Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan
KAJIAN KEDELAI DI BAWAH PERTANAMAN
KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN
DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN
SKRIPSI
Oleh :
SURYA WARDHANA 070301021 Agronomi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
(2)
KAJIAN KEDELAI DI BAWAH PERTANAMAN
KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN
DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN
SKRIPSI Oleh :
SURYA WARDHANA 070301021 Agronomi
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Penelitian : Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan
Nama : Surya Wardhana
NIM : 070301021
Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Lisa Mawarni, MP.) (Ir. Asil Barus, MS.
Ketua Anggota
)
Mengetahui :
(Ir. T. Sabrina, M. Agr.Sc, Ph. D Ketua Program Studi Agroekoteknologi
)
(4)
ABSTRAK
Surya Wardhana, “Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan”. Dibawah bimbingan Lisa Mawarni dan Asil Barus.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi kedelai di bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun, untuk itu telah dilakukan penelitian di PTPN III Kebun Rambutan, mulai Februari 2012 sampai bulan Mei 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah varietas yaitu Anjasmoro (V1) dan Nanti (V2). Faktor kedua sebagai anak petak adalah sistem tanam yaitu mata empat (J1) dan mata lima (J2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam (MST), jumlah daun, umur berbunga, bobot kering tajuk, produksi per plot, dan bobot 100 biji. Perlakuan sistem tanam hanya berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Interaksi antara varietas dengan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang ada.
Kata kunci: kedelai, sistem tanam, dan varietas.
(5)
ABSTRACT
Surya Wardhana, “Study of soybean under planting of four years oilpalm at PTPN III Kebun Rambutan”. Supervised by Lisa Mawarni and Asil Barus.
To studied the growth and yield of soybean under planting of four years oilpalm at PTPN III Kebun Rambutan, for that purposed, a research has been done in February to May 2012. The design used was random plot design with two treatment. The first factor are varieties (Anjasmoro and Nanti) and the second factor are planting system (Square and Hexagonal planting system).
The result show that varieties has significant effect of the plants length at 3, 4, 5, and 6 weeks after planting (WAP), amount of leafs, age of flowering, weight of dry branches, production per plot, and amount of 100 seeds. The planting system has only influence of amount of 100 seeds. There was no interaction between the two treatments that was observed for all parameters.
Keywords: soybean, planting system, and variety.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Surya Wardhana, lahir di Pematang Siantar 5 Oktober 1989, anak dari Bapak Samiono dan Ibu Sumiati. Penulis merupakan anak ke 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:
- Lulus dari SD Negeri 091621 di Perdagangan pada tahun 2001.
- Lulus dari SMP Negeri 1 Bandar di Perdagangan pada tahun 2004.
- Lulus dari SMA Negeri 1 Bandar di Perdagangan pada tahun 2007.
- Tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa di program studi Agronomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Kegiatan akademis dan non-akademis yang pernah diikuti penulis antara lain:
- Peserta seminar “Reformasi Kehidupan Mahasiswa Dalam Dunia Kampus” yang
diselenggarakan oleh HMI FP USU di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009.
- Melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun
Gunung Bayu pada bulan Juni – Juli 2011.
- Asisten Laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara periode 2011 – 2012.
- Melaksanakan penelitian di Afdeling VII, PTPN III Kebun Rambutan,
Kabupaten Serdang Bedagai, mulai Februari 2012 – Mei 2012.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Samiono dan ibunda Sumiati yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
ibu Ir. Lisa Mawarni, MP selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Asil Barus, MS selaku anggota komisi pembimbing. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada abangda penulis Nurrahman Pamuji dan adik – adik penulis Retno Widiya Ningrum dan Mayditia Wulandari yang telah mensupport dan memberikan semangat kepada penulis. Tidak lupa juga kepada M. Fachrozi Surbakti, M. Iqbal, Hendra Sirait, dan Kiki Damayanti serta semua rekan mahasiswa Fakultas Pertanian USU Program Studi Agronomi Angkatan 2007 sampai 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas semangat, dukungan, dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, September 2013
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 7
Intercropping... 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan Penelitian... 13
Penyiapan Lahan Penelitian... 13
Penanaman ... 13
Pemeliharaan ... 13
Pemanenan ... 13
Pengamatan Parameter... 14
Tinggi Tanaman (cm) ... 14
Jumlah Daun (helai)... 14
Umur Berbunga (hari) ... 14
Jumlah Klorofil (unit/mm2) ... 14
Bobot Kering Tajuk (g) ... 14
(9)
Bobot 100 Biji (gr) ... 15 Produksi per Plot (g) ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 16 Pembahasan ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 27 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 3 – 6 MST pada masing -
masing sistem tanam dan varietas... 16
2. Rataan jumlah daun pada masing - masing sistem tanam dan
varietas kedelai ... 18
3. Rataan umur berbunga tanaman kedelai pada masing - masing
sistem tanam dan varietas ... 19
4. Rataan jumlah klorofil pada masing - masing sistem tanam dan
varietas kedelai ... 20 5. Rataan bobot kering tajuk terhadap masing - masing sistem tanam
dan varietas kedelai... 21
6. Rataan bobot kering akar terhadap masing - masing sistem tanam
dan varietas kedelai... 21
7. Rataan bobot 100 biji pada masing - masing sistem tanam dan
varietas kedelai ... 22
8. Rataan produksi per plot pada masing - masing sistem tanam dan
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. Hal.
1. Bagan lahan ... 31
2. Bagan plot ... 32
3. Deskripsi tanaman kedelai ... 33
4. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 35
5. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 35
6. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 36
7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 36
8. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 37
9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 37
10. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 38
11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 38
12. Data pengamatan jumlah daun (helai) ... 39
13. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) ... 39
14. Data pengamatan umur berbunga (hari) ... 40
15. Daftar sidik ragam umur berbunga (hari) ... 40
16. Data pengamatan jumlah klorofil ... 41
17. Daftar sidik ragam jumlah klorofil ... 41
18. Data pengamatan bobot kering tajuk (g) ... 42
19. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk (g) ... 42
20. Data pengamatan bobot kering akar (g)... 43
(12)
22. Data pengamatan bobot 100 biji (g) ... 44
23. Daftar sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 44
24. Data pengamatan produksi per plot (g) ... 45
25. Daftar sidik ragam produksi per plot (g) ... 45
(13)
ABSTRAK
Surya Wardhana, “Kajian Kedelai di Bawah Pertanaman Kelapa Sawit Umur Empat Tahun di PTPN III Kebun Rambutan”. Dibawah bimbingan Lisa Mawarni dan Asil Barus.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi kedelai di bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun, untuk itu telah dilakukan penelitian di PTPN III Kebun Rambutan, mulai Februari 2012 sampai bulan Mei 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah varietas yaitu Anjasmoro (V1) dan Nanti (V2). Faktor kedua sebagai anak petak adalah sistem tanam yaitu mata empat (J1) dan mata lima (J2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam (MST), jumlah daun, umur berbunga, bobot kering tajuk, produksi per plot, dan bobot 100 biji. Perlakuan sistem tanam hanya berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Interaksi antara varietas dengan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang ada.
