Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor

KEPADATAN DAN PERILAKU NYAMUK Aedes
(Diptera: Culicidae) DI DESA BABAKAN
KABUPATEN BOGOR

DWIATI NIRVANA BAHARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
DWIATI NIRVANA BAHARI. Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera:
Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA
dan UPIK KESUMAWATI HADI.
Berbagai tindakan telah dilakukan untuk menurunkan kasus Demam
Berdarah Dengue, di antaranya gerakan 3M (menutup penampungan air,
mengubur barang bekas, dan menguras penampungan air), dan pengasapan.
Dalam melakukan upaya pengendalian dibutuhkan pengetahuan tentang kepadatan
dan perilaku vektor nyamuk. Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan
populasi nyamuk Aedes, serta mempelajari perilaku menggigit dan istirahat

nyamuk Aedes. Penelitian ini dilakukan di wilayah permukiman padat penduduk
lingkar kampus IPB, Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor,
pada Februari- Juli 2011. Koleksi nyamuk dilakukan dengan penangkapan
nyamuk berumpan manusia (landing collection) dan nyamuk yang beristirahat
(resting collection) baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis nyamuk terbanyak yang menghisap darah dan
beristirahat di dalam rumah adalah Ae. aegypi (0.34 nyamuk/jam/orang). Jumlah
nyamuk terbanyak yang menghisap darah di luar rumah adalah Ae. albopictus
(0.3 nyamuk/jam/orang), namun tidak diketahui apakah nyamuk ini lebih
menyukai beristirahat di dalam atau di luar rumah.
Kata kunci: Ae.aegypti, Ae, albopictus, Demam Berdarah Dengue, Kepadatan,
Perilaku

ABSTRACT
DWIATI NIRVANA BAHARI. Density and Behavior Aedes (Diptera:
Culicidae) in Babakan Village Bogor Regency. Supervised by SUSI SOVIANA
and UPIK KESUMAWATI HADI.
Interventions have been done to reduce DHF (Dengue Haemoragic Fever)
incidence, such known as 3 M plus (to dry, to close, and to bury water container)
and fogging. Those effort need knowledge of the mosquitoes as the vector of DHF

such as density and behavior of mosquitoes. This study was conducted to know
population density and behavior of Aedes at indoor and outdoor. The data were
gathered by mosquitoes resting and landing collection method. Observation was
done in Babakan Village, Bogor Regency at February until July 2010. The highest
outdoor man biting rate showed by Ae. albopictus (0,3 females per man hour). At
indoor, Ae. aegypti had both of highest man biting rate and resting activity rate
(0.34 females per man hour). While from resting collection method, Ae.
albopictus was not showed resting activity at indoor or outdoor.
Keywords: Ae. aegypti, Ae. albopictus, Dengue Haemoragic Fever, Density,
Behavior

KEPADATAN DAN PERILAKU NYAMUK Aedes
(Diptera: Culicidae) DI DESA BABAKAN
KABUPATEN BOGOR

DWIATI NIRVANA BAHARI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kepadatan dan Perilaku
Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor adalah
karya saya dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan pada
perguruan tinggi lain atau lembaga mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011

Dwiati Nirvana Bahari
NIM: B04070190


©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae)
di Desa Babakan Kabupaten Bogor
Nama
: Dwiati Nirvana Bahari
NRP
: B04070190


Disetujui

Dr. drh. Susi Soviana, Msi
Pembimbing I

Dr.drh. Upik Kesumawati Hadi, MS
Pembimbing II

Diketahui

Dr.Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes
(Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor”
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Papa Kasturi L. dan Mamaku Misinem S. tercinta yang telah
membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang yang luar biasa,
perhatian, dan do’a kepada penulis.
2. Dr. drh. Susi Soviana, Msi. dan Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS. yang
telah berkenan membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini, atas
segala ilmu, nasehat, saran, kritik dan kesabarannya.
3. Dr. drh. Aryani SS. MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa kuliah,
penelitian dan penyelesaian tugas akhir.
4. Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, Msi. yang telah bersedia menjadi dosen
penilai dalam penelitian ini.
5. Adik tersayangku Setiawati Ayu Ningrum yang selalu memberi semangat,
doa, dan keceriaan setiap saat.
6. Teman-teman seperjuangan Lainil Wafa dan Trismawati Wahid, terima
kasih atas bantuan, kerjasama, semangat, dan persahabatan yang indah.

7. Tim Nyamuk.com Gita, Iin, Faidz, Lia, Fitrah, uni Desi, Pipit, Ranti, Tante
Jelita, Cha-cha dewa, Cholil, Abertus, Rico, Rahman, Arif, Hafidz,
Andrini, Gita alvernita, muhni, Leo, Muhni, Banjar, Ani,
8. Mas Agus, om Jefri, cak Joko, cak Pur, mbak Ika, andek Antok, mas Adi
Setiawan, adek Resti, bibik Luluk, paklek Tris, tante Ana, lek Rasmadi,
adek Elsa, lek Jadi, bik Ninah, mas Tomo, pakde Mayar, bude Nanik, bude
Mentil yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
materiil.

9.

Andrini Aditya Wardhani, Yasmin H. Baisa, Nur Adilla Adha Purba,
Sinta Mutia Harpa, Zulinarti, Rema Ruliyanti Marali dan Risa Octriana,
terima kasih atas persahabatan yang indah.

10. Teman-teman Tiamor’s, teh Novi, teh Triana, teh Mayang, teh Reni, Nifa,
Endah, Umi, dan Cempaka atas kebersamaan dan keceriaan selama ini.
11. Teman-teman Wisma Azzahra teh Ria, teh Sandra, teh Santi, Lina-chan,
teh Fera, Adek, Widia, dan Alma terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaannya.

12. Teman-teman FKH 44 Gianuzi’s yang tak bisa kusebutkan satu per satu.
13. Keluarga besar Laboratorium Entomologi, ibu Jujuk, mas Supri, pak Heri,
atas segala bimbingan dan keteramilan yang telah diberikan.
14. Seluruh pihak yang telah memberikan warna, keceriaan, dan membantu
dalam menjalani kehidupanku.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Gorontalo, pada tanggal 24 Desember 1989. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Kasturi Legiman dan
Misinem Samirin. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1995-2000
di SDN Bongo I. Pada tahun 2001-2002 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP
PGRI 02 Lawang Malang, kemudian melanjutkan pendidikannya di MAN Insan

Cendekia Gorontalo dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Masuk Perguruan
Tinggi Negeri)
Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi antara lain sebagai
anggota organisasi himpro Ruminansia, sekretaris divisi syiar An-Nahl, sekretaris
Ikatan Mahasiswa Kedokteran cabang FKH-IPB, dan anggota Himpunan
Mahasiswa Gorontalo. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan di
antaranya panitia ketangkasan domba Garut se-Jawa Barat, Seminar Nasional dan
Diskusi Interaktif “Dengan Pesta Peternakan Kita Sukseskan Peternakan
Indonesia Untuk Indonesia Yang Lebih Baik Di Era Globalisasi”, Panitia
Seminar, dan Diklat Nasional Peran Dokter Hewan dalam Meningkatkan
Kesehatan Masyarakat Melalui Penyediaan Pangan Asal Hewan yang Aman,
Sehat, Utuh, dan Halal. Pemeriksaan hewan kurban 2008, 2009, dan 2010, dan
Panitia Masa Orientasi Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2009 dan 2010.
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana penulis melakukan kegiatan penelitian.
Hasil kegiatan tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi dengan judul ”
Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan
Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Dr. drh. Susi Soviana, Msi. dan Dr. drh.
Upik Kesumawati Hadi, MS.


DAFTAR ISI
No

Halaman

PRAKATA ....................................................................................................

vii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

ix

DAFTAR ISI .................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xii


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xiv

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................
Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Kondisi Fisik dan Lokasi Geografis Desa Babakan ...................
Kondisi Umum Masyarakan Desa Babakan...............................
Kondisi Sosial Masyarakat Desa Babakan .................................
Catatan Kesehatan Masyarakat Desa Babakan ..........................
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
Klasifikasi Aedes sp. .........................................................................
Morfologi Nyamuk Aedes sp. ..........................................................
Telur Aedes sp. ...........................................................................
Larva Aedes sp. ..........................................................................
Pupa Aedes sp. ............................................................................
Aedes sp. Dewasa .......................................................................
Fisiologi dan Siklus Hidup ................................................................
Perilaku Hidup Aedes Sp. ..................................................................
Peran Aedes sp. Sebagai Vektor Penyakit .........................................

1
1
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
8
9
11
12
13

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................
Metode Pengumpulan Data ...............................................................
Metode Penangkapan Nyamuk .........................................................
Analisis Data .....................................................................................

14
14
14
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

16

SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
Simpulan ...........................................................................................
Saran ..................................................................................................

26
26
26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

27

LAMPIRAN ..................................................................................................

30

DAFTAR TABEL
No
1

Halaman
Kelimpahan nisbi (%) nyamuk menggigit orang yang tertangkap
di dalam dan di luar rumah ..............................................................

2

16

Kelimpahan nisbi (%) nyamuk istirahat yang tertangkap di dalam
dan di luar rumah ............................................................................

16

3

Kepadatan jenis-jenis nyamuk yang menggigit orang ....................

17

4

Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection
di dalam rumah ...............................................................................

20

Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection
di luar rumah ...................................................................................

21

Total nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di
dalam dan di luar rumah ..................................................................

23

5

6

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1

Thoraks Ae. aegypti dan Ae. albopictus dewasa ............................

6

2

Telur Aedes ......................................................................................

7

3

Larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus .............................................

8

4

Larva Aedes .....................................................................................

8

5

Pupa Aedes ......................................................................................

9

6

Ae. aegypti dewasa ..........................................................................

10

DAFTAR LAMPIRAN
No
1

Halaman
Peta lokasi penelitian ....................................................................
30

2

Laporan bulanan jumlah penduduk ...............................................

31

3

Persebaran mata pencaharian penduduk .......................................

31

4

Sarana kesehatan Desa Babakan ...................................................

32

5

Data pasien demam berdarah ........................................................

32

6

Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing
collection di dalam rumah .............................................................

32

Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing
collection di luar rumah ................................................................

33

Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode resting
Collection di dalam rumah ............................................................

33

Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode resting
collection di luar rumah ................................................................

34

Data pengambilan nyamuk (1-12 Februari 2010) di
dalam rumah..................................................................................

35

Data pengambilan nyamuk (1-12 Februari 2010) di
luar rumah .....................................................................................

36

Data pengambilan nyamuk (28 juni-7 juli 2010) di
dalam rumah..................................................................................

37

Data pengambilan nyamuk (28 juni-7 juli 2010) di
dalam rumah..................................................................................

38

7

8

9

10

11

12

13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nyamuk merupakan serangga berukuran kecil, halus, langsing, kaki-kaki
atau tungkainya panjang langsing, dan mempunyai bagian mulut untuk menusuk
kulit dan menghisap darah (Hadi et al. 2006). Nyamuk merupakan jenis serangga
yang tersebar luas di seluruh dunia. Terdapat 2.960 jenis nyamuk di seluruh
dunia, 457 jenis di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu 80 spesies Anopheles, 82
spesies Culex, 125 spesies Aedes dan 8 spesies Mansonia sedangkan sisanya tidak
termasuk mengganggu (O’Connor dan Sopa 1981 dalam Hadi dan Koesharto
2006 ). Nyamuk termasuk kedalam famili Culicidae dan memiliki 3 sub famili
penting yaitu Toxorhynchitinae, Culicinae, dan Anophelinae .
Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat
zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada
juga spesies nyamuk

anthropofilik yang hanya menularkan penyakit pada

manusia, di antaranya adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus dan Ae. scutellaris,
tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD ke manusia
adalah

Aedes aegypti. Nyamuk memiliki kemampuan terbang yang terbatas

antara 0,5 sampai 2 km sehingga sebagai vektor penyakit nyamuk harus berada
dekat dengan inang yang mengandung agen penyakit (Service 1986, DEPKES
2007). Nyamuk merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Telur nyamuk Aedes biasanya dilekatkan pada dinding bak mandi, ban bekas,
WC, tempayan, drum air, bak air menara (water tower ) yang tidak tertutup, dan
sumur gali. Selain itu telur nyamuk Aedes juga dapat ditemukan pada wadah yang
berisi air bersih atau air hujan seperti tempat minum burung, vas bunga, pot
bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol,
tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat
menampung air meskipun dalam volume kecil (DEPKES 2007).
Pada musim kemarau telur nyamuk diletakkan pada dinding bak penampung
bagian dalam sebelum bak penampung tergenang air, apabila kemudian bak
tersebut berisi air yang jernih seperti air hujan maka telur akan segera menetas
karena telur Aedes tahan terhadap kekeringan. Hal tersebut mengakibatkan

2

prevalensi penyakit demam berdarah cenderung meningkat ketika awal musim
hujan (Sintorini 2007)
Pemberantasan nyamuk yang dilakukan oleh pemerintah saat ini terbatas
pada sosialisasi 3M yaitu mengubur barang bekas, menutup penampungan air dan
menguras bak mandi, selain sosialisasi kepada masyarakat, pemerintah juga
mengadakan pengasapan atau biasa dikenal dengan istilah
melakukan

foging. Dalam

foging petugas harus mengetahui tempat peristirahatan nyamuk

ataupun waktu aktif nyamuk. Pemberantasan nyamuk yang dilakukan akan lebih
efektif jika kegiatan ini dilakukan pada tempat peristirahatan nyamuk atau pada
waktu nyamuk beraktivitas, sehingga pemberantasan bisa berlangsung secara
maksimal.
Desa Babakan merupakan desa yang paling dekat dengan wilayah kampus
IPB, sebagian besar penduduk di desa ini adalah mahasiswa IPB yang setiap
tahunnya selalu berganti ataupun bertambah. Kepadatan penduduk dan mobilitas
yang begitu cepat memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit DBD dengan
cepat ke penduduk setempat. Sebagian besar masyarakat Desa Babakan
menggunakan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga
untuk menghemat penggunaan air tanah masyarakat menggunakan wadah-wadah
penampung air (TPA), penggunaan wadah-wadah penampung air ini berpotensi
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.
Desa Babakan merupakan daerah yang berpotensi dalam penyebaran DBD,
secara fisik desa ini merupakan daerah urban padat pemukiman, dengan sanitasi
yang buruk, dan curah hujan yang tinggi. Selama ini di daerah yang secara fisik
berpotensi sebagai sumber penyebaran DBD tersebut belum pernah dilakukan
survei terhadap vektornya. Survei dapat meliputi pengamatan perilaku dan
populasi nyamuk dewasa, maupun terhadap jentik atau larva nyamuk. Selain
untuk mengetahui perilaku istirahat dan aktif nyamuk Ae. aegypti, data dari hasil
survei juga dapat dijadikan acuan dasar untuk peningkatan kewaspadaan terhadap
penyakit DBD di desa ini.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes,
serta mempelajari perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Aedes.
Manfaat Panelitian
1

Diperoleh informasi mengenai kepadatan populasi vektor DBD yang ada di
Desa Babakan, sehingga dapat dijadikan sebagai data dasar untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang dapat ditularkan oleh
nyamuk tersebut.

2

Dengan mengetahui kepadatan populasi nyamuk dapat diketahui potensi
desa sebagai daerah berisiko DBD.

3

Meningkatkan peran mahasiswa dalam mengamalkan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan sosial di masyarakat secara langsung.
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Kondisi Fisik dan Lokasi Geografis Desa Babakan
Secara administratif, Desa Babakan termasuk dalam wilayah Kecamatan
Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Sebelah utara berbatasan

dengan Desa Cikarawang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Darmaga
sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibanteng, dan sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan Balubang Jaya, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Desa Babakan berjarak 1,5 km dari Kecamatan Darmaga, 25 km dari Kabupaten
Bogor, 129 km dari Bandung dan 67 km dari Jakarta. Luas desa ini mencapai
334.384 Ha dengan ketinggian tanah dari permukaan laut 196 di atas permukaan
laut, banyak curah hujan mencapai 250-450 mm/thn, dan suhu rata-rata 25˚–32˚C.
Kondisi Umum Masyarakan Babakan
Desa Babakan terdiri atas 4 Dusun, 9 RW (Rukun Warga) dan 35 RT (Rukun
Tetangga), dengan jumlah keluarga miskin (Gakin) mencapai 398 KK dengan
persentase 25% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Babakan. Adapun jumlah
penduduk desa ini ±10.902 jiwa yang terdiri atas 5.196 jiwa laki-laki dan 5.706
jiwa perempuan, yang terdiri atas 2.439 kepala keluarga. Data kependudukan
Desa Babakan tercantum pada Lampiran 2.

