commit to user 28
perusahaan  lain  yang  menghasilkan  bahan  baku  bagi perusahaan yang menggunakannya.
Menurut Ristono 2009 : 5 Ada dua macam kelompok bahan baku, yaitu:
a. Bahan baku langsung direct material, yaitu bahan yang membentuk dan merupakan bagiandari barang jadi yang
biayanya  dengan  mudah  bias  ditelusuridaribiaya  barang jadi  tersebut.  Jumlah  bahan  baku  langsung  bersifat
variable, artinya sangat tergantung atau dipengaruhi oleh besar produksi atau perubahan output.
b. Bahan baku tak langsung indirect material, yaitu bahan baku  yang  dipakai  dalam  proses  produksi  tetapi  sulit
menelusuri biayanya pada setiap barang jadi.
2.  Faktor  –  faktor  yang  Mempengaruhi  Persediaan  Bahan Baku
Menurut  Ristono  2009  :  6  Besar  kecilnya  persediaan bahan baku dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :
a.  Volume  atau  jumlah  yang  dibutuhkan,  yatu  yang dimaksudkan  untuk  menjaga  kelangsungan  kontinuitas
proses  produksi.  Semakin  banyak  jumlah  bahan  baku yang  dibutuhkan,  maka  akan  semakin  besar  tingkat
persediaan  bahan  baku.  Volume  produksi  yang
commit to user 29
direncanakan  ditentukan  oleh  penjualan  terdahulu  dan ramalan penjualan.
b.   Kontinuitas  produksi  tidak  terhenti,  diperlukan  tingkat persediaan bahan baku yang tinggi dan sebaliknya.
c.   Sifat  bahan  baku  atau  penolong,  apakah  cepat  rusak durable  good  atau  tahan  lama  undurable  good.
Barang yang tidaktahan lama, oleh karena itu bila bahan baku  yang  diperlukantergolong  barang  yang  tidak  tahan
lama  maka  tidak  perludisimpan  dalam  jumlah  yang banyak.
3. Model Analisis ABC
Menurut  Render  dan  Heizer  2005  :  62  Analisis  ABC membagi  persediaan  menjadi  tiga  kelompok  berdasarkan
volume  tahunan  dalam  jumlah  uang.  Analisis  ABC  yang merupakan penerapan persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip
Pareto  menyatakan  ada  beberapa  yang  penting  dan  banyak yang  sepele.  Untuk  menentukan  volume  dolar  tahunan
analisis  ABC,  permintaan  tahunan  dari  setiap  barang persediaan  dihitung  dan  dikalikan  dengan  harga  per  unit.
Barang kelas A adalah barang – barang dengan volume dolar tahunan  tinggi.  Walaupun  barang  seperti  ini  mungkin  hanya
mewakili  sekitar  15  dari  total  persediaan  barang,  mereka mempresentasikan  70  hingga  80  dari  total  pemakaian
commit to user 30
dolar. Kelas B adalah untuk barang – barang persediaan yang memiliki  volume  dolar  tahunan  menengah.  Barang  ini
mempresentasikan  sekitar  30  barang  persediaan  dan  15 hingga  25  dari  nilai  total.  Barang  –  barang  yang  memiliki
volume  dolar  tahunan  rendah  adalah  kelas  C,  yang  mungkin hanya mempresentasikan 5 dari volume dolar tahunan tetapi
sekitar 55 dari total barang persediaan. Kebijakan  yang  dapat  didasarkan  pada  analisis  ABC
Mencakup hal – hal sebagai berikut : a.  Pembelian  sumber  daya  yang  dibelanjakan  pada
pengembangan  pemasok  harus  jauh  lebih  tinggi  untuk barang A dibandingkan barang C.