Kata kunci: kedelai, sistem tanam, dan varietas.
(14)
ABSTRACT
Surya Wardhana, “Study of soybean under planting of four years oilpalm at PTPN III Kebun Rambutan”. Supervised by Lisa Mawarni and Asil Barus.
To studied the growth and yield of soybean under planting of four years oilpalm at PTPN III Kebun Rambutan, for that purposed, a research has been done in February to May 2012. The design used was random plot design with two treatment. The first factor are varieties (Anjasmoro and Nanti) and the second factor are planting system (Square and Hexagonal planting system).
The result show that varieties has significant effect of the plants length at 3, 4, 5, and 6 weeks after planting (WAP), amount of leafs, age of flowering, weight of dry branches, production per plot, and amount of 100 seeds. The planting system has only influence of amount of 100 seeds. There was no interaction between the two treatments that was observed for all parameters.
Keywords: soybean, planting system, and variety.
(15)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM (Adisarwanto, 2005). Kedelai pertamakali diperkenalkan di Brazil tahun 1914, dan dibudidayakan secara umum pada tahun 1931. Perkembangan kedelai sangat tinggi karena sangat menguntungkan dan dapat ditanam secara tumpang sari (Singh, 1990).
Saat ini, posisi komoditas kedelai tidak hanya sebagai sumber pangan untuk olahan tradisional dan berskala industri besar, namun diposisikan sebagai komoditas untuk kesehatan dan bahan baku industri non-pangan (Nurasa, 2007).
Produksi kedelai di Indonesia umumnya masih rendah. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) rata – rata produksi kedelai nasional tahun 2011 baru mencapai 851,29 ribu ton. Faktor – faktor yang sering menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain: kekeringan, banjir, hujan terlalu besar pada saat panen, serangan hama, dan persaingan dengan rerumputan (gulma) dan adanya anggapan kedelai sebagai tanaman sampingan (Suprapto, 2001).
Pemanfaatan potensi lahan antara lain memanfaatkan lahan di antara barisan
kelapa sawit. Peluang intercropping tanaman kelapa sawit pada masa TBM dengan
tanaman pangan masih terbuka, misalnya dengan tanaman padi ladang atau kedelai. Melalui intercropping ini, perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dengan mendukung ketahanan pangan nasional (PPKS, 2007).
(16)
Indonesia mempunyai perkebunan kelapa sawit lebih dari 6,8 juta hektar. Sumatera Utara memiliki areal kelapa sawit terluas di Indonesia (363.095 ha) tetapi umumnya ada lahan yang tidak digunakan secara efisien pada antar barisannya. Sebagai upaya optimalisasi lahan dan mengatasi penyediaan pangan, kedelai dapat menjadi tanaman sela pada perkebunan kelapa sawit. Menanam kedelai di antara barisan dapat menyediakan nitrogen alami yang diikat oleh rhizobiumnya, serta dapat menambah pendapatan petani (PPKS, 2007).
Sistem jarak tanam yang digunakan pada perkebunan kelapa sawit, umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 x 9 x 9m. Dengan sistem segitiga sama sisi, jarak Utara – Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antar setiap tanaman adalah 9m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 x 9,5 x 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U – S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar (Hasibuan, 2005). Sehingga ada lahan diantara kelapa sawit yang memungkinkan untuk ditanami.
Pada usaha pertanaman yang terpenting adalah memaksimalkan produksi pada tanaman yang diusahakan, salah satunya adalah dengan mengatur sistem atau jarak tanam yang terbaik sehingga optimum untuk mendapatkan cahaya. Penggunaan sistem tanam mata 4 dan mata 5 dapat memaksimalkan intensitas cahaya dan juga tanaman dapat menyerap unsur hara dengan baik (Maryani dan Gusmawartati, 2009).
Dari aspek ekonomi, penanaman kelapa sawit monokultur oleh petani tidak selamanya menguntungkan. Alternatif yang dapat ditawarkan adalah pengalokasian lahan untuk sistem pola tanam ganda, diantaranya menanam tanaman pangan di
(17)
antara tanaman kelapa sawit yang dikelola melalui pengaturan jarak tanam (Joehandra,dkk. 2013)
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penanaman kedelai di bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun dengan penekanan pada perbedaan sistem tanam dan varietas kedelai.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi dua jenis varietas tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill dan dua sistem tanam di antara barisan pertanaman kelapa sawit umur empat tahun.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh varietas dan sistem tanam terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merril yang ditanam di antara barisan kelapa sawit umur empat tahun.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
(18)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Rosales, Famili : Leguminosae, Genus : Glycine, Spesies : Glycine max (L) Merrill. Adisarwanto (2005).
Kedelai berakar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil-bintil akar, berupa koloni dari bakteri Rhizobium japonikum. Bakteri rhizobium dapat mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan kedelai. Sebaliknya Rhizobium memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai untuk pertumbuhannya (Suprapto, 2001).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70 – 150 cm),
menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini
umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik, tanaman ini peka terhadap
kondisi salin. Daunnya mejemuk beranak-daun tiga, berselang – seling (Rubatzky and Yamaguchi, 1998).
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun, dan polong - polongnya. Lebat atau tidaknya tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda, ada yang berwarna coklat dan adapula berwarna putih kehijauan (Andrianto dan Indarto, 2004).
(19)
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan pada umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada varietas masing-masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun-daunnya mulai rontok (Andrianto dan Indarto, 2004).
Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu. Setelah 7-10 hari bunga pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kali. Bunga tumbuh
pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas (Purwono dan Purnamawati, 2002).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berukuran antara 6-30 gram/100 biji. Ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu biji kecil (6-10 gram/100 biji), sedang (11-12 gram/100 biji) dan besar (13 gram atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat dan hitam (Fachruddin, 2000)
Seluruh biji dari kedelai matang secara bersamaan. Kemudian daun berguguran dengan cepat dan batang mengering. Pemanenan secara serempak biasa dilakukan untuk mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil, yang dapat mencapai 10 – 20% (Duke, 1983).