4

Lebih dari 70% penduduk Desa Babakan menggantungkan hidupnya dari
sektor perdagangan dan wirausaha. Hal ini karena banyaknya kebutuhan
mahasiswa IPB baik itu kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga
memotivasi masyarakat setempat untuk membuka usaha dari kecil-kecilan hingga
menengah dan besar. Data lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kondisi Sosial Masyarakat Desa Babakan
Sebagian besar penduduk Desa Babakan adalah penduduk usia muda yang
berusia kurang dari 27 tahun. Fasilitas pendidikan Desa Babakan meliputi 6
bangunan Taman Kanak-Kanak, 4 bangunan Sekolah Dasar, 2 bangunan
SLTP/MTs dan 4 bangunan SLTA/SMK.
Catatan Kesehatan Masyarakat Desa Babakan
Sarana kesehatan di Desa Babakan cukup memadai dengan fasilitas balai
pengobatan ataupun klinik yang ada, sebagaimana tersaji dalam Lampiran 4.
Menurut catatan dokter Desa Babakan, rata-rata penyakit yang diderita oleh
masyarakat Desa Babakan adalah demam yang disebabkan oleh perubahan cuaca
yang tiba-tiba, atau karena virus influenza. Data mengenai kasus DBD tahun 2009
yang tercatat hanya mencapai tiga jiwa. Data penderita DBD di Desa Babakan
sulit diperoleh karena sebagian besar penduduknya merupakan mahasiswa dari
berbagai daerah yang akan kembali ke daerah ketika sakit, sehingga data yang
diperoleh dari Puskesmas Cangkurawok dan beberapa klinik swasta yang ada di
sekitar lokasi sangat terbatas. Rata-rata penyakit deman berdarah ini menyerang
anak-anak, hal ini karena pada siang hari anak-anak bebas bermain tanpa
pengawasan dari orang tua, dan nyamuk vektor demam berdarah beraktivitas pada
siang hari.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Aedes sp.
Nyamuk masuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dengan tiga subfamili
yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia,
Armigeres), dan Anopheline (Anopheles) (Eldridge 2003). Di seluruh dunia,
dilaporkan terdapat sekitar 3100 spesies dari 34 genus. Aedes, Culex, Mansonia,
Armigeres, Haemagogus, Sabethes, Culiseta, Psorophora dan Anopheles adalah
genus nyamuk yang menghisap darah manusia dan berperan sebagai vektor
penyakit. Beberapa nyamuk terbatas di daerah tertentu seperti Haemagogus dan
Sabethes ditemukan hanya di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, sedangkan
Psorophora hanya ditemukan di Amerika Utara. Beberapa jenis nyamuk dapat
dijumpai di berbagai tempat (kosmopolitan) seperti Culex dan Aedes (Hadi et al.
2006).

Sub famili Toxorhynchitinae

hanya memiliki satu genus yaitu

Toxorhyncites, sub famili ini lebih mudah dibedakan dari subfamili yang lain,
karena telur, larva, dan dewasa memiliki ukuran yang besar (Service 1986).
Di antara ketiga subfamili tersebut hanya subfamili culicidae yang dapat
bertindak sebagai vektor virus dengue yaitu Ae.aegypti dan Ae.albopictus. Berikut
klasifikasi nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Sub ordo

: Nematocera

Famili

: Culicidae

Genus

: Aedes

Subgenus

: Stegomyia

Spesies

: Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Becker 2003)

6

Morfologi nyamuk Aedes sp.
Nyamuk Aedes masuk dalam ordo Diptera ”di” artinya dua dan “pteron”
artinya (sayap) maka dapat diartikan sebagai serangga yang mempunyai dua
pasang sayap. Spesies ordo ini mempunyai satu pasang sayap membran, sepasang
sayap di bagian metathoraks yang mengalami modifikasi membentuk halter
(Soulsby 1982).
Ae.aegypti dan Ae. albopictus dewasa dapat dibedakan dari garis putih yang
terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua
garis putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung
berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam
hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Sivanathan 2006)
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

A

B

Gambar 1 Thoraks Ae. aegypti (A) dan Ae. albopictus (B) dewasa
(Sumber: Sivanathan 2006)
Telur Aedes
Setelah nyamuk Aedes mencapai dewasa, maka akan terjadi perkawinan.
Untuk proses pematangan telur nyamuk akan menghisap darah 0,63-0,76 menit
per hari hal ini dilakukan karena darah merupakan sumber protein esensial untuk
pematangan telur. Sebagian besar nyamuk Ae. aegypti betina meletakkan telurnya
di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik (World Health Organization
2002). Telur Ae. aegypti umumnya diletakkan di permukaan air satu persatu, di
tempat penampungan air atau di dekat garis di permukaan air (James & Harwood
1979 ).

7

Telur dari nyamuk Aedes pada saat pertama kali diletakkan berwarna putih,
kemudian berubah menjadi gelap sampai hitam dalam waktu 12-24 jam, satu telur
panjangnya 0,5 mm dan dapat dilihat dengan kasat mata. Perubahan warna pada
telur terjadi karena adanya lapisan endokorion yang merupakan lapisan pelindung
telur. Telur Aedes berwarna hitam dan berbentuk ovoid menyerupai bola rugby
(Gambar 2) dalam permukaan poligonal dan diletakkan satu demi satu pada
permukaan air atau pada perbatasan air (Clement 1963). Telur yang ditetaskan
pada suhu kamar akan menetas dalam waktu satu atau dua hari, dan selanjutnya
akan menjadi larva. Pada suhu 16˚ C telur baru bisa menetas pada hari ketujuh.

Gambar 2 Telur Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)
Larva Aedes
Larva nyamuk Aedes mempunyai panjang 10 mm dan tubuhnya terdiri atas
kepala, thoraks dan abdomen (Gambar 4). Kepala terdapat mata yang majemuk,
antena dan mulut. Abdomen terdiri atas delapan ruas dan pada segmen terahir
terdapat sifon yang berfungsi untuk mengambil udara dari luar. Stadium larva
mempunyai bentuk sifon yang pendek dan gemuk dengan satu pasang hair tuft
serta pecten yang tumbuh tidak sempurna (Kettle 1984).
Larva nyamuk biasanya berenang di permukaan air untuk bernapas dan
mengambil makanan di dasar air (bottom feeder). Larva nyamuk Aedes
mengalami pergantian kulit (molting) sebanyak empat kali (Service 1986). Larva
nyamuk dilengkapi oleh insan anal, posisi istirahat larva membentuk sudut 45˚
dengan permukaan air (Levine 1994). Pada fase larva perbedaan antara Ae.
aegypti dan Ae. albopictus dapat dilihat dari pecten teeth dan comb scales seperti
terlihat pada Gambar 3.

