Asti Nuraeniah, 2015 Program Achievement Motivation Training AMT untuk meningkatkan motif berprestasi
siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi
dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument penelitian, analisis data, prosedur penelitian dan pengembangan program achievement motivation
training AMT untuk meningkatkan motif berprestasi. 3.1
Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal
berupa profil motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung sehingga diperoleh gambaran umum motif berprestasi siswa.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai motif
berprestasi siswa SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil temuan dapat dijadikan dasar untuk penyusunan rancangan program achievement motivation
training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Motif Berprestasi
Teori yang dijadikan acuan pengembangan alat ukur motif berprestasi adalah teori motif berprestasi achievement motive McClelland. Teori motif
berprestasi McClelland termasuk teori model pembangkit afeksi. Menurut McClelland dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 2, perubahan situasi afeksi
menjadi dasar timbulnya motif dalam diri individu. Intensitas motif berprestasi individu dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal.
McClelland berasumsi karakteristik fantasi menunjukkan keadaan motif individu.
Asti Nuraeniah, 2015 Program Achievement Motivation Training AMT untuk meningkatkan motif berprestasi
siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Motif berprestasi yang dimaksud dalam penelitian adalah skor dalam aspek fantasi terhadap suatu hasil yang ingin dicapai atau disebut achievement
imagery AI, fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery TI
dan tidak menunjukkan fantasi mengenai suatu hasil yang ingin dicapai atau unrelated imagery UI. Suatu hasil yang ingin dicapai AI meliputi aspek
sebagai berikut McClelland, dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 5. a. Kebutuhan memperoleh hasil N
b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil I c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan Ga+
d. Kecemasan terhadap kegagalan Ga- e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri Bp
f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri Bw g. Kepuasan subjek kepada hasil G+
h. Kekecewaan terhadap kegagalan G- i. Dorongan yang membantu mengarahkan kegiatan Nup
j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya Ach. T Tiga kategori perbandingan UI, TI dan AI merupakan rangkaian kesatuan
untuk menunjukkan dengan pasti bahwa suatu riwayat mengandung perbandingan yang berhubungan dengan motif berprestasi. Ketiga kategori perbandingan
berhubungan dengan penyekoran tingkat prestasi. Dasar pemikiran untuk membedakan antara riwayat fantasi “hasil yang semu” atau double achievement
imagery TI dan tidak menunjukkan fantasi mengenai hasil yang ingin dicapai atau unrelated imagery UI akan menjadi jelas ketika membahas mengenai
perhitungan skor n Achievement.
3.2.2 Achievement Motivation Training AMT
Teknik achievement motivation training AMT pada penelitian secara operasional didefinisikan sebagai upaya konselor dalam membantu siswa kelas XI
SMA Negeri 7 Bandung untuk meningkatkan motif berprestasi. Consortium for Research
on Emotional
Intelligence in
Organization
Asti Nuraeniah, 2015 Program Achievement Motivation Training AMT untuk meningkatkan motif berprestasi
siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
http:www.eiconsortium.orgmodel_programsachievement_motivation_training mengemukakan intervensi achievement motivation training dapat dilakukan
dalam tujuh tahap, sebagai berikut. a.
Achievement motivation thinking berpikir motif berprstasi Pada tahap pertama peserta diberikan informasi menganai pelatihan. Peserta
diberikan informasi tujuan pelatihan adalah untuk membantu meningkatkan motif berprestasi peserta. Peserta juga dibantu untuk memahami arti motif
berprestasi, pentingnya motif berprestasi, karakteristik individu dengan motif berprestasi tinggi, dan hubungan antara motif berprestasi dengan kesuksesan
dalam bekerja. b.
Understand own characteristics and goals memahami karakteristik dan tujuan pribadi
Tahap kedua, peserta dibantu untuk memahami karakteristik dan tujuan pribadi yang ditetapkan oleh masing-masing peserta. Pemahaman karakter
pribadi, peserta dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapainya berdasarkan karakteristik pribadi.
c. Practice achievement-related action in cases, role play and real life
mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam kasus, bermain peran dan kehidupan nyata
Pada tahap katiga, peserta mengkonsepkan motif berprestasi secara lebih jelas, terutama sebagai cerminan dalam sebuah gagasan. Peserta melakukan diskusi
mengenai suatu contoh kasus, kemudian memerankannya, dan mengkaitkan contoh kasus dengan kehidupan nyata.
Pada tahap ketiga, peserta juga mendiskuskan ceritanya dan melakukan penilaian bersama kelompok. Pada aktivitas ini, peserta tidak hanya
mendapatkan pemahaman mengenai motif berprestasi tetapi peserta juga dapat membandingkan dengan motif berprestasinya dan dapat membantu peserta
untuk melakukan perubahan.
Asti Nuraeniah, 2015 Program Achievement Motivation Training AMT untuk meningkatkan motif berprestasi
siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
d. Practice achievement-related action in business and other games
mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam sebuah urusan dan permainan lain
Pada tahap keempat, peserta mulai mempraktekkan “achievement thinking” atau pemikiran prestasi. Peserta membuat cerita dan mencoba memenuhi
cerita dengan pemikiran prestasi. Peserta melakukan yang sama dalam situasi
sebuah urusan
. e.
Relate the achievement behavior model to own behavior, self-image, and goals menghubungkan model perilaku berprestasi terhadap perilaku pribadi,
gambaran diri, dan tujuan pribadi Pada tahap kelima, membahas topik mengenai tujuan pribadi dan penetapan
tujuan. Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dalam motif berprestasi. Peserta dibantu untuk mendiskusikan tujuan pribadi dan masalah mengenai
tujuan, termasuk konflik antara keluarga dan hubungannya dengan tujuan. Peserta menutup tahap kelima dengan mengembangkan tujuan pribadi secara
rinci untuk dua atau lima tahun ke depan. f.
Develop a personal action plan mengembangkan rencana tindakan pribadi Tahap keenam adalah mengembangkan rencana tindakan pribadi. Peserta
mendiskusikan tujuan
pribadi masing-masing,
dan dibantu
untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motif
berprestasi. g.
Feedback on progress toward achieving goals timbal balik pada perkembangan terhadap pencapaian tujuan
Pada tahap terakhir peserta mendapatkan timbal balik dari perkembangan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan masing-masing peserta.
3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian