PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Asti Nuraeniah 1005808

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Asti Nuraeniah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asti Nuraeniah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PROGRAM ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIF BERPRESTASI SISWA (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. Ahman, M. Pd. NIP. 19590104 198503 1 002

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Asti Nuraeniah. (2015). Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

Motif berprestasi merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu kompetisi dalam mencapai prestasi dengan standar keunggulan tertentu. Motif berprestasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Keberhasilan akademis sangat dipengaruhi oleh motif berprestasi yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki motif berprestasi akan bertahan dalam belajar, dan siswa yang tidak memiliki motif berprestasi akan terhambat dalam proses belajar serta tidak dapat mencapai prestasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran motif berprestasi siswa yang dijadikan landasan dalam pengembangan program achievement motivation training. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 183 siswa dari 305 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) secara umum motif berprestasi siswa berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 69,40% dari jumlah sampel, 2) siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil. Rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1) bagi guru BK berupa program hipotetik achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi, 2) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.


(5)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Asti Nuraeniah. (2015). Achievement Motivation Training (AMT) Program to Improve Students’ Achievement Motive (A Descriptive Study of Eleventh Grade Students of SMA Negeri 7 Bandung Year 2014/2015).

An achievement motive is an inner urge to compete in order to achieve a feat with a certain standard of excellence. An achievement motive is indispensable in the learning process. Academic success is strongly influenced by the achievement motive of the students. Students who have the achievement motive will persist in their learning, and those who do not, will be inhibited in the learning process and cannot achieve their feats. This study was aimed at describing students’ achievement motive that were used as a basis in the development of achievement motivation training program. This study employed a descriptive method. Sample of this study was taken randomly (random sampling). The samples were 183 eleventh grade students of SMA Negeri 7 Bandung year 2014/2015, from the total of 305 students. The results showed that: 1) generally, the

students’ achievement motive was in the middle category, 69.40% of the total sample, 2)

the students stated a need for achievement, did instrumental activities with various outcomes, had a low intensity of achieving objectives, had a tendency to think of how to avoid failure by thinking about collateral or security, were able overcome obstacles in their inner selves, were able overcome the resistance of their outer selves, had the satisfaction of the results achieved, had negative feelings when attempting to achieve goals, were able to take advantage of the nurturant press, and had the intensity with minimal desire to achieve results. It was then recommended that guidance and counseling teachers use a hypothetical achievement motivation training program to increase the

students’ achievement motive. For future researchers, it is expected that they employ

trials on an achievement motivation training program to improve students’ achievement

motive.


(6)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Asumsi Penelitian ... 9

1.5Manfaat Penelitian ... 10

1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II MOTIF BERPRESTASI DAN ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING 2.1Konsep Bimbingan dan Konseling ... 12

2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 12

2.1.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 14

2.1.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 17

2.1.4 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ... 19

2.1.5 Asas Bimbingan dan Konseling ... 20

2.1.6 Komponen Program Bimbingan dan Konseling ... 21

2.2Konsep Motif berprestasi ... 23

2.2.1 Pengertian Motif Berprestasi ... 23

2.2.2 Aspek Motif Berprestasi ... 26

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi ... 29

2.2.4 Karakteristik Individu yang Memiliki Motif Berprestasi ... 31

2.2.5 Upaya untuk Meningkatkan Motif Berprestasi ... 34

2.2.6 Pentingnya Prestasi di Masa Remaja ... 36

2.3Teknik Achievement Motivation Training ... 37

2.3.1 Pengertian Teknik Achievement Motivation Training ... 37

2.3.2 Tujuan Achievement Motivation Training ... 38

2.3.3 Karakteristik Achievement Motivation Training ... 39

2.3.4 Intervensi Achievement Motivation Training ... 40

2.4Program Achievement Motivation Training untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa ... 44


(7)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Metode Penelitian ... 51

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 51

3.1.2 Metode Penelitian ... 51

3.2 Devinisi Operasional Variabel ... 51

3.2.1 Motif Berprestasi ... 51

3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT) ... 52

3.3Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

3.4Instrumen Penelitian ... 55

3.4.1 Jenis Instrumen ... 55

3.4.2 Kisi-kisi Instrumen ... 56

3.5Pengembangan Instrumen Penelitian ... 57

3.5.1 Pengujian Alat Ukur ... 57

3.5.2 Ujicoba Instrumen ... 57

3.6Analisis Data ... 59

3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian ... 59

3.6.2 Pengolahan Data ... 60

3.7Prosedur Penelitian ... 62

3.8Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk meningkatkan Motif Berprestasi siswa ... 63

3.8.1 Analisis Program Sekolah ... 63

3.8.2 Penyusunan Program ... 63

3.8.3 Validasi Program ... 63

3.8.4 Program Hipotetik ... 63

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

4.3 Program Achievemet Motivation Training untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa ... 100

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1Simpulan ... 120


(8)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.3Rekomendasi ... 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab satu dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kehidupan individu tidak terlepas dari melakukan aktivitas atau kegiatan-kegiatan. Kegiatan individu berlangsung setiap harinya mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Setiap perbuatan yang dilakukan individu tidak semata-mata dilakukan begitu saja. Setiap tingkah laku atau perbuatan individu memiliki motif. Yusuf dan Nurihsan (2009, hlm. 158) menyebutkan pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku pasti bermotif.

Selain tingkah laku individu (manusia/orang/siswa) yang memiliki motif, individu juga memiliki dorongan-dorongan yang mengarahkan untuk melakukan suatu perbuatan dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Menurut Uno (2009, hlm. 1), setiap individu memiliki kondisi dalam diri yang berperan dalam aktivitas sehari-hari. Dorongan dalam diri dapat mempengaruhi kuat lemahnya usaha individu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dorongan dan kondisi dalam diri individu yang mempengaruhi perbuatan serta usaha individu dalam mencapai tujuan dinamakan dengan motif.

Antara motif dengan motivasi memiliki pengertian yang berbeda. Freud berpendapat bahwa motif merupakan energi dasar intrinsik (instink) yang mendorong tingkah laku individu. Sartain (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2009, hlm. 159) mengemukakan motif adalah

“a complex state within an organism that directs behavior toward a goal or incensitive”, yang berarti motif merupakan suatu keadaan yang kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilakunya kepada suatu tujuan atau insensitif.”

Perbedaan motif dengan motivasi, menurut Gunarso (dalam Supena, 2010, hlm. 12) motif adalah kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) sedangkan


(10)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motivasi adalah motif yang menjadi aktif pada saat tertentu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. Selain itu Abror (dalam Supena, 2010, hlm. 12) mengemukakan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu terutama pada saat kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa mendesak.

Friedrich Nietzsche mengatakan, individu yang memiliki alasan yang cukup kuat dapat menanggung hampir semua keadaan (Setiawan, 2012, hlm. 162). Artinya, individu dengan motif yang kuat akan dapat mengalahkan kesulitan, hambatan, maupun tantangan yang muncul dalam kehidupannya. Motif adalah daya dorong dalam hidup. Motif akan memberikan kekuatan dalam hal apapun yang individu perbuat.

