Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak Tubuh dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PERSEN LEMAK
TUBUH DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR

NIKEN RIZKI AMALIA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ―Hubungan Indeks
Massa Tubuh dan Persen Lemak Tubuh dengan Sindrom Pramenstruasi pada
Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor‖ adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Niken Rizki Amalia
NIM I14090049

________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
NIKEN RIZKI AMALIA. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak
Tubuh dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani
Bogor. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan NAUFAL MUHARAM
NURDIN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Indeks Massa Tubuh
menurut umur (IMT/U) dan persen lemak tubuh dengan kejadian sindrom
pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor. Desain penelitian

yang digunakan adalah cross sectional dengan subjek penelitian yang digunakan
sebanyak 59 orang remaja putri. Subjek diambil secara purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki IMT/U normal
dan persen lemak tubuh lebih, serta memiliki keluhan PMS kategori sedang. Hasil
uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara konsumsi
protein dengan tingkat keluhan PMS (p=0.04, r=-0.226) dan konsumsi lemak
dengan tingkat keluhan PMS (p=0.043, r=-0.263), namun IMT/U dan persen
lemak tubuh tidak berhubungan dengan keluhan PMS.
Kata kunci: IMT/U, keluhan PMS, persen lemak tubuh
ABSTRACT
NIKEN RIZKI AMALIA. The Correlation between Body Mass Index and Body
Fat Percentage with Premenstrual Syndrome (PMS) Complaints of Adolescent
School Girls at Bina Insani High School, Bogor. Supervised by IKEU
EKAYANTI and NAUFAL MUHARAM NURDIN
This study aimed to analyze correlation between Body Mass Index for Age
and body fat percentage with Premenstrual Syndrome (PMS) complaints of
adolescent school girls at Bina Insani High School. A cross sectional study of 59
girls was conducted and data collected. The sample was determined purposive
sampling. The study showed that most of the subjects were having normal IMT/U,
but over body fat percentage and moderate PMS complaints. Correlation test

showed there was significant correlation between protein consumption to PMS
complaints level (p=0.04, r=-0.226) and fat consumption to PMS complaints level
(p=0.043, r=-0.263), but was no correlation between IMT/U and body fat
percentage to PMS complaints.
Keywords: body fat percentage, IMT/U, premenstrual syndrome

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PERSEN LEMAK
TUBUH DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR

NIKEN RIZKI AMALIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul
Nama
NIM

: Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak Tubuh dengan
Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor
: Niken Rizki Amalia
: I1409049

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes.
Pembimbing I

dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked.
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir.Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan cinta-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ―Hubungan Indeks Massa Tubuh
dan Persen Lemak Tubuh dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja
Putri di SMA Bina Insani Bogor‖ dapat diselesaikan dengan baik. Selesainya
penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing 1 skripsi sekaligus
dosen pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu dan
pikirannya, memberikan arahan, kritik, dan saran, serta dorongan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked selaku dosen pembimbing skripsi 2
sekaligus dosen pembimbing PKL yang telah memberikan banyak bimbingan,
saran dan kritik, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
3. Drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD. selaku dosen penguji pada sidang
skripsi.
4. Seluruh guru, siswi, dan satpam SMA Bina Insani atas keramahan, kesediaan
dan kerjasama dalam membantu kelancaran penelitian.
5. Bapak, Mama, Adikku (Ilham), Mbah putri, Alm. Mbah kakung tercinta atas
kasih sayang, motivasi, dan doa yang tak penah lepas dari sholatnya.
6. Primeiro Dima Mufti atas semangat, doa dan motivasinya serta tempat
berbagi dan pelajaran-pelajaran berharganya.
7. Teman satu tim penelitian: Diah & Dira atas kebersamaan dan kerjasamanya.
8. Teman-teman FOSMA ESQ IPB, HIMAGIZI, DoYouLead, PASMAD, dan
teman se liqo’ atas ilmu, doa dan semangatnya.
9. Teman-teman sekelompok KKP: Yandra, Pras, Ila, Denti, Riza dan Tiwi atas
keceriaan, kebersamaan, kekeluargaan dan semangatnya.
10. Teman-teman seperjuangan ID di RSCM: Estu, Dyta, Anis dan Liza atas
kebersamaan dan kesabarannya.
11. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian: Fithri, Ilya, Dyta, Icha,
Yunita, Dian, dan yang lainnya.

12. Keluarga Gizi Masyarakat angkatan 46 (Coconuters) untuk kebersamaannya
selama 3 tahun ini.
13. Keluarga Pondok Diastin: Dek Putri, Poppy, Uci, Dyah, Ovin dan Arum
untuk keceriaan dan kebersamaannya.
14. Keluarga Gizi Masyarakat 45, 46, dan 47, serta seluruh pihak yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu kalancaran
penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Bogor, September 2013
Niken Rizki Amalia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat


2

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE PENELITIAN

5

Desain, Tempat dan Waktu

5

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Penelitian

5

Jenis dan Pengumpulan Data


5

Pengolahan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum Sekolah

11

Karakteristik Subjek Penelitian

11

Status Gizi


13

Konsumsi Zat Gizi

15

Karakteristik Menstruasi Subjek Penelitian

20

Sindrom Pramenstruasi

22

Analisis Variabel yang Berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi

26

Hubungan Karakteristik Menstruasi dengan Keluhan PMS

28

Hubungan Konsumsi Zat Gizi dengan Keluhan PMS

28

Hubungan Status Gizi dengan Keluhan PMS

30

Hubungan IMT/U dan Persen Lemak Tubuh terhadap Karakteristik Menstruasi
32
SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Jenis dan cara pengumpulan data
Kategori dan variabel data yang digunakan dalam penelitian
Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT/U
Tingkat keluhan menstruasi
Klasifikasi tingkat keluhan PMS berdasarkan skor
Sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik
Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan kategori IMT/U
Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan kategori persen lemak
tubuh
Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi subjek penelitian dalam
sehari
Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase tingkat kecukupan
energi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan presentase tingkat kecukupan
protein
Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan zat besi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A
Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C
Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia awal menstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan lama menstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan panjang siklus menstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan keteraturan menstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan gangguan keluhan menstruasi
terhadap aktivitas
Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan menstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan klasifikasi jenis keluhan sindrom
pramenstruasi
Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat keluhan PMS
Sebaran subjek penelitian berdasarkan cara mengatasi keluhan PMS
Sebaran subjek penelitian berdasarkan konsumsi suplemen
Hasil uji hubungan antar variabel dengan jenis keluhan PMS
Hasil uji hubungan antar variabel dengan tingkat keluhan PMS

6
7
8
9
9
12
14
15
15
16
17
19
19
20
20
21
22
22
23
23
24
25
25
25
26
26

DAFTAR GAMBAR

1.

Skema kerangka pemikiran: Hubungan Indeks Massa Tubuh dan persen
lemak tubuh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri

4

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian
2. Hasil pengolahan Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test
3. Dokumentasi penelitian

39
45
46

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada
periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis
maupun sosial. Salah satu perubahan yang tampak pada periode ini adalah
terjadinya maturasi seksual. Maturasi seksual yang terjadi pada anak perempuan
biasanya ditandai oleh terjadinya menarche (menstruasi pertama kali) (Batubara
2010). Menstruasi merupakan perdarahan uterus yang terjadi secara siklik pada
wanita usia reproduktif karena degenerasi korpus luteum (Pearce 2010).
Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan mental yang
biasanya disebut sebagai Sindrom Pramenstruasi atau Premenstrual Syndrome
(PMS). Sindrom Pramenstruasi atau Premenstrual Syndrome (PMS) adalah suatu
gejala yang timbul pada fase sekretori dari siklus menstruasi dan akan hilang pada
akhir masa menstruasi (Mason 2007).
Pada remaja awal usia 13 – 15 tahun, gejala-gejala PMS masih kurang
begitu nampak dibandingkan dengan remaja akhir (16 – 18 tahun) (Mason 2007).
Menurut Dickerson et al (2005), sebanyak 85% remaja putri yang mendapatkan
siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi.
Sekitar 53% remaja putri di suatu perguruan tinggi di Peshawar mengalami PMS
(Tabassum, et al 2005). Gejala fisik PMS yang paling umum menurut Tim
Sarasvati (2010) adalah perut kembung, sakit kepala,pembengkakan payudara,
ngidam makanan tertentu, mudah merasa lelah, depresi, memar kulit, jerawat,
mudah tersinggung, cemas, gampang marah, sulit tidur, nafsu makan berkurang,
sulit berkonsentrasi, dan lain-lain.
Etiologi dan patofisiologi dari PMS masih belum diketahui. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab PMS diantaranya gangguan
neurotransmitter dan neuropeptida, menurunnya kadar serotonin dalam otak
(Daley 2009), kebiasaan makan, asupan makanan yang berasal dari karbohidrat
sederhana dan alkohol (Mortolla 1992), genetik dan aktivitas fisik (Halbreich
2003). Selain itu selama lebih dari 20 tahun, para peneliti meneliti tentang PMS
yang disebabkan oleh defisiensi progesteron atau kelebihan progesteron (Ismail &
O’Brien 2006).
Keluhan-keluhan PMS dianggap mengganggu aktivitas sehari-hari bagi para
remaja putri. Faktor dominan penyebab sindrom pramenstruasi menurut Setyowati
(2006) adalah faktor hormonal yaitu meningkatnya kadar estrogen. Sumber
pembuatan estrogen adalah lemak tubuh terutama lemak dijaringan perifer yang
dapat diprediksi dengan pengukuran indeks massatubuh dan persen lemak tubuh
keseluruhan. Penelitian Dewi dkk (2010) dan Deutser et al (1999) menyebutkan
bahwa IMT berpengaruh terhadap kejadian PMS. IMT dapat dapat menjadi salah
satu indikator atau menggambarkan kadar adipositas tubuh seseorang. Jumlah
adiposit akan menentukan kadar estrogen dan progesteron yang berperan penting
dalam proses menstruasi (Elizabeth et al 2010). Persen lemak tubuh juga dapat
digunakan sebagai indikator status gizi. Apabila komposisi lemak dalam tubuh
seseorang tidak seimbang maka dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam sistem

2
reproduksi sehingga dapat terjadi ketidakseimbangan hormon yang dapat
mengakibatkan terjadinya sindrom pra menstruasi (Waryana 2010).
Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk
terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan
berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses
pemulihan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2010). Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh menggunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2001).
Secara umum, status gizi yang dilihat menurut Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan persen lemak tubuh yang normal diduga dapat menurunkan keluhan-keluhan
sindrom premenstruasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan antara status gizi dan persen lemak tubuh terhadap kejadian sindrom
pramenstruasi remaja putri.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan hubungan Indeks Massa
Tubuh menurut umur (IMT/U) dan persen lemak tubuh dengan kejadian sindrom
pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
1. Mengetahui karakteristik subjek meliputi usia, uang saku, tingkat pendidikan
orang tua, dan pengetahuan gizi.
2. Mengetahui konsumsi zat gizi, usia menarche, lama menstruasi, dan siklus
menstruasi subjek.
3. Mengetahui status gizi berdasarkan IMT/U dan persen lemak tubuh subjek.
4. Mengetahui sindrom pramenstruasi yang dialami subjek penelitian.
5. Menganalisis hubungan karakteristik subjek penelitian, konsumsi pangan,
usia menarche, lama menstruasi, panjang siklus menstruasi, IMT/U dan
persen lemak tubuh dengan sindrom pramenstruasisubjek penelitian.
Manfaat

1.

2.
3.

