ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (STUDI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015)

Oleh:

YURISKO DWI WICAKSONO 20120520121

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015)

Oleh:

YURISKO DWI WICAKSONO 20120520121

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

i

ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA

(

Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun

2015

)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

YURISKO DWI WICAKSONO 20120520121

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015)

Oleh :

YURISKO DWI WICAKSONO 20120520121

Telah dipertahankan dan disahkan di depan tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari, tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016 Pukul : 09.00 – 10.00 wib Tempat : Ruang Igov Lama 1

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Drs. Muchamad Zaenuri, M.Si.

PENGUJI I PENGUJI II

Eko Priyo Purnomo, M.Res., Ph.D Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(5)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Yurisko Dwi Wicaksono Nomor Mahasiswa : 20120520121

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Analisis Evaluasi Kinerja Aparatur Sipil Negara (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 3 Agustus 2015 Penyusun,


(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

Menjadi baik itu mudah, dengan hanya diam maka yang tampak adalah kebaikan. Yang sulit itu menjadi bermanfaat, karena itu butuh perjuangan

(KH. Sahal Mahfudh)

Kesalahan yang membuat anda sedih, lebih baik daripada kebaikan yang membuat anda congkak

(KH. A. Mustofa Basri)

Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, tapi jadilah seorang yang bernilai (Albert Einstein)

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana dari pada sebelumnya

(Kahlil Gibran)

Keberhasilan yang paling manis adalah mencapai apa yang dikatakan oleh orang lain sebagai hal yang tidak mungkin


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya memberikan kesehatan dan kelancaran dalam mengerjakan skripsi sehingga berjalan dengan lancar. Dengan keyakinan dan bersungguh-sungguh maka hasilnya akan maksimal, saya tidak punya kekuatan apapun selain berusaha, berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT.

Saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Supriyanto dan Ibunda Suhartini, mereka adalah orang tua yang luar biasa yang di anugerahkan oleh Allah SWT, terimakasih telah menjaga, mendidik, menyayangi dan mengasihi saya sejak kecil dengan penuh kasih sayang serta selalu setia mendoakan keselamatan disetiap saya melangkah dan menjadi anak yang berguna. Terimakasih semua jerih payah dan kerja keras Ibu dan Bapak, kalian adalah segalanya.

Terimakasih pula kepada kakakku, Prastikayuda Kuncoro Jati, atas segala nasihat dan suntikan di akhir bulannya selama ini, untuk adik-adikku, Wasis dan Dewa, terimakasih untuk semua kasih sayangnya.

Ucapan terimakasih saya kepada Bapak Muchamad Zaenuri yang selalu sabar membimbing skripsi saya sehingga berjalan dengan lancar dan akhirnya selesai tepat waktu.

Terimakasih kepada saudara-saudaraku ditanah rantau, sahabat-sahabatku, Naga Fc,

“Anak Tuhan”, teman-teman di wisma mataram, teman-teman seperjuangan di Ilmu Pemerintahan UMY 2012, terimakasih telah mendukung dan memberi nasihat supaya saya bisa menjaga diri serta menjaga nama baik keluarga . Terimakasih atas segala bantuan dan pertolongannya selama ini, kita semua keluarga.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

حِيمرّحْمَِيْررَرِ رسْْْْْْْْْْْْْْْْْْممرِ

لسلاَح حيحِحي رِ ل حْمَحْحي مسل مرحمحر لَحتِم ح

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, ucap syukur tak

henti-hentinya saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya dalam kehidupan kita semua. Shalawat dan salam senantiasa tercurah bagi baginda Nabi Muhammad SAW atas tauladan dan nabi akhir pembawa kebenaran bagi umat manusia.

Alhamdulillah penulisan skripsi dengan judul “Analisis Evaluasi Kinerja

Aparatur Sipil Negara (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun

2015)”, selesai juga dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas FISIPOL Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang terlah memberikan do’a, bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan sehingga tersusunlah skripsi ini dengan baik. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak. Prof. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Ali Muhammad, M.A, selaku Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. Titin Purwaningsih, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kritik yang membangun bagi penulis.


(9)

viii

4. Bapak Drs. Muchamad Zaenuri, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, segenap tenaga, saran, dukungan, bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Eko Priyo Purnomo, Ph.D. selaku dosen penguji satu yang telah menguji dan memberikan saran yang sangat bermanfaat pada skripsi ini.

6. Ibu Dra. Atik Septi Winingsih, M.Si., selaku dosen penguji dua yang telah menguji dan memberikan saran yang sangat bermanfaat pada skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiya Yogyakarta atas semua ilmu yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dan bermanfaat dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan bagi penulis.

لسلاَح حيحِحي رِ ل حْمَحْحي مسل مرحمحر لَحتِهحي

Yogyakarta, 3 Agustus 2016 Penulis


(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

SINOPSIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori... 7

1. Evaluasi Kinerja Pegawai ... 8

1.1. Pengertian Evaluasi dan Fungsi Evaluasi ... 8

1.2. Reward and Punishment ... 11

1.3. Motivasi Kerja Pegawai ... 14

2. Fungsi Evaluasi Kinerja ... 15

2.1. Fungsi Evaluasi Kinerja ... 15

2.2. Manfaat Evaluasi Kinerja ... 18

2.3. Mengembangkan Sistem Evaluasi Kinerja ... 19

3. Pengertian Kinerja dan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 22

4. Sasaran Evaluasi Kinerja... 24

5. Pengukuran Kinerja ... 25

F. Definisi Konsepsional ... 30

G. Definisi Operasional... 32

H. Metode Penelitian... 33

BAB II DESKRIPSI WILAYAH... 38

A. Profil Kota Yogyakarta ... 38

1. Sejarah Kota Yogyakarta ... 38

2. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 43

B. Profil Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta ... 45

BAB III PEMBAHASAN ... 53


(11)

x

3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Evaluasi Kinerja Pegawai di

Badan Kepegawaian Daerah KotaYogyakarta... 57

3.3. Pengukuran Kinerja Menggunakan SKP dan PP ... 59

3.4. Kerangka Pengukuran Kinerja ... 63

3.5. Capaian Indikator Kinerja Utama ... 66

3.6. Capaian Sasaran Strategis ... 68

3.7. Pengukuran Kinerja (Perbandingan Target dan Realisasi) ... 69

3.8. Evaluasi dan Analisis Kinerja ... 76

3.9. Analisa Anggaran ... 93

BAB IV ... 99

1. Kesimpulan ... 99

2. Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 49

TABEL 2.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ... 49

TABEL 2.3 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 51

TABEL 3.1 Pengkategorian Peringkat ... 65

TABEL 3.2 Capaian IKU BKD Target RPJMD 2011-2015 dan 2016 ... 67

TABEL 3.3 Capaian Kinerja Sasaran BKD Kota Yogyakarta ... 69

TABEL 3.4 Capaian Kinerja Utama Sasaran Strateis ... 75

TABEL 3.5 Capaian IKU Sasaran Strategis 1 ... 77

TABEL 3.6 Capaian IKU Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 1... 80

TABEL 3.7 Capaian IKU Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja 2... 83

TABEL 3.8 Program Pengembangan Manajemen Kepegawaian ... 84

TABEL 3.9 Program Pengembangan Karir Pejabat Struktural dan Fungsional ... 86

TABEL 3.10 Kegiatan Pendukung Capaian Sasaran Strategis 2 ... 91


(13)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS EVALUASI KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA (Studi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015)

Oleh :

YURISKO DWI WICAKSONO 20120520121

Telah dipertahankan dan disahkan di depan tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari, tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016 Pukul : 09.00 – 10.00 wib Tempat : Ruang Igov Lama 1

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Drs. Muchamad Zaenuri, M.Si.

