Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

NURUL SAFARA BT MOHD SALLEH 090100433

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

Utara Tahun 2012

Nama : Nurul Safara Bt Mohd Salleh NIM : 090100433

Pembimbing

(dr Melvin N.G. Barus, M.ked(OG), Sp.OG) NIP. 19741107 200502 2 001

Penguji I

(dr. M. Fidel Ganis Siregar, Sp.OG) NIP. 19640530 198903 1 019

Penguji II

(Nenni Dwi A. Lubis, S.P., M.Si.) NIP. 19760410 1003122 2 002

Medan, Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(3)

terbanyak sindroma pramenstruasi adalah dari golongan wanita usia produktif. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data adalah dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 September sampai dengan 1 Oktober 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ke atas 80 orang responden mahasiswa usia produktif. Pengumpulan data adalah melalui pengisian kuesioner yang terdapat 2 bagian di mana bagian 1 adalah data demografi responden dan bagian 2 adalah tentang gejala sindroma pramenstruasi.

Tabulasi data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan program SPSS dan diuji dengan uji hipotesa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebanyak 51 orang (63,8%) menderita sindroma pramenstruasi dengan seramai 11 orang (21,6%) dengan IMT dibawah normal, 29 orang (56,9%) dengan IMT normal, dan 11 orang (21,6%) dengan IMT melebihi normal. Dari tabulasi data dan perhitungan korelasi antara IMT dan kejadian sindroma pramenstruasi, didapatkan nilai X2

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara nilai indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009 pada tahun 2012.

adalah 3,219 dengan nilai p > 0,05.


(4)

usually occurred to women in the productive age. This research is aim to find the correlation between body mass index and premenstrual syndrom in Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine batch 2009 students.

This is an analytic study with cross sectional study approach and the data collecting is by simple random sampling technique. Gathering of data was done from 1st September till 1st

The data gathered were tabulated in a table and analyze using SPSS programme and the hypothesis was tested. Based on the result of the research, it was obtained that 51 students (63,8%) had premenstrual syndrome which 11 students (21,6%) were with low body mass index, 29 students (56,9%) with normal body mass index, and 11 students (21,6%) with high body mass index. From the data tabulation and correlation analysis between body mass index and premenstrual syndrome found that the X

October 2012 in Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine on 80 respondents of the reproductive age among batch 2009 students. The data gathering is by filling in the questionnaire which is divided into two parts, the first part is the demography data of the respondent and the second part is the symptoms for premenstrual syndrome.

2

Conclusion for this research is that there is no significant correlation between body mass index and premenstrual syndrome among Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine batch 2009 students year 2012.

value is 3,219, the p value is > 0,05.


(5)

Tubuh dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi pada Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2010” dapat saya selesaikan. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Kedokteran S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati dan rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyelesaian proposal saya ini, khususnya kepada :

1. Dr Melvin Ng Barus, SpOG selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu saya dalam merangka dan menyiapkan penelitian ini dengan baik.

2. Dr Nuraiza Meutia M.Biomed selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu saya dalam memperbaiki dan memberikan masukan untuk melengkapi penelitian ini dengan baik.

3. Bapak Mohd Salleh bin Hj Kasim dan Ibu Ruzifah bt Hj Ali sebagai orang tua yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik hingga saya dewasa, serta teman-teman yang sentiasa bersama mulai dari persediaan untuk menyelesaikan proposal hinggalah saat ini masih bersama membantu dalam tiap kerjaan.

Akhir kata, saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini akan berguna dalam pengembangan ilmu Obstetri dan Ginekologi.


(6)

Medan, November 2012 Disediakan oleh,

NURUL SAFARA BT MOHD SALLEH NIM : 090100433


(7)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Konsep Menstruasi ... 4

2.1.1. Pengertian Menstruasi ... 4

2.1.2. Siklus Menstruasi ... 4

2.1.3. Aspek Hormonal dalam Siklus Menstruasi ... 8

2.2. Konsep Sindroma Pramenstruasi (PMS) ... 10

2.2.1. Definisi PMS ... 10

2.2.2. Etiologi PMS ... 11

2.2.3. Faktor Risiko Terjadinya PMS... 12

2.2.4. Gejala PMS ... 13

2.2.5. Diagnosis PMS ... 14

2.3. Konsep Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 16

2.3.1. Definisi Indeks Massa Tubuh... 16

2.3.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh ... 17

2.4. Hubungan IMT dan PMS ... 17

2.5. Kerangka Teori... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 20


(8)

4.3.2. Kriteria Eksklusi Sampel... 22

4.3.3. Cara Pengambilan Sampel ... 23

4.3.4. Besar Sampel ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 24

4.5. Metode Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Responden ... 26

5.1.2. Hasil Analisa Data... 27

5.1.3. Analisa Pengujian Hipotesa ... 29

5.2. Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran… ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(9)

3.1 Definisi Operasional ... 20 5.1 Karakteristik Responden ... 26 5.2 Karakteristik Indeks Massa Tubuh responden ... 26 5.3 Kejadian Sindroma Pramenstruasi pada Mahasiswa FK USU .. 27 5.4 Hubungan IMT dengan Kejadian PMS ... 27 5.5 Keluhan Terbanyak PMS Subjek Penelitian ... 28


(10)

2.1


(11)

2 Ethical Clearance ... 36

3 Lembar Penjelasan ... 37

4 Informed Consent ... 39

5 Instrumen Penelitian ... 40

6 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 44

7 Data Induk ... 49


(12)

terbanyak sindroma pramenstruasi adalah dari golongan wanita usia produktif. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data adalah dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 September sampai dengan 1 Oktober 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ke atas 80 orang responden mahasiswa usia produktif. Pengumpulan data adalah melalui pengisian kuesioner yang terdapat 2 bagian di mana bagian 1 adalah data demografi responden dan bagian 2 adalah tentang gejala sindroma pramenstruasi.

Tabulasi data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan program SPSS dan diuji dengan uji hipotesa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebanyak 51 orang (63,8%) menderita sindroma pramenstruasi dengan seramai 11 orang (21,6%) dengan IMT dibawah normal, 29 orang (56,9%) dengan IMT normal, dan 11 orang (21,6%) dengan IMT melebihi normal. Dari tabulasi data dan perhitungan korelasi antara IMT dan kejadian sindroma pramenstruasi, didapatkan nilai X2

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara nilai indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009 pada tahun 2012.

adalah 3,219 dengan nilai p > 0,05.


(13)

usually occurred to women in the productive age. This research is aim to find the correlation between body mass index and premenstrual syndrom in Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine batch 2009 students.

This is an analytic study with cross sectional study approach and the data collecting is by simple random sampling technique. Gathering of data was done from 1st September till 1st

The data gathered were tabulated in a table and analyze using SPSS programme and the hypothesis was tested. Based on the result of the research, it was obtained that 51 students (63,8%) had premenstrual syndrome which 11 students (21,6%) were with low body mass index, 29 students (56,9%) with normal body mass index, and 11 students (21,6%) with high body mass index. From the data tabulation and correlation analysis between body mass index and premenstrual syndrome found that the X

October 2012 in Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine on 80 respondents of the reproductive age among batch 2009 students. The data gathering is by filling in the questionnaire which is divided into two parts, the first part is the demography data of the respondent and the second part is the symptoms for premenstrual syndrome.

2

Conclusion for this research is that there is no significant correlation between body mass index and premenstrual syndrome among Universitas Sumatera Utara Faculty of Medicine batch 2009 students year 2012.

value is 3,219, the p value is > 0,05.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut kamus saku kedokteran Dorland, menstruasi merupakan sekret fisiologik darah dan jaringan mukosa yang dikeluarkan melalui vagina dari uterus pada wanita yang sedang tidak hamil; di bawah pengendalian hormon pada keadaan normal berinterval sekitar empat minggu, kecuali selama kehamilan dan laktasi selama periode reproduktif. Satu penelitian yang berjudul Age at Menarche in Indonesian Girls: A National Survey yang telah dilaksanakan pada tahun 2010 menyatakan, di Indonesia, kebanyakan anak perempuan mendapat haid pertama pada usia 12 tahun (31.33%), usia 13 tahun (31.30%), dan pada usia 14 tahun (18.24%). Setelah terjadinya haid pertama ini, bermulalah siklus menstruasi pada anak perempuan tersebut (Batubara, 2010).

Wanita dalam usia reproduktif banyak mengalami gangguan dalam siklus perubahan hormonal yang disebut siklus menstruasi (Schorge, 2008). Keluhan-keluhan sering didapatkan tidak tergantung sebelum, sewaktu atau sesudah terjadinya menstruasi. Sindroma Pramenstruasi (PMS) merupakan salah satu kelompok gejala yang terjadi seminggu atau dua minggu sebelum haid. Gejala yang sering dirasakan adalah nyeri payudara, rasa penuh atau kembung di perut bagian bawah, merasa sangat lelah, nyeri otot punggung bagian bawah atau perut, perubahan kebasahan vagina atau tumbuh jerawat dan emosi yang sangat sulit dikendalikan.

