Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya dan yang menjadi kajian dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut Notoadmodjo, 2002. Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif Tarwaka, 2004. commit to user Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut Wignjosoebroto, 2003. Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekana n panas Suma’mur, 2009. Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut Santoso, 2004. Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan Wignjosoebroto, 2003. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di PT Tyfountex Indonesia yang berlokasi di daerah Sukoharjo, dimana salah satu bagian produksi di PT ini adalah bagian weaving, peneliti menjumpai banyak pekerja yang bekerja di lingkungan kerja panas yang melebihi Nilai Ambang Batas NAB. Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja pada bagian weaving dengan menggunakan Quest Stemp pada jam 09.00 WIB, diperoleh hasil Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB sebesar 31,8 o C dan juga diperoleh hasil pengukukuran denyut nadi pekerja sebesar 71 kalimenit. Sedangkan saat pengukuran iklim kerja di tempat yang sama dengan pekerja yang sama pada jam 10.30 WIB diperoleh hasil Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB sebesar commit to user 33,6 o C dan juga denyut nadi pekerja yang lebih tinggi 11 kalimenit dari pengukuran denyut nadi pekerja sebelumnya pada jam 09.00 yaitu sebesar 82 kalimenit. Dari hasil pengukuran denyut nadi tersebut didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 76 kali. Salah satu cara untuk mengetahui beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi pekerja per menitnya. Dari hasil survey awal diperoleh rata-rata denyut nadi pekerja sebesar 76 kalimenit. Denyut nadi tersebut termasuk dalam kategori beban kerja ringan 75-100 denyutmenit. Setelah diketahui termasuk kategori apa beban kerja pekerja di tempat tersebut, kemudian hasil beban kerja tersebut dibandingkan dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51MEN1999 tentang NAB tekanan panas, dengan pengaturan waktu kerja 75 kerja dan 25 istirahat untuk 7 jam kerja dengan beban kerja ringan yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka ditetapkan Nilai Ambang Batas NAB untuk iklim kerja di tempat tersebut sebesar 28 o C. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa iklim kerja hasil pengukuran telah melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan, selain itu juga bisa di katakan bahwa ada perbedaan denyut nadi pekerja pada saat bekerja di jam yang berbeda. Dari hasil penelitian yg dilakukan oleh Muflichatun 2006 pada pekerja pandai besi di paguyuban Wesi Aji Desa Donorejo Kecamatan Limpung Kabupaten Batang dengan judul Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan Produktivitas Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang, didapat kesimpulan bahwa memang ada hubungan antara commit to user tekanan panas, denyut nadi dan produktivitas pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang. Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil survei tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Denyut Nadi Pada Pekerja Bagian Weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah