TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

(1)

i

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA

DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

ARRY MUJI ASTUTIK

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015/2016


(2)

i

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA

DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

ARRY MUJI ASTUTIK

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015/2016


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN Tesis

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA

DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal 15 Agustus 2016

Oleh :

ARRY MUJI ASTUTIK NIM 20131050006

Penguji : Dr. Titih Huriah., Ns.,M.Kep.Sp.Kep.K

Novita Kurnia Sari, Ns.,M.Kep

Azizah Khoiriyati.,Ns.M.Kep

(………...)

(………...)

(...)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Tingkat Resiko Pressure Ulcer Dan Faktor Resikonya Di Rumah Sakit Daerah Tidar Magelang” dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama pembimbing, Ibu DR. Titih Huriah, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Kom dalam penyusunan tesis ini sehingga dapat terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Fitri Arofiati S.Kep., Ns.MAN.,Ph.D, Selaku Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan bantuan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Keperawatan.

2. Ibu Novita Kurnia Sari, Ns.,M.Kep, selaku penguji yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Azizah Khoiriyati.,Ns.M.Kep, selaku penguji yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

4. STIKes Kendedes Malang, yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya selama penulisan tesis ini.

5. Keluarga tercinta dan Teman-teman program Magister Keperawatan yang telah memberikan doa, motivasi, dukungan, dan kasih sayang. 6. Seluruh staff dan karyawan RSUD Tidar Magelang beserta


(5)

iv

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnaan tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu.

Yogyakarta, September 2016 Penulis


(6)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………. B. Rumusan Masalah ……….... C. Tujuan Penelitian ………. D. Manfaat Penelitian ………... E. Penelitian Terkait ………. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ………

1. Pressure Ulcer... 2. Penyebab pressure ulcer... 3. Manifestasi klinis pressure ulcer... 4. Komplikasi pressure ulcer... 5. Pencegahan pressure ulcer... 6. Penatalaksanaan pressure ulcer... 7. Faktor yang mempengaruhi pressure ulcer... 8. Pengukuran pressure ulcer... B. Kerangka Konsep ………. C. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ……… B. Populasi dan Sampel Penelitian ……… C. Variabel Penelitian ……… D. Definisi Operasional ……… E. Instrumen Penelitian ……… F. Prosedur Penelitian ……… G. Analisa Data ………... H. Etika Penelitian ………. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 1. Gambaran lokasi penelitian ...

i ii iii v vii viii ix x xi 1 4 4 5 6 9 9 9 12 16 16 16 18 26 36 36 37 37 37 38 38 42 43 44 45 47 47 47


(7)

vi

2. Hasil analisa data kualitatif ... B. Pembahasan ...

1. Karakteristik responden ... 2. Hubungan pressure ulcer dan faktor resiko ... 3. Faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap pressure

ulcer... C. Keterbatasan Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

51 55 55 57 61 64 66 66 67


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terkait 31

Tabel 3.1 Definisi Operasional 34

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakterisktik Responden 45 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Resiko 46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Resiko 47 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Faktor Persepsi Sensori 48 Tabel 4.5 Tabulasi Silang Faktor mobilitas 49 Tabel 4.6 Tabulasi Silang Faktor nutrisi 49 Tabel 4.7 Tabulasi Silang Faktor kelembapan 50 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Faktor aktifitas 50 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Faktor pergeseran dan pergerakan 51


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Stadium Luka Pressure ulcer Menurut NPUAP

(National Pressure Ulcer Advisory Panel) Gambar 2.2 Pressure Ulcer Unsteageable

Gambar 2.3 DTI pada tumit

Gambar 2.4 Matrass Alternating Replacement Gambar 2.5 Pressure Reducing Chair

Gambar 2.6 Potitioning Devices

Gambar 2.7 Lokasi Tubuh Yang Berisiko Pressure ulcer Gambar 2.8 Tahapan Terjadinya Luka Pressure ulcer Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

13 15 16 18 18 18 21 27 33 42


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform consent Lampiran 2 Skala braden

Lampiran 3 Pengkajian Unit Stroke Lampiran 4 Uji etik

Lampiran 5 Surat ijin Kesbangpol DIY

Lampiran 6 Surat ijin Kesbangpollinmas Magelang Lampiran 7 Surat ijin RSUD Tidar


(11)

) LEMBAR PENGESABAN

Tesis

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA

DI RUMAN SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

Tela h diseminarkan dan di ujikan pada tanggal 15 Agustus 2016

Oleh:

ARRY MUJI ASTUTIK NIM 20131050006

Penguji: Dr. Titih Huriah., Ns.,M.Kep. Sp.Kep.K

Novita Kurni a Sari, Ns.,M.Kep C· .... · .. ·· .... ·· .. .. . )

Azizah Khoiriyati.,Ns.MKep

H セセ@

I@

Mengetahui,

Ketu8 Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(Fitri Arofiati.S.Kep.,N s.:NiAN .,Ph.D)


(12)

x

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG

Arry Muji Astutik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak

Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi penderitaan sekunder bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Sampai saat ini kejadian pressure ulcer masih sangat tinggi, hal ini disebabkan karena faktor resiko yang seharusnya bias dicegah menjadi kurang diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat resiko pressure ulcer dan menganalisis faktor resiko mana yang paling berpengaruh terhadap pressure ulcer. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode observasi. Tempat penelitian ini dilakukan di RSUD Tidar Magelang. Di Unit Stroke, dengan menggunakan teknik total sampling, yaitu 49 responden yang masuk Unit Stroke pada tanggal 20 Mei -20 April 2016. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala braden. Variabel penelitian ini yaitu tingkat resiko sebagai variabel terikat dan faktor resiko sebagai variabel bebas. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi pada 49 responden dengan menggunakan skala braden, untuk diukur tingkat resikonya dan kemudian dianalisa apakah ada hubungannya dengan faktor resiko terjadinya pressure ulcer. Analisa data diolah menggunakan chi square dan kemudian menggunakan regresi linnier untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh. Hasil penelitian menunjukkan 14,3 % responden pada tingkat resiko tinggi dan 32,6 % pada tingkat resiko rendah dan 53,1% sedang. Faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap pressure ulcer yaitu persepsi sensori, mobilitas, kelembapan, nutrisi serta pergerakan dan pergeseran dengan tingkat signifikansi nilai p < 0,25. Prosentase terbesar terdapat pada tingkat resiko sedang, hal ini disebabkan di Unit Stroke RSUD Tidar Magelang seluruh pasien telah mengunakan tempat tidur fungsional beserta kasur antidekubitus. Tingkat pressure ulcer di unit stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang paling banyak pada tingkat resiko sedang dan paling sedikit pada tingkat resiko tinggi. Dengan faktor resiko yang paling berpen

garuh terhadap kejadian pressure ulcer adalah faktor persepsi sensori, kelembapan, pergerakan dan pergeseran serta faktor nutrisi.


(13)

xi

PRESSURE ULCER LEVEL RISK FACTORS AND RISKS AT REGIONAL HOSPITAL OF TIDAR MAGELANG Arry Muji Astutik

Muhammadiyah University of Yogyakarta Abstract

Pressure ulcer is a problem that must be faced by patients with chronic diseases, weak condition, paralysis and even this becomes a secondary suffering for patients who are hospitalized. Recently factor of pressure ulcer are obey, infact that factor can be resolve first. The purpose of this study was to analyze the risk level of pressure ulcers and analyze the risk factors which most influence on pressure ulcers. Methodology was used is cross sectional design with the observation method. Research was conducted in hospitals Tidar Magelang. On the Stroke Unit, using total sampling technique, with 49 respondents who entered Stroke Unit on May 20 -20 April 2016. The instrument used in this study using a Braden scale. The variables of this research that the risk level as the dependent variable and the risk factors as independent variables. Research carried out by way of observation in 49 respondents using Braden scale, to measure the risk level and then analyzed whether there was to do with the risk factors of pressure ulcers. Analysis of the data was processed using chi square and then use linnier regression to determine the most influential factor. The results showed 14.3% of respondents at a high risk level and 32.6% at a low risk level and 53.1% at middle risk. The risk factors that most influence on pressure ulcer that sensory perception, mobility, moisture, nutrient movement and shifting with the level of significance p <0.25. The percentage contained in middle risk level, this is due in Magelang Tidar Hospital Stroke Unit all patients have been using functional bed mattress along antidecubitus. The most influence factor in pressure ulcers are movement, sensoric perseption, moist, mobilitation and nutrition. Keywords: pressure ulcer, risk factors, the risk level.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi penderitaan sekunder bagi pasien yang dirawat di rumah sakit.Pressure ulcer merupakan suatu keadaan dimana jaringan kulit telah rusak akibat tekanan langsung pada kulit dan akibat gesekan serta friksi (Morison, 2004).Pasien rawat inap yang tidak dapat beraktifitas mandiri pada hari ke-5 beresiko mengalami pressure ulcer (Suheri, 2009).

