METODE PENELITIAN SIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

1. Unit rawat inap yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan dan berinteraksi kepada pasien yaitu berjumlah 9 unit. 2. Unit medis non-rawat inap yang memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan pelanggan yaitu berjumlah 15 unit. 3. Unit non-medis yang bersifat krusial sekaligus memberikan pelayanan pelanggan berupa kebutuhan non-medis dan bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan yaitu berjumlah 8 unit.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dalam bentuk kuesioner. Metode survey merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang karakteristik populasi atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan angket kuesioner yang berisi pertanyaan- pertanyaan terstuktur, untuk memperoleh informasi modal intelektual, modal finansial, modal fisik, dan kinerja balanced scorecard yang akan diambil sesuai dengan kesepakatan. Peneliti menggunakan skala interval dan ordinal untuk mengukur jawaban responden. Peneliti menggunakan skala ordinal yaitu skala likert, dengan rincian sebagai berikut :  Angka 1 = Sangat Tidak Setuju  Angka 2 = Tidak Setuju  Angka 3 = Cukup Setuju  Angka 4 = Setuju  Angka 5 = Sangat Setuju

E. Definisi Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik.

a. Modal Intelektual X

1 Modal intelektual merupakan aset tak berwujud yang dimiliki rumah sakit untuk meningkatkan kinerja. Aset tak berwujud merupakan sumber daya yang berupa pengetahuan yang dimiliki karyawan seperti kemampuan karyawan mengelola tiap unitnya, keahlian karyawan, pendidikan karyawan, dan kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang dapat memberikan nilai untuk rumah sakit. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai organisasi yang bergerak dibidang jasa tentunya memiliki tujuan untuk mengutamakan kepuasan pelanggan di setiap unit rumah sakit. Kepuasan pelanggan di setiap unit rumah sakit merupakan suatu hal yang harus dicapai, karena terciptanya mutu dan kinerja rumah sakit yang baik ditentukan dari baik buruknya kinerja karyawan tiap unit rumah sakit. Variabel model intelektual ini diukur berdasarkan dimensi human capital, customer capital, dan structural capital. Dari 3 dimensi tersebut dikembangkan masing-masing menjadi 3 indikator untuk membentuk suatu pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan menggunakan skala ordinal 1 sampai dengan 5. a. Modal Finansial X 2 Modal finansial yaitu sumber dana yang diperoleh dari setiap unit-unit dirumah sakit. Modal financial mengacu pada sumber dana di rumah sakit untuk setiap unit rumah sakit, sehingga dapat digunakan untuk membeli keperluan riil yang digunakan disetiap unit rumah sakit. Ketersedian dana akan memaksimalkan pelayanan kepada konsumenpasien Ekowati, dkk 2010. Aset lancar merupakan aset yang paling likuid sehingga mudah untuk diuangkan dan dijadikan sumber dana untuk tiap unit rumah sakit. Dalam penelitian ini, modal financial diukur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh karyawan dari tiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pertanyaan tersebut dikembangkan dari satu dimensi dan enam indikator yang berisi tentang aset lancar. Jawaban dari pertanyaan diukur menggunakan skala ordinal dan skala interval. b. Modal Fisik X 3 Modal fisik yaitu kekayaan yang dimiliki rumah sakit. Modal fisik ini mengacu pada kekayaan non-manusia yang dapat digunakan untuk keperluan setiap unit rumah sakit dan memenuhi kebutuhan pelayanan kepada pasien rumah sakit Ekowati, dkk 2010. Modal fisik rumah sakit dapat diukur menggunakan aset tetap yang dimiliki tiap unit rumah sakit. Aset tetap yang dimiliki tiap unit rumah sakit seperti peralatan medis, perabotan kamar pasien, dan peralatan kantor, sehingga peralatan-peralatan tersebut dapat disebut sebagai kekayaan yang dimiliki tiap unit rumah sakit. Dalam penelitian ini, aset tetap diukur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai aset tetap tiap unit rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pertanyaan tersebut dikembangkan dari enam indikator dan skala pengukuran pertanyaan menggunakan skala interval dan skala ordinal. 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kinerja Balanced Scorecard Y Kinerja rumah sakit diukur menggunakan Balanced Scorecard yang dikembangkan Kaplan Norton 1996. Balenced Scorecard merupakan alat manajemen kinerja yang digunakan untuk mengukur, menilai serta mencatat hasil kinerja perusahaan atau organisasi. Penilaian dan pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard berdasarkan empat perspektif, yaitu:

