Kajian proyeksi luas kebutuhan ruang terbuka hijau kota Bogor dan arahan serta pola penyebarannya
!
#
$
%
!
%
"
&
Peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang
terbangun meningkat, hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau
(RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya. Proporsi RTH sesuai UU No 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang pada wilayah perkotaan yaitu 30% dari luas kota.
Kota Bogor memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha
yang terdiri dari 20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185
ha. Pada tahun mendatang, untuk menghindari perubahan penggunaan lahan dari
ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat,
dibutuhkan luasan RTH yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan
pemenuhan RTH berdasarkan kebutuhan lainnya.
Penelitian ini menghitung kebutuhan RTH untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penduduk kota dan jumlah kebutuhan oksigen kota. Untuk
perhitungan proyeksi kebutuhan RTH sesuai jumlah penduduk, digunakan
timeseries data penduduk yang didapat dari BPS Kota Bogor dengan growth
model dan menggunakan ketetapan 2,53m2/individu. Proyeksi kebutuhan RTH
sesuai kebutuhan oksigen kota, menggunakan data pengguna oksigen di kota,
yaitu jumlah penduduk kota, jumlah ternak dalam kota, jumlah kendaraan
bermotor dan jumlah industri yang berada di Kota Bogor, dengan unit analisis per
kecamatan. Perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen
dilakukan dengan menggunakan metode Gerarkis yang dikembangkan oleh
Wisesa pada tahun1988.
Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2030 adalah 1.428.488
jiwa dan proyeksi kebutuhan RTH4nya seluas 361,4 ha. Dengan rincian proyeksi
jumlah penduduk dan kebutuhan RTH sebagai berikut: (1) Kecamatan Bogor
Selatan 269.070 jiwa dan 68,07 ha; (2) Kecamatan Bogor Timur 151.362 jiwa,
dan 38,29 ha; (3) Kecamatan Bogor Utara 238.372 jiwa dan 60,31 ha; (4)
Kecamatan Bogor Tengah 115.449 jiwa dan 29,21 ha; (5) Kecamatan Bogor Barat
371.615 jiwa dan 94,02 ha; (6) Kecamatan Tanah Sareal 282.620 jiwa dan 71,50
ha..Proyeksi kebutuhan RTH sesuai kebutuhan oksigen Kota Bogor adalah
sebesar 943,73 ha. Kecamatan Bogor Selatan 188,65 ha. Kecamatan Bogor Timur
seluas 94,38 ha. Kecamatan Bogor Utara seluas 169,85 ha. Kecamatan Bogor
Tengah seluas 103,71 ha. Kecamatan Bogor Barat seluas 207,76 ha dan
Kecamatan Tanah Sareal seluas 179,39 ha. Hasil akhir dari penelitian ini adalah
berupa peta arahan dan pola sebaran RTH di tiap kecamatan di Kota Bogor,
dimana daerah sebaran tersebut berdasarkan penggunaan lahan yang telah ada
dengan mengutamakan penggunaan lahan dengan nilai landrent yang rendah yaitu
diutamakan tanah kosong, semak, dan pepohonan.
Kata Kunci:
Kota Bogor, Ruang Terbuka Hijau, Pertumbuhan Penduduk,
Kebutuhan Oksigen.
%
&
'
$
+
%
!
!
(
)
,
%
#
%
*+
+ -
+ '
(
&
A growing number of inhabitant of the Bogor City increase urban space
requirements, this broad impact on the reduction of green open spaces (greenery)
yearly. Proportion of greenery in accordance with National Act No. 26 of 2007 on
spatial planning in urban areas, representing 30% of the city area. Bogor occupies
11.850 ha, and need as consisting of 20% of city areas (± 2.370 ha) public green
open space and 10% private green open space (±1.185 ha). In the next year, to
avoid land4use change with green open space becomes more awake, it is needed to
find the method to justify the priority of green open space to be conserved.
This study calculated the appropriate green space to meet the needs of the
urban population and total oxygen demand of the city. Calculation of the projected
need for green space based on population was conducted by using population data
and timeseries population projection in the year to be calculated. Calculation the
need for green open space based on oxygen requirement was conducted by
employing population data, number of livestock, the number of motor vehicles
and the number of industries located in Bogor City, where the unit of analysis was
per sub district.
Estimated population of Bogor City in 2030 will be 1.428.488 inhabitants,
and need greenery as much as 361,4 ha. Details of projected population and the
need for green spaces as follows: (1) South Bogor Sub District, 269.070
inhabitants and 68,07 ha; (2) East Bogor, 151.362 inhabitants and 38,29 ha; (3)
North Bogor, 238.372 inhabitants and 60,31 ha; (4) Central Bogor, 115.449
inhabitants and 29,21 ha; (5) West Bogor, 371.615 inhabitants and 94,02 ha; and
(6) Tanah Sareal, 282.620 inhabitants and 71,50 ha. The projected requirements
for greenery in accordance with the requirements of oxygen is 943,73 ha. It is
distributed to South Bogor district 188,65 ha, East Bogor Areas 94,38 ha, North
Bogor area 169,85 ha, Central Bogor area 103,71 ha, West Bogor 207,76 ha,
Tanah Sareal area 179,39 ha. The final result of this research is a map of the
direction and the distribution of green space in each district in Bogor City, where
distribution is based on existing land use, with emphasis on the use of land with a
low value of land rent, namely vacant land, shrubs and trees.
Keyword: Bogor, Green Open Space, Growth Model, Oxygen Requirement.
.
*
*&$
%
* * !
$ % %
*
%
$
$ &$
%
/012///3
+
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
*
!$
%!
$ $
%
4
%
%
.$ $
!
$
$
31//
%
%
$ ! &
$ ! &
* *
. %
&
Judul Skripsi
: Kajian Proyeksi Luas Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Kota Bogor dan Arahan Pola Penyebarannya
Nama Mahasiswa
: Intan Laksmita Sari
Nomor Pokok
: A14061112
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
NIP.19651011 199002 1002
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr
NIP. 19601022 198601 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc
NIP. 1962113 198703 1 003
Tanggal lulus:
5 &
!%
Penulis bernama lengkap Intan Laksmita Sari, dilahirkan di Temanggung,
Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 Juli 1989. Penulis adalah putri sulung dari
tiga bersaudara pasangan Aminto Nugroho dan Erina Rusdian Sari.
Penulis mengawali jenjang pendidikan formal di TK Aisyah Banyuwangi,
Jawa Timur dan dilanjutkan di TK REMAJA Parakan, Temanggung, Jawa
Tengah. Satu tahun pertama jenjang SD dilewati di SD REMAJA, kemudian
dilanjutkan di SD Negeri Banjarbaru Utara I, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
hingga lulus. Pada tahun 2001 hingga 2004 melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 7 Bogor, Jawa Barat.
Penulis melanjutkan pendidikan SMA selama dua tahun melalui program
akselerasi di SMA Negeri 3 Bogor dan menyelesaikan pada tahun 2006. Pada
tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui Program Undangan Seleksi Masuk IPB, pada tahun berikutnya penulis
diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor dengan minor Arsitektur Lanskap.
Penulis juga aktif menjadi pengurus pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
masa bakti 200742008 sebagai anggota Sub Divisi Hubungan Luar dan Alumni,
Divisi Informasi dan Komunikasi. Pada masa bakti berikutnya penulis dipercaya
menjadi Koordinator Sub Divisi Hubungan Luar dan Alumni di Divisi yang sama.
Selain itu, hingga tahun 2010 penulis aktif dalam setiap kegiatan Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan terutama acara penglepasan wisudawan
DITSL, kegiatan U_Cup Fakultas Pertanian dan kegiatan di luar jurusan maupun
fakultas lainnya. Dalam kegiatan akademik, penulis menjadi asisten praktikum
untuk mata kuliah Agrogeologi pada tahun ajaran 2007/2008 dan Perencanaan
Pengembangan Wilayah pada tahun 2009/2010.
$
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia4Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas
akhir dengan judul ”Kajian Proyeksi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota
Bogor dan Arahan Pola Penyebarannya”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian
yang dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
dan di Pusat Pengkajian serta Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM
Kampus IPB Baranangsiang.
Penelitian mengkaji kebutuhan RTH Kota Bogor dilatarbelakangi karena
meningkatnya jumlah penduduk Kota Bogor. Hal tersebut
menyebabkan
kebutuhan ruang terbangun meningkat yang berimbas pada penurunan luas ruang
terbuka hijau (RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya, sehingga dibutuhkan
alternatif angka kebutuhan RTH dengan pendekatan fungsi lainnya agar
kebutuhan RTH Kota Bogor tetap terpenuhi. Selain besarnya peranan ilmu dari
Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, dibutuhkan pula beberapa kajian
ilmu dari arsitektur lanskap.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, semoga hasil4hasil yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi
mereka yang memerlukannya.
Bogor, November 2010
Penulis
%)
$
Dalam perjalanan penelitian, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
banyak pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar4besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing II, atas
segala bimbingan, kesabaran dan ilmu yang diberikan kepada penulis.
2. P4W LPPM IPB, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi, Badan
Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor
serta instansi lain yang telah memfasilitasi dan memberikan bantuan berupa
data penelitian selama ini kepada penulis.
3. Bapak, Ibu dan adik4adik tercinta atas semua dukungan dan kasih sayangnya,
baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir dari keluarga.
4. Dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, terutama
dari Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Mbak Emma dan
Mbak Dian serta Mbak Hesti yang banyak membantu selama penelitian.
5. Maulana Wijaya atas dukungan, semangat serta do’a kepada penulis dalam
perjalanan penelitian.
6. Teman4teman MSL43 yang telah memberikan rasa kekeluargaan yang tak
terlupakan dalam kebersamaan selama ini, terutama Sony Nugroho yang
sangat membantu penulis dan teman4teman di Bagian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah dan semua mahasiswa MSL yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya.
7. Teman dari arl dan ipb43 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas saran,
motivasi dan bantuan dalam penelitian penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat4Nya dan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan
maupun yang tidak tersebutkan.
! 4
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................... 13
1.1.
Latar Belakang ................................................................................ 13
1.2.
Tujuan Penelitian ............................................................................. 15
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 16
2.1.
Definisi Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk ............. 16
2.2.