Motif yang ada dalam diri individu akan terwujud dalam perbuatan yang mengarah pada tujuan tertentu. Motif tercermin dalam bentuk kegairahan individu dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya. Motif memberikan kekuatan kepada individu untuk terus menjalankan kehidupannya dengan penuh keyakinan. Motivasi tercermin dalam bentuk antusiasme dan kegairahan individu dalam menjalani hidup (Setiawan, 2012, hlm. 163). Apabila semua yang dilakukan individu dipenuhi dengan antusiasme, apapun yang ditempuh akan dapat dinikmati olehnya. Pada akhirnya, individu dapat memberikan makna yang besar dalam kehidupannya.

Apabila keadaan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kehilangan motif, akan mengakibatkan kelumpuhan dalam kehidupan. Apabila tidak memiliki motif, individu akan diposisikan untuk selalu tidak berdaya, bahkan ketika berhadapan dengan peluang sebesar apapun di depan mata. Menurut Setiawan (2012, hlm. 163), individu yang hidup tanpa motivasi tidak lain adalah orang yang fisiknya masih hidup, tapi jiwanya sudah mati. Tindakan yang dilakukan tidak akan memberikan makna apapun bagi kehidupannya.

Motif dibutuhkan di berbagai bidang dalam kehidupan individu. Di dunia kerja, individu membutuhkan motif untuk terus bertahan bekerja dan mencapai


(11)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuannya. Selain itu, Siagian (2004, hlm. 137) menyebutkan motif sangat dibutuhkan dalam dunia organisasi, karena motif dapat meningkatkan prestasi kerja para anggota yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

Begitu pula dalam pendidikan, terdapat siswa yang terlibat secara langsung dengan kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang harus diperjuangkan, karena belajar merupakan bekal untuk masa yang akan datang. Pendidikan, termasuk kegiatan belajar di dalamnya, membutuhkan motif agar dapat melaksanakan kegiatan belajar.

Motif menjadi modal bagi siswa untuk belajar lebih baik dan lebih berhasil. Motif dapat mempengaruhi proses belajar maupun tingkah laku siswa. Howley (dalam Elida Prayitno, 1989, hlm. 3-4) mengatakan

“siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar, melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, dan variasi aktivitas belajar lebih banyak.”

Siswa yang memiliki motif kuat untuk belajar akan bertahan dalam belajar, dan sebagai bonusnya mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar. Siswa yang kurang memiliki motif yang kuat untuk belajar, akan terhambat dan membuat siswa tidak dapat mencapai prestasi. Motif yang kuat dalam diri siswa untuk belajar dibutuhkan untuk mencapai prestasi belajar. Keberhasilan akademis sangat dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki siswa.

Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, seperti dikemukakan oleh McClelland (dalam Wahyudi, 2010, hlm. 4) bahwa

“pada dasarnya dalam diri setiap individu terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang terbaik itulah yang disebut sebagai kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement).”


(12)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun menurut Komarraju et. al. (2009, hlm. 47), setiap individu memiliki kualitas motif dan prestasi yang berbeda satu sama lain. Sebagian individu memiliki tingkat motif yang tinggi dan sebagian yang lain tidak, dengan demikian setiap individu memiliki tingkat motif berprestasi yang berbeda.

Kebutuhan untuk berprestasi dapat mendorong individu untuk menetapkan tujuan dalam mencapai kompetensi. Individu yang memiliki motif sering terlibat dalam tugas demi bersaing dengan individu lain untuk membuktikan kemampuan. Individu menetapkan tujuan apabila termotivasi oleh rasa takut gagal. Individu akan termotivasi untuk berjuang meraih kesuksesan karena dapat mencapai keberhasilan, dan mencegah dari kegagalan (Neumeister, 2004, hlm. 220).

Menurut McClelland (dalam Fatchurrochman, 2011, hlm. 63), motif berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of excellence). McInerney (1995, hlm. 212) menyebutkan teori motif berprestasi berfokus pada individual dengan prioritas tujuan berprestasi.

Murray memakai istilah kebutuhan berprestasi (need for achievement) untuk motif berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dengan secepat dan sebaik mungkin. (Sugiyanto, 1998, hlm. 4). Teori Murray mencakup gagasan dan tingkah laku, yang keduanya dihubungkan dengan kesuksesan, prestasi, dan menanggulangi hambatan.

Pada motif berprestasi, terdapat aspek-aspek yang menjadi cakupan sekaligus tolak ukur individu dikatakan memiliki motif berprestasi. Aspek motif berprestasi adalah mempunyai tanggungjawab pribadi atas segala perbuatannya, memperlihatkan umpan balik atas perbuatan atau tugas yang dilakukannya, resiko pemilihan tugas, tekun dan ulet dalam bekerja, penuh pertimbangan dan perhitungan dalam melakukan tugas, dan berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang efektif (McClelland dalam Nugraha, 2011, hlm. 10-11).


(13)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsekuensi tentang keberhasilan dalam motif berprestasi ada pada kemauan untuk menghadapi resiko tantangan atau hambatan. Individu dengan motif berprestasi tinggi akan memilih melakukan tugas dengan tingkat kesulitan menengah, sedangkan individu dengan motif berprestasi rendah cenderung menghindarinya dan lebih menyukai tugas dengan tingkat kesulitan tinggi atau rendah (McClelland dalam Nugraha, 2011, hlm. 16).

Pada tahun 1979, Uguroglu dan Walberg (Walberg, 1978, hlm. 376) menganalisis 232 korelasi motivasi dan pembelajaran akademis dalam 40 studi dengan ukuran sampel gabungan sekitar 637.000 siswa di kelas pertama sekolah menengah atas. Hasil dari penelitian menunjukkan 80% dari 232 korelasi antara motivasi dan prestasi akademik menunjukkan hasil yang positif dan rata-rata semua sampel adalah 0,338. Angka-angka menunjukkan motivasi yang tinggi dan konsisten memiliki korelasi positif terhadap prestasi, dikaitkan dengan sekitar 11% dari varians dalam mencapai rata-rata. Motivasi menjadi faktor penentu yang lebih kuat dalam belajar dibandingkan dengan varians yang lain.

Motif merupakan salah satu faktor penentu yang kuat dalam mendorong individu untuk berprestasi dalam belajarnya. Banyak faktor lain yang juga mendorong individu untuk berprestasi, tetapi motif memiliki peranan yang penting bagi individu untuk mencapai prestasi dalam pendidikannya. Setiap individu memiliki motif untuk berprestasi, tetapi kadar yang dimiliki berbeda satu sama lainnya. Terdapat yang memiliki motif berprestasi tinggi, dan sebagian yang lain memiliki motif berprestasi yang rendah.

Hasil Penelitian Mulyani (2006, hlm. 62) pada siswa berjumlah 40 orang menunjukan rata-rata tingkat motivasi berprestasi siswa berada pada kategori sedang dengan jumlah 28 siswa. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi sejumlah dua orang, dan siswa dengan motivasi berprestasi rendah sejumlah 10 orang siswa. Penelitian Mulyani menunjukkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah sebanyak 10 orang atau sebesar 25%, sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan motivasi berprestasi siswa.