Manfaat penelitian ini, antara lain:
Bagi masyarakat: penelitian ini sebagai informasi tentang hubungan antara
Indeks Massa Tubuh menurut umur dan persen lemak tubuh dengan kejadian
sindrom pramenstruasi pada remaja puteri.
Bagi pemerintah: penelitian ini sebagai bahan informasi dan referensi dalam
memberikan pendidikan kesehatan dan gizi kepada siswi sekolah.
Bagi akademisi: penelitian ini sebagai bahan referensi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan mengenai sindrompramenstruasi.

3

KERANGKA PEMIKIRAN
Masa remaja adalah masa puncak pertumbuhan seseorang. Pada usia ini,
aktivitas fisik cenderung tergolong tinggi, sehingga remaja memerlukan kondisi
kesehatan fisik dan emosional yang maksimal agar mampu melakukan aktivitas
yang padat. Terutama pada remaja puteri yang harus memerlukan perhatian lebih
karena setiap bulannya kehilangan darah melalui proses menstruasi, sehingga
rentan terjadi gangguan akibat kekurangan zat gizi apabila asupan zat gizi dan
kesehatannya tidak dijaga.
Sindrom pramenstruasi (PMS) banyak terjadi pada wanita. Menurut
Dickerson et al (2005), sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan
siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi.
Gejala-gejala PMS ini apabila tidak dicegah atau diatasi akan mengganggu
aktivitas remaja sehari-hari. Keluhan saat PMS juga dikhawatirkan dapat
mengganggu proses belajar dan perkembangan remaja.
Etiologi dan patofisiologi sindrom pramenstruasi masih belum diketahui
secara pasti, namun beberapa menyatakan antara lain disebabkan karena faktor
hormonal (Ismail & O’Brien 2006). Hormon yang berpengaruh terhadap
terjadinya PMS adalah estrogen dan progesterone. Estrogen berfungsi mengatur
siklus menstruasi, sedangkan progesterone berpengaruh pada uterus yaitu dapat
mengurangi kontraksi selama siklus haid. Agar menarche tidak menimbulkan
keluhan-keluhan, sebaiknya status gizinya baik. Status gizi dikatakan baik, apabila
asupan zat gizi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin
dan air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan (Paath 2005). Sumber pembuatan
estrogen adalah lemak tubuh terutama lemak dijaringan perifer yang dapat
diprediksi dengan pengukuran indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh
keseluruhan.
Upaya untuk meminimalkan gangguan atau keluhan menstruasi dari segi
makanan adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi makro seperti energi dan
protein. Selain itu wanita yang terbiasa mengonsumsi makanan rendah kandungan
vitamin, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko terkena sindrom
pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan yang mengkonsumsi cukup (London
1991).
Karyadi (2005) juga menyebutkan bahwa faktor konsumsi zat gizi yang
dapat menyebabkan timbulnya gangguan tersebut yaitu kekurangan zat-zat gizi
seperti protein hewani, vitamin dan mineral, diantaranya yaitu vitamin B6,
vitamin C, vitamin E, magnesium, kalsium dan asam lemak linoleat.
Pengatahuan gizi merupakan salah satu faktor yang diduga dapat
mempengaruhi sindrom pra menstruasi.Usia dan tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dimana semakin tinggi jenjang
pendidikannya maka semakin luas ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tingkat
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi segala kegiatan maupun pola pikir
seseorang baik dalam beraktivitas maupun dalam menjaga kesehatannya
(Notoatmodjo 2003).
Usia menarche ditandai oleh meningkatnya frekuensi pengeluaran
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang mempengaruhi hipotalamus
(Batubara 2010). Keseimbangan hormon setelah terjadinya menarche akan

4
mempengaruhi mestruasi-menatruasi berikutnya. Kondisi keteraturan dan
kesehatan tubuh saat menstruasi juga sangat mempengaruhi terjadinya PMS.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dapat dilihat pada
gambar 1 di bawah ini.
Konsumsi pangan:
- Energi
- Protein
- Lemak
- Karbohidrat
- Vitamin A
- Vitamin C
- Zat besi
Karakteristik Menstruasi
- Usia menarche
- Siklus menstruasi
- Lama menstruasi

Karakteristik
subjek penelitian
- Usia
- Pendidikan
orang tua
- Pengetahuan
gizi

Status gizi
- Indeks massa tubuh
- Persen lemak tubuh

Sindrom
Pramenstruasi

- Penyakit
- Genetik
- Iklim

- Aktivitas
- Fisik dan
- Olahraga

Keterangan:
: variabel yang diteliti

: hubungan yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

:hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1

Skema kerangka pemikiran: Hubungan Indeks Massa Tubuh dan
persen lemak tubuh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada
remaja putri

5

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu desain
penelitian yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan indeks
massa tubuh dan persen lemak tubuh dengan kejadian pramenstruasi subjek
penelitian dengan mengamati secara serentak pada individu dari suatu populasi
pada satu waktu. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan kuesioner dan pengukuran langsung. Penelitian ini dilakukan di SMA
Bina Insani Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan April sampai Mei 2013.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 15-18
tahun yang didapatkan dari siswi kelas 10 dan 11. Subjek penelitian diambil
secara purposive sampling. Artinya setiap kelas terwakili sesuai proporsinya.
Perhitungan subjek penelitian didapatkan dari rumus sebagai berikut :
n=

N Z2 pq
= N Z2 p(1-p)
N d2 + Z2pq N d2 + Z2 p(1-p)

(Lemeshow S & David WH 1997)
Keterangan :
n
= jumlah subjek penelitian minimal yang diperlukan
N
= jumlah populasi siswi kelas 10 dan kelas 11 (83 siswa)
Z1-α/2
= 1,96
p
= proporsi remaja putri yang mengalami sindrom premenstruasi
(85%)
q
= 1-p
d
= galat (0,05)
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan jumlah subjek penelitian
minimal yang diperlukan adalah 58 orang, namun yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 59 orangdari siswi kelas XI dan XII.