Smeltzer (2002) menyatakan 1,7 juta orang di dunia setiap tahunnya mengalami pressure ulcer. Angka kejadian pressure ulcer di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada Oktober 2001 pada pasien yang bedrest total, 40% nya mengalami pressure ulcer (Purwaningsih, 2001). Hal ini haruslah menjadi perhatian penting bagi tenaga medis dan para medis, terutama perawat yang berada 24 jam bersama pasien.

Kejadian pressure ulcer di setiap pelayanan rawat inap masih saja ada, di Indonesia yaitu sebesar 33.3 %, angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan insiden pressure ulcer di ASEAN yang hanya berkisar 2.1-31.3 % (Sugama, 2000). Di RSUD Arifin Acmad Riau tahun 2013 tercatat 54 pasien menderita pressure ulcer dari total 54 pasien tirah baring. Telah banyak pula kajian yang memperhatikan faktor dari penyakit yang diderita oleh pasien yang juga sangat berpengaruh terhadap angka kejadian pressure ulcer. Pasien dengan


(15)

2

penyakit CVA menduduki peringkat teratas sebagai penderita pressure ulcer, sedangkan penyakit diabetes mellitus dan gangguan orthopedic lainnya menempati urutan dibawahnya (Levina, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden terjadinya pressure ulcer bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditanan perawatan acute care, 15-25% ditatanan perawat jangka panjang/ longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah atau homecare (Dewi, 2011). Hal ini membuktikan bahwa permasalahan kejadian pressure ulcer masih menjadi prioritas yang penting untuk dipecahkan. Purwaningsih (2001) dalam penelitiannya tentang angka kejadian pressure ulcer di Ruang Al, B1, C1, D1 dan ruang B3 IRNA I RSUP DR. Sardjito pada bulan oktober 2001, mendapatkan hasil dari 40 pasien tirah baring, angka insiden mencapai 40 %. Angka tersebut merupakan jumlah yang tidak sedikit dan ada kemungkinan mengalami peningkatan jika tidak ada upaya pencegahan.

Yusuf (2015), menyatakan prevalensi pressure ulcer di Rumah Sakit sekitar 17-25%.Angka kejadian pressure ulcer setiap tahun sekitar 5-8% dan pressure ulcer dinyatakan sebagai 7-8% penyebab kematian pada penderita paraplegia. Pada perawatan akut, insiden pressure ulcer 0.4-38%, pada perawatan yang lama 2.2-23.9% dan pada perawatan di rumah 0 %-29%, sehingga di unit perawatan akut rata-rata lama hari rawat dapat meningkat 4-17 hari. Insiden yang sangat tinggi terdapat pada pasien yang dirawat di ruang ICU, hal ini terjadi karena immunocompromised penderita, dengan angka kejadian 8%-40%.


(16)

3

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pressure ulcer yaitu pergeseran, tekanan dan kelembaban merupakan faktor ekstrinsik, sedangkan faktor intrinsik terdiri dari usia, temperatur, nutrisi, dan tekanan interface (Suriadi, et.al, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Said di ruang ICU Makasar tahun 2013 yang menyebutkan bahwa pressure ulcer dipengaruhi oleh lama rawat pada pasien rawat inap yang dapat meningkatkan tekanan interface serta kondisi dimana pasien tidak banyak bergerak (immobilisasi). Sugama (2000) menyatakan bahwa usia lanjut merupakan salah satu resiko terjadinya pressure ulcer. Bujang (2003) menambahkan tidak dilakukannnya alih baring setiap 2 jam pada pasien rawat inap dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer. Sedangkan faktor resiko pressure ulcer menurut Suriadi (2003), terdiri dari pergerakan dan pergeseran, mobilitas, kelembapan, nutrisi, usia, merokok, dan aktifitas. Di Unit Stroke RSUD Tidar Magelang seluruh pasien merupakan pasien dengan perawatan total dan tidak dapat beraktifitas secara mandiri, meskipun tempat tidur telah dirancang menggunakan tempat tidur tidur fungsional dan menggunakan kasur anti pressure ulcer. Menurut NSQHS (2014), faktor resiko pressure ulcer dapat dicegah dengan menggunakan alat bantu, seperti kasur anti pressure ulcer.

Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang merupakan rumah sakit rujukan tipe B yang menjadi pusat rujukan lebih dari 5 rumah sakit yang ada di seluruh Kotamadya dan Kabupaten Magelang. Rumah sakit ini sudah dilengkapi 15 poliklinik rawat jalan.Rumah sakit ini memiliki 234 tempat tidur untuk pasien rawat inap. Menurut data tim PPI Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang, jumlah penderita pressure ulcer tahun 2013 mencapai 0,3% dari


(17)

4

seluruh pasien rawat inap dan seluruh penderita merupakan pasien yang dirawat di unit stroke. Berdasarkan gambaran tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang tingkat resiko pressure ulcer dan faktor resikonya di Unit stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta yang tercantum diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat resiko pressure ulcer pada tahun 2015 dan apa faktor resiko terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis tingkat resiko pressure ulcer dan faktor resiko terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang .

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat resikopressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

b. Mengidentifikasi faktor resiko persepsi sensori terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

c. Mengidentifikasi faktor resiko kelembapan terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

d. Mengidentifikasi faktor resiko mobilitas terjadinya pressure ulcerdi Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang


(18)

5

e. Mengidentifikasi faktor resiko aktivitas terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

f. Mengidentifikasi faktor resiko nutrisi terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

g. Mengidentifikasi faktor resiko pergerakan dan pergeseran terjadinya pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

h. Menganalisis faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap Pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pada aspek teoritis dan aspek praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan pressure ulcer.Selain itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan untuk memunculkan teori ataupun metode baru dalam melakukan tindakan pencegahan intervensi keperawatan sehingga dapat menurunkan kejadian pressure ulcer di rumahsakit.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan baru khususnya bagi perawat rumah sakit yang bersangkutan sehingga dapat menerapkan sifat caring secara menyeluruh tanpa terlewati sedikitpun dan benar benar


(19)

6

memperhatikan setiap perubahan pada pasien sekecil apapun, sehingga pasien tidak sampai terkena pressure ulcer. Dengan diketahuinya faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian pressure ulcer diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut terhadap perawat dalam melakukan intervensi keperawatan sehingga pasien terhindar dari pressure ulcer.Selain itu dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat merubahperilaku yang mungkin dapat menjadi faktor pemicu kejadian pressure ulcer.

E. Penelitian Terkait

Tabel 2.2. Penelitian terkait

Judul Penulis Metode Perbedaan

The Incidence and Determinants of Decubitus Ulcers in Hospital Care

Maria Eberlein-Gonska, Thomas Petzold, Gitta Helaß, D. Michael Albrecht, Jochen Schmitt, 2013

Diskripsi dengan model regresi logistic dengan menganalisa kejadian PU di sebuah RS di german

menggunakan braden scale

Sama sama

mengidentifikasi

kejadian PU namun pada rumah sakit di luar negeri

Prevention At Pressure Sores With Reposition Health Education And Coconut Oil

Betty Sunaryanti, 2014 Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan Randomize Controlled Trial. Pengkajian pasien dengan menggunakan skala pengkajian Norton

Variabel bebas health education dan coconut oil sedangkan variabel tergantungnya pressure sores

Pressure-Redistributing Support Surface Use And Pressure Ulcer Incidence In

Elderly Hip

Fracture Patients

Shayna E. Rich, MA, Michelle Shardell, William G. Hawkes, David J.

Margolis, MD, PhD, Sania Amr, MD, MS, Ram

Menggunakan analisis data sekunder dengan

co hort

prospective

Identifikasi hanya di lakukan pada pasien dengan fraktur tulang pinggul


(20)

7

Miller, MD, CM, and Mona

Baumgarten, PhD, 2011 Diabetic foot ulcer

incidence in

relation to plantar pressure magnitude and measurement location

William R. Ledouxa, Jane B. Shofera, Matthew S. Cowleya, Jessie H. Ahronid,e, Victoria Cohenf, and Edward J. Boykof, 2013

Menggunakan observasi scan

kaki dan

pemeriksaan fisik

Hanya menganalisa tempat yang beresiko mengalami pressure ulcertanpa melihat efek dari lokasi tersebut

Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya

Pressure ulcer Pada Pasien

Yang Dirawat Di Ruang ICU

Sunandar Said, Yusran Haskas, Akuilina

Semana,2013

Deskriptif

analitik dengan rancangan cross sectional

Hampir sama dengan penelitian ini namun tempat penelitian berbeda dan tidak hanya untuk pasien ICU saja

Efektifitas tindakan perawat dalam pencegahan pressure ulcer pada pasien tirah baring lama di ruang ICU

Mas Amah, 2014 Diskripsi analitik dengan

pendekatan cross sectional

Hanya dilakukan di ruang ICU dan variabel bebas tirah baring lama, variabel tergantung Efektifitas tindakan perawat dalam pencegahan pressure ulcer

Profil Penderita Ulkus Pressure

ulcer Yang

Menjalani Tirah Baring Di Ruang Rawat Inap

Levina Mutia, 2013 Penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan retrospektif

Sama sama

menggunakan total sampling namun pada rumah sakit yang berbeda

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Pasien Yang

Dirawat Lebih Dari Tujuh Hari Dengan Pencegahan

Pressure ulcer

Rahmawati Azis, 2014

Deskripti Analitik Observasional dengan metode cross sectional

Variabel bebas pencegahan decubitus dan variabel tergantung adalah perilaku dan pengertahuan pasien

Efektifitas Nigella Sativa Oil Untuk Mencegah Terjadinya

Ulkus Pressure ulcer Pada Pasien

Wasito Utomo, 2012 Quasi

Experimental dengan pendekatan Randomized Posttest Only

Variabel bebas menggunakan nigella sativa oil sedangkan variabel tergantung ulkus pressure ulcer pada pasien tirah baring


(21)

8

Tirah Baring Lama Control

Design

lama The prevalence,

prevention and multilevel variance of

pressure ulcers

Ida Marie

Bredesen, 2013

Cross sectional study

(menggunakan braden scale)

Yang dianalisis bukan hanya faktor resiko pressure ulcer saja, namun hingga tingkat pencegahan pressure ulcer


(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pressure ulcers

1. Definisi Pressure ulcer

Pressure ulcer, sinonimnya adalah bed sores, atau luka tekan.pressure ulcer adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan mengalami nekrosis yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler.

