Communication Network in The Implementation of Cassava Production Technology (Case in Cassava Farmers In The Village of Suko Binangun, Sub Way-Seputih, District of Centeral Lampung, Lampung Province)

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI
PRODUKSI UBI KAYU
(Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

AGENG RARA CINDOSWARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

32

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Jaringan Komunikasi dalam
Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu” adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber


informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

Ageng Rara Cindoswari
NRP. I352090121

32

ABSTRACT
CINDOSWARI, A.R. 2012. Communication Network in The Implementation of
Cassava Production Technology (Case in Cassava Farmers In The Village of
Suko Binangun, Sub Way-Seputih, District of Centeral Lampung, Lampung
Province). Under Supervision DJUARA P. LUBIS and RICHARD W.E. LUMINTANG
In order to increase cassava production, farmers need an adequate and trusted
information to gain their purpose. Fulfilling their information requirement of cassava
production technology, farmers establish a communication network among farmers.

The objectives of this research were: (1) to describe communication network among
farmers (2) to analyze the relationship between personal characteristics of farmer and
the communication network (3) to analyze the relationship between communication
network and the implementation of cassava production technology. The unit of analysis
were cassavas farmer. A hundred farmers were taken as sample by using sampling
intact system.This research resulted several outputs i.e : (1) communication network
about seeds, fertilizer, pets and diseases were radial personal network and
communication network about harvest was interlocking personal network (2) there was
a significant relationship between income, group involvement, mass media ownership,
arable land area with local centrality. There was also a significant correlation between
educational level, revenue, group involvement, mass media ownership with global
centrality. (3) there was a significant relationship between local centrality, global
centrality and the implementation of cassavas production technology.
Keywords:

communication network, cassava farmers, implementation of cassava
production technology

32


RINGKASAN
CINDOSWARI, A.R. 2012. Jaringan Komunikasi Dalam Penerapan Teknologi Produksi
Ubi Kayu (Kasus Pada Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way
Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung). Dibimbing oleh DJUARA P.
LUBIS Sebagai Ketua dan RICHARD W.E. LUMINTANG Sebagai Anggota.
Beberapa program pertanian seperti ketahanan pangan, diversifikasi pangan,
desa mandiri pangan merupakan salah satu contoh program yang mengedepankan
pengembangan pangan alternatif selain tanaman padi. Di antara sekian tanaman
pangan yang dikembangkan selain padi, komoditas utama yang kerap kali di
kembangkan menjadi pangan alternatif adalah tanaman pangan ubi kayu (Manihot
utilisima). Tingginya permintaan akan produksi ubi kayu mengakibatkan tuntutan pada
para petani untuk dapat meningkatkan produksi mereka agar mampu memasok
keseluruhan kebutuhan semua sektor. Peningkatan produksi bagi petani ubi kayu
memerlukan suplai informasi-informasi yang memadai dan dipercaya dalam mencapai
tujuannya.
Penelitian jaringan komunikasi dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu ini
mengacu pada konsep model komunikasi konvergensi oleh Rogers dan Kincaid
(1981). Model komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai proses
dimana partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu
sama lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid (1979) dalam Rogers

dan Kincaid (1981) komponen utama pada model ini adalah informasi, ketidakpastian,
konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama, aksi kolektif dan
keterhubungan jaringan. Dalam penelitian ini, aspek kajian jaringan komunikasi
meliputi peranan individu dan indikator jaringan komunikasi. Peranan individu di
tunjukkan dengan peranannya sebagai bintang, jembatan, penghubung, atau pencilan
dalam sistem sosial. Indikator jaringan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada pengukuran menurut Freeman (1979) dalam Scott (2000) yang terdiri sentralitas
lokal dan sentralitas global.
Penelitian ini bertujuan untuk (1). mendeskripsikan jaringan komunikasi yang
terbentuk diantara petani ubi kayu, (2). mengetahui hubungan antara karakteristik
personal petani ubi kayu dengan jaringan komunikasi, dan (3). mengetahui hubungan
jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan
korelasional. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu petani ubi kayu.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang petani ubi kayu yang ditentukan
dengan menggunakan metode sampling intact system (sensus). Lokasi penelitian ini
adalah di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung
Tengah, Provinsi Lampung yang ditentukan secara purposive. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2011. Pengolahan dan analisis data
menggunakan analisis sosiometri, analisis mengenai indikator jaringan dengan

software UCINET VI serta analisis korelasi Pearson dan korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan jaringan komunikasi petani ubi kayu yang
merupakan jaringan personal menyebar (radial personal network) adalah jaringan
komunikasi mengenai bibit, jaringan komunikasi mengenai pupuk dan jaringan
komunikasi mengenai panen, sedangkan jaringan komunikasi mengenai hama dan
penyakit merupakan jaringan personal yang memusat (interlocking personal network).
Petani ubikayu berkomunikasi dengan intens pada orang-orang yang memiliki
kesamaan tempat tinggal dalam sebuah wilayah tertentu. Individu yang memiliki nilai
sentralitas lokal tertinggi atau yang berperan menjadi star pada jaringan komunikasi
mengenai bibit, hama dan penyakit adalah petani berpengaruh yang memiliki sikap