a. Perspektif Keuangan

Pengukuran kinerja dalam perspektif keuangan yang dilakukan rumah sakit PKU Muhammadiyah yaitu menggunakan tolok ukur value for money yang dikembangkan Mardiasmo yaitu Rasio ekonomis, rasio efisiensi, rasio efektivitas. Rasio ekonomis digunakan untuk mengetahui apakah pihak rumah sakit cermat dan hemat dalam mengelola anggaran yang tersedia dan mampu mengurai biaya-biaya yang tidak perlu. Nilai rasio yang baik adalah kurang dari 100. Semakin kecil nilai rasio semakin baik kinerja rumah sakit. Rasio efisiensi bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam mengelola pengeluaran untuk dapat menghasilkan pendapatan. Nilai rasio yang baik adalah kurang dari 100. Semakin kecil nilai rasio semakin baik kinerja rumah sakit. Rasio efektivitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan rumah sakit dalam melaksanakan tugas apakah efektif atau tidak. Nilai rasio yang harus dicapai adalah minimal 100. Semakin tinggi nilai rasio semakin baik kinerja rumah sakit. Dalam penelitian ini, rasio-rasio tersebut digunakan untuk membentuk indikator yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai. Dimensi perspektif keuangan memiliki enam indikator yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti. Kuesioner tersebut akan diisi oleh karyawan pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti menggunakan skala pengukuan ordinal dan interval untuk mengukur jawaban kuesioner pada dimensi perspektif keuangan.

b. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal digunakan untuk mengidentifikasi proses-proses pelayanan pelanggan tiap unit satuan kerja rumah sakit. Perspektif proses bisnis internal menggunakan pengembangan layanan inovasi, perbaikan sistem operasional dan peningkatan kualitas proses layanan. Pengembangan pelayanaan inovasi ini diharapkan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan yang bermanfaat pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, perspektif proses bisnis internal sebagai dimensi pengukuran kinerja memiliki dua indikator yaitu inovasi dan proses operasi kerja. Indikator tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan data informasi yang dibutuhkan peneliti untuk mengukur kinerja unit dari perspektif proses bisnis internal. Pertanyaan-pertanyaan ini akan diisi oleh karyawan tiap unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan jawaban pertanyaan- pertanyaan menggunakan skala pengukuran ordinal 1 sampai dengan 5.

c. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan tiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta kepada pelanggan. Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan tiap unit tinggi dapat memberikan dampak terhadap nilai tambah maupun citra rumah sakit yang baik. Sehingga perspektif pelanggan ini penting untuk pengukuran kinerja unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang sekaligus dapat memberikan evaluasi terhadap pelayanan tiap unit tersebut. Dalam penelitian ini, perspektif pelanggan sebagai dimensi pengukuran kinerja memiliki tiga indikator yang terdiri dari: keramahan, persentase retensi pelanggan, dan tingkat kebersihan. Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan- pertanyaan yang dapat memberikan data informasi yang dibutuhkan peneliti untuk mengukur kinerja unit dari perspektif pelangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diberikan kepada karyawan maupun pelanggan pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan interval. Skala pengukuran ordinal menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan proses evaluasi dan proses tumbuh yang dilakukan tiap unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Proses evaluasi dan proses tumbuh dari tiap unit satuan kerja rumah sakit ini bertujuan untuk meningkatkan nilai dan mutu rumah sakit. Sehingga dapat meningkatkan kinerja tiap unit rumah sakit dan meningkatkan pelanggan baru rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penelitian ini, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebagai dimensi pengukuran kinerja memiliki empat indikator yaitu: evaluasi rencana dan strategi rawat inap, pelayanan asuransi, evaluasi kinerja, dan pelatihan karyawan. Indikator- indikator tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan data informasi yang dibutuhkan peneliti untuk mengukur kinerja unit dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diisi oleh karyawan dari tiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tabel. 2.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Dimensi Indikator Pengukuran No. Kuesioner Modal intelektual X 1 Human Capital 1. Keahlian 2. Kemampuan memecahkan masalah 3. Kesesuaian pendidikan Ordinal 1, 2, 3 Customer capital 1. Hubungan dengan rekan kerja 2. Loyalitas terhadap pelanggan Ordinal 4, 5 Structural Capital 1. Keterlibatan dalam musyawarah rumah sakit 2. Keikutsertaan dalam pemilihan struktural rumah sakit Ordinal 6, 7 Modal finansial X 2 Aset Lancar 1. Nilai kas 2. Nilai persediaan 3. Nilai piutang 4. Kenaikan nilai kas lancar 5. Kenaikan nilai persediaan 6. Kenaikan nilai piutang Interval Ordinal 8, 9, 10, 11,12, 13 Modal fisik X 3 Aset Tetap 1. Nilai alat medik 2. Nilai mesin dan instalasi 3. Nilai perabotan kantor 4. Kenaikan alat medik 5. Kenaikan mesin dan instalasi 6. Kenaikan perabotan kantor Interval Ordinal 14, 15, 16, 17, 18, 19 Kinerja Balanced Scorecard Y Perspektif Keuangan 1. Kemampuan mencapai rasio ekonomi 2. Persentase rasio ekonomi 3. Kemampuan mencapai rasio efisiensi 4. Persentase rasio efisiensi 5. Kemampuan mencapai rasio efektivitas 6. Persentase rasio efektivitas Ordinal Interval 20, 21, 22, 23, 24, 25 Perspektif proses internal bisnis 1. Inovasi 2. Proses operasi kerja Ordinal 26, 27 Perspektif pelanggan 1. Keramahan 2. Persentase retensi pelanggan 3. Tingkat kebersihan Interval Ordinal 28, 29, 30 Perpektif pembelajaran dan pertumbuhan 1. Evaluasi renstra rawat inap 2. Pelayanan asuransi 3. Evaluasi kinerja 4. Pelatihan karyawan Ordinal 31, 32, 33, 34

