Pertumbuhan, Biomassa Daun, dan Kerapatan Trikoma Kelenjar pada Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) dengan Pemberian Berbagai Pupuk Organik dan Naungan

PERTUMBUHAN, BIOMASSA DAUN, DAN KERAPATAN
TRIKOMA KELENJAR PADA KUMIS KUCING (Orthosiphon
stamineus Benth.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK
ORGANIK DAN NAUNGAN

ALFRED MICHAEL

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan,
Biomassa Daun, dan Kerapatan Trikoma Kelenjar pada Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus Benth.) dengan Pemberian Berbagai Pupuk Organik dan
Naungan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta
dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Alfred Michael
NIM G34090029

ABSTRAK
ALFRED MICHAEL. Pertumbuhan, Biomassa Daun, dan Kerapatan Trikoma
Kelenjar pada Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) dengan Pemberian
Berbagai Pupuk Organik dan Naungan. Dibimbing oleh TRIADIATI dan
YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
Salah satu tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia adalah kumis
kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Pengaruh faktor naungan dan pemupukan
terhadap pertumbuhan tanaman perlu diketahui dalam membudidayakan tanaman
ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian berbagai jenis
pupuk organik dan naungan terhadap pertumbuhan tanaman, biomassa daun,
kandungan klorofil, dan kerapatan trikoma kelenjar pada tanaman kumis kucing.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan dua
faktor. Faktor pertama ialah naungan, yang terdiri atas tanpa naungan (N0) dan

naungan paranet 50% (N1). Faktor kedua ialah media tanam, yang terdiri atas
tanah (V1), campuran tanah dan pupuk kotoran kambing (V2), tanah dan pupuk
kotoran ayam (V3), serta tanah dan pupuk kompos (V4). Parameter yang diamati
meliputi karakter agronomi, kandungan klorofil, dan kerapatan trikoma kelenjar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kumis kucing yang
optimal dihasilkan oleh media tanam dengan pemberian pupuk kotoran kambing
dan pupuk kotoran ayam pada kondisi tanpa naungan. Kondisi naungan
meningkatkan kandungan klorofil namun menurunkan kerapatan trikoma kelenjar
adaksial dan abaksial daun. Kerapatan trikoma kelenjar abaksial daun kumis
kucing lebih besar daripada adaksial daun.
Kata kunci: naungan, Orthosiphon stamineus Benth., pupuk organik, trikoma
kelenjar

ABSTRACT
ALFRED MICHAEL. Growth, Leaf Biomass, and Density of Glandular
Trichomes in Java Tea Plants (Orthosiphon stamineus Benth.) Treated with
Various Organic Fertilizers and Shading. Supervised by TRIADIATI and
YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
One of the medicinal plants which are cultivated in Indonesia is java tea
plant (Orthosiphon stamineus Benth.). Influence of shade and fertilizer factor to

the growth of plants needs to be known in cultivating this plant. This study aimed
to examine the effect of various types of organic fertilizers and shading conditions
on growth of the plant, leaf biomass, chlorophyll content, and density of glandular
trichomes on the java tea plant. This experiment used a factorial completely
randomized design with two factors. The first factor was shading conditions,
consist of no-shade (N0) and 50% shade (N1). The second factor was the planting
medium, which consist of soil (V1), mixture of soil and goat manure (V2), soil
and chicken manure (V3), and soil and compost (V4). Parameters observed were
growth parameters, chlorophyll content, and density of glandular trichomes. The
results showed that the optimal growth of java tea plant was provided by planting
medium with enrichment of goat and chicken manure fertilizers no-shade.
Shading treatment increased chlorophyll content, but decreased density of
glandular trichomes in both adaxial and abaxial leaf surfaces. Density of glandular
trichomes in abaxial was higher than that of adaxial surface.
Keywords: glandular trichomes, organic fertilizers, Orthosiphon stamineus
Benth., and shading

PERTUMBUHAN, BIOMASSA DAUN, DAN KERAPATAN
TRIKOMA KELENJAR PADA KUMIS KUCING (Orthosiphon
stamineus Benth.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK

ORGANIK DAN NAUNGAN

ALFRED MICHAEL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pertumbuhan, Biomassa Daun, dan Kerapatan Trikoma Kelenjar
pada Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) dengan
Pemberian Berbagai Pupuk Organik dan Naungan
Nama

: Alfred Michael
NIM
: G34090029

Disetujui oleh

Dr Triadiati, MSi
Pembimbing I

Dr Yohana C. Sulistyaningsih, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini
ialah respon pertumbuhan tanaman obat, dengan judul Pertumbuhan, Biomassa
Daun, dan Kerapatan Trikoma Kelenjar pada Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) dengan Pemberian Berbagai Pupuk Organik dan Naungan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Triadiati, M.Si dan Dr. Yohana C.
Sulistyaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak
memberikan saran, arahan, dan nasihat selama penelitian hingga penulisan skripsi
ini. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
selaku penguji wakil komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan
masukan. Penghargaan penulis berikan kepada Bapak Sunardi dari Balittro yang
telah membantu dalam menyediakan bibit stek tanaman kumis kucing untuk
penelitian ini. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada seluruh staf di Rumah
Kaca Departemen Biologi, Laboratorium Penelitian Fisiologi Tumbuhan,
Laboratorium Mikroteknik, dan Laboratorium Terpadu Biologi IPB yang telah
membantu dalam penyediaan bahan dan peminjaman alat dalam penelitian ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, Sori Muda Sianipar,
mama, Tince Surdiana Sitorus, abang, Imanuel Sianipar, kakak, Riris br. Sianipar,
dan adik, Septian Sianipar atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya. Tak

lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman satu bimbingan
(Monika, Childa, Diah, Suci, dan Yuliatul), teman-teman Biologi 46, serta temanteman Kopelkhu dan PMK 46 (Marco, Cete, Theo, Hanna, Stefan, Alda, Melisa,
dan Gaby) atas doa dan semangat yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Alfred Michael

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

1

Waktu dan Tempat

1


Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

Analisis Media Tanam

3

Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang

4


Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Cabang dan Jumlah Daun

5

Pengaruh Perlakuan terhadap Biomassa Daun dan Luas Daun Total

5

Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Klorofil dan Biomassa Tanaman

6

Pengaruh Perlakuan terhadap Trikoma Kelenjar pada Daun

7

SIMPULAN DAN SARAN

8


Simpulan

8

Saran

8

LAMPIRAN

10

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis kualitas media tanam

4

DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan tinggi tanaman (a) dan pertambahan diameter batang (b)
2
3
4

5
6

7

tanaman kumis kucing pada perlakuan media tanam dan naungan
Pertambahan jumlah cabang (a) dan pertambahan jumlah daun (b)
tanaman kumis kucing pada perlakuan media tanam dan naungan
Biomassa daun (a) dan luas daun total (b) tanaman kumis kucing pada
kombinasi perlakuan naungan dan media tanam
Kandungan klorofil daun kumis kucing pada perlakuan naungan (a) dan
biomassa total tanaman kumis kucing pada kombinasi perlakuan
naungan dan media tanam (b)
Trikoma kelenjar pada sayatan transversal daun kumis kucing
Perbandingan jumlah trikoma kelenjar capitate dan peltate (a) dan
perbandingan kerapatan trikoma kelenjar adaksial dan abaksial (b)
Kerapatan trikoma kelenjar pada perlakuan naungan

4
5
6

6
7
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rancangan percobaan yang dilakukan di dalam rumah kaca

2 Hasil analisis data pertumbuhan tanaman, kandungan klorofil, dan
kerapatan trikoma kelenjar daun kumis kucing
3 Hasil analisis kandungan klorofil pada perlakuan naungan dan media
tanam
4 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing

10
11
14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan potensi tanaman obat yang berlimpah.
Tanaman obat banyak digunakan untuk menanggulangi masalah kesehatan, salah
satunya ialah tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Tanaman
kumis kucing berhabitus herba dengan batang bersegi empat dan memiliki daun
tunggal yang tersusun berhadapan bersilangan (Wiart 2006). Budidaya tanaman
kumis kucing dilakukan dengan tujuan meningkatkan produksi biomassa daun.
Budidaya tanaman obat umumnya perlu memperhatikan faktor naungan dan
pemupukan. Saat ini, budidaya banyak dilakukan melalui kegiatan PLBT, yaitu
pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman kayu yang berumur di atas 3 tahun
(Mayrowani dan Ashari 2011). Pengaruh naungan terhadap tanaman obat sangat
penting dipelajari sebagai upaya menciptakan kondisi optimal dalam memperoleh
produksi daun yang tinggi. Naungan menyebabkan rendahnya intensitas cahaya
yang diperoleh tanaman dan terganggunya proses fotosintesis. Hal tersebut
mengakibatkan rendahnya produksi tanaman. Secara umum, kondisi tanpa
naungan merupakan kondisi optimal untuk memperoleh produksi daun yang
tinggi bagi tanaman, misalnya pada tanaman pegagan (Kurniawati et al. 2012).
Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk menciptakan kondisi optimal
bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman untuk melakukan metabolisme dan menghasilkan biomassa. Permintaan
akan produk tanaman obat organik yang tinggi dapat dipenuhi dengan mengurangi
penggunaan pupuk kimia dan menggantikannya dengan pupuk organik (Yusron et
al. 2007). Hal ini dilakukan karena penggunaan pupuk kimia dapat
mengakumulasikan bahan kimia pada daun kumis kucing yang dimanfaatkan
sebagai obat.
Daun tanaman kumis kucing berkhasiat sebagai obat hipertensi (Handayani
dan Budijanto 1997). Pemanfaatan tanaman kumis kucing sebagai bahan obat
disebabkan oleh adanya kandungan metabolit sekunder, di antaranya alkaloid dan
flavonoid (Simbala 2009; Rafi et al. 2013). Metabolit sekunder disekresi oleh
struktur sekretori tanaman, salah satunya ialah trikoma kelenjar. Trikoma kelenjar
pada kumis kucing terdiri atas dua tipe, yaitu trikoma kelenjar dengan 2 sel kepala
dan trikoma kelenjar dengan 4-6 sel kepala (Dorly 2006).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian berbagai jenis
pupuk organik dan naungan terhadap pertumbuhan tanaman, biomassa daun,
kandungan klorofil, dan kerapatan trikoma kelenjar pada tanaman kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth.).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juli 2013 di rumah
kaca Departemen Biologi, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium
Terpadu, dan Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA IPB.

