Patogenesis dan Patofisiologi Gambaran Klinis Penegakan Diagnosis Suyono, 2001

D. Tinjauan Pustaka

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar 80 menyerang paru-paru Depkes RI, 2006. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil Gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin wax yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam BTA. Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant tertidur sampai beberapa tahun Depkes RI, 2006. Kuman TB mempunyai dinding sel lipid tebal yang melindunginya terhadap pengaruh luar yang merusak misalnya obat, zat anti, enzim dan juga bersifat mengaktifkan sistem imunitas Yunus dan Yusuf, 1989.

a. Patogenesis dan Patofisiologi

Penularan utama penyakit tuberkulosis adalah oleh bakteri yang terdapat dalam droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk, bersin, bahkan berbicara. Droplet tersebut dapat jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas droplet tadi menguap. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernafasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri multiplying Muttaqin, 2008.

b. Gambaran Klinis

Gejala umum tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah. Gejala klinik tuberkulosis dimulai dari asimtomatis, gejala paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala berulang, dan menjadi kronik Priyanto, 2009. Pasien yang mengalami reaktivasi tuberkulosis secara khas memperlihatkan gejala konstitusi yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, anoreksia, demam ringan, dan berkeringat malam. Gejala pulmonal meliputi batuk yang mula-mula kering kemudian produktif berupa sputum purulen dan sering disertai darah, kadang tidak terdapat gejala. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit kronik dan diperlihatkan dengan adanya kehilangan berat badan Tierney et al ., 2002. Diperlukan indeks kecurigaan yang tinggi terutama pada pasien dengan imunosupresi atau dari daerah endemisnya Gleadle, 2003. Kecurigaan klinis khususnya harus tinggi pada kelompok risiko tinggi yaitu pecandu alkohol, pasien pengidap diabetes, pasien dengan AIDS, pasien yang mendapat terapi imunosupresi, pekerja yang berisiko seperti dokter dan perawat Rubenstein et al., 2003.

c. Penegakan Diagnosis Suyono, 2001

1 Pemeriksaan Fisik Dalam penampilan klinis, tuberkulosis paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkanya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif. 2 Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning CT Scan. Pemeriksaan ini lebih superior dibanding radiologis biasa. Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah MRI Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses- proses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. 3 Pemeriksaan Laboratorium a Darah Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang- kadang meragukan, tidak sensitif, dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. b Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA maka diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum pada pasien dengan batuk yang nonproduktif tidak batuk. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang- kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan, dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. c Tes Tuberkulin Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak balita. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. Purified Protein Derivative intrakutan berkekuatan 5 T.U. intermediate strength. Bila ditakutkan terjadi reaksi hebat dengan 5 T.U. maka dapat diberikan 1 atau 2 T.U. first strength. Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih memberikan hasil negatif maka dapat diulangi dengan 250 T.U. second strength. Bila dengan 250 T.U. masih memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti.

2. Klasifikasi Tuberkulosis Sudoyo et al., 2006

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2011.

0 2 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2011.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat Antituberkulosis Oleh Pasien Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012.

0 1 11

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS DAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA BULAN MEI-JULI TAHUN 2010.

0 0 19

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Dewasa Diinstalasi Rawat Jalan Rs Paru Dungus Madiun Tahun 2010.

2 10 15

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 0 18

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 0 4

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten Tahun 2010.

0 2 15

EVALUASI KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI BALAI BESAR Evaluasi Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta 2012.

0 2 10

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan RSUD. Dr. R. Soedjati Purwodadi Tahun 2009.

0 3 10