Metode Penelitian Objek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif dan pendekatan interpretatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal, dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik Sangadji, 2010: 26. Pendekatan interpretatif merupakan analisis dalam menentukan dasar dan makna sosial. Interpretatif bukanlah kerja otonom dan tidak ditentukan oleh suatu kekuasaan khusus manusia tertentu. Dalam interpretatif dapat menggunakan bantuan orang lain serta informasi tertulis Witjaksana, 2005: 5. Metode penelitian kualitatif ini diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis Nawawi, 1995: 209. Dalam penelitian kualitatif ada dua hal yang ingin dicapai, yaitu: 1 menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, dan 2 menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu fenomena sosial itu. Berdasarkan tujuan kedua, peneliti menggunakan analisis semiotik yang sifatnya memaparkan situasiperistiwa dengan melukiskan variabel satu demi satu Rahmat, 2004: 25. Penelitian dengan menggunakan analisis semiotika merupakan teknik penelitian bagi kajian komunikasi yang cenderung lebih banyak mengarah pada sumber maupun penerimaan pesan. Dikategorikan ke dalam penelitian interpretatif dan subjektif karena sangat mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan teks ataupun tanda yang dikaitkan dengan nilai-nilai ideologi, budaya, moral dan spiritual. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk membongkar makna dari lirik lagu Surat Buat Wakil Rakyat yang dipopulerkan oleh Iwan Fals. Universitas Sumatera Utara

3.2 Objek Penelitian

Objek yang diteliti di penelitian ini adalah lirik lagu Surat Buat Wakil Rakyat. Beberapa bulan belakangan, isu publik figur yang terjun ke ranah politik semakin menyeruak hingga menjadi santapan hangat di berbagai media televisi, cetak dan online. Dari mulai sosok musisi legendaris yang ingin menjadi calon Presiden, hingga artis senior yang dipasangkan sebagai calon Wakil Gubernur. Di tengah hingar bingar publik figur yang berpacu ingin meraih jabatan tertentu, peneliti jadi teringat dengan sosok legendaris yang sudah berkarya sejak dekade 1970-an, Iwan Fals. Pria kelahiran 3 September 1961 ini seakan tidak terpengaruh untuk terjun ke dunia politik, meski beberapa musisi seangkatannya banyak yang sudah menjadi elit beberapa partai politik. Mungkin karena sering mendapat tekanan saat manggung di era 1980-an hingga awal 1990-an, membuat penyanyi kharismatik ini mempunyai stigma negatif dengan yang namanya politik. Padahal, saat Pemilu 2004 lalu, ada beberapa calon Presiden yang pernah menawarinya untuk duduk sebagai Menteri. Namun, “godaan” itu tetap membuatnya tidak bergeming. Hingga kini, musisi bernama asli Virgiawan Listanto tersebut, tetap asyik dengan dunianya sebagai seniman di bidang musik. Kendati impian menjadikan Iwan Fals menjadi Presiden hampir mustahil, karena hingga kini belum adanya undang-undang untuk calon Presiden dari perorangan berbeda dengan calon Gubernur membuat impian saya tinggal menjadi impian belaka. Sebab, peneliti yakin pelantun hit Bongkar dan Bento ini sangat cocok bila suatu hari menjabat sebagai seorang pemimpin. Pasalnya, meski belum ada satupun partai yang mengusungnya, namun pria yang pernah dijadikan cover majalah bergengsi, Time Asia, merupakan musisi dengan penggemar terbanyak di Indonesia. Tidak kurang dari puluhan juta Oi Orang Indonesia -julukan untuk penggemarnya- yang tentu akan mendukungnya untuk menduduki kursi nomor satu di Indonesia. Apalagi, jika menilik lagu-lagu yang dinyanyikan beliau, sangat cocok diterapkan dalam pemerintahan. Universitas Sumatera Utara Bagi rakyat Indonesia, hampir seluruhnya mengenal lirik dari album berjudul Surat Buat Wakil Rakyat ini. Lagu yang dirilis tahun 1987 itu, menjadi salah satu “tembang wajib” yang dibawakan Iwan Fals di setiap konsernya. Sebenarnya, lagu ini sangat sederhana dibanding beberapa lagu lainnya di album yang meledak jelang Pemilu ke- 4 di masa Orde Baru. Namun, di balik kesederhanaan lagu ini, terdapat lirik yang sangat dalam, bahkan sangat menyayat bagi yang mendengarnya. Terutama di bait terakhir yang mencerminkan bobroknya wakil rakyat kita yang tidak berubah sejak 27 tahun lalu hingga kini http:hiburan.kompasiana.com.

3.3 Kerangka Analisis