2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu polibag berukuran 5 kg, paranet 50%, penggaris,
kamera digital Olympus, neraca analitik, oven, labu takar, spektrofotometer UVVIS Genesys 20, leaf-area meter LI3000-C, silet, gelas objek dan gelas penutup,
mikroskop cahaya yang dilengkapi mikrometer, serta fotomikroskop Olympus E620. Bahan yang digunakan yaitu bibit tanaman kumis kucing dengan umur dan
jumlah daun yang sama, tanah, pupuk kompos, pupuk kotoran ayam, pupuk
kotoran kambing, bahan analisis kandungan klorofil daun, dan bahan pembuatan
sayatan paradermal daun.
Prosedur Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 2
faktor. Faktor pertama adalah naungan yang terdiri atas 2 taraf naungan, yaitu
tanpa naungan (N0) dan naungan paranet 50% (N1). Faktor kedua ialah media
tanam, yang terdiri atas media hanya tanah (V1) sebagai kontrol, campuran tanah
dan pupuk kotoran kambing (V2), tanah dan pupuk kotoran ayam (V3), serta
tanah dan pupuk kompos (V4). Dari kedua faktor tersebut didapatkan 8 kombinasi
perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 24 unit
percobaan. Rancangan percobaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Persiapan dan Analisis Media Tanam
Media tanam V1 hanya berisi tanah, sedangkan media tanam V2, V3, dan
V4 berisi tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 (b/b) di dalam
polibag berukuran 5 kg. Setiap media tanam memiliki berat sebesar 2 kg. Analisis
media tanam dilakukan di Balai Penelitian Tanah (Balittan) Bogor, masingmasing sampel media tanam seberat 1 kg. Analisis media tanam kontrol dilakukan
secara lengkap, baik sifat fisik, kimiawi, dan kadar hara, sedangkan analisis media
tanam dengan penambahan pupuk organik meliputi sifat kimiawi dan kadar hara.
Parameter analisis media tanam meliputi tekstur, derajat keasaman (pH),
kandungan Karbon (C), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Kalium (K), Natrium (Na), dan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
Penanaman, Pemeliharaan, dan Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Setiap media tanam ditanami satu stek batang dengan umur dan jumlah daun
yang sama. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman secara teratur
dan pemasangan ajir. Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi pertambahan
tinggi tanaman dan diameter batang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang
dilakukan setiap minggu hingga panen, yaitu saat berakhirnya fase generatif
pertama. Setelah pemanenan, dilakukan pengukuran luas daun dengan
menggunakan leaf-area meter dan penimbangan bobot basah serta bobot kering
akar, batang, dan daun. Bobot kering diperoleh setelah akar, batang, dan daun
dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC selama 4 hari.
Analisis Kandungan Klorofil
Analisis kandungan klorofil daun mengacu pada Arnon (1949). Analisis
kandungan klorofil dilakukan pada daun lebar penuh tanaman yang berumur 10
minggu. Ekstrak klorofil didapatkan dengan menggerus 1 g daun segar dengan

3
penambahan aseton 80%, selanjutnya disaring dengan kertas saring. Filtrat
dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan dengan aseton 80% hingga
volume 50 ml dan disuspensikan. Ekstrak yang telah didapatkan kemudian
diambil sebanyak 2.5 ml dan diencerkan dengan aseton 80% hingga volume 25 ml.
Nilai absorban diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
652 nm. Kandungan klorofil total dapat diketahui dengan rumus:

Pembuatan Preparat Sayatan Daun dan Pengamatan Trikoma Kelenjar
Pembuatan preparat sayatan paradermal daun dilakukan dengan
menggunakan metode whole mount (Sass 1951). Daun dewasa yang telah dipanen
segera difiksasi dan disimpan dalam alkohol 70% selama 2 minggu. Selanjutnya,
daun dibilas dengan akuades dan direndam dalam asam nitrat 50% selama 30
menit, kemudian dibilas dengan akuades dan dikerik dengan menggunakan silet.
Pengerikan daun bagian adaksial dilakukan untuk mendapatkan epidermis bagian
abaksial, dan sebaliknya. Lapisan epidermis yang didapatkan, direndam dalam
kloroks selama 1 menit, dibilas dengan akuades, selanjutnya direndam dalam
pewarna safranin 1% selama 1 menit, dibilas kembali di dalam akuades, kemudian
diletakkan pada gelas objek dengan medium gliserin 30% serta ditutup dengan
gelas penutup, dan ditambahkan kuteks bening di sekeliling gelas penutup.
Pengamatan trikoma kelenjar meliputi pengukuran diameter dan penghitungan
jumlah trikoma kelenjar yang dilakukan di bawah mikroskop sebanyak lima
bidang pandang pada setiap preparat. Kerapatan trikoma kelenjar (KTK) dihitung
dengan rumus:

Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
pada taraf nyata 5% menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Data yang memperlihatkan
adanya perbedaan yang nyata, diuji lanjut dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Media Tanam
Hasil analisis media tanam V1 menunjukkan bahwa tanah yang digunakan
memiliki nilai pH yang tergolong sangat masam. Media tanam V1 memiliki hara
C, N, P, dan K, serta rasio C/N yang tergolong rendah (Tabel 1). Analisis media
tanam V1 menunjukkan bahwa media tanam V1 merupakan media tanam yang
kurang baik bagi pertumbuhan tanaman, karena ketersediaan hara media tanam
tergolong rendah (Hardjowigeno 1995). Ketersediaan hara yang rendah dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan berakibat pada rendahnya produksi
tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut ialah melalui penambahan pupuk organik.
Penambahan pupuk organik pada media tanam V2, V3, dan V4
meningkatkan pH dan ketersediaan hara C, N, P, dan K. Penambahan pupuk

4
organik pada media tanam V2 dan V3 tidak berpengaruh terhadap rasio C/N,
namun meningkatkan rasio C/N pada media tanam V4 (Tabel 1). Media tanam
dengan penambahan pupuk organik merupakan media tanam yang berpotensi
memberikan pertumbuhan tanaman yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh
ketersediaan hara N, P, dan K yang tergolong tinggi dibandingkan media tanam
V1. Hara N, P, dan K merupakan hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Munawar 2011).
Tabel 1 Hasil analisis kualitas media tanam
Media Tanam

C (%)

N (%)

P (ppm)

K (ppm)

V1

0.31

0.03

1.0

53

pH
4.5

V2

2.29

0.23

228

2173

6.7

10

V3

2.08

0.21

552

2121

6.9

10

V4

4.36

0.37

543

353

5.8

12

Rasio C/N
10

Keterangan : V1: Media tanam kontrol (tanah), V2: Campuran tanah dan pupuk kotoran kambing,
V3: Campuran tanah dan pupuk kotoran ayam, dan V4: Campuran tanah dan pupuk
kompos.

Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Batang

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

0,80
Diameter batang (cm)

Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis media tanam mempengaruhi
tinggi tanaman (Lampiran 2a). Penambahan pupuk organik pada media tanam V2
berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman (Gambar 1a). Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya ketersediaan hara makro esensial seperti N, P, dan K yang
bermanfaat untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Munawar 2011). Tinggi tanaman
tidak dipengaruhi oleh naungan (Lampiran 2a). Hasil ini berbeda dengan
penelitian Affendy et al. (2010) yang menyatakan bahwa naungan 50%
berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kumis kucing.
Pertambahan diameter batang dipengaruhi oleh naungan (Lampiran 2b).
Diameter batang tanaman pada perlakuan tanpa naungan (N0) berbeda nyata
dengan tanaman pada perlakuan dengan naungan (N1) (Gambar 1b). Tanaman
pada perlakuan N1 memiliki diameter batang lebih kecil daripada tanaman pada
perlakuan N0.
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (Minggu)

(a)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (Minggu)

(b)

Gambar 1 Pertumbuhan tinggi tanaman (a) dan pertambahan diameter batang (b)
tanaman kumis kucing pada perlakuan media tanam dan naungan.

5
Perlakuan naungan (N1) menyebabkan spektrum cahaya matahari yang
berperan merangsang aktivitas hormon dalam pertumbuhan sel meristem ke arah
diameter batang berkurang dan menghambat pertambahan diameter batang
(Daniel et al. 1997).
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Cabang dan Jumlah Daun

60

500

50

400

40

Jumlah daun

Jumlah cabang

Jumlah cabang dan jumlah daun dipengaruhi oleh naungan dan media tanam
(Lampiran 2c dan 2d). Jumlah cabang dan jumlah daun tanaman pada perlakuan
N0 berbeda nyata dengan tanaman pada perlakuan N1. Pertambahan jumlah
cabang dan jumlah daun pada tanaman di perlakuan N0 lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman di perlakuan N1 (Gambar 2).

30
20
10
0

-10

300
200
100
0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (Minggu)

(a)

-100

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (Minggu)

(b)

