Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata (Lebah Hutan) pada Empat Lokasi

PERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH
PEKERJA Apis dorsata (LEBAH HUTAN)
PADA EMPAT LOKASI

SKRIPSI
RIO BERTONI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

44

RINGKASAN
RIO BERTONI. D14096013. 2013. Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh
Lebah Pekerja Apis Dorsata (Lebah Hutan) Pada Empat Lokasi. Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
Pembimbing Anggota : Dr. Jakaria, S.Pt.,M.Si

Lebah Apis dorsata adalah jenis lebah lokal Indonesia dan umumnya
ditemukan di kawasan sekitar hutan, sehingga saat ini lebah A. dorsata belum dapat
dibudidayakan seperti lebah ternak A. cerana. Lebah A. dorsata merupakan lebah
penghasil madu yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan A.
florea dan A. cerana. Keterbatasan informasi mengenai lebah penghasil madu
khususnya A. dorsata menjadi dasar tujuan dari penelitian ini, yaitu membandingkan
ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata yang terdapat di Luwu Utara,
Tesso Nilo, Sumbawa, dan Danau Sentarum.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja
A. dorsata yang berasal dari ; Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan,
Taman Nasional Tesso Nilo Propinsi Riau, Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa
Tenggara Barat, dan Taman Nasional Danau Sentarum Propinsi Kalimantan Barat.
Lebah pekerja A. dorsata yang digunakan adalah 400 ekor, terdiri dari 100 ekor
lebah pekerja A. dorsata yang didapat bersamaan dengan waktu panen madu di
masing-masing wilayah. Pengukuran dilakukan terhadap delapan variabel
berdasarkan Ruttner et al. (1988), yaitu panjang proboscis (X1), panjang sayap depan
(X2), dan lebar sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur kaki belakang
(X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki belakang (X7), dan
lebar metatarsus kaki belakang (X8), data yang diperoleh dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif dan uji-t dua-sampel bebas untuk membandingkan

variabel yang diamati antara wilayah satu dan wilayah lainnya.
Perbedaan ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara,
Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum terdapat pada panjang proboscis (X1),
panjang sayap depan (X2), lebar sayap depan (X3) dan panjang femur kaki belakang
(X5). Ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata pada panjang tibia kaki
belakang (X6) antara wilayah Tesso Nilo dan Sumbawa tidak berbeda nyata,
perbedaan tidak nyata juga terdapat pada lebar abdomen (X4) antara wilayah Luwu
Utara dan Tesso Nilo.
Ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata pada panjang metatarsus kaki
belakang (X7) tidak berbeda nyata antara wilayah Luwu Utara dan Tesso Nilo, Luwu
Utara dan Sumbawa, Luwu Utara dan Danau Sentarum, serta Tesso Nilo dan
Sumbawa. Ukuran lebar metatarsus kaki belakang (X8) lebah pekerja A. dorsata
antara wilayah Luwu Utara dan Danau Sentarum, serta wilayah Sumbawa dan Danau
Sentarum tidak berbeda nyata.
Kata-kata kunci: Apis dorsata, ukuran-ukuran tubuh.

44

ABSTRACT
Comparison In The Size Of Body Parts Of Worker Bees Apis Dorsata

(Forest Bees), in Four Location
Bertoni, R., C. Sumantri and Jakaria
Apis dorsata bee is Indonesia local bee, and generaly can be found in the forest. Until
now A. dorsata bee has not been cultured like A. mellifera dan A. cerana. A.
dorsata, a honey producing bee, has larger body size than A. florea and A. cerana.
Limited information about the producing honey bee, especially A. dorsata, in this
study it is to be compare the body sizes of A. dorsata worker bees. The data used in
this study the results of measuring were the size of body parts of A. dorsata worker
bees, those from; North Luwu, Tesso Nilo National Park, Sumbawa, and The Lake
Sentarum National Park. The number of worker bees A. dorsata used in this study
were 400 samples (100 samples from each location). The eight body variables based
on Ruttner et al. (1988), which the length of proboscis (X1), the length of the front
wing (X2), the width of the front wing (X3), the width of abdomen (X4), the length of
hind leg femur (X5), the length of hind leg tibia (X6), the length of hind leg
metatarsus (X7), and the width of hind leg metatarsus (X8), and those eight variables
by descriptive statistical analysis and independent 2-sample t-test. Some differences
in size of the body parts of worker bees A. dorsata among those from North Luwu,
Tesso Nilo, Sumbawa and The Lake Sentarum are seen in the length of proboscis
(X1), the length of the front wing (X2), the width of the front wing (X3) and the
length of hind leg femur (X5).

Keywords: Apis dorsata, size of body parts.

44

PERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH
PEKERJA Apis dorsata (LEBAH HUTAN)
PADA EMPAT LOKASI

RIO BERTONI
D14096013

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

44

Judul

: Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis
dorsata (Lebah Hutan) pada Empat Lokasi

Nama

: Rio Bertoni

NIM

: D14096013

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota,


(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr, Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004

(Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si)
NIP. 19660105 199303 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemenn
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr, Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 22 Pebruari 2013

Tanggal Lulus:

44


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1978 di Bandar Lampung, Lampung.
Penulis adalah anak keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak (Alm.) Zubaidi
dan Ibu Sundarsih. Penulis telah menikah dengan Kiyomi Takeuchi dan memiliki
anak bernama Nagomi Amalia Putri Takeuchi. Penulis mengawali pendidikan dasar
di SDN 1 Segala Mider Bandar Lampung pada tahun 1984 dan diselesaikan pada
tahun 1990. Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 1990 dan
diselesaikan pada tahun 1993 di SMPN 1 Kedaton Bandar Lampung, dan pendidikan
lanjutan menengah atas dimulai pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1996
di SMAN 12 Bandar Lampung.
Penulis diterima di POLITEKNIK Pertanian Universitas Lampung pada
tahun 1996 sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, dan lulus
pada tahun 2000. Tahun 2009 Penulis melanjutkan studi pada program Alih Jenis
Peternakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.
Untuk memperoleh gelar sarjana Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul
Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata (Lebah
Hutan) Pada Empat Lokasi.