Definisi Ruang Terbuka Hijau ........................................................ 22
2.3.
Fungsi RTH .................................................................................... 23
2.4.
Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan .......................................... 24
2.5.
Peran Geographic Information System (GIS) dalam Analisis RTH .. 25
III. METODOLOGI .......................................................................................... 27
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27
3.2.
Metode Penelitian ............................................................................ 27
3.3.
Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian ................................... 33
IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI........................................................ 36
4.1.
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi ...................................... 36
4.2.
Topografi ......................................................................................... 36
4.3.
Klimatologi ..................................................................................... 36
4.4.
Pemanfaatan Ruang Kota dan Pengunaan Lahan ............................. 37
4.5.
Penggunaan Lahan di Kota Bogor ................................................... 38
4.6.
Ruang Terbuka Hijau di Kota Bogor ................................................ 39
4.7.
Perkembangan Perencanaan dan Konsep RTH Kota Bogor ............. 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 41
5.1.
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan ......... 41
5.2.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor Per Kecamatan Kota Bogor
Berdasarkan Jumlah Penduduk di Tahun 2030 ................................ 49
5.3.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor Per Kecamatan Berdasarkan
Kebutuhan Oksigen Kota ................................................................ 50
8
5.4.
Arahan dan Pola Penyebaran Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor
Per Kecamatan Kota Bogor Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Kota
dan Jumlah Penduduk di Tahun 2030 ............................................... 51
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 57
6.1.
Kesimpulan ..................................................................................... 57
6.2.
Saran ............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
9
! 4
$
#
#
1.
Metode Penelitian ....................................................................................... 28
2.
Sumber Data Penelitian ............................................................................... 33
3.
Klasifikasi dan Sebaran Land Use/ Land Cover Kota Bogor Tahun 2003
dan 2007 .................................................................................................... 38
4.
Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahnu 2005 ............. 39
5.
Perbandingan nilai R2 masing4masing Kecamatan ....................................... 51
6.
Model Persamaan Proyeksi Perhitungan Pertumbuhan Penduduk Kota
Bogor per Kecamatan.................................................................................. 42
7.
Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor ........................................................... 44
8.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor dan per Kecamatan Sesuai Jumlah
Penduduk Kota Bogor di Tahun 2030 ......................................................... 49
9.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor dan per Kecamatan Sesuai
Kebutuhan Oksigen Kota Bogor di Tahun 2030 .......................................... 51
Lampiran
1.
Perhitungan Kebutuhan Oksigen Industri, Kendaraan dan Ternak Kota
Bogor ………………………………………………………………..……. 63
10
! 4
#
1.
#
Pola Hubungan Dua Peubah dengan Koefisien Regresi Positif (a) dan
Negatif (b) ................................................................................................. 20
2.
Peta Lokasi Penelitian ................................................................................ 27
3.
Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 32
4.
Citra Ikonos Kota Bogor 2007 .................................................................... 36
5.
Peta Land Use/Land Cover Kota Bogor 2007 ............................................. 37
6.
RTH Bentang Alam .................................................................................... 38
7.
RTH Perkantoran dan Gedung Komersil .................................................... 38
8.
RTH Median dan Tepian Jalan .................................................................... 39
9.
RTH Sepadan Rel Kereta Api .................................................................... 39
10. RTH RTH Pedestrian ................................................................................. 39
11. RTH Lapangan Olahraga ........................................................................... 39
12. RTH Sepadan Sungai ................................................................................. 39
13. Peta RTRW Kota Bogor Periode 199942009 .............................................. 40
14. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Selatan ............................................................................................ 44
15. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Timur .............................................................................................. 44
16. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Utara ................................................................................................ 45
17. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Tengah ............................................................................................. 45
18. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Barat ............................................................................................... 46
19. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Tanah Sareal ............................................................................................... 47
20. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor . 48
11
21. Grafik Proyeksi Presentasi Jumlah Penduduk Kota Bogor per Kecamatan
di Tahun 2030 ............................................................................................. 49
21. Grafik Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor per Kecamatan
di Tahun 2030 ............................................................................................. 49
23. Peta Arahan Ruang Terbuka Hijau Sesuai Kebutuhan Oksigen Kota Bogor
di Tahun 2030 ............................................................................................ 57
24. Peta Arahan Ruang Terbuka Hijau Sesuai Jumlah Penduduk Kota Bogor
di Tahun 2030 ............................................................................................ 58
12
$ !
% %
//
Kota Bogor merupakan kota jasa sekaligus kota pemukiman yang
mempunyai visi “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan
Pemerintahan Amanah”. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kota Bogor sejak dahulu
dikenal dengan banyaknya ruang terbuka hijau dengan beraneka ragam flora,
sehingga kesejukan udaranya menjadi alasan utama bagi para pendatang untuk
tinggal di Kota Bogor (BAPEDDA, 2007)
Dinamika perkembangan kota baik secara eksternal maupun internal,
mempengaruhi kondisi lingkungan khususnya ruang terbuka hijau. Luas ruang
terbuka hijau (RTH) Kota bogor setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut
disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka alami
menjadi terbangun untuk berbagai keperluan pembangunan seperti perumahan,
industri, perdagangan dan jasa, kantor jalan, dan lain4lain. Sebagai akibat
persaingan yang semakin ketat maka lahan yang produktif tetapi kurang memiliki
nilai ekonomi akan tersingkir. Sebaliknya lahan terbuka hijau yang berada pada
lokasi stategis dan mempunyai nilai ekonomi tinggi akan terancam fungsinya,
terutama fungsi ekologisnya. Persaingan dalam pemanfaatan lahan saat ini lebih
banyak berpihak pada kepentingan ekonomis dibandingkan ekologisnya. Hal
inilah yang menyebabkan proporsi RTH Kota Bogor berkurang.
RTH kota adalah bagian dari ruang4ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Status kepemilikan
RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada
lahan4lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan
(b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan4lahan milik
privat.
13
Berdasarkan UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang proporsi RTH
pada wilayah perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah
kota, yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka
privat. Jika hasil perhitungan lebih kecil dari 30 %, maka kebutuhan RTH yang
digunakan tetap 30 %, sedangkan jika hasil perhitungan lebih besar dari 30 %
maka angka tersebut yang dijadikan target pemenuhan luas RTH.
Jumlah penduduk Kota Bogor menurut data agregat hasil sensus penduduk
2010 oleh BPS sejumlah 949.066 jiwa dengan rincian, Kecamatan Bogor Utara
170.320 jiwa, Kecamatan Bogor Barat 210.450 jiwa, Kecamatan Bogor Timur
94.572 jiwa, Kecamatan Bogor Selatan 180.745 jiwa, Kecamatan Bogor Tengah
102.203 jiwa, Kecamatan Tanah Sareal 190.776 jiwa. BAPPEDA Kota Bogor
memprediksikan jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2025 sejumlah
1.494.191 jiwa dengan rincian, Kecamatan Bogor Utara 261.375 jiwa, Kecamatan
Bogor Barat 337.987 jiwa, Kecamatan Bogor Timur 151.987 jiwa, Kecamatan
Bogor Selatan 291.373 jiwa, Kecamatan Bogor Tengah 180.292 jiwa, Kecamatan
Tanah Sareal 271.177 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang
terbangun meningkat, hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau
(RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya. Proporsi RTH sesuai UU, Kota Bogor
memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha yang terdiri dari
20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185 ha. Pada tahun
mendatang, untuk menghindari perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka
hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat, dibutuhkan luasan RTH
yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan pemenuhan RTH berdasarkan
kebutuhan lainnya.
Penyediaan kebutuhan RTH di kawasan perkotaan sesuai Masterplan RTH
Kota Bogor dapat dipertimbangkan dari beberapa pendekatan, antara lain: (1)
Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan persentase luas wilayah; (2) Penyediaan
kebutuhan RTH berdasarkan luasan per kapita; (3) Penyediaan kebutuhan RTH
berdasarkan kebutuhan oksigen (O2); (4) Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan
14
netralisasi karbondioksida; dan (5) Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan
perhitungan kebutuhan air.
Alokasi penyebaran RTH dapat disesuaikan dengan diketahuinya
kebutuhan RTH per kecamatan di Kota Bogor, sesuai jumlah penduduk per
kecamatan, kepadatan penduduk per kecamatan, kebutuhan oksigen per
kecamatan, dan lain4lain. Dengan demikian maka konsistensi dan inkonsistensi
penggunaan lahan dapat dioptimalkan sesuai RTRW Kota Bogor dengan
pemenuhan
kebutuhan
RTH
masing4masing
kecamatan.
Masing4masing
kecamatan memiliki arahan untuk pengembangan RTH dan setiap tanaman RTH
disesuaikan dengan fungsi masing4masing RTH.
/3
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis model pertumbuhan penduduk (growth model) Kota Bogor
per kecamatan periode tahun 201042030.
2. Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH untuk seluruh kecamatan di
Kota Bogor berdasarkan jumlah penduduk kecamatan dan kota.
3. Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH untuk seluruh kecamatan di
Kota Bogor berdasarkan berdasarkan kebutuhan oksigen (O2) kecamatan
dan kota.
4. Memberikan arahan dan pola sebaran RTH di Kota Bogor.
15
. %
3/
! (
#
%
+
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
peningkatan maupun penurunannya. Menurut Rusli (1995), secara umum ada 3
variabel demografi yang sering dikaji dalam studi ilmu kependudukan yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi atau gerak penduduk. Mengenai kelahiran,
dikenal istilah fertilitas yaitu rata4rata wanita dapat menghasilkan anak. Kelahiran
dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk
dinamakan faktor non alami. Terdapat dua bentuk migrasi yaitu migrasi yang
dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan migrasi
yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi).
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang
menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro
natalitas). Faktor4faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain: (1) Kawin
pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu;
(2) Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua;
(3) Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki; (4) Anak menjadi kebanggaan
bagi orang tua; (5) Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki4laki,
sehingga bila belum ada anak laki4laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi (e4
dukasi.net, 2009).
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk
menjadi besar. Faktor4faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain: (1)
Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah
anak; (2) Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16
tahun dan bagi laki4laki minimal berusia 19 tahun; (3) Anggapan anak menjadi
beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; (4) Adanya pembatasan
tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya
sampai anak ke – 2; dan (5) Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan
memperoleh pekerjaan (e4dukasi.net, 2009).