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak diantara keeping biji. Warna kulit biji bermacam – macam, ada yang kuning, hitam atau cokelat. Pusar biji atau hilum adalah jaringan berkas biji kedelai yang menempel pada dinding buah (Suprapto, 2001).
(20)
Syarat Tumbuh Iklim
Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu udara yang
optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 0C. Suhu lingkungan optimal untuk
pembentukan bunga yaitu 24-25 0C (Adisarwanto, 2005).
Kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian dataran rendah sampai ketinggian 1.200 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan kedelai adalah antara 25-30 0C. Curah hujan berkisar antara 150-200
mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari, dan kelembaban rata-rata (RH) 65% (Fachruddin, 2000).
Banyak kultivar yang dapat tumbuh pada iklim yang relatif cukup dingin dengan temperature antara 13 - 18°C, walaupun demikian hanya beberapa kultivar yang bisa ditanam pada ketinggian 1200 – 1400 m dpl. Hal ini karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi polinasi. Biji akan membentuk pada suhu tanah minimal sekitar 10°C (Tindall, 1983).
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40
(21)
hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek (Irwan, 2006).
Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain (Irwan, 2006). Pada tanah podsolik merah kuning dan tanah yang banyak mengandung pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali jika tanah diberi tambahan pupuk organik dalam jumlah cukup (Purwono dan Purnamawati, 2002).
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air yang cukup tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh, bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, tanah – tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai sebaiknya perlu diberi bakteri
rhizobium (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2010).
Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang baik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah
(22)
6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis. Sementara pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn. Untuk menaikkan pH, dilakukan pengapuran misalnya dengan kalsit (CaCO3), dolomite (CaMg (CO3)2),
atau kapur bakar (Fachruddin, 2000).
Intercropping
Menurut Nielsen (2011), intercropping merupakan sebuah pola tanam dengan menggunakan dua atau lebih varietas tanaman pada lahan yang sama dengan kriteria setiap tanaman mempunyai ruang yang cukup untuk memaksimalkan sinar matahari, air, dan unsur hara serta meminimalisir kompetisi diantara tanaman tersebut dengan cara mengatur jarak tanamnya.
Pertanaman tumpangsari adalah pertanaman campuran beberapa jenis tanaman dalam satu areal yang sama pada waktu yang bersamaan (Darmijati, 1992). Penanaman dua atau lebih tanaman secara bersamaan sangat luas dilakukan pada pertanian daerah tropis dan beriklim sedang (Snap and Pound, 2008). Pertanaman ganda atau multiple cropping adalah intensifikasi pertanaman dalam dimensi waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang sama dalam kurun waktu satu tahun, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
pertanaman tumpangsari atau intercropping dan pertanaman berurutan atau
sequential cropping.
Keuntungan intercropping cukup banyak, seperti petani dapat menjual hasil alternatif, menjaga kesuburan tanah, dekomposisi bahan organik lebih cepat, dan mengurangi gulma (Vandemeer, 1984). Sebaliknya, ada kerusakan dalam jangka
(23)
waktu panjang seperti kerusakan akar, masuknya hama dan penyakit, dan menurunkan kesuburan tanah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Sistem tanam tumpang sari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tanam tumpang sari antara lain : 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal, dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan, dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Cara ini berusaha untuk memanfaatkan sebaik – baiknya lingkungan ekologis dan mutu lahan. Konsep tersebut dianggap sebagai upaya pencegah terhadap gagalnya keseluruhan tanaman. Berhubung tanamannya mempunyai pola pertumbuhan dan pematangan yang berbeda, maka tanaman tersebut lebih mampu memanfaatkan sinar matahari, kelembaban dan hara tanah daripada tanaman yang
sama, dengan laju pertumbuhan dan laju pematangan yang sama
(Suhardjo, dkk, 1986).
Secara teoritis, tidak semua jenis tanaman dapat diusahakan sebagai tanaman sela di antara tanaman pokok. Oleh karena itu perlu pemahaman yang mendalam tentang karakter tanaman pokok dan tanaman sela, sehingga aspek-aspek yang berkaitan dengan konsep sinergisme dapat lebih ditingkatkan, sementara aspek-aspek
(24)
merugikan yang berkaitan dengan antagonisme dan alelopati dapat ditekan seminimal mungkin (Wardiana dan Mahmut, 2004). Kendala utama pengembangan tanaman kedelai sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan adalah kurangnya daya adaptasi kedelai di bawah naungan (intensitas cahaya rendah) (Anggraeni,dkk. 2010).
(25)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dimulai pada bulan Februari – Juni 2012 di Afdeling VII Kebun Rambutan PTPN 3, Kabupaten Serdang Bedagai.
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi benih dua varietas kedelai, yaitu Anjasmoro dan Nanti (deskripsi pada lampiran 3), insektisida Decis 25 EC, dan fungisida Dithane 45 WP.
Alat – alat yang digunakan terdiri dari alat – alat pengolah tanah (cangkul dan tugal), alat – alat ukur yakni meteran, timbangan analitik, chlorophyl meter (pengukur jumlah klorofil), gunting tanaman, tali rafia, papan lat, kamera digital.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan, yaitu:
I. Varietas Kedelai : V1 = Anjasmoro; dan
V2 = Nanti
II. Sistem Tanam:
J1 = 25 cm x 25 cm; mata empat
J2 = 25 cm x 25 cm; mata lima
Kombinasi Perlakuan:
J1V1 J2V1
(26)
Jumlah perlakuan kombinasi : 2 x 2 = 4 perlakuan
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah petak percobaan : 12 petak
Ukuran satu petak percobaan : 2,5 m x 2,5 m
Jumlah sampel tetap : 5 tanaman per petak
Jarak petak dengan barisan sawit : 2 m
Jumlah tanaman per petak : 81 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 972 tanaman
Model linier dari rancangan yang digunakan adalah :
Yijk = µ + ρi + αj +βk +(αβ)jk +
ε
ijki = 1, 2, 3. j = 1, 2. k = 1, 2.
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan varietas pada taraf ke-j dan sistem tanam pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah umum
ρi = Pengaruh ulangan ke-i
αj = Pengaruh perlakuan varietas pada taraf ke-j
βk = Pengaruh sistem tanam pada taraf ke-k
(αβ)jk = Efek interaksi antara varietas taraf ke-j dan sistem tanam pada taraf ke-k
ε
ijk = Pengaruh galat percobaan pada blok taraf ke-i yang mendapat pengaruhvarietas pada taraf ke-j dan sistem tanam pada taraf ke-k (Bangun, 1990). Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).