Jenis dan Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi umur, pengetahuan gizi, usia menarche, siklus menstruasi,
lama menstruasi, berat badan dan tinggi badan untuk menentukan IMT, persen
lemak tubuh, konsumsi pangan, dan keluhan menjelang menstruasi. Sedangkan
data sekunder meliputi gambaran umum tempat penelitian dan jumlah siswa kelas
10 dan 11.

6
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No

Variabel

Cara Pengumpulan
Data

Alat Ukur

Data Primer
1.

2.

3.
4.

Karakteristik Responden :
Umur
Pengetahuan Gizi
Karakteristik Menstruasi :
Usia menarche
Siklus menstruasi
Lama menstruasi
Keluhan Menstruasi

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Pengukuran langsung

5.

Status Gizi
Berat badan
Tinggi badan
Persen Lemak Tubuh

6.

Konsumsi Pangan

Wawancara

Pengukuran langsung

Body fat scale
Microtoise
Body
fat
analizer
(Omron- BHF 306)
Recall 2 x 24 jam

Data Sekunder
7.

Profil sekolah

-

Buku profil SMA Bina
Insani Bogor

Data pengetahuan gizi dikumpulkan melalui kuesioner yang berisi
pertanyaan yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan. Data mengenai menstruasi
diperoleh melalui wawancara. Data menstruasi meliputi usia menarche, lama,
keteraturan, dan keluhan menstruasi. Penentuan status gizi subjek penelitian
menggunakan rumus Z-score berdasarkan IMT/U untuk usia 5-19 tahun,
selanjutnya pengukuran berat badan subjek penelitian menggunakan timbangan
digital body fat scale, tinggi badan menggunakan microtise, dan lemak tubuh
diukur secara tidak langsung (indirect) menggunakan metode BIA (Bioelectrical
Impedance Analysis) dengan alat Body fat analizer (Omron- BHF 306).
Pengukuran konsumsi pangan dilakukan dengan cara kuantitatif untuk
mengetahui jumlah bahan makanan yang dikonsumsi seluruhnya dalam satu hari
dengan metode recall 2x 24 jam, agar responden dapat mengungkapkan jenis
bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya
beberapa hari yang lalu (Kusharto & Sa’diyyah 2006).
Upaya untuk meminimalkan gangguan atau keluhan menstruasi dari segi
makanan adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi makro seperti energi dan
protein. Selain itu penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi antara lain adalah
faktorhormon dan faktor makanan. Wanita yang mengkonsumsi makanan rendah
kandungan vitamin, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko
terkena sindrompramenstruasi lebih tinggi dibandingkan wanita yang
mengkonsumsi makanan yangcukup mengandung vitamin, mineral besi, kalsium
dan magnesium (London 1991).Dalam penelitian ini, zat gizi mikro yang
mempengaruhi keluhan menstruasi yang diteliti dan dianalisis adalah vitamin A,
C, dan Fe.

7
Pengolahan dan Analisis Data
Tahap pengolahan data dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti,
pemberian kode, pengeditan data, entri data, skoring data, dan cleaning data.
Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan
inferensia. Penyimpanan data menggunakan sistem komputerisasi Microsoft Excel,
sedangkan analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 16 for Windows.
Tabel 2 Kategori dan variabel data yang digunakan dalam penelitian
No
1.

Variabel
Pengetahuan
2000)

Kategori

2.

Status gizi (Kemenkes 2010)
IMT/U

3.

Konsumsi pangan

gizi

(Khomsan

a.

Energi dan protein
(Gibson 2005)

b.

Vitamin A, C, dan Fe
(Gibson 2005)

4.

Standar persen lemak tubuh
pada perempuan (Gibson 2005)

5.

Jenis keluhan menstruasi

Tingkat keluhan menstruasi
(Jones et al. 1996)

1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.

4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.

Kurang 80%
Obesitas (>2)
Gemuk(1 s/d 2)
Normal (-2 s/d 1)
Kurus (-3 s/d 6
:0
: 1-4
: 5-12
: > 12

Data yang diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu usia,
pegetahuan gizi, tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh menurut umur
(IMT/U), usia pertama mendapatkan menstruasi (menarche), siklus menstruasi,
lama menstruasi, status gizi, persen lemak tubuh, keluhan menjelang menstruasi,
kebiasaan makan, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, dan zat
besi. Analisis statistik inferensia digunakan untuk hubungan karakteristik subjek
penelitian, usia menarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, IMT/U dan persen

8
lemak tubuh dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Hubungan
antar variabel di uji menggunakan uji korelasi yang tergantung dengan jenis data
hasil penelitian.
Data status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).
Berdasarkan Kemenkes (2010), pengukuran status gizi pada anak usia 5-18 tahun
menggunakan IMT/U. kategori IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT/U
Kategori
Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas

Ambang Batas Z-score
2 SD

(Kemenkes 2010).
Data konsumsi pangan yang didapat dalam 2x24 jam, dihitung kandungan
gizi, tingkat konsumsi dari masing-masing jenis pangan dengan menggunakan
rumus menurut Hardinsyah & Briawan (1994) sebagai berikut:
KGij = (Bij/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan:
KGij
= Konsumsi zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram
Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi I dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)
Data kandungan zat gizi bahan makanan dapat dilihat di dalam daftar
komposisi zat gizi makanan atau daftar komposisi bahan makanan (DKBM).
DKBM memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat
digunakan sebagai alat untuk mengubah data konsumsi makanan menjadi
konsumsi gizi atau sebaliknya. Kekurangan DKBM yang ada sekarang adalah
tidak tercantumnya semua zat gizi secara lengkap yang diperlukan untuk
menetapkan angka kecukupan gizi dan pelabelan makanan yang dikemas. Pada
penelitian ini dipakai DKBM tahun 2007.
Tingkat kecukupan gizi (TKG) subjek penelitian dihitung berdasarkan
konsumsi harian subjek penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil Food Recall 2
x 24 jam. Sebelum menentukan tingkat kecukupan gizi subjek penelitian terlebih
dahulu menghitung konsumsi zat gizi subjek penelitian. Setelah konsumsi zat gizi
dihitung kemudian Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat dihitung pula dengan
rumus:
AKG =
Keterangan:
BBi
= berat badan subjek penelitian
BBj
= berat badan standar
Nilai AKG yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung
Tingkat Kecukupan Gizi (TKG). Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG
adalah:
TKG =