Sindroma Pramenstruasi (PMS) merupakan gangguan psychoneuroendocrine dengan parameter biologis, psikologis dan sosial. Prevalensi wanita yang mengalami gejala PMS berulang adalah sebanyak 75% dimana 20-40% mengalami ketidaksanggupan dari segi mental maupun fisik, dan 5% mengalami tekanan yang berat. Insiden tertinggi terjadi pada wanita usia 20an sampai awal 30an. PMS jarang terjadi pada usia remaja dan menghilang setelah menopause (Colin, 2006).


(15)

Dalam suatu penelitian pada tahun 2010 yang berjudul The Phenomenology of Premenstrual Syndrome in Female Medical Students yang melibatkan 250 mahasiswa kedokteran di College of Medicine, King Faisal University, Saudi Arabia menunjukkan 35.6% kasus PMS dimana 45% ringan, 32.6% sedang dan 22.4% berat. Terdapat beberapa faktor utama yang mendasari kejadian PMS ini diantaranya adalah usia, faktor lingkungan, menarke pada usia sangat muda, regularitas haid dan riwayat keluarga yang pernah menderita PMS.

Dalam suatu studi yang lain menyatakan gejala PMS sedang sampai berat mempengaruhi sekitar 8 – 20% wanita pramenopausal yang mengakibatkan beberapa derajat gangguan yang nyata tetapi hanya sedikit faktor resiko yang dapat diidentifikasi. Kandungan lemak dalam tubuh memberikan pengaruh yang berat melalui interaksinya yang kompleks terhadap faktor hormonal dan neurokimia, tetapi tidak diketahui apakah kandungan lemak dalam tubuh inilah yang meningkatkan resiko seorang wanita itu mengalami PMS. Dalam studi ini, sebanyak 1057 wanita usia antara 27 – 44 tahun yang mengalami PMS selama 10 tahun diteliti dan didapatkan bahawa dengan setiap peningkatan 1 kg/m2 dalam indeks massa tubuh (IMT) akan didapatkan peningkatan sebanyak 3% resiko mengalami PMS. Di situ didapatkan wanita dengan IMT >25.5 kg/m2 mempunyai resiko mengalami PMS lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang dengan IMT <20 kg/m2 (Berton-Johnson, 2010).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian Sindroma Pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.


(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Sindroma Pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa fakultas kedokteran USU.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui indeks massa tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

2. Untuk mengetahui keluhan dan gejala PMS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

3. Untuk mengetahui angka kejadian PMS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penulis dan masyarakat yaitu :

1. Dapat mengetahui angka kejadian PMS pada wanita kelompok umur 20 – 25 tahun.

2. Memperoleh data mengenai hubungan IMT terhadap kejadian PMS. 3. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi wanita dengan PMS dan


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Menstruasi 2.1.1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala. Menstruasi terjadi dalam interval-interval kurang lebih teratur, siklis, dan dapat diperkirakan waktu-waktunya, sejak menarke sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mengalami intervensi farmakologis (Cunningham, 2005).

Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit, dan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap (Winkjosastro, 2008).

2.1.2. Siklus Menstruasi 2.1.2.1 Siklus Endometrium

Menurut Ganong (2001), Cunningham et al (2005), dan Sherwood (2001), siklus menstruasi endometrium terdiri dari dua fase, yaitu fase proliferatif dan fase sekretorik (Cunningham, 2005; Sherwood, 2001; William, 2001).

Pada fase proliferatif, di bawah pengaruh estrogen dari folikel yang sedang tumbuh, ketebalan endometrium cepat meningkat dari hari kelima sampai keempat belas siklus menstruasi. Seiring dengan peningkatan ketebalan,


(18)

kelenjar uterus tertarik keluar sehingga memanjang tetapi kelenjar-kelenjar tersebut belum berkelok-kelok atau mengeluarkan sekresi. Fase ini juga disebut fase praovulasi atau folikular (Cunningham, 2005; Sherwood, 2001; William, 2001).

Pada fase sekretorik, setelah terjadinya ovulasi, vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan endometrium menjadi agak sembab di bawah pengaruh estrogen dan progesteron dari korpus luteum. Kelenjar-kelenjar mulai bergelung-gelung dan menggumpar, lalu mulai menyekresikan cairan jernih.

Endometrium diperdarahi oleh dua jenis arteri. Stratum fungsional dipasok oleh arteri spiralis yang panjang dan berkelok-kelok dan stratum basale diperdarahi oleh arteri basilaris yang pendek dan lurus (Cunningham, 2005; Sherwood, 2001; William, 2001).

Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai (Cunningham, 2005; Sherwood, 2001; William, 2001).

2.1.2.2 Peran Aksis Hipotalamus - Hipofisis Anterior – Ovarium

Ovarium memiliki dua unit endokrin terkait yaitu penghasil estrogen selama paruh pertama siklus, dan korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron dan estrogen selama paruh akhir siklus. Unit-unit ini secara sekuensial dipicu oleh hubungan hormonal siklis yang rumit antara hipotalamus, hipofisis anterior, dan kedua unit endokrin ovarium (Sherwood, 2001).

Fungsi gonad pada wanita secara langsung dikontrol oleh hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior, yaitu follicle-stimulatin hormon-hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini pada gilirannya diatur oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus yang sekresinya


(19)

pulsatif serta efek umpan-balik hormon-hormon gonad (Sherwood, 2001; William, 2001).

Selama fase folikel, folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh FSH, LH dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi tetap terus meningkat tersebut pertama menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikel, dan kedua secara inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi itu akan memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi (Sherwood, 2001).

Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen selama fase luteal. Progesteron sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum bergenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi atau tertanam di uterus. Kadar progesteron dan estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon hipofisis anterior ini kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikel (Sherwood, 2001).

Fase-fase di uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh darah terlepas. Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua dan berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya. Pada akhir fase folikel, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid uterus yang baru (Sherwood, 2001).


(20)

Gambar 2.1 : Hubungan antara kadar hormon dan perubahan siklus ovarium dan uterus (Sherwood, 2001)


(21)

2.1.3. Aspek hormonal dalam siklus menstruasi

Dari artikel penelitian yang ditulis oleh Razi Maulana (2008) mengutip dari sumber Syahrum et. al. (1994), Greenspan et. al. (1998), dan (Deuster et.,al. (1999), menyatakan bahawa hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :

2.1.3.1 Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi : 1. Luteinizing Hormon (LH)

LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, merangsang terjadinya ovulasi, pembentukan korpus luteum, serta sintesis steroid seks. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus (Maulana, 2008).

2. Folikel Stimulating Hormon (FSH)

FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen (Maulana, 2008).

3. Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, thyroid stmulating hormone, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum(Maulana, 2008).

2.1.3.2 Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progesteron, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid


(22)

lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium (Maulana, 2008). 1. Estrogen

Fase pubertas terjadi perkembangan sifat seks primer. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran (Maulana, 2008).

Peninggian kadar estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estradiol serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan mencerminkan sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan fase luteal dari siklus (Maulana, 2008).

2. Progesteron

Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai puncak yaitu antara 10-20 mg/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum (Maulana, 2008).

Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan


(23)

endometrium mencapai optimal. Kelenjar mensekresi zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi. Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar (Maulana, 2008).

3. Androgen

Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembekal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi (Maulana, 2008).

2.2. Konsep Sindroma Pramenstruasi (PMS) 2.2.1. Definisi PMS

Sindroma pramenstruasi merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haidnya datang, walau pun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Winkjosastro, 2008).

Menurut kamus kedokteran, PMS merujuk kepada tanda dan gejala yang terjadi antara waktu ovulasi dan sebelum terjadinya menstruasi. Gejala yang ditunjukkan berupa perubahan fisik, psikologis dan perilaku (Anon (b), 2008).

Kejadian PMS terjadi beberapa hari sehingga 2 minggu sebelum haid dan menghilang saat haid. Walaupun kebanyakan wanita akan mengalami tanda dan gejala yang berhubungan dengan siklus menstruasi, kebanyakan tanda dan gejala ini hanya ringan yang merupakan reflek dari perubahan fisiologi tubuh. Walaubagaimanapun, sedikit wanita mengalami gejala yang mengganggu kerja, hubungan, dan aktivitas sosial mereka (Anon (a), 2007) .


(24)

2.2.2. Etiologi PMS

Etiologi PMS tidak jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang dengan edema (Winkjosastro, 2008).

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dan lain-lain juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita PMS ialah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis (Winkjosastro, 2008).

Terdapat bukti adanya hubungan sebab-akibat antara sekresi dan penarikan progesteron dengan timbulnya PMS, walaupun begitu, dasar biologis dari keterkaitan ini belum dipastikan. Di luar kehamilan, progesteron dihasilkan dalam jumlah besar hanya selama fase luteal siklus ovarium. Akan tetapi tidak dijumpai perbedaan nyata dalam kecepatan sekresi progesteron oleh korpus luteum dari wanita yang menderita PMS dengan tidak. Berdasarkan anggapan ini, tidak diketahui adanya efek progesteron yang jelas menunjukkan bahwa hormon ini berperan dalam kejadian PMS, apalagi menjelaskan perbedaan yang besar dalam tingkat keparahan dalam gejala-gejala yang dialamai wanita ini (Cunningham, 2005).