PENGUJI I PENGUJI II

Eko Priyo Purnomo, M.Res., Ph.D Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(14)

SINOPSIS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Kinerja Aparatur Sipil Negera tentang sistem evaluasi kinerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Untuk mengetahui bagaimana cara dan program apa saja yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan kinerja pegawainya agar berdampak baik pada kinerja instansi serta mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta untuk memaksimalkan kinerja pegawainya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan studi kasus Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Teknik pengumpuan data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan reduksi data, kategorisasi, dan sistesisasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka evaluasi kinerja pegawai melalui berbagai program yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan kinerja pegawai dilingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Penilaian kinerja pegawai menggunakan SKP (Sasaran Kerja Pegawai) dan PP (Perilaku Pegawai) yang dilakukan setiap satu tahun sekali. SKP dan PP adalah format baru penilaian kinerja pegawai yang sebelumnya menggunakan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan atau biasa dikenal dengan DP3.

Pelaksanaan program dan kegiatan, program tersebut adalah program pengembangan manajemen kepegawaian yang bertujuan untuk mewejudkan pengelolaan manajemen dan pelayanan administrasi kepegawaian yang cepat, tepat dan akuntabel. Program pengembangan karir pejabat struktural dan fungsional untuk pemenuhan jabatan struktural dan fungsional serta program peningkatan kualitas SDM yang bertujuan untuk mewujudkan ASN yang berkualitas dan profesional melalui kegiatan diklat pegawai.

Evaluasi Kinerja Aparatur Sipil Negara studi tentang sistem evaluasi kinerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta, sudah dilaksanakan dengan baik, karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data yang sudah tercantum tersebut. Dari semua program yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta hampir semuanya mengalami peningkatan dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta telah cukup baik dalam mengevaluasi kinerja pegawainya.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil yang mengganti DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2014. PP 46 tahun 2011 bertujuan agar penilain melalui DP3 yang selama ini hanya bersifat kualitatif dan subyektif, menjadi penilaian target-target yang jelas dan terukur melalui dokumen Sasaran

Kinerja Pegawai (SKP). Tujuan peraturan baru tersebut adalah untuk

meningkatkan kinerja pegawai maupun instansi, namun sampai saat ini belum berjalan sesuai harapan. Terdapat beberapa masalah, salah satunya masih banyak pegawai yang belum mengerti mekanisme peraturan baru yang menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Pegawai (PP), sehingga mereka belum bisa mengaplikasikan peraturan ini dengan baik.

Dalam menghadapi perkembangan global, Pemerintah dituntut untuk memiliki Sumber Daya Manusia yang berkompeten, profesional dan berintegritas agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Setiap Instansi berkepentingan terhadap kinerja terbaik yang mampu dihasilkan oleh rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi. Sumber daya manusia yang berkinerja baik akan memudahkan organisasi mencapai visi, misi, dan tujuannya.


(16)

2

Faktor sumber daya manusia ini merupakan elemen yang penting diperhatikan oleh organisasi, karena sumber daya manusia dengan kinerja yang baik diperlukan dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia dengan kinerja yang baik maka akan sulit bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk mendapatkan kinerja terbaik, karena selain menangani masalah keterampilan dan keahlian, manajemen SDM juga berkewajiban membangun perilaku kondusif pegawai untuk mendapatkan kinerja terbaik.

Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi adalah menilai kinerja pegawai. Evaluasi kinerja merupakan bagian esensial dari manajemen, khususnya manajemen sumber daya manusia. Evaluasi kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar profesionalisme pegawai serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat sehingga pegawai dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan pegawai.

1Wirawan. EVALUASI KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA:Teori, Aplikasi,


(17)

3

Dalam rangka penyelenggaraan pembinaan PNS berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, maka penilaian prestasi kerja PNS dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan prestasi kerja dan pengembangan potensi PNS.

SKP merupakan salah satu dari dua unsur penilaian prestasi kerja yang diatur dalam PP 46 tahun 2011, unsur lainnya adalah Perilaku kerja yang berupa penilaian atas tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau sikap untuk tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PP 46 tahun 2011 mensyaratkan bahwa setiap PNS wajib menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi. SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. Sementara untuk penilaian perilaku kerja terlihat masih bersifat subyektif seperti DP3. Dalam Penilaian Prestasi Kerja, kedua unsur di-prosentase-kan dengan 60% SKP dan 40% untuk Perilaku kerja. Memperhatikan uraian 6 subunsur dalam unsur penilaian perilaku kerja yaitu orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan yang masih bersifat kualitatif dan subyektif.2

Sasaran kinerja pegawai merupakan kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai oleh seorang pegawai PNS dalam kurun waktu tertentu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur, yang disusun dan disepakati bersama antara Pejabat Penilai dengan Pegawai Negeri Sipil yang dinilai. Nyata dan dapat diukur


(18)

4

artinya kegiatan yang realistis dapat dilaksanakan dan hasilnya dapat dihitung dalam satuan angka, seperti jumlah, persentase dan lamanya waktu. Dalam menetapkan SKP, pejabat penilai harus mempertimbangkan usul bawahan dan waktu penyelesaian beban kerja unit organisasi.

Kegiatan tugas jabatan adalah kegiatan yang wajib dilakukan dalam rangka pelaksanaan fungsi jabatan, sedangkan target adalah beban kerja yang akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan. Kegiatan tugas jabatan dan target tersebut harus merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Tahunan (RKT) unit kerja dimana PNS bertugas. Artinya Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dijabarkan menjadi Rencana Strategis (Renstra), dan kemudian menjadi Rencana Kerja Tahunan(RKT) Unit Organisasi, maka RKT itu kemudian harus dijabarkan menjadi rencana kerja tahunan pegawai secara individu yang disebut dengan Sasaran Kerja Pegawai atau SKP.

Selain melakukan Kegiatan Tugas Jabatan yang sudah menjadi tugas dan fungsi, apabila seorang pegawai memiliki tugas tambahan terkait dengan jabatan, maka dapat dinilai dan ditetapkan menjadi tugas tambahan. Tugas tambahan adalah tugas lain yang ada hubungannya dengan tugas jabatan yang bersangkutan. PNS yang melaksanakan tugas tambahan yang diberikan oleh pemimpin/pejabat penilai yang berkaitan dengan tugas pokok jabatan, hasilnya dinilai sebagai bagian dari capaian SKP. Selain tugas tambahan, PNS yang telah menunjukkan kreatifitas yang bermanfaat bagi organisasi dalam melaksanakan tugas pokok jabatan, hasilnya juga dapat dinilai sebagai bagian dari capaian SKP.