(14)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gross (dalam Krause, 2007, hlm. 247) memperkirakan terdapat 60% siswa yang kurang berprestasi di sekolah dan sering meninggalkan sekolah lebih awal. Faktor yang terkait dengan terjadinya kurang berprestasi, adalah faktor intrapersonal, yaitu kurangnya motivasi, rendah diri, kesehatan yang buruk, kesulitan belajar dan berbahasa. Dilihat dari pernyataan Gross, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menjadi kurang berprestasi. Menurut Krause (2007, hlm. 261) di tingkat sekolah motivasi siswa lebih ditekankan untuk kinerja yang baik secara akademis, disertai dengan kepercayaan umum yang menyatakan kemampuan dan usaha yang ekstra untuk mencapai prestasi akademik.

Siswa saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan prestasi yang baik di kelas ataupun di sekolah. Siswa akan belajar dengan baik apabila memiliki dan mendapatkan motivasi yang tinggi dalam belajar. Motif bagi siswa merupakan kondisi yang sangat mempengaruhi dalam pendidikannya. Motif dapat mempengaruhi, mengarahkan serta memelihara perilaku siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar di sekolah.

Hasil pengamatan pada saat praktik di SMA Negeri 7 Bandung dari bulan Januari sampai bulan Mei 2014, didapatkan gambaran peserta didik menunjukkan indikasi kurang memiliki motif berprestasi. Dapat dilihat dari perilaku siswa kelas X Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu sulit mengumpulkan tugas mata pelajaran, kurang menguasai materi pelajaran, kurang disiplin dalam belajar, tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar, dan kurang dapat mengelola waktu untuk belajar.

Sebagai upaya tindak lanjut dari fenomena yang ditemukan, diperlukan tindakan untuk menangani permasalahan motif berprestasi. Apabila dibiarkan, siswa tidak mempunyai dorongan untuk maju dalam pendidikannya. Siswa tidak dapat memaknai kegiatan belajarnya dengan baik. Bimbingan dan konseling menampilkan bentuk bantuan yang dapat dilakukan. Konselor merupakan tenaga pendidikan professional yang memiliki tanggungjawab membantu siswa. Pada


(15)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Depdiknas (2008, hlm. 135), keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik yang sejajar dengan guru, dosen, dan pamong yang memiliki konteks tugas memberikan pelayanan yang bertujuan membantu dan memandirikan individu (siswa) dalam perjalanan hidupnya.

Yusuf & Nurihsan (2009, hlm. 6-7) mengemukakan

“bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.”

Bimbingan dan Konseling dapat membantu menfasilitasi siswa agar mampu meningkatkan motif berprestasi melalui layanan bimbingan dan konseling. Intervensi Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik Symbolic Modeling, teknik Self-Instruction. teknik Self-Management dan teknik Achievement Motivation Training (AMT).

Teknik symbolic modeling merupakan salah satu jenis dalam teknik

Modeling yang melibatkan tokoh fiksi maupun nonfiksi yang ditampilkan melalui

film, cerita, maupun media online untuk menampilkan suatu perilaku. Teknik

symbolic modeling dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

(Ulfa, 2010, hlm. 4).

Teknik self-instruction dapat meningkatkan motif siswa. Self-instruction merupakan prosedur yang dirancang untuk meningkatkan kendali diri secara tersendiri atau mandiri melalui pernyataan-pernyataan verbal yang mendorong, membimbing dan memelihara tindakan-tindakan non-verbal (Bryan & Budd dalam Ewin, 2012). Teknik self-instruction menggunakan verbalisasi sebagai strategi untuk pembangun motivasi.

Teknik self-management dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi. Self-management adalah kemampuan untuk mengelola pikiran,


(16)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku dan perasaan dalam diri individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam manajemen diri terkandung tiga unsur utama yakni perasaan (affection), perilaku (behavior) dan pikiran (cognition). Manajemen diri dapat digunakan untuk mengelola diri dalam kehidupan yang lebih baik. (Wijayanti dan Muhari, 2013, hlm. 7).

Teknik lain yang dapat digunakan dalam meningkatkan motif berprestasi siswa adalah menggunakan teknik Achievement Motivation Training (AMT). Menurut Munawaroh (2012, hlm. 53), Achievement Motivation Training merupakan suatu metode latihan untuk memberikan kesadaran akan pentingnya

achievement motivation dalam penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari. Achievement motivation training dapat membantu individu dalam

meningkatkan motif berprestasi. Munawaroh, (2012, hlm. 53), menyebutkan

“Achievement Motivation Training dapat meningkatkan pengertian, pemahaman dan kesadaran diri mengenai perilaku diri khususnya khususnya achievement motivation serta dampaknya pada orang lain dan pekerjaan. Achievement Motivation Training juga dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi, penghargaan dan hubungan interpersonal yang efektif.”

Peserta training diberikan bimbingan bagaimana untuk berpikir, berbicara, dan berperilaku layaknya individu dengan motif tinggi kemudian menguji dengan hati-hati sejauh mana ingin merencanakan kehidupan di masa yang akan datang (McClelland dalam Elias, 1994, hlm. 116). Achievemet motivation training membantu peserta dalam menganalisis diri untuk merencanakan masa depan dan mencapai tujuannya.

Varga (1977, hlm. 187-188) menambahkan konsep dalam achievement

motivation training terbagi menjadi empat, yaitu achievement syndrome, self study, goal setting, dan interpersonal support. Konsep achievement syndrome

dapat memperjelas mengenai pengertian motif berprestasi dan kaitannya dengan kesuksesan. Konsep self study memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari diri sendiri. Konsep utama adalah goal setting, diperkenalkan agar


(17)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta mengerti mengenai pentingnya tujuan dalam bekerja. Peserta dibimbing untuk dapat menyusun rencana secara kompeten dan realistis. Konsep

interpersonal support, peserta mendapatkan dukungan dari anggota kelompok.

Dengan demikian, achievemen motivation training diharapkan dapat memberikan kesadaran akan pentingnya motif berprestasi untuk kesuksesan prestasi peserta.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai motif berprestasi siswa. Penelitian menggunakan

Achievement Motivation Training dalam meningkatkan motif berprestasi,

sehingga judul penelitian adalah “Program Achievement Motivation Training

untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masa remaja merupakan titik kritis dalam hal prestasi. Pada masa remaja, prestasi menjadi persoalan yang lebih serius. Motif merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian prestasi individu. Keberhasilan akademis sangat dipengaruhi oleh motif dan prestasi yang dimiliki. Apapun modal yang dimiliki individu yang mendukung untuk prestasi, apabila tidak diiringi oleh motif dalam diri sendiri, prestasi tidak dapat dicapainya.

Motif berprestasi merupakan pendorong dalam diri individu untuk melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai keberhasilan belajar. Siswa yang kurang cerdas namun dapat memperlihatkan pola motif yang tinggi, tekun dalam tugas dan yakin terhadap kemampuannya dapat menjadi peraih prestasi yang tinggi. Sebaliknya siswa cerdas namun memiliki pola motif yang rendah, mudah menyerah dan tidak yakin akan keterampilan akademisnya menjadi peraih prestasi yang rendah.

Fenomena motif berprestasi rendah masih terdapat pada siswa, sehingga perlu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan motif berprestasi siswa.