Sebagian wanita mengalami gejala-gejala PMS selama 7 – 10 hari terakhir siklus menstruasi mereka yang diperkirakan disebabkan oleh retensi garam dan air. Namun kecil kemungkinannya bahwa hal ini atau perubahan hormonal lain yang terjadi selama fase luteal akhir berperan sebagai penyebab karena perjalanan waktu dan keparahan gejala tidak berubah bila fase luteal dihentikan secara dini dan menstruasi ditimbulkan dengan pemberian obat-obat (William, 2001).

Batas tertentu estrogen menyebabkan retensi garam dan air serta berat badan bertambah. Mereka yang mengalami akan menjadi mudah tersinggung, tegang dan perasaan tidak enak. Gejala-gejala dapat dicegah bila pertambahan berat badan dapat dicegah. Peranan estrogen pada PMS tidak nyata, sebab ketegangan ini timbul terlambat pada siklus tidak pada saat ovulasi waktu


(25)

sekresi estrogen berada pada saat puncaknya. Kenaikan sekresi vasopresin kemungkinan berperan pada retensi cairan pada saat pramenstruasi (William, 2001).

Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejala-gejala lebih buruk, termasuk stres, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang mengandung gula, karbohidrat yang diolah, garam, lemak, alkohol dan kafein yang tinggi (Anon (e), 2011).

2.2.3. Faktor Risiko Terjadinya PMS

Gejala ini biasanya terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Di bawah ini dinyatakan beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS (Anon (c), 2010, Anon (d), 2010). 1. Riwayat ibu kandung penderita yang pernah mengalami PMS.

2. Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi).

3. Status perkahwinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).

4. Usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 – 45 tahun).

5. Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).

6. Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan akan memperberat gejala PMS).

7. Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama vitamin B6), vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.

8. Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS. 9. Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan


(26)

Menurut Vliet, E.L., (2003), terdapat beberapa faktor lain yang berhubungan dengan peningkatan kejadian PMS seperti :

1. Wanita yang menunda kehamilan dan menjalani sedikit kehamilan – mengakibatkan lebih banyak siklus ovulasi.

2. Peningkatan obesitas yang signifikan, yang mengubah rasio estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Majoritas wanita yang menderita PMS adalah dalam golongan obes.

3. Diet tinggi lemak, protein, garam, gula, alkohol dan minuman kafein yang memperparah PMS.

4. Kekurangan magnesium dalam diet yang merupakan kofaktor penting dalam sintesa neurotransmiter yang meningkatkan afek.

5. Kekurangan masukan B6 yang juga merupakan kofaktor penting dalam sintesa neurotransmiter yang meningkatkan afek dan berhubungan dengan metabolisma estrogen dan progesteron.

2.2.4. Gejala PMS

Gejala PMS sangat berbeda dari seorang wanita ke wanita yang lain dan dari satu siklus ke siklus yang lain, dan dapat terjadi antara ringan hingga berat. Sebagian wanita sadar akan gejala yang mereka hadapi itu menjadi semakin memberat pada waktu meningkatnya stres dalam bentuk emosional dan fisikal. Lebih dari 150 gejala telah dihubungkan dengan PMS, dan sebagiannya dinyatakan seperti dibawah.

1. Gejala fisik:

• Pembengkakan dan nyeri payudara

• Kembung, retensi cairan, penambahan berat badan

• Perubahan kebiasaan buang air besar

• Jerawatan

• Rasa ingin makan yang berlebihan terutama makanan manis atau masin


(27)

• Keletihan

• Penurunan nafsu seks

• Sakit. Yang biasa dikeluhkan adalah sakit kepala atau migrain, nyeri payudara, nyeri sendi dan otot, nyeri punggung bawah oleh karena perdarahan menstruasi

2. Gejala perilaku:

• Agresif

• Menjauhkan diri dari keluarga dan teman

• Gejala emosional dan kognitif

• Depresi, sedih, dan perasaan tidak berguna

• Mudah marah

• Perubahan mood yang cepat

• Penurunan waspada dan tidak upaya untuk konsentrasi (Anon (e), 2011)

2.2.5. Diagnosis PMS

Dalam penuntun diagnosis dari American Psychiatry Association (APA), menyatakan kriteria mendiagnosis PMS sebagai berikut :

1. Gejala berhubungan dengan siklus menstruasi dan gejala muncul mulai minggu terakhir fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah muncul menstruasi.

2. Diagnosis PMS ditegakkan bila ditemukan 5 gejala PMS dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Gejala-gejala mayor PMS tersebut adalah : labilitas afektif seperti menarik diri, semangat kerja menurun, tiba-tiba marah atau sedih; iritabilitas seperti mudah marah dan tersinggung, tegang dan cemas; perubahan suasana hati dan putus asa. Gejala minor PMS adalah : pembengkakan pada anggota badan, nyeri/kembung pada perut, perubahan nafsu makan, lekas lelah, nyeri kepala, mual/muntah, payudara nyeri/tegang, gangguan tidur, gangguan buang air besar, dan


(28)

susah berkonsentrasi. Gejala fisik seperti edema, nyeri persendian atau nyeri otot, dan pertambahan berat badan.

Dalam DSM-IV diagnosa PMS pula ditegakkan hanya bila gangguan itu secara nyata mengganggu pekerjaan atau fungsi peran. DSM-IV memasukkan kriteria diagnostik PMS ini seperti berikut :

A. Pada sebagian besar siklus menstruasi selama tahun terakhir, lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan untuk sebagian besar waktu selama minggu terakhir fase luteal, mulai menghilang dalam beberapa hari setelah onset fase folikular, dan menghilang dalam minggu pascar menstruasi, dengan sekurang-kurangnya salah satu gejala adalah(1),(2), (3), atau (4) :

1. Mood terdepresi yang jelas, perasaan putus asa, pikiran mencela diri sendiri.

2. Kecemasan yang jelas, ketegangan, perasaan “bersemangat” atau “tidak tenang”.

3. Labilitas afektif yang tidak jelas (misalnya, perasaan tiba-tiba sedih atau menangis atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan)

4. Kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas atau meningkatnya konflik interpersonal.

5. Menurunnya minat dalam aktivitas seharian (misalnya pekerjaan, sekolah, teman, kegemaran).

6. Perasaan subjektif adalah kesulitan dalam berkonsentrasi. 7. Letargi, mudah lelah, atau kehilangan tenaga.

8. Perubahan yang jelas dalam nafsu makan, makan berlebihan atau kecanduan makanan tertentu.

9. Hipersomnia atau insomnia.


(29)

11.Gejala fisik lain, seperti nyeri atau pembengkakan payudara, nyeri kepala, nyeri sendi atau otot, sensasi “kembung”, kenaikan berat badan.

Catatan : pada perempuan yang sedang menstruasi, fase luteal berhubungan dengan periode antara ovulasi dan onset menstruasi, dan fase folikuler dimulai saat menstruasi. Pada perempuan yang tidak menstruasi (misalnya yang telah menjalani histerektomi), penentuan waktu fase luteal dan folikuler mungkin memerlukan pengukuran hormon reproduktif dalam sirkulasi.

B. Gangguan dengan jelas mengganggu pekerjaan, sekolah, atau aktivitas sosial biasanya dan hubungan dengan orang lain (misalnya, menghindari aktivitas sosial, menurunnya produktivitas dan efisiensi di pekerjaan atau sekolah).

C. Gangguan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gejala dari gangguan lain, seperti gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan distimik, atau gangguan kepribadian (walaupun mungkin bertumpang tindih dengan salah satu gangguan tersebut).

D. Kriteria A, B, dan C harus ditegakkan oleh pencatatan harian prospektif selama sekurang-kurangnya dua siklus simptomatik yang berturut-turut (Diagnosa dapat dibuat sementara sebelum penegakan ini)

2.3. Konsep Indeks Massa Tubuh (IMT) 2.3.1. Definisi indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh merupakan ukuran standar berhubungan dengan berat badan dengan tinggi badan. IMT juga membantu dalam pengukuran resiko terjadinya kelainan kesehatan dalam populasi dengan IMT yang berbeda. Ukuran IMT adalah dengan menghitung berat badan dalam kilogram per tinggi badan dalam meter kuadrat. Batas atas IMT normal merupakan indikasi peningkatan resiko untuk menghidapi gangguan kesehatan (LeBlond, R., Brown, D., DeGowin, R., 2009).


(30)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan. IMT merupakan perhitungan nilai akhir yang diambil antara berat badan dalam kilogram (kg) per tinggi badan dalam meter kuadrat (m2). IMT lebih berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk tinggi badan dan berat badan (Anon F, 2012). IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta merupakan metode skrining kategori berat badan dan tinggi badan yang mudah dilakukan.