b.   Barang  A  tidak  seperti  barang  B  dan  C,  perlu  memiliki control persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka
dapat  diletakkan  pada  tempat  yang  lebih  aman,  dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A lebih
sering diverifikasi. c.   Prediksi  barang  A  perlu  lebih  dijamin  keabsahannya
dibanding denganprediksi barang B dan C. Menurut  Gasper    273  :  2004    klasifikasi  ABC  mengikuti
prinsip  pareto  atau  hokum  pareto  dimana  sekitar  80  dari  nilai total  inventory  material  dipresentasikan  diwakili  oleh  20
commit to user 31
material  inventory.  penggunaan  analisa  ABC  adalah  untuk menetapkan :
a.  Frekuensi  penghitungan  inventory  cycle  counting,  dimana material  material  kelas  A  harus  diuji  lebih  sering  dalam  hal
akurasi catatan inventory dibandingkan material-material kelas B atau C.
b.   Prioritas  rekayasa  engineering  ,dimana  material-material kelas  A  dan  B  memberikan  petunjuk  pada  bagian  rekayasa
dalam  peningkatan  program  reduksi  biaya  ketika  mencari material-material tertentu yang perlu di fokuskan.
c.  Prioritas  pembelian  perolehan  dimana  aktivitas  pembelian seharusnya difokuskan pada bahan-bahan baku bernilai tinggi
high cost dan penggunaan dalam jumlah tinggi highusage. Fokus  pada  material-material  kelas  A  untuk  pemasokan
sourcing dan negosiasi. d.  Keamanan:  meskipun  nilai  biaya  per  unit  merupakan  indicator
yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan usage value, namun  analisis  ABC  boleh  digunakan  sebagai  indikator  dari
material-material mana kelas A dan B yang seharusnya lebih aman dan disumpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, atau pencurian. e.  Sistem  pengisian  kembali  replenishment  system  dimana
klasifikasi  ABC  akan  membantu  mengidentifikasi  metode
commit to user 32
pengendalian  yang  digunakan.  Akan  lebih  ekonomis  apabila mengendalikan  material-material  kelas  C  dengan  simple
twoibin  system  of  replenishment  synonym  :  bin  reserve system  orvisual  review  system  dan  metode-metode  yang
lebih canggih untuk material-material kelas A dan B. f.  Keputusan  investasi:  karena  material-material  kelas  A
menggambarkan  investasi  yang  lebih  besar  dalam  inventory, maka  perlu  lebih  hati-hati  dalam membuat  keputusan  tentang
kuantitas pesanan
dan stock
pengaman terhadap
materialmaterial  kelas  A  dibandingkan  terhadap  material- material kelas B dan C. Seyogyanya implementasi sistem JIT
pada  bagian  pembelian  diterapkan  pertama  kali  dalam pembelian material-material  kelas  A,  kemudian material  kelas
B, dan pada akhirnya pada material kelas C.
commit to user 33
BAB III PEMBAHASAN
A.  Profil Perusahaan
1.  Latar Belakang Perusahaan  Batik  Danar  Hadi  merupakan  perusahaan
perseorangan  yang  berbentuk  Home  Industry.  Perusahaan  hanya menyediakan  bahan  baku  dan  pengolahan  batik  seperti  kain  dan
obat-obatan, sedangkan proses pembuatannya dilakukan di rumah para  pekerja  yang  bertempat  tinggal  di  sekitar  perusahaan.
Sebagai  perusahaan  yang  bersifat    home  industry,  maka  produk yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis.
Awal mulanya perusahaan batik Danar Hadi bernama Sri Kraton yang  waktu  itu  didirikan  oleh Wongso  Dinomo  pada tahun 1967 di
kota  Surakarta.  Kemudian  oleh  cucunya  Hadi  Santosa    diubah menjadi  perusahaan  perseorangan  yang  mendapat  ijin  dari
Departemen  Perdagangan  No.    95890.  Perusahaan  terus berkembang dan selanjutnya diberi nama Danar Hadi, yang diambil
dari nama pemiliknya Ibu Danarsih dan Hadi Santosa. Berkat  keuletan,  pengalaman,  keahlian  dalam  membatik  dan
jiwa  wiraswasta  pimpinan  perusahaan,  baik  dalam  mendesain produk  maupun  pengelolaan  perusahaan  sangat  menunjang
berkembangnya  perusahan  tersebut.  Dengan  adanya  corak    dan