44


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas
segala rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabat sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Skripsi dengan
judul Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata
(Lebah Hutan) Pada Empat Lokasi merupakan tugas akhir penelitian sebagai syarat
kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor.
Lebah hutan (A. dorsata) merupakan salah satu lebah penghasil madu alam,
lebah A. dorsata pada umumnya dapat dijumpai di hutan alam, hutan industri,
perkebunan skala besar, perkebunan rakyat, dan juga perkampungan di beberapa
wilayah yang memiliki kondisi alam cukup baik. Ketersedian pakan yang berasal
dari tanaman menjadi daya dukung keberlangsungan A. dorsata, serta dapat menjadi
indikator kelestarian hutan dan perubahan iklim. Kurangnya informasi mengenai
lebah A. dorsata menjadi bagian penting dalam upaya pemanfaatan dan pelestarian

lebah A. Dorsata. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan ukuranukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata. Perbedaan ukuran-ukuran bagian
tubuh lebah pekerja A. dorsata dapat ditentukan berdasarkan statistik deskriptif, dan
uji-t 2-contoh bebas.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan memberikan
kontribusi bagi dunia peternakan, serta masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan
dan pelestarian hutan. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Maret 2013
Penulis

44

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR SAMPUL DALAM ...............................................................

i

RINGKASAN .........................................................................................


ii

ABSTRACT............................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ............................................................................


vii

DAFTAR ISI...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL...................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................

xii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Apis dorsata ................................................................................
Klasifikasi Apis dorsata ..............................................................
Sarang Apis dorsata ....................................................................
Lebah Ratu (queen) .........................................................
Lebah Jantan (drone) .......................................................
Lebah Pekerja (worker-bees) ..........................................
Tingkah Laku Berpindah Tempat ...............................................
Anatomi Lebah Madu .................................................................
Proboscis ........................................................................
Sayap Depan..................................................................
Perut (Abdomen)…… .....................................................
Kaki…. ............................................................................

3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
8

MATERI DAN METODE ......................................................................

9

Lokasi dan Waktu .......................................................................
Materi ........................................................................................
Prosedur ......................................................................................
Pengumpulan Sampel ......................................................
Persiapan Preparat ...........................................................
Preparat Proboscis ..........................................................
Preparat Sayap Depan .....................................................
Preparat Perut (Abdomen) ...............................................
Preparat Kaki Belakang...................................................

9
9
9
9
10
11
11
12
13
44

Pengukuran Variabel .......................................................
Rancangan dan Analisis Data .....................................................
Statistik Deskriptif ..........................................................
Uji t..................................................................................

13
16
17
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

19

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...............................................
Luwu Utara......................................................................
Tesso Nilo .......................................................................
Sumbawa .........................................................................
Danau Sentarum ..............................................................
Diskripsi Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata di Empat
Daerah Pengamatan ....................................................................
Proboscis ....................................................................................
Sayap Depan ...............................................................................
Perut (Abdomen) .........................................................................
Kaki Belakang.............................................................................

19
19
20
20
21
23

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

35

Kesimpulan .................................................................................
Saran .........................................................................................

35
35

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

37

LAMPIRAN .........................................................................................

40

26
28
30
32

44

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Data Cuaca Empat Wilayah Pengamatan…………………………

23

2. Deskriptif Ukuran-Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata
di Empat Daerah Pengamatan (mm)………………………….....

24

3. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja
A. dorsata di Empat Lokasi Pengamatan …………………………

25

4. Kalender Musim Panen Madu Hutan di Luwu Utara, Sumbawa,
Tesso Nilo, dan Danau Sentarum …………………………………

26

5. Hasil Statistik Uji-t Panjang Proboscis (X1) Lebah Perkerja
A. dorsata …………………………………………………………

26

6. Statistik Uji-t Panjang Sayap Depan (X2) Lebah Perkerja
A. dorsata ………………………………………………………....

28

7. Hasil Statistik Uji-t Lebar Sayap Depan (X3) Lebah Perkerja
A. dorsata …………………………………………………………

29

8. Hasil Statistik Uji-t Lebar Abdomen (X4) Lebah Perkerja
A. dorsata …………………………………………………………

31

9. Hasil Statistik Uji-t Panjang Femur (X5) Lebah Perkerja
A. dorsata ………………………….............................................

32

10. Hasil Statistik Uji-t Panjang Tibia (X6) Lebah Perkerja
A. dorsata………………………………………………………….

33

11. Hasil Statistik Uji-t Panjang Metatarsus (X7) Lebah Perkerja
A. dorsata………………………………………………………….

34

12. Hasil Statistik Uji-t Lebar Metatarsus (X8) Lebah Perkerja
A. dorsata………………………………………………………….

34

44

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Ukuran Tiga Spesies Lebah Madu Pekerja di Wilayah Asia……….

1

2. Sarang Lebah A. dorsata…………………………………………....

5

3. Anatomi Lebah Pekerja…………………………………………....

7

4. Lebah Pekerja A. dorsata yang Telah Terkumpul dari Empat
Wilayah……………………………………………………………..

10

5. Proses Pembuatan Preparat Bagian Tubuh Lebah Pekerja A.
Dorsata…………………………………………………………………….

11

6. Preparat proboscis Lebah Pekerja A. dorsata………………………

11

7. Preparat Preparat Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata…………

12

8. Preparat Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata……………………….

12

9. Preparat Kaki Belakang Lebah Pekerja A. dorsata...........................

13

10. Skema Panjang Proboscis Lebah Pekerja A. dorsata………………

14

11. Skema Panjang dan Lebar Sayap Depan Lebah Pekerja A.
dorsata…………………………………………………………….....
12. Skema Lebar Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata………………….
13. Skema Panjang Femur, Tibia dan Metatarsus Kaki Belakang
Lebah Pekerja A. Dorsata…………………………………………..

14
15

14. Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. Dorsata ……

15
16

15. Lokasi Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawsi Selatan………….

19

16. Lokasi Taman Nasional Tesso Nilo di Propinsi Riau………………

20

17. Lokasi Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat..........

21

18. Lokasi Taman Nasional Danau Sentarum di Propinsi Kalimantan
Barat...............................................................................................

22

19. Kayu Tahun (Carallia bracteata) Tanaman yang Menjadi Sumber
Nektar Lebah A. dorsata di Danau Sentarum.................................