Achievement Motivation Training (AMT) merupakan sebuah program pelatihan

untuk pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan motif berprestasi para pesertanya. Pelatihan bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya


(18)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

achievement motivation, sehingga dapat menimbulkan perubahan pandangan

dalam diri peserta (Munawaroh, 2012, hlm. 51). Teknik achievement motivation

training diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motif berprestasi

dan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai motif berprestasi siswa dan teknik achievement motivation training sebagai upaya untuk mengatasinya, secara umum rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian adalah sebagai berikut.

a. Seperti apa gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

b. Bagaimana rancangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah memperoleh data mengenai motif berprestasi siswa dan rancangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu untuk memperoleh.

a. Deskripsi motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

b. Rancangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4 Asumsi Penelitian

Asumsi dasar teknik Achievement Motivation Training untuk meningkatkan motif Berprestasi siswa sebagai berikut.

a. Motif berprestasi adalah suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu


(19)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(standards of excellence) (McClelland dalam Fatchurrochman, 2011, hlm. 63).

b. Motif berprestasi sebagai motif belajar yang sifatnya tidak disadari, dihasilkan dari imbalan atau hukuman perilaku tertentu. Motif berprestasi adalah sebuah perjalanan dimana individu melibatkan sebuah persaingan dengan standar keunggulan, apabila berhasil akan menghasilkan efek positif dan apabila tidak berhasil akan menimbulkan efek negatif (Castenell, 1983, hlm. 504).

c. Achievement Motivation Training merupakan suatu metode latihan untuk

memberikan kesadaran akan pentingnya achievement motivation dalam penerapannya di dalam pekerjaan sehari-hari (Munawaroh, 2012, hlm. 53). d. Achievement Motivation Training meningkatkan kemampuan individu

dalam menganalisis perilaku masing-masing individu sehingga dapat membantu meningkatkan motif, penghargaan dan hubungan interpersonal yang efektif (Munawaroh, 2012, hlm. 53).

1.5 Manfaat Penelitian

a. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan dapat menambah hasil penelitian tentang rancangan program

achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi.

b. Konselor Sekolah (Guru BK)

Guru BK dapat menggunakan hasil penelitian sebagai rujukan dalam pelaksanaan program sekolah untuk meningkatkan motif berprestasi siswa dengan mempergunakan teknik Achievement Motivation Training.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penilisan skripsi terdiri dari lima bab. Pada bab 1 dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Pada bab 2 dibahas mengenai kajian pustaka yang terdiri dari konsep bimbingan


(20)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan konseling, konsep motif berprestasi, teknik Achievement Motivation Training, dan kerangka pemikiran. Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument penelitian, analisis data, prosedur penelitian dan pengembangan program

achievement motivation training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi.

Pada bab 4 dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang pengolahan data serta pembahasan hasil pengolahan data. Pada bab 5 merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi hasil penelitian.


(21)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang memaparkan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, lokasi, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengembangan instrument penelitian, analisis data, prosedur penelitian dan pengembangan program achievement motivation

training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi. 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal berupa profil motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung sehingga diperoleh gambaran umum motif berprestasi siswa.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai motif berprestasi siswa SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil temuan dapat dijadikan dasar untuk penyusunan rancangan program achievement motivation

training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. 3.2 Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Motif Berprestasi

Teori yang dijadikan acuan pengembangan alat ukur motif berprestasi adalah teori motif berprestasi (achievement motive) McClelland. Teori motif berprestasi McClelland termasuk teori model pembangkit afeksi. Menurut McClelland (dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 2), perubahan situasi afeksi menjadi dasar timbulnya motif dalam diri individu. Intensitas motif berprestasi individu dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal. McClelland berasumsi karakteristik fantasi menunjukkan keadaan motif individu.


(22)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Motif berprestasi yang dimaksud dalam penelitian adalah skor dalam aspek fantasi terhadap suatu hasil yang ingin dicapai atau disebut achievement

imagery (AI), fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI)

dan tidak menunjukkan fantasi mengenai suatu hasil yang ingin dicapai atau

unrelated imagery (UI). Suatu hasil yang ingin dicapai (AI) meliputi aspek

sebagai berikut (McClelland, dalam Akhmad dan Budiman, 2005, hlm. 5). a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)

b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I) c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+) d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-)

e. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari diri sendiri (Bp) f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw) g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+)

h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-)

i. Dorongan yang membantu mengarahkan kegiatan (Nup)

j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)

Tiga kategori perbandingan (UI, TI dan AI) merupakan rangkaian kesatuan untuk menunjukkan dengan pasti bahwa suatu riwayat mengandung perbandingan yang berhubungan dengan motif berprestasi. Ketiga kategori perbandingan berhubungan dengan penyekoran tingkat prestasi. Dasar pemikiran untuk membedakan antara riwayat fantasi “hasil yang semu” atau double achievement imagery (TI) dan tidak menunjukkan fantasi mengenai hasil yang ingin dicapai

atau unrelated imagery (UI) akan menjadi jelas ketika membahas mengenai perhitungan skor n Achievement.

3.2.2 Achievement Motivation Training (AMT)

Teknik achievement motivation training (AMT) pada penelitian secara operasional didefinisikan sebagai upaya konselor dalam membantu siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung untuk meningkatkan motif berprestasi. Consortium for


(23)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(http://www.eiconsortium.org/model_programs/achievement_motivation_training)

mengemukakan intervensi achievement motivation training dapat dilakukan dalam tujuh tahap, sebagai berikut.

a. Achievement motivation thinking (berpikir motif berprstasi)

Pada tahap pertama peserta diberikan informasi menganai pelatihan. Peserta diberikan informasi tujuan pelatihan adalah untuk membantu meningkatkan motif berprestasi peserta. Peserta juga dibantu untuk memahami arti motif berprestasi, pentingnya motif berprestasi, karakteristik individu dengan motif berprestasi tinggi, dan hubungan antara motif berprestasi dengan kesuksesan dalam bekerja.

b. Understand own characteristics and goals (memahami karakteristik dan

tujuan pribadi)

Tahap kedua, peserta dibantu untuk memahami karakteristik dan tujuan pribadi yang ditetapkan oleh masing-masing peserta. Pemahaman karakter pribadi, peserta dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapainya berdasarkan karakteristik pribadi.

c. Practice achievement-related action in cases, role play and real life

(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam kasus, bermain peran dan kehidupan nyata)

Pada tahap katiga, peserta mengkonsepkan motif berprestasi secara lebih jelas, terutama sebagai cerminan dalam sebuah gagasan. Peserta melakukan diskusi mengenai suatu contoh kasus, kemudian memerankannya, dan mengkaitkan contoh kasus dengan kehidupan nyata.

Pada tahap ketiga, peserta juga mendiskuskan ceritanya dan melakukan penilaian bersama kelompok. Pada aktivitas ini, peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman mengenai motif berprestasi tetapi peserta juga dapat membandingkan dengan motif berprestasinya dan dapat membantu peserta untuk melakukan perubahan.