(27)
Pelaksanaan Penelitian
Penyiapan Lahan Penelitian
Lokasi areal percobaan dibagi menjadi 3 ulangan, kemudian dibagi menjadi 6 petak penelitian sesuai jumlah perlakuan. Setiap petak berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan jarak antar petak 1 m dan jarak petak dengan barisan tanaman kelapa sawit 2 m. Tanah diolah dengan 2 kali pencangkulan.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam ± 3 cm, dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Pada satu lubang tanam dimasukkan 3 benih.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan apabila tidak ada hujan yang cukup. Disesuaikan dengan kondisi lapangan. Setelah tanaman berumur 14 hari dilakukan penjarangan tanaman menjadi 1 tanaman per lubang tanam. Penyiangan gulma dilakukan setiap minggu. Dilakukan secara mekanis atau manual. Pemupukan menggunakan pupuk NPK (15 : 15 : 15) hanya pada 30 hari setelah tanam sebanyak 2 g/tanaman. Pengendalian hama dan penyakit selanjutnya tergantung dari keadaan di dalam plot. Insektisida yang digunakan adalah Decis 25 EC dengan dosis 1,4 ml/2 L air, dan fungisida yang digunakan adalah Dithane M-45.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya. Adapun kriteria panennya adalah polong kedelai menunjukkan warna coklat muda, keadaan ini terdapat 75% pada plot.
(28)
Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)
Parameter tinggi tanaman dihitung mulai dari pangkal batang (yang telah diberi tanda) sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman diukur setelah tanaman berumur 3 MST sampai dengan 6 MST dengan interval setiap minggu.
Jumlah Daun (helai)
Parameter jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang telah membuka dengan sempurna dan tidak ada daun yang rusak. Jumlah daun hanya sekali dihitung, yaitu pada akhir masa vegetatif yaitu pada 6 MST.
Umur Berbunga (hari)
Parameter umur berbunga dihitung mulai dari penanaman sampai bunga pertama muncul pada salah satu buku batang utama pada setiap sampel.
Jumlah Klorofil (unit/mm2)
Parameter jumlah klorofil pada tanaman dihitung hanya sekali selama percobaan, yaitu setelah terlihat munculnya bunga pada tanaman. Jumlah klorofil ini dihitung dengan menggunakan alat Chlorophylmeter dengan menghitung pada daun pada tingkat bawah, tengah, dan atas pada tiap sampel.
Bobot Kering Tajuk (g)
Parameter bobot kering tajuk tanaman dihitung setelah selesai percobaan di lapangan. Setelah dibersihkan, bagian atas tanaman tersebut dimasukkan ke dalam amplop coklat atau kertas koran kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu
(29)
750C hingga kadar airnya konstan. Kemudian ditimbang menggunakan timbangan
analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Parameter bobot kering akar tanaman dihitung setelah selesai percobaan di lapangan. Setelah dibersihkan, bagian akar tanaman tersebut dimasukkan ke dalam amplop coklat atau kertas koran kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu
750C hingga kadar airnya konstan. Kemudian ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
Bobot 100 biji (g)
Pengukuran parameter bobot 100 biji kering dengan mengambil 100 biji kering dari satu plot yang dipilih secara acak kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
Produksi Per Plot (6,25 m2/49 tanaman kedelai) (g)
Parameter produksi per plot dihitung dengan cara menimbang bobot kering biji tanaman yang dihasilkan dalam satu plot dengan menggunakan timbangan analitik pada akhir penelitian.
(30)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut disajikan hasil dan rataan data pengamatan dari tiap parameter.
Tinggi tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman kedelai umur 3 – 6 MST serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 11. Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam, dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai.
Rataan tinggi tanaman pada masing - masing sistem tanam dan varietas yang di uji pada umur 3 – 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 3 – 6 MST pada masing - masing sistem tanam dan varietas.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) pada Minggu ke -
3 4 5 6
Sistem Tanam
J1 = Mata empat 21,00 31,29 45,93 59,12
J2 = Mata lima 20,93 30,10 44,27 58,96
Varietas
V1 (Anjasmoro) 24,73a 36,51a 53,21a 67,79a
V2 (Nanti) 17,20b 24,89b 37,00b 50,30b
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada minggu ke 6 dengan sistem J1 yaitu sebesar 45,13 cm dan
(31)
terendah pada J2 yaitu sebesar 44,48 cm. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan
tertinggi terdapat pada minggu ke 6 dengan varietas V1 sebesar 53,79 cm dan
terendah pada V2 yaitu sebesar 35,81 cm.
Kurva pertumbuhan tanaman kedelai umur 3 – 6 MST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva pertumbuhan tanaman kedelai umur 3 – 6 MST.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa varietas Anjasmoro menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dari varietas Nanti.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
3 4 5 6
T in ggi T an am an ( c m )
Minggu Setelah Tanam
J1 V1 J2 V1 J1 V2 J2 V2
(32)
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan jumlah daun tanaman kedelai dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, akan tetapi tingkat varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
Rataan jumlah daun tanaman kedelai pada masing - masing sistem tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun pada masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 25,93 31,80 28,87
Mata Lima 27,00 32,13 29,57
Rataan 26,47b 31,97a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata lima yaitu sebesar 29,57 helai dan terendah pada
sistem mata empat yaitu sebesar 28,87 helai. Sedangkan pada perlakuan varietas,
rataan tertinggi terdapat pada varietas Nanti sebesar 31,97 helai dan terendah pada varitas Anjasmoro yaitu sebesar 26,47 helai.
Umur Berbunga (hari)
Data pengamatan umur berbunga tanaman kedelai dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Hasil analisis sidik ragam tersebut
(33)
menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap umur berbunga sedangkan perbedaan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.
Rataan umur berbunga tanaman kedelai pada masing - masing sistem tanam dan varietas yang dihitung pada saat tanaman berbunga pertama kali dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan umur berbunga tanaman kedelai pada masing - masing sistem tanam dan varietas.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 38,00 44,33 41,17
Mata Lima 37,67 44,67 41,17
Rataan 37,83b 44,50a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan pada perlakuan sistem tanam tidak ada perbedaan dalam hal umur berbunga. Sedangkan pada perlakuan varietas rataan tertinggi terdapat pada varietas Nanti yaitu sebesar 44,50 hari dan terendah pada varietas Anjasmoro yaitu sebesar 37,83 hari.
Jumlah Klorofil (unit/mm2)
Data pengamatan jumlah klorofil tanaman kedelai dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 17. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa sistem tanam maupun varietas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil tanaman kedelai.
Rataan jumlah klorofil tanaman kedelai pada masing - masing sistem tanam dan varietas yang dihitung pada saat bunga pertama muncul dapat dilihat pada Tabel 4.
