D. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang sebagian besar 80 menyerang paru-paru Depkes RI, 2006.
Mycobacterium tuberculosis termasuk basil Gram positif, berbentuk
batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin wax yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang
paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi
dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam BTA. Mycobacterium tuberculosis
cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman
dapat dormant tertidur sampai beberapa tahun Depkes RI, 2006. Kuman TB mempunyai dinding sel lipid tebal yang melindunginya
terhadap pengaruh luar yang merusak misalnya obat, zat anti, enzim dan juga bersifat mengaktifkan sistem imunitas Yunus dan Yusuf, 1989.
a. Patogenesis dan Patofisiologi
Penularan utama penyakit tuberkulosis adalah oleh bakteri yang terdapat dalam droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk, bersin, bahkan
berbicara. Droplet tersebut dapat jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas droplet tadi menguap.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan
mukosilier saluran pernafasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri multiplying
Muttaqin, 2008.
b. Gambaran Klinis
Gejala umum tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan
batuk darah. Gejala klinik tuberkulosis dimulai dari asimtomatis, gejala paru yang
khas, kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala berulang, dan menjadi kronik Priyanto, 2009.
Pasien yang mengalami reaktivasi tuberkulosis secara khas memperlihatkan gejala konstitusi yaitu kelelahan, kehilangan berat badan,
anoreksia, demam ringan, dan berkeringat malam. Gejala pulmonal meliputi batuk yang mula-mula kering kemudian produktif berupa sputum purulen dan sering
disertai darah, kadang tidak terdapat gejala. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit kronik dan diperlihatkan dengan adanya kehilangan berat badan Tierney et
al ., 2002.
Diperlukan indeks kecurigaan yang tinggi terutama pada pasien dengan imunosupresi atau dari daerah endemisnya Gleadle, 2003. Kecurigaan klinis
khususnya harus tinggi pada kelompok risiko tinggi yaitu pecandu alkohol, pasien pengidap diabetes, pasien dengan AIDS, pasien yang mendapat terapi
imunosupresi, pekerja yang berisiko seperti dokter dan perawat Rubenstein et al., 2003.
c. Penegakan Diagnosis Suyono, 2001
1 Pemeriksaan Fisik
Dalam penampilan klinis, tuberkulosis paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkanya kelainan radiologis dada pada
pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif. 2
Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak
dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning CT Scan. Pemeriksaan ini lebih superior dibanding radiologis biasa. Pemeriksaan
lain yang lebih canggih lagi adalah MRI Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-
proses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. 3
Pemeriksaan Laboratorium a
Darah Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-
kadang meragukan, tidak sensitif, dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun ke arah normal
lagi. b
Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA maka diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum pada pasien dengan batuk yang
nonproduktif tidak batuk. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang- kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan, dengan kata
lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. c
Tes Tuberkulin Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak balita. Biasanya dipakai tes Mantoux
yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. Purified Protein Derivative
intrakutan berkekuatan 5 T.U. intermediate strength. Bila ditakutkan terjadi reaksi hebat dengan 5 T.U. maka dapat diberikan 1 atau
2 T.U. first strength. Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih memberikan hasil negatif maka dapat diulangi dengan 250 T.U. second strength. Bila
dengan 250 T.U. masih memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti.
2. Klasifikasi Tuberkulosis Sudoyo et al., 2006