(24)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Practice achievement-related action in business and other games

(mempraktekkan hubungan kegiatan prestasi dalam sebuah urusan dan permainan lain)

Pada tahap keempat, peserta mulai mempraktekkan “achievement thinking

atau pemikiran prestasi. Peserta membuat cerita dan mencoba memenuhi cerita dengan pemikiran prestasi. Peserta melakukan yang sama dalam situasi

sebuah urusan.

e. Relate the achievement behavior model to own behavior, self-image, and goals (menghubungkan model perilaku berprestasi terhadap perilaku pribadi,

gambaran diri, dan tujuan pribadi)

Pada tahap kelima, membahas topik mengenai tujuan pribadi dan penetapan tujuan. Penetapan tujuan merupakan hal yang penting dalam motif berprestasi. Peserta dibantu untuk mendiskusikan tujuan pribadi dan masalah mengenai tujuan, termasuk konflik antara keluarga dan hubungannya dengan tujuan. Peserta menutup tahap kelima dengan mengembangkan tujuan pribadi secara rinci untuk dua atau lima tahun ke depan.

f. Develop a personal action plan (mengembangkan rencana tindakan pribadi)

Tahap keenam adalah mengembangkan rencana tindakan pribadi. Peserta mendiskusikan tujuan pribadi masing-masing, dan dibantu untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motif berprestasi.

g. Feedback on progress toward achieving goals (timbal balik pada

perkembangan terhadap pencapaian tujuan)

Pada tahap terakhir peserta mendapatkan timbal balik dari perkembangan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan masing-masing peserta.

3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Bandung


(25)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah 305 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Probability

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi

setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) (Sugiyono, 2012, hlm. 122). Sampel dalam penelitian adalah 60% dari populasi. Jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 183 orang.

Secara rinci, distribusi populasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Distribusi Populasi Penelitian Kelas XI SMA Negeri 7 Bandung

No Kelas F

1. XI MIA 1 32

2. XI MIA 2 35

3. XI MIA 3 33

4. XI MIA 4 32

5. XI MIA 5 36

6. XI MIA 6 32

7. XI MIA 7 30

8. XI IIS 1 40

9. XI IIS 2 35

Total 305

Pemilihan populasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.

a. Siswa kelas XI sedang berada pada tahap remaja, dimana masa remaja merupakan suatu titik kritis dalam hal prestasi dan kebutuhan untuk berprestasi merupakan salah satu kebutuhan yang khas pada remaja.

b. Siswa kelas XI berada pada rentang usia 16-17 tahun yang dalam lingkup psikologi perkembangan individu sedang memasuki masa remaja tengah dan berada pada masa perubahan kepribadian. Pada masa remaja banyak kondisi kehidupan yang turut membentuk pola kepribadian dan mempengaruhi motif berprestasi.


(26)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Motif berprestasi remaja merupakan komponen dari kepribadian yang menyangkut dinamika situasi afeksi yang memiliki peran penting dalam mengendalikan tingkah laku pada taraf akal sehat remaja dalam rangka “kepekaan memilih” yang mengarahkan tingkah laku.

d. Siswa kelas XI berada pada tahap pemikiran operasional formal, dimana kualitas abstrak dari pemikiran di tahap operasional formal pada remaja terbukti di dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara verbal. Intensitas motif berprestasi individu dapat dilihat melalui fantasi dan imajinasi dalam respon-respon verbal.

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan Alat Ukur Motif Berprestasi yang dikembangkan oleh Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Alasan penggunaan instrumen Motif Berprestasi dari Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan adalah karena memiliki karakteristik definisi operasional variabel yang sama dengan definisi operasional penelitian, selain itu instrumen yang digunakan memiliki standarisasi secara ilmiah dan empiris sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

Pada instrumen terdapat sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkapkan karakteristik dan gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung. Pada setiap pernyataan terdapat dua pilihan yang terdiri dari A dan B, responden diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling sesuai dan menyerupai dirinya.

Alat ukur motif berprestasi dikembangkan menjadi 100 butir soal. Dikembangkan 90 pernyataan yang mengungkap kategori AI, 45 item pernyataan mengungkap kategori UI dan 45 pernyataan mengungkap TI. Pernyataan kategori UI menjadi pernyataan B yang dipasangkan item pernyataan AI nomor 26-50 dan


(27)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nomor 76-100. Kategori pernyataan TI menjadi pernyataan B yang dipasangkan dengan item pernyataan AI nomor 1-25 dan nomor 51-75.

3.4.2 Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian yang di dalamnya terdapat aspek-aspek yang dijabarkan ke dalam bentuk pernyataan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pengembangan Alat Ukur Motif Berprestasi

No Sub Kategori Butir Soal

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) Pernyataan A: a. Kebutuhan memperoleh hasil (N)

b. Melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil (I)

c. Intensitas terhadap pencapaian tujuan (Ga+)

d. Kecemasan terhadap kegagalan (Ga-) e. Mengatasi hambatan-hambatan yang

datang dari diri sendiri (Bp)

f. Mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar diri (Bw)

g. Kepuasan subjek kepada hasil (G+) h. Kekecewaan terhadap kegagalan (G-) i. Dorongan yang membantu mengarahkan

kegiatan (Nup)

j. Intensitas untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya (Ach. T)

1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46

2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47

3, 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43, 48

4, 9, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, 49

5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50

56, 61, 66, 71, 81, 86, 91, 96 52, 62, 67, 72, 77, 87, 92, 97 53, 58, 68, 73,78, 83, 93, 98 54, 59, 64, 74, 79, 84, 89, 99 55, 60, 65, 70, 80, 85, 90, 95 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) Pernyataan B:

26 s.d 50 dan 76 s.d 100 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) Pernyataan B:

01 .d 25 dan 51 s.d 75

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian 3.5.1 Pengujian Alat Ukur

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan oleh Akhmad dan Budiman (2005, hlm. 4), diperoleh informasi validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas


(28)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan untuk mengetahui ketepatan instrumen pada yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012, hlm. 168). Validitas instrumen motif berprestasi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Validitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,164 – 0,692 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,097 – 0,764 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,191 – 0,572

Reliabilitas alat ukur digunakan untuk mengetahui ketetapan alat ukur yang dipakai, apabila digunakan beberapa kali untuk objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012, hlm. 168). Reliabilitas alat ukur motif berprestasi sebgai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lab Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,727 (Tinggi) 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,781 (Tinggi) 3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,637 (Tinggi)

3.5.2 Ujicoba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang sudah memiliki standar baku secara statistik, sehingga untuk kepentingan penelitian yang dilakukan ujicoba hanya taraf reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan Program Anates ver 4.0.9 yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M. Pd. dan Yudi Wibisono, ST (2004). Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua (split-half


(29)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena menggunakan tes metode belah dua, maka koefisiensi korelasi ganjil-genap dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas . rumusnya sebagai berikut.

r

tt

=

2 x r

xy

1 + r

xy

Keterangan:

rtt = koefisiensi reliabilitas tes

rxy = koefisiensi korelasi ganjil genap (separuh tes dengan separuh lainnya)

Klasifikasi koefisiensi reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah sebagai berikut.