2.3.2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Tabel 2.1 : Klasifikasi IMT Asia menurut IOTF

Klasifikasi IMT (kg/m2

Berat badan kurang

)

<18.5 Berat badan normal 18.5 – 22.9 Berisiko Untuk Obesitas 23.0 – 24.9

Obes I 25.0 – 29.9

Obes II ≥30.0

(Sumber dari : IOTF, International Obesity Taskforce)

2.4. Hubungan IMT dan PMS

Pengukuran nilai IMT adalah untuk mengetahui secara kasar kandungan lemak tubuh seseorang dimana yang sangat mempengaruhi perubahan dalam hitungan IMT adalah berat badan.

Elizabeth R. Berton-Johnson dan kawan-kawan melakukan penelitian terhadap kandungan lemak tubuh yang menjadi pencetus terjadinya PMS menyatakan bahawa terdapat hubungan yang positif antara IMT dan terjadinya


(31)

PMS. IMT juga berhubungan dengan risiko terjadinya gejala fisik dan emosi pada penderita PMS (Berton-Johnson, 2010).

Sindroma pramenstruasi kemungkinan disebabkan oleh interaksi antara faktor hormonal dan neurokimia, dan adipositas meningkatkan resiko itu melalui beberapa mekanisme. Perbandingan dengan wanita IMT <20 kg/m2, pada wanita dengan IMT ≥30 kg/m2

Obesitas juga berperan dalam mengubah fungsi neurotransmitter melalui efeknya terhadapt estrogen dan progesteron. Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, kejadian PMS menunjukkan abnormalitas serotonin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan sistem lain dibandingkan dengan kontrol yang bebas gejala. Estrogen meningkatkan aksi serotonin dengan meningkatkan sintesa, transportasi, dan pengambilan kembali serta ekspresi reseptor, dan respon pada postsinaps. Dinyatakan juga jumlah estradiol yang rendah berhubungan dengan adipositas akan mengganggu fungsi serotonin dan menyumbang kepada terjadinya PMS (Berton-Johnson, 2010).

mempunyai 39% lebih rendah estradiol folikular, 20% estradiol luteal lebih rendah, dan 20% lebih rendah level progesteron. Siklus estrogen dan progesteron yang berfluktuasi dengan jelas memberi kesan terhadap onset PMS (Berton-Johnson, 2010).

Prevalensi kejadian PMS di Virginia adalah sebesar 10.3 persen. Wanita obes (IMT > atau = 30) mempunyai peningkatan resiko hampir tiga kali lipat berbanding kejadian PMS pada wanita non-obes (Masho. S.W., 2005)


(32)

2.5. Kerangka Teori

Di bawah ini disertakan kerangka teori terhadap kejadian sindroma pramenstruasi pada wanita usia reproduktif.

Wanita usia reproduktif

Sindroma Pramenstruasi (PMS)

1. Ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron 2. Retensi garam dan air

3. Faktor gaya hidup 4. Faktor kejiwaan


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Untuk lebih jelasnya tentang hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) dapat dilihat dari variabel independen dan dependen yang tergambar pada skema kerangka konsep penelitian berikut ini.

Variabel independen Variabel dependen

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian (variabel independen dan dependen)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Dibawah ini disertakan tabel definisi operasional untuk penelitian ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Dependen

Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Sindroma Pramenstruasi (PMS) Sekumpulan tanda-tanda dan gejala sebelum haid.

Kuesioner Nominal  Ya  Tidak

Variabel Independen

Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Hasil pengukuran berat badan dalam kilogram per tinggi badan dalam meter kuadrat.

Timbangan berat badan dan pita ukur.

Ordinal IMT rendah : <18.50 kg/m IMT normal :

2

(18.50 – 22.99) kg/m IMT tinggi :

2

≥23.00 kg/m2 Indeks Massa Tubuh Sindroma Pramenstruasi


(34)

3.3. Hipotesa

Ho : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran USU.

Ha : Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran USU.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Oktober 2012. Pengambilan data dilaksanakan di Fakultas Kedokteran USU.

4.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswi yang sedang menuntut di Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2009.

4.3.1. Kriteria Inklusi Sampel

1. Wanita yang telah mengalami menstruasi dan belum menopause. 2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2009.

3. Bersedia menjadi responden.

4.3.2. Kriteria Eksklusi Sampel

1. Telah menjalani atau sedang menjalani pengobatan gangguan psikiatri. 2. Sedang menjalani pengobatan hormonal.

3. Pernah mengalami tindakan operasi alat kandungan. 4. Dalam pengobatan penyakit alat kandungan.


(36)

4.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Peneliti memilih tehnik simple random sampling dalam metode random sampling untuk melaksanakan penelitian ini. Pengambilan sampel secara simple random sampling adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua subjek dari populasi yang ditentukan untuk terpilih menjadi responden dalam penelitian ini.

4.3.4. Besar Sampel

Menurut Dr Arlinda Sari Wahyuni, rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian estimasi dengan data proporsi terbatas adalah seperti berikut :

(

N

)

d Z P Q Q P Z N n × × + − × × ×

= 2 2 2

1 α

α Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi

α

Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditelerir Q = 1 - P

Untuk mendapatkan ketelitian yang cukup memadai dari suatu hasil berupa persentase pada skrining populasi dengan konfidensi 95% dengan tingkat signifikansi 5%, perkiraan persentase kejadian sindroma pramenstruasi 35% dan tingkat presisi sebesar 10%, maka dimasukkan nilai tersebut sebagai berikut:

) 35 . 0 1 )( 35 . 0 ( 96 . 1 ) 1 . 0 )( 1 269 ( ) 35 . 0 1 )( 35 . 0 )( 96 . 1 ( 269 2 2 2 − + − − = n 15 . 66 = n


(37)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dan alat ukur tinggi badan dan timbangan berat badan. Kuesioner terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Data demografi responden yang berupa identitas responden.

2. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menentukan apakah responden mengalami gejala sindroma pramenstruasi (PMS). Dimana terdapat dua kriteria pertanyaan, yaitu kriteria mayor untuk gejala mayor atau yang paling sering muncul, dan kriteria minor untuk gejala minor atau yang agak jarang muncul.

Dari data demografi responden, peneliti akan mendapatkan indeks massa tubuh responden dengan menghitung berat badan dan tinggi badan responden yang telah diisi oleh responden di dalam kuesioner tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan pada bagian kedua kuesioner tersebut adalah yang telah dijabarkan dari kriteria diagnostik sindroma pramenstruasi menurut DSM-IV-TR. Apabila responden menjawab YA bagi salah satu gejala mayor yaitu diantara nomor 1.1 hingga 1.5, dan minimum 5 gejala minor yaitu antara nomor 1.6 hingga 1.19, serta responden memilih jawaban YA bagi pertanyaan nomor 2, 3, dan 4, barulah responden dikatakan mengalami sindroma pramenstruasi.

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan uji validitas, nilai Pearson correlation pada kesemua pertanyaan di dalam bagian 2 kuesioner tersebut adalah di atas 0,374 dan menepati tingkat signifikan 0,01 atau 0,05. Ini berarti tidak ada pertanyaan yang perlu dibuang dari kuesioner tersebut dan ini menunjukkan kuesioner tersebut adalah valid.

Uji reliabilitas adalah dengan melihat hasil uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha yang mana menyatakan reliabilitas kurang dari 0,6 tidak dapat diterima, 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Untuk uji


(38)

reliabilitas pada kuesioner didapatkan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,881, ini menunjukkan alat ukur kuesioner tersebut adalah reliabel.

4.5. Metode Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tehnik statistik, yakni tehnik pengolahan data dengan menggunakan analisis statistik. Biasanya analisis ini digunakan untuk pengolahan data kuantitatif. Pengolahan dan analisis data kuantitatif ini dapat dilakukan manual ataupun dengan bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan menggunakan alat komputer, data perlu diterjemahkan ke dalam bahasa komputer yaitu dengan memberikan kode-kode tertentu sesuai bahasa program yang digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, software SPSS akan digunakan untuk pengolahan data yang telah dikumpulkan.

Untuk uji hipotesis dengan pendekatan probabilistik, nilai p (p value) akan ditampilkan. Dengan nilai p ini peneliti akan dapat menggunakannya untuk keputusan uji statistik dengan cara membandingkan nilai p dengan nilai α (alpha). Bila nilai p ≤ nilai α , maka keputusan Ho ditolak. Bila nilai p > nilai α , maka keputusan adalah Ho gagal ditolak.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Responden

Penelitian hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada kalangan mahasiswa stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012 ini telah dilakukan selama 1 bulan terhitung tanggal 1 September 2012 sampai dengan 1 Oktober 2012 untuk mendapatkan sampel sejumlah 80 orang. 80 orang mahasiswi yang terpilih ini adalah yang telah memenuhi kriteria penelitian.

Sebanyak 80 subjek didapatkan usia rata-rata 21,1 tahun, usia minimum 19 tahun dan usia maksimum 26 tahun. Dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan didapatkan rata-rata berat badan 51,9 Kg, rata-rata tinggi badan 1,59 meter, dan dilakukan penghitungan indeks massa tubuh masing-masing sampel didapatkan rata-rata indeks massa tubuh 20,55 Kg/m2. Berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan tersebut, yang termasuk dalam IMT normal seramai 44 orang (55%), IMT kurang seramai 22 orang (27,5%) , dan IMT berlebih seramai 14 orang (17,5%).

