Potensi Buah Makasar (Brucea javanica) sebagai Antikanker

POTENSI BUAH MAKASAR (Brucea javanica) SEBAGAI
ANTIKANKER

RINA FAZILATUR RAHMI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Buah Makasar
(Brucea javanica) sebagai Antikanker adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013
Rina Fazilatur Rahmi
NIM G44080065

ABSTRAK
RINA FAZILATUR RAHMI. Potensi Buah Makasar (Brucea javanica) sebagai
Antikanker. Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan PURWANTININGSIH
SUGITA.
Tumbuhan Brucea javanica atau buah makasar memiliki potensi antikanker.
Penelitian ini bertujuan memperoleh fraksi buah makasar yang toksik terhadap
larva udang Artemia salina dan mengidentifikasi senyawa yang dikandungnya.
Hasil partisi ekstrak kasar metanol buah makasar meliputi ekstrak n-heksana,
diklorometana, dan n-butanol + metanol 50%. Ekstrak diklorometana paling
toksik dengan nilai konsentrasi mematikan 50% sebesar 4.2 ppm. Fraksionasi
dengan kromatografi kolom menghasilkan 21 fraksi. Fraksi 3 yang memiliki noda
tunggal dicirikan dengan spektrofotometer inframerah tertransformasi Fourier dan
kromatograf gas-spektrometer massa untuk mengidentifikasi kandungan
senyawanya. Diperoleh 3 senyawa dominan dalam fraksi 3 yang merupakan
golongan alkaloid dan fenolik, yaitu vanilin, 1,3-diasetilindol, dan 1-(1H-indol-3il)-3-metilbut-2-en-1-on.
Kata kunci: antikanker, Brucea javanica, buah makasar, larva udang


ABSTRACT
RINA FAZILATUR RAHMI. Potency of Makasar Fruit (Brucea javanica) as
Anticancer. Supervised by GUSTINI SYAHBIRIN and PURWANTININGSIH
SUGITA.
Brucea javanica or makasar fruit is a plant having anticancer potency. This
research aimed to obtain toxic fraction of makasar fruit against Artemia salina
shrimp larvae and identify the compounds. Partition of the fruit’s crude methanol
extract resulted n-hexane, dichloromethane, and n-butanol + methanol 50%
extracts. Dichloromethane extract was the most toxic extract with 50% lethal
concentration value of 4.2 ppm. Fractionation of the extract with column
chromatography gave 21 fractions. Fraction 3 having single spot was
characterized using Fourier transformed infrared spectrophotometer and gas
chromatograph-mass spectrometer to identify the compounds. Three dominant
compounds were obtained in fraction 3, which were alkaloid and phenolic group,
namely vanillin, 1,3-diacetylindole, and 1-(1H-indol-3-yl)-3-methylbut-2-en-1one.
Key words: anticancer, brine shrimp, Brucea javanica, makasar fruit

POTENSI BUAH MAKASAR (Brucea javanica) SEBAGAI
ANTIKANKER


RINA FAZILATUR RAHMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Potensi Buah Makasar (Brucea javanica) sebagai Antikanker
Nama
: Rina Fazilatur Rahmi
NIM
: G44080065


Disetujui oleh

Dr Gustini Syahbirin, MS
Pembimbing I

Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan tulisan ini. Shalawat serta salam selalu penulis junjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri teladan yang baik bagi umatnya.
Penelitian dilakukan sejak Juni 2012 hingga Januari 2013 di Laboratorium Kimia
Organik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk tulisan ilmiah yang berjudul Potensi
Buah Makasar (Brucea javanica) sebagai Antikanker.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mama, Ayah, Ka Linda, dan
Ikhwan atas semua limpahan kasih sayang dan bantuan moral serta materi untuk
kelancaran kuliah dan tugas akhir, kepada Dr Gustini Syahbirin, MS sebagai
pembimbing pertama dan Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS sebagai
pembimbing kedua atas bimbingan dan arahan selama penelitian. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Suminar S. Achmadi sebagai Kepala
Laboratorium Kimia Organik dan dosen pembimbing akademik yang selalu
mendengarkan curahan hati penulis, Budi Arifin, SSi, MSi atas dukungan dan
segala bantuan sebagai Komisi Pendidikan, dosen, sekaligus kakak tingkat yang
baik, dan Pak Sabur atas nasihat dan pengalaman laboratoriumnya. Ucapan spesial
diperuntukkan kepada Dumas Flis Tang, SSi dan Fadli Ahmad Muntaqo, SSi atas
bantuan belajar selama masa kuliah dan penelitian, kepada Laras dan Ka Indra,
teman susah dan senang satu bimbingan. Tidak lupa kepada teman-teman
Laboratorium Kimia Organik: Toriq, Dwi, Egi, Ami, Ani, Livia, Riva’i, Indra,
Kartika, Christine, Erik, Ade, Anna, Ka Ugi, Ka Ridho, Ka Fijar, Ka Ugi, dan Ka

Lita, kepada teman-teman Kimia Ceunah, khususnya Retno, Itoh, dan Uni, serta
kepada teman-teman Pocut Baren dan Arfin apresiasi penulis sampaikan atas
semangat, dukungan, dan doa yang diberikan.
Kritik dan saran diharapkan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

Rina Fazilatur Rahmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Lingkup Kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi

Toksisitas Ekstrak Buah Makasar
Fitokimia Ekstrak Aktif Buah Makasar
Fraksi Ekstrak Diklorometana Hasil Kromatografi Kolom
Identitas Fraksi 3 Berdasarkan Spektrum FTIR
Identitas Fraksi 3 Berdasarkan Kromatogram GC-MS
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
1
2
4

4
5
5
6
7
8
10
10
10
11
13
23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Hasil partisi ekstrak buah makasar

Fitokimia ekstrak diklorometana buah makasar
Serapan FTIR gugus-gugus fungsi fraksi 3
Komponen dominan pada fraksi 3

4
6
8
9

DAFTAR GAMBAR
Profil kromatogram dan nilai Rf ekstrak diklorometana (a) dan fraksi 3 (b)
dengan eluen terbaik kloroform-aseton (12:1) (deteksi dengan lampu UV
254 nm)
2 Spektrum FTIR fraksi 3
3 Kromatogram GC-MS fraksi 3
4 Struktur senyawa vanilin (a), 1,3-diasetilindol (b), dan 1-(1H-indol-3-il)3-metilbut-2-en-1-on (c)
1

7
8

9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Diagram alir penelitian
Rendemen hasil maserasi dan partisi buah makasar
Nilai probit
Toksisitas ekstrak n-heksana terhadap larva A. salina

Toksisitas ekstrak diklorometana terhadap larva A. salina
Toksisitas ekstrak n-butanol + metanol 50% terhadap larva A. salina
Fitokimia ekstrak diklorometana
Hasil penentuan eluen terbaik ekstrak diklorometana
Fraksi ekstrak diklorometana dengan kromatografi kolom
Komponen dominan pada fraksi 3
Spektrum MS senyawa 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on

13
14
14
15
16
17
18
19
20
20
21

PENDAHULUAN
Tumbuhan buah makasar (Brucea javanica) yang memiliki nama sinonim
B. amarissima Desv. merupakan tumbuhan perdu tegak setinggi 3 m (LIPI 1999;
NoorShahida et al. 2009). Tumbuhan ini termasuk dalam dunia Plantae, filum
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Sapindales, dan famili Simaroubaceae
(Plantamor 2012), merupakan tumbuhan asli Cina, Indonesia, India, dan Vietnam.
Buahnya berbentuk bulat telur dengan ukuran ±8 mm dan berwarna hitam jika
telah matang, memiliki rambut halus ketika masih muda. Daunnya majemuk,
menyirip ganjil, dengan jumlah anak daun 511. Helaian anak daun berbentuk
lanset memanjang, memiliki panjang 510 cm dan lebar 24 cm. Bunga majemuk
berkumpul dalam rangkaian berupa gerombolan padat (WHO 1999).
Biji dan daging buah makasar merupakan sumber senyawa kuasinoid (Li
et al. 2009). Senyawa ini memiliki banyak kegunaan, seperti antikanker,
antimalaria, antileukemia, antituberkulosis, antivirus, insektisida, fungisida,
herbisida, amebisida, sitotoksik, antiprotozoa, dan antiradang (Dayan et al. 1999;
NoorShahida et al. 2009). Tumbuhan ini juga mengandung alkaloid (brukamarina
dan yatanina), bruseosida A dan B, fenol (brusenol dan asam bruseolat), brusatol,
brusein A, B, C, E, F, G, dan H, asam linoleat, asam stearat, asam palmitoleat, dan
terpenoid (Wijayakusuma 2004; Kim et al. 2004). Dua macam kuasinoid baru
(javanikolida C & D dan javanikosida BF) terkandung di dalam biji buah
makasar. Senyawa kuasinoid tersebut mampu menghambat sel kanker payudara
(Li et al. 2009). NoorShahida et al. (2009) menemukan brusein D dan E dalam
ekstrak n-butanol buah makasar. Senyawa ini mampu menurunkan kadar glukosa
dalam darah. Brusein D juga berpotensi antikanker (Sin et al. 2009).
Salah satu organisme yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah larva
udang. Metode uji letalitas larva udang (BSLT), merupakan uji umum yang
mampu memperkirakan sitotoksitas ekstrak kasar tumbuhan. Larva udang Artemia
salina dijadikan bioindikator karena cukup peka terhadap toksin. Hasil uji BSLT
berkorelasi positif dengan uji pada sel tumor karena kecepatan pertumbuhan larva
A. salina berbanding lurus dengan kecepatan pertumbuhan sel tumor (Meyer et al.
1982). Apabila pertumbuhan larva A. salina mampu dihambat oleh ekstrak buah
makasar, analoginya sel tumor juga dapat dihambat oleh ekstrak tersebut.
Berdasarkan korelasi ini, penelitian dilakukan untuk memperoleh fraksi buah
makasar yang toksik terhadap larva A. salina dan mengidentifikasi senyawa dalam
fraksi tersebut yang berpotensi antikanker.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat kaca,
neraca analitik, oven, penguap putar, pelat KLT plastik silika gel 60 F254 dari
Merck, vial atau multiwell, mikropipet, spektrofotometer inframerah
tertransformasi Fourier (FTIR), dan kromatograf gas-spektrometer massa

2
(GC-MS). Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampel buah makasar dari
Pariaman (Padang), metanol, etil asetat, n-heksana, diklorometana, kloroform,
n-butanol, etanol, aseton, pereaksi Mayer, Wagner, Dragendorf, dan LiebermannBuchard, kloroform-amonia, H2SO4, NaOH, FeCl3, silika gel 60 untuk kolom,
dimetil sulfoksida (DMSO), dan larva A. salina.

Lingkup Kerja
Metode penelitian meliputi penyiapan dan partisi ekstrak buah makasar, uji
toksisitas ekstrak terhadap larva A. salina, uji fitokimia, pemilihan eluen terbaik,
fraksionasi ekstrak aktif dengan kromatografi kolom, serta pencirian senyawa
bioaktif dengan FTIR dan GC-MS (Lampiran 1).
Penyiapan dan Partisi Ekstrak Buah Makasar (NoorShahida et al. 2009)
Sebanyak 1.5 kg sampel buah makasar dikeringanginkan, digiling, dan
direndam dalam metanol selama 48 jam pada suhu ruang. Ekstrak metanol
disaring dan filtratnya dipekatkan dengan penguap putar pada suhu 40 °C.
Sebanyak 70 g ekstrak tersebut dipartisi dengan etil asetat-air (3:1). Ekstrak
air dipartisi lebih lanjut dengan n-butanol, sedangkan ekstrak etil asetat
dipekatkan dengan penguap putar, dipartisi kembali dengan n-heksana-metanol
90% (1:1). Ekstrak n-heksana dipekatkan dengan penguap putar dan ditimbang,
ekstrak metanol 90% dipartisi kembali dengan diklorometana-metanol 50% (1:1).
Ekstrak diklorometana dipekatkan dengan penguap putar dan ditimbang. Ekstrak
metanol 50% digabungkan dengan ekstrak n-butanol, lalu dipekatkan dan
ditimbang. Ekstrak n-heksana, diklorometana, dan ekstrak n-butanol + metanol
50% diuji toksisitasnya dan ekstrak yang paling aktif diuji fitokimia.
Uji Toksisitas Ekstrak terhadap Larva A. salina (Meyer et al. 1982)
Penetasan Telur A. salina. Telur A. salina diperoleh dari toko ikan Terang
di daerah Jembatan Merah, Bogor. Telur ditetaskan dalam wadah berisi air laut
yang telah disaring dan diaerasi. Penetasan dilakukan selama 48 jam dengan
kondisi cukup cahaya. Setelah 48 jam, larva dapat digunakan.
Uji Toksisitas. Ekstrak pekat dibuat dalam konsentrasi 1000 ppm. Ekstrak
ditambahkan DMSO apabila sulit larut dalam air laut. Uji toksisitas dilakukan
pada larutan kontrol (0 ppm) serta larutan uji 10, 100, 250, 500, dan 750 ppm
yang dibuat dari larutan induk 1000 ppm.
Larutan induk 1000 ppm diambil sebanyak 20, 200, 500, 1000, dan 1500
µL, masing-masing dimasukkan ke dalam vial yang berisi 10 ekor larva A. salina
dan air laut sehingga total volume di dalamnya 2 mL. Pengerjaan dilakukan 4 kali
ulangan. Vial ditutup dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, larva
A. salina yang mati diamati dan dihitung. Data yang diperoleh dianalisis probit
untuk ditentukan konsentrasi mematikan 50% (LC50)-nya.
Uji Fitokimia Ekstrak Aktif (Harborne 1987)
Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif ditambahkan 10 mL kloroformamonia 10% dan disaring. Filtrat ditetesi dengan H2SO4 2 M, dikocok, kemudian
didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam (lapisan atas yang tidak