Pressure ulcer atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama (Morison, 2004).

2. Penyebab Pressure Ulcer a. Faktor ekstrinsik

1) Tekanan

Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka waktu lama yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik (Lestari, 2010). Tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu lama mengakibatkan gangguan aliran oksigen ke jaringan (Fitriyani, 2009).


(23)

10

2) Pergesekan dan pergeseran

Gaya gesekan merupakan faktor yang menimbulkan luka iskemik (Suriadi, 2003). Hal ini biasanya akan terjadi apabila pasien diatas tempat tidur kemudian merosot dan kulit seringkali mengalami regangan dan tekanan yang mengakibatkan terjadi iskemik pada jaringan

3) Kelembaban

Kondisi kulit pada pasien yang sering mengalami lembab akan mengkontribusi kulit menjadi maserasi kemudian dengan adanya gesekan dan pergeseran, memudahkan kulit mengalami kerusakan. Kelembaban ini dapat akibat dari inkontinensia, drain luka, banyak keringat dan lainnya (Dewandono, 2014).

b.Faktor intrinsik 1) Usia

Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka pressure ulcer. Usia lanjut mudah sekali untuk terjadi luka pressure ulcer. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi pada dermis (Mukti, 1997).

2) Temperatur

Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan berpengaruh pada temperatur jaringan. Setiap terjadi peningkatan metabolisme akan menaikkan 1 derajat Celcius dalam temperatur jaringan. Peningkatan temperatur ini akan beresiko terhadap iskemik


(24)

11

jaringan. Selain itu, dengan menurunnya elastisitas kulit, akan tidak toleran terhadap adanya gaya gesekan dan pergerakan sehingga akan mudah mengalami kerusakan kulit. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan temperatur tubuh dengan resiko terjadinya luka pressure ulcer (Suriadi, 2003). 3) Nutrisi

Nutrisi merupakan faktor yang dapat mengkontribusi terjadinya pressure ulcer. Pada fokus ini ada juga yang masih belum sependapat nutrisi sebagai faktor penyebabpressure ulcer namun sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya hubungan yang bermakna pada klien yang mengalami luka pressure ulcer dengan malnutrisi.Individu dengan tingkat serum albumin yang rendah terkait dengan perkembangan terjadinya luka pressure ulcer. Hypoalbuminea berhubungan dengan luka pressure ulcer pada pasien yang dirawat (Suriadi, 2003).

4) Tekanan interface

Tekanan interface adalah suatu pengukuran kualitatif yang didapatkan dari hasil pengukuran pada rongga antara tempat tidur dan tubuh dalam milimeter air raksa (mmHg). Suriadi (2003), dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan interface dan terjadinya luka pressure ulcer.

Hasil penelitiannya melaporkan juga bahwa semakin tinggi tekanan interface maka semakin beresiko untuk terjadi luka pressure ulcer. Alasan ini karena dengan meningkatnya tekanan interface dapat


(25)

12

menyebabkan sumbatan pada pembuluh kapiler dan gangguan pada sistem limfatik konsekuensinya menghasilkan kerusakan jaringan dan perkembangan pada luka pressure ulcer (Suriadi, 2003).

Hasil penelitian lain juga yang menggunakan alat yang sama menemukan bahwa tekanan 40 mmHg atau lebih merupakan resiko untuk terjadi pressure ulcer pada pasien dengan usia lanjut (Sugama, 2000).Adapun faktor lainnya yang dapat mengkontribusi terjadinya pressure ulcer adalahmenurunnya persepsi sensori, immobilisasi dan atau keterbatasan fisik.Ketiga faktor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas tekanan pada bagian permukaan tulang yang menonjol.

3. Manifestasi klinik Pressure ulcer

Manifestasi klinis pada pressure ulcer untuk pertama kali ditandai dengan kulit eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila ditekan dengan jari, tanda eritema akan lama kembali lagi atau persisten. Kemudian diikuti dengan kulit mengalami edema, dan temperatur di area tersebut meningkat atau bila diraba akan terasa hangat. Tanda pada pressure ulcer ini akan dapat berkembang hingga sampai ke jaringan otot dan tulang.


(26)

13

Gambar 2.1 stadium luka pressure ulcer menurut NPUAP (National Pressure ulcer Advisory Panel)

Menurut NPUAP (2009), luka pressure ulcer dibagi menjadi 4 stadium. a. Stadium I

Kulit utuh dengan tidak pucat kemerahan pada area lokal biasanya tulang lebih menonjol.Kulit gelap berpigmen mungkin tidak tampak pucat; warna mungkin berbeda dari daerah sekitarnya. Daerah ini mungkin terasa sakit, tegas, lembut, hangat atau lebih dingin dibandingkan dengan daerah sekitarnya (NPUAP, 2009).Tahap I mungkin sulit untuk dideteksi pada individu dengan warna kulit gelap, karenamungkin menunjukkan beresiko terjadi perubahan warna kulit yang tidak nampak (Mary, 2007). b. Stadium II

Hilangnya ketebalan sebagian dermis memperlihatkan ulkus terbuka dangkal dengan dasar luka merah muda, tanpa terkelupas.Selain itu dapat pula nampak sebagai lepuhan serum dengan atau utuh atau terbuka atau pecah.Tampak sebagai ulkus dangkal mengkilap atau kering tanpa mengelupaskan atau memar.Biasanya terdapat gambaran dermatitis


(27)

14

perineal, maserasi atau memar dan menunjukkan cidera jaringan yang dicurigai dalam (NPUAP, 2009).

c. Stadium III

Kehilangan ketebalan jaringan penuh.Lemak subkutan dapat terlihat tetapi tulang, tendon atau otot tidak terkena.Slough mungkin ada tapi tidak mengaburkan kedalaman kehilangan jaringan. Mungkin terdapat kerusakan jaringan seperti terowongan.Kedalaman ulkus tekanan stadium III bervariasi menurut lokasi anatomi (Mary, 2007).Hidung, telinga, tengkuk dan maleolus tidak memiliki jaringan subkutan dan luka tahap III bisa dangkal.Sebaliknya, bidang adipositas signifikan dapat meningkatkan derajat luka hingga sangat dalam tingkat III luka tekan.Tulang / tendon tidak terlihat atau langsung teraba (NPUAP, 2009).

d. Stadium IV

Kehilangan ketebalan penuh jaringan dengan terbuka, tendon tulang atau otot.Slough atau eschar mungkin ada pada beberapa bagian dari dasar luka. Sering termasuk kerusakan jaringan dan terowongan.Kedalaman ulkus tekanan stadium IV bervariasi menurut lokasi anatomi.Hidung, telinga, tengkuk dan maleolus tidak memiliki jaringan subkutan dan ini bisa menjadi dangkal.Luka Tahap IV dapat memperpanjang ke dalam struktur otot dan atau atau pendukung (misalnya, fasia, tendon atau kapsul sendi) membuat osteomielitis mungkin terjadi.Tulang terkena atau tendon terlihat atau langsung teraba (NPUAP, 2009).


(28)

15

NPUAP juga memberikan pengelompokan tersendiri pada beberapa kondisi PU yang tidak dapat masuk ke pengelompokan pada 4 stadium diatas, yaitu unsteageable dan DTI (deep tissue injury) (Mary, 2007).

a. Ulcer unsteageable

Gambar 2.2Pressure ulcer Unsteageable

Ketebalan kehilangan jaringan penuh di mana dasar ulkus ditutupi oleh slough (kuning, cokelat, abu-abu, hijau atau coklat) dan atau eschar (cokelat, cokelat atau hitam) pada dasar luka. Sampai cukup slough dan atau eschardapat di ambil untuk mengetahui dasar luka, kedalaman dengan benar, sehingga dapat diketahui derajat luka yang sebenarnya, tidak dapat ditentukan. Stabil (kering, patah, utuh tanpa eritema atau fluctuance) eschar pada tumit berfungsi alami sebagai penutup tubuh dan tidak boleh dibuang (Mary, 2007).