(19)

5

Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban penyelenggara otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan Pemerintah Negara. Dalam sistem kepegawaian nasional, Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai posisi penting untuk menyelenggarakan Pemerintahan. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan, sebagian wewenang di bidang kepegawaian diserahkan pada daerah yang merupakan satu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Daaerah No 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah, dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta, serta Peraturan Walikota Nomor 102 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan Walikota Nomor 62 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta, bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta memiliki tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang kepegawaian daerah, pendidikan dan pelatihan.

Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta sebagai birokrasi pemerintah merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta merupakan unsur


(20)

6

pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala BKD yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Yogyakarta. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta adalah instansi pemerintah daerah yang dikhususkan untuk mengatur Aparatur Sipil Negara yang ada di lingkungan kerja Pemerintah Kota Yogyakarta. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta memiliki 64 orang pegawai yang terdiri dari 44 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh evaluasi kinerja pegawai terhadap peningkatan kinerja di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari evaluasi kinerja pegawai terhadap peningkatan performa kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pegawai dari Badan Kepegawaian Daerah untuk meningkatkan kinerja Pegawai.


(21)

7 D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari Penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis:

a. Sebagai masukan untuk Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta dalam melakukan Evaluasi Kinerja Pegawai.

b. Sebagai masukan untuk Badan Kepegawaian Daerah Kota Yoyakarta dalam mengatasi masalah terhadap Pegawai.

2. Manfaat Teoritis:

a. Diharapkan agar dapat menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan mengenai Sasaran Kinerja Pegawai dan Perilaku Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.

b. Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan kinerjanya.

c. Diharapkan juga penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi tambahan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.

E. KERANGKA TEORI

Teori sebagai ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara berbagai gejala perubahan atau variabel dalam bidang tertentu sehingga dapat digunakan sebagai (frame of thinking) dalam memahami serta menanggapi permasalahan yang timbul.


(22)

8

Kemudian John W Creswell dalam bukunya yang berjudul Research Design yang mendefinisikan teori sebagai serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide

pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan”

bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapan saling berhubungan.3

1. Evaluasi Kinerja Pegawai

1.1 Pengertian Evaluasi dan Fungsi Evaluasi

Pengertian evaluasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penilaian; hasil. Menurut Bryan & White (1987), evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasi dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi, evaluasi yang paling sederhana adalah mengumpulkan informasi tentang keadaan sebelum dan sesudah pelaksanaan suatu program/rencana.4

Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009) adalah

“evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding and improvement of policy development and implementation” (evaluasi adalah

3

John W. Creswell. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010.

4Bryan, Carolie dan Louis G. White., 1987. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. LP3ES. Jakarta.


(23)

9

kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu program sudah sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan kegiatannya.5 Sedangkan menurut PP No. 39 Tahun 2006, Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar

Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007), metode evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:6

1) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.

2) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned)

5Aprilia, Hera. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Lokal Model Ring I Pola Tani Nelayan di Bugel, Kec. Panjatan, Kab. Kulon Progo dan Gesing, Kec. Panggang Kab. Gunung Kidul. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada.

6Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan Terminal Induk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada.


(24)

10

3) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti.

4) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

5) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

Evaluasi mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Memberi informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan, program dan kegiatan, yaitu mengenai seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai. Dengan evaluasi dapat diungkapkan mengenai pencapaian suatu tujuan, sasaran dan terget tertentu.

b. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik. Evaluasi memberisumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

c. Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan, termasuk perumusan masalah dan rekomendasinya. Informasi mengenai tidak memadainya suatu kinerja kebijakan, program dan kegiatan memberi kontribusi penting bagi perumusan ulang kebijakan, program dak kegiatan. Evaluasi dapat pula menyumbangkan rekomendasi bagi pendefinisian


(25)

11

alternatif kebijakan, yang bermanfaat untuk mengganti kebijakan yang berlaku dengan alternatif kebijakan lain.

1.2.Reward and Punishment

Metode reward dan punishment merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2005: 20).

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami pegawai dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Reward dan Punishment merupakan dua bentuk metode dalam merangsang seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Dengan kata lain, pegawai yang memiliki prestasi tinggi akan mendapatkan penghargaan (reward) yang layak, sedangkan kinerja yang buruk akan diberikan hukuman (punishment) yang adil dan manusiawi.

Reward dan Punishment juga memberikan motivasi dari luar untuk berkarya. Hal demikian terkenal dengan perumpamaan populer seekor keledai, wortel dan tongkat (carrot and stick). Keledai yang keras kepala akan bergerak ke arah yang tepat apabila ada wortel didepannya dan ada tongkat dibelakangnya. Keledai akan bergerak ke arah wortel karena ia menginginkan hadiah berupa makanan, dan menjauh dari arah tongkat karena ia tidak menginginkan hukuman atau rasa sakit (Snicket, 2008:108).


(26)

12

Dengan kata lain, keledai bisa berkarya karena takut akan tongkat pemukul sebagai punishment dan mengharapkan wortel sebagai reward yang diletakkan didepan hidungnya. Namun, manusia bukan keledai dan motivasi ada batasnya. Hanya seorang yang mencintai pekerjaannya dapat bekerja secara maksimal.

Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi manager untuk memberikan reward, misalnya kenaikan gaji, tunjangan, dan promosi jabatan, atau sistem punishment misalnya pemutusan kerja, penundaan promosi, dan teguran. Sistem manajemen kinerja modern diperlukan untuk mendukung sistem berdasarkan kinerja atau disebut juga pembayaran berorientasi hasil. Organisasi yang berkinerja tinggi berusahan menciptakan sistem reward, insentif, dan gaji yang memiliki hubungan yang jelas dengan knowledge, skill, dan kontribusi individu terhadap kinerja organisasi (Mahmudi, 2005: 16). Dengan kata lain, sistem reward dan punishment dapat digunakan sebagai motivasi bagi pegawai dalam mengukur tingkat kinerjanya.

Pemberian reward dan punishment tidak dapat dilakukan tanpa alasan yang rasional. Oleh karena itu, organisasi harus memiliki mekanisme reward dan punishment yang jelas. Secara garis besar, mekanisme atau proses reward dan punishment melibatkan beberapa variabel, yaitu: 1) motivasi, 2) kinerja, 3) kepuasan, dan 4) reward dan punishment.


(27)

13

Secara skematis mekanisme reward dan punishment tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Mahmudi, 2005: 183-184):

Sumber: Mahmudi, 2005: 183

Pada gambar diatas menunjukkan siklus atau proses reward dan punishment. Gambar tersebut menjelaskan bahwa hasil kinerja atau prestasi kerja pegawai sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja. Prestasi kerja pegawai merupakan kombinasi dari motivasi dengan kemampuan, keterampilan, dan pengalaman. Kemudian hasil tersebut dinilai kinerjanya untuk mengetahui berhasil tidaknya pegawai mencapai target kinerja dan tujuan yang ditetapkan.