3
berwarna) diteteskan ke lempeng tetes dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi
Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Uji positif alkaloid berturut-turut menghasilkan
endapan berwarna putih kekuningan, cokelat, dan jingga.
Uji Triterpenoid dan Steroid. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif dilarutkan
dengan kloroform-air (1:1), kemudian dikocok dan didiamkan hingga terbentuk 2
lapisan. Lapisan bawah disaring, filtratnya diteteskan ke lempeng tetes,
dikeringkan, dan ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard. Jika terbentuk warna
merah/ungu, maka ekstrak positif mengandung triterpenoid; jika terbentuk warna
hijau/biru, maka ekstrak positif mengandung steroid.
Uji Flavonoid dan Fenol. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif dilarutkan dengan
kloroform-air (1:1), kemudian dikocok dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas dibagi 2 untuk uji flavonoid dan fenol. Uji flavonoid dilakukan
dengan menambahkan 0.1 g logam Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL n-amil
alkohol. Uji positif flavonoid apabila terbentuk warna kuning atau jingga. Uji
fenol dilakukan dengan menambahkan FeCl3 1% dan akan positif fenol apabila
terbentuk warna hijau atau biru/ungu.
Uji Saponin dan Tanin. Sebanyak 0.1 g ekstrak aktif dilarutkan dengan
kloroform-air (1:1), kemudian dikocok dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan.
Lapisan bawah disaring, residunya dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan 5 mL akuades. Larutan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit,
lalu dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Larutan pada tabung pertama dikocok
secara vertikal sampai terbentuk buih, kemudian didiamkan selama 10 menit.
Larutan ditambahkan HCl 2 N, kemudian didiamkan. Apabila buih tidak berubah,
maka positif terdapat saponin. Larutan pada tabung ke-2 ditambahkan FeCl3 1%.
Apabila warna menjadi biru atau hitam kehijauan, maka positif terdapat tanin.
Penentuan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)
Pelat KLT yang digunakan ialah pelat plastik silika gel 60 F254 dari Merck.
Ekstrak aktif ditotolkan pada pelat KLT, lalu dimasukkan ke dalam bejana
kromatografi berisi eluen pengembang yang telah dijenuhkan selama waktu
tertentu. Ekstrak dielusi hingga eluen pengembang mencapai batas eluen. Mulamula digunakan eluen tunggal, mulai dari eluen nonpolar hingga polar, meliputi
n-heksana, diklorometana, kloroform, etil asetat, n-butanol, etanol, aseton, dan
metanol. Elusi selanjutnya dilakukan dengan campuran 2 eluen dengan nisbah
tertentu. Noda yang dihasilkan diamati dengan lampu UV 254 nm. Eluen terbaik
ialah yang dapat mengelusi sampel hingga menghasilkan noda yang banyak dan
terpisah dengan baik.
Fraksionasi Ekstrak Aktif dengan Kromatografi Kolom (Rouessac dan
Rouessac 1994)
Kolom yang digunakan berdiameter 2.5 cm, dengan fase diam silika gel 60
dari Merck dan fase gerak kloroform, aseton, dan metanol yang digunakan secara
gradien dengan nisbah tertentu. Sebanyak 60 g fase diam dikemas dengan
kloroform selama semalam. Ekstrak aktif ditimbang ±1 g, dimasukkan ke dalam
kolom, kemudian dialiri dengan pelarut gradien secara kontinu. Eluat ditampung
setiap 5 menit dengan laju alir ±1 tetes/detik, diuji KLT dengan eluen terbaik dan
dideteksi dengan lampu UV 254 nm. Noda dengan nilai faktor retensi (Rf) dan
pola KLT yang sama digabungkan sebagai 1 fraksi. Elusi dihentikan ketika tidak

4
ada lagi noda yang tampak pada uji KLT. Fraksi-fraksi dipekatkan, lalu ditimbang
bobotnya masing-masing. Fraksi aktif dengan noda tunggal dianalisis lebih lanjut.
Pencirian Fraksi Aktif dengan FTIR
Gugus fungsi pada fraksi aktif dicirikan dengan menggunakan FTIR
Spectrum One Perkin Elmer pada bilangan gelombang 4004500 cm-1.
Pencirian Fraksi Aktif dengan GC-MS
Fraksi aktif diinjeksikan ke dalam GC-MS Shimadzu QP-5050A dengan
kolom kapiler HP-5MS berukuran 0.25 mm  30 m  0.25 µm dan gas pembawa
helium dengan laju alir 1.0 mL/menit. Suhu maksimum kolom 350 °C, suhu oven
70 °C dengan suhu maksimum 325 °C, dan waktu proses 44.67 menit. Suhu
injektor split 290 °C dengan laju alir 47.9 mL/menit, tekanan 5.89 psi, dan volume
injeksi 1 µL. Suhu detektor 250 °C, energi ionisasi 69.922 eV, dan kisaran bobot
molekul 50800 m/z. Identifikasi senyawa dilakukan dengan membandingkan
puncak spektrum massa dengan yang terdapat di dalam pustaka MS Wiley
Library. Persen komposisi dihitung berdasarkan luas puncak kromatogram.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Bagian tumbuhan buah makasar yang dipilih sebagai sampel adalah
buahnya karena bagian tersebut sering digunakan sebagai obat disenteri ameba,
malaria, wasir, dan keputihan oleh masyarakat Indonesia (Wijayakusuma 2004).
Buah utuh diekstraksi dengan metode maserasi, yaitu ekstraksi tanpa pemanasan
untuk mencegah rusaknya komponen kimia yang tidak tahan panas. Pelarut
organik metanol digunakan karena mampu mengekstraksi berbagai komponen
metabolit sekunder yang bersifat polar dan nonpolar. Kim et al. (2003), Syahputra
(2008), Sayekti dan Widiyantoro (2009), serta Peteros dan Uy (2010) juga
menggunakan metanol untuk mengekstraksi buah makasar dalam penelitiannya.
Partisi ekstrak buah makasar dilakukan dengan pelarut nonpolar hingga
polar. Variasi kepolaran digunakan agar komponen dalam ekstrak dapat
terdistribusi ke pelarut yang kepolarannya sesuai dengan kepolaran komponen.
Partisi ini menghasilkan komponen yang larut dalam n-heksana, diklorometana,
dan n-butanol + metanol 50% (Lampiran 1). Rendemen tertinggi diperoleh pada
ekstrak n-heksana, yaitu 41.42% (Tabel 1). Tingginya rendemen tersebut karena
tumbuhan ini banyak mengandung komponen nonpolar pada buahnya
(Wijayakusuma et al. 1994).
Tabel 1 Hasil partisi ekstrak buah makasar
Pelarut
n-Heksana
Diklorometana
n-Butanol + metanol 50%