16
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka
kelahiran (fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata4rata
jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Faktor4
faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain:
(1) Kepercayaan dan Agama, faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam
penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak
membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB
berarti kelahiran lebih banyak.
(2) Tingkat pendidikan, semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan
pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan
mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
(3) Kondisi perekonomian, penduduk yang perekonomiannya baik tidak
memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi
kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya
menjadi banyak (e4dukasi.net, 2009).
Selain itu menurut Rusli (1995) faktor4faktor yang juga menunjang
tingginya angka natalitas dalam suatu negara:
(1) Kebijakan Pemerintah, kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada
pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi
pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka
kelahiran.
(2) Adat istiadat di masyarakat, kebiasaan dan cara pandang masyarakat
mempengaruhi
jumlah
penduduk.
Misalnya
nilai
anak,
ada
yang
menginginkan anak sebanyak4banyaknya, ada yang menilai anak laki4laki
lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk
mendapatkan anak laki4laki atau sebaliknya.
(3) Kematian dan kesehatan, kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah
kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang
hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.
17
(4) Struktur Penduduk, penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur,
jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif.
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung
besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka
kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung
kematian dan faktor penghambat kematian (e4dukasi.net, 2009).
Faktor pendukung kematian (pro mortalitas) mengakibatkan jumlah
kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Sarana kesehatan
yang kurang memadai, (2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
(3) Terjadinya berbagai bencana alam, (4) Terjadinya peperangan, (5) Terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan industri, dan (6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan
(e4dukasi.net, 2009).
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) mengakibatkan tingkat
kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Lingkungan hidup sehat,
(2) Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap, (3) Ajaran agama melarang bunuh
diri dan membunuh orang lain, (4) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi, dan (5)
Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk (e4dukasi.net, 2009).
Kepadatan penduduk aritmatik yaitu jumlah rata4rata penduduk yang
menempati wilayah seluas satu kilometer persegi (1 km2), dihitung dengan
membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal. Terus
meningkatnya tingkat kepadatan penduduk berbanding terbalik dengan jumlah
ketersediaan lahan. Masalah ketersediaan lahan menjadi salah satu kendala
dibangunnya RTH baru. Padahal dengan jumlah penduduk yang tinggi pada suatu
wilayah, maka diperlukan penambahan luas RTH yang memadai bagi masyarakat
itu sendiri. Sedangkan faktanya, masyarakat banyak beraktifitas menggunakan
bahan bakar dalam transportasinya, dan menghasilkan karbondioksida yang
menjadi penyebab adanya pemanasan global yang terjadi sekarang ini (Prayoga,
2009).
18
Pemenuhan
lahan
untuk
pemukiman
dapat
dilakukan
dengan
pembangunan vertikal sehingga mengurangi penggunaan lahan. Menurut Prayoga
(2004), “relokasi pemukiman liar dan refungsionalisasi kawasan bantaran kali,
bantaran rel kereta api, di bawah tegangan tinggi, dan di bawah jalan layang akan
menyediakan RTH yang lumayan besar.” Hal4hal yang menjadi penyebab
gagalnya perencana dalam merencanakan suatu RTH adalah: (1) Pertambahan
penduduk yang cepat sekali, (2) Perencanaannya yang tidak matang dan selalu
ketinggalan, (3) Persepsi perancang dan pelaksana belum sama dan belum
berkembang, (4) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan, (5)
Kebutuhan yang sangat mendesak, dan (6) Para perencana yang belum
berwawasan lingkungan, dengan pandangan yang tidak jauh ke depan (e4
dukasi.net, 2009).
#
Dalam
berbagai
literatur
dijelaskan
bahwa
nilai
pertumbuhan
penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi
meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu
unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika
dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus :
Nilai Pertumbuhan
populasi di awal periode
#
Menurut Panuju dan Rustiadi (2008), model pertumbuhan secara umum
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Discrete time model dan (2) Continous time
model. Secara lebih rinci persamaan dari kedua model tersebut dijabarkan pada
uraian dan persamaan berikut:
1. Discrete Time Model
Model pertumbuhan model discrete time ini berdasarkan pada
asumsi bahwa pertumbuhan terjadi secara agregat dengan persentase laju
pertumbuhan yang relatif konstan. Contoh penggunaan model ini adalah
seperti perhitungan suku bunga di bank dan bunga asuransi. Persamaan
umum model ini adalah sebagai berikut :
Pt = Po + r Po = (1+r) Po
Pt = Po (1+r)t
19
Pertumbuhan penduduk kecil kemungkinan mendekati model ini,
karena perkembangan penduduk mempunyai banyak faktor yang
mempengaruhi yang menyebabkan pada suatu titik akan mempunyai laju
pertumbuhan yang cenderung berubah. Dengan persamaan berikut,
pendugaan nilai parameter Pt bersifat matematis, sehingga tidak bisa
diduga peluang maupun tingkat kepercayaan hasil pendugaan.
2. Continous Time Model
Model Linear
Model ini merupakan model pendugaan pertumbuhan dengan
persamaan umum Pt = Po + αt dan didasarkan pada asumsi bahwa
perubahan laju pertumbuhan relatif konstan. Berbeda dengan model (1)
pada model (2) nilai Pt dan t diketahui. Parameter yang diduga adalah α.
Nilai Po dapat disimulasikan bernilai 0, bernilai konstanta tertentu,
ataupun sesuai pendugaan model. Pada dasarnya penentuan Po harus
didasarkan pada konsep tertentu. Pendugaan parameter dalam model ini
bersifat statistik, sehingga akan diperoleh nilai peluang dan tingkat
kepercayaan, disamping juga parameter koefisien determinasi. Pada
Gambar 1 terdapat dua model pertumbuhan (a) dan peluruhan (b). Disebut
model pertumbuhan jika koefisien α bernilai positif, dan disebut peluruhan
jika α bernilai negatif.
Pt
Pt
(a)
t
(b)
t
Gambar 1. Pola Hubungan Dua Peubah Dengan Koefisien Regresi (a)
Positif dan (b) Negatif
Eksponensial
Model ini merupakan model pertumbuhan dengan persamaan
umum sebagai berikut: Pt = Po exp (αt). Model tersebut didasarkan pada
20
asumsi bahwa % laju berubah4ubah. Dalam kasus model eksponensial,
semakin lama kecenderungan % laju akan semakin tinggi. Kondisi seperti
ini akan ditemukan pada wilayah yang masih terus berkembang. Jika
diasumsikan sebagai suatu tahapan perkembangan wilayah, maka wilayah
dengan trend perkembangan seperti ini merupakan wilayah yang belum
matang. Seperti juga pada model (2), pada model (3) nilai pengamatan
adalah Pt dan t. Nilai Po boleh disimulasikan 0, sama dengan nilai tertentu
(nilai data P pertama) atau diduga dari model tergantung dari konsep yang
digunakan.
Pendugaan ini juga bersifat statistik, sehingga juga akan diperoleh
nilai peluang dan tingkat kepercayaan disamping nilai parameter koefisien
determinasi. Secara grafis pola hubungan Y yang merupakan fungsi dari X
dengan pemodelan pola eksponensial.
Kurva Gompretz/Saturation
Model ini merupakan model pertumbuhan yang didasarkan pada
asumsi bahwa perubahan laju dan presentasi pertumbuhan senantiasa
berubah. Model ini pada dasarnya merupakan turunan dari model logistik.
Persamaan umum dari model kurva Gompertz jenuh (saturation model) ini
adalah sebagai berikut :
% exp ' ( )*
1 ( exp ' ( )*
Pada dasarnya model peluruhan ini mempunyai prinsip yang sama
dengan pertumbuhan sebagaimana dijelaskan diatas. Asumsi4asumsinya
relative sama dengan asumsi model eksponensial. Perbedaannya terletak
pada nilai gradiennya. Jika nilai gradient positif disebut sebagai model
pertumbuhan (growth) dan sebaliknya jika gradient negative maka disebut
sebagai model peluruhan (decay).
33
! (
RTH didefinisikan sebagai ruang terbuka yang manfaatnya lebih bersifat
pengisian hijauan tanaman, baik yang bersifat alamiah atau budidaya tanaman dan
21
sebagainya (Inmendagri No. 14 tahun 1988). Selain itu menurut Purnomohadi
dalam Budiman (2010) bahwa (1) RTH adalah suatu lapang yang ditumbuhi
berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak,
perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa
bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan
status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu
dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan
penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan
penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda4benda lain yang
juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan.
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan,
pada
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan
atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang
terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan
yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau
halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang
terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk
membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu
dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto dalam Budiman (2010) RTH
merupakan bagian dari ruang4ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi)
guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh
RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan tersebut. Dalam Master Plan RTH Kota Bogor
(2007), definisi lain mengatakan bahwa secara umum ruang terbuka publik (open
space) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non4hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang4ruang terbuka
22
(open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan
vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial4
budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan)
bagi masyarakatnya.
36
4
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan
dalam
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, RTH memiliki fungsi utama dan tambahan sebagai berikut:
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis: (1) Memberi jaminan
pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru4paru kota) (2)
Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar (3) Sebagai peneduh (4) Produsen oksigen (5) Penyedia
habitat satwa (6) Penyerap air hujan, polutan media udara, air dan tanah, serta (7)
Penahan angin.
Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu (1) Fungsi sosial dan budaya yang
menggambarkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi warga kota dan tempat
rekreasi serta wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam
mempelajari alam; (2) Fungsi ekonomi yang terdiri dari sumber produk yang bisa
dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur serta bisa menjadi bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain4lain; dan (3) Fungsi estetika
yaitu berfungsi meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik
dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro:
lanskap kota secara keseluruhan. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas
warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural serta menciptakan suasana
serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota
seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
23
30
"
Penyediaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan menurut Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dapat menggunakan
pendekatan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kebutuhaan fungsi tertentu.
Salah satu fungsi tertentu dari RTH adalah kebutuhan oksigen Kota.
5
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan
dalam
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah
sebagai berikut (1) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH privat; (2) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang
terbuka hijau privat; (3) apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota.