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menurut Ghozali 2011 yaitu mendeskriptifkan atau menggambarkan data-data hasil pengamatan terhadap kejadian atau fenomena secara kuantitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Variabel-variabel yang diteliti dapat dijelaskan dan dideskripsikan. Peneliti dapat menentukan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut sesuai dengan kebutuhan penelitian. b. Menyusun data dengan nilai terendah hingga nilai tertinggi dan memperkirakan frekuensi yang didapat. c. Menggunakan teknik statistik deskriptif dengan menggunakan ukuran kecenderungan pusat dan ukuran keberagaman yang sesuai dengan skala pengukuran. 2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika setiap item pertanyaan pada kuesioner dapat mendeskripsikan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Menurut Nazaruddin dan Basuki 2015, sebuah item pertanyaan di dalam kuesioner dapat dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi dengan skor total masing- masing variabel ≥ 0,25. b. Uji Reliabilitas Menurut Ghozali 2011 suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban pertanyaan tersebut stabil atau kuesioner dari waktu ke waktu. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan one shot atau pengukuran sekali saja yaitu pengukuran hanya dilakukan sekali dan hasil tersebut akan dibandingkan dengan pertanyaan lain. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach ’s Alpha α. Menurut Nazaruddin dan Basuki 2015, reliabilitas suatu item pertanyaan dalam kuesioner pada tiap variabel dapat dilihat dari nilai Cronbach ’s Alpha dan kolom Corrected Item Total Correlation. Apabila suatu item pertanyaan dalam kuesioner pada variabel-variabel memiliki nilai Cronbach ’s Alpha ≥ 0,5 maka item pertanyaan memiliki reliabilitas yang mencukupi. Apabila nilai item-item pertanyaan kuesioner dari masing-masing variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≥ 0,40, berarti bahwa item pertanyaan dapat dikatakan mempunyai reliabilitas konsistensi internal. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Menurut Ghozali 2011 uji normalitas data digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, pada penelitian dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai probabilitas menunjukakan nilai signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada keterkaitan erat antara variabel independen. Menurut Ghozali 2011 Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor VIF. Apabila dalam penelitian nilai tolerance 0,10 dan VIF 10 maka menunjukkan tidak terdapat mulikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2011. Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat nilai signifikan dari masing-masing variabel independen lebih besar dari alpha α 0,05. Apabila nilai sig dari masing-masing variabel lebih besar dari alpha α 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun apabila nilai sig dari masing-masing variabel lebih kecil dari alpha α 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Gletser.

