Pengertian Shalat Waktu Shalat Fardhu

Bab 2 LANDASAN TEORI

2.1. Shalat

2.1.1. Pengertian Shalat

Salat Bahasa Arab: صلاة; transliterasi: Shalat, merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Wikipedia 2012. Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Waktu Shalat Fardhu

Waktu salat dari hari ke hari, dan antara tempat satu dan lainnya bervariasi. Waktu salat sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu Matahari relatif terhadap bumi. Pada dasarnya, untuk menentukan waktu salat, diperlukan letak geografis, waktu tanggal, dan ketinggian. urutan waktu salat dari pagi sampai malam yaitu imsak, Subuh, syuruq, Zuhur, Asar, Maghrib dan Isya. 1. Syuruq Syuruq adalah terbitnya Matahari. Waktu syuruq menandakan berakhirnya waktu Subuh. Waktu terbit Matahari dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. 2. Zuhur Waktu istiwa’ zawaal terjadi ketika Matahari berada di titik tertinggi. Istiwa’ juga dikenal dengan sebutan tengah hari bahasa Inggris: middaynoon. Pada saat istiwa’, mengerjakan ibadah salat baik wajib maupun sunah adalah haram. Waktu Zuhur tiba sesaat setelah istiwa’, yakni ketika Matahari telah condong ke arah barat. Waktu tengah hari dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zuhur dimulai ketika tepi piringan Matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak Matahari ketika berada di titik tertinggi istiwa’. Secara teoretis, antara Universitas Sumatera Utara istiwa’dengan masuknya zhuhur membutuhkan waktu 2,5 menit, dan untuk faktor keamanan, biasanya pada jadwal salat, waktu Zuhur adalah 5 menit setelah istiwa’. 3. Asar Menurut mazhab Syafii, Maliki, dan Hambali, waktu Asar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Asar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Waktu salat dari hari ke hari, dan antara tempat satu dan lainnya bervariasi. Waktu salat sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu Matahari relatif terhadap bumi. Pada dasarnya, untuk menentukan waktu salat, diperlukan letak geografis, waktu tanggal, dan ketinggian. 4. Magrib Waktu Magrib diawali ketika terbenamnya Matahari. Terbenam Matahari di sini berarti seluruh piringan Matahari telah masuk di bawah horizon cakrawala. 5. Isya dan Subuh Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah syafaq di langit, hingga terbitnya fajar shaddiq. Sedangkan waktu Subuh diawali ketika terbitnya fajar shaddiq, hingga sesaat sebelum terbitnya Matahari syuruq. Perlu diketahui, bahwa sesaat setelah Matahari terbenam, langit kita tidak langsung gelap, karena bumi kita memiliki atmosfer sehingga meskipun Matahari Universitas Sumatera Utara berada di bawah horizon ufuk barat, masih ada cahaya Matahari yang direfraksikan di langit. Dari sisi astronomis, cahaya di langit yang terdapat sebelum terbitnya Matahari dan setelah terbenamnya Matahari dinamakan twilight, yang secara harfiah artinya cahaya di antara dua, yakni antara siang dan malam. Dalam bahasa Arab, twilight disebut syafaq. Secara astronomis, terdapat tiga definisi twilight: a. Twilight Sipil, yakni ketika Matahari berada 6° di bawah horizon b. Twilight Nautikal, yakni ketika Matahari berada 12° di bawah horizon c. Twilight Astronomis, yakni ketika Matahari berada 18° di bawah horizon Astronom menganggap Twilight Astronomis Petang menandakan dimulainya malam hari; namun definisi ini adalah untuk keperluan praktis saja. Secara astronomis, waktu Subuh merupakan kebalikan dari waktu Isya. Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya yang menjulang tinggi vertikal di ufuk timur; Ini dinamakan fajar kadzib. Cahaya tersebut kemudian menyebar di cakrawala secara horizontal, dan ini dinamakan fajar shaddiq. Bagi penentuan jadwal waktu salat yakni munculnya fajar shaddiq dan hilangnya syafaq di petang hari, terdapat variasi penentuan sudut twilight oleh berbagai organisasi. Banyak di antara umat Islam menggunakan Twilight Astronomis yakni ketika Matahari berada 18° di bawah horizon sebagai waktu fajar shaddiq. Sebagian yang lain menetapkan kriteria fajar shaddiq atau syafaq terjadi ketika Matahari berada 17°, 19°, 20°, dan bahkan 21°. Sebagian yang lain bahkan menggunakan kriteria penambahan 90 menit, 75 menit, atau 60 menit. Universitas Sumatera Utara Sebuah penelitian dan observasi di berbagai tempat di dunia menunjukkan bahwa penentuan sudut twilight tertentu ternyata tidak valid tidak bisa berlaku untuk seluruh tempat di bumi ini terhadap peristiwa fajar shaddiq dan hilangnya syafaq. Peristiwa tersebut merupakan fungsi dari letak lintang dan musim yang bervariasi di tempat satu dan lainnya. Wikipedia,2012. .

2.1.3. Menghitung Waktu Shalat