8

Gambar 3 Larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Sumber:
Sivanathan 2006)

Gambar 4 Larva Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)
Pupa Aedes
Pupa nyamuk, dikenal dengan tumbles yang berbentuk koma, dengan kepala
dan thoraks membentuk cephalothoraks dan abdomen menggulung di bawahnya
(Kettle 1984), seperti terlihat pada Gambar 5. Setelah 2-3 hari kemudian, larva
stadium keempat yang telah mengalami pergantian kulit akan berubah menjadi
pupa yang dapat mencapai ukuran 6 mm (Anonimus 2004).
Pupa nyamuk Aedes

berbentuk bengkok dengan bagian kepala yang

membesar dan dilengkapi dengan sepasang terompet kecil pada bagian thoraks
yang berfungsi sebagai alat pernapasan. Pupa akan segera mengalami eklosi
menjadi nyamuk dewasa. Pupa bernapas dengan menggunakan terompet respirasi
yang terdapat pada thoraks dan kantung udara yang terletak di antara bakal sayap.
Setelah melewati stadium ini, pupa akan melakukan eklosi (keluar dari

9

kepompong) menjadi nyamuk dewasa yang dapat terbang dan keluar dari air.
Stadium pupa tidak lama rata-rata berumur 2,5 hari (Service 1986).

Gambar 5 Pupa Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)
Aedes dewasa
Tubuh nyamuk Aedes terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan
abdomen (Soulsby 1986). Nyamuk famili Culicidae memiliki bentuk yang
langsing, kecil, bentuk kepala membulat, probosis dan kaki yang panjang (Kettle
1984). Menurut Christophers (1960) Nyamuk Ae. aegypti dewasa umumnya
berukuran 3-4 mm, berwarna hitam dengan garis-garis putih sepanjang thoraks
dan abdomen serta cincin di kakinya, seperti terlihat pada Gambar 6. Pada tubuh
dan tungkai nyamuk Aedes ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan,
bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di
bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh
nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Womack 1993).

Gambar 6 Ae. aegypti dewasa (Sumber: Sivanathan 2006)

10

Secara umum morfologi nyamuk jantan dan betina dapat dibedakan dari
berbagai anggota tubuhnya. Nyamuk jantan memiliki tipe antena plumose
sedangkan nyamuk betina memiliki tipe antena pilose. Nyamuk jantan memiliki
antena yang panjang dan memiliki banyak bulu (plumose), sedangkan nyamuk
betina antenanya hanya ditutupi sedikit bulu (pilose) (Little 1972).
Menurut Cheng (1974), pada antena Ae. aegypti jantan terdapat organ
Johnston’s yang membantu mendeteksi keberadaan Ae. aegypti betina. Nyamuk
Ae. aegypti jantan tidak menghisap darah melainkan menghisap madu dan sarisari tumbuhan sedangkan nyamuk betina menghisap darah manusia maupun
hewan (Christophers 1960).
Fisiologi dan Siklus Hidup
Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes mempunyai dua habitat yaitu
akuatik (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva, dan pupa), dan terestrial
(daratan) untuk fase dewasa. Nyamuk dewasa akan mencari daerah akuatik untuk
meletakkan telur. Nyamuk Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga
siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya
nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh
asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur (Cheng 1974).
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar
tumbuhan. Nyamuk jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah. Nyamuk ini kerap menyerang anak-anak karena anakanak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki
mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran bagi nyamuk jenis ini
(Womack 1993).
Semua nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (Holometabola) yaitu
telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk Aedes diletakkan secara
tunggal dalam kelompok kecil di tepi permukaan air (Christophers 1960). Telur
Ae. aegypti yang dihasikan dalam satu kali bertelur antara 100-400 butir . Selain
ditemukan pada permukaan air, telur juga dapat ditemukan sedikit di bawah
permukaan air dengan jarak sekitar 2 cm dari dinding bejana (Kettle 1984). Telur
Ae. aegypti dapat bertahan selama beberapa bulan pada suhu -2°C sampai 42°C.

11

Telur Aedes dapat bertahan hidup tanpa air dalam waktu yang cukup lama bahkan
sampai dengan enam bulan (James & Harwood 1979). Telur dapat menetas
menjadi larva dalam 3-5 hari pada suhu 30°C, sedangkan pada suhu 16°C telur
akan menetas dalam waktu 7 hari. Suhu air yang optimum untuk penetasan telur
adalah 25-28°C selama 1-3 hari (Kettle 1984)
Telur yang menetas akan membentuk larva, terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar satu ke instar
empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar ke IV, larva
berubah menjadi tidak aktif (dorman). Pupa bertahan selama 2 hari sebelum
akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama
jika kondisi lingkungan tidak mendukung (Womack 1993).
Larva yang menetas dari telur tersebut akan hidup mengapung di bawah
permukaan air. Hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya menjulurkan
alat pernafasan yang disebut sifon untuk menjangkau permukaan air guna
mendapatkan oksigen untuk bernafas (Judarwanto

2007). Stadium larva ini

memakan waktu 9-10 hari pada suhu rata-rata dan 4-7 hari pada suhu tinggi.
Perkembangan larva menjadi pupa akan bertambah cepat jika suhu lingkungan
diatas suhu normal, namun pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila
suhu ruangan kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Setiap akhir dari
perkembangan, instar larva melepaskan kulitnya yang disebut dengan molting.
Larva merupakan tahap aktif makan, beberapa larva dapat berkembang selama
lima sampai enam hari dan setelah menjadi larva instar empat kemudian berubah
menjadi tahap pupa (Christopers 1960).
Tahap pupa merupakan tahap tanpa makan, tahap ini berlangsung hanya
beberapa hari kemudian jaringan pada larva berubah menjadi jaringan dewasa.
Lama perkembangan pupa menjadi dewasa yaitu dua sampai tiga hari (Service
1986). Ketika pupa menetas (eklosi), kulit pupa robek akibat gelembung udara
yang terbentuk dari desakan nyamuk dewasa yang melepaskan diri. Nyamuk yang
baru keluar dari pupa akan terbang untuk mencari makan. Nyamuk jantan dan
betina dewasa akan melakukan perkawinan saat nyamuk sedang terbang dan
berlangsung dalam waktu beberapa detik saja.