9
Menurut Khomsan 2004, data pengetahuan gizi diberi skor 1 jika jawaban
pertanyaan benar dan skor 0 jika jawaban pertanyaan salah, sehingga total skor
adalah 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan seputar gizi umum dan 10
pertanyaan seputar sindrom pra menstruasi. Pengetahuan gizi subjek penelitian
dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 6080% jawaban benar dan dikategorikan tinggi apabila jawaban benar lebih dari
80%.
Keluhan sebelum menstruasi dapat digolongkan menjadi keluhan berat
diberi skor 3 (kram di bawah perut, sakit kepala, mual, dan muntah), keluhan
sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang, dan lesu) dan keluhan
ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan lainnya). Total skor
keluhan menstruasi sebesar 21 baik menjelang maupun saat menstruasi (Jones,et
al 1996). Skor keluhan menstruasi ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4 Skor keluhan menstruasi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Total

Jenis Keluhan
Sakit kram di bawah perut
Sakit kepala/pusing
Mual
Muntah
Sakit pada payudara
Sakit pinggang
Lesu
Jerawat
Lebih emosional
Lain-lain

Skor
3
3
3
3
2
2
2
1
1
1
21

Tingkat keluhan didapatkan dengan cara menjumlahkan skor keluhan
berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian. Skor nol (0)
diberikan kepada subjek penelitian yang tidak memiliki keluhan, kategori tingkat
keluhan ringan diberikan kepada subjek penelitian dengan skor keluhan
menstruasi 1 sampai 4, kategori tingkat keluhan sedang diberikan kepada subjek
penelitian dengan skor keluhan 5 sampai 12 dan kategori tingkat berat diberikan
kepada subjek penelitian dengan skor keluhan lebih besar dari 12 (Anggraeni
2010). Kategori skor keluhan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Klasifikasi tingkat keluhan PMS berdasarkan skor
Total skor
0
1-4
6-12
>12

Kategori tingkat keluhan
Tidak ada keluhan
Ringan
Sedang
Berat

10
Definisi Operasional
Asupan Gizi adalah jumlah asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan zat
besi, yang diukur dengan Food Recall 2 x 24 jam dan Food Record
Food Recall 2 x 24 jam adalah mengingat kembali, dan mencatat jumlah serta
jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam.
Dilakukan selama 3 hari, yaitu hari libur dan hari sekolah.
IMT/U adalah indeks massa tubuh yang diukur menurut umur menurut umur 5-18
tahun dengan kategori sangat kurus (2 SD)
Jenis keluhan PMS adalah derajat keparahan keluhan PMS yang dilihat
berdasarkan banyaknya jenis keluhan yang dirasakan subjek penelitian.
Lama menstruasi adalah jumlah hari menstruasi pada satu periode.
Lama siklus menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu
dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi
normal yaitu 24 sampai 35 hari.
Menarche adalah usia responden ketika pertama kali mengalami menstruasi.
Menstruasi merupakan perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami
oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Pearce 2010). Pada penelitian
ini, definisi menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik
dan dialami oleh responden.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan
sehingga tidak menimbulkan penyakit, cara mengolah makanan yang baik
agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana cara hidup yang
sehat (Notoatmojo 2003). Pada penelitian ini, pengetahuan gizi diartikan
sebagai tingkat pengetahuan responden yang diketahui melalui 20
pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan reproduksi secara umum.
Persen lemak tubuh adalah perbandingan seluruh jumlah lemak yang ada di
dalam tubuh terhadap berat badan secara keseluruhan.
Subjek penelitian adalah remaja putri berusia (14-18 tahun), kelas 10 dan 11 di
SMA Bina Insani Bogor sudah menstruasi dan bersedia mengikuti
penelitian.
Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah gejala yang timbul pada fase folikular (510 hari) pada siklus menstruasi yang diukur pada fase pramenstruasi (6
hari sebelum menstruasi) (Connoly 2007). Pada penelitian ini keluhan
menstruasi dilihat dari sejak menjelang menstruasi hingga menstruasi
berlangsung.
Tingkat keluhan PMS adalah derajat keparahan keluhan PMS yang dilihat
berdasarkan jumlah skor dari masing-masing keluhan yang dirasakan
subjek penelitian.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah
SMA Bina Insani sebagai salah satu unit pendidikan di Bina Insani School
yang berdiri tahun 1995 dan berada di bawah naungan Yayasan Bina Insani yang
berkantor pusat di Jakarta. Saat ini, SMA Bina Insani berada di bawah naungan
Yayasan Bosowa Bina Insani dengan Ketua Dewan Pembina Bapak H. Aksa
Mahmud. Sebagai salah satu SMA unggulan di Kota Bogor, SMA Bina Insani
telah banyak menorehkan berbagai prestasi, baik dalam bidang akademik maupun
non akademik.
Sekolah ini berada di lokasi yang cukup strategis dan sangat kondusif
untuk proses pembelajaran siswa, SMA Bina Insani telah member bukti konsep
pengembangan pendidikan yang mencerdaskan secara intelektual, emosional, dan
spiritual. Ditunjang dengan tenaga-tenaga pendidik yang professional dalam
bidangnya turut mempercepat optimalisasi konsep pengembangan pendidikan
tersebut.
Saat ini, SMA Bina Insani dipercaya oleh pemerintah menjadi Sekolah
Standar Nasional (SSN) dengan model Sekolah Pusat Sumber Belajar (PSB) yang
tampil dengan berbagai karakteristik dan bukti keunggulan yang dijalankan.
Jumlah siswa di masing-masing kelas rata-rata sebanyak 25 siswa. Masing-masing
tingkatan kelas terdapat 4 kelas paralel. Sekolah ini memiliki sistem fullday
school dengan program 5 hari belajar (Senin-Jumat). Waktu sekolah dalam satu
hari dimulai dari pukul 07.00-16.00 WIB.
Peningkatan mutu kualitas akademik bagi siswa dilakukan melalui program
matrikulasi, remedical teaching and test, enrichment, konsultasi mata pelajaran
dan Program Peningkatan Prestasi Akademik (P3A). Peningkatan mutu kualitas
non akademik bagi siswa dilakukan dengan ekstrakurikuler wajib dan pilihan,
baik keilmuan, seni, olahraga maupun kreativitas.
Peningkatan mutu kualitas berbahasa Inggris bagi siswa dilakukan
program English club sebagai ekstrakurikuler wajib, English day and English
area, English competititon, dan bilingual sebagai bahasa pengantar mata pelajaran
MIPA. Pembinaan spiritual yang terpadu dengan program belajar siswa, seperti
pembiasaan tadarrus Al-Quran dan sholat berjamaah, sholat Dhuha, malam bina
Iman dan Taqwa, pesantren Ramadhan, bimbingan tartil dan tahfidz Al-Quran
serta kajian islam.

Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah siswi SMA Bina
Insani Bogor yang berjumlah 59 orang. Subjek penelitian terdiri dari siswi kelas
XI sejumlah 38 orang (65%) dan siswi kelas XII baik kelas IPA maupun IPS
sejumlah 21 orang (35%). Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan
karakteristik umur, uang saku, pengetahuan gizi, dan tingkat pendidikan orang
tua.

12
Tabel 6 Sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik
Variabel
Frekuensi
Persen (%)
Usia (tahun)
14
1
1.7
15
27
45.8
16
24
40.7
17
7
11.9
Total
59
100.0
Uang saku
25000
28
47.4
Total
59
100.0
Pengetahuan Gizi
Kurang
9
15.0
Sedang
38
63.3
Baik
12
21.7
Total
59
100.0
Pendidikan Ayah
SMA
2
3.39
Diploma
5
8.47
S1
35
59.32
S2
14
23.73
S3
3
5.08
Total
59
100.00
Pendidikan Ibu
SMP
1
1.69
SMA
14
23.73
Diploma
10
16.95
S1
28
47.46
S2
5
8.47
S3
1
1.69
Total
59
100.00

Umur
Usia remaja merupakan masa transisi dari usia anak-anak menjadi dewasa.
Menurut Hurlock (2004), remaja dibagi menjadi dua yaitu remaja awal (13 sampai
dengan 17 tahun) dan remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Subjek yang dijadikan
penelitian adalah siswa putri SMA Bina Insani kelas 10 dan 11 yang berjumlah 59
orang. Sebaran usia subjek penelitian adalah remaja putri yang berumur 14-17
tahun termasuk dalam kategori remaja awal. Berdasarkan Tabel 6, rata-rata umur
subjek penelitian adalah 15.63±0.72 tahun. Sebagian besar subjek berumur 15
tahun (45.8%).

13
Uang Saku
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang
diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian,
mingguan atau bulanan (Engel 1994). Uang saku sering diberikan orang tua
kepada anak untuk memenuhi kebutuhan, seperti membeli makanan di sekolah,
transportasi, pendidikan, dan hiburan (Napitu 1994). Berdasarkan tabel sebaran
uang saku dapat dilihat bahwa persentase terbesar uang saku subjek penelitian
(47.5%) berkisar lebih dari Rp 25.000,00.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan pengetahuan tentang peran
makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, cara mengolah makanan yang
baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana cara hidup yang
sehat (Notoatmodjo 2003).
Berdasarkan sebaran subjek penelitian menurut pengetahuan gizinya,
sebagian besar pengetahuan gizi subjek penelitian adalah sedang (63.3%).
Menurut Harper, Deaton, & Driskel (1988), pengetahuan gizi merupakan salah
satu faktor penentu kemungkinan kejadian kekurangan gizi selain masalah
kemiskinan dan ketersediaan pangan. Orang yang memiliki pengetahuan gizi dan
pendidikan yang tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang baik
daripada mereka yang berpendidikan rendah. Pengetahuan gizi menjadi landasan
yang menentukan konsumsi pangan (Khomsan 2000).
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia
baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang (Notoadmodjo
2003). Sedangkan menurut Hardinsyah (2004), orang yang memiliki pendidikan
yang tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang baik daripada mereka
yang berpendidikan rendah. Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan
konsumsi pangan.
Tabel di atas menunjukkan bahwa presentase terbesar pendidikan ayah dari
subjek berada pada kategori sarjana (S1) (59.32%) dan sebagian besar pendidikan
ibu subjek berada pada kategori yang sama dengan ayah yaitu sarjana (S1)
(47.46%).
Status Gizi
Indeks Massa Tubuh
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang
sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan.
Penilaian status gizi dapat ditentukan dengan berbagai cara, diantaranya secara
antropometri, biologi, klinis, konsumsi pangan, dan faktor ekologi (Gibson 2005).
Pengukuran status gizi pada subjek penelitian yang termasuk usia 5-18 tahun
dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Kemenkes