(29)

16

b. Deep tissue injury

Gambar 2.3Deep tissue injury pada tumit

Ungu atau merah marun lokal daerah kulit utuh berubah warna atau darah yang penuh lecet akibat kerusakan mendasari jaringan lunak dari tekanan dan / atau geser.Daerah ini dapat didahului oleh jaringan yang terasa sakit, lembek, hangat atau lebih dingin dibandingkan dengan jaringan yang berdekatan (NPUAP, 2009). Cedera jaringan dalam mungkin sulit untuk mendeteksi pada individu dengan warna kulit gelap.Dapat pula berupa lecet tipis di atas tempat tidur, luka nampak gelap. Luka lebih lanjut dapat berkembang dan menjadi eschar tipis.Perubahan dapat terjadi dengan cepat sehingga perlu mengkaji dengan lebih cermat lapisan tambahan dari jaringan bahkan dengan pengobatan optimal (Suriadi, 2003).

4. Komplikasi Pressure ulcer

Komplikasi bed sores atau pressure ulcer antara lain, yaitu terjadinya infeksi baik yang bersifat multibakterial, maupunyang aerobic dan anaerobic, selain itu dapat menyebar ke tulang mengingat keterlibatan jaringan tulang


(30)

17

dan sendi, seperti : periostitis, osteoitis, osteomielitis, arthritisseptic. Sehingga pasien dapat jatuh dalam kondisi septicemia, anemia, hipoalbuminemia, hiperbilirubin hingga ke kematian (Andika, 2011). Komplikasi pressure ulcer yang dapat terjadi antara lain infeksi yang bersifat multibakterial baik yang aerobil ataupun yang anaerobik, keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomielitis, artritis septik, septikemia, anemia, hipoalbunemia, bahkan kematian (Huda, 2012). Terjadinya pressure ulcer berisiko semakin membatasi aktifitas dan mobilitas pasien sehingga luka dapat berkembang menjadi derajat selanjutnya yang semakin memperburuk kondisi pasien (Martini,dkk, 2016).

5. Pencegahan Pressure ulcer

Pencegahan pressure ulcermeliputi: pengkajian resiko, berbagai perawatan untuk mencegah terjadinya pressure ulcer, melakukan evaluasi kembali terhadap adanya kerusakan kulit dan mendokumentasikan dengan seksama, serta melakukan inovasi pada intervensi yang telah dilakukan namun tidak berhasil seperti penggantian alas tidur secara berkala (Guy, 2012). Pemakaian alat bantu khusus seperti kasur dekubitus, kursi dekubitus dan bantal dekubitus dapat mencegah terjadinya pressure ulcer (NSQHS, 2014). Terapi message menggunakan virgin coconut oli efektif dalam meminimalisir terjadinya infeksi pada pressure ulcer dan dapat mencegah terjadinya pressure ulcer (Dewandono, 2014). Perawatan kulit dan penanganan dini, penggunaan berbagai matras atau alat dan edukasi pasien dapat mencegah timbulnya pressure ulcer (Mukti, 1997). Menurut


(31)

18

penelitian Lestari (2010), terapi pijat menggunakan minyak kelapa juga efektif dalam mencegah tejadinya pressure ulcer pada pasien stroke. Mobilisasi pasif dapat mencegah pressure ulcer pada pasien bed rest (Sari, 2013).

6. Penatalaksanaan Pressure ulcer

Luka pressure ulcer dapat di sembuhkan dengan memberikan perawatan luka pressure ulcer, ataupun dengan memberikan terapi fisik dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati. Selain dua hal diatas ada juga terapi obat dan terapi diet. Terapi obat dapat menggunakan obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri dan menggunakan antibiotic propilaksis untuk menghindarkan luka dari infeksi. Sedangkan terapi diet dapat juga dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan pada luka. Nutrisi yang diberikan harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air yang cukup (Suriadi, et al, 2003).

Pressure ulcer dapat pula dicegah dengan menggunakan beberapa alat yang memang khusus di rancang untuk mencegah PU, seperti matras, tempat tidur otomatis, kursi, dan alat alat bantu lain (potitioning devices) (NSQHS, 2014).


(32)

19

Gambar.2.4. Matras Alternating Replacement

Gambar 2.5. Pressure Reducing Chairs

Gambar 2.6.Potitioning Device

7. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Pressure ulcer a. Gesekan (friction)

Pergesekan merupakan tekanan yang diberikan pada kulit dengan arah pararel terhadap permukaan tubuh (AHCPR, 1994). Gesekan terjadi saat individu berusaha melakukan perpindahan posisi atau bergerak di atas tempat tidur, biasanya dengan cara di dorong, digeser, atau ditarik. Jika

NSQHS,2014

NSQHS, 2014


(33)

20

terdapat gaya gesek maka kulit dan lapisan subkutan yang menempel pada permukaan tempat tidur serta lapisan otot mengikuti gerakan pergeseran tersebut, sehingga memberi gaya pada kulit. Kapiler jaringan yang berada dibawahnya tertekan dan mengalami beban berat, jika terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan hipoksia, perdarahan hingga nekrosis jaringan (Morison, 2004).

Pergesekan terjadi ketika ada dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.Pergesekan bisa terjadi pada saat pergantian sprei pasien yang kurang berhati hati (Wahyu, 2015). Pergesekan dan perobekan mempermudah terlepasnya jaringan kulit dan berkembang menjadi pressure ulcer (Irawan, 2014). luka biasanya nampak pada daerah sakrumdan tumit, dimana pasien menahan diri dalam posisi duduk atau saat menahan posisi (Guy, 2012). Pemakaian virgin coconut oil dapat meminimalkan terjadinya pergesekan antara kulit dan pakaian pasien sehingga mencegah terjadinya pressure ulcer (Dewandono, 2014).

b. Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu, kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear)(Irawan, 2014).Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak kulit.


(34)

21

Kelembapan pada kulit dan terjadi pada durasi yang lama dapat meningkatkan resiko kerusakan integritas kulit. Kondisi lembab dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya dekubitus lima kali lipat daripada kondisi normal ( Potter & Perry, 2006).

c. Usia

Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elstisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain yang akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan dan tenaga merobek (Irawan, 2014).

Pasien usia lanjut dengan kondisi bed rest total lebih berisiko mengalami pressure ulcer (Huda, 2012). Pada pasien anak usia kurang dari 24 bulan berisiko mengalami luka tekan pada area oksipital.

d. Nutrisi Buruk

Kadar albumin adalah ukuran variabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi status protein dan status nutrisi pada pasien, selain itu level albumin rendah sering dihubungkan dengan lamanya waktu penyembuhan luka (Morison, 2004). Status nutrisi yang buruk dapat diabaikan jika pasien memiliki berat badan sama dengan atau lebih dari berat badan ideal (Evelyn, 1997).

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka


(35)

22

tekan.Menurut penelitian Guenter (2000), stadium 3 dan 4 dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin dan intake makanan yang tidak mencukupi. Pasien dengan kondisi buruk seperti gagal jantung dan syok hipovolemi dapat meningkatkan resiko kerusakan kulit karena suplay oksigen menurun sejalan dengan menurunnya tekanan darah (Guy, 2012). Pasien dengan penyakit kronis harus terpantau kadar albumin serumnya, karena hal ini dapat dijadikan indikator nutrisi buruk yang dapat menyebabkan berkembangnya luka baru termasuk pressure ulcer (Mary, 2007).

e. Mobilitas dan aktivitas

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan.Immobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) menunjukkan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan.

Pada individu yang menderita penyakit menahun sehingga tidak dapat beraktifitas mandiri menyebabkan tekanan yang terus menerus pada lokasi yang sama hal ini menghambat sirkulasi oksigen dan menyebabkan berkembangnya luka baru (Guy, 2012). Perubahan posisi seperti mobilisasi pasif, merupakan salah satu alternatif untuk memberikan aktifitas kepada pasien untuk menurukan resiko terjadinya pressure ulcer (Sari, 2013). f. Penurunan sensori persepsi


(36)

23

Penurunan sensori persepsi dapat menurunkan sensasi nyeri.Jika berlangsung terus menerus maka dapat menyebabkan luka pressure ulcer (Bujang, 2003). Penurunan sensori persepsi, mobilitas, aktifitas kelembapan dan nutrisi merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya pressure ulcer disamping faktor usia dan merokok (Suriadi, 2003). Kondisi sakit yang lama terutama pada pasien dengan gangguan syaraf sehingga meningkatkan gesekan pada kulit sangat berpengaruh terhadap terjadinya pressure ulcerterutama pada daerah sacrum (Mary, 2007).

g. Tenaga yang merobek (shear)

Mary, (2007), mengungkapkan bahwa tenaga gesekan dan robekan merupakan hal yang berkontribusi sangat besar terhadap berkembangnya kerusakan kulit menjadi pressure ulcer. Tenaga merobek adalah kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jariangan pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam dan berdekatan dengan tulang yang menonjol (Wahyu, 2015). Robekan dan gesekan pada jaringan yang kekurangan nutrisi akibat penyakit ataupun usia tua terutama pada bagian yang menonjol dapat menyebabkan pressure ulcer (Joseph & Davies, 2013). h. Tekanan arteriolar yang rendah

Tekanan arteriolar yang rendah menurunkan tekanan sirkulasi sehingga nutrisi dan oksigen tidak dapat sampai ke jaringan, hal ini dapat menurunkan elastisitas kulit dan kulit menjadi mudah robek ditambahkan oleh faktor gesekan dan pergerakan (Joseph & Davies, 2013). Tekanan sistolik dan tekanan diastolic yang rendah dapat mengakibatkan luka pressure ulcer


(37)

24

(Suriadi, 2004).Tekanan arteriol yang rendah dapat menyebabkan iskemia jaringan.