(34)
Tabel 4. Rataan jumlah klorofil pada masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 42,22 40,36 41,29
Mata Lima 39,55 37,44 38,50
Rataan 40,89 38,90
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata empat yaitu sebesar 41,29 dan terendah pada
sistem mata lima yaitu sebesar 38,50. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan
tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro sebesar 40,89 dan terendah pada varietas Nanti yaitu sebesar 38,90.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan bobot kering tajuk tanaman kedelai dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai, tetapi perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai.
Rataan bobot kering tajuk tanaman kedelai terhadap masing - masing sistem tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.
(35)
Tabel 5. Rataan bobot kering tajuk terhadap masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 9,32 6,80 8,06
Mata Lima 10,06 6,72 8,39
Rataan 9,69a 6,76b
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata lima yaitu sebesar 8,39 g dan terendah pada sistem mata empatyaitu sebesar 8,06 g. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro sebesar 9,69 g dan terendah pada varietas Nanti yaitu sebesar 6,76 g.
Bobot Kering Akar (g)
Data pengamatan bobot kering akar tanaman kedelai dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman kedelai.
Rataan bobot kering akar tanaman kedelai terhadap masing - masing sistem tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot kering akar terhadap masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 0,62 0,83 0,72
Mata Lima 0,79 0,66 0,73
Rataan 0,71 0,75
(36)
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata lima yaitu sebesar 0,73 g dan terendah pada sistem mata empat yaitu sebesar 0,72 g. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan tertinggi terdapat pada varietas Nanti sebesar 0,75 g dan terendah pada varietas Anjasmoro yaitu sebesar 0,71 g.
Bobot 100 Biji (g)
Data pengamatan bobot 100 biji tanaman kedelai dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji tanaman kedelai.
Rataan bobot 100 biji tanaman kedelai pada masing - masing sistem tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot 100 biji pada masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 12,54 9,24 10,89a
Mata Lima 10,27 9,00 9,64b
Rataan 11,40a 9,12b
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata empat yaitu sebesar 10,89 g dan terendah pada sistem mata lima yaitu sebesar 9,64 g. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan
(37)
tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro sebesar 11,40 g dan terendah pada varietas Nanti yaitu sebesar 9,12 g.
Produksi per Plot (g)
Data pengamatan produksi per plot (6,25 m2/49 tanaman kedelai) dan hasil
analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24 dan Lampiran 25. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot tanaman kedelai. Tetapi perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap produksi per plot tanaman kedelai.
Rataan produksi per plot (6,25 m2/49 tanaman kedelai) pada masing - masing
sistem tanam dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan produksi per plot pada masing - masing sistem tanam dan varietas kedelai.
Sistem Tanam Varietas Rataan
Anjasmoro Nanti
Mata Empat 710,00 406,67 558,33
Mata Lima 668,33 543,00 605,67
Rataan 689,17a 474,83b
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji BNJ.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam diperoleh rataan tertinggi terdapat pada sistem mata lima yaitu sebesar 605,67 g dan terendah pada sistem mata empat yaitu sebesar 558,33 g. Sedangkan pada perlakuan varietas, rataan tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro sebesar 689,17 g dan terendah pada varietas Nanti yaitu sebesar 474,83 g.
(38)
Pembahasan
Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot kering tajuk, produksi per plot, dan bobot 100 biji.
Suprapto (2001) mengatakan bahwa untuk berhasilnya pertanaman, perlu dipillih varietas – varietas yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lapangan. Karena tingginya hasil ditentukan oleh interaksi suatu varietas terhadap kondisi lingkungan.
Varietas unggul bila ditanam di kondisi apapun tetap unggul, seperti varietas Anjasmoro yang lebih unggul dari varietas Nanti yang ditanam diantara pertanaman kelapa sawit umur empat tahun, sehingga perlakuan varietas terlihat nyata.
Somaatmadja (1985), menjelaskan bahwa perlakuan varietas memberikan respon yang berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda sehingga menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Sumarno dan Hartono (1983) menyatakan bahwa varietas unggul kedelai mempunyai kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan varietas lokal.
Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kedelai ini perlu adanya pemanfaatan potensi lahan, baik sebagai tanaman utama maupun sebagai tanaman sela. Hal ini sesuai dengan literatur Subandi (2007) yang mengatakan bahwa pemanfaatan potensi lahan yang tersedia luas untuk perluasan areal tanam, baik sebagai tanaman utama maupun tanaman sela, di antaranya menanam kedelai di bawah pertanaman kelapa sawit muda.
(39)
Disamping faktor lingkungan, pertumbuhan dan produksi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman itu sendiri. Hal ini berarti setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda – beda, tergantung kepada sifat genetis varietas tanaman itu sendiri (Silaen, 2004).
Pengaruh Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
Sistem tanam kedelai yang digunakan hanya berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kedelai, tetapi tidak berpengaruh nyata pada produksi per plot. Hal ini
mungkin disebabkan karena sistem tanam mata empat (J1) memiliki kerapatan yang
lebih luas daripada sistem tanam mata lima (J2) sehingga ada ruang yang lebih bagi
tanaman untuk memanfaatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa yang dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif kedelai.
Akan tetapi karena kedelai tersebut ditanam di bawah pertanaman kelapa sawit, ada kemungkinan bahwa sinar matahari yang diserap tanaman kedelai tersebut tidak 100%, sehingga dengan adanya pengurangan intensitas sinar matahari dapat mempengaruhi terbuka dan tutupnya stomata daun, pemecahan air pada proses fotosintesis, dan pemecahan hasil fotosintesis (Silaen, 2004). Berkurangnya serapan unsur hara tersebut akan mengurangi tingkat alokasi bahan kering, sehingga sistem tanam tidak berpengaruh terhadap produksi per plot.
(40)
Pengaruh Interaksi Varietas dan Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
Interaksi antara varietas dan sistem tanam tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Sebab belum terlalu besar persaingan untuk memperoleh sinar matahari bagi tanaman kedelai yang ditanam di bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun.
(41)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot kering tajuk, umur berbunga, produksi per plot, dan bobot 100 biji.
2. Perbedaan sistem tanam kedelai mata empat dan mata lima yang ditanam di
bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.
3. Interaksi antara varietas dan sistem tanam tidak berpengaruh secara nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai yang ditanam di bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun.
4. Varietas Anjasmoro lebih unggul dibandingkan varietas Nanti bila ditanam di
bawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun.