0,00 – 0,199 : derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 : derajat keterandalan rendah 0,40 – 0,599 : derajat keterandalan sedang 0,60 – 0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen motif berprestasi yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motif Berprestasi Siswa

No. Nama Variabel / Subkategori Indeks Reliabilitas

1. Adanya suatu hasil yang ingin dicapai (AI) 0,90 2. Tidak ada sesuatu yang ingin dicapai (UI) 0,89

3. Keraguan apa yang ingin dicapai (TI) 0,74

Berdasarkan hasil pengujian, instrumen motif berprestasi pada subkategori AI memperoleh hasil sebesar 0,90 artinya derajat keterandalannya sagat tinggi, pada subkategori UI memperoleh hasil sebesar 0,89 artinya derajat


(30)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterandalannya sangat tinggi, dan pada subkategori TI memperoleh hasil sebesar 0,74 artinya derajat keterandalannya tinggi. Instrumen motif berprestasi yang digunakan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian

Penyekoran data hasil penelitian dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut.

a. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan baris masing-masing. b. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 26, 31, 36, 41, 46 dan baris

berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing yang sama dengan langkah a.

c. Setelah langkah a dan b dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi penjumlahan UI, hasilnya pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang sama (pada langkah a dan b) dan ditempatkan pada kolom S.

d. Menghitung atau menjumlahkan baris item nomor 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86, 91, 96 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan A. Nomor 51, 57, 63, 69, dan 75 pada jawaban A tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom AI sesuai dengan baris masing-masing.

e. Menghitung atau menjumlahkan item nomor 76, 81, 86, 91, 96 dan baris berikutnya yang memilih atau melingkari pilihan B. Nomor 76, 82, 88, 94 dan 100 pada jawaban B tidak dihitung karena terkena garis konsistensi. Hasil penjumlahan disimpan pada kolom UI sesuai dengan baris masing-masing yang sama dengan langkah d.


(31)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Setelah langkah d dan e dilakukan, hasil penjumlahan AI dikurangi penjumlahan UI, hasil pengurangan AI dan UI disimpan pada baris yang sama (pada langkah d dan e) dan ditempatkan pada kolom S.

g. Langkah selanjutnya adalah menghitung konsistensi. Konsistensi dihitung dengan cara menarik garis diagonal item nomor 1, 7, 13, 19, dan 25 sehingga berpasangan dengan item nomor 51, 57, 63, 69 dan 75 (artinya 1: 51, 7: 57, 13: 63, 19: 69, dan 25: 75). Selanjutnya menarik garis diagonal item nomor 26, 32, 38, 44 dan 50 sehingga berpasangan dengan item nomor 76, 82, 88, 94 dan 100 (atinya 26: 76, 32: 82, 38: 88, 44: 94, dan 50: 100). Apabila masing-masing pasangan menunjukkan pilihan jawaban (A atau B) yang sama, maka diberi tanda checklist () pada kotak yang tersedia. Apabila masing-masing pasangan menunjukkan pilihan jawaban yang berbeda maka diberi tanda silang (x). Setiap tanda checklist () mendapatkan poin 1 dan tanda silang (x) mendapatkan 0. Setelah semua pasangan dihitung, jumlah poin yang didapat disimpan pada kotan kon sesuai dengan jumlah tanda checklist ().

3.6.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai gambaran motif berprestasi siswa. Gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung diperoleh melalui penentuan batas kelompok untuk mengatahui apakah motif berprestasi siswa berada pada kategori tinggi, sedang, atau rendah. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pengkategorian dengan menjumlahkan skor dari seluruh pernyataan, selanjutnya ditetukan panjang setiap kelas dengan rumus berikut (Furqon, 2009, hlm. 24-25).

R

=

Xmaks - Xmin bk

Keterangan:

R = Panjang kelas


(32)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Xmin = Skor minimum

bk = Banyak kelas

b. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pengkategorian Motif Berprestasi Siswa

Skala Skor Kategori

(-45) – (-1) Rendah

0 – 44 Sedang

45 – 90 Tinggi

Interpretasi dari setiap kategori motif berprestasi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Skor Kategori Motif Berprestasi Siswa Kategori Motif

Berprestasi Skor Interpretasi

Rendah (-45) – (-1) Siswa yang memiliki motif berprestasi rendah ditunjukkan dengan tidak memiliki kebutuhan memperoleh hasil, tidak melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir lebih banyak terhadap kegagalan, tidak dapat mengatasi hambatan dalam diri, tidak dapat mengatasi hambatan dari luar diri, tidak memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, tidak mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas rendah untuk mencapai hasil.

Sedang 0 – 44 Siswa yang memiliki motif berprestasi sedang ditunjukkan dengan memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki


(33)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Motif

Berprestasi Skor Interpretasi

kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil.

Tinggi 45 – 90 Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi ditunjukkan dengan memiliki kebutuhan tinggi dalam memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas tinggi terhadap pencapaian tujuan, tidak memiliki kecenderungan berpikir terhadap kegagalan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan positif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas tinggi untuk mencapai hasil dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya pernyataan penelitian mengenai rumusan program

achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

kelas XI SMA Negeri 7 Bandung dijawab dengan mensintesiskan kajian teoritis dengan fakta penelitian.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Penyebaran instrumen untuk memperoleh data motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

b. Melakukan pengolahan data untuk memperoleh gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.


(34)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melakukan pengkajian dari hasil pengolahan instrumen motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung untuk dijadikan bahan masukan bagi pengembangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi.

d. Mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian menarik kesimpulan untuk dijadikan bahan masukan bagi pengembangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi.

e. Tahap penyusunan program hipotetik achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi. Berdasarkan pengkajian data disertai analisis konsep motif berprestasi dan teknik achievement motivation training, dikembangkan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

f. Tahap uji validasi program hipotetik untuk mengkaji kelayakan program, dengan demikian diperoleh masukan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program.

g. Tahap penyempurnaan program berdasarkan uji validasi program sehingga menjadi program hipotetik yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakan.

3.8 Pengembangan Program Achievement Motivation Training untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa

Proses pengembangan program achievement motivation training dalam penelitian terdiri dari empat langkah, sebagai berikut.

3.8.1 Analisis Program Sekolah

Sebelum melakukan penyusunan program, dilakukan analisis program BK SMA Negeri 7 Bandung terlebih dahulu dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari program SMA Negeri 7 Bandung. Analisis


(35)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program sekolah dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program.

3.8.2 Penyusunan Program

Pengembangan program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi dimulai dengan melakukan need assesment berdasarkan analisis data mengenai gambaran motif berprestasi siswa SMA Negeri 7 Bandung.

3.8.3 Validasi Program

Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 7 Bandung. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi program achievement

motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. 3.8.4 Program Hipotetik

Tersusun program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa sebagai program baru dalam program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 7 Bandung. Program achievement motivation training berisi tentang gambaran motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung, deskripsi kebutuhan siswa, dan rancangan kegiatan layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

Program achievement motivation training bertujuan untuk mengembangkan motif berprestasi siswa dengan membantu siswa untuk lebih mengenal diri melalui evaluasi diri sendiri, evaluasi berdasarkan penilaian orang lain, menentukan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan strategi serta target yang akan dicapai berdasarkan kemampuan diri yang diperoleh dari evaluasi diri sehingga konseli dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.


(36)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa


(37)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab lima merupakan penutup yang dibahas mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 mengenai motif berprestasi, dapat diketahui simpulan penelitian sebagai berikut.

5.1.1 Gambaran umum motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015 sebagian besar siswa berada pada kategori sedang, artinya siswa memiliki kebutuhan memperoleh hasil, melakukan kegiatan dalam memperoleh hasil, memiliki intensitas rendah terhadap pencapaian tujuan, memiliki kecenderungan berpikir cara menghindari kegagalan dengan berpikir tentang jaminan atau keamanan, dapat mengatasi hambatan dalam diri, dapat mengatasi hambatan dari luar diri, memiliki kepuasan terhadap hasil yang dicapai, memiliki perasaan negatif ketika melakukan usaha mencapai tujuan, mampu memanfaatkan dorongan yang mengarahkan kegiatan, dan memiliki intensitas dengan keinginan minimal untuk mencapai hasil.