Tabel 5.1 : Karakteristik Respon

Karakteristik Rerata Minimum Maksimum

Umur (Tahun) 21.10 19 26

Berat badan (Kg) 51.9 37 97

Tinggi badan (meter) 1.59 1.45 1.68

Tabel 5.2 : Karakteristik Indeks Massa Tubuh Responden

IMT n %


(40)

Normal 44 55

Tinggi 14 17,5

Total 80 100

5.1.2. Hasil Analisa Data

Tabel 5.3 : Kejadian Sindroma Pramenstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

n %

PMS 51 63,8

Tidak PMS 29 36,3

Total 80 100

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari kumpulan gejala sindroma premenstruasi yang didapat dari responden, seramai 51 orang (63,8%) menderita sindroma pramenstruasi dan yang tidak menderita sindroma pramenstruasi adalah seramai 29 orang (36,3%).

Tabel 5.4 : Hubungan indeks massa tubuh dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi

Indeks Massa Tubuh (IMT) (Kg/m2

Sindroma Pramenstruasi (PMS)

) Tidak PMS PMS

Rendah 11 (13,8%) 11 (13,8%)

Normal 15 (18,8%) 29 (36,3%)

Tinggi 3 (3,8%) 11 (13,8%)


(41)

Dari 80 subjek didapatkan seramai 51 orang (63,8%) yang mengalami sindroma pramenstruasi, dan sisanya seramai 29 orang (36.3%) tidak mengalami sindroma pramenstruasi.

Dari 51 subjek yang mengalami sindroma pramenstruasi didapatkan 11 orang (21.6%) dengan IMT kurang, 29 orang (56.9%) dengan IMT normal, dan 11 orang (21.6%) dengan IMT berlebih (Tabel 5.4).

Berdasarkan persenatase kejadian sindroma pramenstruasi menurut kelompok indeks massa tubuh, kejadian tertinggi adalah dalam kelompok indeks massa tubuh berlebih yaitu 23 Kg/m2 adalah 78,6%. Pada kelompok indeks massa tubuh normal yaitu 18,5 Kg/m2 adalah 65,9% dan indeks massa tubuh kurang yaitu dibawah 18,5 Kg/m2

Dari keluhan-keluhan subjek didapatkan bahawa gejala sindroma pramenstruasi yang paling banyak dikeluhkan oleh subjek adalah kelelahan (80.39%), nafsu makan yang berubah (78,43%), kemarahan dan irritabilitas (76.47%), kecemasan dan perasaan tidak tenang (76.47%), gelisah (72.55%).

adalah 50%.

Tabel 5.5 : Keluhan Terbanyak Sindroma Pramenstruasi Subjek Penelitian Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindrom Pramenstruasi

No Gejala n %

1 Kelelahan 41 80.39

2 Nafsu makan yang bertambah atau berubah 40 78.43 3 Kemarahan atau irritabilitas yang menetap dan jelas 39 76.47 4 Kecemasan dan perasaan tidak tenang 39 76.47

5 Gelisah 37 72.55

6 Sakit pinggul 36 70.59

7 Perut kembung 34 66.67


(42)

9 Suka menangis atau perasaan tiba-tiba sedih 31 60.78

10 Nyeri payudara 30 58.82

11 Mood terdepresi yang jelas dan perasaan putus asa 26 50.98

12 Konsentrasi berkurang 25 49.02

13 Sakit kepala 25 49.02

14 Kecanduan terhadap makanan tertentu 24 47.06

15 Insomnia atau hipersomnia 23 45.1

16 Bermusuhan atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan 22 43.14 17 Sifat agresif atau pemberontak 18 35.29

18 Pertambahan berat badan 15 29.41

19 Perasaan mual atau muntah 14 27.45

5.1.3. Analisa Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa telah dikemukakan dalam bab 3 dilakukan analisa dengan menggunakan kaedah uji Chi-square. Dengan menggunakan SPSS, data-data yang telah didaptkan diolah dalam tabel tabulasi silang dan didapatkan nilai Chi-square adalah 3,219, nilai df = 2, dan didapatkan nilai p adalah 0,20 dimana adalah >0,05. Maka dengan ini menunjukkan hipotesa nol diterima yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi.

5.2. Pembahasan

Sindroma pramenstruasi (PMS) merupakan gangguan psikoneuroendokrin yang umumnya dikeluhkan oleh perempuan pada dua


(43)

minggu sebelum terjadinya menstruasi. Pada penelitian ini dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan keluhan responden yang digunakan untuk menegakkan diagnosa sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2009.

Diagnosa sindroma pramenstruasi ditegakkan bila ditemukan 5 gejala sindroma pramenstruasi dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Dari hasil pengisian kuesioner tersebut ditegakkan adanya sindroma pramenstruasi sebanyak 51 responden (63,8%) dari 80 responden yang diteliti. Hasil penelitian ini adalah lebih tinggi dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah dijalankan di Saudi Arabia yaitu sebanyak 35,6% (Balaha, 2010).

Berdasarkan kejadian sindroma pramenstruasi (PMS) yang didapat dalam tiap kelompok kategori indeks massa tubuh (IMT), persentase kejadian PMS yang tertinggi adalah pada kategori (IMT) yang melebihi normal yaitu sebanyak 78,6%, manakala kejadian pada IMT normal sebanyak 65,9% dan IMT rendah sebanyak 50%. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahawa indeks massa tubuh memprediksi persentase lemak dalam tubuh sehingga IMT dengan berat badan yang berlebih memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi berbanding IMT dengan berat badan normal maupun berat badan yang rendah. Hal ini juga akan mempengaruhi pula peningkatan jumlah kadar estrogen yang merupakan salah satu faktor untuk terjadinya sindroma pramenstruasi (William, 2001).

Berdasarkan gejala PMS terbanyak yang dialami responden, yang paling banyak dikeluhkan adalah kelelahan (80,39%), nafsu makan yang bertambah atau berubah (78,43%), kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas (76,47%), kecemasan dan perasaan tidak tenang (76,47%). Manakala, keluhan yang paling sedikit dikeluhkan adalah pertambahan berat badan dan perasaan mual atau muntah yaitu masing-masing 29,41% dan 27,45%. Etiologi dari kejadian kelelahan pada penderita PMS masih belum dapat ditegakkan. Beberapa penelitian mendapatkan adanya peningkatan kadar estrogen, kadar


(44)

progesteroan yang menurun, atau rasio estrogen dengan progesteron yang tidak normal (Maulana, 2008).

Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan karena cara pengambilan sampel pada penelitian ini kurang mewakili semua wanita usia produktif. Cara pengambilan sapel ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengontrol variabel karena penelitian ini menggunakan metodologi yang sederhana.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian ini didapatkan angka kejadian sindroma pramenstruasi adalah sebanyak 51 orang (63,8%) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.

2. Berdasarkan penilitian ini juga didapatkan rata-rata indeks massa tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009 adalah 20,55 Kg/m2.


(45)

3. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.

6.2. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian sekuel dengan kelompok yang lebih besar untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian yang lebih mengarah kepada hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian sindroma pramenstruasi dikarenakan angka kejadian yang didapat pada penelitian ini belum dapat digeneralisasi karena subjek penelitian hanya terbatas pada sekelompok responden yang belum dapat mewakili populasi yang diharapkan.

2. Diperlukan penelitian dengan subjek yang lebih heterogen.

DAFTAR PUSTAKA

Anon (a), 2007. Epidemiology and Etiology of Premenstrual Syndrome. Available from:

http://www.medscape.org/viewarticle/553603, [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (b), 2008. Premenstrual Syndrome. Available from:

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/premenstrual+syndrome, [Accessed 8 Mei 2012]


(46)

3. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009.

6.2. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian sekuel dengan kelompok yang lebih besar untuk mendapatkan gambaran hasil penelitian yang lebih mengarah kepada hubungan antara indeks massa tubuh dan kejadian sindroma pramenstruasi dikarenakan angka kejadian yang didapat pada penelitian ini belum dapat digeneralisasi karena subjek penelitian hanya terbatas pada sekelompok responden yang belum dapat mewakili populasi yang diharapkan.

