Klasifikasi Tuberkulosis Sudoyo et al., 2006

tuberkulosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. b Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA maka diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum pada pasien dengan batuk yang nonproduktif tidak batuk. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang- kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan, dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. c Tes Tuberkulin Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak balita. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. Purified Protein Derivative intrakutan berkekuatan 5 T.U. intermediate strength. Bila ditakutkan terjadi reaksi hebat dengan 5 T.U. maka dapat diberikan 1 atau 2 T.U. first strength. Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih memberikan hasil negatif maka dapat diulangi dengan 250 T.U. second strength. Bila dengan 250 T.U. masih memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti.

2. Klasifikasi Tuberkulosis Sudoyo et al., 2006

a. Pembagian secara patologis 1 Tuberkulosis primer childhood tuberculosis 2 Tuberkulosis paska primer adult tuberculosis b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru Koch Pulmonum aktif, non aktif dan quiescent bentuk aktif yang mulai menyembuh. c. Pembagian secara radiologis luas lesi 1 Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. 2 Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru. 3 Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis. Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat: a Kategoti 0: Tidak pernah terpejan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes tuberkulin negatif. b Kategori I: Terpejan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi. Di sini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif. c Kategori II: Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif. d Kategori III: Terinfeksi tuberkulosis dan sakit. Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis: a Tuberkulosis paru b Bekas tuberkulosis paru c Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam: 1 Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. 2 Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan. Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru aktif atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan: a Status bakteriologi b Mikroskopik sputum BTA langsung c Biakan sputum BTA d Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru e Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis. WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori: a Kategori I, ditujukan terhadap: 1 Kasus baru dengan sputum positif 2 Kasus baru dengan batuk TB berat b Kategori II, ditujukan terhadap: 1 Kasus kambuh 2 Kasus gagal dengan sputum BTA positif c Kategori III, ditujukan terhadap: 1 Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas 2 Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I d Kategori IV, ditujukan terhadap: TB kronik.

3. Terapi Umum

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2011.

0 2 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2011.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat Antituberkulosis Oleh Pasien Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012.

0 1 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA BULAN MEI-JULI TAHUN 2010.

0 0 19

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Dewasa Diinstalasi Rawat Jalan Rs Paru Dungus Madiun Tahun 2010.

2 10 15

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 0 18

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 0 4

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 2 15

EVALUASI KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI BALAI BESAR Evaluasi Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta 2012.

0 2 10

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan RSUD. Dr. R. Soedjati Purwodadi Tahun 2009.

0 3 10