Gambar 2 Pertambahan jumlah cabang (a) dan pertambahan jumlah daun (b)
tanaman kumis kucing pada perlakuan media tanam dan naungan.
Penambahan pupuk organik pada media tanam V2, V3, dan V4 tidak hanya
berpengaruh dalam meningkatkan jumlah cabang, melainkan berpengaruh dalam
meningkatkan jumlah daun. Tanaman pada media tanam V2 dan V3 menghasilkan
daun lebih banyak dibandingkan dengan tanaman pada media tanam V4. Hal ini
berkaitan dengan ketersediaan hara yang terdapat dalam media tanam.
Ketersediaan hara N pada media tanam V4 tergolong tinggi, namun ketersediaan
hara K tergolong rendah. Fitrianah et al. (2012) menyatakan bahwa hara N
merupakan unsur hara yang berperan penting dalam meningkatkan jumlah daun,
namun menurut Munawar (2011), peningkatan efisien pemupukan hara N
dipengaruhi oleh peranan hara K. Hal tersebut menjelaskan bahwa ketersediaan
hara K juga berpengaruh dalam meningkatkan jumlah daun.
Pengaruh Perlakuan terhadap Biomassa Daun dan Luas Daun Total
Biomassa daun digambarkan oleh bobot kering daun. Biomassa daun
dipengaruhi oleh interaksi antara naungan dan media tanam (Lampiran 2e).
Perlakuan N0 dan penambahan pupuk organik pada media tanam menunjukkan
bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh dalam meningkatkan biomassa daun.
Biomassa daun terbesar pada perlakuan N0 ditunjukkan oleh tanaman pada media
tanam V2 dan V3, masing-masing sebesar 5.18 g dan 5.26 g (Gambar 3a).
Luas daun total dipengaruhi oleh naungan dan media tanam (Lampiran 2f).
Perlakuan N0 dan penambahan pupuk organik pada media tanam menghasilkan

6
luas daun total yang lebih besar daripada tanaman pada media tanam kontrol (V1).
Luas daun total terbesar pada perlakuan N0 ditunjukkan oleh tanaman pada media
tanam V2, yaitu 5113.00 cm2. Perlakuan N1 dan penambahan pupuk organik pada
media tanam V4 berpengaruh meningkatkan luas daun total tanaman (Gambar
3b).
N0 V1
N0 V2
N0 V3
N0 V4
N1 V1
N1 V2
N1 V3
N1 V4

4
2
0

6.000

Luas Daun (cm2)

Biomassa Daun (g)

6

N0 V1
N0 V2
N0 V3
N0 V4
N1 V1
N1 V2
N1 V3
N1 V4

4.000
2.000
0

(a)

(b)

Gambar 3 Biomassa daun (a) dan luas daun total (b) tanaman kumis kucing pada
kombinasi perlakuan naungan dan media tanam.
Penambahan pupuk organik pada media tanam V2 dan V3 meningkatkan
ketersediaan hara K. Hara K diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ion K+. Ion K+
dapat mempengaruhi laju fotosintesis (Szczerba et al. 2008). Hal ini disebabkan
oleh peranan hara K dalam mengaktivasi beberapa enzim yang terlibat dalam
fotosintesis, salah satunya adalah rubisco. Fitrianah et al. (2012) menyatakan
bahwa fotosintesis dapat mempengaruhi besarnya produksi daun. Ketersediaan
hara N dan K pada media tanam tidak hanya berperan meningkatkan jumlah daun,
namun juga meningkatkan luas daun total tanaman.
Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Klorofil dan Biomassa Tanaman

0,250

20

0,200

Biomassa Total
Tanaman (g)

Kandungan Klorofil
(mg/l)

Analisis kandungan klorofil daun kumis kucing menunjukkan bahwa nilai
kandungan klorofil hanya dipengaruhi oleh naungan (Lampiran 2h). Perlakuan N1
meningkatkan kandungan klorofil daun (Gambar 4a). Hasil analisis kandungan
klorofil dapat dilihat pada Lampiran 3.
Biomassa tanaman digambarkan oleh bobot kering akar, batang, dan daun.
Biomassa tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara naungan dan media tanam
(Lampiran 2g). Perlakuan N0 menghasilkan biomassa tanaman lebih besar
daripada perlakuan N1 (Gambar 4b).

0,150
0,100
0,050
0,000
N0

(a)

N1

N0 V1
N0 V2
N0 V3
N0 V4
N1 V1
N1 V2
N1 V3
N1 V4

15
10
5
0

(b)

Gambar 4 Kandungan klorofil daun kumis kucing pada perlakuan naungan (a)
dan biomassa total tanaman kumis kucing pada kombinasi perlakuan
naungan dan media tanam (b). N0: tanpa naungan; N1: dengan naungan.
Perlakuan N1 menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang diperoleh

7
tanaman. Okada et al. (1992) menyatakan bahwa pada intensitas cahaya yang
rendah, tanaman memiliki nilai kandungan klorofil yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan jumlah klorofil dalam setiap kloroplas. Klorofil daun
berperan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis berpengaruh dalam menghasilkan
biomassa tanaman. Hasil penimbangan biomassa tanaman menunjukkan bahwa
kandungan klorofil yang tinggi pada tanaman di perlakuan N1 tidak berpengaruh
dalam meningkatkan biomassa tanaman. Hal ini diduga karena tidak hanya
klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis, melainkan intensitas cahaya.
Intensitas cahaya yang rendah menyebabkan terganggunya proses fotosintesis dan
berakibat pada rendahnya produksi tanaman (Muhidin et al. 2013).
Pengaruh Perlakuan terhadap Trikoma Kelenjar pada Daun
Trikoma kelenjar merupakan salah satu struktur sekretori tanaman yang
mensekresi senyawa metabolit sekunder. Berdasarkan jumlah sel sekretori,
trikoma kelenjar pada daun kumis kucing dibedakan menjadi dua, yaitu trikoma
kelenjar capitate dengan 1-2 sel sekretori dan trikoma kelenjar peltate dengan 4-6
sel sekretori (Gambar 5). Trikoma kelenjar capitate memiliki diameter berukuran
20-30 µm, sedangkan trikoma kelenjar peltate memiliki diameter berukuran 40-70
µm. Trikoma kelanjar capitate pada tanaman famili Lamiaceae seperti Thymus
lykae mensekresi senyawa polisakarida dan protein (Marin et al. 2008). Trikoma
kelenjar peltate pada Ocimum basilicum dan Lavandula pinata (famili Lamiaceae)
mensekresi terpenoid (Iijima et al. 2004; Huang et al. 2008).