. #
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah
Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
menentukan cara perhitungan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan
dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas
RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku yaitu 2,53 m2/orang.
'
4
Fungsi RTH pada kategori ini dijelaskan dalam Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 adalah fungsi perlindungan atau
24
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestariann sum
sumber daya
alam, pengaman pejalan
ejalan kaki atau membatasi perkembangan pengguna
ggunaan lahan
agar fungsi utamanya
nya tidak
ti
teganggu. RTH kategori ini meliputi:
uti: ja
jalur hijau
sempadan rel keretaa api, jjalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi,, RTH kawasan
perlindungan setempat
mpat berupa
be
RTH sempadan sungai, RTH sempadan pa
pantai, dan
RTH pengamanan sumber
umber air baku/mata air.
*
Luas kebutuhan
han RTH
R
dapat dihitung berdasarkan pendekatan ke
kebutuhan
oksigen dengan menggu
enggunakan metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988)
yang kemudian dikemban
embangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai beriku
berikut :
dimana,
L
ai
bi
ci
di
Ui
Vi
Yi
Zi
K
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Luas RTH (ha)
Kebutuhan oksigen
oksige per orang (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per kendaraan bermotor (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per industry (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per ternak(kg/jam)
Jumlah Penduduk
duduk
Jumlah kendaraan
araan bermotor berbagai jenis
Jumlah industri dari
da berbagai skala
Jumlah ternak
ak dari berbagai jenis
Konstanta (rataan
rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
am/ha
37
#
GIS dalam Bahasa
ahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah Sistem
istem IInformasi
Geografis (SIG) yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimp
menyimpan dan
menganalisis objek4obje
objek dan fenomena4fenomena dimana lokasi
kasi geografis
merupakan karakteristik
ristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
alisis. Menurut
Prahasta (2004) SIG merupakan
me
sistem komputer yang memilik
memiliki empat
kemampuan dasar dalam
alam menangani data bereferensi geografis, kemamp
mampuan dasar
tersebut adalah: (1) Data masukan (data spasial dan data atribut), (2) Da
Data luaran
(peta tematik), (3) Manaje
anajemen data (penyimpanan dan pemanggilann data
data), dan (4)
Analisis data.
25
Perangkat lunak SIG yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis,
MapInfo, ERDAS. Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah
ArcView versi 3.3 karena kemampuannya menganalisis lebih baik dari versi
sebelumnya dan memiliki banyak ekstensi untuk mempermudah dalam analisis
data yang dibutuhkan. Lebih lanjut, Prahasta (2004) menyatakan bahwa ArcView
merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan
pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research
Institut, Inc). Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan4
kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng4explore, menjawab pertanyaan4
pertanyaan (baik data spasial maupun data non4spasial), menganalisis data secara
geografis, dan sebagainya. Kemampuan perangkat SIG ArcView yang digunakan
dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
(1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format
perangkat lunak SIG lainnya
(2) Menampilkan Informasi (basis data) spasial maupun atribut
(3) Membuat peta tematik.
Dalam menentukan penggunaan lahan yang akan dijadikan arahan RTH
menurut Prahasta (2004) dapat digunakan Query, dengan fungsi untuk menandai
sel theme grid sesuai dengan kriteria yang diinginkan, satuan data yang ditandai
adalah sel atau piksel pada theme grid. Menandai data dengan query dapat
dilakukan pada view ataupun pada tabel. Menandai data dengan query pada view
dapat dilakukan dengan menu Theme Query.
Peta arahan RTH menggunakan peta administrasi kota bogor, peta hierarki
jalan kota bogor serta peta hasil penentuan arahan, metode yang digunakan untuk
mengasilkan peta tersebut menggnakan metode overlay clip one. Menurut
Prahasta (2004). Fasilitas ini biasanya digunakan untuk memperoleh informasi
pada daerah dengan luasan yang lebih kecil dari peta yang mencangkup daerah
yang luas.
26
!
6/
$ *!$
5
Penelitian ini dilakukan dengan objek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat,
seperti pada Gambar 2. Analisis spasial maupun analisis data dilakukan di Bagian
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Imu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Pusat
Pengkajian dan Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM Kampus IPB
Baranangsiang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, mulai dari bulan
Februari 2010 hingga Agustus 2010.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
63
Data, sumber data serta metode analisis yang digunakan pada penelitian
ditampilkan pada Tabel 1 dan kerangka pikir penelitian pada Gambar 3.
27
Tabel 1. Metode Penelitian
No
Tujuan
1 Menganalisis
model
pertumbuhan
peduduk
(growth model)
per kota dan
kecamatan.
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor tahun 201042030
menggunakan teknik pendugaan linear dan non2linear model :
Discrete Time Model ,* , 1 ( Continuous Time Model ,*
( '*
Exponensial ,* , exp '*
Kurva Gompretz/ Saturation
% exp ' ( )*
1 ( exp ' ( )*
Data dan Sumber data
yang digunakan
Data jumlah
penduduk Kota
Bogor tahun 2005
(hasil supas BPS)
Software Statistic
8.0
Output
Proyeksi jumlah
penduduk Kota Bogor
tahun 2030 per
kecamatan di Kota
Bogor
Dimana :
Pt : jumlah penduduk tahun terakhir
Po : jumlah penduduk tahun awal
W : waktu paruh
r : pertumbuhan penduduk (dalam %)
t : selisih tahun antar Pt dan Po
1 : konstanta (angka tetap)
α : koefisien (positif//negatif)
β : koefisien (positif//negatif)
28
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
No
Tujuan
2 Menghitung
proyeksi
luas
kebutuhan RTH
dan
sebaran
alokasi
RTH
Kota
Bogor
berdasarkan
jumlah
penduduk
periode
tahun
201042030
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis kebutuhan luasan RTH berdasarkan Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. –
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
Fasilitas Umum 2,53 m2/jiwa (minimal >253 Ha)
Data dan Sumber data
yang digunakan
Proyeksi jumlah
penduduk Kota
Bogor tahun 2030
per kecamatan di
Kota Bogor
Output
Tabel Proyeksi luasan
Kebutuhan RTH Kota
Bogor
berdasarkan
Jumlah Penduduk
Pedoman
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Ruang Terbuka
Hijau di Wilayah
Perkotaan. –
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum
No
05/PRT/M/2008
29
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
jutan)
No
3
Tujuan
Menghitung
proyeksi
luas
kebutuhan RTH
dan
sebaran
alokasi
RTH
Kota
Bogor
berdasarkan
kebutuhan
oksigen
(O2)
periode
tahun
201042030
Me
Metode/Analisis
yang digunakan
Perhitungan Jumla
Jumlah Pohon untuk Menyuplai Oksigen
Konversi Jumlah
mlah ppohon ke RTH yang harus dibangun
Perhitungan:
Dimana :
L
ai
bi
ci
di
Ui
Vi
Yi
Zi
K
Luas RTH yang dibutuhkan
d
(ha)
Kebutuhan oksige
oksigen per orang (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per industri (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per ternak(kg/jam)
Jumlah Penduduk
duduk
Jumlah kendaraan
daraan bermotor berbagai jenis
i Jumlah industri dari
da berbagai skala
Jumlah ternak
ak dar
dari berbagai jenis
Konstanta (rataan
rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
Data dan Sumber
ber data
da
yang digunakan
akan
Proyeksi jumlah
mlah
penduduk Kota
ota
Bogor tahun
n 20
2030
per kecamatan
tan di
Kota Bogor
Output
Tabel Proyeksi luasan
Kebutuhan RTH Kota
Bogor
berdasarkan
kebutuhan oksigen (O2)
Pedoman
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Ruang Terbuka
buka
Hijau di Wilayah
ilayah
Perkotaan. –
Peraturan Menteri
enteri
Pekerjaan Umum
mum
No
05/PRT/M/2008
/2008
30
No
4
Tujuan
Pembuatan
gambaran
alokasi
penyebaran
RTH di Kota
Bogor
berdasarkan
perhitungan
kebutuhan RTH
periode tahun
201042030
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis pola penggunaan lahan (2003 & 2007)
Analisis peluang penetapan RTH berdasarkan kebutuhan RTH ,
kesesuaian RTH dan penggunaan lahan.
Data dan Sumber data
yang digunakan
Proyeksi luas
kebutuhan RTH
dan sebaran alokasi
RTH Kota Bogor
berdasarkan jumlah
penduduk periode
tahun 201042030.
Proyeksi luas
kebutuhan RTH
dan sebaran alokasi
RTH Kota Bogor
berdasarkan
kebutuhan oksigen
(O2) periode tahun
201042030
Sofware ArcView
3.3
Output
Peta sebaran alokasi
Kebutuhan RTH Kota
Bogor dibagi 6 (enam)
kecamatan.
31
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
32
66
.
!
8
#
!
8
Penelitian ini menggunakan data4data sekunder sebagaimana pada Tabel 2:
Tabel 2. Sumber Data Sekunder Penelitian
Data
Sumber
Timeseries Jumlah Penduduk Kota Bogor 199542008
BPS Kota Bogor tahun 199642009
Tabel Data Jumlah Ternak Kota Bogor
BPS Kota Bogor 200442008
Tabel Data Jumlah Kendaraan Kota Bogor
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi
BPS Kota Bogor 2004,2008
Tabel Data Jumlah Industri Kota Bogor
BPS Kota Bogor 200442008
Peta Pengunaan Lahan Kota Bogor
Listiawan, 2010
Alat yang digunakan untuk mengolah data pada Tabel 2 dalam penelitian
ini adalah seperangkat komputer dengan perangkat lunak (software) yang terdiri
dari Arc View 3.3, Microsoft Office Word, Microsoft Office Excel, Microsoft
Office Visio, dan Statistica 8.0.
Penelitian terdiri dari 4 tahap, yang pertama adalah menganalisis model
pertumbuhan penduduk (growth model) per kota dan kecamatan dengan
menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor dan per kecamatan
untuk tahun 2030 menggunakan software Statistica 8.0 dan perhitungan sebagai
berikut :
Discrete Time Model
,*
,
1(
-
Dimana :
#
$
%
!
%
"
&
Peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang
terbangun meningkat, hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau
(RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya. Proporsi RTH sesuai UU No 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang pada wilayah perkotaan yaitu 30% dari luas kota.