28

20. Tikung (Kayu yang Menempel pada Pohon Sebagai Sarang Lebah
A. dorsata)…………………………………………………………...

30

21. Kondisi Danau Sentarum Saat Musim Hujan dan Musim
Kemarau……………………………………………………………..

32

44

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Luwu Utara dan Tesso Nilo ….………………………..

41

2. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Luwu Utara dan Sumbawa……………………………..

41

3. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Luwu Utara dan Danau Sentarum……………………..

42

4. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Tesso Nilo dan Sumbawa………………………………

42

5. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Tesso Nilo dan Danau Sentarum……………………..

43

6. Hasil Statistik Uji-t 2 Bampel Bebas pada Lebah Perkerja A.
dorsata Sumbawa dan Danau Sentarum………………………..

43

7. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah A.
dorsata……………………………………………………...........

44

44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lebah sebagai penghasil madu telah terdokumentasi sejak jaman Mesir kuno
untuk kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan madu saat ini semakin luas baik dalam
skala rumah tangga, skala industri dan farmasi. Apis dorsata merupakan lebah hutan
penghasil madu yang banyak ditemukan di kawasan sub-tropis dan tropis Asia,
seperti Indonesia, Filipina, India, Nepal, Kamboja dan Vietnam (Hadisoesilo dan
Kuntadi, 2007).
Apis dorsata di Indonesia pada umumnya berkembang

dihutan lindung

seperti di kawasan Taman Nasional, hutan tanaman industri, perkebunan rakyat, dan
hutan di pesisir pantai (hutan bakau), terutama di diwilayah Kalimantan, Sulawesi,
Sumatera, Jawa, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Potensi ketersedian madu dari
spesies lebah A. dorsata di Indonesia sangat besar, karena Indonesia memiliki
wilayah daratan dan hutan yang masih cukup baik.
Produk yang dihasilkan oleh A. dorsata sangat membantu perekonomian
masyarakat sekitar hutan, terutama dari madu dan lilin yang dihasilkan. Keberadaan
lebah A. dorsata yang membantu dalam penyerbukan tumbuhan memberikan
dampak positif terhadap kelestarian hutan di Indonesia, karena A. dorsata pada
masing-masing daerah tersebut telah membentuk sub-populasi tersendiri yang
berbeda satu sama lain. Hal itu terjadi sebagai akibat dari proses adaptasi A. dorsata
terhadap lingkungan tempat hidupnya.
Ketersediaan sumber pakan pada masing-masing sub-populasi berpengaruh
terhadap performa ukuran bagian-bagian tubuh lebah A. dorsata. Kondisi
ketergantungan A. dorsata terhadap alam yang begitu tinggi dapat menjadi kontrol
dalam melihat perubahan kondisi alam dari tahun ketahun, melalui hasil produksi
madu di masing-masing wilayah. Kemampuan produksi madu yang dihasilkan lebah
A. dorsata lebih besar bila dibandingkan lebah ternak seperti A. cerana terlihat dari
ukuran lebah, ukuran sarang dan kemampuan produksi madu yang dihasilkan.
Kerusakan lingkungan dan eksploitasi hutan yang berlebih menjadi
permasalahan dan ancaman kelestarian lebah A. dorsata. Seiring dengan kondisi
kerusakan lingkungan lebah A. dorsata sebagai penghasil madu alami menjadi
pontesi yang sangat menjanjikan untuk dibudidayakan secara intensif seperti lebah A.

44

mellifera dan A. cerana, terutama di kalangan masyarakat sekitar hutan dalam
partisipasi menjaga kondisi lingkungan khusus hutan sebagai habitat lebah A. dorsata
tetap terjaga dengan baik.
Upaya pemanfaatan dan pelestarian potensi lebah hutan saat ini terus
dikembangkan oleh semua pihak, mulai dari proses pemanenan, pasca panen, serta
menjaga keseimbangan ketersediaan pakan dengan cara menanam tumbuhan sumber
pakan nektar dan serbuk sari A. dorsata. Keterlibatan masyarakat sekitar hutan
melalui kearifan lokalnya, institusi pemerintah, akademisi, peneliti, serta pemerhati
diharapkan mampu membantu dalam pengembangan potensi lebah hutan secara
lestari dan berkelanjutan. Kurangnya informasi mengenai ukuran-ukuran bagian
tubuh lebah pekerja A. dorsata menjadi dasar upaya pemanfaatan dan pelestarian
lebah A. dorsata di beberapa wilayah di Indonesia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari variabel pembeda ukuran-ukuran
linear permukaan tubuh lebah pekerja A. dorsata daerah Luwu Utara, Sulawesi
Selatan; Taman Nasional Tesso Nilo, Riau; Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan
Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini merupakan
informasi awal bagi semua pihak mengenai perbedaan ukuran linear permukaan
tubuh lebah A. dorsata terhadap kemampuan produksi, serta kondisi lingkungan
yang masih baik sebagai tempat berkembangnya lebah A. dorsata.

44

TINJAUAN PUSTAKA
Apis dorsata
Apis dorsata merupakan spesies lebah penghasil madu yang berkembang
hanya di kawasan sub tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Philipina,
Vietnam, India dan beberapa negara dan pulau lainnya, tetapi tidak dapat ditemukan
di luar Asia (Sihombing, 1997). Menurut Morse (1978), spesies A. dorsata untuk di
wilayah Cina tidak dapat ditemukan, begitu pula di Jepang yang hanya memiliki
spesies A. cerana sebagai lebah penghasil madu.
Kemampuan terbang A. dorsata di wilayah Sumatera dan Jawa berkisar 900
hingga 1.200 meter (Morse, 1978). Lebah A. dorsata memiliki ukuran yang lebih
besar dibandingkan spesies lebah penghasil madu lainnya seperti A. florea dan A.
cerana

(Seeley, 1985).