Saran
Melihat produksi yang didapatkan Anjasmoro (1,82 ton/ha) dan Nanti (1,25 ton/ha) tidak jauh berbeda dari deskripsi (Anjasmoro 2,03 ton/ha dan Nanti 1,24 ton/ha) maka masih memungkinkan untuk menanam kedelai dibawah pertanaman kelapa sawit umur empat tahun.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Andrianto, T. F. dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisa Usahatani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Jakarta
Anggraeni, B. W., D. Sopandie., dan N. Khumaida. 2010. Studi Morfo – Anatomi
dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L) Merr.) Pada Kondisi Cekaman
Intensitas Cahaya Rendah. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor. Halaman 15 – 24.
Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Tanaman Padi dan Palawija. Jakarta. Halaman 21.
Bangun, M. K. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Darmijati, S. 1992. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Kedelai dan Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Jurnal Agromet Volume VIII No.1 Halaman 32 – 40.
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2010. Diakses dari http:www.scribd.com/doc/8756939/kedelai Duke, J. A. 1983. Handbook of Legumes of World Economid Importance. Plenum
Press, New York.
Fachruddin. L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Fikriati, M., Trikoesoemaningtyas., dan D. Wirnas. 2009. Uji Daya Hasil Lanjutan
Kedelai (Glycine max L.) Toleran Naungan di Bawah Tegakan Karet Rakyat
di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor. Halaman 31 – 38.
Hasibuan, A. 2005. Prospek Perkebunan Indonesia Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Dies Natalis ke – 53 Universitas Sumatera Utara 20 Agustus 2005. Medan.
(43)
Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine mx (L) Merril). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Joehandra., Armaini., dan S. Yoseva. 2013. Kajian Beberapa Komposisi Pupuk dan Pembenah Tanah Terhadap Komponen Produksi Kedelai (Glycine max (L) Meril) Pada Sistem Intercropping dengan Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.
Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Maryani dan Gusmawartati. 2009. Uji Beberapa Dosis Pupuk N, P, K dan Jarak Tanam Terhadap Produksi Kedelai yang Ditanam Diantara Kelapa Sawit. Universitas Jambi, Jambi.
Nielsen, H. H. 2011. Strip Intercropping Strategy for Biomass to Energy Production While on the same time Maintaining Soil Fertility. RISO National Laboratory for Sustainable Energy, Technical University of Denmark.
Nurasa, T. 2007. Revitalisasi Benih Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Kedelai di Jawa Timur. Jurnal Akta Agrosia, Bogor. Hamalan 164 – 171.
PPKS. 2007. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Purwono dan H. Purnamawati, 2002. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia (Prinsip, Produksi, dan Gizi). Penerjemah Catur Herison. ITB – Press, Bandung.
Silaen, S. 2004. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) di Polibek. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Singh, S. R. 1990. Insect Pests of Tropical Food Legumes. John Wiley & Sons, England.
Snapp, S., and B. Pound. 2008. Agricultural Systems : Agroecology and Rural Innovation for Development. Elsevies Inc. San Fransisco.
Somaatmadja, S. 1985. Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Perakitan Varietas. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
(44)
Steel, R.G.D., dan J. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Halaman 408 – 410.
Subandi. 2007. Lima Strategi Pengembangan Kedelai. Sinar Tani, Jakarta.
Suhardjo., L. J. Harper., B. J. Deaton., dan J. A. Driskel. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. UI-Press, Jakarta.
Sumarno dan Hartono. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Suprapto, H. S. 2001. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tindall, H. D, 1983. Vegetable The Tropics. The Macmillan Press, London.
Vandermeer, J. H. 1984. The Ecology of Intercropping. Diakses dari http://books.google.com/books.
Wardiana, E., dan Z. Mahmut. 2004. Tanaman Sela Diantara Pertanaman Kelapa Sawit. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Sapi. Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan, Parung Kuda, Jawa Barat. Halaman 175 – 187. Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. BPTP
Jawa Tengah, Semarang.
(45)
Lampiran 1. Bagan Lahan
Bagan Lahan
I
I
II
II
III
Keterangan:
= tanaman kelapa sawit
2 m
10 m
10 m 10 m 2,5 m
J
1V
1J
2V
2J
2V
1J
1V
2J
2V
2J
1V
2J
1V
1J
2V
1J
2V
2J
2V
1J
1V
2J
1V
11 m
1 m
(46)
Lampiran 2. Bagan Plot Mata Empat
Mata Lima
Keterangan:
= tanaman sampel
2,5 m
2,5 m
2,5 m
2,5 m
25 cm
25 cm
25 cm
25 cm
25cm 25 cm
25 cm 25 cm
X
X
X X
X
X
X
X
X X
X
(47)
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kedelai
ANJASMORO
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : Mansuria 395-49-4
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Daya hasil : 2,03–2,25 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat muda
Warna hilum : Kuning kecoklatan
Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Lebar
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 35,7–39,4 hari
Umur polong masak : 82,5–92,5 hari
Tinggi tanaman : 64 - 68 cm
Percabangan : 2,9–5,6 cabang
Jml. buku batang utama : 12,9–14,8
Bobot 100 biji : 14,8–15,3 g
Kandungan protein : 41,8–42,1%
Kandungan lemak : 17,2–18,6%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M.,
Susanto, Darman M.A., dan M. Muchlish Adie.