12

Perilaku Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis.
Nyamuk ini biasanya hidup pada 35° Lintang Utara dan 35° Lintang Selatan,
namun pada musim panas nyamuk ini dapat ditemukan pada daerah 45° Lintang
Utara (DEKES 2007).
Ada perbedaan perilaku makan darah antara nyamuk dewasa yang belum
dan sudah terinfeksi virus DBD. Perbedaan itu berimplikasi terhadap frekuensi
kontak nyamuk dengan inang. Nyamuk Ae. aegypti mempunyai perilaku makan
yaitu menghisap nektar dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Selain energi,
nyamuk betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan reproduksi
(anautogenous) dan proses pematangan telurnya. Pasokan protein tersebut
diperoleh dari darah inang, sehingga nyamuk yang menghisap darah inang dalam
waktu yang lama akan memperoleh protein dalam jumlah yang banyak (Merrit &
Cummins 1978)
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ponlawat & Harington (2005)
sekitar tahun 2003 dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir
seluruhnya (99%) menghisap darah manusia. Oleh karena itu, kisaran inang dan
preferensi vektor terhadap inang tersebut menentukan status spesies tersebut
sebagai vektor utama virus DBD. Cara penularan virus DBD adalah melalui
gigitan nyamuk Aedes betina terhadap inang penderita DBD. Nyamuk Aedes
bersifat anthropofilik itu lebih menyukai darah manusia dibandingkan dengan
darah hewan.
Peranan Aedes sebagai vektor penyakit
Penyakit yang dipindahkan oleh vektor nyamuk merupakan penyakit yang
sering menimbulkan banyak penderitaan bahkan kematian di daerah tropis.
Ae. aegypti dan Ae. albopictus telah diketahui adalah vektor penyakit demam
berdarah dengue. Penularan penyakit DBD hanya melalui gigitan nyamuk
(Service 1986).

Di Indonesia vektor utama penyakit ini adalah Ae. aegypti,

nyamuk ini tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan hidup di sekitar
permukiman manusia di dalam dan di luar rumah terutama di daerah padat
penduduk (Gunandini 1999).

13

Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, ada empat serotype yaitu dengue -1, dengue
-2, dengue-3, dan dengue -4. Virus tersebut berada dalam darah viremia penderita
selama masa periode intrinsik 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Virus akan masuk ke
dalam tubuh nyamuk pada saat nyamuk menghisap darah penderita. Pada suhu
30°C, di dalam tubuh nyamuk Ae. aegypti memerlukan waktu 8-10 hari untuk
menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah
nyamuk (World Health Organization 2002).
Beberapa hal yang menyebabkan Ae. aegypti dianggap sebagai vektor
potensial penular penyakit demam berdarah antara lain bersifat anthropofilik,
lebih menyukai darah manusia sebagai makanannya, mudah terganggu sehingga
sering berpindah-pindah pada waktu menghisap darah, sehingga lebih banyak
orang yang digigit dan penyakit lebih tersebar (Gubler 1997).

14

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah permukiman padat penduduk lingkar
kampus IPB, Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor , FebruariJuli 2010. Tempat penelitian meliputi 4 RW yang terdiri dari RW 1 (RT 1, RT 2,
RT 3, RT 4), RW 7 (RT 1, RT 2 RT 3, RT 4), RW 8 (RT 2), dan RW 9 (RT 2).
Penentuan wilayah ini didasarkan pada RT atau RW yang memiliki jarak terdekat
dengan wilayah kampus IPB.
Metode Pengumpulan Data
Langkah awal dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari Puskesmas Cangkurawok Desa Babakan Kec. Darmaga dan Klinik
Farfa di Jalan Darmaga untuk mengetahui jumlah penderita yang pernah terinfeksi
DBD dapat dilihat pada Lampiran 5.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menghitung kepadatan
nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada beberapa sampel rumah penduduk
baik di dalam maupun di luar rumah. Pengumpulan data dilakukan oleh 3 orang
kolektor nyamuk di dalam ruangan dan 3 kolektor di luar ruangan. Penangkapan
nyamuk yang hinggap (landing collection) dilakukan selama 20 menit untuk
setiap rumah. Selain itu dilakukan juga penangkapan nyamuk yang istirahat
(resting collection) selama 5 menit pada setiap rumah. Setiap kolektor dalam
sehari melakukan penangkapan nyamuk pada 6 rumah penduduk. Oleh karena itu
selama 20 hari diperoleh data yang berasal dari 360 rumah penduduk.
Metode Penangkapan Nyamuk
Penangkapan nyamuk dilakukan pada masa aktif nyamuk Aedes mencari
inang atau mengisap darah, yakni pada pukul 08.00-11.00 WIB. Penangkapan
nyamuk dewasa dilakukan oleh dua orang kolektor disetiap rumah, satu orang
melakukan penangkapan nyamuk di dalam dan satu orang lagi di luar rumah.
Setiap kolektor berperan sebagai umpan dan sekaligus penangkap. Setiap kolektor
duduk dalam suatu ruangan yang ditentukan (dalam rumah) atau di halaman
rumah (luar rumah), dengan menggulung ujung celana sampai ke lutut, tidak

15

beralas kaki, dan tidak makan, minum ataupun merokok dan menunggu nyamuk
yang datang untuk menggigit. Bila ada nyamuk yang datang, maka sewaktu
nyamuk hinggap sebelum menggigit (landing), nyamuk ditangkap dengan
menggunakan aspirator, kemudian ditempatkan dalam wadah berupa paper cup.
Penangkapan nyamuk istirahat juga dilakukan dengan menggunakan
aspirator selama 5 menit pada nyamuk yang hinggap di dalam rumah meliputi di
dinding, furnitur, gantungan baju, dan lain sebagainya, dan untuk di luar rumah di
tanaman, pagar, sekitar ternak, dan lain sebagainya. Nyamuk-nyamuk yang
tertangkap dibius dengan khlorofom lalu dilakukan pinning dan diidentifikasi
dengan menggunakan Kunci Identifikasi Aedes Jentik Dan Dewasa di Jawa
(DEPKES 1989).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis lalu disajikan secara deskriptif disertai tabel
dan gambar. Analisis data yang dilakukan adalah perhitungan angka-angka MHD
dan Resting rate (DEPKES 2007)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Nyamuk
Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang
dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres.
Jenis nyamuk dan persentase jumlah nyamuk yang tertangkap dengan umpan
orang di dalam dan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan
persentase jenis nyamuk istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase nyamuk tertangkap yang menggigit
orang yang tertinggi adalah Ae. aegypti, di dalam rumah sebesar 75.93% dan di
luar rumah 21.81%. Persentase kedua adalah Ae. albopictus di dalam rumah
sebesar 11.11% dan di luar rumah 65.45%. Urutan selanjutnya adalah Culex di
dalam (11.11%)dan di luar rumah (19.06%), sedangkan Armigeres hanya
ditemukan 0.02% di dalam rumah dan 3.64% di luar rumah. Banyaknya nyamuk
Ae. aegypti yang ditertangkap pada umpan orang di dalam rumah menunjukkan
bahwa nyamuk ini bersifat anthropophilic dan lebih memilih menggigit di dalam
rumah (endophilic). Nyamuk Ae. albopictus lebih banyak ditemukan di luar
rumah karena nyamuk ini bersifat exophilic. Nyamuk Ae. albopictus merupakan
vektor sekunder penyakit DBD, hal ini terjadi karena nyamuk ini tidak mampu
menularkan penyakit DBD jika dalam wilayah tersebut tidak dijumpai vektor
utamanya yaitu Ae. aegypti.
Tabel 1 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang menggigit orang yang tertangkap di
dalam dan di luar rumah
Jenis Nyamuk