Ukuran spesies lebah madu pekerja di wilayah Asia

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ukuran Tiga Spesies Lebah Madu Pekerja di Wilayah Asia
Sumber : Seeley (1985)

Lebah A. dorsata membangun koloni di wilayah yang memiliki ketersediaan
pakan cukup, terutama di wilayah hutan dan perkebunan sekitar hutan. Hingga saat
ini A. dorsata belum dapat di budidayakan secara intensif, apalagi di pelihara pada

44

stup (kotak sarang yang dibuat oleh manusia) karena ukuran sarang lebah A dorsata
yang lebih besar dan terdiri atas satu sisiran berbeda dengan lebah budidaya A.
cerana. Keganasan A. dorsata yang memiliki sengat untuk menyemburkan racun
lebah, serta mengeluarkan feromon (isofenil asetat dan desenil asetat) untuk
mengundang lebah pekerja lain menyerang musuh yang mengganggu keberadaan
sarang (Sihombing, 1997).
Klasifikasi Apis dorsata
Julmansyah (2010) melaporkan bahwa lebah hutan diklasifikasikan ke dalam
phylum Arthopoda, subphyllum Mandibulata, kelas Insecta, subkelas Pterygota, ordo
Hymenoptera, sub-ordo Clistogastra, sub-famili Apoidae, famili Apidea, genus
Apis

dan species Apis dorsata.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud

dengan lebah hutan adalah spesies A. dorsata.
Menurut Julmansyah (2010), lebah hutan di beberapa daerah di Indonesia
memiliki nama lokal, seperti tawon gung dan odeng di daerah Jawa, lebah sialang di
Palembang dan Riau, labah gadang di Sumatera Barat, manye/muanyi di danau
Sentarum Kalimatan Barat, harinuan di Tapanuli, wanyi di Meratus Kalimantan
Selatan, soema di Ueesi Sulawesi Tenggara, wani di Palopo Sulawesi Selatan;
sedangkan di Inggris giant honey bee karena berukuran tubuh besar.
Faktor lingkungan (biotik dan abiotik) secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi aktivitas hidup lebah A. dorsata, terutama untuk ketersediaan pakan
di alam dan perkembangan populasi (Widhiono, 1983). Suhardjono et al. (1986)
melaporkan bahwa A. dorsata sebagai penyerbuk bunga berperanan lebih penting
dibandingkan lebah lain, terutama untuk jenis tumbuhan yang tidak mampu
melakukan penyerbukan sendiri.
Sarang Apis dorasta
Sarang A. dorsata pada umunya menggantung pada dahan pohon berjarak
sekitar 20 m di atas permukaan tanah, Satu pohon dapat dihuni paling sedikit 10
koloni (Hadisoesilo dan Kuntadi, 2007). Menurut Purwanto (1999), panjang sarang
lebah A. dorsata berkisar 1,5 m menempel pada cabang-cabang pohon mulai dari
ketinggian 3 hingga 20 meter. Sarang A. dorsata terdiri dari satu sisiran yang
menggantung di cabang pohon dan tebing batu-batuan. Selain terdapat satu sarang

44

pada setiap pohon, beberapa wilayah sarang A. dorsata dapat mencapai 100 sarang
dalam satu pohon (Sihombing, 1997).

Sarang lebah A. dorsata disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2. Sarang Lebah A. dorsata
Lebah A. dorsata dalam satu koloni memiliki pembagian tugas sesuai dengan
jenis kelamin dan fungsinya, yang terdiri dari satu lebah ratu (queen), ratusan lebah
jantan (drones), dan ribuan lebah pekerja (worker-bees) yang hidup berdampingan
dalam satu koloni (Sihombing, 1997).
Lebah Ratu (Queen)
Lebah ratu adalah lebah betina berukuran dua kali lebih besar dan berbobot
2,8 kali lebah pekerja, yang bekerja sebagai penghasil telur hingga 2.000 butir per
hari untuk menghasilkan lebah pekerja (Sihombing, 1997). Menurut Oldroyd dan
Wongsiri (2006), telur lebah yang akan menggantikan lebah ratu di seleksi oleh lebah
pekerja, dengan memperhatikan ukuran dan tekstur mulai dari telur, larva, hingga
pupa. Telur yang memiliki potensi menjadi lebah ratu akan menggantikan ratu yang
lama, sedangkan lebah ratu yang masih hidup akan bermigrasi untuk membangun
koloni baru (Singh, 1962).
Lebah Jantan (Drone)
Lebah jantan berfungsi selama hidupnya mengawini lebah ratu, mata dan
sayap lebah jantan lebih besar dari lebah ratu dan lebah pekerja. Kaki belakang lebah
jantan tidak mempunyai keranjang polen, kelenjar malam dan tidak memiliki sengat.

44

Lebah

jantan

memiliki

proboscis

namun

tidak

cocok

digunakan

dalam

mengumpulkan nektar sebagai pakan seperti lebah pekerja. Lebah jantan memiliki
suara lebih keras bila dibandingkan lebah ratu atau lebah pekerja, dan musim
paceklik bunga lebah jantan mengalami tingkat kematian yang sangat tinggi, karena
pakan yang tersedia lebih diutamakan untuk lebah pekerja dan anak lebah yang
masih berbentuk larva (Sihombing, 1997).
Lebah Pekerja (Worker-bees)
Lebah pekerja adalah betina dengan organ reproduksi yang tidak berfungsi
sempurna, tetapi memiliki organ–organ fungsional dalam

melakukan tugas

khususnya dalam menyediakan pakan bagi lebah ratu dan jantan.

Lidah lebah

pekerja relatif panjang sehingga mampu menghisap nektar dari bunga, serta memiliki
kantong khusus tempat membawa air dan nektar (Sihombing, 1997).
Lebah pekerja mempunyai organ-organ yang baik untuk melakukan banyak
pekerjaan di dalam atau di uar koloni, beberapa bagian tubuh lebah pekerja yang
berfungsi untuk pekerjaan tersebut lidah yang relatif panjang berfungsi untuk
mencari nektar sebagai sumber pakan lebah jantan dan lebah ratu serta cadangan
makanan di saat musim paceklik bunga, memiliki abdomen yang berfungsi untuk
menyimpan nektar untuk di bawa ke sarang, kaki belakang yang memiliki kantung
untuk membawa serbuk sari atau polen, memiliki sengat yang berkembang dengan
sempurna untuk melindungi sarang dari serangan musuh, bagian kepala terdapat
kelenjar penghasil royal jelly (makanan khusus lebah ratu dan larva), kelenjar ludah
pada bagian dada untuk mematangkan madu di dalam sarang, empat pasang kelenjar
dalam abdomen untuk menghasilkan malam atau lilin (Oldroyd dan Wongsiri, 2006).
Tingkah Laku Berpindah Tempat
Koloni lebah mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan sarang baik
temporer maupun permanen, sifat berpindah dibedakan atas tiga jenis yaitu manjae
(swarming), migrasi (migration) dan melarikan diri (abscond). Manjae merupakan
cara lebah memperbanyak koloni secara alami. Perpindahan ini terjadi saat koloni
sudah penuh sehingga ratu tidak dapat menempatkan telur. Migrasi merupakan cara
koloni lebah madu berpindah ke lokasi lain pada saat musim bunga untuk
membangun koloni baru. Migrasi merupakan sifat yang banyak ditemukan pada A.