Rendemen (% b/b)*
41.42
2.52
14.68

*) Perhitungan rendemen diberikan di Lampiran 2

Warna ekstrak pekat
Kuning
Hijau tua
Cokelat tua

5
Toksisitas Ekstrak Buah Makasar
Uji toksisitas dengan metode BSLT dilakukan terhadap ekstrak n-heksana,
diklorometana, dan n-butanol + metanol 50%. Metode BSLT merupakan uji
pendahuluan toksisitas suatu komponen aktif yang ditentukan berdasarkan nilai
LC50. Telur A. salina diinkubasi terlebih dahulu selama 48 jam hingga menetas
dan sel larva telah optimum untuk digunakan dalam uji toksisitas. Larva A. salina
digunakan sebagai organisme uji karena pengerjaannya relatif murah, mudah,
cepat, dan tidak memerlukan kondisi aseptis (Meyer et al. 1982).
LC50 ditentukan dari persamaan garis regresi linear antara log konsentrasi
ekstrak dan nilai probit. Nilai probit digunakan dalam toksikologi untuk
menentukan toksisitas relatif bahan kimia terhadap organisme hidup dan
responsnya dapat berupa kematian organisme tersebut. Nilai kematian dikonversi
menjadi persentasenya, lalu dikonversi menjadi nilai probit (Lampiran 3). LC50
ekstrak n-heksana tidak dapat ditentukan karena sebagian besar larva A. salina
tidak mati setelah penambahan ekstrak sehingga dapat dikatakan ekstrak ini tidak
toksik terhadap larva A. salina (Lampiran 4). Ekstrak diklorometana memiliki
nilai LC50 4.1991 ppm. Setengah populasi larva A. salina telah mati pada
konsentrasi tersebut dan mati semua pada konsentrasi 100 ppm (Lampiran 5).
LC50 ekstrak n-butanol + metanol 50% 25.3571 ppm, yang berarti setengah
populasi larva telah mati pada konsentrasi tersebut. Berbeda dengan ekstrak
diklorometana, ekstrak n-butanol + metanol 50% dengan konsentrasi 100 ppm
masih menyisakan 1 larva hidup. Ekstrak ini dapat mematikan seluruh populasi
larva A. salina pada konsentrasi 250 ppm (Lampiran 6).
Ekstrak diklorometana dan ekstrak n-butanol + metanol 50% tergolong
sangat toksik terhadap larva A. salina karena memiliki nilai LC50 < 1000 ppm
(Meyer et al. 1982). Ekstrak diklorometana lebih toksik lagi karena nilai LC50-nya
lebih kecil. Tingginya toksisitas ekstrak diklorometana juga dapat dilihat dari
kemampuan ekstrak tersebut mematikan seluruh populasi larva pada 100 ppm,
sementara ekstrak n-butanol + metanol 50% baru mematikan seluruh populasi
larva pada 250 ppm. Oleh sebab itu, ekstrak diklorometana dipilih untuk
difraksionasi lebih lanjut dengan kromatografi kolom.
Kematian larva A. salina memberikan informasi awal mengenai potensi
ekstrak sebagai antikanker. Walaupun uji toksisitas ini tidak spesifik untuk
antikanker, hasil uji menunjukkan korelasi yang signifikan antara konsentrasi
ekstrak dan kematian larva A. salina (Mukhtar et al. 2007).

Fitokimia Ekstrak Aktif Buah Makasar
Uji fitokimia terhadap ekstrak diklorometana buah makasar (Tabel 2)
menunjukkan kandungan alkaloid, steroid, flavonoid, dan fenol hidrokuinon.
Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan cokelat setelah
penambahan pereaksi Wagner. Penelitian terdahulu menunjukkan alkaloid
ditemukan pada ekstrak air dan ekstrak n-heksana buah makasar (Sari 2010;
Roswiem et al. 2012). Alkaloid juga ditemukan pada ekstrak kloroform buah
makasar (Ganesya 2010).

6
Tabel 2 Fitokimia ekstrak diklorometana buah makasar
Golongan metabolit sekunder
Alkaloid
Steroid
Triterpenoid
Flavonoid
Fenol hidrokuinon
Saponin
Tanin

Hasil
+
+++
+
+++
-

Keterangan: (-) = tidak terdeteksi dan (+) = terdeteksi dengan jumlah (+)
menunjukkan intensitas warna atau endapan

Uji steroid memberikan hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna
hijau saat penambahan pereaksi Lieberman-Buchard. Triterpenoid tidak terdeteksi
karena tidak terbentuk warna merah atau ungu. Hal ini dapat disebabkan
triterpenoid tidak larut dalam diklorometana. Faktor lain seperti sedikitnya jumlah
sampel yang digunakan dan perbedaan lokasi tumbuh juga menentukan
keberadaan metabolit sekunder tersebut (Wagih et al. 2008).
Ekstrak diklorometana juga positif terhadap uji flavonoid, ditandai dengan
terbentuknya warna kuning setelah penambahan Mg, HCl pekat, dan n-amil
alkohol. Sari (2010) dan Roswiem et al. (2012) menyatakan bahwa flavonoid juga
terdapat pada ekstrak air buah makasar. Ekstrak diklorometana berwarna hijau tua
setelah penambahan FeCl3 yang mengindikasikan adanya fenol hidrokuinon.
Sementara itu, uji saponin dan tanin menunjukkan hasil negatif. Tidak terbentuk
buih setelah pengocokan dan tidak terbentuk warna hijau setelah penambahan
FeCl3 (Lampiran 7).