(48)
NANTI
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 534/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor induk : D.3623
Asal : Persilangan tunggal (singlecross):
Dempo x No. 3623
Hasil rata-rata : 1,24 t/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna kotiledon : Kuning
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat
Bentuk biji : Oval
Bentuk daun : Lanceolate
Ukuran daun : Sedang
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : 37 hari
Umur saat panen : 91 hari
Tinggi tanaman : 73 cm
Percabangan : 3–4 cabang
Bobot 100 biji : 11,5 g
Kandungan protein : 42,8%
Kandungan lemak : 12,0%
Kandungan air : 6,2%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit karat daun
Sifat-sifat lain : polong tidak mudah pecah
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam
Pemulia : Darman MA., Heru Kuswantoro, M. Muchlish Adie,
dan Purwantoro
(49)
Lampiran 4. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 23,14 26,28 26,60 76,02 25,34
J2 V1 22,14 25,22 24,98 72,34 24,11
J1 V2 18,62 13,74 17,62 49,98 16,66
J2 V2 17,60 18,64 16,98 53,22 17,74
Total 81,50 83,88 86,18 251,56
Rataan 20,38 20,97 21,55 20,96
Lampiran 5. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST (cm)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 2,74 1,37 0,33 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,02 0,02 0,00 tn 5,99
Varietas (V) 1 169,95 169,95 40,56 * 5,99
Interaksi J x V 1 3,99 3,99 0,95 tn 5,99
Error 6 25,14 4,19
Total 11 201,84
FK 5273,54
KK 9,76%
tn = tidak nyata
* = nyata
(50)
Lampiran 6. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 35,70 37,52 41,00 114,22 38,07
J2 V1 29,16 41,84 33,82 104,82 34,94
J1 V2 26,08 20,70 26,76 73,54 24,51
J2 V2 23,52 29,48 22,80 75,80 25,27
Total 114,46 129,54 124,38 368,38
Rataan 28,62 32,39 31,10 30,70
Lampiran 7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST (cm)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 29,37 14,68 0,76 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 4,25 4,25 0,22 tn 5,99
Varietas (V) 1 404,84 404,84 20,88 * 5,99
Interaksi J x V 1 11,33 11,33 0,58 tn 5,99
Error 6 116,34 19,39
Total 11 566,13
FK 11308,65
KK 14,34%
tn = tidak nyata
* = nyata
(51)
Lampiran 8. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 55,12 56,66 56,86 168,64 56,21
J2 V1 42,70 56,80 51,12 150,62 50,21
J1 V2 35,18 29,54 42,24 106,96 35,65
J2 V2 36,52 45,18 33,32 115,02 38,34
Total 169,52 188,18 183,54 541,24
Rataan 42,38 47,05 45,89 45,10
Lampiran 9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST (cm)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 47,19 23,60 0,67 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 8,27 8,27 0,23 tn 5,99
Varietas (V) 1 788,62 788,62 22,37 * 5,99
Interaksi J x V 1 56,68 56,68 1,61 tn 5,99
Error 6 211,56 35,26
Total 11 1112,31
FK 24411,73
KK 13,17%
tn = tidak nyata
* = nyata
(52)
Lampiran 10. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 75,34 72,46 68,12 215,92 71,97
J2 V1 53,28 72,66 64,86 190,80 63,60
J1 V2 44,94 40,48 53,40 138,82 46,27
J2 V2 51,56 64,68 46,72 162,96 54,32
Total 225,12 250,28 233,10 708,50
Rataan 56,28 62,57 58,28 59,04
Lampiran 11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST (cm)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 82,65 41,33 0,63 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,08 0,08 0,00 tn 5,99
Varietas (V) 1 917,70 917,70 14,02 * 5,99
Interaksi J x V 1 202,21 202,21 3,09 tn 5,99
Error 6 392,78 65,46
Total 11 1595,42
FK 41831,02
KK 13,70%
tn = tidak nyata
* = nyata
(53)
Lampiran 12. Data pengamatan jumlah daun (helai)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 26,40 25,40 26,00 77,80 25,93
J2 V1 28,60 27,40 25,00 81,00 27,00
J1 V2 33,40 30,60 31,40 95,40 31,80
J2 V2 29,20 33,80 33,40 96,40 32,13
Total 117,60 117,20 115,80 350,60
Rataan 29,40 29,30 28,95 29,22
Lampiran 13. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,45 0,22 0,06 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 1,47 1,47 0,37 tn 5,99
Varietas (V) 1 90,75 90,75 22,76 * 5,99
Interaksi J x V 1 0,40 0,40 0,10 tn 5,99
Error 6 23,93 3,99
Total 11 117,00
FK 10243,36
KK 6,83%
tn = tidak nyata
* = nyata
(54)
Lampiran 14. Data pengamatan umur berbunga (hari)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 75,34 72,46 68,12 215,92 71,97
J2 V1 53,28 72,66 64,86 190,80 63,60
J1 V2 44,94 40,48 53,40 138,82 46,27
J2 V2 51,56 64,68 46,72 162,96 54,32
Total 225,12 250,28 233,10 708,50
Rataan 56,28 62,57 58,28 59,04
Lampiran 15. Daftar sidik ragam umur berbunga (hari)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,17 0,08 0,27 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,00 0,00 0,00 tn 5,99
Varietas (V) 1 133,33 133,33 436,36 * 5,99
Interaksi J x V 1 0,33 0,33 1,09 tn 5,99
Error 6 1,83 0,31
Total 11 135,67
FK 20336,33
KK 1,34%
tn = tidak nyata
* = nyata
(55)
Lampiran 16. Data pengamatan jumlah klorofil
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 42,52 41,60 42,54 126,66 42,22
J2 V1 37,52 41,92 39,22 118,66 39,55
J1 V2 44,38 39,54 37,16 121,08 40,36
J2 V2 37,96 38,38 35,98 112,32 37,44
Total 162,38 161,44 154,90 478,72
Rataan 40,60 40,36 38,73 39,89
Lampiran 17. Daftar sidik ragam jumlah klorofil
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 8,30 4,15 0,77 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 23,41 23,41 4,32 tn 5,99
Varietas (V) 1 11,84 11,84 2,19 tn 5,99
Interaksi J x V 1 0,05 0,05 0,01 tn 5,99
Error 6 32,48 5,41
Total 11 76,08
FK 19097,74
KK 5,83%
tn = tidak nyata
* = nyata
(56)
Lampiran 18. Data pengamatan bobot kering tajuk (g)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 12,40 7,50 8,06 27,96 9,32
J2 V1 7,91 11,61 10,68 30,19 10,06
J1 V2 7,09 5,67 7,62 20,39 6,80
J2 V2 6,23 7,75 6,17 20,15 6,72
Total 33,63 32,53 32,52 98,69
Rataan 8,41 8,13 8,13 8,22