terbuka tentang informasi teknologi produksi kepada petani ubi kayu lainnya. Star
dalam jaringan komunikasi mengenai pupuk adalah Ketua Gapoktan dan penjual
saprotan di desa tersebut. Star dalam jaringan komunikasi megenai panen adalah
petani yang merupakan penyedia jasa tenaga kerja untuk memanen dan transportasi
pengangkut hasil panen ke pabrik ubi kayu. Individu yang memiliki nilai sentralitas
global terendah atau yang berperan sebagai kunci penyebar informasi pada jaringan
komunikasi mengenai bibit dan pupuk adalah Ketua Gapoktan dan penjual saprotan di
desa tersebut dan pada jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit serta panen
adalah petani berpengaruh yang memiliki sikap terbuka tentang informasi teknologi

produksi kepada petani ubi kayu lainnya.
Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara karakteristik personal
petani ubi kayu dengan jaringan komunikasi. Karakteristik personal petani ubi kayu
yang berhubungan sangat nyata dengan sentralitas lokal adalah pendapatan,
keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa; sedangkan yang
berhubungan nyata adalah luas lahan. Karakteristik personal petani ubi kayu yang
berhubungan sangat nyata dengan sentralitas global adalah pendidikan, pendapatan,
keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa. Penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat nyata antara jaringan komunikasi
dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu. Indikator jaringan yang berhubungan
sangat nyata dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu adalah sentralitas lokal
dan sentralitas global.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.

32

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI
PRODUKSI UBI KAYU
(Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

AGENG RARA CINDOSWARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo Agung, M.S

Judul Tesis

:

Jaringan Komunikasi Dalam Penerapan Teknologi Produksi Ubi
Kayu (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan
Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

Nama

:

Ageng Rara Cindoswari

NRP


:

I 352090121

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S
Ketua

Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA
Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 25 Januari 2012

Tanggal Lulus :

32

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT, hanya karena kehendak dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Jaringan Komunikasi dalam Penerapan
Teknologi Produksi Ubi Kayu (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun,
Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)”. Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor
Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan (KMP) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S selaku ketua komisi pembimbing serta Ir. Richard W.E
Lumintang, MSEA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian
tesis ini.
2. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S dan Dr. Ir. Amiruddin Saleh, M.S selaku penguji luar
komisi dalam ujian tesis yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan tesis ini.
3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S sebagai Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan dan beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan
limpahan ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Institut
Pertanian Bogor.
4. Kedua orang tua penulis Ir. R. Sudjioto dan Ir. Begem Viantimala, M.Si yang tak
henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, semangat, dan doa
yang tulus. Adik-ku Muhammad Gilang Bhagaskoro dan Btari Rara Cindo Mazaya
serta Kakak-ku Elly Sustiana yang telah memberikan doa dan motivasi dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Kepala Desa dan seluruh staf pemerintahan Desa Suko Binangun yang telah
memberikan izin serta membantu peneliti dalam melakukan penelitian di desa
tersebut.
6. Bapak I Gusti Made selaku penyuluh pertanian dan Bapak Suparyanto selaku
Ketua Kelompok Tani Berkah Jaya serta masyarakat Desa Suko Binangun yang
telah membantu dan memfasilitasi peneliti dalam mengumpulkan data dan
informasi selama proses penelitian berlangsung.

7. Sahabat-ku Verlianita, SP dan Freddy Agusta, S.Pi yang selalu siap membantu
dalam pengumpulan informasi dan data yang berkaitan dengan penelitian serta
semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis.
8. Saudara sepupu-ku Aditya Nugroho, SE, MSc Eng yang telah membantu
mendapatkan literatur terkait dengan kepentingan penelitian dan seluruh keluarga
besar-ku yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas perhatian, doa dan
dorongan pada penulis.
9. Teman-Teman KMP 2009 (Enno, Yoga, Rahmah, Kak Uci, Kak Asma, Teh Dini,
Leonard, Mbak Ofi, Imani, Mas Sardi, Mas Sigit, Mas Denta) atas segala bantuan,
kerjasama dan dukungannya terhadap penulis dalam menyelesaikan penelitian dan
menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor.
10. Rekan-Rekan KMP S2 2007, 2008, 2010 dan S3 2009, 2010 (Mbak Dewi, Bu Dian,
Bu Retno, Bu Siti, Mbk Serly, Bu Rita, Bu Riko, Pak Edi, Pak Zul, Pak Iwan dan
semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu) atas semangat dan
doronganya kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah memotivasi dan memberikan bantuan baik moril maupun
materil dan spirituil kepada peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Januari 2012