44

dorsata dan diduga bersifat mewaris. Melarikan diri (abscond) merupakan tingkah
laku lebah meninggalkan sarang secara total. Hal itu terjadi karena wilayah di
sekitar sarang kekurangan air, bersuhu terlalu tinggi dan serangan penyakit yang
terus-menerus (Sihombing, 1997).
Anatomi Lebah Madu
Ukuran dan bentuk merupakan dasar dalam penentuan variabel pembeda
bagian-bagian tubuh pada lebah A. koschevnikovi (Raffiudin, 2005). Bentuk dan
ukuran seekor hewan akan mempengaruhi secara langsung bagaimana hewan
tersebut berinteraksi dengan lingkungan (Campbell et al., 2004).

Lebah madu

memiliki struktur yang terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala yang meliputi
mata, antena, dan mulut; bagian dada (thorax) terdiri dari tiga pasang kaki dan dua
pasang sayap; bagian perut (abdomen) mempunyai 10 segmen pada bagian perut,
dan terdapat sengat (sting) berfungsi untuk menyemburkan racun lebah (apitoxin)
bila sarang lebah mengalami gangguan (Sihombing, 1997). Anatomi lebah pekerja
disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Anatomi lebah pekerja
Sumber : Google (2013)

Proboscis
Proboscis yang terletak pada bagian mulut lebah digunakan sebagai alat
penghisap cairan, seperti nektar, air, dan madu. Proboscis juga memiliki struktur
komplek yang berbentuk suatu pembuluh yang berfungsi untuk menghisap cairan
dapat digulung di belakang dasar kepala (Sihombing, 1997).

44

Sayap Depan
Sayap depan pada lebah madu mampu beradaptasi dibandingkan insekta
lainnya, yang berfungsi untuk melangsungkan gerakan-gerakan manuver, terbang
cepat dan membawa beban berat. Sayap depan terdapat satu lipatan yang sesuai
dengan satu kait sayap belakang sehingga pada saat terbang sayap depan dan
belakang bersatu. Seekor lebah pekerja mampu membawa terbang lebah jantan yang
memiliki bobot lebih berat dari lebah pekerja itu sendiri (Sihombing, 1997). Frost
(1959) menyatakan lebah madu memiliki membran sayap modifikasi yang dapat
berkembang menjadi tekstur yang bervariasi.
Perut (Abdomen)
Lebah ratu dan lebah pekerja merupakan lebah betina yang memiliki enam
segmen yang dapat terlihat dengan jelas, sedangkan tiga segmen lainnya mengalami
degenerasi dan perubahan bentuk sehingga tidak dapat dibedakan. Lebah jantan
memiliki tujuh segmen yang dapat terlihat jelas. Setiap segmen terdiri dari dua
lembaran atas yang disebut ternum dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan
lembaran bawah yang disebut sternum. Setiap pemanjangan sternum menutupi dua
ruangan bentuk oval yang didalamnya terdapat kelenjar-kelenjar malam (wax
glands). Bagian atas sternum segmen terakhir ditutupi ujung segmen sebelumnya
yang terdapat kelenjar bau (scent gland), kelenjar bau ini mensekresikan senyawa
kimia seperti asam geraniol, sital, nerolat, geranik dan senyawa lain yang masih
dapat di identifikasi (Sihombing, 1997).
Kaki
Lebah madu memiliki tiga pasang kaki, yaitu kaki depan, tengah dan
belakang. Masing-masing kaki terdiri dari enam bagian atau segmen yang setiap
antara segmen dihubungkan oleh penghubung flexible. Segmen pertama menempel
pada dada yakni coxae, diikuti berturut-turut oleh trochanter, femur, tibia, tarsus
dan pretarsus (Sihombing, 1997). Winston (1987) menyatakan bahwa femur, tibia
dan metatarsus merupakan bagian struktur dari kaki belakang lebah madu pekerja
yang dimodifikasi untuk membersihkan diri dan membawa pollen kembali ke sarang.

44

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Pengambilan sampel dilakukan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan; Taman
Nasional Tesso Nilo, Riau; Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan Taman Nasional
Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Pengukuran ukuran-ukuran bagian tubuh lebah
pekerja A.dorsata dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012
sampai Oktober 2012, sedangkan pengolahan data dilakukan pada bulan November
2012.
Materi
Pengumpulan sampel A. dorsata pekerja berasal dari empat wilayah yang
berbeda yaitu: Kabupaten Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Taman Nasional Tesso
Nilo (Riau), Kabupaten Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Taman Nasional Danau
Sentarum (Kalimantan Barat) sebanyak 400 ekor (masing-masing daerah
pengamatan 100 ekor). Pengambilan sampel dibantu oleh pemanen madu hutan yang
berasal dari masyarakat di sekitar lokasi pengamatan.
Alat yang digunakan meliputi jangka sorong digital, pinset, gunting, gliserin,
sonde, gelas objek, gelas penutup, jarum pentul, isolasi, tisu, alat tulis, botol tempat
sampel dan kamera digital. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak statistika
MINITAB® Release 14.12.0.
Prosedur
Pengumpulan Sampel
Sampel dikumpulkan pada saat proses pemanenan berlangsung. Proses
pemanenan dilakukan dengan cara pengasapan untuk mengusir sementara A. dorsata
dari sarangnya.

Asap dihasilkan dari rangkaian ranting kering yang disulut api

sehingga membentuk obor. Pemanen membawa obor dan memanjat pohon tempat
ditemukan sarang. Asap yang dihasilkan ditujukan ke arah sarang yang dilakukan
sesuai dengan tiupan angin.
Madu dipanen dengan terlebih dulu memotong sarang yang telah ditinggal
lebah A. dorsata untuk dimasukkan ke ember bervolume 25 l. Lebah pekerja A.