G. Uji Hipotesis

Analisis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi lininer berganda melalui software SPSS Statistical Package for Social Science. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen. Syarat penerimaan hipotesis pada regresi linier berganda apabila nilai signifikan 0,05. Persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: Kinerja BSC = α + β 1 MODAL_INT + β 2 MODAL_FIN + β 3 MODAL_FISIK + e Keterangan : Kinerja BSC : Kinerja keuangan dan non keuangan rumah sakit MODAL_INT : Modal Intelektual MODAL_FIN : Modal Finansial MODAL_FISIK : Modal Fisik a. Uji Koefisien Determinasi Adjusted R 2 Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R 2 , dimana untuk menginterpretasikan besarnya nilai koefisien determenasi harus diubah dalam bentuk persentase Ghozali, 2007. Kemudian sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. b. Uji Statistik Fisher F Uji statistik fisher digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen secara simultan mempunyai hubungan dengan variabel dependen dalam model regresi linier berganda. Uji F dilakukan untuk menguji keseluruhan variabel independen: modal intelektual, modal financial, dan modal fisik terhadap satu variabel dependen, yaitu kinerja balanced scorecard secara bebas dengan nilai signifikansi sebesar 0,05 Ghozali, 2011. Apabila nilai sig alpha 0,05, maka terdapat hubungan secara bersama-sama atau simultan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil uji F ini dapat dilihat pada ANOVAdalam kolom sig. c. Uji t Hipotesis Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Sehingga uji t digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan signifikan antara masing-masing variabel independen yaitu: modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik terhadap satu variabel dependen, yaitu kinerja balanced scorecard. Apabila nilai sig lebih besar dari 0,05 dan arahnya tidak searah dengan hipotesis maka H diterima, sehingga H a tidak terdukung. Hal tersebut berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 dan arahnya searah dengan hipotesis maka H ditolak, sehingga H a terdukung. Hal tersebut berarti ada hubungan positif signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila nilai sig lebih kecil dari 0,05 tetapi arah hipotesis berlawanan arah dengan arah hipotesis, maka H diterima dan H a tidak terdukung. Hal tersebut berarti ada hubungan negatif signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada unit satuan kerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini yaitu pelanggan dan karyawan PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar pada tiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai obyek penelitian, sedangkan karyawan dan pelanggan sebagai responden penelitian. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki 39 unit satuan kerja, namun peneliti mengambil 32 unit satuan kerja yang dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling, sehingga peneliti memilih sampel berjumlah 32 unit satuan kerja yang diambil secara acak berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan tertentu. Penyebaran atau pembagian kuesioner di tiap unit satuan kerja PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan mulai dari tanggal 24 Desember 2016 dan kuesioner diambil pada tanggal 6 Januari 2017. Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian No. Unit Kerja No. Unit Kerja No. Unit Kerja No. Unit Kerja 1 R. Arofah 11 Gizi 21 R. IGD 31 CSSD 2 R. Ibnu Sina 12 Fisoterapi 22 Pengadaan-Logistik 32 Satpam 3 R. Marwa 13 Laboratorium 23 Keuangan-Akuntansi 4 R. Multazam 14 Sanitasi 24 Akreditasi 5 R. Muzdalifah 15 Radiologi 25 R. Hemodialisa 6 R. Roudhoh 16 Rekam Medis 26 R. IMCMina 7 R. Sakinah 17 Elektro Medik 27 Pemeliharaan 8 R. Shofa 18 Tata Usaha 28 R. Bersalin VK 9 R. Zam-zam 19 Kepegawaian 29 R. IBS 10 Farmasi 20 Diklat 30 R. KBY Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Keterangan Jumlah Presentase Jumlah kuesioner yang disebar 64 100 Jumlah yang kembali 60 94 Jumlah yang tidak kembali 4 6,3 Jumlah yang tidak dapat diolah 5 8,3 Total kuesioner yang dapat diolah 55 91,67 Sumber : Data Primer yang diolah 2017