Dalam

Luar

Total

%

41

75.93

12

21.81

Ae. albopictus

6

11.11

36

65.45

Culex

6

11.11

5

9.09

Armigeres

1

0.02

2

3.64

54

100

55

100

Ae. aegypti

Total

Total

%

17

Tabel 2 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang istirahat yang tertangkap di dalam
dan di luar rumah
Jenis Nyamuk
Ae. aegypti
Ae. albopictus
Culex
Armigeres
Total

Dalam
Total
57
5
102
6
170

Luar
%
33.53
2.94
60
3.53
100

Total
5
4
28
1
38

%
13.16
10.53
73.68
2.63
100

Tabel 2 secara keseluruhan menunjukkan bahwa nyamuk Culex banyak
ditemukan beristirahat di dalam maupun di luar rumah, dengan persentase di
dalam rumah 60% dan di luar rumah 73.68%. Hal ini terjadi karena Culex
merupakan spesies nyamuk rumah yang selalu ditemukan di pemukiman
penduduk terutama di wilayah yang banyak ditemukan genangan air kotor. Selain
itu nyamuk Ae. aegypti ditemukan dengan total jumlah tertinggi beristirahat di
dalam rumah adalah 33.53% dan di luar sebanyak 13.16%. Nyamuk Ae. aegypti
merupakan nyamuk yang lebih menyukai mencari inang di dalam rumah, setelah
mendapatkan asupan darah nyamuk akan segera beristirahat tidak jauh dari inang
yaitu didalam rumah, sehingga nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan
beristirahat di dalam rumah. Jumlah nyamuk Ae. albopictus yang beristirahat di
dalam rumah hanya 2.94% dan 10.53% di luar rumah, sedangkan nyamuk
Armigeres hanya ditemukan 3.51% di dalam rumah dan 2.63% di luar rumah.
Kepadatan Nyamuk Yang Menggigit
Kepadatan nyamuk adalah angka nyamuk yang ditunjukkan dengan nilai
Man Hour Density (MHD) sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kepadatan jenis-jenis nyamuk yang menggigit orang
Jenis Nyamuk

MHD
Dalam

Luar

Total

Ae. aegypti

0.34

0.10

0.44

Ae. albopictus

0.05

0.30

0.35

Culex

0.05

0.04

0.09

0.008

0.017

0.025

Armigeres

18

Dengan menggunakan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa MHD Ae. aegypti
di dalam rumah adalah 0.34 nyamuk/jam/orang dan 0.05 nyamuk/jam/orang untuk
Ae. albopictus. Nilai ini berarti bahwa di dalam rumah setiap tiga jam inang akan
digigit lebih dari satu nyamuk Ae. aegypti. Dari nilai tersebut terlihat bahwa di
dalam rumah Ae. aegypti lebih berpotensi dalam menyebarkan penyakit DBD
apabila dibandingkan terhadap Ae. albopictus yang hanya memiliki nilai MHD
0.05 nyamuk/jam/orang,

Ae.aegypti memiliki kepadatan nyamuk lebih tinggi

sehingga memiliki peluang yang lebih besar dalam penyebaran penyakit DBD.
Perhitungan nilai MHD dari Tabel 3 terlihat bahwa MHD Ae. albopictus 0.3
nyamuk/jam/orang dan Ae. aegypti 0.1 nyamuk/jam/orang. Jika dibandingkan
dengan

Ae.

aegypti

0.3 nyamuk/jam/orang,

nilai

MHD

sehingga

Ae. albopictus

Ae.albopictus

lebih

lebih

tinggi

berpotensi

yaitu
dalam

menyebarkan penyakit DBD di luar ruangan. Semakin tinggi nilai MHD maka
semakin tinggi potensi nyamuk tersebut dalam menyebarkan penyakit DBD.
Sampai saat ini belum ada nilai standar MHD nyamuk yang dikatakan
berisiko dalam mentransmisikan virus dengue. Menurut Lok (1985) dalam
bukunya menyatakan bahwa apabila di suatu wilayah terdapat inang serta terjadi
kontak dengan vektor, maka dengan nilai MHD > 2 dikatakan berisiko dalam
mentrasmisikan penyakit yellow fever. Selain itu Onyido et al. (2009) dalam
penelitiannya mengenai vektor yellow fever di Nigeria yang melakukan
penangkapan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dari pukul 17.00-20.00
mendapatkan nilai MHD Ae. aegypti 3.04 dan Ae. albopictus 1.72. Dikatakan
nilai ini menunjukkan risiko yang tinggi dalam penyebaran infeksi yellow fever.
Apabila dibandingkan dengan nilai MHD Ae. aegypti dan Ae. albopictus
penelitian pada Tabel 3, nilai MHD pada penelitian ini menunjukkan nilai yang
sangat kecil. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan tempat, waktu, iklim daerah
penelitian dan tidak secara langsung menunjukkan potensinya dalam penyebaran
DBD.
Perilaku Menggigit
Menurut Service (1986) dilihat dari inangnya nyamuk dibedakan menjadi
empat jenis yaitu spesies nyamuk yang menyukai darah manusia disebut