Penurunan sirkulasi menyebabkan jaringan hipoksia dan lebih rentan mengalami kerusakan dan iskemi. Ganguuan sirkulasi pada pasien yang menderita penyakit vaskuler, pasien syok atau yang mendapatkan sejenis obat vasopresor (Evelyn, 1997).

i. Stress emosional

Stress emosional biasa terjadi pada pasien psikiatrik, yang dapat menyebabkan terjadinya luka pressure ulcer (Wawan, 2014).Salah satu faktor yang menghambat dalam penyembuhan luka, yaitu stress (Niken,2014). Hormon stress yaitu CRH, ACTH dan glukokortikoid dapat mempengaruhi sistem imun, sehingga menyebabkan resorpsi tulanh, kerusakan jaringan serta menghambat penyembuhan luka (Morteson & Miller 2008).

j. Merokok

Suriadi (2003), dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan yang signifikan terhadap kesembuhan luka pressure ulcer pada pasien perokok.Nikotin pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek toksik pada endothelium pembuluh darah. Merokok dapat menghambat sirkulasi dan menurunkan oksigen dalam darah sehingga jaringan akan kekurangan dan dapat mengakibatkan infeksi pada luka serta menghambat penyembuhan luka (Morteson &miller 2008). Asap dari merokok dapat merusak fibroblas yang sangat penting dalam penyembuhan luka, sehingga jika terjadi pressure ulcersukar untuk sembuh (Niken,2014).


(38)

25

k. Temperatur kulit

Peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan (Suriadi, 2004). Status vaskular berhubungan erat dengan temperatur kulit (Niken, 2014). Pada keadaan temperatur kulit menurun pembuluh darah akan vasokontriksi, sehingga oksigen tidak dapat sampai ke jaringan dan dapat mendukung terjadinya pressure ulcer. Temperatur kulit memberikan informasi tentang kondisi perfusi jaringan dan fase inflamasi, serta merupakan variabel penting dalam penilaian adanya peningkatan atau penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan (Ginsberg, 2008). Pada kondisi kulit dengan temperatur yang rendah jaringan akan mudah mengalami kerusakan terutama jika ada faktor gesekan dan pergerakan (Mary, 2007).

Menurut Potter & Perry (2006), ada berbagai faktor resiko yang menjadi predisposisi terjadinya pressure ulcer pada pasien yang dirawat di rumah sakit, yaitu :

1. Gangguan input sensorik

Pasien yang mengalami perubahan terhadap hantaran stimulus sensorik persepsi nyeri dan tekanan akan beresiko mengalami gangguan integritas kulit. Pada pasien yang memiliki stimulus sensorik yang normal dapat merasakan saat sadar jika adanya tekanan sehingga dapat melakukan perubahan posisi sesuai dengan tingkat kenyamanan pasien.


(39)

26

Pasien yang tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri dapat berisiko mengalami pressure ulcer. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan namun tidak dapat melakukan perubahan posisi. Terutama pada pasien dengan penyakit kronis dan cidera medulla spinalis.

3. Perubahan tingkat kesadaran

Pada pasien dengan gangguan tingkat kesadaran tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari pressure ulcer. Pasien mungkin dapat merasakan tekanan namun tidak mampu memu menghilangkan tekanan tuskan bagaimana cara menghilangkan tekanan itu. Contohnya pada pasien yang mengalami operasi dan dalam pengaruh sedasi.

4. Pemakaian gips, traksi, dan alat bantu lainnya

Pemakaian alat bantu membatasi mobilisasi ekstremitas. Kekuatan mekanik yang ditimbulkan oleh gesekan permukaan gips dengan kulit dapat menimbulkan pressure ulcer. Perawat harus waspada terhadap resiko kerusakan integritas kulit dan secara berkala melakukan pengamatan untuk menghindari terjadinya pressure ulcer.

8. Pengukuran Pressure Ulcer

Gambar 2.7 Daerah tubuh yang beresiko terjadi pressure ulcer


(40)

27

Dalam perawatan yang cukup lama, baik di bangsal rumah sakit maupun di rumah, terutama klien dengan keadaan kronis dan immobilisasi, resiko terjadinya pressure ulcer (pressure ulcer) akan meningkat. Maka diperlukan suatu perkiraan dan pencegahan terhadap pressure ulcer ini secara sistematis.Pressure ulcer dapat merugikan klien secara fisik dan materi, karena dapat mengakibatkan kerusakan tubuh dan memerlukan dana tambahan untuk melakukan perawat jaringan pressure ulcer tersebut. Pressure ulcer dapat memiliki dampak psikis, berupa harga diri rendah dan beberapa efek lainnya.

Dalam mengidentifikasi resiko pressure ulcer, ada beberapa skala pengkajian resiko tersebut, antara lain; 1. Skala Braden, 2. Skala Norton, 3. Skala Gosnell. Ketiga skala ini bertujuan mengidentifikasi resiko tinggi-rendahnya kemungkinan untuk terjadinya pressure ulcer dan segera melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi pressure ulcer di kemudian hari sesuai tingkatan resiko.

1. Skala Braden

Salah satu skala yang sering digunakan yaitu skala braden.Skala Braden untuk menilai resiko terjadinya pressure ulcer.Karena skala ini menurut kalangan profesional Keperawatan memiliki efektifitas tinggi dalam menentukan resiko terjadinya pressure ulcer. Dalam skala Braden terdapat 6 (enam) subskala untuk menentukan tingkatan resiko terjadinya pressure ulcer. Subskala tersebut antara lain adalah; 1. Persepsi Sensorik, 2. Kelembaban , 3. Aktivitas, 4.Mobilisasi, 5.Nutrisi, 6.Friksi dan Gesekan. Pada masing masing subskala memiliki skor 4 skor kecuali


(41)

28

pergerakan dan pergeseran. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing skala:

a. Persepsi Sensorik

Persepsi sensorik adalah kemampuan untuk merespon tekanan berarti yang berhubungan dengan ketidaknyamanan.Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak adanya respon pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun ataupun karena pemberian obat-obat sedasi atau keterbatasan kemampuan untuk merasakan nyeri pada sebagian besar permukaan tubuh.

Nilai 2 diberikan apabila sangat terbatas, yaitu hanya berespon hanya pada stimulus nyeri.Tidak dapat mengkomunikasinya ketidaknyamanan, kecuali dengan merintih dan / atau gelisah.Atau mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan untuk merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada separuh permukaan tubuh.

Nilai 3 diberikan pada saat hanya terjadi sedikit keterbatasan yaitu dalam keadaan klien berespon pada perintah verbal, tetapi tidak selalu dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau harus dibantu membalikkan tubuh.Ataumempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada 1 atau 2 ektrimitas.


(42)

29

Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam berespon pada perintah verbal dengan baik. Tidak ada sensorik yang akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau mengungkapkan nyeri atau ketidaknyamanan.

b. Kelembaban

Kelembaban adalah tingkat kulit yang terpapar kelembaban. Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembaban kulit yang konstan, yaitu saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine. kelembaban diketahui saat klien bergerak, membalik tubuh atau dengan dibantu perawat.

Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat kelembaban sering terjadi tetapi tidak selalu lembab.Idealnya alat tenun dalam keadaan ini harus diganti setiap pergantian jaga.Nilai 3 diberikan pada saat kulit kadang lembab, yaitu pada waktu tertentu saja terjadi kelembaban.Dalam keadaan ini, idealnya alat tenun diganti dengan 1 kali pertambahan ekstra (2 x sehari).Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang lembab, yaitu pada saat keadaan kulit biasanya selalu kering, alat tenun hanya perlu diganti sesuai jadwal (1 x sehari).

c. Aktifitas

Tingkat aktifitas fisik mempunyai 4 subskala yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).


(43)

30

Nilai 1 diberikan kepada klien dengan tirah baring, yang beraktifitas terbatas di atas tempat tidur saja.

Nilai 2 diberikan kepada klien yang dapat bergerak (berjalan) dengan keterbatasan yang tinggi atau tidak mampu berjalan, tidak dapat menopang berat badannya sendiri dan atau harus dibantu pindah ke atas kursi atau kursi roda.