Hasil dari penilaian kinerja ini akan menjadi dasar untuk pemberian reward dan punishment. Sistem reward dan punishment yang ditetapkan organiasasi akan mempengaruhi kepuasan kerja. Sistem reward dan punishment yang adil akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Sebaliknya, sistem reward dan punishment yang tidak adil akan menurunkan kepuasan pegawai. Umpan

Kemampuan Keterampilan Pengalaman

Motivasi kerja

Hasil (kinerja)

Penilaian Kinerja

Reward & Punishment

Kepuasan Kerja


(28)

14

balik (feedback) dari tingkat kepuasan pegawai tersebut akan berdampak pada motivasi kerja pegawai yang bersangkutan.

1.3.Motivasi Kerja Pegawai

Motivasi adalah dorongan yang memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upaya (Manullang, 2002). Motivasi adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberikan kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan (Martoyo, Susilo, 2000).

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 2007: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia; motivasi di tandai dengan munculnya rasa (feeling) yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan tingkah laku manusia, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.7

7


(29)

15

Namawi (2003:5) membedakan motivasi ini dalam dua bentuk, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi instrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat dan makna pekerjaan yang dilaksanakan. Dengan kata lain motivasi ini bersumber dari ketertarikan kepada pekerjaan, keinginan untuk berkembang, senang dan menikmati pekerjaan.

2. Motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskan untuk melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah atau gaji yang tinggi, jabatan, penghargaan, persaingan dan menghindari hukuman dari atasan.

2. Fungsi Evaluasi Kinerja 2.1. Fungsi Evaluasi Kinerja

Meggison (Mangkunegara, 2005:9) mendefinisikan evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.8 Selanjutnya, Andew E. Sikula yang dikutip Mangkunegara (2000:69) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam


(30)

16

proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu (barang).9

Fungsi evaluasi kinerja yang dikemukakan Wirawan (2009) sebagai berikut:

1. Memberikan balikan kepada aparatur ternilai mengenai kinerjanya. Ketika merekrut pegawai (ternilai), aparatur harus melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerja.

2. Alat promosi dan demosi. Hampir disemua sistem evaluasi kinerja, hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan memberikan promosi kepada aparatur ternilai yang kinerjanya memenuhi aturan pemberian promosi. Promosi dapat berupa kenaikan gaji, pemberian bonus atau komisi, kenaikan pangkat atau menduduki jabatan tertentu. Sebaliknya, jika kinerja aparatur ternilai tidak memenuhi standar atau buruk, instansi menggunakan hasilnya sebagai dasar untuk memberikan demosi berupa penurunan gaji, pangkat atau jabatan aparatur ternilai.

3. Alat motivasi ternilai. Kinerja ternilai yang memenuhi standar, sangat baik atau superior, evaluasi kinerja merupakan alat untuk memotivasi kinerja aparatur. Hasil evaluasi dapat digunakan instansi untuk

9

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


(31)

17

memotivasi aparatur agar mempertahankan kinerja yang superior dan meningkatkan kinerja baik atau sedang.

4. Penentuan dan pengukuran tujuan kinerja. Sistem evaluasi kinerja yang menggunakan prinsip manajemen by objecives, evaluasi kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja aparatur ternilai pada awal tahun

5. Konseling kinerja buruk. Evaluasi kinerja, tidak semua aparatur mampu memenuhi standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Hal itu mungkin karena ia menghadapi masalah pibadi atau ia tidak berupaya menyelesaikan pekerjaannya secara maksimal. Bagi aparatur seperti ini, penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya kinerja ternilai dan mengupayakan peninkatan kinerja ditahun mendatang. Konseling dapat dilakukan sebelum evaluasi kinerja jika atasan dapat menetahui kelambanan aparatur.

6. Pemberdayaan aparatur. Evaluasi kinerja merupakan alat untuk memberdayakan aparatur agar mampu menaiki tangga atau jenjang karier. Evaluasi kinerja menentukan apakah kinerja aparatur dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk meningkatkan keriernya.

Berdasarkan fungsi diatas, evaluasi kinerja merupakan alat yang digunakan oleh instansi pemerintah atau organisasi tertentu untuk menilai kinerja aparatur yang lamban. Evaluasi kinerja untuk memotivasi para aparatur untuk meningkatkan kinerjanya, pemberian konseling membantu para aparatur untuk mencegah kinerja yang terlalu lamban sehingga sebelum di adakan evaluasi


(32)

18

kinerja para pemimpin sudah lebih dulu menjalankan konseling untuk mengadakan perbaikan pada waktu mendatang. Evaluasi kinerja merupakan alat motivasi bagi para aparatur untuk menaikkan standar kerja mereka, selain sebagai alat untuk memotivasi, evaluasi kinerja untuk mengukur tujuan kerja serta memberdayakan aparatur.

2.2.Manfaat Evaluasi Kinerja

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya evaluasi kinerja SDM menurut Mangkunegara (2005:11) adalah:10

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa

2. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya

3. Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan 4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang ada di dalam organisasi

6. Sebagai kriteria menentukan, seleksi, dan penempatan karyawan 7. Sebagai alat memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan 8. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job

description)

10


(33)

19 2.3.Mengembangkan Sistem Evaluasi Kinerja 1. Membentuk Tim

Pengembangan sistem evaluasi kinerja perlu dilakukan dengan hati-hati karena akan menentukan kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Langkah pertama dalam mengembangkan evaluasi kinerja adalah menyusun tim pengembangan evaluasi. Tim ini beranggotakan sebagai berikut:11

a. Profesional spesialis sumber daya manusia, yaitu pakar atau konsultan manajemen SDM.

b. Manajer sumber daya manusia. Keikutsertaan manajer SDM dalam tim merupakan keharusan karena dialah yang akan memimpin pelaksanaan evaluasi kinerja dalam organisasi.

c. Supervisor atau first line manager. Keikutsertaan supervisor dalam tim karena supervisor merupakan orang yang paling mengerti mengenai pekerjaan yang dilakukan para karyawan yang dipimpinnya.

d. Wakil dari karyawan. Disamping supervisor, para karyawanlah yang akan mengetahui seluk-beluk pekerjaan yang mereka lakukan.

2. Analisis Pekerjaan

Analisis pekerjaan adalah proses menghimpun dan mempelajari berbagaiinformasi, yang berhubungan dengan pekerjaan secara operasional dan tanggung jawabnya.12 Ketika direkrut oleh organisasi, seorang karyawan

11Wirawan, 2009, EVALUASI KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA:Teori, Aplikasi, dal Penelitian, Jakarta: Salemba Empat. Hal: 49.