Kota Bogor memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha
yang terdiri dari 20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185
ha. Pada tahun mendatang, untuk menghindari perubahan penggunaan lahan dari
ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat,
dibutuhkan luasan RTH yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan
pemenuhan RTH berdasarkan kebutuhan lainnya.
Penelitian ini menghitung kebutuhan RTH untuk memenuhi kebutuhan
sesuai jumlah penduduk kota dan jumlah kebutuhan oksigen kota. Untuk
perhitungan proyeksi kebutuhan RTH sesuai jumlah penduduk, digunakan
timeseries data penduduk yang didapat dari BPS Kota Bogor dengan growth
model dan menggunakan ketetapan 2,53m2/individu. Proyeksi kebutuhan RTH
sesuai kebutuhan oksigen kota, menggunakan data pengguna oksigen di kota,
yaitu jumlah penduduk kota, jumlah ternak dalam kota, jumlah kendaraan
bermotor dan jumlah industri yang berada di Kota Bogor, dengan unit analisis per
kecamatan. Perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen
dilakukan dengan menggunakan metode Gerarkis yang dikembangkan oleh
Wisesa pada tahun1988.
Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2030 adalah 1.428.488
jiwa dan proyeksi kebutuhan RTH4nya seluas 361,4 ha. Dengan rincian proyeksi
jumlah penduduk dan kebutuhan RTH sebagai berikut: (1) Kecamatan Bogor
Selatan 269.070 jiwa dan 68,07 ha; (2) Kecamatan Bogor Timur 151.362 jiwa,
dan 38,29 ha; (3) Kecamatan Bogor Utara 238.372 jiwa dan 60,31 ha; (4)
Kecamatan Bogor Tengah 115.449 jiwa dan 29,21 ha; (5) Kecamatan Bogor Barat
371.615 jiwa dan 94,02 ha; (6) Kecamatan Tanah Sareal 282.620 jiwa dan 71,50
ha..Proyeksi kebutuhan RTH sesuai kebutuhan oksigen Kota Bogor adalah
sebesar 943,73 ha. Kecamatan Bogor Selatan 188,65 ha. Kecamatan Bogor Timur
seluas 94,38 ha. Kecamatan Bogor Utara seluas 169,85 ha. Kecamatan Bogor
Tengah seluas 103,71 ha. Kecamatan Bogor Barat seluas 207,76 ha dan
Kecamatan Tanah Sareal seluas 179,39 ha. Hasil akhir dari penelitian ini adalah
berupa peta arahan dan pola sebaran RTH di tiap kecamatan di Kota Bogor,
dimana daerah sebaran tersebut berdasarkan penggunaan lahan yang telah ada
dengan mengutamakan penggunaan lahan dengan nilai landrent yang rendah yaitu
diutamakan tanah kosong, semak, dan pepohonan.
Kata Kunci:
Kota Bogor, Ruang Terbuka Hijau, Pertumbuhan Penduduk,
Kebutuhan Oksigen.
%
&
'
$
+
%
!
!
(
)
,
%
#
%
*+
+ -
+ '
(
&
A growing number of inhabitant of the Bogor City increase urban space
requirements, this broad impact on the reduction of green open spaces (greenery)
yearly. Proportion of greenery in accordance with National Act No. 26 of 2007 on
spatial planning in urban areas, representing 30% of the city area. Bogor occupies
11.850 ha, and need as consisting of 20% of city areas (± 2.370 ha) public green
open space and 10% private green open space (±1.185 ha). In the next year, to
avoid land4use change with green open space becomes more awake, it is needed to
find the method to justify the priority of green open space to be conserved.
This study calculated the appropriate green space to meet the needs of the
urban population and total oxygen demand of the city. Calculation of the projected
need for green space based on population was conducted by using population data
and timeseries population projection in the year to be calculated. Calculation the
need for green open space based on oxygen requirement was conducted by
employing population data, number of livestock, the number of motor vehicles
and the number of industries located in Bogor City, where the unit of analysis was
per sub district.
Estimated population of Bogor City in 2030 will be 1.428.488 inhabitants,
and need greenery as much as 361,4 ha. Details of projected population and the
need for green spaces as follows: (1) South Bogor Sub District, 269.070
inhabitants and 68,07 ha; (2) East Bogor, 151.362 inhabitants and 38,29 ha; (3)
North Bogor, 238.372 inhabitants and 60,31 ha; (4) Central Bogor, 115.449
inhabitants and 29,21 ha; (5) West Bogor, 371.615 inhabitants and 94,02 ha; and
(6) Tanah Sareal, 282.620 inhabitants and 71,50 ha. The projected requirements
for greenery in accordance with the requirements of oxygen is 943,73 ha. It is
distributed to South Bogor district 188,65 ha, East Bogor Areas 94,38 ha, North
Bogor area 169,85 ha, Central Bogor area 103,71 ha, West Bogor 207,76 ha,
Tanah Sareal area 179,39 ha. The final result of this research is a map of the
direction and the distribution of green space in each district in Bogor City, where
distribution is based on existing land use, with emphasis on the use of land with a
low value of land rent, namely vacant land, shrubs and trees.
Keyword: Bogor, Green Open Space, Growth Model, Oxygen Requirement.
.
*
*&$
%
* * !
$ % %
*
%
$
$ &$
%
/012///3
+
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
*
!$
%!
$ $
%
4
%
%
.$ $
!
$
$
31//
%
%
$ ! &
$ ! &
* *
. %
&
Judul Skripsi
: Kajian Proyeksi Luas Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Kota Bogor dan Arahan Pola Penyebarannya
Nama Mahasiswa
: Intan Laksmita Sari
Nomor Pokok
: A14061112
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
NIP.19651011 199002 1002
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr
NIP. 19601022 198601 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc
NIP. 1962113 198703 1 003
Tanggal lulus:
5 &
!%
Penulis bernama lengkap Intan Laksmita Sari, dilahirkan di Temanggung,
Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 Juli 1989. Penulis adalah putri sulung dari
tiga bersaudara pasangan Aminto Nugroho dan Erina Rusdian Sari.
Penulis mengawali jenjang pendidikan formal di TK Aisyah Banyuwangi,
Jawa Timur dan dilanjutkan di TK REMAJA Parakan, Temanggung, Jawa
Tengah. Satu tahun pertama jenjang SD dilewati di SD REMAJA, kemudian
dilanjutkan di SD Negeri Banjarbaru Utara I, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
hingga lulus. Pada tahun 2001 hingga 2004 melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 7 Bogor, Jawa Barat.
Penulis melanjutkan pendidikan SMA selama dua tahun melalui program
akselerasi di SMA Negeri 3 Bogor dan menyelesaikan pada tahun 2006. Pada
tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui Program Undangan Seleksi Masuk IPB, pada tahun berikutnya penulis
diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor dengan minor Arsitektur Lanskap.
Penulis juga aktif menjadi pengurus pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
masa bakti 200742008 sebagai anggota Sub Divisi Hubungan Luar dan Alumni,
Divisi Informasi dan Komunikasi. Pada masa bakti berikutnya penulis dipercaya
menjadi Koordinator Sub Divisi Hubungan Luar dan Alumni di Divisi yang sama.
Selain itu, hingga tahun 2010 penulis aktif dalam setiap kegiatan Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan terutama acara penglepasan wisudawan
DITSL, kegiatan U_Cup Fakultas Pertanian dan kegiatan di luar jurusan maupun
fakultas lainnya. Dalam kegiatan akademik, penulis menjadi asisten praktikum
untuk mata kuliah Agrogeologi pada tahun ajaran 2007/2008 dan Perencanaan
Pengembangan Wilayah pada tahun 2009/2010.
$
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia4Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas
akhir dengan judul ”Kajian Proyeksi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota
Bogor dan Arahan Pola Penyebarannya”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian
yang dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
dan di Pusat Pengkajian serta Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM
Kampus IPB Baranangsiang.
Penelitian mengkaji kebutuhan RTH Kota Bogor dilatarbelakangi karena
meningkatnya jumlah penduduk Kota Bogor. Hal tersebut
menyebabkan
kebutuhan ruang terbangun meningkat yang berimbas pada penurunan luas ruang
terbuka hijau (RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya, sehingga dibutuhkan
alternatif angka kebutuhan RTH dengan pendekatan fungsi lainnya agar
kebutuhan RTH Kota Bogor tetap terpenuhi. Selain besarnya peranan ilmu dari
Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, dibutuhkan pula beberapa kajian
ilmu dari arsitektur lanskap.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, semoga hasil4hasil yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi
mereka yang memerlukannya.
Bogor, November 2010
Penulis
%)
$
Dalam perjalanan penelitian, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
banyak pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar4besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing II, atas
segala bimbingan, kesabaran dan ilmu yang diberikan kepada penulis.
2. P4W LPPM IPB, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi, Badan
Pusat Statistik dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor
serta instansi lain yang telah memfasilitasi dan memberikan bantuan berupa
data penelitian selama ini kepada penulis.
3. Bapak, Ibu dan adik4adik tercinta atas semua dukungan dan kasih sayangnya,
baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir dari keluarga.
4. Dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, terutama
dari Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Mbak Emma dan
Mbak Dian serta Mbak Hesti yang banyak membantu selama penelitian.
5. Maulana Wijaya atas dukungan, semangat serta do’a kepada penulis dalam
perjalanan penelitian.
6. Teman4teman MSL43 yang telah memberikan rasa kekeluargaan yang tak
terlupakan dalam kebersamaan selama ini, terutama Sony Nugroho yang
sangat membantu penulis dan teman4teman di Bagian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah dan semua mahasiswa MSL yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya.
7. Teman dari arl dan ipb43 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas saran,
motivasi dan bantuan dalam penelitian penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat4Nya dan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan
maupun yang tidak tersebutkan.
! 4
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
I.
PENDAHULUAN ...................................................................................... 13
1.1.
Latar Belakang ................................................................................ 13
1.2.
Tujuan Penelitian ............................................................................. 15
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 16
2.1.
Definisi Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk ............. 16
2.2.
Definisi Ruang Terbuka Hijau ........................................................ 22
2.3.
Fungsi RTH .................................................................................... 23
2.4.
Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan .......................................... 24
2.5.
Peran Geographic Information System (GIS) dalam Analisis RTH .. 25
III. METODOLOGI .......................................................................................... 27
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27
3.2.