Ageng Rara Cindoswari

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 September 1985 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari ayah Ir. Sudjioto dan ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak PTPN VII Bandar Lampung
pada tahun 1991 dan pada tahun yang sama melanjutkan ke SDN 09 Pulo Gadung
Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 4
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000. Kemudian Penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 9 Bandar-Lampung dan lulus pada
tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor
melalui Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa Program
Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, penulis pernah menjadi pengurus
Unit Kegiatan Mahasiswa ASPECT (Association For Agricultural Studies and
Community Empowerment) 2004-2006. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa
Daerah KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung) 2005-2006. Selanjutnya, Penulis
juga aktif dalam organisasi Forum Komunikasi Rohis Jurusan sebagai anggota pada
Departemen Fikom. Penulis pernah menjadi asisten dosen dalam Mata Kuliah
Sosiologi Umum tahun 2006-2007.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiwa S2 pada Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP).

32

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN......................................................................................................
Latar Belakang Penelitian ..............................................................................
Rumusan Masalah Penelitian .........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................................
Kegunaan Penelitian ......................................................................................

1
1
5
6
6

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................
Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan ..........................
Pembangunan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan .............................
Pengertian dan Konsep Jaringan Komunikasi ...............................................
Analisis Jaringan Komunikasi .........................................................................
Adopsi (Penerapan) Inovasi dan Jaringan Komunikasi ..................................
Produksi dan Teknologi Budidaya Ubi Kayu ..................................................
Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu ..........................................................

7
7
10
13
17
21
23
24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...........................................................
Kerangka Pemikiran .......................................................................................
Hipotesis .........................................................................................................

27
27
31

METODE PENELITIAN ...........................................................................................
Desain Penelitian ...........................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................
Populasi Penelitian .........................................................................................
Metode Pengumpulan Data ............................................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...............................................................
Pengolahan dan Analisis Data .......................................................................
Definisi Operasional .......................................................................................

33
33
33
33
34
35
36
38

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................
Gambaran Umum Desa Suko Binangun ........................................................
Keadaan Geografi dan Topografi Desa Suko Binangun .........................
Tata Guna Lahan di Desa Suko Binangun ..............................................
Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Suko Binangun ..........................
Keadaan Demografi Desa Suko Binangun ..............................................
Keadaan Ekonomi Desa Suko Binangun ................................................
Keadaan Budaya Desa Suko Binangun ..................................................
Keadaan Pertanian di Desa Suko Binangun ...........................................
Profil Petani Ubi Kayu Desa Suko Binangun ..................................................
Usia ........................................................................................................
Tingkat Pendidikan ..................................................................................
Tingkat Pendapatan ................................................................................
Luas Lahan ..............................................................................................
Pengalaman Berusahatani ......................................................................
Keikutsertaan Dalam Kelompok .............................................................
Kepemilikan Media Massa.......................................................................
Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu .......................................................
Penyiapan Lahan.....................................................................................
Pembibitan...............................................................................................
Penanaman .............................................................................................
Pemeliharaan ..........................................................................................
Panen ......................................................................................................

41
41
41
42
42
46
50
51
52
55
56
57
58
58
59
59
60
61
63
64
66
68
72

Jaringan Komunikasi Petani Ubi Kayu ...........................................................
Jaringan Komunikasi Mengenai Bibit ......................................................
Jaringan Komunikasi Mengenai Pupuk ...................................................
Jaringan Komunikasi Mengenai Hama dan Penyakit ..............................
Jaringan Komunikasi Mengenai Panen ...................................................
Analisis Jaringan Komunikasi Di Tingkat Individu ..........................................
Sentralitas Lokal ......................................................................................
Sentralitas Global ....................................................................................
Deskripsi Jaringan Komunikasi Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun .....
Hubungan Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu dengan
Jaringan Komunikasi ......................................................................................
Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Penerapan Teknologi
Produksi Ubi Kayu ..........................................................................................

74
75
81
86
92
100
101
102
104

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................
Kesimpulan .....................................................................................................
Saran ..............................................................................................................

130
130
131

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

132

LAMPIRAN ..............................................................................................................

136

115
122

DAFTAR TABEL
1.
2. 
3. 
4. 
5. 
6. 
7. 
8. 
9. 
10. 
11.

Halaman
Produktivitas tanaman ubi kayu menurut kabupaten/kota, 2005-2009........
3
Luas areal dan persentase tata guna lahan, Desa Suko Binangun,
tahun 2010...................................................................................................
Jumlah dan jenis sarana dan prasarana di Desa Suko Binangun, tahun
2010.............................................................................................................
Jumlah ruang kelas, murid dan guru berdasarkan tingkat sarana
pendidikan di Desa Suko Binangun, tahun 2010.........................................
Jumlah penduduk dan persentase berdasarkan jenis kelamin dan tempat
tinggal, Desa Suko Binangun, tahun 2010...................................................
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan usia, Desa Suko
Binangun, tahun 2010..................................................................................
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, Desa
Suko Binangun, tahun 2010.........................................................................
Jumlah dan presentasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, Desa
Suko Binangun, tahun 2010.........................................................................
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tahapan keluarga
sejahtera, Desa Suko Binangun, tahun 2010...............................................
Persentase petani berdasarkan kategori karakteristik personal di Desa
Suko Binangun.............................................................................................