12Hadari, Nawawi, Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Yogyakarta:


(34)

20

mempunyai tugas tertentu. Ia harus melakukan pekerjaan tertentu, mempunyai tanggung jawab tertentu, dan melaksanakan aktivitas tertentu. Ia harus melaksanakan hal-hal itu dengan hasil berupa kinerja yang dapat diterima oleh organisasi. Untuk mengetahui semua hal tersebut, dilakukan job analysis atau analisis pekerjaan dari semua jenis pekerjaan yang diperlukan suatu organisasi.13

3. Dimensi kinerja

Langkah selanjutnya dalam menyusun sistem evaluasi kinerja adalah menentukan dimensi kinerja karyawan. Secara umum, dimensi kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu hasil kerja, prilaku kerja, dan sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan.14

1. Hasil kerja. Hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang dan jasa yang dapt dihitung dan diukur kuantitas dan kualitasnya.

2. Prilaku kerja.Kertika berada di tempat kerjanya, seorang karyawan mempunyai dua prilaku, yaitu: prilaku pribadi dan prilaku kerja.Prilaku kerja diperlukan karena merupakan persyaratan dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan prilaku kerja tertentu, karyawan dapat melaksanakan pekerjaanya dengan baik dan menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. prilaku kerja dapat digolongkan menjadi prilaku kerja general dan prilaku kerja khusus.

3. Sifat pribadi yang ada hubunganya dengan pekerjaan adalah sifat pribadi karyawan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaanya.

13Wirawan, 2009, EVALUASI KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA:Teori, Aplikasi, dal Penelitian, Jakarta: Salemba Empat.. Hal: 51


(35)

21

4. Pendekatan Sistem Evaluasi Kinerja. Dalam sejarah evaluasi kinerja, terdapat sejumlah pendekatan yang digunakan oleh sistem evaluasi kinerja berbagai organisasi. Secara umum, pendekatan-pendekatan yang berbeda tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

a. Pendekatan sifat pribadi. Evaluasi kinerja klasik menggunakan pendekatan sifat pribadi atau trait approach. Mula-mula yang dinilai murni karakteristik melekat pada pribadi karyawan dan tidak ada atau sedikit hubungannya dengan pekerjaan karyawan. Perkembangan prinsip-prinsip manajemen ilmiah mengubah pola pikir pemilik perusahaan dan para manajer. Sifat pribadi yang dinilai hanya sifat pribadi yang ada hubunganya dengan pekerjaan.

b. Pendekatan hasil kinerja. Dalam pendekatan ini, setiap pegawai mempunyai tujuan dan objektif yang harus dicapainya. Kinerja pegawai dinilai bedasarkan seberapa besar ia dapat mencapai tujuan tersebut. c. Pendekatan prilaku kerja. Sejumlah organisasi seperti tentara, polisi,

jaksa dan hakim menggunakan pendekatan prilaku kerja. Dalam melaksanakna tugasnya, mereka harus mengunakan prilaku dan prosedur tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya seorang hakim, jaksa dan polisi harus berpegang teguh pada ode etik profesi yang mengatur prilaku mereka.

d. Pendekatan campuran. Pendekatan sistem kinerja evalusai campuran merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai. Pendekatan ini menggabungkan ketiga domensi kinerja dalam indikator.


(36)

22

3. Pengertian Kinerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja merupakan suatu wujud dari keberhasilan yang dicapai oleh seorang pegawai atas pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kinerja sangat dipengaruhi oleh kebijakan atasan dalam menempatkan posisi pegawai sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Mangkunegara (2000:67) mengartikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.15

Secara lebih dalam kinerja juga dijelaskan sebagai pencapaian pegawai diluar tupoksi yang melekat padanya, sehingga dapat menciptakan produktifitas yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cushway (2002) Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Dalam kajian tersebut, tindakan nyata dari setiap pegawai merupakan suatu proses untuk mencapai kinerja yang baik. Seperti pendapat Rivai (2004:309) yang menyatakan bahwa kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kinerja merupakan keadaan yang terlaporkan, transparan dan dikonfirmasi kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai visi lembaga, serta mengetahui dampak negatif serta positif dari suatu operasional

15

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hal:67.


(37)

23

kebijakan. Dasar untuk menilai kinerja yang tinggi untuk suatu individu adalah disiplin, efektif serta efisien dalam melaksanakan tugas. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:

a. berorientasi pada prestasi, b. memiliki percaya diri, c. berperngendalian diri, d. kompetensi.

Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain:16

1. Faktor kemampuan. Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

2. Faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

16Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


(38)

24 4. Sasaran Evaluasi Kinerja

Sasaran-sasaran evaluasi kinerja Aparatur yang dikemukakan Agus Sunyoto (1999) dalam bukunya Kualitas Kinerja Aparatur (edisi kelima) sebagai berikut:

1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinam-bungan dan periodik, baik kinerja aparatur maupun kinerja organisasi. 2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para aparatur melalui audit

keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat menyelenggarakan program pelatihan dengan tepat.

3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan tanggung jawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode yang selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus dicapai, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.

4. Menentukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi, dan kalau mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dan pemimpinnya itu untuk menyusun suatu proposal mengenai sistem bijak dan sistem promosi (merit system) lainnya, seperti imbalan (reward system recommendation).

Berdasarkan sasaran diatas, evaluasi kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugsnya dengan baik di dalam


(39)

25

organisasi. Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan terpercaya dalam bidangnya. Kinerja sangat tergantung dari para pelaksananya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam corporate planningnya. Perhatian hendaknya ditujukan kepada kinerja, suatu konsepsi atau wawasan bagaimana kita bekerja agar mencapai yang terbaik.

Hal ini berarti bahwa kita harus dapat memimpin orang-orang dalam melaksanakan kegiatan dan membina mereka sama pentingnya dan berharganya dengan kegiatan organisasi. Jadi, fokusnya adalah kepada kegiatan bagaimana usaha untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerja dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Untuk mencapai itu perlu diubah cara bekerja sama dan bagaimana melihat atau meninjau kembali kinerja itu sendiri. Dengan demikian pimpinan dan karyawan hanya bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan evaluasi kinerja harus pula di evaluasi secara periodik.

5. Pengukuran Kinerja

Kinerja Pegawai Negeri Sipil dapat diukur dengan 2 unsur yaitu Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Pegawai. Unsur-unsur SKP merupakan bagian dari formulir SKP yang akan merupakan bagian daripenyusunan SKP. Pengukuran Kinerja dari Unsur SKP meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


(40)

26 1. Kegiatan Tugas Jabatan

Harus mengacu kepada penetapan kinerja/RKT instansi masing-masing dan dijabarkan sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya beserta uraian tugas yang dimiliki oleh masing-masing tingkatan jabatan dari yang tertinggi hingga tingkatan tertendah (Eselon I-V, JFU dan JFT).

2. Angka Kredit

Merupakan Satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan ditetapkan dengan jumlah angka kredit yang akan dicapai.

3. Target

Merupakan rencana capaian kegiatan dari tugas jabatan yang akan diwujudkan secara jelas sebagai ukuran prestasi kerja. Target harus harus meliputi beberapa aspek seperti kuantitas, kualitas, Waktu dan biaya. Kuantitas (Target Output) dapat berupa dokumen, konsep, naskah, surat keputusan, paket, laporan, dan lain-lain. Kualitas (Target Kualitas) merupakan mutu hasil kerja yang terbaik, target kualitas diberikan nilai paling tinggi 100 (seratus).