2. Diperlukan penelitian dengan subjek yang lebih heterogen.

DAFTAR PUSTAKA

Anon (a), 2007. Epidemiology and Etiology of Premenstrual Syndrome. Available from:

http://www.medscape.org/viewarticle/553603, [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (b), 2008. Premenstrual Syndrome. Available from:

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/premenstrual+syndrome, [Accessed 8 Mei 2012]


(47)

Anon (c), 2010. Premenstrual Syndrome PMS Part 1. Available from: http://www.lusa.web.id/premenstrual-syndrome-pms-part-1/ [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (d), 2010. Premenstrual Syndrome (PMS)-What Increases Your Risks. Available from: http://women.webmd.com/pms/premenstrual-syndrome-pms-what-increases-your-risk [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (e), 2011. Premenstrual Syndrome (PMS)-Symptoms. Available from: http://women.webmd.com/pms/premenstrual-syndrome-pms-symptoms, [Accessed 8 Mei 2012]

Anon (f). Body Mass Index (BMI). Available from: http://medicastore.com/penyakit/757/Body_Mass_Index_BMI.html,

[Accessed 8 Mei 2012]

Balaha, M.H., El Monem Amr, M.A., Al Moghannum, M.S., Al Muhaidab, N.S., 2010. The phenomenology of Premenstrual Syndrome in Female Medical Students : A Cross Sectional Study. Available From: PanAfrican Medical Journal. Availabel from:

[Accessed 8 Mei 2012]

Batubara, RL., Jose, Soesant, F., Delemarre van de Waal, H., 2010. Age at Menarche in Indonesian Girls : A National Survey. Available from:

[Accesses 8 Mei 2012]

Berton-Johnson, E.R. et. Al., 2010. Adiposity and the Development of Premenstrual Syndrome. Available From: Journal of Women’s Health, Volume 19.

Colin, M.C., Shushan, A., 2006. Complications of Menstruation; Abnormal Uterine Bleeding. In: Decherney, H.A., Nathan, L., Goodwin, M.T., Laufer, N., ed. Current Diagnosis & Treatment, Obstetry & Gynecology.10th ed. McGraw Hill Company. 570-571.

Cunningham, F. G. et al, 2005. Obstetri Williams. Alih bahasa, Andry Hartono, Y.joko Suyono, Brahm U. Pendit ; editor bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto et al. Edisi 21. Jakarta : EGC, 2005. 69-83.


(48)

Kumala, P., 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Copy editor edisi bahasa Indonesia: Dyah Nuswantari. Edisi 25. Jakarta.

LeBlond, R., Brown, D., DeGowin, R., 2009. DeGowin’s Diagnostic Examination, 9th Edition. McGraw-Hill Companies. 81-82.

Maulana, R., 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekology BPK – RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2008. Available from:

razimaulana.files.wordpress.com/2008/12/pms.doc [Accessed 8 Mei 2012]

Masho, W.S., 2005. Obesity as a Risk Factor for Premenstrual Syndrome. Available from:

http://www.redorbit.com/news/health/148995/obesity_as_a_risk_factor_for _premenstrual_syndrome/. [Accessed 28 Mei 2012]

Mukhtar, Z. et al., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statiska Kedokteran, Edisi 1. Medan, USU Press.

Notoatmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 4. Sagung Seto, Jakarta.

Schorge, O.J. et al., 2008. Williams Gynecology. McGraw-Hill Companies. Ebooks: Chapter 13.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih bahasa, Brahm U. Pendit; Editor, Beatricia I. Santoso. Jakarta: EGC. 708-717.

Vliet, E.L., 2003. What is PMS. Available from:

http://www.herplace.com/hormone-info/pms.htm. [Accessed 28 Mei 2012].

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.


(49)

William, F.G., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih bahasa Brahm U. Pendit; Editor bahasa Indonesia, H.M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC. 417-431.

Winkjosastro H, 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua Cetakan Keenam. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(50)

William, F.G., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih bahasa Brahm U. Pendit; Editor bahasa Indonesia, H.M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC. 417-431.

Winkjosastro H, 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua Cetakan Keenam. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(51)

1. SRJK (C) Chung Hwa Presbyterian, Muar.

2. SM (P) Sultan Abu Bakar, Muar.

1. Perwakilan Mahasisiwa Malaysia di USU

2. Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI)

Tempat / Tanggal Lahir : Johor, Malaysia / 10 Juni 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof. M. Yusuf, No. 17 Riwayat Pendidikan :


(52)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya adalah mahasiswi S1 Fakutas Kedokteran USU yang sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian sindroma pramenstruasi di kalangan mahasiswa.

Penelitian ini memang tidak memberikan sebarang manfaat secara langsung bagi Saudari, tetapi bermanfaat bagi institusi pendidikan kedokteran khususnya bidang Obstetri Ginekologi sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang sindroma pramenstruasi pada mahasiswi.

Saya akan menggunakan alat ukur timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan untuk mendapatkan berat badan dan tinggi badan Saudari sewaktu melakukan penelitian. Pada bagian kuesioner, saya mengharapkan jawaban/tanggapan yang Saudari berikan sesuai dengan pendapat Saudari sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Saudari. Informasi yang Saudari berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan ilmu kedokteran dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi Saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela yaitu bebas memilih untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudari tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :


(53)

Alamat : Jl. Prof. M. Yusuf. No 17, Medan No. Telepon/HP : 083197454555

Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan ketersediaan Saudari, Saya ucapkan terima kasih.

Medan, ……….2012


(54)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

INFORMED CONSENT”

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………...

Umur : ………...

Pekerjaan : ………...

Alamat : ………...

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……….. 2012 Yang membuat pernyataan,


(55)

Lampiran 5

INSTRUMEN PENELITIAN

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

Petunjuk Umum :

1. Untuk mendapatkan berat badan dan tinggi badan responden, akan digunakan alat timbangan berat badan dan pita ukur.

2. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu pertama tentang karakteristik responden dan bagian kedua tentang sindroma pramenstruasi.

3. Pada bagian pertama yang berisi tentang karakteristik responden terdiri dari : tahun masuk, usia sekarang, usia menarke, lama perdarahan menstruasi, panjang siklus menstruasi, agama, suku bangsa, status pernikahan, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kebiasaan berolahraga, pakah dalam masa kehamilan atau menyusui, penggunaan obat-obat, penderita penyakit keganasan atau kelainan saluran reproduksi, riwayat operasi bagian reproduksi.

4. Pada bagian kedua yang berisi tentang gejala sindroma pramenstruasi dimana responden bisa memilih lebih dari satu gejala yang akan menggambarkan apakah responden mengalami kejadian sindroma pramenstruasi atau tidak


(56)

Bagian 1 : Karakteristik Responden

Pada bagian ini merupakan kuesioner yang berisi tentang karakteristik responden penelitian. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Seluruh pertanyaan harus dijawab.

1. Tahun masuk : [ ] 2009, [ ] 2010, [ ] 2011, [ ] 2012 2. Umur sekarang : ……….(tahun) ……….(bulan)

3. Berat badan : ………kg 4. Tinggi badan : ………cm

5. Umur pertama menstruasi : ……….(tahun)…………(bulan) 6. Lama perdarahan menstruasi : ……….(hari)

7. Panjang siklus menstruasi : ……….(hari) 8. Agama : ………..

9. Suku bangsa : ……….. 10.Bernikah

[ ] YA [ ] TIDAK

11.Apakah anda mempunyai kebiasan merokok atau minum alkohol? [ ] YA

[ ] TIDAK

12.Apakah anda aktif berolah raga? [ ] YA

[ ] TIDAK

13.Apakah anda sedang dalam masa kehamilan atau menyusui? [ ] YA

[ ] TIDAK

14.Apakah anda sedang mengunakan obat-obat steroid, hormonal atau obat anti nyeri haid secara reguler dalam jangka panjang?

[ ] YA [ ] TIDAK


(57)

15.Apakah anda sedang menggunakan obat-obat anti depresi (seperti: Tricyclic antidepressant, Lithium, Benzodiazepin, Barbiturat, dll) secara teratur? [ ] YA

[ ] TIDAK

16.Apakah anda menderita penyakit keganasan atau kelainan pada saluran reproduksi (seperti fibroid, kista, endometriosis, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran reproduksi) maupun kelainan genetik lainnya?

[ ] YA [ ] TIDAK

17.Apakah anda pernah menjalani operasi pengangkatan rahim, tuba fallopi atau saluran reproduksi lainnya?

[ ] YA [ ] TIDAK

Bagian 2. Sindroma Pramenstruasi

Bagian ini merupakan kuesioner yang berisi tentang gejala sindroma pramenstruasi. Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang tersedia. Anda dapat memilih jawapan lebih dari satu.