5.1.2 Program hipotetik achievement motivation training disusun dengan struktur program yang meliputi rasional, tujuan, tahapan teknik

achievement motivation training, deskripsi kebutuhan, rencana operasional

(action plan), pengembangan tema/topik, kriteria konselor, kriteria keberhasilan, dan evaluasi. Program hipotetik achievement motivation

training disusun berdasarkan kebutuhan siswa yang diketahui dari hasil

penyebaran instrumen motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015. Pengembangan program hipotetik


(38)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

5.2 Implikasi

Implikasi dari penelitian adalah tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Tahapan pelaksanaan program sebagai berikut (Purwoko, dalam Karatuyee, 2012).

5.2.1 Mengkoordinasikan sumber sumber yang diperlukan, diantaranya guru dan wali kelas sebagai pihak yang terlibat langsung dengan siswa, sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan layanan, dan waktu pelaksanaan yaitu dengan cara mengatur jadwal bersama guru mata pelajaran.

5.2.2 Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program. Pengukuran keberhasilan program dapat dilakukan dengan mempergunakan lembar evaluasi yang telah tersedia dalam program achievement motivation

training.

5.2.3 Melaksanakan program sesuai dengan rencana program yang telah ditetapkan. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional program achievement motivation training yang telah direncanakan.

5.3 Rekomendasi

5.3.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru BK dapat menjadikan program hipotetik achievement motivation

training sebagai pedoman untuk membantu meningkatkan motif

berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung. 5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Program yang dirumuskan oleh peneliti adalah program yang bersifat hipotetis, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba


(39)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa sehingga dapat diperoleh penyempurnaan program.


(40)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Akhmad, Sudaryat Nurdin dan Nandang Budiman. (2005). Laporan hasil

pengembangan alat ukur motif berprestasi. Laboratorium Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Andhini, Luh Putu Ratih. (2013). Pelatihan amt (achievement motivation

training) untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada member perusahaan mlm (multi level marketing). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas SurabayaI. Vol. 2 No. 2 (2013).

Castenell, Alouis A. (1983). Achievement motivation: an investigation of adolescents’ achievement patterns. American Educational Research Journal. Winter 1983, Vol. 20. No. 4, Pp. 503-510.

Consortium for Research on Emotional Intelligence in Organization. Achievement

motivation training.

(http://www.eiconsortium.org/model_programs/achievement_motivation_t raining). Diakses pada: tanggal 21 Januari 2014.

Depdiknas. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan

bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: 3

Departemen Pendidikan Nasional.

Elias, Habibah dan Wan Rafael Abdul Rahman. (1994). Achievement motivation

training for university students: effects on affective and cognitive achievement motivation. Departement of Psychology, Universiti

Kebangsaan Malaysia. Pertanika J. Soc. Sci. & Hum. 2 (2): 115-121 (1994).

Ewin. (2012). Teknik konseling self-instruction. [Online]. Tersedia:

http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/teknik-konseling-self-instruction.html. [21 Oktober 2013].

Fatchurrochman, Rudy. (2011). Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan

belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X.


(41)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Garliah, Lili dan Fatma Kartika Sary Nasution. (2005). Peran pola asuh orang tua

dalam motivasi berprestasi. Psikologia. Vol. 1 No. 1, Juni 2005.

Hariyanti. (2011). Teori-teori motivasi kontemporer dalam manajemen. STIE AUB Surakarta. Vol. 19. No. 17, Juni 2011.

Idrus, Muhammad. (1999). AMT dan peningkatan prestasi. Makalah. Disampaikan pada acara Achievement Motivation Training Askom Bank. Jurusan Tarbiyah FIAI UII Yogyakarta.

Karatuyee. (2012). Pelaksanaan program bimbingan dan konseling. [Online]. Tersedia: http://karatuyee.blogspot.com/2012/10/pelaksanaan-program-bimbingan-dan.html. Diakses pada 15 Januari 2014.

Komarraju, Meera. Et. al. (2009). Role of the big five personality traits in

predicting college students' academic motivation and achievement.

Learning and Individual Differences 19 (2009) 47-52.

Krause, K. Lee. et. al. Educational psychology for learning and teaching, second

edition. Thomson.

McClelland, David C. (1975). The achievement motive. Irvington Publisher, INC: New York.

McInerney, Dennis M. (1995). Achievement motivation and indigenous

minorities: can research be psychometric?. Cross-Cultural Research 1995

29: 211. DOI: 10.1177/106939719502900301.

Mulyani. (2006). Hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berpresasi, dan

kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI ipa sma negeri 6 kota bengkulu. Skripsi

Universitas Bengkulu: Tidak diterbitkan. Pdf.

Munawaroh, Azizatul. (2012). Program intervensi achievement motivation

training untuk meningkatkan motivasi berprestasi pegawai pada kantor pelayanan percontohan A. Tesis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia:

Tidak diterbitkan. Pdf.

Munteanu, et.al. (2011). Relationships between academic achievvement and

personality dynamics during adolescence. South African Journal of

Psychology, 41 (4), 2011, pp. 552-561.

Neumeister, Kristie L. Speirs. (2004). Understanding the relationship between

perfectionism and achievement motivation in gifted college students.

Gifted Child Quarterly 2004 48: 219. July, 2004. DOI: 10.1177/001698620404800306.


(1)

121

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

5.2 Implikasi

Implikasi dari penelitian adalah tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Tahapan pelaksanaan program sebagai berikut (Purwoko, dalam Karatuyee, 2012).

5.2.1 Mengkoordinasikan sumber sumber yang diperlukan, diantaranya guru dan wali kelas sebagai pihak yang terlibat langsung dengan siswa, sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan layanan, dan waktu pelaksanaan yaitu dengan cara mengatur jadwal bersama guru mata pelajaran.

5.2.2 Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program. Pengukuran keberhasilan program dapat dilakukan dengan mempergunakan lembar evaluasi yang telah tersedia dalam program achievement motivation training.

5.2.3 Melaksanakan program sesuai dengan rencana program yang telah ditetapkan. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana operasional program achievement motivation training yang telah direncanakan.

5.3 Rekomendasi

5.3.1 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru BK dapat menjadikan program hipotetik achievement motivation training sebagai pedoman untuk membantu meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandung.

5.3.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Program yang dirumuskan oleh peneliti adalah program yang bersifat hipotetis, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba


(2)

122

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program achievement motivation training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa sehingga dapat diperoleh penyempurnaan program.


(3)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Akhmad, Sudaryat Nurdin dan Nandang Budiman. (2005). Laporan hasil pengembangan alat ukur motif berprestasi. Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Andhini, Luh Putu Ratih. (2013). Pelatihan amt (achievement motivation training) untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada member perusahaan mlm (multi level marketing). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas SurabayaI. Vol. 2 No. 2 (2013).

Castenell, Alouis A. (1983). Achievement motivation: an investigation of adolescents’ achievement patterns. American Educational Research Journal. Winter 1983, Vol. 20. No. 4, Pp. 503-510.

Consortium for Research on Emotional Intelligence in Organization. Achievement

motivation training.

(http://www.eiconsortium.org/model_programs/achievement_motivation_t raining). Diakses pada: tanggal 21 Januari 2014.