Fraksi Ekstrak Diklorometana Hasil Kromatografi Kolom
Eluen terbaik ditentukan sebelum fraksionasi ekstrak diklorometana dengan
kromatografi kolom. Beberapa pelarut tunggal diujikan mulai dari pelarut
nonpolar hingga polar (Lampiran 8). Pencampuran 2 eluen selanjutnya dilakukan
berdasarkan noda yang terbentuk dengan eluen tunggal. Eluen yang sedikit
menggerakkan komponen (agak tertahan), yaitu n-heksana, diklorometana, dan
kloroform dicampurkan dengan eluen yang menggerakkan komponen hingga
mendekati batas eluen (etil asetat, aseton, dan metanol). Eluen campuran yang
diujikan meliputi diklorometana-metanol, diklorometana-etil asetat, n-heksana:etil
asetat, dan kloroform-etil asetat (masing-masing dengan nisbah 1:9 hingga 9:1).
Campuran diklorometana-aseton (1:1 hingga 20:1) juga diujikan (Li et al. 2009).
Penggantian diklorometana dengan kloroform yang memiliki kepolaran hampir
sama menghasilkan pola noda yang mirip (Lampiran 8).
Fraksionasi dengan kromatografi kolom dilakukan dengan menggunakan
sistem elusi gradien. Fase gerak yang digunakan mulai dari pelarut nonpolar
hingga polar dan fase diamnya adalah silika gel 60 untuk kolom. Berdasarkan
sifat pelarut yang dimasukkan, komponen nonpolar akan terelusi lebih dulu,
sedangkan komponen polar akan tertahan oleh silika gel. Fraksionasi dilakukan
dengan laju alir 1 tetes/detik agar komponen terpisah dengan baik dan
menghasilkan 21 fraksi (Lampiran 9). Fraksi 3 dipilih karena memiliki aroma

7
khas seperti vanilin dan memiliki noda tunggal pada kisaran nilai Rf ekstrak
diklorometana (Gambar 1). Gambar 1(a) menunjukkan bahwa ekstrak
diklorometana terpisah dengan baik menjadi 4 noda bagian atas dan 3 noda bagian
bawah yang belum terpisah dengan sempurna menggunakan eluen terbaik
kloroform-aseton (12:1). Gambar 1(b) menunjukkan fraksi 3 dengan noda
tunggalnya yang berada pada kisaran nilai Rf ekstrak diklorometana.
Rf

Rf

0.93
0.85
0.77
0.71

0.79

0.25
0.19
0.08

(a)

(b)

Gambar 1 Profil kromatogram dan nilai Rf ekstrak diklorometana (a) dan fraksi 3
(b) dengan eluen terbaik kloroform-aseton (12:1) (deteksi dengan
lampu UV 254 nm)
Noda pada fraksi 3 memiliki nilai Rf 0.79, hampir sama dengan noda ke-3
pada ekstrak diklorometana. Kemiripan tersebut mengindikasikan fraksi 3
memiliki komponen yang sama dengan noda ke-3 ekstrak diklorometana. Fraksi
yang berisi noda tunggal ini dicirikan dengan spektrofotometer FTIR dan GC-MS
untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.

Identitas Fraksi 3 Berdasarkan Spektrum FTIR
Spektrum FTIR fraksi 3 (Gambar 2) menunjukkan gugus –OH yang
berikatan hidrogen pada bilangan gelombang 3274.28 cm-1. Bentuk puncak
tersebut tidak terlalu tajam dan lebar, kemungkinan dipengaruhi oleh gugus –NH
yang berada di kisaran bilangan gelombang yang sama. Gugus –NH ini didukung
oleh munculnya serapan energi pada bilangan gelombang 747.16 cm-1 untuk tekuk
–NH alifatik. Selain itu, terdapat regang –CH alifatik di 2924.35 cm-1, regang
C=O khas amida di 1645.87 cm-1, regang C=C aromatik di 1517.48 cm-1 dan
didukung dengan keberadaan tekuk –CH di 1432.78 cm-1, serta regang –CN di
1120.07 cm-1. Tabel 3 memberikan informasi gugus-gugus fungsi pada fraksi 3
beserta daerah bilangan gelombang serapannya.

8

C=C
%T
̶ NH

̶ OH
̶ CH3

C=O
̶ CH

̶ CN

cm-1

Gambar 2 Spektrum FTIR fraksi 3
Tabel 3 Serapan FTIR gugus-gugus fungsi fraksi 3
Bilangan gelombang (cm-1)
3274.28
2924.35
1645.87
1517.48
1432.78
1120.07
747.16

Literatur*
36503200
30002850
16801630
16001475
±1465
13501000
Dekat dengan 800

Gugus dugaan
Regang ̶ OH
Regang ̶ CH alifatik
Regang C=O
Regang C=C aromatik
Tekuk ̶ CH
Regang ̶ CN alifatik
Tekuk ̶ NH

*) Sumber: Pavia et al. (2001)

Analisis spektrum FTIR menunjukkan bahwa fraksi 3 diduga mengandung
golongan alkaloid dan fenolik. Pendugaan tersebut diperkuat dengan hasil uji
fitokimia yang positif pada kedua golongan senyawa tersebut.

Identitas Fraksi 3 Berdasarkan Kromatogram GC-MS
Kromatogram GC-MS fraksi 3 (Gambar 3) menunjukkan beberapa senyawa.
Terdapat banyak puncak yang saling berimpit, dengan 3 senyawa dominan
memiliki area dan ketepatan fragmentasi tinggi (Tabel 4). Ketiga senyawa tersebut
adalah vanilin, 1,3-diasetilindol, dan 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on
(Gambar 4). Vanilin terdeteksi pada waktu retensi 13.340 menit, area 8.08%, dan
ketepatan fragmentasi 97%. 1,3-Diasetilindol terdeteksi pada waktu retensi 19.261
menit, area 4.20%, dan ketepatan fragmentasi 87%. 1-(1H-Indol-3-il)-3-metilbut2-en-1-on terdeteksi pada waktu retensi 20.246 menit, area 50.30%, dan ketepatan
fragmentasi 87% (Lampiran 10).

9
c

Intensitas

a

b

Waktu retensi (menit)

Gambar 3 Kromatogram GC-MS fraksi 3
Tabel 4 Komponen dominan pada fraksi 3
Waktu
retensi (Rt)

Area
(%)

Nama senyawa dari library index MS

13.340
19.261
20.246

8.08
4.20
50.30

Vanilin
1,3-Diasetilindol
1-(1H-Indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on

(a)

(b)

Ketepatan fragmentasi
senyawa dengan library
index MS (%)
97
87
87

(c)

Gambar 4 Struktur senyawa vanilin (a), 1,3-diasetilindol (b), dan 1-(1H-indol-3il)-3-metilbut-2-en-1-on (c)
Ketiga senyawa dominan tersebut diduga sebagai senyawa toksik dalam
ekstrak diklorometana buah makasar. Toksisitasnya dapat dilihat dari nilai LC50
4.2 ppm. Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana mengandung
metabolit sekunder alkaloid dan fenolik. Vanilin memiliki potensi sebagai