44

dorsata yang mati karena asap dan terendam cairan madu dalam ember, dipisahkan
dan dipilih yang masih utuh sebanyak 100 lebah.

Sampel dari setiap lokasi

dimasukkan ke botol yang telah diisi dengan alkohol 70%. Botol yang telah berisi
sampel A. dorsata dibawa ke laboratorium untuk diukur. Lebah pekerja A. dorsata
yang telah terkumpul dari masing masing wilayah disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Lebah Pekerja A. dorsata yang Telah Terkumpul dari Empat Wilayah
Persiapan Preparat
Metode pengukuran variabel linear permukaan tubuh A. dorsata pekerja
dilakukan berdasarkan Raffiudin et al. (2005) dan Mandasari, (2011) yang dibuat
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Ruttner (1988). Pembuatan preparat
dilakukan sebelum pengukuran.
Sampel lebah A. dorsata dari masing- masing wilayah dipisahkan, setelah itu
dilakukan pelepasan bagian-bagian tubuh dan diletakkan pada setiap gelas obyek
dengan menggunakan alat bantu pinset dan gunting. Bagian proboscis, sayap depan,
abdomen dan kaki belakang yang telah di masukkan dalam gliserin kemudian
diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Untuk memudahkan
dalam pengukuran setiap bagian gelas penutup di rekatkan dengan menggunakan
isolasi. Proses pembuatan preparat bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata disajikan
pada Gambar 5.

44

Gambar 5. Proses Pembuatan Preparat Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata
Preparat Proboscis
Proboscis di ambil dengan menggunakan alat bantu pinset dari bagian mulut
lebah A. dorsata. Proboscis yang telah terpisah satu-persatu dicelupkan ke dalam
gliserin kemudian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup.
Bagian tepi gelas penutup direkat dengan menggunakan selotip. Masing-masing
gelas objek terdiri atas enam proboscis dari enam sampel (Raffiudin et al., 2005).
Preparat probosci s disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Preparat Proboscis Lebah Pekerja A. dorsata
Preparat Sayap Depan
Sayap depan diambil dari pangkal bagian thorax dengan menggunakan
pinset. Sayap diletakkan pada gelas objek kemudian ditutup menggunakan gelas

44

penutup, bagian tepi gelas penutup direkat dengan menggunakan selotip (Raffiudin et
al., 2005). Preparat sayap depan lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Preparat Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata
Preparat Perut (Abdomen)
Pembuatan preparat abdomen digunakan untuk mengukur lebar abdomen
lebah pekerja A. dorsata, dengan cara memisahkan bagian abdomen dan thorax
dengan menggunakan pinset. Abdomen yang telah tepisah ditusuk menggunakan
jarum kemudian dimasukkan ke cawan yang berisi gliserin dan diletakkan pada gelas
objek (Mandasari, 2011). Preparat abdomen lebah pekerja A. dorsata disajikan pada
Gambar 8.

Gambar 8. Preparat Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata
44

Preparat Kaki Belakang
Kaki belakang dicelupkan ke dalam gliserin kemudian diletakkan di gelas
objek dan ditutup dengan gelas penutup. Bagian tepi gelas penutup direkatkan
dengan menggunakan selotip. Masing-masing gelas objek terdiri atas enam kaki
belakang dari enam sampel (Raffiudin et al., 2005). Preparat kaki belakang A.
dorsata disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Preparat Kaki Belakang Lebah Pekerja A. dorsata
Pengukuran Variabel
Pengukuran dilakukan setelah preparat masing-masing bagian tubuh lebah A.
dorsata setiap wilayah telah siap sesuai dengan jumlah yang akan digunakan yaitu
100 sampel. Variabel yang akan diukur meliputi panjang proboscis (X1), panjang
sayap depan (X2), dan lebar sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur
kaki belakang (X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki
belakang (X7), lebar metatarsus kaki belakang (X8). Uraian berikut ini menyajikan
metode dan gambar pengukuran variabel ukuran-ukuran linear permukaan tubuh A.
dorsata yang akan dilakukan.
Panjang Proboscis (X1). Panjang proboscis lebah pekerja A. dorsata yang
digunakan untuk menghisap nektar sebagai sumber pakan lebah. Bagian ini dapat
ditemukan pada bagian mulut lebah A. dorsata. Illustrasi panjang proboscis yang
akan diukur disajikan pada Gambar 10.

44

Gambar 10. Skema Panjang Proboscis Lebah Pekerja A. dorsata
Sumber : Ruttner et al. (1988)

Pengukuran panjang sayap depan (X2) dan lebar sayap depan (X3) lebah
pekerja A. dorsata seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Skema Panjang dan lebar Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata
Sumber : Ruttner et al. (1988)

44

Perut (abdomen) merupakan tempat menyimpan nektar yang disebut kantung
madu diukur melebar dari abdomen sebelah kiri ke sebelah kanan. Skema
pengukuran lebar abdomen lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Skema Lebar Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata
Sumber : Ruttner et al. (1988)

Gambar 13. Skema Panjang Femur, Tibia, Metatarsus dan Lebar Metatarsus Kaki
Belakang Lebah Pekerja A. dorsata
Sumber : Ruttner et al. (1988)

44

Pengukuran keempat variabel tersebut akan dilakukan berdasarkan bagianbagian yang terdapat pada kaki belakang lebah pekerja A. dorsata yaitu panjang
femur kaki belakang (X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki
belakang (X7), lebar metatarsus kaki belakang (X8).Kaki belakang berfungsi sebagai
kantong pollen yang didapat dari serbuk sari tanaman saat lebah menghisap nektar,
yang menempel pada bulu kaki belakang lebah. Gambar 13 menyajikan illustrasi
skema kaki belakang A.dorsata pekerja yang akan diukur.
Pengukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata dalam penelitian
ini menggunakan jangka sorong digital dalam satuan milimeter (mm), untuk
mendapatkan nilai pengukuran yang cukup baik dua angka di belakang koma
dimasukkan, dan setiap pengukuran dilakukan penetralan (kalibrasi) jangka sorong
digital dalam kondisi normal (angka kosong).