Lampiran 19. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,20 0,10 0,02 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,33 0,33 0,08 tn 5,99
Varietas (V) 1 25,85 25,85 6,15 * 5,99
Interaksi J x V 1 0,51 0,51 0,12 tn 5,99
Error 6 25,23 4,21
Total 11 52,13
FK 811,64
KK 24,94%
tn = tidak nyata
* = nyata
(57)
Lampiran 20. Data pengamatan bobot kering akar (g)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 0,99 0,32 0,55 1,85 0,62
J2 V1 0,86 0,68 0,85 2,38 0,79
J1 V2 0,53 1,21 0,75 2,49 0,83
J2 V2 0,61 0,97 0,40 1,98 0,66
Total 2,99 3,18 2,55 8,71
Rataan 0,75 0,79 0,64 0,73
Lampiran 21. Daftar sidik ragam bobot kering akar (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,05 0,03 0,26 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,00 0,00 0,00 tn 5,99
Varietas (V) 1 0,00 0,00 0,05 tn 5,99
Interaksi J x V 1 0,09 0,09 0,90 tn 5,99
Error 6 0,60 0,10
Total 11 0,75
FK 6,33
KK 43,58%
tn = tidak nyata
* = nyata
(58)
Lampiran 22. Data pengamatan produksi per plot (g)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 650,00 610,00 870,00 2130,00 710,00
J2 V1 685,00 720,00 600,00 2005,00 668,33
J1 V2 430,00 360,00 430,00 1220,00 406,67
J2 V2 540,00 540,00 549,00 1629,00 543,00
Total 2305,00 2230,00 2449,00 6984,00
Rataan 576,25 557,50 612,25 582,00
Lampiran 23. Daftar sidik ragam produksi per plot (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 6193,50 3096,75 0,42 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 6721,33 6721,33 0,92 tn 5,99
Varietas (V) 1 137816,33 137816,33 18,82 * 5,99
Interaksi J x V 1 23763,00 23763,00 3,24 tn 5,99
Error 6 43943,83 7323,97
Total 11 218438,00
FK 4064688,00
KK 14,70%
tn = tidak nyata
* = nyata
(59)
Lampiran 24. Data pengamatan bobot 100 biji (g)
Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 10,59 12,69 14,33 37,61 12,54
J2 V1 9,11 10,31 11,38 30,80 10,27
J1 V2 8,33 9,63 9,75 27,71 9,24
J2 V2 9,26 8,71 9,04 27,01 9,00
Total 37,29 41,34 44,50 123,13
Rataan 9,32 10,34 11,13 10,26
Lampiran 25. Daftar sidik ragam bobot 100 biji (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 6,53 3,27 4,38 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 4,70 4,70 6,31 * 5,99
Varietas (V) 1 15,62 15,62 20,96 * 5,99
Interaksi J x V 1 3,11 3,11 4,18 tn 5,99
Error 6 4,47 0,75
Total 11 34,43
FK 1263,42
KK 8,41%
tn = tidak nyata
* = nyata
(60)
Lampiran 26. Foto-foto di Lapangan
Lahan penelitian Kedelai umur 2 minggu
Kedelai umur 4 minggu Kedelai umur 6 minggu
Buah tanaman kedelai Pengambilan data jumlah klorofil
(1)
Lampiran 16. Data pengamatan jumlah klorofil Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 42,52 41,60 42,54 126,66 42,22
J2 V1 37,52 41,92 39,22 118,66 39,55
J1 V2 44,38 39,54 37,16 121,08 40,36
J2 V2 37,96 38,38 35,98 112,32 37,44
Total 162,38 161,44 154,90 478,72
Rataan 40,60 40,36 38,73 39,89
Lampiran 17. Daftar sidik ragam jumlah klorofil
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 8,30 4,15 0,77 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 23,41 23,41 4,32 tn 5,99
Varietas (V) 1 11,84 11,84 2,19 tn 5,99
Interaksi J x V 1 0,05 0,05 0,01 tn 5,99
Error 6 32,48 5,41
Total 11 76,08
FK 19097,74
KK 5,83%
tn = tidak nyata
(2)
Lampiran 18. Data pengamatan bobot kering tajuk (g) Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 12,40 7,50 8,06 27,96 9,32
J2 V1 7,91 11,61 10,68 30,19 10,06
J1 V2 7,09 5,67 7,62 20,39 6,80
J2 V2 6,23 7,75 6,17 20,15 6,72
Total 33,63 32,53 32,52 98,69
Rataan 8,41 8,13 8,13 8,22
Lampiran 19. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,20 0,10 0,02 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,33 0,33 0,08 tn 5,99
Varietas (V) 1 25,85 25,85 6,15 * 5,99
Interaksi J x V 1 0,51 0,51 0,12 tn 5,99
Error 6 25,23 4,21
Total 11 52,13
FK 811,64
KK 24,94%
tn = tidak nyata
* = nyata
(3)
Lampiran 20. Data pengamatan bobot kering akar (g) Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 0,99 0,32 0,55 1,85 0,62
J2 V1 0,86 0,68 0,85 2,38 0,79
J1 V2 0,53 1,21 0,75 2,49 0,83
J2 V2 0,61 0,97 0,40 1,98 0,66
Total 2,99 3,18 2,55 8,71
Rataan 0,75 0,79 0,64 0,73
Lampiran 21. Daftar sidik ragam bobot kering akar (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 0,05 0,03 0,26 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 0,00 0,00 0,00 tn 5,99
Varietas (V) 1 0,00 0,00 0,05 tn 5,99
Interaksi J x V 1 0,09 0,09 0,90 tn 5,99
Error 6 0,60 0,10
Total 11 0,75
FK 6,33
KK 43,58%
tn = tidak nyata
(4)
Lampiran 22. Data pengamatan produksi per plot (g) Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 650,00 610,00 870,00 2130,00 710,00
J2 V1 685,00 720,00 600,00 2005,00 668,33
J1 V2 430,00 360,00 430,00 1220,00 406,67
J2 V2 540,00 540,00 549,00 1629,00 543,00
Total 2305,00 2230,00 2449,00 6984,00
Rataan 576,25 557,50 612,25 582,00
Lampiran 23. Daftar sidik ragam produksi per plot (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 6193,50 3096,75 0,42 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 6721,33 6721,33 0,92 tn 5,99
Varietas (V) 1 137816,33 137816,33 18,82 * 5,99
Interaksi J x V 1 23763,00 23763,00 3,24 tn 5,99
Error 6 43943,83 7323,97
Total 11 218438,00
FK 4064688,00
KK 14,70%
tn = tidak nyata
* = nyata
(5)
Lampiran 24. Data pengamatan bobot 100 biji (g) Sistem
Tanam Varietas
Blok
Total Rataan
I II III
J1 V1 10,59 12,69 14,33 37,61 12,54
J2 V1 9,11 10,31 11,38 30,80 10,27
J1 V2 8,33 9,63 9,75 27,71 9,24
J2 V2 9,26 8,71 9,04 27,01 9,00
Total 37,29 41,34 44,50 123,13
Rataan 9,32 10,34 11,13 10,26
Lampiran 25. Daftar sidik ragam bobot 100 biji (g)
SK db JK KT Nilai F
Fhit ket F.05
Blok 2 6,53 3,27 4,38 tn 5,14
Sistem Tanam (J) 1 4,70 4,70 6,31 * 5,99
Varietas (V) 1 15,62 15,62 20,96 * 5,99
Interaksi J x V 1 3,11 3,11 4,18 tn 5,99
Error 6 4,47 0,75
Total 11 34,43
FK 1263,42
KK 8,41%
tn = tidak nyata
(6)
Lampiran 26. Foto-foto di Lapangan
Lahan penelitian Kedelai umur 2 minggu
Kedelai umur 4 minggu Kedelai umur 6 minggu
Buah tanaman kedelai Pengambilan data jumlah klorofil