Metode Penelitian ............................................................................ 27
3.3.
Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian ................................... 33
IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI........................................................ 36
4.1.
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi ...................................... 36
4.2.
Topografi ......................................................................................... 36
4.3.
Klimatologi ..................................................................................... 36
4.4.
Pemanfaatan Ruang Kota dan Pengunaan Lahan ............................. 37
4.5.
Penggunaan Lahan di Kota Bogor ................................................... 38
4.6.
Ruang Terbuka Hijau di Kota Bogor ................................................ 39
4.7.
Perkembangan Perencanaan dan Konsep RTH Kota Bogor ............. 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 41
5.1.
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan ......... 41
5.2.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor Per Kecamatan Kota Bogor
Berdasarkan Jumlah Penduduk di Tahun 2030 ................................ 49
5.3.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor Per Kecamatan Berdasarkan
Kebutuhan Oksigen Kota ................................................................ 50
8
5.4.
Arahan dan Pola Penyebaran Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor
Per Kecamatan Kota Bogor Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Kota
dan Jumlah Penduduk di Tahun 2030 ............................................... 51
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 57
6.1.
Kesimpulan ..................................................................................... 57
6.2.
Saran ............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
9
! 4
$
#
#
1.
Metode Penelitian ....................................................................................... 28
2.
Sumber Data Penelitian ............................................................................... 33
3.
Klasifikasi dan Sebaran Land Use/ Land Cover Kota Bogor Tahun 2003
dan 2007 .................................................................................................... 38
4.
Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahnu 2005 ............. 39
5.
Perbandingan nilai R2 masing4masing Kecamatan ....................................... 51
6.
Model Persamaan Proyeksi Perhitungan Pertumbuhan Penduduk Kota
Bogor per Kecamatan.................................................................................. 42
7.
Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor ........................................................... 44
8.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor dan per Kecamatan Sesuai Jumlah
Penduduk Kota Bogor di Tahun 2030 ......................................................... 49
9.
Proyeksi Kebutuhan RTH Kota Bogor dan per Kecamatan Sesuai
Kebutuhan Oksigen Kota Bogor di Tahun 2030 .......................................... 51
Lampiran
1.
Perhitungan Kebutuhan Oksigen Industri, Kendaraan dan Ternak Kota
Bogor ………………………………………………………………..……. 63
10
! 4
#
1.
#
Pola Hubungan Dua Peubah dengan Koefisien Regresi Positif (a) dan
Negatif (b) ................................................................................................. 20
2.
Peta Lokasi Penelitian ................................................................................ 27
3.
Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 32
4.
Citra Ikonos Kota Bogor 2007 .................................................................... 36
5.
Peta Land Use/Land Cover Kota Bogor 2007 ............................................. 37
6.
RTH Bentang Alam .................................................................................... 38
7.
RTH Perkantoran dan Gedung Komersil .................................................... 38
8.
RTH Median dan Tepian Jalan .................................................................... 39
9.
RTH Sepadan Rel Kereta Api .................................................................... 39
10. RTH RTH Pedestrian ................................................................................. 39
11. RTH Lapangan Olahraga ........................................................................... 39
12. RTH Sepadan Sungai ................................................................................. 39
13. Peta RTRW Kota Bogor Periode 199942009 .............................................. 40
14. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Selatan ............................................................................................ 44
15. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Timur .............................................................................................. 44
16. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Utara ................................................................................................ 45
17. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Tengah ............................................................................................. 45
18. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Barat ............................................................................................... 46
19. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Tanah Sareal ............................................................................................... 47
20. Grafik Data BPS dan Hasil Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor . 48
11
21. Grafik Proyeksi Presentasi Jumlah Penduduk Kota Bogor per Kecamatan
di Tahun 2030 ............................................................................................. 49
21. Grafik Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor per Kecamatan
di Tahun 2030 ............................................................................................. 49
23. Peta Arahan Ruang Terbuka Hijau Sesuai Kebutuhan Oksigen Kota Bogor
di Tahun 2030 ............................................................................................ 57
24. Peta Arahan Ruang Terbuka Hijau Sesuai Jumlah Penduduk Kota Bogor
di Tahun 2030 ............................................................................................ 58
12
$ !
% %
//
Kota Bogor merupakan kota jasa sekaligus kota pemukiman yang
mempunyai visi “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan
Pemerintahan Amanah”. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kota Bogor sejak dahulu
dikenal dengan banyaknya ruang terbuka hijau dengan beraneka ragam flora,
sehingga kesejukan udaranya menjadi alasan utama bagi para pendatang untuk
tinggal di Kota Bogor (BAPEDDA, 2007)
Dinamika perkembangan kota baik secara eksternal maupun internal,
mempengaruhi kondisi lingkungan khususnya ruang terbuka hijau. Luas ruang
terbuka hijau (RTH) Kota bogor setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut
disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka alami
menjadi terbangun untuk berbagai keperluan pembangunan seperti perumahan,
industri, perdagangan dan jasa, kantor jalan, dan lain4lain. Sebagai akibat
persaingan yang semakin ketat maka lahan yang produktif tetapi kurang memiliki
nilai ekonomi akan tersingkir. Sebaliknya lahan terbuka hijau yang berada pada
lokasi stategis dan mempunyai nilai ekonomi tinggi akan terancam fungsinya,
terutama fungsi ekologisnya. Persaingan dalam pemanfaatan lahan saat ini lebih
banyak berpihak pada kepentingan ekonomis dibandingkan ekologisnya. Hal
inilah yang menyebabkan proporsi RTH Kota Bogor berkurang.
RTH kota adalah bagian dari ruang4ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Status kepemilikan
RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada
lahan4lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan
(b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan4lahan milik
privat.
13
Berdasarkan UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang proporsi RTH
pada wilayah perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah
kota, yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka
privat. Jika hasil perhitungan lebih kecil dari 30 %, maka kebutuhan RTH yang
digunakan tetap 30 %, sedangkan jika hasil perhitungan lebih besar dari 30 %
maka angka tersebut yang dijadikan target pemenuhan luas RTH.
Jumlah penduduk Kota Bogor menurut data agregat hasil sensus penduduk
2010 oleh BPS sejumlah 949.066 jiwa dengan rincian, Kecamatan Bogor Utara
170.320 jiwa, Kecamatan Bogor Barat 210.450 jiwa, Kecamatan Bogor Timur
94.572 jiwa, Kecamatan Bogor Selatan 180.745 jiwa, Kecamatan Bogor Tengah
102.203 jiwa, Kecamatan Tanah Sareal 190.776 jiwa. BAPPEDA Kota Bogor
memprediksikan jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2025 sejumlah
1.494.191 jiwa dengan rincian, Kecamatan Bogor Utara 261.375 jiwa, Kecamatan
Bogor Barat 337.987 jiwa, Kecamatan Bogor Timur 151.987 jiwa, Kecamatan
Bogor Selatan 291.373 jiwa, Kecamatan Bogor Tengah 180.292 jiwa, Kecamatan
Tanah Sareal 271.177 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang
terbangun meningkat, hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau
(RTH) Kota Bogor di setiap tahunnya. Proporsi RTH sesuai UU, Kota Bogor
memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha yang terdiri dari
20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185 ha. Pada tahun
mendatang, untuk menghindari perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka
hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat, dibutuhkan luasan RTH
yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan pemenuhan RTH berdasarkan
kebutuhan lainnya.
Penyediaan kebutuhan RTH di kawasan perkotaan sesuai Masterplan RTH
Kota Bogor dapat dipertimbangkan dari beberapa pendekatan, antara lain: (1)
Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan persentase luas wilayah; (2) Penyediaan
kebutuhan RTH berdasarkan luasan per kapita; (3) Penyediaan kebutuhan RTH
berdasarkan kebutuhan oksigen (O2); (4) Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan
14
netralisasi karbondioksida; dan (5) Penyediaan kebutuhan RTH berdasarkan
perhitungan kebutuhan air.
Alokasi penyebaran RTH dapat disesuaikan dengan diketahuinya
kebutuhan RTH per kecamatan di Kota Bogor, sesuai jumlah penduduk per
kecamatan, kepadatan penduduk per kecamatan, kebutuhan oksigen per
kecamatan, dan lain4lain. Dengan demikian maka konsistensi dan inkonsistensi
penggunaan lahan dapat dioptimalkan sesuai RTRW Kota Bogor dengan
pemenuhan
kebutuhan
RTH
masing4masing
kecamatan.
Masing4masing
kecamatan memiliki arahan untuk pengembangan RTH dan setiap tanaman RTH
disesuaikan dengan fungsi masing4masing RTH.
/3
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis model pertumbuhan penduduk (growth model) Kota Bogor
per kecamatan periode tahun 201042030.
2. Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH untuk seluruh kecamatan di
Kota Bogor berdasarkan jumlah penduduk kecamatan dan kota.
3. Menghitung proyeksi luas kebutuhan RTH untuk seluruh kecamatan di
Kota Bogor berdasarkan berdasarkan kebutuhan oksigen (O2) kecamatan
dan kota.
4. Memberikan arahan dan pola sebaran RTH di Kota Bogor.
15
. %
3/
! (
#
%
+
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
peningkatan maupun penurunannya. Menurut Rusli (1995), secara umum ada 3
variabel demografi yang sering dikaji dalam studi ilmu kependudukan yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi atau gerak penduduk. Mengenai kelahiran,
dikenal istilah fertilitas yaitu rata4rata wanita dapat menghasilkan anak. Kelahiran
dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk
dinamakan faktor non alami. Terdapat dua bentuk migrasi yaitu migrasi yang
dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan migrasi
yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi).
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang
menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro
natalitas). Faktor4faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain: (1) Kawin
pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu;
(2) Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua;
(3) Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki; (4) Anak menjadi kebanggaan
bagi orang tua; (5) Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki4laki,
sehingga bila belum ada anak laki4laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi (e4
dukasi.net, 2009).
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk
menjadi besar. Faktor4faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain: (1)
Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah
anak; (2) Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16
tahun dan bagi laki4laki minimal berusia 19 tahun; (3) Anggapan anak menjadi
beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; (4) Adanya pembatasan
tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya
sampai anak ke – 2; dan (5) Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan
memperoleh pekerjaan (e4dukasi.net, 2009).