1. Apakah antara 7-10 hari sebelum haid anda mengalami gejala-gejala berupa :

No Gejala YA TIDAK

1 Kemarahan atau irritabilitas yang menetap dan jelas 2 Kecemasan dan perasaan tidak tenang

3 Bermusuhan atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan


(58)

5 Mood terdepresi yang jelas dan perasaan putus asa 6 Gelisah

7 Sifat agresif atau pemberontak 8 Insomnia atau hipersomnia

(sulit tidur atau kebanyakan tidur) 9 Konsentrasi berkurang

10 Perut kembung 11 Nyeri payudara 12 Nyeri sendi atau otot 13 Sakit pinggul

14 Sakit kepala

15 Kelelahan (mudah lelah atau kehilangan tenaga) 16 Nafsu makan yang bertambah atau berubah

17 Suka makan manis atau asin (atau kecanduan terhadap makanan tertentu)

18 Pertambahan berat badan 19 Perasaan mual atau muntah


(59)

2. Apakah gejala-gejala ini menghilang pada hari pertama haid?

[ ] YA [ ] TIDAK

3. Apakah gejala yang dialami bukan akibat dari faktor yang lain (mis: stress,

penyakit lain)? [ ] YA

[ ] TIDAK

4. Apakah gejala-gejala yang dirasakan ini dialami selama sekurang-kurangnya

dua siklus sebelumnya? [ ] YA


(60)

Uji Validitas Kuesioner

Correlations

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 Total B1 P 1 .577** .229 .289 .658** .215 .466* .229 .289 .286 .433* .289 .298 .149 .219 .219 .289 .247 .158 .611** S .001 .240 .136 .000 .272 .012 .240 .136 .141 .021 .136 .123 .449 .262 .262 .136 .204 .422 .001 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B2 P .577** 1 .596** .271 .549** .496** .404* .132 .313 .433* .167 .271 .409* .495** .338 .190 .167 .167 .548** .701**

S .001 .001 .163 .002 .007 .033 .502 .105 .021 .397 .163 .031 .007 .079 .333 .397 .397 .003 .000 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B3 P .229 .596** 1 .287 .386* .181 .278 .181 .177 .382* .177 .132 .194 .604** .397* .240 .177 .132 .411* .572**

S .240 .001 .139 .043 .357 .152 .356 .369 .045 .369 .502 .323 .001 .036 .218 .369 .502 .030 .001 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B4 P .289 .271 .287 1 .549** .062 .215 .287 .458* .289 .021 -.021 .108 .344 .338 .190 .313 -.167 .388* .491**

S .136 .163 .139 .002 .754 .271 .139 .014 .136 .916 .916 .586 .073 .079 .333 .105 .397 .041 .008 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B5 P .658** .549** .386* .549** 1 .162 .198 .386* .486** .219 .338 .253 .142 .316 .647** .497** .486** .211 .462* .746**

S .000 .002 .043 .002 .409 .313 .043 .009 .262 .079 .193 .472 .101 .000 .007 .009 .281 .013 .000 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B6 P .215 .496** .181 .062 .162 1 .434* .334 .372 .358 -.062 .351 .352 .246 .131 .131 .372 .207 .272 .522**

S .272 .007 .357 .754 .409 .021 .082 .051 .061 .754 .067 .066 .208 .507 .507 .051 .291 .162 .004 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28


(61)

S .012 .033 .152 .271 .313 .021 .152 .412 .149 .892 .271 .070 .022 .973 .973 .412 .048 .550 .010 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B8 P .229 .132 .181 .287 .386* .334 .278 1 .640** .229 .177 .287 .194 .125 .554** .240 .486** .132 .242 .572**

S .240 .502 .356 .139 .043 .082 .152 .000 .240 .369 .139 .323 .525 .002 .218 .009 .502 .215 .001 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B9 P .289 .313 .177 .458* .486** .372 .162 .640** 1 .289 .271 .312 .194 .258 .549** .401* .417* .167 .411* .673**

S .136 .105 .369 .014 .009 .051 .412 .000 .136 .163 .105 .323 .185 .002 .034 .027 .397 .030 .000 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B10 P .286 .433* .382* .289 .219 .358 .280 .229 .289 1 .289 .433* .447* .149 .073 .219 .144 -.082 .158 .528**

S .141 .021 .045 .136 .262 .061 .149 .240 .136 .136 .021 .017 .449 .712 .262 .464 .676 .422 .004 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B11 P .433* .167 .177 .021 .338 -.062 -.027 .177 .271 .289 1 .458* .194 .258 .401* .253 .125 .167 .091 .449*

S .021 .397 .369 .916 .079 .754 .892 .369 .163 .136 .014 .323 .185 .034 .193 .526 .397 .644 .017 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B12 P .289 .271 .132 -.021 .253 .351 .215 .287 .312 .433* .458* 1 .559** .194 .338 .486** .313 .333 .228 .603**

S .136 .163 .502 .916 .193 .067 .271 .139 .105 .021 .014 .002 .323 .079 .009 .105 .083 .243 .001 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B13 P .298 .409* .194 .108 .142 .352 .348 .194 .194 .447* .194 .559** 1 .244 .164 .164 .194 .086 -.024 .493**

S .123 .031 .323 .586 .472 .066 .070 .323 .323 .017 .323 .002 .210 .406 .406 .323 .663 .905 .008 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B14 P .149 .495** .604** .344 .316 .246 .431* .125 .258 .149 .258 .194 .244 1 .447* .294 .108 .258 .354 .580**


(62)

B15 P .219 .338 .397* .338 .647** .131 -.007 .554** .549** .073 .401* .338 .164 .447* 1 .401* .253 .127 .347 .633** S .262 .079 .036 .079 .000 .507 .973 .002 .002 .712 .034 .079 .406 .017 .034 .193 .521 .071 .000 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B16 P .219 .190 .240 .190 .497** .131 -.007 .240 .401* .219 .253 .486** .164 .294 .401* 1 .549** .296 .185 .561**

S .262 .333 .218 .333 .007 .507 .973 .218 .034 .262 .193 .009 .406 .128 .034 .002 .127 .346 .002 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B17 P .289 .167 .177 .313 .486** .372 .162 .486** .417* .144 .125 .313 .194 .108 .253 .549** 1 .500** .251 .589**

S .136 .397 .369 .105 .009 .051 .412 .009 .027 .464 .526 .105 .323 .586 .193 .002 .007 .198 .001 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B18 P .247 .167 .132 -.167 .211 .207 .377* .132 .167 -.082 .167 .333 .086 .258 .127 .296 .500** 1 .000 .377*

S .204 .397 .502 .397 .281 .291 .048 .502 .397 .676 .397 .083 .663 .185 .521 .127 .007 1.000 .048 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 B19 P .158 .548** .411* .388* .462* .272 .118 .242 .411* .158 .091 .228 -.024 .354 .347 .185 .251 .000 1 .523**

S .422 .003 .030 .041 .013 .162 .550 .215 .030 .422 .644 .243 .905 .065 .071 .346 .198 1.000 .004 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 Tot P .611** .701** .572** .491** .746** .522** .480** .572** .673** .528** .449* .603** .493** .580** .633** .561** .589** .377* .523** 1

S .001 .000 .001 .008 .000 .004 .010 .001 .000 .004 .017 .001 .008 .001 .000 .002 .001 .048 .004 N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(63)

Uji Reliabilitas Kuesioner

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 28 100.0 Excludeda 0 .0 Total 28 100.0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .881 19


(64)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B1 8.00 24.444 .544 .874

B2 7.93 23.995 .647 .870

B3 8.18 24.819 .506 .875

B4 7.93 25.106 .413 .879

B5 8.11 23.803 .699 .868

B6 7.96 24.925 .446 .877

B7 8.32 25.634 .420 .878

B8 8.18 24.819 .506 .875

B9 8.07 24.143 .615 .871

B10 8.00 24.889 .452 .877

B11 8.07 25.328 .367 .880

B12 7.93 24.513 .536 .874

B13 7.86 25.164 .417 .878

B14 8.14 24.720 .513 .875

B15 7.89 24.396 .570 .873

B16 7.89 24.766 .491 .876

B17 8.07 24.587 .521 .875

B18 8.25 25.898 .301 .882


(65)

Data Induk

Data Responden

Nama

Umur sekarang

Berat Badan

Tinggi

Badan BMI

Umur Pertama Menstruasi

(tahun)

Lama Perdarahan Menstruasi (hari)

Panjang Siklus Menstruasi

(hari)

Sindroma Pramenstruasi

A001 21 57 1.66 20.69 21 4 30 PMS

A002 20 60 1.60 23.44 13 7 28 PMS

A003 20 47 1.60 18.36 13 7 28 PMS

A004 22 60 1.65 22.04 14 5 28 Tidak PMS

A005 21 65 1.68 23.03 11 5 28 PMS

A006 20 48 1.58 19.23 11 5 35 PMS

A007 21 54 1.67 19.36 14 6 31 PMS

A008 21 65 1.60 25.39 13 5 30 Tidak PMS

A009 20 79 1.60 30.86 12 3 30 PMS

A010 21 42 1.58 16.82 14 5 30 Tidak PMS


(66)

A013 22 50 1.61 19.29 11 8 29 PMS

A014 24 53 1.59 20.96 13 7 28 PMS

A015 21 50 1.57 20.28 12 7 35 Tidak PMS

A016 20 48 1.58 19.23 12 7 28 PMS

A017 20 50 1.63 18.82 12 7 28 PMS

A018 25 55 1.64 20.45 13 5 21 PMS

A019 20 43 1.45 20.45 12 5 28 PMS

A020 20 50 1.57 20.28 12 7 28 PMS

A021 21 40 1.57 16.23 14 5 30 Tidak PMS

A022 23 60 1.63 22.58 12 4 30 Tidak PMS

A023 21 54 1.56 22.19 13 6 30 PMS

A024 19 48 1.58 19.23 13 7 31 Tidak PMS

A025 21 43 1.66 15.60 11 5 28 Tidak PMS

A026 20 50 1.63 18.82 11 7 28 PMS

A027 22 54 1.60 21.09 13 7 60 PMS

A028 21 43 1.54 18.13 14 5 28 Tidak PMS


(67)