Nilai 3 diberikan kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada siang hari, tapi hanya dalam jarak pendek/dekat, dengan atau tanpa bantuan.Sebagian besar waktu dihabiskan di atas tempat tidur atau kursi.

Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat sering berjalan ke luar kamar sedikitnya 2 kali sehari dan di dalam kamar sedikitnya 1 kali tiap 2 jam selama terjaga.

d. Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan mengubah dan mengontrol posisi tubuh.Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).Nilai 1 diberikan pada klien dengan immobilisasi total.Tidak dapat melakukan perbuahan posisi tubuh atau ekstrimitas tanpa bantuan, walaupun hanya sedikit.

Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan sangat terbatas, yaitu klien dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan ekstrimitas, tapi tidak mampu melakukan perubahan yang sering dan berarti secara mandiri.


(44)

31

Nilai 3 diberikan kepada klien yang mobilisasinya agak terbatas, yaitu klien yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan ekstrimitas secara mandiri. Nilai 4 diberikan kepada klien yang tidak memiliki ketidakterbatasan dalam hal mobilisasi, yaitu keadaan klien dapat melakukan perubahan posisi yang bermakna dan sering tanpa bantuan.

e. Nutrisi

Nutrisi adalah pola asupan makanan yang lazim.Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah). Nilai 1 diberikan kepada klien dengan keadaan asupan gizi yang sangat buruk, yaitu klien dengan keadaan tidak pernah makan makanan lengkap, jarang makan lebih dari 1/3 porsi makanan yang diberikan. Tiap hari asupan protein (daging / susu) 2 x atau kurang. Kurang minum. Tidak makan suplemen makanan cair atau Puasa dan/atau minum air bening atau mendapat infus > 5 hari. Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan mungkin kurang asupan nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan makanan lengkap dan umumnya makan kira-kira hanya 1/2 porsi makanan yang diberikan. Asupan protein, daging dan susu hanya 3 kali sehari. Kadang-kadang mau makan makanan suplemen ataumenerima kurang dari jumlah optimum makanan cair dari sonde (NGT).

Nilai 3 diberikan kepada klien dengan keadaan cukup asupan nutrisi, yaitu klien dengan keadaan makan makanan > 1/2 porsi makanan


(45)

32

yang diberikan.Makan protein daging sebanyak 4 kali sehari.Kadang-kadang menolak makan, tapi biasa mau makan suplemen yang diberikan ataudiberikan melalui sonde (NGT) atau regimen nutrisi parenteral yang mungkin dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan nutrisi.

Nilai 4 diberikan kepada klien yang baik asupan nutrisinya, yaitu klien dengan keadaan makan makanan yang diberikan.Tidak pernah menolak makan. Biasa makan 4 kali atau lebih dengan protein (daging/susu), kadang-kadang makan di antara jam makan dan tidak memerlukan suplemen.

f. Friksi dan Gesekan

Pada subskala ini terdapat 3 (tiga) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 3 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

Gambar 2.8.Tahapan Terjadinya Luka Pressure ulcer

Nilai 1 diberikan pada klien dengan masalah, yaitu klien yang memerlukan bantuan sedang sampai maksimum untuk bergerak.Tidak mampu mengangkat tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh ke atas tempat Mary, 2007


(46)

33

tidur atau kursi, sering membutuhkan bantuan untuk kembali keposisi semula sebelum kejang, kontraktur atau agitasi menyebabkan friksi terus menerus.Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang berpotensi, yaitu klien yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan minimum. Selama bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas tidur, kursi, alat pengikat atau alat lain. Sebagian besar mampu mempertahankan posisi yang relatif baik diatas kursi atau tempat tidur, tapi kadang-kadang jatuh ke bawah.

Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah, yaitu klien yang bergerak di atas tempat tidur maupun kursi dengan mandiri dan mempunyai otot yang cukup kuat untuk mengangkat sesuatu sambil bergerak.Mampu mempertahankan posisi yang baik di atas tempat tidur atau kursi.

Nilai total pada pada skala Braden ini berada pada rentang 6-23, tergantung pada hasil penilaianan perawat tersebut. skor 15-18 resiko rendah, 10-12 resiko tinggi , skor 13-14 resiko sedang dan kurang dari 9 resiko sangat tinggi. Total nilai rendah menunjukkan resiko tinggi pressure ulcer, sehingga perlu pencegahan segera. Klien dewasa di rumah sakit dengan nilai 16 atau kurang dan klien lansia dengan 17 ataupun 18 dianggap beresiko. (Ayello and Braden, 2002). Penelitian Lahmann et al (2009) di Jerman, menemukan bahwa tidak semua subskala dalam skala Braden memiliki pengaruh yang sama dalam menentukan resiko terjadinya pressure ulcer. Subskala yang paling mempengaruhi terjadinya pressure ulcer menurut


(47)

34

penelitian tersebut adalah subskala friksi dan gesekan.Subskala yang dianggap penting selanjutnya adalah nutrisi dan aktifitas. Sedangkan yang dianggap paling tidak mempengaruhi dalam subskala tersebut adalah persepsi sensori (Suriadi, 2004). Skala Braden mempunyai validitas prediksi yang baik dengan nilai sensitifitas 80% sehingga skala Braden dapat digunakan untuk memprediksi kejadian luka dengan baik (Suriadi,2004).

Dalam penelitian terbaru, oleh Page et al (2010) di Australia, ditemukan bahwa suatu skala penilaian resiko terjadinya pressure ulcer yang terbaru dan memiliki keefektifitasan yang lebih tinggi daripada skala Braden sedang dikembangkan oleh The Northern Hospital Human Research Ethics Committee dan the Northern Clinical Research Centre and the Injury Prevention Unit at the Northern hospital., Australia. Skala ini dinamakan The Northern Hospital Pressure ulcerPrevention Plan (TNH-PUPP).Selain memiliki keefektifan yang lebih tinggi, skala TNH-PUPP ini lebih mudah digunakan dan tidak memerlukan pelatihan untuk menggunakannya.

2. Skala Norton

Skala Norton mengukur kondisi fisik, status mental, tingkat aktivitas, pergerakan pasien dan inkontinensia. Penilaianan pada skore 1-4 total score 5-20. Pada skore terendah maka semakin tinggi resiko pressure ulcer.Skala ini sangat sederhana dan mudah digunakan, namun telah banyak mendapat revisi bahwa penilaianan status nutrisi masih


(48)

35

belum ada. Sedangkan kenyataannya penilaianan status nutrisi dapat dimasukkan dalam proses pemeriksaan fisik (JoAn, 2000).

3. Skala Gosnell

Skala Gosnell sebenarnya adalah revisi dari skala Norton.Kondisi umum diganti dengan status nutrisi dan kategori inkontinensia diganti dengan continence. Pada skala Gosnell menggunakan skore yang berkebalikan dengan skala Norton. Skor terendah maka resiko pressure ulcerrendah jika skore 20 maka resiko paling tinggi (Jo An, 2000). Skala gosnel memiliki 8 variabel yang meliputi mobilitas, gesekan, signifikan anemia, persisten pyrexia, perfusi peripheral buruk, nutrisi, kadar serum albumin, inkontinensia (Retnaningsih, 2014).


(49)

36 A. Kerangka konsep

keterangan :

: tidak diteliti : diteliti

9. Hipotesis

Apakah terdapat hubungan antara tingkat resiko pressure ulcer dan faktor resiko pressure ulcer di Unit stroke rumah sakit.

Faktor resiko : 1. Persepsi sensorik 2. Kelembaban 3. Aktivitas 4. Mobilisasi 5. Nutrisi

6. Friksi dan gesekan

Tingkat resiko Pressure ulcer

Komplikasi pressure ulcer :

1. Infeksi aerobic 2. Infeksi anaerobic 3. septicemia 4. anemia

5. hipoalbuminemia 6. hiperbilirubin 7. kematian Pasien rawat inap

di Unit Stroke

Penangangan pressure ulcer :

1. Perawatan luka 2.Terapi fisik 3.Terapi obat 4.Terapi diet

5.Penggunaan alat bantu : kasur, kursi, dll.


(50)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dimana penelitian dibatasi oleh waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen sebanyak satu kali pada suatu saat tertentu. Setiap variabel dinilai secara simultan pada suatu saat, sehingga akan diperoleh prevalensi maupun efek dari suatu fenomena yang kemudian dihubungkan dengan faktor penyebabnya. Rancangan penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 skema rancangan cross sectional(Nursalam, 2013)

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Seluruh pasien rawat inap di unit stroke mulai 20 April 2016 sampai dengan 20 Mei 2016 di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang sejumlah 49 responden.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan sebanyak 49 responden sejak tanggal 20 April – 20 Mei 2016 di

Faktor Resiko Prevalensi

pressure ulcer Deskripsi variabel

Deskripsi variabel

Uji hubungan


(51)

38

Unit Stroke RS. Tidar Magelang yang diambil dengan teknik total sampling.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu tingkat faktor resiko pressure ulcer dan faktor resikonya di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang . Variabel terikat yaitu : tingkat resiko pressure ulcer. Variabel bebas yaitu faktor resiko pressure ulcer.