(a)

(b)

3000
2000
1000
0
Capitate

(a)

Peltate

Kerapatan
Trikoma Kelenjar
(trikoma/mm2)

Jumlah Trikoma
Kelenjar

Gambar 5 Trikoma kelenjar pada sayatan transversal daun kumis kucing.
Trikoma kelenjar peltate (a); capitate (b); 1: Sel sekretori.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah trikoma kelenjar capitate
lebih banyak dibandingkan dengan peltate. Trikoma kelenjar dapat ditemukan
pada bagian abaksial dan adaksial daun. Kerapatan trikoma kelenjar abaksial daun
lebih besar daripada adaksial daun (Gambar 6).
800
600

400
200
0
Adaksial

Abaksial

(b)

Gambar 6 Perbandingan jumlah trikoma kelenjar capitate dan peltate (a) dan
perbandingan kerapatan trikoma kelenjar adaksial dan abaksial (b).

8

100
80
60
40
20
0

Kerapatan Trikoma
Kelenjar Abaksial
(trikoma/mm2)

Kerapatan Trikoma
Kelenjar Adaksial
(trikoma/mm2)

Kerapatan trikoma kelenjar bagian adaksial dan abaksial hanya dipengaruhi
oleh naungan (Lampiran 2i dan 2j). Perlakuan N1 menurunkan kerapatan trikoma
kelenjar adaksial dan abaksial daun (Gambar 7).

N0

200
150
100
50
0

N1

N0

(a)

N1

(b)

Gambar 7 Kerapatan trikoma kelenjar pada perlakuan naungan. Adaksial (a);
abaksial (b); N0: tanpa naungan; N1: dengan naungan.
Perlakuan naungan (N1) menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang
diperoleh tanaman, hal ini berdampak pada penurunan kerapatan trikoma daun.
Penurunan kerapatan trikoma daun dilakukan oleh tanaman sebagai bentuk
adaptasi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya. Muhuria et al. (2006)
menyatakan bahwa penurunan trikoma daun dapat meningkatkan efisiensi
penangkapan cahaya oleh tanaman untuk berfotosintesis.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pertumbuhan tanaman kumis kucing yang optimal dihasilkan oleh media
tanam dengan pemberian pupuk kotoran kambing dan pupuk kotoran ayam pada
perlakuan tanpa naungan. Perlakuan naungan meningkatkan kandungan klorofil
namun menurunkan kerapatan trikoma kelenjar adaksial dan abaksial daun.
Kerapatan trikoma kelenjar abaksial daun kumis kucing lebih besar daripada
adaksial daun.
Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan analisis kuantitatif kandungan
metabolit sekunder seperti alkaloid maupun flavonoid untuk mengetahui
hubungan kerapatan trikoma kelenjar dengan kandungan metabolit sekunder.

DAFTAR PUSTAKA
Affendy H, Aminuddin M, Arifin A, Mandy M, Julius K, Tamer AT. 2010. Effect
of light intensity on Orthosiphon stamineus Benth. seedlings treated with
different organic fertilizers. Int J Agric Res. 5:201-207.
Arnon DI. 1949. Copper enzymes in isolated chloroplast polyphenoloxidase in
Beta vulgaris. Plant Phys. 24: 1-16.
Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1997. Prinsip-Prinsip Silvikultur.Edisi keM
,H ’
,
Y y
I : UGM P
Dorly. 2006. Struktur sekretori tanaman bahan ramuan obat diabetes. J II Pert
Indones. 11: 7-12.