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Statistik Deskriptif Pengujian statistik deskrptif digunakan untuk mengetahui jumlah pengamatan, nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata mean, dan standar deviasi. Hasil pengujian statistik deskripsif telah disajikan dalam Tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Sumber : IBM SPSS 22.0 Tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah pengamatan pada model penelitian ini adalah 55 responden. Sehingga dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa nilai minimum yang diperoleh sangat bervariasi. variabel modal intelektual memiliki nilai minimum sebesar 17 dan nilai maksimum sebesar 30 dengan nilai mean sebesar 22,33. Variabel modal finansial memiliki nilai minimum sebesar 18 dan nilai maksimum sebesar 29 dengan nilai mean sebesar 21,78. Variabel modal fisik memiliki nilai minimum sebesar 10 dan nilai maksimum sebesar 27 dengan nilai mean Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic MODAL_INT 55 17 30 22,33 ,375 2,783 MODAL_FIN 55 18 29 21,78 ,392 2,910 MODAL_FISIK 55 10 27 19,96 ,664 4,925 KINERJA_BSC 55 29 68 56,44 ,984 7,295 Valid N listwise 55 19,96. Variabel kinerja balanced scorecard memiliki nilai minimum sebesar 29 dan nilai maksium sebesar 68 dengan nilai mean 56,44. Nilai minimum pada variabel modal intelektual dimiliki oleh responden pada unit Muzdalifah, sedangkan nilai maksimum variabel intelektual oleh responden pada unit Pemeliharaan. Nilai minimum pada variabel modal finansial dimiliki oleh responden pada unit Arofah, Ibnu Sina, Marwah, Laboratorium, Rekam Medis, Elektromedik, Kepegawaian, dan IGD, sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh responden pada unit KBY. Nilai minimum variabel modal fisik dimiliki oleh responden pada unit Kepegawaian, sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh responden pada unit Sanitasi. Nilai minimum pada variabel kinerja balanced scorecard dimiliki oleh responden pada unit Roudhoh, sedangkan nilai maksimum dimiliki responden pada unit Ibnu Sina. 2. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas atau keabsahan instrumen yang gunakan untuk mengukur variabel penelitian. Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur nilai total skor Pearson Correlation. Jika skor total Pearson Correlation ≥ 0,25 artinya instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel telah valid. Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Sumber: Data diolah peneliti, 2017 Hasil pengujian validitas variabel modal intelektual secara lengkap disajikan pada Lampiran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh item pembentukan variabel modal intelektual memiliki nilai pearson correlation dengan skor total masing- masing variabel ≥ 0,25. Variabel modal intelektual memiliki 7 butir pertanyaan, namun dari ke-7 butir pertanyaan tersebut ada satu butir pertanyaan yaitu IC4 yang memiliki nilai pearson correlation dengan skor total ≤ 0,25. Sehingga pertanyaan IC4 dihapus karena dikatakan tidak valid. Setelah pertanyaan IC4 tersebut dieliminasi, 6 item pertanyaan pembentuk variabel modal intelektual dapat dikatakan valid. Hasil pengujian validitas variabel modal finansial secara lengkap telah disajikan pada Lampiran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh item pembentuk variabel modal finansial memiliki nilai pearson correlation dengan skor total masing- masing variabel ≥ 0,25. Variabel modal finansial Variabel Total Skor Pearson Correlation N of Items Keterangan Modal Intelektual ≥ 0,25 6 Valid Modal Finansial ≥ 0,25 6 Valid Modal Fisik ≥ 0,25 6 Valid Kinerja Balanced Scorecard ≥ 0,25 15 Valid memiliki 6 butir pertanyaan, dari ke-6 butir pertanyaan tersebut memiliki nilai skor total pada pearson correlation masing-masing pertanyaan lebih besar dari 0,25, berarti seluruh item pertanyaan pembentuk variabel dikatakan valid. Hasil pengujian validitas variabel modal fisik secara lengkap telah disajikan pada Lampiran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh item pembentuk variabel modal fisik memiliki nilai pearson correlation dengan skor total masing- masing pertanyaan ≥ 0,25. Variabel modal fisik memiliki 6 butir pertanyaan, ke-6 butir pertanyaan tersebut memiliki nilai pearson correlation dengan total skor masing- masing pertanyaan ≥ 0,25. Sehingga semua item pertanyaan pembentuk variabel modal fisik dapat dikatakan valid. Hasil pengujian validitas variabel kinerja balanced scorecard secara lengkap telah disajikan pada Lampiran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan pembentuk variabel kinerja balanced scorecard memiliki nilai pearson correlation dengan skor total masing- masing pertanyaan ≥ 0,25. Variabel kinerja balanced scorecard memiliki 15 item pertanyaan, dari ke- 15 item pertanyaan tersebut memiliki nilai skor total pada pearson correlation lebih besar dari 0,25. Sehingga semua item pembentuk variabel modal intelektual dapat dikatakan valid. 3. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas konsistensi internal, teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha. Jika Cronbach’s alpha memiliki nilai antara 0,50-0,70 artinya reliabilitas variabel berada dalam level moderat. Hal tersebut menjukkan bahwa seluruh item pertanyaan memiliki konsistensi internal cukup kuat. Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan tabel pengujian reliabilitas masing-masing variabel, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari variabel modal intelektual 0,637 , variabel modal finansial sebesar 0,611, variabel modal fisik sebesar 0,690, kinerja balanced scorecard sebesar 0,757. Sehingga dapat disimpulkan seluruh item pertanyaan dalam kuesioner pembentuk variabel memiliki nilai reliabilitas cukup kuat karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha antara 0,50-0,70. Variabel Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan Modal Intelektual 0,637 6 Reliabel Modal Finansial 0,611 6 Reliabel Modal Fisik 0,690 6 Reliabel Kinerja Balanced Scorecard 0,757 15 Reliabel 4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas pada data penelitian disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 55 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 6,42062518 Most Extreme Differences Absolute ,072 Positive ,050 Negative -,072 Test Statistic ,072 Asymp. Sig. 2-tailed ,200 c,d Sumber : IMB SPSS 22.0 Penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji normalitas data penelitian. Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,200 alpha 0,05. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. 2- tailed alpha 0,05. Sehingga dari hasil pengujian normalitas pada model penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Hasil pengujian multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 51,238 10,098 5,074 ,000 MODAL_INT 1,143 ,342 ,436 3,347 ,002 ,895 1,118 MODAL_FIN -,690 ,314 -,275 -2,195 ,033 ,967 1,034 MODAL_FISI K -,266 ,195 -,180 -1,362 ,179 ,873 1,145 a. Dependent Variable: KINERJA_BSC Sumber: IBM SPSS 22.0 Tabel menunjukkan nilai variance inflation factor VIF dan nilai tolerance dari setiap variabel independen yang ada pada model penelitian. Dari hasil analisis, dapat dilihat nilai variance inflation factor setiap variabel independen yaitu modal intelektual memiliki nilai VIF sebesar 1,118, modal finansial memiliki nilai VIF sebesar 1,034, dan modal fisik memiliki nilai VIF sebesar 1,145. Nilai variance inflation factor dari setiap variabel independen pada model penelitian 10. Sedangkan nilai tolerance setiap variabel independen yaitu modal intelektual memiliki nilai tolerance sebesar 0,895, modal finansial memiliki nilai tolerance sebesar 0,967, dan modal fisik memiliki nilai tolerance sebesar 0, 873. Nilai tolerance dari setiap variabel independen pada model penelitian 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedatisitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Gletser. Uji Gletser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heroskedastisitas menggunakan Uji Gletser sebagai berikut Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 6,343 5,931 1,069 ,290 MODAL_INT -,441 ,201 -,306 -2,199 ,032 MODAL_FIN ,211 ,184 ,154 1,145 ,257 MODAL_FISIK ,194 ,115 ,239 1,692 ,097 Sumber : IBM SPSS 22.0 Berdasarkan tabel didapatkan hasil signifikansi dari masing- masing variabel independen terhadap absolut residual variabel dependen. Dari hasil analisis, variabel independen modal intelektual memiliki nilai sig 0,032, modal finansial memiliki nilai sig 0,257, modal fisik memiliki nilai sig 0,097. Suatu penelitian dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabilai nilai sig alpha 0,05. Sehingga dari hasil pengujian, variabel modal intelektual terjadi heteroskedastisitas karena nilai sig 0,032 alpha 0,05. Namun, variabel modal finansial dan modal fisik tidak terjadi heteroskedastisitas karena nilai sig alpha 0,05.