42
43
44
46
47
48
49
49
56

Distribusi skor petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi ubi
kayu berdasarkan kategori...........................................................................

62

Jumlah dan persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan
tingkat penerapan teknologi produksi...........................................................

62

Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk
indikator penyiapan lahan berdasarkan kategori..........................................

64

Pengaruh macam (bagian) setek terhadap daya tumbuh dan hasil
produksi ubi kayu.........................................................................................

65

Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk
indikator pembibitan berdasarkan kategori..................................................

66

Pengaruh cara penanaman setek terhadap hasil ubi kayu (ton/ha ubi
kupas)...........................................................................................................

67

Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk
indikator penanaman berdasarkan kategori.................................................

68

18.

Tabel 18. Komponen PHPT pada tanaman ubi kayu....................................

69

19.

Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk
indikator pemeliharaan berdasarkan kategori..............................................

71

12.
13.
14.
15.
16.
17.

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk
indikator panen berdasarkan kategori..........................................................

73

Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai
bibit...............................................................................................................

76

Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi
mengenai bibit...............................................................................................

79

Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai
pupuk............................................................................................................

82

Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi
mengenai pupuk...........................................................................................

84

Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai
pengendalian hama dan penyakit................................................................

89

Karakteristik peran isolate pada setiap klik dalam jaringan komunikasi
mengenai hama dan penyakit.......................................................................

91

Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai
panen...........................................................................................................

94

Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal dan sentralitas
global petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan topik jaringan
komunikasi mengenai bibit, pupuk, hama & penyakit dan panen.................

100

29.

Deskripsi jaringan komunikasi petani ubi kayu di Desa Suko Binangun......

105

30.

Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal............

116

31.

Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas global..........

119

32.

Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan tingkat
penerapan teknologi produksi.......................................................................

123

Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan
pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen.......

123

33.
34.

Daftar responden yang berperan sebagai star dalam lingkungan terdekat
dan rata-rata skor total penerapan teknologi produksi ubi kayu yang
diperoleh.......................................................................................................

124

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Komponen dasar model komunikasi konvergensi........................................

14

2.

Kerangka pemikiran.......................................................................................

30

3.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit....................................

77

4.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pupuk.................................

83

5.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai hama dan penyakit............

88

6.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen.................................

93

32

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.  Kuesioner penelitian........................................................................................

136

2.

Hasil uji reliabilitas kuesioner..........................................................................

144

3.

Hasil uji korelasi Pearson hubungan antara karakteristik personal dengan
sentralitas lokal dan global......................................................................................

145

4.

Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan antara sentralitas
lokal dan sentralitas global dengan penerapan teknologi produksi................. 146

5.

Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan antara sentralitas lokal dan
global dengan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan
dan panen.......................................................................................................

147

Nama responden berdasarkan nilai sentralitas lokal dan sentralitas
global...............................................................................................................

148

Gambar lokasi penelitian.................................................................................

150

6.
7.

 

32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan nasional. Pertanian
memberikan kontribusi besar dalam ekonomi bangsa Indonesia terutama pada saat
terjadi krisis moneter di tahun 1998. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting
dalam perekonomian Indonesia karena mempunyai peranan yang strategis dalam
pembangunan nasional. Beberapa peranan strategis tersebut adalah sebagai:
(1) pemasok bahan makanan pokok penduduk, (2) pemasok bahan baku industri,
(3) penyedia lapangan kerja terbesar penduduk, (4) pencipta nilai tambah atau produk
domestik buto (PDB) dan (5) penghasil atau sumber devisa. Sektor pertanian juga
berperan dalam mengentaskan kemiskinan karena penduduk miskin dominan ada di
pedesaan (Kusnandi dkk, 2009).
Berbagai kebijakan di bidang pertanian terus diciptakan guna meningkatkan
kesejahteraan hidup petani. Sejak masa reformasi hingga saat ini, telah sering kali
mendengar program-program pengembangan pangan untuk meningkatkan produksi
pangan. Beberapa program pertanian seperti ketahanan pangan, diversifikasi pangan,
desa mandiri pangan merupakan salah satu contoh program yang mengedepankan
pengembangan pangan alternatif selain tanaman padi. Di antara sekian nama tanaman
pangan yang dikembangkan selain padi, komoditas utama yang kerap kali di
kembangkan menjadi pangan alternatif adalah tanaman pangan ubi kayu (Manihot
utilisima).
Menurut BPS (2005) produksi ubi kayu nasional sekitar 19,5 juta ton ubi segar. Di
sisi lain, komoditas pangan alternatif seperti ubi kayu dalam berbagai program pangan
yang di inisiasi oleh pemerintah menyebabkan permintaan yang tinggi akan produksi
tanaman pangan ubi kayu. Terlebih lagi, sejak tahun 2006 komoditas ubi kayu
dinobatkan menjadi salah satu bahan baku pembuatan bioetanol. Bioetanol merupakan
salah satu produk keluaran dari program bahan bakar nabati yang digalakkan oleh
pemerintah Indonesia sebagai program nasional. Melihat kondisi di atas, tidak
mengherankan terjadi lonjakan yang besar akan kebutuhan ubi kayu untuk memenuhi
kebutuhan di berbagai sekor seperti pertanian, industri, dan energi. Menurut BPS
(2005) untuk keperluan pangan, pakan, industri non-bioetanol, dan industri bioetanol
dibutuhkan pasokan ubi kayu masing-masing 12,5 juta ton, 0,34 juta ton, 2,01 juta ton,
dan 8,93 juta ton ubi kayu segar dengan demikian, total kebutuhan ubi kayu sekitar