14
2010). Sebaran subjek penelitian berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel
7.
Tabel 7 Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan kategori IMT/U
Status Gizi (IMT/U)
Kategori
Frekuensi
Persen (%)
Sangat kurus
0
0.0
Kurus
3
5.1
Normal
38
64.4
Gemuk
15
25.4
Obesitas
3
5.1
Total
59
100.0
Tabel 7 menunjukkan sebagian besar status gizi subjekberdasarkan IMT/U
termasuk dalam kategori normal, yaitu sebanyak 38 orang (64.4%). Status gizi ini
menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya
kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi
terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2010).
Status gizi perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap usia menarche
dan keadaan menstruasi remaja putri. Status gizi yang kurang dapat
mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari seharusnya. Remaja putri yang
memiliki status gizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi
pada masa pubertas dibanding dengan remaja putri yang kurang gizi (Riyadi
2003). Selain itu Waryana (2010) mengungkapkan bahwa status gizi yang baik
akan berpengaruh terhadap kesehatan. Kekurangan atau kelebihan gizi dalam
jangka waktu yang panjang akan berakibat buruk terhadap kesehatan.
Persen Lemak Tubuh
Status gizi yang juga berpengaruh terhadap usia pubertas (menarche) adalah
lemak tubuh. Penelitian Labayen et al. (2009) menunjukkan bahwa kematangan
seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT dan lemak tubuh
Metode antropometri sering digunakan untuk mengukur komposisi tubuh yang
terdiri atas dua kompartemen, yaitu massa lemak (fat) dan lemak bebas (fat-free
mass). Hasil pengukuran massa lemak dan lemak bebas tersebut dapat
menentukan jumlah dan proporsi serta sebagai indikator untuk menentukan status
gizi. Komponen lemak tubuh masing-masing individu berbeda tergantung pada
jenis kelamin, tinggi, dan berat badan (Gibson 2005).
Menurut Shepard (2005) terjadinya menarche pada anak perempuan dipicu
oleh massa tubuh dan persentase lemak (17%), selanjutnya 22% lemak tubuh
diperlukan untuk memperbaiki menstruasi. Fungsi lemak tubuh dalam fase
menstruasi adalah meningkatkan fase luteal. Fase luteal yaitu fase setelah ovulasi,
di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen
oleh korpus luteum dan endometrium menebal (Waryana 2010).
Tabel di bawah ini menunjukkan sebaran subjek penelitian penelitian
berdasarkan persen lemak tubuh yang diukur menggunakan alat pengukur lemak
secara tidak langsung (indirect) menggunakan metode BIA (Bioelectrical
Impedance Analysis) dengan alat Body fat analizer(Omron- BHF 306).

15
Tabel 8 Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan kategori persen lemak
tubuh
Kategori
Kurang
Normal
Resiko rendah terhadap obesitas
Lebih
Obesitas
Total

Frekuensi

Persen (%)
0
7
20
13
19
59

0.0
11.7
33.9
22.0
32.3
100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar persen
lemak tubuh subjek penelitian berada pada kategori resiko rendah terhadap
obesitas (33.3%). Dapat diartikan bahwa sebagian besar subjek penelitian
memiliki persen lemak tubuh yang lebih dari nilai normalnya.
Selama lebih dari 20 tahun, para peneliti meneliti tentang PMS yang
disebabkan oleh defisiensi progesteron, ketidakseimbangan progesteron atau
kelebihan progesteron (Ismail & O’Brien 2006). Kemungkinan lain penyebab
PMS berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial,
atau fungsi serotonin yang dialami penderita (Karyadi 2005). Kadar estrogen yang
tinggi juga dapat memicu aktivitas sel-sel otak yang berlebihan dan terjadinya
retensi cairan tubuh seperti di payudara, tungkai, dan otak (Baziad 2002).

Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi pangan subjek penelitian diperoleh melalui wawancara dengan
metode Food Recall 2x24 jam, yaitu pada saat hari sekolah dan hari libur. Hasil
wawancara tersebut dianggap dapat menentukan tingkat kecukupan gizi subjek
penelitian dalam sehari. Tabel 9 berikut menunjukkan jumlah rata-rata konsumsi
dan tingkat kecukupan gizi subjek penelitian dalam sehari. Dari tabel di bawah ini
dapat dilihat bahwa secara umum tingkat kecukupan zat gizi rata-rata subjek
penelitian masih kurang dari yang dianjurkan kecuali karbohidrat.
Tabel 9 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi subjek penelitian dalam
sehari
Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Besi (mg)
Vitamin A (mg)
Vitamin C (RE)

Asupan
1360.0
38.0
45.1
260.9
8.6
460.4
20.8

TKG (%)
66.0
66.7
63,5
89.3
33.2
76,7
30.5

16
Rendahnya tingkat konsumsi yang menyebabkan rendahnya pula tingkat
kecukupan gizi disebabkan oleh adanya persepsi subjek penelitian mengenai body
imagenegatif yang umumnya terjadi pada masa remaja awal (Widyastuti et al.
2009). Remaja yang mempunyai body image negatif merasa kelebihan berat
badan, sehingga akan mengurangi konsumsi pangannya. Santrock (2003) juga
menyatakan bahwa remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan
memiliki citra negatif karena terjadi penambahan lemak tubuh pada masa tersebut
Energi
Energididefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan. Energi
dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam makanan. Kebutuhan
energi diartikan sebagai jumlah energi yang dikonsumsi untuk menjaga
keseimbangan dalam tubuh sesuai dengan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, aktivitas fisik, dan keadaan fisiologi (Forum Kesehatan Perempuan 2002).
Kebutuhan energi menurut FAO-WHO (2001) adalah konsumsi energi berasal
dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila
ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai
dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan fisik
yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.
Angka Kecukupan Energi (AKE) berdasarkan Hardinsyah dkk. (2012)
untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 2.125 kkal. Rata-rata
konsumsi energi subjek penelitian yaitu 1.360 kkal. Perbandingan rata-rata
konsumsi energi dengan AKG yang dianjurkan adalah 66.0%, sehingga masih
tergolong pada defisit berat. Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan
kategori tingkat kecukupan energinya.
Tabel 10 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase tingkat kecukupan
energi
Kategori
Defisit Berat
Defisit Sedang
Defisit Ringan
Normal
Lebih
Total

Frekuensi
37
0
0
0
22
59

Persen (%)
62.7
0.0
0.0
0.0
37.3
100.0

Berdasarkan data di atas, kategori defisit berat memiliki persentase paling
besar yaitu 62.7% dan selebihnya termasuk dalam kategori lebih (37.3%).
Protein
Protein terbentuk dari asam-asam amino yang dirangkaikan oleh ikatan
peptida. Fungsi protein dalam tubuh, antara lain membangun jaringan tubuh yang
baru; memperbaiki jaringan tubuh; menghasilkan senyawa esensial (hormon,
enzim); mengatur tekanan osmotik; mengatur keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa; menghasilkan pertahanan tubuh (antibodi); menghasilkan mekanisme
transportasi; dan menghasilkan energi (Hartono 2006).