C. Uji Hipotesis

Analisis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda melalui software SPSS Statistical Package for Social Science. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen. Syarat penerimaan hipotesis pada regresi linier berganda apabila nilai signifikan 0,05. Adapun uji yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Koefisien Determinasi Adjusted R 2 Hasil pengujian koefisien determinasi disajikan pada Tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,475 a ,225 ,180 6,607 a. Predictors: Constant, MODAL_FISIK, MODAL_FIN, MODAL_INT b. Dependent Variable: KINERJA_BSC Sumber: IBM SPSS 22.0 Tabel menggambarkan besarnya nilai koefisien determinasi Adjusted R 2 pada model penelitian. Dari hasil pengujian koefisien determinasi regresi linier berganda, dapatkan hasil nilai Adjusted R 2 sebesar 0,180 atau 18. Hal tersebut mengindikasi bahwa kinerja BSC dapat dijelaskan sebesar 18 oleh modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik. Sedangkan sisanya sebesar 82 110- 18 dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian. 2. Uji F Simultan Hasil pengujian simultan disajikan pada Tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji Pengaruh Simultan ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 647,408 3 215,803 4,944 ,004 b Residual 2226,119 51 43,649 Total 2873,527 54 Sumber : IBM SPSS 22.0 Dari hasil analisis, menunjukan hasil nilai F sebesar 4,944 dengan nilai signifikan sebesar 0,004 alpha 0,05. Sehingga variabel independen pada penelitian ini yaitu modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik memiliki hubungan simultan atau bersama- sama dengan variabel dependen yaitu kinerja balanced scorecard. Kinerja BSC = 51,238 + 1,143 MODAL_INT – 0,690MODAL_FIN – 0,266 MODAL_FISIK +e 3. Uji t Hipotesis Hasil pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji t Hipotesis Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 51,238 10,098 5,074 ,000 MODAL_INT 1,143 ,342 ,436 3,347 ,002 MODAL_FIN -,690 ,314 -,275 -2,195 ,033 MODAL_FISIK -,266 ,195 -,180 -1,362 ,179 Sumber : IBM SPSS 22. Berdasarkan hasil pengujian, dirumuskan model regresi yaitu : Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Modal intelektual dengan kinerja balanced scorecard Tabel menunjukkan bahwa variabel modal intelektual memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,143 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 alpha 0,05. Berdasarkan nilai koefisien regresi dan signifikansi tersebut, maka modal intelektual berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil hipotesis dapat diartikan apabila modal intelektual karyawan meningkat, maka kinerja tiap unit rumah sakit juga akan meningkat. Sehingga hipotesis penelitian pertama H 1 dinyatakan terdukung. b. Modal finansial dengan kinerja balanced scorecard Tabel menunjukkan bahwa variabel modal finansial memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,690 dengan signifikansi sebesar 0,033 alpha 0,05. Berdasarkan nilai koefisien regresi dan signifikansi tersebut, maka modal finansial berhubungan negatif dan signifikan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, modal finansial memiliki nilai mean di bawah rata-rata dari nilai maksimum dan minimum, sedangkan kinerja balanced scorecard memiliki nilai mean di atas rata-rata dari nilai maksimum dan minimum. Sehingga hasil hipotesis yang diperkuat dengan statistik deskriptif dapat diartikan apabila modal finansial tiap unit menurun maka kinerja ditiap unit rumah sakit akan meningkat. Sehingga hipotesis penelitian kedua H 2 dinyatakan tidak terdukung. c. Modal fisik dengan kinerja balanced scorecard Tabel menunjukkan bahwa variabel modal fisik memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,266 dengan signifikansi sebesar 0,179 alpha 0,05. Berdasarkan nilai koefisien regresi dan signifikansi tersebut, maka modal fisik tidak berhubungan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hal tersebut terjadi karena hipotesis penelitian dapat diterima apabila nilai signifikansi alpha 0,05. Sehingga hipotesis penelitian ketiga H 3 dinyatakan tidak terdukung. Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Hipotesis Kode Hipotesis Hasil H 1 Modal intelektual berhubungan positif dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Terdukung H 2 Modal finansial berhubungan positif dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tidak Terdukung H 3 Modal fisik berhubungan positif dengan kineja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tidak Terdukung