2

23,78 juta ton. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka terjadi defisit suplai ubi kayu
sekitar 4,28 juta ton.
Tingginya permintaan akan produksi ubi kayu mengakibatkan tuntutan pada para
petani untuk dapat meningkatkan produksi mereka agar mampu memasok keseluruhan
kebutuhan semua sektor tersebut. Permasalahan utama dalam pengembangan ubi
kayu di Indonesia adalah rendahnya produktivitas, meskipun dari tahun ke tahun
terdapat tendensi peningkatan. Menurut BPS (2005) produksi ubi kayu nasional pada
sebesar 19,5 juta ton. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan penelitian berbagai
lembaga penelitian yang menyatakan bahwa produktivitas ubi kayu dapat mencapai 30
sampai 40 ton per ha. Meskipun di lahan kering produktivitas ubi kayu tahun 2011 di
tingkat petani 15 sampai 19 ton per ha, penanaman ubi kayu dilaporkan memiliki
keunggulan komparatif dibandingkan dengan padi gogo dan palawija lain. Menurut
Wargiono

(2006)

dalam

Prihandana

dkk

(2008)

menyatakan

bahwa

agar

menguntungkan, produkivitas ubi kayu sebesar 20 sampai 25 ton per ha, dengan B/C
rasio lebih dari 1,0 dengan harga ubi di tingkat petani Rp.250 sampai Rp.300 per kg.
Provinsi Lampung adalah daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia (24
persen), diikuti Jawa Timur (20 persen), Jawa Tengah (19 persen), Jawa Barat (11
persen), Nusa Tenggara Timur (4,5 persen), dan DI Yogyakarta (4,2 persen)
(Prihandana, dkk, 2008). Sejak tahun 2003, produksi ubi kayu di Provinsi Lampung
meningkat dari sekitar 4.984.616 ton pada tahun 2003 dan terus meningkat hingga
pada tahun 2010 produksinya mencapai 7. 927.764 (BPS, 2010). Salah satu pemasok
produksi ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Tengah.
Petani di Kabupaten Lampung Tengah, khususnya Desa Suko Binangun, merupakan
petani-petani transmigran yang menggeluti usaha ini belasan bahkan puluhan tahun
yang lalu. Kondisi lahan yang luas dan subur mengakibatkan wilayah ini cocok untuk
ditanami berbagai komoditas pertanian dan perkebunan seperti padi, ubi kayu, tebu
hingga karet. Diversifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh petani di Kabupaten
Lampung Tengah terjadi sejak masuknya pabrik-pabrik tebu, tapioka, nanas dan
bioetanol ke wilayah mereka. Selain sebagai petani ubi kayu mereka juga bekerja
sebagai buruh pada sejumlah pabrik-pabrik di atas. Pekerjaan mereka sebagai buruh
pabrik ternyata bersifat musiman. Salah satu alasan mereka bekerja sebagai buruh
pabrik dikarenakan tidak memiliki atau kurang memiliki lahan yang cukup untuk dapat
mengusahakan ubi kayu.
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu penghasil ubi kayu tertinggi
di Provinsi Lampung. Menurut statistik daerah Kabupaten Lampung Tengah (2010)

3

menyatakan bahwa produksi ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung pada tahun 2009
adalah Kabupaten Tulang Bawang dengan produksi 2.594.100 ton per tahun,
kabupaten Lampung Tengah dengan produksi 2.493.900 ton per tahun dan kabupaten
lampug utara dengan produksi 2.421.800 ton per tahun. Selanjutnya, data produksi ubi
kayu di Provinsi Lampung dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produktivitas tanaman ubi kayu menurut kabupaten/kota, 2005-2009
Kabupaten/Kota

2005
2006
(Ton)
(Ton)
Lampung Barat
1.751.200
1.791.300
Tanggamus
1.825.500
1.848.600
Lampung Selatan
1.843.200
1.888.700
Lampung Timur
1.878.000
1.935.500
Lampung Tengah
1.905.400
1.940.500
Lampung Utara
1.902.700
1.947.200
Way Kanan
1.880.200
1.931.200
Tulang Bawang
1.918.600
1.947.900
Pesawaran
Bandar Lampung
1.843.400
1.893.900
Metro
1.725.200
1.784.900
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010