9
Fitrianah L, Fatimah S, Hidayati Y. 2012. Pengaruh komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan dan kandungan saponin pada dua varietas tanaman
gendola (Basella sp.). Agrov. 5:34-47.
Handayani L, Budijanto D. 1997. Efek ramuan buah mengkudu dan daun kumis
kucing untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. CDK.
116: 29-32.
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Huang SS, Kirchoff BK, Liao JP. 2008. The capitate and peltate glandular
trichomes of Lavandula pinnata L. (Lamiaceae): histochemistry,
ultrastructure, and secretion. J Torrey Botani Society 135: 155-167.
Iijima Y, Davidovich-Rikanati R, Fridman E, Gang DR, Bar E, Lewinsohn E,
Pichersky E. 2004. The biochemical and molecular basis for the divergent
patterns in the biosynthesis of terpenes and phenylpropenes in the peltate
glands of three cultivars of basil. Plant Phys. 136: 3724-3736.
Kurniawati A, Darusman KL, Rachmawaty RY. 2005. Pertumbuhan, produksi,
dan kandungan triterpenoid dua jenis pegagan (Centella asiatica L. (Urban))
sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul Agron. 33:62-67.
Marin M, Budimir S, Janosevic D, Marin PD, Duletic-Lausevic S, Ljaljevic-Grbic
M. 2008. Morphology, distribution, and histochemistry of trichomes of
Thymus lykae Degen & Jav. (Lamiaceae). Arch Biol Sci. 60: 667-672.
Mayrowani H, Ashari. 2011. Pengembangan agroforestry untuk mendukung
ketahanan pangan dan pemberdayaan petani sekitar hutan. Forum Penelitian
Agro Ekonomi. 29: 83-98.
Muhidin, Jusoff K, Elkawib S, Yunus M, Kaimuddin, Meisanti, Ray SG, Rianda
BL. 2013. The development of upland red rice under shade trees. World
Appl Sci J. 24: 23-30.
Muhuria L, Tyas KN, Khumaida N, Trikoesoemaningtyas, Sopandie D. 2006.
Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas cahaya rendah: karakter daun
untuk efisiensi penangkapan cahaya. Bul Agron. 34:133-140.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.
Okada K, Yasunori I, Kazuhiko S, Tadahiko M, Sakae IC. 1992. Effect of light on
degradation of chlorophyll and proteins during senescence of detaches rice
leaves. Plant Cell Physiol. 33: 1183-1191.
Rafi M, Widyastuti N, Suradikusumah E, Darusman LK. 2013. Antioxidant
activity, fenolic concentration, and total flavonoid of six Indonesian herbs.
Trad Med J. 18: 29-34.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa (US): Iowa State College Pr.
Simbala HEI. 2009. Analisis senyawa alkaloid beberapa jenis tumbuhan obat
sebagai bahan aktif fitofarmaka. Pacific J. 1: 489-494.
Szczerba MW, Britto DT, Kronzucker HJ. 2008. K+ transport in plants:
physiology dan molecular biology. Plant Physiol. 166: 447-466.
Wiart C. 2006. Medicinal Plants of the Asia-Pacific Drugs for the Future?.
Singapore (SG): World Scientific.
Yusron M, Gusmaini, Januwati M. 2007. Pengaruh pola tanam sambiloto-jagung
serta dosis pupuk organik dan alam terhadap produksi dan mutu sambiloto
(Andrographis paniculata Nees.). J Lit Tan Indus. 13: 147-154.

10

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rancangan percobaan yang dilakukan di dalam rumah kaca
KONDISI N1
V4(3)

V3(2)

V2(1)

V2(3)

V1(3)

V2(2)

V4(2)

V3(3)

V3(1)

V1(1)

V4(1)

V1(2)

KONDISI N0
V3(1)

V3(3)

V2(1)

V3(2)

V1(3)

V4(3)

V4(2)

V2(3)

V1(2)

V4(1)

V2(2)

V1(1)

Keterangan :
N0 : Tanpa naungan
N1 : Naungan paranet 50%
V1 : Kontrol (Hanya tanah)
V2 : Campuran tanah dan pupuk kotoran kambing
V3 : Campuran tanah dan pupuk kotoran ayam
V4 : Campuran tanah dan pupuk kompos
(1) : Ulangan 1
(2) : Ulangan 2
(3) : Ulangan 3

11
Lampiran 2 Hasil analisis data pertumbuhan tanaman, kandungan klorofil, dan
kerapatan trikoma kelenjar pada daun kumis kucing
a. Tinggi tanaman
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

1196.793 7
125860.167 1
127.882 1
1017.697 3
51.215 3
1663.820 16
128720.780 24
2860.613 23

170.970
125860.167
127.882
339.232
17.072
103.989

F Hitung
1.644
1210
1.230
3.262
.164

Sig.
.194
.000
.284
.049*
.919

b. Diameter batang
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

.153 7
7.707 1
.129 1
.005 3
.019 3
.096 16
7.956 24
.249 23

.022
7.707
.129
.002
.006
.006

F Hitung
3.670
1291
21.616
.303
1.055

Sig.
.015
.000
.000*
.823
.396

c. Jumlah daun
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

406795.958 7
676368.375 1
224847.042 1
94298.458 3
87650.458 3
6828.667 16
1089993.000 24
413624.625 23

Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

58113.708
676368.375
224847.042
31432.819
29216.819
426.792

F Hitung
136.164
1585
526.831
73.649
68.457

Sig.
.000
.000
.000*
.000*
.000*

12
d. Jumlah cabang
Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

db

Kuadrat Tengah

7193.292 7
9720.375 1
4240.042 1
1401.458 3
1551.792 3
451.333 16
17365.000 24
7644.625 23

1027.613
9720.375
4240.042
467.153
517.264
28.208

F Hitung
36.429
344.592
150.312
16.561
18.337

Sig.
.000
.000
.000*
.000*
.000*

e. Biomassa daun
Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

db

Kuadrat Tengah

70.626 7
167.112 1
43.983 1
17.440 3
9.203 3
1.856 16
239.595 24
72.483 23

10.089
167.112
43.983
5.813
3.068
.116

F Hitung
86.959
1440
379.085
50.104
26.440

Sig.
.000
.000
.000*
.000*
.000*

f. Luas daun total
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

51840000 7
71110000 1
19660000 1
17210000 3
14970000 3
3066597.852 16
126000000 24
54910000 23