A031 20 41 1.59 16.22 14 5 40 Tidak PMS

A032 21 44 1.56 18.08 12 7 29 Tidak PMS

A033 21 56 1.57 22.72 12 7 30 PMS

A034 21 65 1.60 25.39 12 6 30 PMS

A035 21 50 1.65 18.37 13 6 25 PMS

A036 21 54 1.60 21.09 13 5 33 PMS

A037 23 49 1.53 20.93 12 14 14 PMS

A038 22 56 1.60 21.88 11 7 28 PMS

A039 21 47 1.55 19.56 11 8 31 Tidak PMS

A040 20 52 1.64 19.33 12 5 31 PMS

A041 21 49 1.54 20.66 11 5 30 PMS

A042 21 52 1.56 21.37 13 7 40 Tidak PMS

A043 21 47 1.58 18.83 13 7 30 PMS

A044 20 51 1.60 19.92 12 7 27 Tidak PMS

A045 21 57 1.59 22.55 12 3 28 Tidak PMS

A046 21 64 1.56 26.30 13 7 30 PMS


(68)

A049 20 53 1.65 19.47 12 7 28 PMS

A050 26 39 1.50 17.33 14 3 28 PMS

A051 21 42 1.50 18.67 10 7 28 PMS

A052 21 61 1.59 24.13 13 6 28 PMS

A053 20 67 1.54 28.25 14 7 28 Tidak PMS

A054 21 37 1.50 16.44 14 5 28 PMS

A055 20 53 1.62 20.20 13 7 30 Tidak PMS

A056 22 49 1.63 18.44 12 7 29 PMS

A057 22 60 1.68 21.26 13 8 28 PMS

A058 22 50 1.67 17.93 12 7 28 PMS

A059 21 45 1.62 17.15 13 7 30 PMS

A060 21 42 1.52 18.18 12 7 28 Tidak PMS

A061 21 46 1.52 19.91 13 5 30 Tidak PMS

A062 21 69 1.62 26.29 14 3 37 PMS

A063 21 56 1.56 23.01 13 5 30 PMS

A064 20 48.5 1.65 17.81 15 5 30 Tidak PMS


(69)

A067 21 60 1.58 24.03 14 7 28 PMS

A068 21 40 1.54 16.87 12 6 30 PMS

A069 24 53 1.62 20.20 13 7 28 PMS

A070 21 45 1.52 19.48 11 6 28 PMS

A071 20 65 1.65 23.88 12 5 28 Tidak PMS

A072 20 47 1.57 19.07 13 7 28 Tidak PMS

A073 21 50 1.63 18.82 14 8 40 PMS

A074 22 43 1.56 17.67 13 5 30 Tidak PMS

A075 20 42 1.50 18.67 12 5 28 Tidak PMS

A076 23 40 1.52 17.31 12 5 33 Tidak PMS

A077 22 52 1.68 18.42 15 7 28 Tidak PMS

A078 22 43 1.56 17.67 12 8 28 PMS

A079 21 55 1.65 20.20 21 7 30 Tidak PMS


(70)

LAMPIRAN 8

HASIL ANALISA DATA SPSS

Frekuensi

Statistics

Umur responden

Umur haid pertama

Lama masa haid

Panjang siklus

haid

Berat Badan

Tinggi Badan

Index Massa Tubuh

N Valid 80 80 80 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 21.10 12.66 6.23 29.73 51.9063 1.5884 20.5528

Mode 21 12 7 28 50.00 1.60 18.82a

Range 7 11 11 46 60.00 .23 23.26

Minimum 19 10 3 14 37.00 1.45 15.60

Maximum 26 21 14 60 97.00 1.68 38.86 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


(71)

Tabulasi silang (crosstabulation)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent BMI kelompok *

Premenstrual sindrom

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

BMI kelompok * Premenstrual sindrom Crosstabulation

Premenstrual sindrom

Total Tidak

PMS PMS BMI

kelompok

bawah 18.5 Count 11 11 22

% within BMI kelompok

50.0% 50.0% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

37.9% 21.6% 27.5%

% of Total 13.8% 13.8% 27.5%

18.5-22.99 Count 15 29 44

% within BMI kelompok

34.1% 65.9% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

51.7% 56.9% 55.0%


(72)

23 dan ke atas

Count 3 11 14

% within BMI kelompok

21.4% 78.6% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

10.3% 21.6% 17.5%

% of Total 3.8% 13.8% 17.5%

Total Count 29 51 80

% within BMI kelompok

36.3% 63.8% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 36.3% 63.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.219a 2 .200

Likelihood Ratio 3.264 2 .196

Linear-by-Linear Association 3.158 1 .076

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.08.


(73)

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig. Interval by

Interval

Pearson's R .200 .107 1.802 .075c

Ordinal by Ordinal

Spearman Correlation

.200 .108 1.807 .075c

N of Valid Cases 80

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(1)

53

A048 20 97 1.58 38.86 14 6 32 PMS

A049 20 53 1.65 19.47 12 7 28 PMS

A050 26 39 1.50 17.33 14 3 28 PMS

A051 21 42 1.50 18.67 10 7 28 PMS

A052 21 61 1.59 24.13 13 6 28 PMS

A053 20 67 1.54 28.25 14 7 28 Tidak PMS

A054 21 37 1.50 16.44 14 5 28 PMS

A055 20 53 1.62 20.20 13 7 30 Tidak PMS

A056 22 49 1.63 18.44 12 7 29 PMS

A057 22 60 1.68 21.26 13 8 28 PMS

A058 22 50 1.67 17.93 12 7 28 PMS

A059 21 45 1.62 17.15 13 7 30 PMS

A060 21 42 1.52 18.18 12 7 28 Tidak PMS

A061 21 46 1.52 19.91 13 5 30 Tidak PMS

A062 21 69 1.62 26.29 14 3 37 PMS

A063 21 56 1.56 23.01 13 5 30 PMS

A064 20 48.5 1.65 17.81 15 5 30 Tidak PMS


(2)

54

A067 21 60 1.58 24.03 14 7 28 PMS

A068 21 40 1.54 16.87 12 6 30 PMS

A069 24 53 1.62 20.20 13 7 28 PMS

A070 21 45 1.52 19.48 11 6 28 PMS

A071 20 65 1.65 23.88 12 5 28 Tidak PMS

A072 20 47 1.57 19.07 13 7 28 Tidak PMS

A073 21 50 1.63 18.82 14 8 40 PMS

A074 22 43 1.56 17.67 13 5 30 Tidak PMS

A075 20 42 1.50 18.67 12 5 28 Tidak PMS

A076 23 40 1.52 17.31 12 5 33 Tidak PMS

A077 22 52 1.68 18.42 15 7 28 Tidak PMS

A078 22 43 1.56 17.67 12 8 28 PMS

A079 21 55 1.65 20.20 21 7 30 Tidak PMS


(3)

LAMPIRAN 8

HASIL ANALISA DATA SPSS

Frekuensi

Statistics

Umur responden

Umur haid pertama

Lama masa haid

Panjang siklus

haid

Berat Badan

Tinggi Badan

Index Massa Tubuh

N Valid 80 80 80 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 21.10 12.66 6.23 29.73 51.9063 1.5884 20.5528

Mode 21 12 7 28 50.00 1.60 18.82a

Range 7 11 11 46 60.00 .23 23.26

Minimum 19 10 3 14 37.00 1.45 15.60

Maximum 26 21 14 60 97.00 1.68 38.86 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


(4)

56 Tabulasi silang (crosstabulation)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BMI kelompok * Premenstrual sindrom

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

BMI kelompok * Premenstrual sindrom Crosstabulation Premenstrual

sindrom

Total Tidak

PMS PMS

BMI kelompok

bawah 18.5 Count 11 11 22

% within BMI kelompok

50.0% 50.0% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

37.9% 21.6% 27.5%

% of Total 13.8% 13.8% 27.5%

18.5-22.99 Count 15 29 44

% within BMI kelompok

34.1% 65.9% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

51.7% 56.9% 55.0%


(5)

57 23 dan ke

atas

Count 3 11 14

% within BMI kelompok

21.4% 78.6% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

10.3% 21.6% 17.5%

% of Total 3.8% 13.8% 17.5%

Total Count 29 51 80

% within BMI kelompok

36.3% 63.8% 100.0%

% within

Premenstrual sindrom

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 36.3% 63.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.219a 2 .200

Likelihood Ratio 3.264 2 .196

Linear-by-Linear Association 3.158 1 .076

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.08.


(6)

58 Symmetric Measures

Value

Asymp. Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R .200 .107 1.802 .075c

Ordinal by Ordinal

Spearman Correlation

.200 .108 1.807 .075c

N of Valid Cases 80

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


Dokumen yang terkait

Gambaran Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

1 57 59

Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Angkatan 2010, 2011 dan 2012

12 86 95

Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5 79 63

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk

1 53 70

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 33 57

Gambaran Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Pola Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Angkatan 2010, 2011 dan 2012

1 1 44

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Menstruasi 2.1.1. Pengertian Menstruasi - Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 16

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 11