2007
(Ton)
1.845.700
1.931.900
1.958.200
2.011.800
2.003.900
2.032.100
2.000.900
2.024.400
1.989.800
1.867.300

2008
(Ton)
1.873.100
1.891.900
1.983.300
2.379.100
2.446.400
2.398.800
2.233.000
2.547.400
1.972.400
1.973.300
1.916.800

2009
(Ton)
1.920.400
1.971.600
2.014.200
2.421.100
2.493.900
2.421.800
2.216.400
2.594.100
1.999.100
2.030.100
1.956.100

Meski Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten pemasok
ubi kayu terbesar di Indonesia, pada praktiknya kondisi ini sangat bertolak belakang
dengan kesejahteraan petani ubi kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan
Wayseputih, Kabupaten Lampung Tengah. Petani ubi kayu di daerah tersebut hanya
dapat memproduksi ubi kayu sekitar 16 sampai 20 ton per ha, selain itu mereka
mengeluhkan kurangnya informasi yang memadai terkait dengan teknologi budidaya
yang berguna untuk meningkatkan produksi usahatani mereka. Di samping itu, mereka
juga mengeluhkan akses pasar secara langsung dan harga jual yang tidak stabil
sehingga pendapatan petani relatif sedikit.
Peningkatan produksi bagi petani ubi kayu memerlukan suplai informasiinformasi yang memadai dan dipercaya dalam mencapai tujuannya. Merujuk pada
Kaniki (1992) yang dikutip oleh Ihsaniyati (2010) informasi dirumuskan sebagai ide,
fakta, karya imajinatif pikiran, data yang berpotensi untuk pengambilan keputusan,
pemecahan masalah serta jawaban atas pertanyaan yang dapat mengurangi
ketidakpastian. Peningkatan produksi tanaman pangan ubi kayu memerlukan informasi
yang mengurangi ketidakpastian dan membangun struktur komunikasi di antara petanipetani

ubi

kayu

tersebut.

Informasi

diperlukan

untuk

menghindari

entropi.

Menggunakan pendekatan sistem umum dan teori informasi, semakin besar
ketidakpastian, semakin banyak informasi yang diperlukan (Littlejohn, 1992). Informasi
akan memberikan pilihan atau alternatif untuk komponen-komponen dari sistem.

4

Komponen sistem akan mencari informasi untuk mengatasi kesulitan mereka atau
memecahkan masalah mereka. Dengan kata lain, mereka memerlukan informasi
sebagai negentropi untuk mengatasi situasi entropi mereka (Flor dan Matulac, 1994
yang dikutip oleh Lubis, 2000).
Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun mengeluhkan minimnya informasi
mengenai bibit unggul, penanganan hama dan penyakit serta dosis pupuk yang tepat.
Di samping itu, mereka juga mengeluhkan harga ubi kayu yang tidak stabil di pasar
yang selama ini mereka akses. Kondisi ini merupakan salah satu kendala bagi petani
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubi kayu di Desa Suko Binangun.
Permintaan akan pasokan ubi kayu segar terus meningkat guna memenuhi kebutuhan
berbagai sektor pembangunan. Kondisi di atas mendesak petani untuk bertindak kreatif
untuk memenuhi kebutuhan informasi sehingga, dapat meningkatkan produksi
usahatani ubi kayu mereka. Dalam rangka mencapai produktivitas yang tinggi
diperlukan suplai informasi yang memadai dan terpercaya. Hal ini, memotivasi peneliti
untuk menelaah bagaimana upaya mereka dalam memperoleh informasi yang petani
ubi kayu butuhkan didekati dengan pendekatan jaringan komunikasi. Hal ini bertujuan
untuk melihat bagaimana upaya petani dalam mencari, mendapatkan dan membagi
informasi yang berkaitan dengan aspek produksi usahatani ubi kayu. Menelaah arus
informasi dengan menggunakan jaringan komunikasi bertujuan untuk mengetahui
gambaran struktur komunikasi yang di bangun oleh petani ubi kayu di Desa Suko
Binangun.
Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi
ketidakpastian yang mereka hadapi (Flor and Matulac,1994 yang dikutip oleh Lubis,
2000). Berdasarkan teori jaringan komunikasi, dalam pencarian informasi petani harus
membangun strukur jaringan dengan tetangga dan sumber informasi lainnya
(Littlejohn,1992). Jaringan komunikasi menurut Rogers and Kincaid (1981) adalah
suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang
dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Struktur komunikasi dapat dipelajari
melalui analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan metode
penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data
hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe
hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut, salah satu tujuan penelitian
komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk
memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Struktur