Pengukuran bagian tubuh lebah

pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata
Rancangan dan Analisis Data
Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang
berguna, data deskriptif yang akan didapat adalah rataan, simpangan baku dan
koefisien keragaman (Walpole, 1993). Ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata
selanjutnya diuji dengan menggunakan uji-t 2-sampel bebas (independent 2-sample t-

44

test) untuk membandingkan variabel antara wilayah satu yang diamati dengan
wilayah lainnya memiliki kesamaan atau perbedaan.
Statistik Deskriptif
Menurut Walpole (1993) statistik deskriptif merupakan metode-metode yang
berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna. Metode yang digunakan adalah rataan,
simpangan baku dan koefisien keragaman dengan rumus sebagai berikut:
Rumus rataan :

=
Keterangan :
= rataan data contoh
= data contoh
N = banyak data contoh
Rumus simpangan baku :

SB =

-

Keterangan :
SB = simpangan Baku
X1 = data contoh
= rataan data contoh
n = banyaknya data contoh
Rumus koefisien keragaman:
KK =

x 100%

Keterangan:
KK = koefisien keragaman
SB = simpangan baku
= rataan data contoh

44

Uji t
Ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata dari keempat wilayah
pengamatan selanjutnya diuji dengan menggunaka uji t dengan menggunakan rumus
Walpole (1993).

Keterangan :
t

= uji banding variabel yang diamati pada lebah pekerja A. dorsata wilayah ke
satu dengan lebah pekerja A. dorsata wilayah ke dua
= rataan variabel yang diamati pada lebah pekerja A. dorsata wilayah satu
= rataan variabel yang diamati pada lebah pekerja A. dorsata wilayah dua

n

= Jumlah pengamatan

44

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Luwu Utara
Luwu Utara adalah salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi Sulawesi Selatan,
ibu kota kabupaten ini terletak di Masamba. Luwu Utara terletak pada koordinat
2°30'45"–2°37'30"LS dan 119°41'15"–121°43'11" BT. Secara geografis kabupaten
ini di bagian utara berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah, di sebelah timur
Kabupaten Luwu Timur, di sebelah selatan Kabupaten Luwu dan di sebelah barat
Kabupaten Mamuju.

Secara umum Kabupaten Luwu Utara beriklim tropis basah,

hal ini berdasarkan data curah hujan yang dicatat di Stasiun Baliase dan Stasiun
Sukamaju dengan curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm pertahun suhu udara
rata-rata berkisar antara 30,6 – 31,6 oC pada musim kemarau dan antara 25 – 28 oC
pada musim penghujan (Dinas Kabupaten Luwu Utara, 2012). Peta lokasi wilayah
Luwu Utara disajikan pada Gambar 15.

Kabupaten
Luwu Utara

Gambar 15. Lokasi Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawsi Selatan
Sumber : Google Map (2012)

Luwu Utara merupakan salah satu wilayah penghasil madu hutan di Propinsi
Sulawesi Selatan. Lebah hutan (Apis dorsata) merupakan salah satu penghasil madu
dengan produksi yang masih terbatas, serta belum dapat dibudidayakan seperti lebah
Apis cerana dan Trigona sp. yang saat ini banyak dikembangkan masyarakat di
Luwu Utara (Mahmud, 2008).
44

Tesso Nilo
Tesso Nilo merupakan daerah bekas hak pengusahaan hutan (HPH) seluas
188.000 ha yang terletak di Kabupaten Kuansing (Kuantan Singingi), Propinsi Riau
0o 0'5,1" - 0o 14' 56" LS, dan 101o 31' 14,6" – 101o 52' 1,9" BT. Daerah ini
berbatasan di barat Suaka Marga Satwa Kerumutan, timur Cagar Alam Bukit
Rimbang, sebelah utara Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan Taman Nasional
Kerinci Seblat, serta berdekatan dengan dua kabupaten yaitu Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Palalawan (Suyanto et al., 2009).

Peta lokasi wilayah Tesso Nilo

disajikan pada Gambar 16.

Taman Nasional
Tesso Nilo

Gambar 16. Lokasi Taman Nasional Tesso Nilo di Propinsi Riau
Sumber : Google Map (2012)

Kawasan Hutan Tesso Nilo di Propinsi Riau merupakan salah satu lokasi
penghasil madu hutan terbesar di wilayah Sumatera, sekitar 400 hingga 500 pohon
sialang (pohon tempat menempelnya koloni lebah A. dorsata). Pada tahun 2009-2010
kemampuan potensi madu dari pohon sialang bisa mencapai 73 ton/tahun dan
merupakan salah satu alternatif dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan
Tesso Nilo (Hermanto et al., 2011).
Sumbawa
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada sentral Pulau Sumbawa, yakni pada

44

posisi 8°8' – 9°7' LS dan 116°42' – 118°22' BT, dengan luas wilayah 6.643,98 km2.
Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat, sebelah timur
dengan Kabupaten Dompu, sebelah utara dengan Laut Flores, dan sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia (Dinas Kabupaten Sumbawa, 2012).
Wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki topografi berbukit-bukit dengan
ketingian 0 sampai 1.730 meter dari permukaan laut, sebanyak 41,81% berada pada
ketinggian 100 – 500 m dpl, sedangkan kota-kota kecamatan berada pada ketinggian
10 – 650 m dpl. Rata-rata curah hujan di daerah daratan rendah berkisar 1300 mm,
dan didaerah pegunungan berkisar 2500 mm, dengan suhu rata-rata 22 oC – 32 oC,
kelembaban udara rata-rata 85%, dan penyinaran matahari 60% (Julmansyah, 2008).
Peta lokasi wilayah Sumbawa disajikan pada Gambar 17.

Kabupaten
Sumbawa

Gambar 17. Lokasi Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber : Google Map (2012)

Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu
Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 km dari Pontianak. Secara
administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang
Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan Semitau.
Secara Geografis kawasan Taman Nasional terletak di antara 00º45´ – 01º02´ LU dan
111º55´ – 112º26´ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah Utara garis Equator.

44

Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan datar atau lebak lebung
yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh jajaran pegunungan,
yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara, Pegunungan Muller di Timur, Dataran
Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di sebelah Barat (Gunadi et al.
2009). Peta lokasi wilayah Danau Sentarum disajikan pada Gambar 18.