10
antimikrob karena mampu menghambat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae.
Turunan vanilin memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, antiradang,
antioksidan, antidiabetes, dan analgesik (Kumar et al. 2012). 1,3-Diasetilindol dan
1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on merupakan senyawa alkaloid turunan
indola. Alkaloid umumnya memiliki aktivitas antimikrob. Turunan indola
memiliki berbagai aktivitas biologis, di antaranya sebagai antikanker dan
antioksidan. Bioaktivitas ini terkait dengan substitusi gugus pada posisi ke-3
cincin pirola. Beberapa senyawa indola digunakan dalam pembuatan obat karena
khasiat farmakologinya (Billes et al. 2009). Turunan alkaloid indola seperti
kantin-6-on memiliki efek sitotoksik, antibakteri, serta dapat mengobati malaria,
leukemia, dan karsinoma (Wagih et al. 2008).
Senyawa 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on paling dominan pada fraksi
3 dengan area 50.30%. Lampiran 11 menunjukkan spektrum massa senyawa
tersebut dan analisis pola fragmentasinya. Puncak dasar dengan m/z 199
merupakan puncak ion molekul 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on.
Fragmentasi 1 gugus –CH3 menghasilkan fragmen dengan m/z 184 dan 2 gugus
–CH3 menghasilkan m/z 171. Fragmen dengan m/z 144 dan 117 merupakan
produk pembelahan- gugus keton. Fragmen dengan m/z 77 merupakan kation
fenil.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak diklorometana buah makasar paling toksik terhadap larva A. salina,
ditunjukkan dengan nilai LC50 terkecil, yaitu 4.2 ppm. Fraksionasi ekstrak
tersebut dengan kromatografi kolom menghasilkan fraksi aktif yang memiliki
noda tunggal dengan nilai Rf 0.79. Spektrum FTIR menunjukkan dugaan gugusgugus fungsi senyawa alkaloid dan fenolik, sesuai dengan hasil iji fitokimia.
Pencirian dengan GC-MS menghasilkan 3 senyawa dominan, yaitu vanilin, 1,3diasetilindol, dan 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on yang berpotensi sebagai
antikanker. Senyawa 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on paling dominan
dengan area 50.30%.

Saran
Pemisahan lanjutan fraksi aktif dengan menggunakan kromatografi lapis
tipis preparatif (KLTP) perlu dilakukan untuk memisahkan komponen yang masih
bertumpuk. Identifikasi senyawa aktif yang berpotensi antikanker juga dapat
dilakukan dengan metode yang lebih spesifik, seperti uji toksisitas dengan ikan
zebra. Senyawa yang telah murni dan toksik tersebut kemudian dapat dicirikan
dengan menggunakan kromatograf cair-spektrometer massa (LC-MS) dan
resonans magnet inti (NMR) untuk memastikan struktur senyawa.

11

DAFTAR PUSTAKA
Billes F, Podia PV, Mohammed-Ziegler I, Tosa M, Mikosch H, Dan-Florin I.
2009. Formyl- and acetylindols: vibrational spectroscopy of an expectably
pharmacologically active compound family. Spectrochim Acta Part A.
74:1031-1045. doi:10.1016/jsaa.2009.08.044.
Dayan FE, Watson SB, Galindo JCG, Hernandez A, Dou J, McChesney JD, Duke
SO. 1999. Phytotoxicity of quassinoids: physiological responses and
structural requirements. Pest Biochem Physiol. 65:15-24. doi:
pest.1999.2432.
Ganesya N. 2010. Aktivitas fraksi kloroform buah makasar (Brucea javanica (L.)
Merr) sebagai inhibitor enzim -glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Niksolohin S, editor. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari:
Phytochemical Method.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of
Natural Extract. London (UK): Chapman & Hall.
Kim IH, Suzuki R, Hitotsuyanagi Y, Takeya K. 2003. Three novel quassinoids,
javanicolides A and B, and javanicoside A, from seeds of Brucea javanica.
Tetrahedron. 59:9985-9989. doi:10.1016/j.tet.2003.10.048.
Kim IH, Takashima S, Hitotsuyanagi Y, Hasuda T, Takeya K. 2004. New
quassinoids, javanicolides C and D and javanicolides B-F, from seeds of
Brucea javanica. J Nat Prod. 67(5):863-868. doi:10.1021/np030484n.
Kumar R, Sharma PK, Mishra PS. 2012. A review on the vanillin derivatives
showing various biological activities. Int J Pharm Tech Res. 4(1):266-279.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1999. Koleksi Tumbuhan Obat
Kebun Raya Bogor. Vol ke-1 No 3. Hendrian, Hadiah JT, editor. Bogor
(ID): UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI.
Li P, Chin YW, Chai HB, Tran NN, Soejarto DD, Kinghorn AD. 2009.
Bioactivity-guided isolation of cytotoxic constituents of Brucea javanica
collected in Vietnam. J Bioorg Med Chem. 17(6):2219-2224.
doi:10.1016/j.bmc.2008.10.076.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.
1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituents. J Med Plant Res. 45:31-34.
Mukhtar MA, Adnan AZ, Pitra MW. 2007. Uji sitotoksisitas minyak atsiri daun
kamanggi (Ocimum basilicum I.) dengan metode brine shrimp lethality
bioassay. J Sains Tek Far. 12(1).
NoorShahida A, Tin WW, Chee YC. 2009. Hypoglycemic effect of quassinoids
from Brucea javanica (L.) Merr (Simaroubaceae) seeds. J Ethnopharmacol.
124:586-591. doi:10.1016/j.jep.2009.04.058.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Spectroscopy. Ed ke-3.
Washington (US): Thomson Learning.
Peteros NP, Uy MM. 2010. Antioxidant and cytotoxic activities and
phytochemical screening of four Philippine medicinal plants. J Med Plant
Res. 4(5):407-414.