D. Definisi operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Skala Tingkat resiko Pressure ulcer

Tingkatan resiko pressure ulceryang dialami responden sesuai dengan penilaian di unit stroke yang diukur pada hari pertama pasien masuk rumah sakit Pengk ajian faktor resiko menur ut Skala braden Interval

Nilai total pada pada skala Braden ini berada pada rentang 6-23,. Skor 15-18 resiko rendah, Skor 10-12 resiko tinggi , Skor 13-14 resiko sedang,

kurang dari 9 resiko sangat tinggi.

Faktor resiko pressure ulcer

Faktor resiko pressure ulceryaitu segala bentuk aktifitas ataupun perilaku apapun yang dapat menyebabkan terjadinya luka tekan atau PU pada pasien yang dirawat inap .Instrumen yang digunakan adalah Skala Braden

a. Persepsi sensorik adalah kemampuan untuk merespon tekanan berarti yang berhubungan dengan ketidak nyamanan Skala Brade n Interval

Nilai total pada pada skala Braden ini berada pada rentang 6-23,. Skor 15-18 resiko rendah, Skor 10-12 resiko tinggi , Skor 13-14 resiko sedang, kurang dari 9 resiko sangat tinggi

Penilaian

1. Keterbatasan penuh

Tidak ada respon (tidak mengerang, menyentak, atau menggenggam) terhadap rangsangan nyeri karena menurunnya tingakt kesadaran atau sedasi atau terbatasnya kemampuan


(52)

39 b. Kelembaban adalah

kondisi kulit yang terpapar udara lembab

c. Aktivitas adalah kemampuan pasien

untuk merasakan nyeri yang sebagian besar pada permukaan tubuh.

2. Sangat terbatas

Hanya dapat merespon terhadap rangsangan nyeri. Namun tidak dapat menyampaikan rasa tidak nyaman kecuali dengan mengerang atau sikap gelisah atau mempunyai gangguan sensori yang menyebabkan nyeri atau tidak nyaman pada lebih dari ½ bagian tubuh

3. Keterbatasan ringan

Dapat merespon panggilan tetapi tidak selalu dapat menyampaikan respon rasa tidak nyaman atau keinginan untuk merubah posisi badan. Memiliki beberapa gangguan sensori yang membatasinya untuk dapat merasakan nyeri atau tidak nyaman pada satu atau kedua ekstermitas

4. Tidak ada gangguan Dapat merespon panggilan.tidak

memiliki penurunan snsori sehingga dapat menyatakan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman

Penilaian : 1. Selalu lembab

Kulit selalu dalam keadaan lembab oleh keringat, urin dan lainnya. Keadaan lembab dapat dilihat pada setiap kali pasien digerakkan atau dibalik

2. Umumnya lembab

Kulit sering terlihat lembab tetapi tidak selalu. Pakaian pasien dan atau tempat tidur harus diganti sedikitnya sekali setiap pergantian dinas

3. Kadang kadang lembab

Kulit kadang kadang lembab. Pergantian pakaian pasien dan atau alas tempat tidur selain jadwal rutin perlu diganti minimal satu kali sehari

4. Jarang lembab

Kulit biasanya dalam keadaan kering, pakaian pasien dan atau alas tempat tidur diganti sesuai dengan jadwal rutin pergantian


(53)

40 untuk melakukan

gerakan di tempat

d. Mobilisasi adalah kemampuan mengubah dan mengontrol posisi tubuh

e. Nutrisi adalah pola asupan makanan yang lazim

Penilaian :

1. Total di tempat tidur

Hanya berbaring ditempat tidur

2. Dapat duduk

Kemampuan untuk berjalan sangat terbatas atau tidak sama sekali dan tidak mampu menahan berat badan dan atau harus dibantu untuk kembali ke kursi atau kursi roda 3. Berjalan kadang kadang

Selama siang hari kadang-kadang dapat berjalan, tetapi jaraknya sangat dekat saja dengan atau tanpa bantuan lebih banyak

Penilaian :

1. Tidak mampu bergerak sama sekali

Tidak dapat merubah posisi badan atau ekstremitas bahkan posisi yang ringan sekalipun tanpa adanya bantuan

2. Sangat terbatas

Kadang kadang merubah posisi dan atau ekstremitas akan tetapi tidak dapat merubah posisi sesering mungkin atau bergerak secara efektif (merubah posisi badan terhadap tekanan) secara mandiri

3. Tidak ada masalah

Bergerak secara mandiri baik di kursi maupun di atas tempat tidur dan memiliki kekuatan otot yang cukup untuk menjaga posisi badan sepenuhnya selama bergerak. Dapat mengatur posisi yang baik di tempat tidur ataupun di kursi kapan saja.

4. Tanpa keterbatasan

Dapat merubah posisi badan secara tepat dan sering mengatur posisi badan tanpa adanya bantuan

Penilaian : 1. Sangat buruk

Tidak pernah menghabiskan makanan. Jarang makan lebih


(54)

41 f. Friksi dan gesekan

Gerakan yang terjadi antara kulit dan alas tempat tidur

dari 1/3 makanan yang diberikan. Makan mengadung protein sebanyak 2 porsi atau kurang setiap harinya. Kurang mengkonsumsi cairan. Tidak mengkonsumsi cairan suplemen atau pasien dipuasakan dan atau mengkonsumsi makanan cairan atau mendapatkan cairan infuse melalui intravena lebih dari 5 hari.

2. Kurang mencukupi

Jarang sekali menghabiskan makanan dan biasanya hanya menghabiskan kira kira ½ dari makanan yang diberikan. Pemasukan makanan yang mengandung protein hanya 3 porsi setiap harinya. Kadang kadang mengkonsumsi makanan suplemen atau mendapatkan makanan cairan atau selang NGT dengan jumlah kurang dari kebutuhan optimum per hari 3. Mencukupi

Satu hari makan 3 kali, setiap makan mengkonsumsi lebih dari ½ porsi. Mengkonsumsi sebanyak 4 porsi makanan yang mengandung protein setiap harinya. Kadang menolak untuk makan, tapi biasanya mengkonsumsi makanan suplemen bila diberikan, atau mandapatkan makanan melalui selang NGT atau cairan infuse berkalori tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi 4. Sangat baik

Menghabiskan setiap makanan yang diberikan. Tidak pernah menolak. Biasanya

mengkonsumsi 4 porsi atau lebih menu protein. Kadang mengemil. Tidak memerlukan makanan suplemen.

Penilaian : 1. Bermasalah

Memerlukan bantuan sedang sampai maksimal untuk bergerak. Tidak mungkin memindahkan


(55)

42 g. Usia

Umur biologis sesuai kelahiran

badan tanpa bergesekan dengan alas tempat tidur. Seirng merosot ke bawah di atas tempat tidur atau kursi, dan seringkali memerlukan bantuan yang maksimal untuk pengembalian posisi semula. Kekauan pada otot kontraktur atau gelisah yang sering menimbulkan terjadinya gesekan yang terus menerus

2. Potensial bermasalah

Bergerak lemah atau memerlukan bantuan minimal. Selama bergerak kulit kemungkinan bergesekan dengan alas tempat tidur, kursi, sabuk pengekangan atau alat bantu lain. Hampir selalu mampu menjaga badan dengan cukup baik di kursi ataupun di tempat tidur, namun kadang kadang merosot ke bawah.

3. Keterbatasan ringan Sering merubah posisi badan atau ekstremitas secara mandiri meskipun hanya dengan gerakan ringan.

Klien dewasa di rumah sakit dengan nilai skala braden 16 atau kurang dan klien lansia dengan 17 ataupun 18 dianggap berisiko tinggi.

Skala data rasio

E. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu skala Braden dan pengkajian faktor resiko pressure ulcer yang merupakan instrument yang digunakan di rumah sakit untuk mengetahuiadanyafaktor resiko pressure ulcer. Skala Braden telah dilakukan alih bahasa oleh Suriadi,et.al (2003). Instrumen pengkajian yang di rumah sakit merupakan ringkasan dari skala braden.


(56)

43 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pada penelitian ini menggunakan dua instrument penelitian yaitu skala braden dimana instrument tersebut sudah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas karena merupakan instrument yang sudah baku. Skala braden memiliki nilai sensitifitas 8,2%, spesifitas 72,7%, hasil uji validitas oleh Kale (2009) di RSU Prof dr.W.Z. Yohanes Kupang.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dengan mengurus surat ijin penelitian ke dinas penanaman modal daerah Provinsi Jawa Tengah dengan surat nomer : 074/1006/Kesbangpol/2016 dan dilanjutkan mengurus surat ijin di kesbangpolinmas kota Magelang dengan surat nomer : 070/0865/04.5/2016 untuk selanjutnya mendapatkan ijin ke diklit rumah sakit umum daerah Tidar Magelang dengan surat nomer: 50/Diklit/IV/2016. Setelah surat perijinan telah selesai dan penelitian mendapatkan surat kelayakan dari bagian etik Universitas Muhammadyah Yogjakarta dengan surat nomer: 116/EP-FKIK-UMY/III/2016, maka peneliti memberikan surat ijin penelitian kepada Kepala diklit RSUD Tidar Magelang. Selanjutnya melakukan diskusi dengan pihak rumah sakit tentang ruangan mana yang diijinkan untuk digunakan sebagai lahan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan direktur dan diklat Rumah Sakit selanjutnya penelitian diawali dengan pemberian informed consent kepada keluarga responden di Unit stroke RS Tidar Magelang. Peneliti menggunakan pengkajian faktor resiko pressure ulcer untuk mengamati kejadian faktor resiko pressure ulcer di unit


(57)

44

Stroke dan Braden scale untuk menilai tingkat faktor resiko pressure ulcer. Setelah semua instrumen terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data apakah sudah terisi semua atau belum apabila ada yang belum lengkap dilakukan pengukuran kembali oleh peneliti. Setelah diperiksa semua lembar di beri kode untuk memudahkan pengumpulan data. Kemudian data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam master tabel . Selanjutnya data diolah menggunakan program SPSS.