5

komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur komunikasi yang berbeda yang dapat
dikenali melalui pola arus komuniksi dalam suatu sistem (Rogers and Kincaid, 1981).
Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah
hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni kecenderungan
manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang
memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga
terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama. Setiap jenis jaringan
komunikasi mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Semakin
penting suatu jenis informasi bagi suatu anggota sistem sosial, makin cepat
perkembangan dan luas jangkauan jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi yang
berhubungan dengan informasi tentang kebutuhan primer akan mempunyai jangkauan
yang tercepat dan terjauh (Rogers, 2003).
Beberapa pondasi kuat yang menyokong kemajuan peningkatan produksi hasil
pertanian diantaranya adalah ketersediaan teknologi dan pemasaran yang memadai.
Hal ini merujuk pada apa yang dikatakan Mosher (1970) mengenai syarat utama dan
syarat pelancar yang diperlukan jika menginginkan pembangunan pertanian yang terus
berjalan. Dengan demikian ketersediaan teknologi yang memadai dapat meningkatkan
produksi dan juga meningkatkan pendapatan petani ubi kayu. Konteks meningkatkan
produksi terkait dengan ketersediaan informasi teknologi produksi dan juga terkait
dengan penerapan teknologi produksi. Informasi yang tersedia dengan baik akan
memudahkan petani ubi kayu untuk menerapkan teknologi produksi dengan baik dan
optimal. Sehingga, ketersediaan informasi yang baik mengenai teknologi produksi akan
berhubungan dengan penerapan yang dilakukan oleh para petani terhadap teknologi
produksi. Pada konteks lain, petani ubi kayu di Desa Suko Binangun mengakses
informasi teknologi produksi dengan membentuk jaringan komunikasi. jaringan
komunikasi yang terbentuk diasumsikan sebagai sumber informasi yang dimanfaatkan
oleh petani ubi kayu tersebut. Melihat keterhubungan antara ketersediaan informasi
dalam mengakses jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu
sehingga dalam penelitian ini juga perlu untuk melihat keterhubungan antara jaringan
komunikasi dengan tingakat penerapan teknologi produksi ubi kayu.

6

Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimanakah jaringan komunikasi petani ubi kayu yang terbentuk di Desa
Suko Binangun?.

2.

Bagaimanakah hubungan karakterisrik personal petani ubi kayu dengan
jaringan komunikasi di Desa Suko Binangun?.

3.

Bagaimanakah hubungan antara jaringan komunikasi petani ubi kayu
dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu di Desa Suko Binangun?.
Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.

Mendeskripsikan jaringan komunikasi yang terbentuk di antara petani ubi
kayu di Desa Suko Binangun

2.

Mengetahui hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan
jaringan komunikasi di Desa Suko Binangun.

3.

Mengetahui hubungan jaringan komunikasi petani ubi kayu dengan
penerapan teknologi produksi ubi kayu Desa Suko Binangun.
Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.

Memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2.

Diharapkan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi
pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan jaringan
komunikasi secara umum dan jaringan komunikasi pada penerapan
teknologi budidaya ubi kayu secara khusus.

3.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perumus kebijakan dan
pelaksana program pembangunan pertanian dengan memberikan informasi
tentang pola atau struktur jaringan komunikasi yang dapat digunakan dalam
diseminasi informasi di kalangan petani ubi kayu.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan
Komunikasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971) adalah suatu proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku. Menurut William I. Gorden, Judy C.Pearson dan Pail E.
Nelson yang dikutip oleh Tubbs dan Moss (2009) menyatakan bahwa komunikasi
sebagai kegiatan yang selalu ditandai dengan tindakan, pertukaran, perubahan dan
perpindahan terhadap pemaknaan
hubungan-hubungan. Menurut

isi

Tubbs

pesan

dengan

dan Moss

implikasi

(2009)

sendiri

terbangunnya
menganggap

komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.
Menurut Mulyana (2000) terdapat tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi,
yakni komunikasi sebagai tindakan, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi
sebagai transaksi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi dimaknai
sebagai sebuah proses, peristiwa dan tindakan mempengaruhi melalui pesan atau
makna secara sengaja. Pengertian komunikasi yang sederhana ialah suatu proses
untuk mengurangi ketidakpastian dengan jalan berbagi tanda-tanda informasi
(Shannon dan Weaver, 1949; Schramm, 1973 dalam Jahi, 1988).
Pembangunan menurut Inayatullah (1976) yang dikutip oleh Dilla (2007)
merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang lebih baik dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih
besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya, juga memungkinkan warganya
memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. Menurut Rogers dan
Shoemaker (1971) pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial, di mana ideide baru diperkenalkan pada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per
kapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih
modern dan organisasi sosial yang lebih baik. Artinya, pembangunan adalah
modernisasi pada tingkat sistem sosial. Selanjutnya, Dissaynake (1984) yang dikutip
oleh Dilla (2007) mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa
merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada dan berusaha
melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan
mereka penentu dari tujuan mereka sendiri. Pembangunan dalam arti yang sangat
sederhana diungkapkan oleh Haryadi (2001) yang dikutip oleh Dilla (2007) sebagai
perubahan yang terencana dari kondisi tidak baik menuju kondisi baik.