7406380.350
71110000
19660000
5737470.400
4990683.060
191662.366

F Hitung
38.643
371.003
102.577
29.935
26.039

Sig.
.000
.000
.000*
.000*
.000*

g. Biomassa total tanaman
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

749.432 7
1554.133 1
605.915 1
93.392 3
50.126 3
48.271 16
2351.837 24
797.703 23

Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

107.062
1554.133
605.915
31.131
16.709
3.017

F Hitung
35.487
515.135
200.837
10.319
5.538

Sig.
.000
.000
.000*
.001*
.008*

13
h. Kandungan klorofil
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

2.802 7
95.341 1
1.814 1
.553 3
.434 3
6.333 16
104.476 24
9.135 23

.400
95.341
1.814
.184
.145
.396

F Hitung
1.011
240.889
4.584
.466
.366

Sig.
.459
.000
.048*
.710
.779

i. Kerapatan trikoma kelenjar adaksial
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

7725.377 7
114957.810 1
4521.564 1
2328.081 3
875.733 3
4282.978 16
126966.165 24
12008.355 23

1103.625
114957.810
4521.564
776.027
291.911
267.686

F Hitung
4.123
429.450
16.891
2.899
1.090

Sig.
.009
.000
.001*
.067
.382

j. Kerapatan trikoma kelenjar abaksial
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Naungan
Media
Naungan * Media
Galat
Total
Total Terkoreksi

Jumlah Kuadrat

db

Kuadrat Tengah

18020.691 7
375395.104 1
11592.252 1
3548.247 3
2880.192 3
14581.281 16
407997.076 24
32601.972 23

Keterangan : *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

2574.384
375395.104
11592.252
1182.749
960.064
911.330

F Hitung
2.825
411.920
12.720
1.298
1.053

Sig.
.040
.000
.003*
.309
.396

14
Lampiran 3 Hasil analisis kandungan klorofil pada perlakuan naungan dan
media tanam

Media Tanam

Absorbansi yang terbaca
pada 652 nm (A)

Kandungan klorofil (mg/l)

N0V1
N0V2
N0V3
N0V4
N1V1
N1V2
N1V3
N1V4

0.206
0.210
0.205
0.169
0.217
0.283
0.290
0.254

0.149
0.152
0.148
0.123
0.157
0.205
0.210
0.184

Contoh perhitungan : Media Tanam N0V1

= 0.149 mg/l

15
Lampiran 4 Trikoma kelenjar pada daun kumis kucing

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 1 Trikoma kelenjar pada sayatan paradermal daun kumis kucing.
Daun bagian abaksial perlakuan N0 (a), Daun bagian adaksial perlakuan
N0 (b), Daun bagian abaksial perlakuan N1 (c), Daun bagian adaksial
perlakuan N1 (d): 1. Trikoma kelenjar peltate; 2. Trikoma kelenjar
capitate; 3. Trikoma non-kelenjar. Garis skala: 100 µm.

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 23 April 1991, dari Bapak Sori Muda
Sianipar dan Ibu Tince Surdiana br. Sitorus. Penulis adalah anak ketiga dari empat
bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bekasi dan pada tahun yang
sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA) DIKTI 2010-2013. Penulis berkesempatan menjadi
asisten praktikum mata kuliah, baik di program diploma IPB (Botani Umum pada
tahun ajaran 2012/2013) maupun di program sarjana, diantaranya Botani Umum
pada tahun ajaran 2011/2012, Ekologi Dasar, Ilmu Lingkungan, Fisiologi
Tumbuhan Dasar, dan Biologi Dasar pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis aktif
dalam beberapa organisasi, diantaranya sebagai Bendahara STD IAAS LC IPB
pada tahun 2010, serta Staf Infokom Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio)
dan Kepala Bidang Pelayanan Pendataan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)
IPB pada tahun 2011. Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan,
diantaranya sebagai Kepala Divisi Acara Keakraban PMK tahun 2011, Sekretaris
1 Natal Civitas Akademika IPB tahun 2012, dan Kepala Divisi Dana dan Usaha
Camp Pengutusan Kelompok Pra-Alumni PMK IPB Angkatan 46 pada tahun
2013. P
S
I
“The Power of Local
Resources to Support Food Security, Food Diversification, and Food
Safety”
aian acara The 53rd IAAS World Congress pada tahun 2010.
Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan di Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW), Sukabumi dengan judul Kandungan Asam Askorbat pada Sirih
Merah (Piper crocatum) yang Ditemukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2011 yang dibimbing oleh Dr. Triadiati, M.Si.
Penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah)
Bogor dengan judul Cara Pengujian Ketahanan Alami Kayu Hutan Rakyat
terhadap Serangan Serangga Perusak Kayu pada tahun 2012 yang dibimbing oleh
Dr. Bambang Suryobroto dan Dra. Hj. Jasni, M.Si.