12
Plantamor. 2012. Buah makasar. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 15]. Tersedia
pada: http://www.plantamor.com/index.php?plant=229.
Roswiem AP, Kiranadi B, Bachtiar TSP, Ranasasmita R. 2012. Antihypertensive
effect of Brucea javanica (L.) (Merr.) fruit extract. Makara J Sci. 16(2):
71-76.
Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical Analysis Modern Instrumentation
Methods and Techniques. Ed ke-2. West Sussex (UK): J Wiley.
Sari N. 2010. Potensi buah makasar (Brucea javanica (L.) Merr) sebagai inhibitor
enzim -glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sayekti E, Widiyantoro A. 2009. Aktivitas anticacing senyawa bioaktif dari buah
makasar (Brucea javanica L. (Merr)) terhadap Ascaris lumbricoides.
J Penel Univ Tanjungpura. 16(4).
Sin TL, Lin ZX, Yonghong L, Ming Z, Cheng CHK, Po SL. 2009. Brucein D
induces apoptosis in pancreatic adenocarcinoma cell line PANC-1 through
the activation of p38-mitogen activated protein kinase. J Can Lett. 281:
42-52. doi:10.1016/j.canlet.2009.02.017.
Syahputra E. 2008. Bioaktivitas sediaan buah Brucea Javanica sebagai insektisida
nabati untuk serangga hama pertanian. Bul Littro. 19(1):57-67.
Wagih ME, Alam G, Wiryowidagdo S, Attia K. 2008. Improved production of the
indole alkaloid canthin-6-one from cell suspension culture of Brucea
javanica (L.) Merr. Ind J Sci Technol. 1(7).
[WHO] World Health Organization. 1999. WHO Monograph on Selected
Medicinal Plants. Geneva (CH): WHO.
Wijayakusuma H, Dalimartha S, Wirian AS, Yaputra T, Wibowo B. 1994.
Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Ed ke-2. Jakarta (ID): Pustaka
Kartini.
Wijayakusuma H. 2004. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta (ID): Puspa
Swara.

13
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Buah makasar
Dikeringanginkan dan digiling
Dimaserasi dengan metanol
(48 jam, suhu kamar)
Disaring dan dipekatkan
Ekstrak kasar
Etil asetat-air (3:1)

Dipartisi
Dipekatkan
Ekstrak etil asetat
n-Heksana-metanol 90%
(1:1)

Ekstrak air

Dipartisi
Dipartisi

Dipekatkan

Dipekatkan
Ekstrak metanol 90%

Ekstrak n-heksana
Diklorometana-metanol 50%
(1:1)

Dipekatkan
Ekstrak n-butanol

Dipartisi

Dipekatkan
Ekstrak Diklorometana

n-Butanol

Dipekatkan
Ekstrak Metanol 50%

Ekstrak metanol 50% + n-butanol

Uji letalitas larva udang (BSLT)
Ekstrak aktif buah makasar
Uji fitokimia
Penentuan eluen terbaik
Fraksionasi dengan kromatografi kolom
Fraksi aktif buah makasar

Analisis FTIR dan GC-MS

14
Lampiran 2 Rendemen hasil maserasi dan partisi buah makasar
Hasil maserasi
Bobot sampel
(g)
1500

Bobot ekstrak kasar
(g)
247.97

Rendemen
(% b/b)
16.53

Hasil partisi
Bobot ekstrak kasar
(g)

Pelarut

67.0286

n-Heksana
Diklorometana
n-Butanol + metanol 50%

Bobot ekstrak partisi
(g)
27.7636
1.6901
9.8369

Rendemen
(% b/b)
41.42
2.52
14.68

Contoh perhitungan:
Bobot ekstrak diklorometana
Rendemen ekstrak diklorometana (% b/b) =
× 100%
Bobot ekstrak kasar
1.6901 g
× 100%
=
67.0286 g
= 2.52%

Lampiran 3 Nilai probit
%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
99

0
3.72
4.16
4.48
4.75
5.00
5.25
5.52
5.84
6.28
0.0
7.33

1
2.67
3.77
4.19
4.50
4.77
5.03
5.28
5.55
5.88
6.34
0.1
7.37

2
2.95
3.82
4.23
4.53
4.80
5.05
5.31
5.58
5.92
6.41
0.2
7.41

3
3.12
3.87
4.26
4.56
4.82
5.08
5.33
5.61
5.95
6.48
0.3
7.46

4
3.36
3.92
4.29
4.69
4.85
5.10
5.36
5.64
5.99
6.55
0.4
7.51

5
3.36
3.96
4.33
4.61
4.87
5.13
5.39
5.67
6.04
6.64
0.5
7.58

6
3.45
4.01
4.36
4.64
4.90
5.15
5.41
5.71
6.08
6.75
0.6
7.75

7
3.52
4.05
4.39
4.67
4.92
5.18
5.44
5.74
6.13
6.88
0.7
7.75

8
3.59
4.08
4.42
4.69
4.95
5.20
5.47
5.77
6.18
7.05
0.8
7.88

9
3.66
4.12
4.45
4.72
4.97
5.23
5.50
5.81
6.23
7.33
0.9
8.09

15
Lampiran 4 Toksisitas ekstrak n-heksana terhadap larva A. salina
Konsentrasi
(ppm)
0

10

100

250

500

750

Jumlah larva
awal (ekor)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Jumlah larva
mati (ekor)
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0

Rerata

% Kematian

Nilai probit

0.5

5

3.36

0

0

-

0.5

5

3.36

0

0

-

0.5

5

3.36

0

0

-

Nilai LC50 ekstrak n-heksana buah makasar tidak dapat ditentukan karena
sebagian besar larva A. salina tidak mati setelah ditambahkan ekstrak sehingga
dapat dikatakan ekstrak heksana tidak toksik terhadap larva A. salina

16
Lampiran 5 Toksisitas ekstrak diklorometana terhadap larva A. salina
Konsentrasi
(ppm)
0

10

100

250

500

750

Jumlah larva
awal (ekor)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Jumlah larva
mati (ekor)
4
4
3
3
5
6
7
4
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Rerata

% Kematian

Nilai probit

3.5

35

3.36

5.5

55

5.13

10

100

8.09

10

100

8.09

10

100

8.09

10

100

8.09

Perhitungan LC50:
Dengan menggunakan persamaan regresi linear dengan sumbu x = log konsentrasi
dan sumbu y = nilai probit, diperoleh
y = a + bx
y = 4.0093 + 1.5898x
5.00 = 4.0093 + 1.5898x
x = 0.6232
LC50 = 100.6232
LC50 = 4.1991 ppm

Nilai Probit

10
8
6

y = 4.0093+1.5898x
R² = 0.8019

4
2
0
0

1

2
log Konsentrasi

3

4

17
Lampiran 6 Toksisitas ekstrak n-butanol + metanol 50% terhadap larva A. salina
Konsentrasi
(ppm)
0

10

100

250

500

750

Jumlah larva
awal (ekor)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Jumlah larva
mati (ekor)
1
0
0
0
1
1
1
0
10
10
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Rerata

% Kematian

Nilai probit

0.25

2.5

3.12

0.75

7.5

3.59

9.75

97.5

7.05

10

100

8.09

10

100

8.09

10

100

8.09

Perhitungan LC50:
Dengan menggunakan persamaan regresi linear dengan sumbu x = log konsentrasi
dan sumbu y = nilai probit, diperoleh
y = a + bx
y = 1.4787 + 2.5079x
5.00 = 1.4787 + 2.5079x
x = 1.4041
LC50 = 101.4041
LC50 = 25.3571 ppm