Depdiknas. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: 3 Departemen Pendidikan Nasional.

Elias, Habibah dan Wan Rafael Abdul Rahman. (1994). Achievement motivation training for university students: effects on affective and cognitive achievement motivation. Departement of Psychology, Universiti Kebangsaan Malaysia. Pertanika J. Soc. Sci. & Hum. 2 (2): 115-121 (1994).

Ewin. (2012). Teknik konseling self-instruction. [Online]. Tersedia:

http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/teknik-konseling-self-instruction.html. [21 Oktober 2013].

Fatchurrochman, Rudy. (2011). Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X.


(4)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Garliah, Lili dan Fatma Kartika Sary Nasution. (2005). Peran pola asuh orang tua dalam motivasi berprestasi. Psikologia. Vol. 1 No. 1, Juni 2005.

Hariyanti. (2011). Teori-teori motivasi kontemporer dalam manajemen. STIE AUB Surakarta. Vol. 19. No. 17, Juni 2011.

Idrus, Muhammad. (1999). AMT dan peningkatan prestasi. Makalah. Disampaikan pada acara Achievement Motivation Training Askom Bank. Jurusan Tarbiyah FIAI UII Yogyakarta.

Karatuyee. (2012). Pelaksanaan program bimbingan dan konseling. [Online]. Tersedia: http://karatuyee.blogspot.com/2012/10/pelaksanaan-program-bimbingan-dan.html. Diakses pada 15 Januari 2014.

Komarraju, Meera. Et. al. (2009). Role of the big five personality traits in predicting college students' academic motivation and achievement. Learning and Individual Differences 19 (2009) 47-52.

Krause, K. Lee. et. al. Educational psychology for learning and teaching, second edition. Thomson.

McClelland, David C. (1975). The achievement motive. Irvington Publisher, INC: New York.

McInerney, Dennis M. (1995). Achievement motivation and indigenous minorities: can research be psychometric?. Cross-Cultural Research 1995 29: 211. DOI: 10.1177/106939719502900301.

Mulyani. (2006). Hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berpresasi, dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI ipa sma negeri 6 kota bengkulu. Skripsi Universitas Bengkulu: Tidak diterbitkan. Pdf.

Munawaroh, Azizatul. (2012). Program intervensi achievement motivation training untuk meningkatkan motivasi berprestasi pegawai pada kantor pelayanan percontohan A. Tesis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan. Pdf.

Munteanu, et.al. (2011). Relationships between academic achievvement and personality dynamics during adolescence. South African Journal of Psychology, 41 (4), 2011, pp. 552-561.

Neumeister, Kristie L. Speirs. (2004). Understanding the relationship between perfectionism and achievement motivation in gifted college students. Gifted Child Quarterly 2004 48: 219. July, 2004. DOI: 10.1177/001698620404800306.


(5)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nugraha, Redydian Adhitya. (2011). Pengaruh pelatihan kecerdasan adversitas terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas X di sma negeri 8 surakarta. Skripsi Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret: tidak diterbitkan.

Prayitno, Elida. (1989). Motivasi dalam belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan: Jakarta. Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan

stress mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 2 (2006).

Santrock, John. W. (2007). Terj: Benedictine Widyasinta. Remaja. Edisi 11, Jilid 1 dan 2. Erlangga: Jakarta.

Sari, Dita Murcita. (2008). Efektivitas achievement motivation training terhadap peningkatan motivasi berprestasi dalam menghadapi ujian nasional pada siswa kelas XII sma negeri 2 ungaran. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas katolik Soegijapranata Semarang: Tidak diterbitkan.

Setiawan, Iwan. (2012). Kitab motivasi – inspirasi dalam meraih sukses sejati. Bandung: Nuansa Cendikia.

Siagian, Sondang P. (2004). Teori motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin Robert E. (2011). Psikologi pendidikan teori dan praktik. Edisi 9, Jilid 2. Terj: Marianto Samosir. Indeks: Jakarta.

Smith, Robert. L. (2011). Achievement motivation training: an evidence-based

approach to enhancing performance. Retrieved from

http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/Article_56.pdf.

Sugiyanto. (1998). Pentingnya motivasi berprestasi dalam mencapai keberhasilan akademik siswa. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Supena, Popo. (2010). Program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan motivasi berprestasi siswa smpn 2 pontang serang banten tahun pelajaran 2009/2010. Tesis Magister pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ulfa, Nessia. (2010). Efektivitas bimbingan akademik melalui symbolic modeling


(6)

Asti Nuraeniah, 2015

Program Achievement Motivation Training (AMT) untuk meningkatkan motif berprestasi siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen terhadap siswa kelas VIII dengan kondisi ekonomi keluarga rendah di smp negeri 26 bandung tahun ajaran 2010/2011). Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI: tidak diterbitkan. Uno, Hamzah, B. (2009). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Varga, Karoly. (1977). Who gains from achievement motivation training?. Vikalpa, Vol. 2, No. 3, July 1977.

Wahyudi. (2010). Memahami motivasi berprestasi siswa. Pontianak: IP, FKIP, Universitas Tanjungpura. Edisi November Vol. 25. No. 3, tahun 2010. Walberg, Herbert J. (1978). Editor. Fyans, Leslie J. Achievement motivation –

recent trends in theory and researceh. (eBook) Based on the proceedings of the Symposium on Achievement Motivation held at the American Educational Research Association in Toronto, Ontario, Canada in April 1978 and on the proceedings of the Motivation in Education Conference held at the University of Michigan, Ann Arbor, Michigan in October 1978. Wijayanti, Cari dan Muhari. (2013). Penerapan Konseling Kelompok dengan Strategi Self-Management untuk Mengurangi Kebiasaan Bermain Video Game. Edisi 2, Volume 01. No. 36-42, ahun 2013.

Yulia, Yuyun Vina. (2010). Efektivitas pelatihan amt (achievement motivation training) dengan pendekatan spiritual terhadap peningkatan efikasi diri mahasiswa tingkat awal dalam penyesuaian akademik. Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Yusuf, Syamsu dan Juntika, A Nurihsan. (2009). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII terhadap Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010

0 31 100

ANALISIS KESULITAN BELAJAR AKUNTANSI PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Pakusari Tahun Ajaran 2013/2014)

1 25 17

PERSEPSI SISWA TENTANG PROGRAM ACARA BERITA NEW VJ’S DI SUROBOYO TV ( Studi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 16 Surabaya )

0 6 2

Analisis Variabel Kesulitan Belajar Siswa dalam Mengerjakan Soal-soal Ayat Jurnal Penyesuaian (Pada Siswa IPS Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013) SKRIPSI PROGRAM

0 5 14

ENGARUH PEMAHAMAN MATERI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Negeri 3 Jember Tahun Ajaran 2010/2011)

0 6 6

IMPLEMENTASI METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada Pokok Bahasan Mengklasifikasi Tenaga Kerja Siswa Kelas XI IPS 4 di SMA Negeri 3 Lumajang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 16

IMPLEMENTASI METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada Pokok Bahasan Mengklasifikasi Tenaga Kerja Siswa Kelas XI IPS 4 di SMA Negeri 3 Lumajang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 17

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN KONSEPSISTEM KOLOID (PTK Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandar Lampung 2010-2011)

0 5 49

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 14 60

Pengaruh Disipilin Siswa Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2017/2018â€

0 0 15