(41)

27 4. Waktu (Target Waktu)

Merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya bulanan, triwulan, kwartal, semester, dan tahunan. Biaya (Target Biaya) biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam 1 (satu) tahun, misalnya jutaan, ratusan juta, miliaran, dan lain-lain. Dalam hal biaya hanya diisi oleh PNS yang secara langsung mempertanggungjawabkan biaya kegiatan tersebut dalam hal ini PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

Selain unsur sasaran kerja pegawai, unsur perilaku pegawai juga termasuk dalam unsur penilaian prestasi kerja pegawai. Pengukuran Kinerja dari unsur PP meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Orientasi Pelayanan

Sikap dan perilaku Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayani antara lain meliputi masyarakat, rekan kerja, unit kerja terkait dan/atau instansi lain.

2. Integritas

Kemampuan Pegawai Negeri Sipil untuk bertindak sesuai dengan nilai, norma dan etika dalam organisasi itu sendiri.

3. Komitmen

Kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan sikap dan tindakan Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan tujuan organisasi dan mengutamakan kepentingan diri sendiri, seseorang dan/atau golongan.


(42)

28 4. Disiplin

Kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindarilarangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhi hukuman kedisiplinan.

5. Kerjasama

Kemauan dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil untuk bekerjasama dengan rekan kerja serta instansi lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab yang ditentukan sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

6. Kepemimpinan

Kemampuan dan kemauan Pegawai Negeri Sipil untuk memotivasi dan mempengaruhi bawahan atau orang lain yang berkaitan dengan bidang tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi (bagi PNS yang menduduki jabatan struktural).

Kinerja maksimal dari pegawai menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terwujud bilamana organisasi dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai sehingga pegawai mampu bekerja secara optimal. Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier.17 Penilaian kinerja didasarkan pada perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau satuan organisasi dengan

17


(43)

29

memperhatikan target, sasaran, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku dari PNS itu sendiri secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.

Tujuan pegawai Aparatur Sipil Negara adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Penilaian Kinerja bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh atasan/pimpinan instansi baik secara langsung maupun dengan menggunakan bantuan lembaga-lembaga penyelia untuk menilai kinerja pegawainya. Tujuan dan fungsi dari penilaian tersebut adalah untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana kinerja pegawai pada suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan dari pegawai Aparatur Sipil Negara.18

Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa Pegawai Aparatur Sipil Negara terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam penilaian kinerja ini difokuskan terhadap penilaian kinerja PNS di dalam kepegawaian Aparatur Sipil Negara. Selain itu digunakan juga sistem merit dalam manajemen Pegawai ASN yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tidak membeda-bedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.19

18 Pasal 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara 19 Pasal 1 ayat 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara


(44)

30 F. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah usaha untuk menjelaskan batasan pengertian antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Karena sebuah konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Bila masalah dan teori sudah jelas, maka fakta yang menjadi pokok perhatian telah diketahui pula.

Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas serta untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran istilah-istilah yang penting antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya sehubungan dengan pokok masalah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi-definisi konsep sebagai berikut :

1. Evaluasi Kinerja Pegawai

Evaluasi merupakan aspek yang sangat penting dilakukan sebuah instansi untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan selama periode tersebut. Evaluasi adalah upaya melakukan penilaian tentang apa yang terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi, evaluasi yang paling sederhana adalah mengumpulkan informasi tentang keadaan sebelum dan sesudah pelaksanaan suatu program. Evaluasi juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan sebuah instansi dalam melaksanakan program dan tujuannya.

Evaluasi kinerja pegawai adalah suatu metode dan proses penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang atau sebuah kelompok atau unit kerja dalam sebuah instansi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang telah


(45)

31

ditetapkan terlebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil untuk memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja.

2. Pengukuran Kinerja

Kinerja merupakan suatu wujud dari keberhasilan yang dicapai oleh seorang pegawai atas pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kinerja sangat dipengaruhi oleh kebijakan atasan dalam menempatkan posisi pegawai sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Pengukuran kinerja adalah alat yang di gunakan untuk mengukur kinerja pegawai yang akan dinilai. Pengukuran kinerja pegawai menggunakan 2 unsur yaitu Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Pegawai sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010.

3. Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negera merupakan elemen penting bagi setiap instansi pemerintahan. Aparatur Sipil Negara merupakan penggerak setiap roda pemerintahan. Sebuah sistem ditentukan oleh kinerja aparatur didalamnya. Baik dan buruk kinerja sebuah instansi pemerintahan ditentukan oleh kinerja Aparatur Sipil Negara yang ada didalamnya.


(46)

32 F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : Evaluasi Kinerja ini dapat kita lihat dengan cara :

1. Sasaran Kerja Pegawai a. Kegiatan Tugas Jabatan b. Angka Kredit

c. Target

d. Waktu (Target Waktu)

2. Perilaku Pegawai a. Orientasi Pelayanan b. Integritas

c. Komitmen d. Disiplin e. Kerja Sama f. Kepemimpinan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja a. Faktor Kemampuan


(47)

33 G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karena pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian yang tidak bisa dilakukan dilaboratorium melainkan harus terjun kelapangan. Penelitian ini menggunakan kualitatif karena tidak terfokus dalam menggunakan rumus dan angka-angka, melainkan menghasilkan data penelitian deskriptif yang berupa kata-kata penulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. 2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama yang berasal dari instansi-instansi yang berkaitan langsung dengan penelitian. Dalam hal ini data didapatkan dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.

b) Data Sekunder

Yaitu data-data yang diperoleh dengan studi kepustakaan menggunakan pustaka seperti buku-buku ilmiah, jurnal, artikel,


(48)

34

undang-undang dan lain-lain yang dianggap relavan dengan masalah yang diteliti.

3. Unit Analisa

Unit analisa dalam penelitian ini adalahBadan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.

4. Teknik Pengambilan Data

Berdasarkan metode kualitatif yang dilakukan dalam penelitian deskriptif pada penelitian studi kasus, maka instrumen-instrumen yang digunakan dengan cara :

a. Wawancara (interview)

Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung secara lisan dan bertatap muka kepada Badan Kepegawaian Daerah untuk memperoleh data-data yang belum terungkap dalam daftar pertanyaan, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian terstruktur, dimana peneliti menanyakan berbagai pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata yang sama dan dengan urutan pertanyaan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.Wawancara dilakukan dengan kontak langsung atau bertatap muka antara penulis dengan narasumber informasi. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara dengan Mas Kiki


(49)

35

sebagai Analis Kepegawaian dan Pak Heru sebagai Kasubag Badan Kepegawaian Daerah kota Yogyakarta.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan berbagai dokumen atau catatan yang mencatat keadaan konsep penelitian (ataupun yang terkait dengannya) didalam unit analisa yang dijadikan sebagai objek penelitian. Sumber data dapat berasal dari dokumen resmi, arsip, media massa cetak, jurnal, biografi, dsb.

c. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Peneliti berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada dilapangan. Dalam hal ini, lokasi penelitiannya adalah Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Yogyakarta pada tahun 2015 dengan alasan untuk mengetahui Sistem Evaluasi Kinerja Pegawai, studi kasus di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta.