Taman Nasional
Danau Sentarum

Gambar 18. Lokasi Taman Nasional Danau Sentarum di Propinsi Kalimantan Barat
Sumber : Google Map (2012)

Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman
Nasional Danau Sentarum. Letak dan kondisinya yang berada di tengah-tengah
jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air. Pada
musim penghujan danau-danau di kawasan Danau Sentarum ini akan tergenang air,
akibat adanya aliran air yang berasal dari bukit-bukit di sekitarnya dan dari luapan
Sungai Kapuas yang masuk ke kawasan.
Kawasan yang sebagian besar merupakan dataran rendah, sekitar 9 –10 bulan
dalam setahun kondisi danau yang berupa cekungan akan terendam dengan
kedalaman antara 6 – 14 m, pada musim kemarau panjang sebagian besar danau akan
mengalami kekeringan terutama bagian alur sungai, hanya danau permanen yang
masih terisi air. Danau Sentarum merupakan sumber kehidupan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dan aktivitas masyarakat sehari-hari (Gunadi et al. 2009).
Data cuaca empat wilayah pengamatan disajikan pada Tabel 1.

44

Tabel 1. Data Cuaca Empat Wilayah Pengamatan
Wilayah

Keterangan
Luwu Utara

Tesso Nilo

Sumbawa

Danau
Sentarum

Ketinggian wilayah
dari permukaan laut
(dpl) (m)

25-100

500-1.000

100-500

37-40

Curah Hujan
(mm/tahun)

2.000-4.000

2.000-3.000

1.300-2.500

1.200-1.500

Suhu (oC)

23-25

23-35

23-32

23-33

Kelembaban (%)

56-86

50-97

61-97

58-97

Kecepatan Angin
(km/jam)

25

16

25

20

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG, 2012)

Diskripsi Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata
di Empat Daerah Pengamatan
Nilai rataan, simpangan baku, koefisien keragaman dari hasil pengukuran
kedelapan variabel yaitu panjang proboscis (X1), panjang sayap depan (X2), lebar
sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur kaki belakang (X5), panjang
tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki belakang (X7), dan lebar
metatarsus kaki belakang (X8), lebah pekerja A. dorsata dari keempat wilayah
disajikan pada Tabel 2.
Hasil pengamatan yang dilakukan (Martin, 1972) faktor yang mempengaruhi
keseragaman dan produksi lebah antara lain; ketersediaan jenis tumbuhan penghasil
nektar yang menjadi sumber pakan lebah untuk menghasilkan madu, keseimbangan
kondisi lingkungan untuk perkembangan dan pertumbuhan lebah serta tinggi dan
rendanya populasi koloni dalam satu wilayah saat persediaan nektar sedang tinggi,
serta dipengaruhi oleh kemampuan fisik, sifat dan tingkah laku lebah A. dorsata
dalam koloni (Sulthoni, 1986).
Jenis tumbuhan di daerah tropis sangat dipengaruhi oleh tipe hutan, mulai
dari topografi, iklim dan vegetasi tanaman yang mempengaruhi perbedaan ukuran
dan bentuk lebah pekerja A. dorsata. Tipe hutan tempat berkembangbiak lebah
penghasil madu antara lain hutan tropik dataran rendah, hutan pegunungan tropik,

44

vegetasi savana dan hutan bakau (mangrove) salah satunya lebah A. dorsata (Tantra
dan Suwanda, 1977).
Tabel 2. Deskriptif Ukuran-Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata di Empat
Daerah Pengamatan (mm)
Variabel

Luwu Utara
(n=100)

Tesso Nilo
(n=100)

Sumbawa
(n=100)

Danau
Sentarum
(n=100)

Panjang
Proboscis (X1)

5,03±0,42
(8,43%)

5,55±0,45
(8,02%)

5,74±0,42
(7,38%)

5,23±0,51
(9,80%)

Panjang Sayap
Depan(X2)

14,04±0,26
(1,89%)

13,13±0,34
(2,63%)

13,48±0,25
(1,85%)

12,75±0,32
(2,51%)

Lebar Sayap
Depan(X3)
Lebar
Abdomen (X4)
Panjang
Femur (X5)
Panjang
Tibia (X6)

4,70±0,18
(3,79%)
4,88±0,13
(2,68%)
4,38±0,23
(5,20%)
4,48±0,16
(3,55%)

4,48±0,24
(5,40%)
4,90±0,25
(5,09%)
4,22±0,21
(5,03%)
4,32±0,23
(5,25%)

4,55±0,19
(4,17%)
5,07±0,21
(4,06%)
4,29±0,15
(3,47%)
4,31±0,15
(3,53%)

4,28±0,22
(5,24%)
4,50±0,23
(5,12%)
3,93±0,24
(6,05%)
3,90±0

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebakaran Hutan terhadap Perkembangan Koloni Lebah Hutan (Apis dorsata F.) dan Produksi Madu Lebah Hutan di Kabupaten Sarolangun Bangko, Propinsi Jambi. (Studi Kasus di Desa Pulau Aro)

0 9 99

Perkembangan Produksi Madu Lebah Hutan (Apis dorsata) di Kawasan Gunung Tampomas Utara, Kabupaten Sumedang

0 33 64

Obsevasi perilaku berdasarkan umur pada lebah pekerja apis cerana

1 8 221

Potensi Nanopropolis Lebah Madu Trigona spp dan Lebah Madu Apis mellifera Sebagai Antioksidan

0 5 34

Karakteristik Kimia dan Organoleptik Madu dari Lebah Apis mellifera, Apis cerana, Apis dorsata, dan Trigona Sp.

2 8 27

Karakteristik Fisik Madu dari Lebah Apis melifera, Apis dorsata, Apis cerana dan Trigona spp.

2 28 28

Sensila Antena Pada Ratu Dan Pekerja Lebah Apis Dorsata Dan Tetragonula Laeviceps: Densitas Dan Analisis Ultramorfometrik

0 2 59

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis DOMINAN GINGIVITIS (Kajian in vitro).

1 3 14

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis DOMINAN GINGIVITIS (Kajian in vitro).

0 2 16

DAFTAR PUSTAKA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MADU LEBAH HUTAN (Apis dorsata) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis DOMINAN GINGIVITIS (Kajian in vitro).

0 3 4