D. Pembahasan

Penelitian ini menguji hubungan modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik dengan kinerja balanced scorecard yang dilakukan pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan modal intelektual dengan kinerja balanced scorecard Modal intelektual merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki tiap unit satuan kerja di dalam rumah sakit. Aktiva tak berwujud yang dimiliki setiap unit rumah sakit dapat berupa keahlian karyawan, kemampuan karyawan dalam menjalin hubungan baik dengan pelanggan, kemampuan rumah sakit dalam menciptakan inovasi baru, dan kemampuan rumah sakit dalam mengelola manajemen rumah sakit. Menurut Research Based Theory, apabila suatu rumah sakit mampu memiliki, mengelola, dan menguasai aset berwujud maupun aset tak berwujudnya, maka rumah sakit tersebut akan mampu bersaing secara kompetitif dengan rumah sakit yang lain. Sehingga dengan adanya persaingan dengan rumah sakit yang lain, tentunya setiap unit satuan kerja akan meningkatkan kinerjanya dari sisi keuangan maunpun non keuangan. Hasil hipotesis pertama terdukung yang dibuktikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan arah positif yang searah dengan arah hipotesis. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa modal intelektual berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja balanced scorecard. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ekowati dan Rusmana 2011 yang menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja, walaupun berbeda dalam pengukuran variabelnya. Apabila karyawan di setiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta mampu mengelola, memiliki, dan menguasai aset tak berwujud maupun aset berwujudnya, berarti setiap unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat meningkatkan kinerja unitnya. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai organisasi yang beroperasi dibidang jasa tentunya selalu berusaha meningkatkan kinerja dari sisi keuangan maupun non-keuangan sehingga kepuasan pelangan dan mutu rumah sakit menjadi tujuan penting dalam menjalankan operasi kerjanya. Untuk meningkatkan kinerja, rumah sakit diharapkan untuk memiliki kualitas karyawan tiap unit rumah sakit yang baik agar dapat mencapai keberhasilan rumah sakit dari sisi keuangan maupun non-keuangan sesuai dengan tujuan rumah sakit. 2. Hubungan modal finansial dengan kinerja balanced scorecard Modal finansial merupakan kemampuan setiap unit rumah sakit dalam membiayai kebutuhan yang terkait pelayanan kepada pelanggan maupun kelengkapan aset untuk proses operasi kerja yang dimiliki tiap unit rumah sakit. Kemampuan setiap unit satuan kerja rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan riil tiap unit rumah sakit kemungkinan dapat meningkatkan kinerja dari sisi keuangan maupun non-keuangan. Hasil hipotesis penelitian ini tidak terdukung karena memiliki nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 tetapi memiliki arah negatif yang berlawanan arah dengan hipotesis yang diajukan diawal. Hal tersebut menunjukkan bahwa modal finansial berhubungan negatif signifikan dengan kinerja balanced scorecard yang diukur dari sisi keuangan maupun non keuangan. Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang terdapat pada tabel 4.3, modal finansial memiliki nilai mean di bawah rata-rata dari nilai maksimum dan minimum, sedangkan kinerja balanced scorecard memiliki nilai mean di atas rata-rata dari nilai maksimum dan minimum. Sehingga hasil hipotesis yang diperkuat dengan statistik deskriptif dapat diartikan apabila modal finansial tiap unit menurun atau rendah maka kinerja ditiap unit rumah sakit justru meningkat. Menurut hasil penelitian ini, karyawan tiap unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tetap memiliki semangat dan giat untuk melakukan kinerjanya semaksimal mungkin walaupun keadaan finansial yang ada di unit maupun keseluruhan rumah sakit sedang buruk. Bahkan, karyawan tiap unit satuan kerja rumah sakit tersebut melakukan kinerja tanpa mengetahui atau memperhatikan finansial yang ada di tiap unit. Kemungkinan yang terjadi yaitu Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai organisasi jasa yang tidak bertujuan untuk mencari profit tetapi lebih mengutamakan mutu pelayanan pelanggan, sehingga tiap unit rumah sakit saat memiliki finansial tidak digunakan semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan riil tiap unitnya tetapi digunakan seminimal mungkin. Penggunaan finansial seminimal mungkin bertujuan untuk mengantisipasi adanya kekurangan finansial tiap unit saat pendapatan rumah sakit menurun tetapi karyawan tetap melakukan kinerja semaksimal mungkin agar tercapainya kepuasan pelanggan. Sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekowati Rusmana 2011 yang menyatakan modal finansial berpengaruh positif terhadap kinerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh EkowatiRusmana 2011, dimiliki dan kinerja diukur menggunakan rasio-rasio keuangan sedangkan pada penelitian ini modal finansial diukur menggunakan kuesioner yang berisi tentang nilai aset lancar yang dimiliki tiap unit rumah sakit dan kinerja diukur menggunakan kuesioner yang berisi tentang empat perspektif balanced scorecard yaitu perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 3. Hubungan modal fisik dengan kinerja balanced scorecard Modal fisik merupakan aset tetap yang dimiliki tiap unit satuan kerja rumah sakit. Aset tetap yang dimiliki tiap unit kerja rumah sakit seperti peralatan medis, perabotan kamar pasien, dan peralatan kantor, sehingga peralatan-peralatan tersebut dapat disebut sebagai kekayaan yang dimiliki tiap unit rumah sakit. Ketersediaan aset tetap disetiap unit satuan kerja rumah sakit diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan berdasar pada empat perspektif balanced scorecard. Hipotesis penelitian ini tidak terdukung karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hal tersebut bahwa modal fisik tidak berhubungan dengan kinerja balanced scorecard yang diukur dari sisi keuangan maupun non-keuangan. Sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahuu yang dilakukan oleh EkowatiRusmana 2011 yang menyatakan modal fisik berpengaruh positif terhadap kinerja. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu disebabkan karena beberapa faktor yaitu perbedaan pengukuran pada variabel modal fisik dan kinerja, tidak semua unit satuan kerja rumah sakit memiliki aset tetap yang dapat dinilai dengan rupiah, dan keterbatasan pengetahuan karyawan mengenai modal fisik maupun aset tetap. Modal fisik yang semakin meningkat tidak berhubungan dengan kinerja balanced scorecard yang menilai kinerja dari sisi keuangan maupun non-keuangan. Hal tersebut dapat terjadi karena meningkatnya kinerja balanced scorecard tidak berhubungan dengan kelengkapan aset tetap, tetapi karyawan dapat meningkatkan kinerjanya karena adanya tunjangan, reward and punishmen, dan kebijakan-kebijakan yang dibuat disetiap unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, kinerja balanced scorecard tidak hanya dilihat dari sisi keuangan saja, tetapi juga dilihat dari sisi non-keuangan. Sehingga apabila dilihat dari sisi keuangan kemungkinan berhubungan, tetapi apabila dilihat dari non- keuangan kemungkinan tidak berhubungan. Sebagai contoh apabila unit akan melakukan proses inovasi yaitu menerima pemeriksaan menggunakan berbagai kartu jaminan kesehatan dan asuransi. Hal tersebut tidak perlu memerlukan kelengkapan aset, tetapi memperhatikan bagaimana respon dan kepuasan dari masyarakat sebagai pelanggan. 59

