dana akan keluar dari kas Negara. Pada tahap dana yang akan masuk ke  kas  negara  kerugian  dapat  terjadi  melalui:  konspirasi  pajak,
konspirasi  denda,  konspirasi  pengembalian  kerugian  negara  dan penyelundupan;  sedangkan  pada  tahap  dana  akan  keluar  dari  kas
negara,  kerugian  terjadi  akibat:  mark  up,  korupsi,  pelaksanaan kegiatan  yang tidak sesuai dengan program dan lain-lain. Perbuatan-
perbuatan  yang  dapat  merugikan  perekonomian  Negara  ialah pelanggaran-pelanggaran  pidana  terhadap  peraturan-peraturan  yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam bidang kewenangannya.
4. Tinjauan Umum Tentang BUMN a. Pengertian BUMN
Undang-Undang  Negara  Republik  Indonesia  Nomor  19  Tahun 2003  Tentang  BUMN  Pasal  1  ayat  1  merumuskan  pengertian  Badan
Usaha  Milik  Negara  sebagai  badan  usaha  yang  seluruh  atau  sebagian besar modalnya dimiliki oleh  negara melalui penyertaan  secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Badan  Usaha  Milik  Negara  menurut  UU  No.  19  Tahun  2003,
secara  deyure  dan  defacto  termanifestasi  dalam  dua  bentuk  badan  usaha yakni  Persero  dan  Perum  Pasal  9.  Persero  adalah  BUMN  yang
berbentuk  perseroan  terbatas  yang  modalnya  terbagi  dalam  saham  yang seluruh  atau  paling  sedikit  51    lima  puluh  satu  persen  sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, yang tujuan utamanya mengejar keuntungan  Pasal  1  ayat  2  UU  BUMN.  Perum  adalah  BUMN  yang
seluruh  modalnya  dimiliki  negara  dan  tidak  terbagi  atas  saham,  yang bertujuan  untuk  kemanfaatan  umum  berupa  penyediaan  barang  danatau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan Pasal 1 ayat 4 UU BUMN.
Kedua bentuk
BUMN ini
merupakan perubahan
dari pengelompokan  yang  diatur  berdasarkan  ketentuan  Undang-undang
Nomor  9  Tahun  1969.  Undang-undang  Nomor  9  Tahun  1969 merumuskan  bahwa  BUMN  terdiri  dari  tiga  bentuk  usaha  negara  yaitu
Perusahaan  Jawatan  Perjan  yang  sepenuhnya  tunduk  pada  ketentuan Indonesische Bedrijvenwet Stbl. 1927: 419, Perusahaan Umum Perum
yang  sepenuhnya tunduk pada ketentuan  Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 dan Perusahaan Perseroan Persero yang sepenuhnya tunduk
pada  ketentuan  Kitab  Undang-undang  Hukum  Dagang  Stbl.  1847  :  23. Pengaturan  ini,  kemudian  didukung  oleh  beberapa  peraturan  pemerintah
peraturan  operasional  seperti  Peraturan  Pemerintah  Nomor  3  Tahun 1983,  yang  kemudian  diperbaharui  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor
12  Tahun  1998  tentang  Perusahaan  Perseroan  PERSERO,  Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum PERUM
dan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  6  Tahun  2000  tentang  Perusahaan Jawatan PERJAN.
Berbagai  Peraturan  Pemerintah  tersebut  diharapkan  memberikan arahan  yang  lebih  pasti  mengenai  sistem  yang  dipakai  dalam  upaya
peningkatan  kinerja  BUMN,  yaitu  berupa  pemberlakuan  mekanisme korporasi secara jelas dan tegas dalam pengelolaan BUMN, namun dalam
perkembangan  selanjutnya,  demi  pembaharuan  dan  perbaikan  lebih
lanjut, dibentuklah UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan peraturan operasional  seperti  PP  No.  33  Tahun  2005  tentang  Tata  Cara  Privatisasi
Perusahaan  Perseroan  Persero,  PP  No.  43  Tahun  2005  tentang Penggabungan,  Peleburan,  Pengambilalihan  dan  Perubahan  Bentuk
Badan  Hukum  Badan  Usaha  Milik  Negara,  PP  No.  44  Tahun  2005 tentang  Tata  Cara  Penyertaan  dan  Penatausahaan  Modal  Negara  pada
Badan  Usaha  Milik  Negara  dan  Perseroan  Terbatas,  PP  No.  45  Tahun tentang  Pendirian,  Pengurusan,  Pengawasan  dan  Pembubaran  Badan
Usaha Milik Negara.
b. Dasar Filosofis  BUMN di Indonesia