19

anthropophagic, spesies yang menyukai darah hewan disebut zoophagic, nyamuk
yang menyukai darah bangsa burung disebut ornitophagic, dan yang terahir
adalah nyamuk indiscriminate biters yang berarti nyamuk yang tidak memiliki
kesukaan terhadap inang tertentu.
Menurut aktivitas dalam pencarian makanan nyamuk dibedakan menjadi
dua jenis yaitu nyamuk yang mencari makanan di dalam rumah disebut
endophagic dan spesies nyamuk yang mencari makanan di luar rumah disebut
exophagic. Setelah mencari makan sebagian besar spesies nyamuk akan mencari
tempat untuk mencerna darah yang dimakan dan melakukan pematangan sel telur.
Sebagian spesies nyamuk akan melakukan istirahat dan pematangan sel telur di
dalam rumah atau disebut endophilic, dan spesies yang melakukannya di luar
ruangan disebut exophilic.
Pengamatan perilaku menggigit nyamuk dilakukan dengan melihat
banyaknya nyamuk yang hinggap pada inang yang disediakan (landing). Perilaku
menggigit ini hanya dilakukan oleh nyamuk betina. Nyamuk betina yang aktif
menggigit adalah nyamuk dalam masa pematangan telur, karena protein dari darah
hanya diperlukan untuk pematangan sel-sel telur. Nyamuk betina akan terbang
berkeliling sampai menemukan inang yang cocok diterima oleh alat penerima
rangsangan. Berbeda dengan Anopheles sp. yang langsung menggigit mangsanya,
nyamuk Ae. aegypti memiliki kebiasaan terbang disekitar inang terlebih dahulu
sebelum menggigit (DEPKES 2007).
Tabel 4 menunjukkan jumlah nyamuk tertangkap dengan metode landing
collection di dalam rumah tertinggi adalah Ae. aegypti yaitu

43.90%, dan

terendah 4.88%. Banyaknya nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap di dalam rumah
menunjukkan bahwa Ae. aegypti memiliki sifat endophagic yaitu mencari
makanan di dalam ruangan. Hasil penangkapan nyamuk berumpan manusia di
dalam rumah disajikan pada Tabel 4.

20

Tabel 4 Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam
rumah
waktu
Ae.aegypti Ae.albopictus
penangkapan ∑
%

%
8:00-8:20
6 14.63
3
50
8:30-8:50
7 17.07
0
0
9:00-9:20
18 43.90
0
0
9:30-9:50
3
7.32
0
0
10:00-10:20
5 12.19
2
33.33
10:30-10:50
2
4.88
1
16.67
Total
41
100
6
100

Culex
Armigeres

% ∑
%
1 16.67
0
0
2 33.33
0
0
0
0
1 100
0
0
0
0
1 16.67
0
0
2 33.33
0
0
6
100
1 100

Menurut DEPKES (2007) nyamuk Ae. aegypti lebih banyak menggigit di
dalam rumah (endophagic) dari pada di luar rumah (exophagic). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Novelani (2007) di Jakarta Timur yang melakukan
koleksi dengan menggunakan umpan manusia sebagai inang yang paling disukai
oleh nyamuk Aedes, rata-rata hasil penangkapan di dalam rumah tertinggi adalah
nyamuk Ae. aegypti yaitu 1.7 nyamuk.
Aktivitas menggigit Ae. aegypti lebih banyak ditemukan di dalam rumah
karena nyamuk ini lebih menyukai tempat perindukan berupa kontainer yang
umumnya ditemukan di dalam rumah, di sekitar rumah atau tidak jauh dari rumah.
Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berwarna
gelap, terbuka, dan terletak di tempat-tempat terlindung di dalam rumah
(DEPKES 2007). Selain itu hasil penelitian Santoso dan Budiyanto (2008) di
Sumatera Selatan mendapati bahwa 76% larva Ae. aegypti ditemukan pada tempat
penampungan air (TPA) yang terdapat di dalam rumah.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa puncak aktif menggigit nyamuk
Aedes pada umumnya terjadi pada dua waktu aktif yaitu pada pagi hari dan sore
hari, sehingga pengambilan data yang dilakukan pada pukul 08.00-11.00
diharapkan dapat mewakili puncak aktif menggigit nyamuk Aedes. Pengambilan
data hanya dilakukan selama tiga jam karena beberapa alasan, di antaranya adanya
keterbatasan biaya, waktu, ataupun sumber daya manusia yang bertindak sebagai
umpan sekaligus kolektor nyamuk.

21

Pengamatan aktivitas nyamuk penting untuk dilakukan sebagai faktor utama
yang mempengaruhi penularan DBD karena seringnya kontak dengan manusia
dan mobilisasinya. Dari Tabel 4 terlihat bahwa perolehan tertinggi Ae. aegypti
aktif menggigit pada pukul 08.00-09.20 dan mulai mengalami penurunan pada
pukul 10.50. Hal ini sesuai dengan pernyataan DEPKES (2007) kebiasaan
menggigit nyamuk Ae. aegypti pada pagi hari dan sore hari, yaitu pada pukul
08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00, selain itu Lopez et al. (2011) dalam bukunya
menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti hanya melakukan aktivitas menggigit
pada pagi hari dan sore menjelang malam.
Novelani (2007) menyatakan bahwa aktivitas menggigit nyamuk Ae. aegypti
di Jakatra Timur terjadi di sepanjang hari dari jam 08.00-12.00 dan sore hari pada
pukul 16.00-18.00. Nyamuk Ae. aegypti mencari makan pada pagi hari atau
menjelang sore, namun dalam keadaan mendung nyamuk Ae. aegypti aktif
mencari makan sepanjang hari (Lampiran 6).
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tertinggi adalah Ae. albopictus
dengan jumlah 41.67% dan terendah 5.56%. Waktu penangkapan tertinggi
Ae. albopictus terjadi pada jam 08.00-08.20,