17
Konsumsi rata-rata protein didapatkan dari hasil Recall 2x24 jam (hari
sekolah dan hari libur). Rata-rata konsumsi protein subjek penelitian yaitu 38
gram atau 66.7% dari AKG yang dianjurkan, sehingga masih tergolong pada
defisit berat. Angka Kecukupan Protein (AKP) berdasarkan Hardinsyah dkk.
(2012) untuk remaja putri berusia 13-15 tahun sebesar 69 gram dan usia 16-18
tahun sebesar 59 gram perhari. Berikut adalah sebaran subjek penelitian
berdasarkan tingkat kecukupan tingkat protein.
Tabel 11 Sebaran subjek penelitian berdasarkan presentase tingkat kecukupan
protein
Kategori
Defisit Berat
Defisit Sedang
Defisit Ringan
Normal
Lebih
Total

Frekuensi

Persen (%)
36
0
0
0
23
59

61.0
0.0
0.0
0.0
39.0
100.0

Berdasarkan data tingkat kecukupan protein di atas, sebagian besar subjek
penelitian penelitian termasuk dalam kategori defisit berat (61%), dan sisanya
termasuk dalam kategori lebih (39%).
Pentingnya konsumsi protein pada masa reproduksi perempuan antara lain
untuk memproduksi hormon dan enzim yang berfungsi mengontrol semua rekasi
dan proses yang ada dalam tubuh, antara lain FSH (Follicle Stimulating Hormon),
yaitu hormon yang merangsang kelenjar untuk memproduksi estrogen yang
membantu pertumbuhan payudara dan alat genital lain. Adanya FSH dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan feed back atau umpan balik pada kelenjar
hypothalamus untuk mengeluarkan LH (Luteinizing Hormon). Fungsi LH ini
adalah untuk merangsang produksi hormon progesteron yang menyiapkan dinding
uterus untuk menerima sel telur yang telah dibuahi. Jika sel telur tidak dibuahi
maka dinding uterus akan luruh dan inilah yang disebut menstruasi (Forum
Kesehatan Perempuan 2002).
Lemak
Lemak merupakan zat gizi kedua yang digunakan tubuh sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan energi. Selain sumber energi, lemak juga berperan
dalam membentuk komponen struktural membran sel. Kelompok lemak tubuh
mencakup pula hormon steroid dan vitamin larut lemak. Sebagai organ endokrin,
jaringan lemak menghasilkan lebih dari 10 jenis hormon, seperti leptin, resistin,
dan adiponektin (Almatsier 2001).
Fungsi utama lemak adalah sumber dan cadangan energi, pelarut vitamin
(A, D, E, dan K) dan sumber asam lemak esensial. Lemak adalah pelarut vitamin
yang baik, bahkan vitamin A, D, E, dan K tidak dapat diserap tubuh dengan baik
tanpa lemak. Jadi konsumsi lemak akan membantuk penyerapan vitamin dalam
tubuh. Asam lemak esensial lebih banyak terdapat pada lemak nabati daripada
lemak hewani (Forum Kesehatan Perempuan 2002).

18
Kontribusi energi dari lemak sebaiknya sekitar 30% pada usia 4-18 tahun.
Perbaikan menu dengan komposisi energi asam lemak ini sangat penting agar
upaya pencegahan penyakit kronik degeneratif sedini mungkin dapat tercapai
(Hardinsyah, dkk. 2012).
Angka Kecukupan Lemak (AKL) berdasarkan Hardinsyah dkk. (2012)
untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 71 gram perhari. Ratarata konsumsi lemak subjek penelitian adalah 45.1 gram. Jika dibandingkan
dengan AKG yang dianjurkan, maka tingkat kecukupan lemak rata-rata hasil
penelitian adalah sebesar 63.5%. Nilai tersebut masih berada di bawah angka
kecukupan yang dianjurkan.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada yang
dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan glukosa dan energi, dan ada pula
karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang berguna sebagai serat makanan. Fungsi
utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi manusia adalah untuk menyediakan
energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya tergantung pada suplai
karbohidrat berupa glukosa. Kekurangan glukosa darah (hipoglikemia) bisa
menyebakan pingsan atau fatal; sementara bila kelebihan glukosa darah
menimbulkan hiperglikemia yang bila berlangsung terus meningkatkan risiko
penyakit diabetes atau kencing manis (Mahan & Stump 2008).
Kecukupan energi, kecukupan karbohidrat seseorang dipengaruhi oleh
ukuran tubuh (berat badan), usia atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, dan
aktifitas fisik. Ukuran tubuh dalam arti masa otot yang semakin besar dan aktifitas
fisik yang semakin tinggi berimplikasi pada kecukupan karbohidrat yang semakin
tinggi (Hardinsyah, dkk 2012).
Angka Kecukupan Karbohidrat (AKK) berdasarkan Hardinsyah dkk. (2012)
untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 292 gram perhari. Ratarata konsumsi karbohidrat subjek penelitian adalah 260.9 gram. Jika dibandingkan
dengan AKG yang dianjurkan, maka tingkat kecukupan karbohidrat rata-rata hasil
penelitian adalah sebesar 89.3%. Nilai tersebut masih tergolong dalam kategori
defisit tingkat sedang.
Zat Besi
Zat besi merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki peran penting
dalam tubuh, diantaranya sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, mengangkut elektron di dalam sel, dan membantu reaksi enzim