16
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka
kelahiran (fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata4rata
jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Faktor4
faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain:
(1) Kepercayaan dan Agama, faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam
penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak
membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB
berarti kelahiran lebih banyak.
(2) Tingkat pendidikan, semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan
pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan
mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
(3) Kondisi perekonomian, penduduk yang perekonomiannya baik tidak
memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi
kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya
menjadi banyak (e4dukasi.net, 2009).
Selain itu menurut Rusli (1995) faktor4faktor yang juga menunjang
tingginya angka natalitas dalam suatu negara:
(1) Kebijakan Pemerintah, kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada
pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi
pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka
kelahiran.
(2) Adat istiadat di masyarakat, kebiasaan dan cara pandang masyarakat
mempengaruhi
jumlah
penduduk.
Misalnya
nilai
anak,
ada
yang
menginginkan anak sebanyak4banyaknya, ada yang menilai anak laki4laki
lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk
mendapatkan anak laki4laki atau sebaliknya.
(3) Kematian dan kesehatan, kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah
kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang
hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.
17
(4) Struktur Penduduk, penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur,
jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif.
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung
besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka
kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung
kematian dan faktor penghambat kematian (e4dukasi.net, 2009).
Faktor pendukung kematian (pro mortalitas) mengakibatkan jumlah
kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Sarana kesehatan
yang kurang memadai, (2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
(3) Terjadinya berbagai bencana alam, (4) Terjadinya peperangan, (5) Terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan industri, dan (6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan
(e4dukasi.net, 2009).
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) mengakibatkan tingkat
kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Lingkungan hidup sehat,
(2) Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap, (3) Ajaran agama melarang bunuh
diri dan membunuh orang lain, (4) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi, dan (5)
Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk (e4dukasi.net, 2009).
Kepadatan penduduk aritmatik yaitu jumlah rata4rata penduduk yang
menempati wilayah seluas satu kilometer persegi (1 km2), dihitung dengan
membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal. Terus
meningkatnya tingkat kepadatan penduduk berbanding terbalik dengan jumlah
ketersediaan lahan. Masalah ketersediaan lahan menjadi salah satu kendala
dibangunnya RTH baru. Padahal dengan jumlah penduduk yang tinggi pada suatu
wilayah, maka diperlukan penambahan luas RTH yang memadai bagi masyarakat
itu sendiri. Sedangkan faktanya, masyarakat banyak beraktifitas menggunakan
bahan bakar dalam transportasinya, dan menghasilkan karbondioksida yang
menjadi penyebab adanya pemanasan global yang terjadi sekarang ini (Prayoga,
2009).
18
Pemenuhan
lahan
untuk
pemukiman
dapat
dilakukan
dengan
pembangunan vertikal sehingga mengurangi penggunaan lahan. Menurut Prayoga
(2004), “relokasi pemukiman liar dan refungsionalisasi kawasan bantaran kali,
bantaran rel kereta api, di bawah tegangan tinggi, dan di bawah jalan layang akan
menyediakan RTH yang lumayan besar.” Hal4hal yang menjadi penyebab
gagalnya perencana dalam merencanakan suatu RTH adalah: (1) Pertambahan
penduduk yang cepat sekali, (2) Perencanaannya yang tidak matang dan selalu
ketinggalan, (3) Persepsi perancang dan pelaksana belum sama dan belum
berkembang, (4) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan, (5)
Kebutuhan yang sangat mendesak, dan (6) Para perencana yang belum
berwawasan lingkungan, dengan pandangan yang tidak jauh ke depan (e4
dukasi.net, 2009).
#
Dalam
berbagai
literatur
dijelaskan
bahwa
nilai
pertumbuhan
penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi
meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu
unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika
dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus :
Nilai Pertumbuhan
populasi di awal periode
#
Menurut Panuju dan Rustiadi (2008), model pertumbuhan secara umum
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Discrete time model dan (2) Continous time
model. Secara lebih rinci persamaan dari kedua model tersebut dijabarkan pada
uraian dan persamaan berikut:
1. Discrete Time Model
Model pertumbuhan model discrete time ini berdasarkan pada
asumsi bahwa pertumbuhan terjadi secara agregat dengan persentase laju
pertumbuhan yang relatif konstan. Contoh penggunaan model ini adalah
seperti perhitungan suku bunga di bank dan bunga asuransi. Persamaan
umum model ini adalah sebagai berikut :
Pt = Po + r Po = (1+r) Po
Pt = Po (1+r)t
19
Pertumbuhan penduduk kecil kemungkinan mendekati model ini,
karena perkembangan penduduk mempunyai banyak faktor yang
mempengaruhi yang menyebabkan pada suatu titik akan mempunyai laju
pertumbuhan yang cenderung berubah. Dengan persamaan berikut,
pendugaan nilai parameter Pt bersifat matematis, sehingga tidak bisa
diduga peluang maupun tingkat kepercayaan hasil pendugaan.
2. Continous Time Model
Model Linear
Model ini merupakan model pendugaan pertumbuhan dengan
persamaan umum Pt = Po + αt dan didasarkan pada asumsi bahwa
perubahan laju pertumbuhan relatif konstan. Berbeda dengan model (1)
pada model (2) nilai Pt dan t diketahui. Parameter yang diduga adalah α.
Nilai Po dapat disimulasikan bernilai 0, bernilai konstanta tertentu,
ataupun sesuai pendugaan model. Pada dasarnya penentuan Po harus
didasarkan pada konsep tertentu. Pendugaan parameter dalam model ini
bersifat statistik, sehingga akan diperoleh nilai peluang dan tingkat
kepercayaan, disamping juga parameter koefisien determinasi. Pada
Gambar 1 terdapat dua model pertumbuhan (a) dan peluruhan (b). Disebut
model pertumbuhan jika koefisien α bernilai positif, dan disebut peluruhan
jika α bernilai negatif.
Pt
Pt
(a)
t
(b)
t
Gambar 1. Pola Hubungan Dua Peubah Dengan Koefisien Regresi (a)
Positif dan (b) Negatif
Eksponensial
Model ini merupakan model pertumbuhan dengan persamaan
umum sebagai berikut: Pt = Po exp (αt). Model tersebut didasarkan pada
20
asumsi bahwa % laju berubah4ubah. Dalam kasus model eksponensial,
semakin lama kecenderungan % laju akan semakin tinggi. Kondisi seperti
ini akan ditemukan pada wilayah yang masih terus berkembang. Jika
diasumsikan sebagai suatu tahapan perkembangan wilayah, maka wilayah
dengan trend perkembangan seperti ini merupakan wilayah yang belum
matang. Seperti juga pada model (2), pada model (3) nilai pengamatan
adalah Pt dan t. Nilai Po boleh disimulasikan 0, sama dengan nilai tertentu
(nilai data P pertama) atau diduga dari model tergantung dari konsep yang
digunakan.
Pendugaan ini juga bersifat statistik, sehingga juga akan diperoleh
nilai peluang dan tingkat kepercayaan disamping nilai parameter koefisien
determinasi. Secara grafis pola hubungan Y yang merupakan fungsi dari X
dengan pemodelan pola eksponensial.
Kurva Gompretz/Saturation
Model ini merupakan model pertumbuhan yang didasarkan pada
asumsi bahwa perubahan laju dan presentasi pertumbuhan senantiasa
berubah. Model ini pada dasarnya merupakan turunan dari model logistik.
Persamaan umum dari model kurva Gompertz jenuh (saturation model) ini
adalah sebagai berikut :
% exp ' ( )*
1 ( exp ' ( )*
Pada dasarnya model peluruhan ini mempunyai prinsip yang sama
dengan pertumbuhan sebagaimana dijelaskan diatas. Asumsi4asumsinya
relative sama dengan asumsi model eksponensial. Perbedaannya terletak
pada nilai gradiennya. Jika nilai gradient positif disebut sebagai model
pertumbuhan (growth) dan sebaliknya jika gradient negative maka disebut
sebagai model peluruhan (decay).
33
! (
RTH didefinisikan sebagai ruang terbuka yang manfaatnya lebih bersifat
pengisian hijauan tanaman, baik yang bersifat alamiah atau budidaya tanaman dan
21
sebagainya (Inmendagri No. 14 tahun 1988). Selain itu menurut Purnomohadi
dalam Budiman (2010) bahwa (1) RTH adalah suatu lapang yang ditumbuhi
berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak,
perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa
bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan
status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu
dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan
penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan
penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda4benda lain yang
juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan.
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan,
pada
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan
atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang
terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan
yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau
halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang
terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk
membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu
dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto dalam Budiman (2010) RTH
merupakan bagian dari ruang4ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi)
guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh
RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan tersebut. Dalam Master Plan RTH Kota Bogor
(2007), definisi lain mengatakan bahwa secara umum ruang terbuka publik (open
space) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non4hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang4ruang terbuka
22
(open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan
vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial4
budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan)
bagi masyarakatnya.
36
4
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan
dalam
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, RTH memiliki fungsi utama dan tambahan sebagai berikut:
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis: (1) Memberi jaminan
pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru4paru kota) (2)
Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar (3) Sebagai peneduh (4) Produsen oksigen (5) Penyedia
habitat satwa (6) Penyerap air hujan, polutan media udara, air dan tanah, serta (7)
Penahan angin.
Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu (1) Fungsi sosial dan budaya yang
menggambarkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi warga kota dan tempat
rekreasi serta wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam
mempelajari alam; (2) Fungsi ekonomi yang terdiri dari sumber produk yang bisa
dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur serta bisa menjadi bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain4lain; dan (3) Fungsi estetika
yaitu berfungsi meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik
dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro:
lanskap kota secara keseluruhan. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas
warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural serta menciptakan suasana
serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota
seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
23
30
"
Penyediaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan menurut Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dapat menggunakan
pendekatan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kebutuhaan fungsi tertentu.
Salah satu fungsi tertentu dari RTH adalah kebutuhan oksigen Kota.
5
Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah
Perkotaan
dalam
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No
05/PRT/M/2008, penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah
sebagai berikut (1) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH privat; (2) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang
terbuka hijau privat; (3) apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota.