BAB V SIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Penelitian ini menguji tentang hubungan modal intelektual, modal finansial, dan modal fisik yang berhubungan atau tidak dengan kinerja balanced scorecard. Kinerja balanced scorecard tersebut dapat menilai kinerja berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dari hasil analisis setiap hipotesis, dapat disimpulkan: 1. Modal intelektual berhubungan positif signifikan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya pengelolaan dan penguasaan aktiva tak berwujud berupa modal intelektual, maka semakin meningkat juga kinerja balanced scorecard yang dapat dinilai dari sisi keuangan maupun non keuangan. 2. Modal finansial berhubungan negatif signifikan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, modal finansial memiliki nilai mean di bawah rata-rata dari nilai maksimum dan minimum, sedangkan kinerja balanced scorecard memiliki nilai mean di atas rata-rata dari nilai maksimum dan minimum. Sehingga hasil hipotesis yang diperkuat dengan statistik deskriptif dapat diartikan apabila modal finansial tiap unit menurun maka kinerja yang diukur dengan empat perspektif balanced scorecard ditiap unit rumah sakit akan meningkat. Karyawan tetap melakukan kinerja dengan semangat dan giat walaupun keadaan finansial unitnya sedang menurun. 3. Modal fisik tidak berhubungan dengan kinerja balanced scorecard pada unit satuan kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut berarti bahwa semakin meningakatnya modal fisik berupa aset tetap yang dimiliki tiap unit kerja tidak berhubungan dengan meningkatnya kinerja unit kerja rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dapat diukur dari sisi keuangan maupun nonkeuangan. Hal tersebut terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tiap unit kerja rumah sakit tidak memiliki aset tetap yang dapat dinilai dengan rupiah, karyawan yang mengisi kuesioner tidak mengetahui apa arti aset tetap sehingga tidak sungguh- sungguh dalam mengisi, dan ketersediaan aset tetap memang tidak menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerja di unit rumah sakit karena kemungkinan karyawan melakukan kinerja dengan baik dipicu dengan adanya reward and punishment.