8

Komunikasi pembangunan dalam arti sempit adalah segala upaya, cara dan
teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak
yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar
dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Komunikasi
pembangunan dalam arti luas yakni meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai
suatu akivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan
pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan
(Dilla, 2007).
Komunikasi

pembangunan

merupakan

proses

penyebaran

informasi,

penerangan, pendidikan, keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku.
Sebagai proses perubahan perilaku, komunikasi pembangunan dipandang sebagai
proses psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi yang berkesinambungan,
terarah dan bertujuan. Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental dalam melakukan perubahan. Kredibilitas sumber, isi
pesan, dan saluran komunikasi sangat berpengaruh dan menentukan perubahan
perilaku. Selain itu, manfaat dari ide, gagasan atau inovasi pun ikut mempengaruhi
perubahan perilaku (Dilla, 2007).
Pada tataran konseptual komunikasi pembangunan bersumber dari teori
komunikasi dan teori pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi
digunakan untuk menjembatani arus informasi (ide dan gagasan) baru dari pemerintah
kepada masyarakat atau sebaliknya. Artinya, melalui proses komunikasi pesan-pesan
pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan perubahan.
Sementara teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik bentuk perubahan
yang diinginkan secara terarah, dan progresif, dari satu kondisi ke kondisi yang lain,
atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik.
Komunikasi dan pembangunan memang dua konsep yang berbeda namun
penggabungan keduanya menjadikan mereka sebagai pendekatan yang sangat
penting dalam proses perubahan sosial. Pembangunan didefinisikan sebagai
perubahan yang terencana dan komunikasi merupakan media yang digunakan untuk
merubah sikap, keterampilan, dan perilaku baik individu, kelompok maupun massa.
Menurut Jahi (1988) dalam praktek komunikasi pembangunan dimana aliran informasi
di setiap negeri yang sering dipersoalkan orang, sesungguhnya diatur oleh ideologi
pembangunan negeri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa cara berkomunikasi yang
digunakan dalam suatu sistem sosial ialah fungsi struktur sosial dan kepercayaan yang
ada dalam sistem tersebut.

9

Teori modernisasi yang merupakan ideologi pembangunan yang dominan,
kemudian dijabarkan dengan lebih jelas dalam model “tetesan-ke bawah”. Menurut
pandangan ini, manfaat program-program intervensi di negara-negara Dunia Ketiga
akan menetes ke bawah kepada setiap orang. Mulai dari mereka yang berada dalam
kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan selanjutnya diteruskan
kepada mereka yang berada dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih
rendah. Komunikasi pembangunan juga menggunakan pendekatan “tetesan ke bawah”
ini (cf. Lerner, 1958; Pye, 1963; Schramm,1964 dalam Jahi, 1988). Menurut model ini,
informasi dan pengaruh mengalir dalam satu arah, dari pengirim ke penerima. Sifat ini
menyebabkan pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan dari “atas ke bawah”,
“pipa”, atau “pusat dan daerah” (Fett dan Schneider, 1973; Galtung, 1971;
Thiesenhusen, 1978 dalam Jahi, 1988).
Pada

era

orde

baru,

pemerintahan

Indonesia

menerapkan

kebijakan

pembangunan yang berdasarkan teori modernisasi. Penerapan kebijakan ini
dipengaruhi oleh aliran pemikiran ekonom klasik dan neoklasik. Menurut teori
modernisasi pemupukan modal dan sistem kapitalis begitu kental terasa sebagai motor
penggerak

perubahan

sosial

yang

terjadi

di

masyarakat

Indonesia

melalui

pembangunan. Dalam konteks ini komunikasi dalam pembangunan dianggap sebagai
suatu prasarana (infrastructure) dalam proses pembangunan. Artinya, komunikasi
dipandang sebagai suatu prakondisi untuk pertumbuhan ekonomi. Model pemikiran ini
menganggap arus informasi yang bebas dan komunikasi diantara penjual dan pembeli
sebagai suatu syarat mutlak bagi persaingan yang sempurna. Penggunaan media
secara besar-besar dianggap mampu untuk mentransfer informasi satu arah dari
pemerintah ke masyarakat. Dalam konteks seperti ini komunikasi dianggap sebagai
proses pertukaran satu arah yang semata-mata hanya berjalan dari sumber “source”
(pemerintah) ke penerima “receiver” (masyarakat) tanpa adanya proses umpan balik
sehingga bentuk komunikasi menjadi monolog.
Seiring dengan berjalannya waktu penerapan teori modernisasi banyak menuai
kritik dan sebagai gantinya, banyak ahli mengusulkan pendekatan pembangunan yang
berpusat pada rakyat “people centered development” yang menekankan pendekatan
partisipatif.

Artinya,

proses

pembangunan

tidak

saja

menumbuhkan

dan

mengembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial secara adil
(equity), setara (equality) dan partis