(50)

36 6. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik desktiptif kualitatif, dimana data yang terkumpul akan di interpretasikan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan secara kualitatif. Sehingga fokus dari analisis data yang sebenarnya adalah untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Analisa adalah proses perumusan data agar dapat diklasifikasikan sebagai kerja keras, daya kreatif serta intelektual yang tinggi. Oleh karena itu model penelitian ini menggunakan teknik analisa kualitatif dimana data yang diperoleh diklasifikasikan dan digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategorinya masing-masing untuk memperoleh sebuah kesimpulan.

Secara umum proses analisis datanya mencakup:20 1. Reduksi Data

a. Identifikasi satuan, diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Membuat koding, memberi kode pada setiap ‘satuan’, agar supaya tetap dapat ditelusuri data/satuannya, berasal dari sumber mana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan kode untuk analisis data

20

Lexy Moleong.MetodologinPenelitianKualitatif.Penerbit Remaja Kosdakarya, Bandung, hal.288, 2011.


(51)

37

dengan computer cara kodingnya lain, karena disesuaikan dengan keperluan analisis komputer tersebut.

2. Kategorisasi

a. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’. 3. Sistenisasi

a. Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya.


(52)

38 BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Profil Kota Yogyakarta 1. Sejarah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti: Negara Mataram dibagi dua: Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram(Yogyakarta), Pojong,


(53)

39

Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerahmancanegara yaitu;

Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,Kalangbret,

Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu,Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga. Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta


(54)

40

atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober 1756Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang


(55)

41

pemerintahan massih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.

Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman

Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang


(56)

42

pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.

Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.

Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk me-nyelenggarakan pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya.


(57)

43

2. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta a. Batas Wilayah

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Kabupaten Sleman

2. Sebelah timur : Kabupaten Bantul & Sleman

3. Sebelah selatan : Kabupaten Bantul

4. Sebelah barat : Kabupaten Bantul & Sleman.

Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24I 19II sampai

110o 28I 53II Bujur Timur dan 7o 15I 24II sampai 7o 49I 26II Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut.

b. KeadaanAlam

Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu :

1. Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong

2. Bagian tengah adalah Sungai Code


(58)

44

c. Luas Wilayah

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 428.282 jiwa (sumberdata dari SIAK per tanggal 28 Februari 2013) dengan kepadatan rata-rata 13.177 jiwa/Km²

d. Tipe Tanah

Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi, (lahan pekarangan).

e. Iklim

Tipe iklim "AM dan AW", curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin pada umumnya bertiup angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat


(59)

45

daya dengan arah 220° bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam

f. Demografi

Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun 1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai pada akhir Juni 2000 tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 15.197/km². Angka harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta menurut jenis kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia 76,31 tahun.

B.Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta

Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah. Badan Kepegawaian Daerah adalah unsur pendukung Tugas Walikota di Bidang Kepegawaian Daerah, Pendidikan dan Pelatihan, dan Pengelolaan Kepegawaian Daerah.

Badan Kepegawaian Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta berkedudukan di Komplek Balaikota, Jalan Kenari No.56, Muja-Muju, Umbulharjo, Yogyakarta.


(60)

46

Kelembagaan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta terbentuk dengan struktur organisasi sebagai berikut:

1. Kepala Badan

2. Sekretariat, terdiri atas:

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian. b. Subbagian Keuangan.

c. Subbagian Administrasi, Data dan Pelaporan.

3. Bidang Pengembangan Sumberdaya Pegawai, terdiri atas: a. Subbidang Perencanaan Pegawai.

b. Subbidang Akuntabilitas Aparatur.

4. Bidang Pengembangan Jabatan Struktural dan Fungsional, terdiri atas: a. Subbidang Pengembangan Jabatan Strktural.

b. Subbidang Pengembangan Jabatan Fungsional. 5. Bidang Penatausahaan Kepegawaian, terdiri atas:

a. Subbidang Administrasi dan Kesejahteraan. b. Subbidang Mutasi.

6. Bidang Pendidikan dan Pelatihan, terdiri atas:

a. Subbidang Analisa dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan. b. Subbidang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.


(1)

8 Badan Kepegawaian Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta memiliki tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang kepegawaian daerah, pendidikan dan pelatihan. Jumlah pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta per 31 Desember 2015 sebanyak 64 orang.

III. PEMBAHASAN

Perbedaan antara penggunan DP3 dengan SKP menurut BKD Kota Yogyakarta adalah DP3 cenderung sebagai dokumen, tak pernah di evaluasi, nilai naik jika PNS akan kenaikan pangkat. Sedangkan jika menggunakan SKP penilaiannya diawali sejak penyusunan target yang mendasari dari Rencana Kerja Tahunan (RKT) SKPD, dengan prinsip objektif, realistis ada pembanding antara target dan realisasi. Terukur, dalam arti capaian kinerja bersifat kuantitatif dan kualitatif, selalu ada

evaluasi dalam capaian kinerja. Akuntabel, dapat dipertanggung jawabkan. Partisipatif, artinya dalam pelaksanaan pekerjaan selalu melibatkan keduabelah pihak baik atasan sebagai pejabat penilai dan pegawai yang dinilai. Transparan, bersifat terbuka dapat memacu pegawai untuk lebih kompetitif.

Pengukuran kinerja pegawai yang terdapat dalam format Sasaran Kinerja Pegawai dan Perilaku Pegawai sudah sangat lengkap. Target dan realisasinya juga sangat jelas, itulah mengapa SKP dan PP lebih baik jika dibandingkan dengan DP3. Selain aspek-aspek tersebut, kinerja pegawai juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja pergawai tersebut. Dalam hal ini, Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawainya, semakin kondusif lingkungan kerja makan semakin besar seorang pegawai untuk memaksimalkan potensinya.

Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BKD Kota


(2)

9 Yogyakarta dalam “Persentase pemenuhan instrumen kepegawaian, formasi jabatan struktural dan fungsional”,“Persentase penyelesaian pelayanan administrasi kepegawaian sesuai SOP kepegawaian” dan “Persentase SDM aparatur yang mengikuti Diklat sesuai dengan kebutuhan”, secara rata-rata telah melampaui target yang ditetapkan hingga tahun 2015. Meskipun demikian upaya untuk meningkatkan kredibilitas terus akan dilakukan agar lebih mampu dan terpercaya dalam memberikan pelayanan kepegawaian kepada masyarakat/Pegawai Kota Yogyakarta.

Secara umum Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta telah melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Tahun 2012-2016 secara maksimal. Jumlah sasaran yang ditetapkan untuk mencapai Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta pada Rencana Strategis Tahun 2012-2016 sebanyak dua

sasaran strategis. Pada Tahun 2015 ditetapkan 2 sasaran strategis dengan tiga indikator kinerja yang ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja Tahun 2015. Capaian Kinerja Sasaran Strategis BKD Kota Yogyakarta berhasil mendapatkan predikat yang memuaskan.