Nilai Probit

10
8
6

y = 1.4787+2.5079x
R² = 0.9206

4
2
0
0

1

2
log Konsentrasi

3

4

18
Lampiran 7 Fitokimia ekstrak diklorometana
Golongan metabolit
sekunder

Hasil uji
(a)

(b)

Alkaloid

Keterangan:
(a) Pereaksi alkaloid dari kiri: Mayer, Wagner, dan Dragendorf
(b) Terbentuk endapan cokelat setelah ditambahkan pereaksi Wagner

Triterpenoid dan
Steroid
Terbentuk warna hijau, tidak terbentuk warna merah atau ungu

Flavonoid

Terbentuk warna kuning

Fenol hidrokuinon

Terbentuk warna hijau

Saponin

Tidak terbentuk buih

Tanin

Tidak terbentuk warna biru atau hitam kehijauan

19
Lampiran 8 Hasil penentuan eluen terbaik ekstrak diklorometana
Eluen Tunggal

Keterangan:
a. n-Heksana
b. Diklorometana
c. Kloroform

d. Etil asetat
e. n-Butanol
f. Etanol

g. Aseton
h. Metanol

Campuran eluen diklorometana-aseton

Lanjutan lampiran 8
Keterangan nisbah:
a. 1:1
h. 8:1 o. 15:1
b. 2:1
i. 9:1 p. 16:1
c. 3:1
j. 10:1 q. 17:1
d. 4:1
k. 11:1 r. 18:1
e. 5:1
l. 12:1 s. 19:1
f. 6:1
m. 13:1 t. 20:1
g. 7:1
n. 14:1
Penggunaan diklorometana bisa diganti dengan kloroform. Eluen terbaik
yang diperoleh adalah kloroform-aseton (12:1)

Keterangan:
a. Eluen diklorometana-aseton (12:1)
b. Eluen kloroform-aseton (12:1)

a

b

20
Lampiran 9 Fraksi ekstrak diklorometana dengan kromatografi kolom
Fraksi ke1
2
3
4
5
6
7
8
90
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jumlah noda
3
2
1
3
3
2
2
2
1
3
3
2
2
3
3
2
3
2
4
3
3

Nilai Rf
0.77; 0.87; 0.98
0.74; 0.92
0.79
0.60; 0.69; 0.80
0.60; 0.68; 0.76
0.56; 0.63
0.42; 0.57
0.45; 0.52
0.33
0.37; 0.62; 0.73
0.29; 0.49; 0.78
0.19; 0.54
0.09; 0.21
0.21; 0.28; 0.47
0.21; 0.31; 0.57
0.14; 0.26
0.15; 0.24; 0.40
0.12; 0.23
0.11; 0.16; 0.22; 0.31
0.04; 0.08; 0.12
0.02; 0.06; 0.10

Bobot fraksi (g)
0.0059
0.0115
0.0034
0.0120
0.0342
0.0091
0.0080
0.0112
0.0135
0.0177
0.0628
0.0190
0.0117
0.0113
0.0096
0.0358
0.0436
0.1194
0.0249
0.0813
0.2565

Rendemen (% b/b)
0.47
0.92
0.27
0.96
2.75
0.73
0.64
0.90
1.08
1.42
5.04
1.53
0.94
0.91
0.77
2.87
3.50
9.59
2.00
6.53
20.59

Contoh perhitungan:
Bobot ekstrak awal

= 1.2453 g

Rendemen fraksi 3 (% b/b) =

Bobot fraksi 3
Bobot ekstrak awal

× 100%

0.0034 g
× 100%
1.2453 g
= 0.27%

=

Lampiran 10 Komponen dominan pada fraksi 3
Waktu
retensi
(Rt)

Area
(%)

13.340

8.08

19.261

4.20

Bobot
molekul
hasil MS
152
152
201
201
159
199
199

20.246

50.30
199

Nama senyawa dari library index MS
Vanilin
4-Hidroksi-3-metoksibenzaldehida
1,3-Diasetilindol
1-(2H-Isoindol-5-il)-2,2-dimetil-1propanon
1-(1H-Indol-3-il)-etanon
1-(1H-Indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on
5,6-Dihidro-5,5-dimetilimidazo[1,2-c]
kuinazolina
(E)-5-((Metilamino)metilena)bisiklo
[4.4.1]undeka-1(10),3,6,8-tetraen-2-on

Ketepatan
fragmentasi senyawa
dengan library index
MS (%)
97
94 dan 96
87
86
76
87
83
60

21
Lampiran 11 Spektrum MS senyawa 1-(1H-indol-3-il)-3-metilbut-2-en-1-on
Intensitas

184.1

77.1

m/z

m/z

199

184

Struktur senyawa

Fragmen yang hilang

-

22
lanjutan Lampiran 11

171

144

117

77

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Juni 1989 dari Ayah Sjarbini
dan Ibu Nurzaidah, SPd. Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Tahun
2008 penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBo) dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia
TPB pada tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013, asisten praktikum
Kimia Fisik Layanan tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Kimia Organik
Layanan tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Kimia Organik Kompetensi
tahun ajaran 2011/2012, dan asisten praktikum Kimia Pangan Program Diploma 3
tahun ajaran 2012/2013. Penulis pernah mengajar mata kuliah Kimia Analitik
Layanan di bimbingan belajar mahasiswa Katalis. Selain aktivitas akademik,
penulis juga aktif di kegiatan organisasi sebagai staf Departemen Pengembangan
Kimia dan Seni (PKS) Imasika dan Dewan Pengawas Imasika (DPI). Bulan
JuliAgustus 2011 penulis melaksanakan praktik lapangan di Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) Jakarta dengan judul Penentuan Recovery Alfa dan Beta Total
dengan Metode Sumber Tebal.
Penulis juga aktif mengikuti beberapa perlombaan tingkat mahasiswa.
Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain Juara II Lomba Penulisan
Puisi SERSAN PULPEN BEM TPB IPB dengan judul Kasat Hati pada tahun
2009, Juara II Lomba Pekan Ilmiah FMIPA IPB bidang PKM Masyarakat dengan
judul Introduksi Pembuatan Sabun Herbal Transparan di Majlis Ta’lim Desa
Balumbang Jaya pada tahun 2010, proposal PKMP didanai oleh Dikti dengan
judul Green Technology “Mix Chitosalt”: Inovasi Baru Mix Chitosan dan
Ammonium Nitrate sebagai Film Polimer Elektrolit Padat Organik untuk Aplikasi
Sel Battery Hybrid pada tahun 2012, dan proposal PKMP yang sama terpilih
sebagai 40 proposal Tanoto Student Research Awards pada tahun 2012.