. #
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah
Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
menentukan cara perhitungan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan
dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas
RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku yaitu 2,53 m2/orang.
'
4
Fungsi RTH pada kategori ini dijelaskan dalam Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 adalah fungsi perlindungan atau
24
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestariann sum
sumber daya
alam, pengaman pejalan
ejalan kaki atau membatasi perkembangan pengguna
ggunaan lahan
agar fungsi utamanya
nya tidak
ti
teganggu. RTH kategori ini meliputi:
uti: ja
jalur hijau
sempadan rel keretaa api, jjalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi,, RTH kawasan
perlindungan setempat
mpat berupa
be
RTH sempadan sungai, RTH sempadan pa
pantai, dan
RTH pengamanan sumber
umber air baku/mata air.
*
Luas kebutuhan
han RTH
R
dapat dihitung berdasarkan pendekatan ke
kebutuhan
oksigen dengan menggu
enggunakan metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988)
yang kemudian dikemban
embangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai beriku
berikut :
dimana,
L
ai
bi
ci
di
Ui
Vi
Yi
Zi
K
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Luas RTH (ha)
Kebutuhan oksigen
oksige per orang (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per kendaraan bermotor (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per industry (kg/jam)
Kebutuhan oksigen
oksige per ternak(kg/jam)
Jumlah Penduduk
duduk
Jumlah kendaraan
araan bermotor berbagai jenis
Jumlah industri dari
da berbagai skala
Jumlah ternak
ak dari berbagai jenis
Konstanta (rataan
rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
am/ha
37
#
GIS dalam Bahasa
ahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah Sistem
istem IInformasi
Geografis (SIG) yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimp
menyimpan dan
menganalisis objek4obje
objek dan fenomena4fenomena dimana lokasi
kasi geografis
merupakan karakteristik
ristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
alisis. Menurut
Prahasta (2004) SIG merupakan
me
sistem komputer yang memilik
memiliki empat
kemampuan dasar dalam
alam menangani data bereferensi geografis, kemamp
mampuan dasar
tersebut adalah: (1) Data masukan (data spasial dan data atribut), (2) Da
Data luaran
(peta tematik), (3) Manaje
anajemen data (penyimpanan dan pemanggilann data
data), dan (4)
Analisis data.
25
Perangkat lunak SIG yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis,
MapInfo, ERDAS. Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah
ArcView versi 3.3 karena kemampuannya menganalisis lebih baik dari versi
sebelumnya dan memiliki banyak ekstensi untuk mempermudah dalam analisis
data yang dibutuhkan. Lebih lanjut, Prahasta (2004) menyatakan bahwa ArcView
merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan
pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research
Institut, Inc). Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan4
kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng4explore, menjawab pertanyaan4
pertanyaan (baik data spasial maupun data non4spasial), menganalisis data secara
geografis, dan sebagainya. Kemampuan perangkat SIG ArcView yang digunakan
dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
(1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format
perangkat lunak SIG lainnya
(2) Menampilkan Informasi (basis data) spasial maupun atribut
(3) Membuat peta tematik.
Dalam menentukan penggunaan lahan yang akan dijadikan arahan RTH
menurut Prahasta (2004) dapat digunakan Query, dengan fungsi untuk menandai
sel theme grid sesuai dengan kriteria yang diinginkan, satuan data yang ditandai
adalah sel atau piksel pada theme grid. Menandai data dengan query dapat
dilakukan pada view ataupun pada tabel. Menandai data dengan query pada view
dapat dilakukan dengan menu Theme Query.
Peta arahan RTH menggunakan peta administrasi kota bogor, peta hierarki
jalan kota bogor serta peta hasil penentuan arahan, metode yang digunakan untuk
mengasilkan peta tersebut menggnakan metode overlay clip one. Menurut
Prahasta (2004). Fasilitas ini biasanya digunakan untuk memperoleh informasi
pada daerah dengan luasan yang lebih kecil dari peta yang mencangkup daerah
yang luas.
26
!
6/
$ *!$
5
Penelitian ini dilakukan dengan objek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat,
seperti pada Gambar 2. Analisis spasial maupun analisis data dilakukan di Bagian
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Imu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Pusat
Pengkajian dan Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM Kampus IPB
Baranangsiang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 7 bulan, mulai dari bulan
Februari 2010 hingga Agustus 2010.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
63
Data, sumber data serta metode analisis yang digunakan pada penelitian
ditampilkan pada Tabel 1 dan kerangka pikir penelitian pada Gambar 3.
27
Tabel 1. Metode Penelitian
No
Tujuan
1 Menganalisis
model
pertumbuhan
peduduk
(growth model)
per kota dan
kecamatan.
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor tahun 201042030
menggunakan teknik pendugaan linear dan non2linear model :
Discrete Time Model ,* , 1 ( Continuous Time Model ,*
( '*
Exponensial ,* , exp '*
Kurva Gompretz/ Saturation
% exp ' ( )*
1 ( exp ' ( )*
Data dan Sumber data
yang digunakan
Data jumlah
penduduk Kota
Bogor tahun 2005
(hasil supas BPS)
Software Statistic
8.0
Output
Proyeksi jumlah
penduduk Kota Bogor
tahun 2030 per
kecamatan di Kota
Bogor
Dimana :
Pt : jumlah penduduk tahun terakhir
Po : jumlah penduduk tahun awal
W : waktu paruh
r : pertumbuhan penduduk (dalam %)
t : selisih tahun antar Pt dan Po
1 : konstanta (angka tetap)
α : koefisien (positif//negatif)
β : koefisien (positif//negatif)
28
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
No
Tujuan
2 Menghitung
proyeksi
luas
kebutuhan RTH
dan
sebaran
alokasi
RTH
Kota
Bogor
berdasarkan
jumlah
penduduk
periode
tahun
201042030
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis kebutuhan luasan RTH berdasarkan Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. –
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008
Fasilitas Umum 2,53 m2/jiwa (minimal >253 Ha)
Data dan Sumber data
yang digunakan
Proyeksi jumlah
penduduk Kota
Bogor tahun 2030
per kecamatan di
Kota Bogor
Output
Tabel Proyeksi luasan
Kebutuhan RTH Kota
Bogor
berdasarkan
Jumlah Penduduk
Pedoman
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Ruang Terbuka
Hijau di Wilayah
Perkotaan. –
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum
No
05/PRT/M/2008
29
Tabel 1. Metode Penelitian (Lanjutan)
jutan)
No
3
Tujuan
Menghitung
proyeksi
luas
kebutuhan RTH
dan
sebaran
alokasi
RTH
Kota
Bogor
berdasarkan
kebutuhan
oksigen
(O2)
periode
tahun
201042030
Me
Metode/Analisis
yang digunakan
Perhitungan Jumla
Jumlah Pohon untuk Menyuplai Oksigen
Konversi Jumlah
mlah ppohon ke RTH yang harus dibangun
Perhitungan:
Dimana :
L
ai
bi
ci
di
Ui
Vi
Yi
Zi
K
Luas RTH yang dibutuhkan
d
(ha)
Kebutuhan oksige
oksigen per orang (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per industri (kg/jam)
Kebutuhan oksige
oksigen per ternak(kg/jam)
Jumlah Penduduk
duduk
Jumlah kendaraan
daraan bermotor berbagai jenis
i Jumlah industri dari
da berbagai skala
Jumlah ternak
ak dar
dari berbagai jenis
Konstanta (rataan
rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha
Data dan Sumber
ber data
da
yang digunakan
akan
Proyeksi jumlah
mlah
penduduk Kota
ota
Bogor tahun
n 20
2030
per kecamatan
tan di
Kota Bogor
Output
Tabel Proyeksi luasan
Kebutuhan RTH Kota
Bogor
berdasarkan
kebutuhan oksigen (O2)
Pedoman
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Ruang Terbuka
buka
Hijau di Wilayah
ilayah
Perkotaan. –
Peraturan Menteri
enteri
Pekerjaan Umum
mum
No
05/PRT/M/2008
/2008
30
No
4
Tujuan
Pembuatan
gambaran
alokasi
penyebaran
RTH di Kota
Bogor
berdasarkan
perhitungan
kebutuhan RTH
periode tahun
201042030
Metode/Analisis yang digunakan
Analisis pola penggunaan lahan (2003 & 2007)
Analisis peluang penetapan RTH berdasarkan kebutuhan RTH ,
kesesuaian RTH dan penggunaan lahan.
Data dan Sumber data
yang digunakan
Proyeksi luas
kebutuhan RTH
dan sebaran alokasi
RTH Kota Bogor
berdasarkan jumlah
penduduk periode
tahun 201042030.
Proyeksi luas
kebutuhan RTH
dan sebaran alokasi
RTH Kota Bogor
berdasarkan
kebutuhan oksigen
(O2) periode tahun
201042030
Sofware ArcView
3.3
Output
Peta sebaran alokasi
Kebutuhan RTH Kota
Bogor dibagi 6 (enam)
kecamatan.
31
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
32
66
.
!
8
#
!
8
Penelitian ini menggunakan data4data sekunder sebagaimana pada Tabel 2:
Tabel 2. Sumber Data Sekunder Penelitian
Data
Sumber
Timeseries Jumlah Penduduk Kota Bogor 199542008
BPS Kota Bogor tahun 199642009
Tabel Data Jumlah Ternak Kota Bogor
BPS Kota Bogor 200442008
Tabel Data Jumlah Kendaraan Kota Bogor
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi
BPS Kota Bogor 2004,2008
Tabel Data Jumlah Industri Kota Bogor
BPS Kota Bogor 200442008
Peta Pengunaan Lahan Kota Bogor
Listiawan, 2010
Alat yang digunakan untuk mengolah data pada Tabel 2 dalam penelitian
ini adalah seperangkat komputer dengan perangkat lunak (software) yang terdiri
dari Arc View 3.3, Microsoft Office Word, Microsoft Office Excel, Microsoft
Office Visio, dan Statistica 8.0.
Penelitian terdiri dari 4 tahap, yang pertama adalah menganalisis model
pertumbuhan penduduk (growth model) per kota dan kecamatan dengan
menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bogor dan per kecamatan
untuk tahun 2030 menggunakan software Statistica 8.0 dan perhitungan sebagai
berikut :
Discrete Time Model
,*
,
1(
-
Dimana :