Capaian Kinerja Sasaran BKD Kota Yogyakarta

N o

Predikat Jumlah Sasara n

Jumlah Indikat

or Kinerja

1 Memuaska

n

2 3

2 Sangat

Baik

0 0

3 Baik 0 0

4 Cukup

Baik

0 0

5 Agak

Kurang

0 0

6 Kurang 0 0

Berdasarkan hasil pengukuran indikator kinerja utama pada Sasaran Strategis1,“Terwujudnya Pengelolan Manajemen dan Pelayanan Administrasi Kepegawaian yang Transparan, Cepat, Tepat dan


(3)

10 Akuntabel”, dengan dua indikator kinerja utama capaiannya rata-rata sebesar 96,43% atau dengan kualifikasi interpretasi Memuaskan. Angka sebesar 96,43% tersebut diperoleh dari penjumlahan realisasi rata-rata capaian indikator kinerja satu dan dua pada Sasaran Strategis 1 kemudian dibagi dua.

Berdasarkan pengukuran pencapaian kinerja Sasaran Strategis 2 melalui indikator kinerja utama, capaiannya sebesar 238,37% atau kualifikasi interpretasi Memuaskan. Upaya yang dilakukan untuk pencapaian Sasaran Strategis 2 dilaksanakan melalui program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Untuk mendukung pencapaian Sasaran Strategis 2, Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia memiliki 5 kegiatan, yaitu: Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; Pengiriman tugas belajar, Ujian dinas dan ujian penyesuaian ijazah, Analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; dan Validasi data, monitoring, dan evaluasi pasca

pendidikan dan pelatihan. Yang merupakan instrumen indikator utama adalah jumlah PNS yang mengikuti Diklat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti Diklat merupakan keluaran dari kegiatan Penyelenggaraan Diklat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Dalam rangka Analisis Evaluasi Kinerja Aparatur Sipil Negara di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta, penilaian prestasi kinerja pegawai yang dulunya menggunakan format DP3 dan sekarang berubah menjadi SKP dan PP adalah suatu perubahan yang baik untuk meningkatkan kinerja Aparatur Negara yang merupakan Abdi Negara. Penyempurnaan peraturan ini juga berdampak baik terhadap peningkatan kinerja instansi pemerintah khususnya dilingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yoyakarta. Melalui sistem penilaian yang baik, maka akan mengkasilkan kinerja yang baik pula. Semakin baik sebuah sistem, pasti akan berdampak baik pula terhadap sebuah instansi


(4)

11 pemerintahan. Target dan tujuan yang jelas dalam sistem SKP dan PP akan berdampak baik terhadap peningkatan performa kerja pegawai yang secara langsung berdampak baik terhadap kinerja instansinya.

Pelaksanaan program dan kegiatan dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta seperti Program Pengembangan Manajemen Kepegawaian yang bertujuan untuk Mewujudkan Pengelolaan Manajemen dan Pelayanan Administrasi Kepegawaian yang Transparan, Cepat, Tepat dan Akuntabel sudah berjalan dengan baik dan mencapai target serta mendapatkan nilai yang memuaskan. Program ini juga berdampak baik terhadap peningkatan kinerja pegawai di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Selain itu, ada juga Program Pengembangan Karir Pejabat Struktural dan Fungsional yang bertujuan untuk pemenuhan jabatan struktural dan jabatan fungsional. Program ini juga sudah

berjalan dengan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan.

Selain itu, ada juga Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang bertujuan untuk mewujudkan Aparatur Negara yang berkualitas dan Profesional melalui kegiata diklat pegawai. Program yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta ini juga berhasil karena adanya peningkatan capaian dari tahun sebelumnya. Meskipun belum mempunyai sistem informasi manajemen kediklatan yang berbasis informasi tekhnologi yang terintegrasi, secara keseluruhan program ini sudah berjalan dengan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan.

Secara keseluruhan, evaluasi kinerja pegawai yang dilingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan baik, karena dari hasil penelitian yang dilakukan dan dari data yang sudah tercantum tersebut. Dari Program yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota


(5)

12 Yogyakarta yang semuanya mendapatkan nilai yang memuaskan dan terjadinya peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta terlah cukup baik dalam mengevaluasi kinerja Aparatur Negara di lingkungan kerjanya.

2. Saran

1. Untuk Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta agar terus meningkatkan dan mempertahankan kinerjanya agar dapat terwujudnya instansi pemerintahan yang cepat, tepat dan akuntabel.

2. Untuk pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta agar terus berprestasi melalui kinerja yang baik serta berperilaku yang mencerminkan Aparatur Negara dan Abdi Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

2. Creshwell John W.Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010.

3. Bryan, Carolie dan Louis G.

White. Manajemen

Pembangunan Untuk Negara Berkembang. LP3ES. Jakarta. 1987.

4. Aprilia, Hera. Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Lokal Model Ring I Pola Tani Nelayan di Bugel, Kec. Panjatan, Kab. Kulon Progo dan Gesing, Kec. Panggang Kab. Gunung Kidul. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada. 2009.

5. Aminudin, Muhammad. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan Terminal Induk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada. 2007.

6. Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar. Rajawali Pers. Hal 73. 2007.

7. Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja. Refika Aditama. Bandung. Hal:9-11. 2005.

8. Hadari, Nawawi, Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal: 104. 2005.

9. Wirawan. EVALUASI

KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA:Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat. Hal: 49-51. 2009.

10.Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung :


(6)

13 PT. Remaja Rosdakarya. Hal 67-69. 2000.

11.Lexy Moleong. Metodologin Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Kosdakarya, Bandung, hal.288, 2011.

12.Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi I, Yogyakarta. Penerbit UPP AMP YKPN. Hal 16, 183-184. 2005. 13.Peraturan pemerintah Nomor 46

Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

14.Pasal 75 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

15.Pasal 10 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara

16.Pasal 1 ayat 20 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara

17.Pasal 20 Undang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 Tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian.

18.LAKIP Badan Kepegawaian


Dokumen yang terkait

Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah)

12 78 109

Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)

9 73 80

Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)

15 76 47

Reformasi kepegawaian dalam otonomi Daerah Studi Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Kota Medan

0 23 41

IMPLEMENTASI PROGRAM FINGERPRINT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA (studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Blitar)

5 28 33

Kinerja Aparatur Bidang Mutasi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandung (Suatu Studi Pada Mutasi Pegawai Negeri Sipil (PNS)Di Kota Bandung)

1 19 68

Kinerja Aparatur Bidang Mutasi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandung (Suatu Studi Pada Mutasi Pegawai Negeri Sipil (PNS)Di Kota Bandung)

0 2 1

PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM PEMBINAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN BOYOLALI

0 4 106

this PDF file IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Harmin | Katalogis 1 PB

0 0 8

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR DI BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SAMARINDA (STUDI EVALUASI KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NO 43 TAHUN 2001 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL) Dwi Anggraini

0 3 15