaam ?

Visi BPRS Al Salaam: “Menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Terbaik di Indonesia”

Misi BPRS Al Salaam: “Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder”.

9. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan di BPRS Al Salaam ?


(6)

Prosedur yang dilakukan calon nasabah untuk mengajukan pembiayaan dengan cara mendatangi BPRS Al Salaam dan memberikan biodata diri nasabah untuk dilakukan analisis dari pihak BPRS layak atau tidak diberikan pembiayaan.

10.Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan kendaraan bermotor di BPRS Al Salaam ?

Dengan cara mendatangi rumah calon nasabah dan melihat pekerjaan calon nasabah, melihat slip gaji, data diri nasabah tersebut.

11.Tidakan yang dilakukan BPRS terhadap nasabah yang bermasalah dalam pembayaran ?

Melakukan teguran / peringatan via telfon dan mengirim surat, apabila belum mendapat respon dari nasabah, maka pihak BPRS medatangi rumah nasabah tersebut dan melakukan eksekusi.


Dokumen yang terkait

Analisis kelayakan pembiayaan murabahah dan penanganan risiko kredit macet pada kendaraan bermotor BPRS Al Salaam Cabang Cinere

1 24 105

Analisis Balanced Scorecard Terhadap Kinerja BPRS Al Salaam:Studi pada BPRS Al Salaam Pusat Cinere

2 18 118

“Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor” (Studi Pada Bank Muamalat Cabang Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

2 9 106

Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam (Studi Kasus Pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere)

0 11 82

Analisis kelayakan pembiayaan mikro pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam: studi kasus pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere

2 10 82

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PT BPRS SUKOWATI KANTOR CABANG BOYOLALI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PT BPRS SUKOWATI KANTOR CABANG BOYOLALI.

0 1 12

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PT BPRS SUKOWATI KANTOR CABANG BOYOLALI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PT BPRS SUKOWATI KANTOR CABANG BOYOLALI.

0 2 21

Sistem Pengendalian Internal terhadap Risiko Kredit Macet Kendaraan Bermotor pada PT Adira Finance Cabang Palopo

0 1 6

STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA MURABAHAH DI BPRS SUKOWATI CABANG BOYOLALI TUGAS AKHIR - STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA MURABAHAH DI BPRS SUKOWATI CABANG BOYOLALI - Test Repository

0 0 88

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) SUKOWATI SRAGEN CABANG BOYOLALI

0 0 105