Diagram 3.2. Diagram Alir penelitian

H. Analisis Data

Setelah melewati proses cleaning dan coding maka hasil penelitian dimasukkan ke dalam master tabel lalu melakukan analisa data menggunakan program SPSS masing masing faktor resiko dilakukan analisa

Populasi penelitian N= 49

Sampel penelitian n = 49

Faktor resiko Observasi tingkat faktor

resikopressure ulcer

Analisis data


(58)

45

data menggunakan cross sectional setelah itu dilakukan analisa dengan regresi linier sederhana yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor resiko yang paling berpengaruh.

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mengajukan etichal clearance ke komite etik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan telah mendapatkan ijin kelayakan penelitian dengan nomor : 116/EP-FKIK-UMY/III/2016. Penelitian ini telah mendapat ijin dan telah disetujui oleh dinas perijinan Propinsi Jawa Tengah dengan surat nomor : 074/1006/Kesbangpol/2016, Kesbangpol dan linmas kota Magelang dengan nomor : 070/0865/04.5/2016 dan bagian Diklit RSUD Tidar Magelang dengan surat nomor : 50/Diklat/IV/2016.Dalam penelitian ini responden memiliki hak otonomi untuk berpattisipasi atau tidak berkenan dalam penelitian tanpa ada konsekuensi apapun. Hal ini untuk memenuhi prinsip right to self determination. Kemudian saat melaksanakan penelitian keluarga responden sebelumnya wajib diberikan lembar informed consentguna kesediaannya dalam penelitian ini, untuk memenuhi prinsip etik yang kedua, yaitu informed consent. Privasi dan martabat responden juga dilindungi oleh peneliti, dengan cara memberikan penjelasan dan meminta ijin saat pengambilan data, sehingga prinsip right to privacy and dignity. Dalam penelitian ini menggunakan obyek manusia sebagai bahan penelitian sehingga perlu memperhatikan tentang norma dan karakter budaya lingkungan yang menjadi tempat penelitian sehingga tidak menimbulkan


(1)

ini berarti bahwa faktor resiko nutrisi merupakan salah satu faktor yang

signifikan dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer.

Tabel 4.7. Tabulasi silang faktor resiko kelembapan dengan kejadian pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang, 20 April-20 Mei 2016 (N=49)

Kelembapan

Kejadian pressure ulcer ρ*

Resiko tinggi

Resiko sedang

Resiko rendah

Selalu lembab Umumnya lembab Kadang lembab Jarang lembab

1 2 3 0

0 0 22

5

0 0 14

2

0,012

Total 49

Tabel 4.7 memaparkan faktor resiko kelembapan terdapat 1 kejadian dengan resiko tinggi pada kondisi selalu lembab, serta 3 kejadian resiko tinggi pressure ulcer dengan kondisi kadang lembab. Berdasarkan uji stastistik didapatkan nilai ρ < 0,005 yaitu sebesar ρ = 0,012

untuk variabel faktor resiko kelembapan. Hal ini berarti bahwa faktor resiko kelembapan merupakan salah satu faktor yang signifikan dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer.

Tabel 4.8. Tabulasi silang faktor resiko aktivitas dengan kejadian pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang, 20 April-20 Mei 2016 (N=49)

Aktivitas

Kejadian pressure ulcer ρ*

Resiko tinggi

Resiko sedang

Resiko rendah

Total ditempat tidur Dapat duduk

Berjalan kadang kadang

6 0 0

23 4 0

8 8 0

0,020

Total 49

Sumber : Data Primer April- Mei 2016 Tabel 4.8 memaparkan faktor resiko aktivitas terdapat 6 kejadian resiko tinggi pressure ulcer dengan kondisi aktivitas total di tempat tidur. Berdasarkan uji stastistik didapatkan nilai ρ < 0,005 yaitu

sebesar ρ = 0,020 untuk variabel aktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa faktor resiko aktivitas merupakan salah satu faktor yang signifikan dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer.


(2)

Tabel 4.9. Tabulasi silang faktor resiko pergerakan dan pergeseran dengan kejadian pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang, 20 April-20 Mei 2016 (N=49)

Pergerakan dan pergeseran

Kejadian pressure ulcer ρ*

Resiko tinggi

Resiko sedang Resiko rendah

Bermasalah

Potensial bermasalah Keterbatasan ringan

3 3 0

17 10 0

3 13

0

0,017

Total 49

Sumber : Data Primer April- Mei 2016 Tabel 4.9 memaparkan faktor resiko

pergeseran dan pergerakan terdapat masing masing 3 kejadian dengan resiko tinggi pada tingkat keterbatasan penuh, sangat terbatas, dan keterbatasan ringan. Berdasarkan uji stastistik didapatkan nilai ρ < 0,005 yaitu sebesar ρ < 0,017 untuk variabel pergeseran dan pergerakan. Hal ini berarti bahwa faktor resiko pergerakan dan pergeseran merupakan salah satu faktor yang

signifikan dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer.

Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh. Variabel yang memiliki nilai ρ < 0,25 dimasukkan ke dalam langkah selanjutnya. Variabel yang memiliki nilai ρ < 0,25 adalah variabel persepsi sensori, mobilitas, kelembapan, pergeseran dan pergerakan serta nutrisi. Tidak ada variabel yang memiliki nilai ρ > 0,25.

Tabel 4.10. uji regresi linier faktor yang paling mempengaruhi pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang, 20 April-20 Mei 2016 (N=49)

Faktor Risiko B Beta Sig

constant Persepsi sensori Mobilisasi

2,239 -,107 -,260

-,211 -,409

0,006 0,000 Pergerakan dan pergeseran

Kelembapan Aktifitas Nutrisi

,085 -,287 -,073 -,222

,122 -,419 -,090 -,384

0,000 0,000 0,229 0,000 *p<0,05 Based on regresi linier


(3)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas telah dipaparkan hasil uji statistik menggunakan regresi linier menunjukkan nilai contant untuk faktor resiko yang mempengaruhi pressure ulcer yaitu 2,239. Nampak bahwa faktor mobilitas, pergerkan dan pergeseran kelembapan dan nutrisi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya PU dengan nilai signifikan 0,000.

Pembahasan

Pada penelitian ini terdapat 14,3% responden yang berada pada tingkat resiko tinggi, hal ini disebabkan oleh karena seluruh reponden merupakan kelompok usia lanjut. Individu pada kelompok usia lanjut telah mengalami penurunan elastisitas kulit, sehingga rentan sekali mengalami gangguan integritas kulit.

Karakteristik responden berikutnya yaitu tingkat kesadaran responden. Hasil analisa data didapatkan jumlah terbanyak responden sebesar 49% berada pada kondisi somnolen. Kondisi tersebut, respon psikomotor lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Kondisi somnolen ini dapat meningkatkan resiko terjadinya pressure ulcer, karena secara otomatis orang dalam

kondisi somnolen masuk dalam kondisi total di tempat tidur dan tidak bisa beraktifitas secara mandiri sehinngga memerlukan bantuan orang lain. Pasien dalam kondisi berbaring dalam jangka waktu yang lama akan berisiko mengalami gangguan integritas kulit akibat tekanan yang lama, iritasi hingga timbulnya luka pressure ulcer (Potter&Perry 2006). Pada penelitian ini 49 % responden berada pada tingkat kesadaran somnolen, kondisi ini sangatlah berpengaruh terhadap kejadian pressure ulcer. Meskipun ada juga sebagian kecil responden yang sadar penuh. Namun seluruh responden merupakan pasien dengan gangguan penyakit yang mengharuskan mereka untuk beristirahat total di tempat tidur. Kondisi tersebut membatasi mobilitas responden, hal inilah yang dapat meningkatkan resiko terjadinya pressure ulcer.

Berdasarkan uji chi square menunjukkan bahwa ke enam faktor resiko dapat disimpulkan memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya tingkat resiko pressure ulcer dengan nilai ρ dibawah 0,05 untuk faktor resiko presepsi sensori (0,007), kelembapan (0,012), aktifitas (0,020), mobilitas (0,001), nutrisi


(4)

(0,000), pergerakan dan pergeseran (0,017).

Dari ke 6 faktor resiko yang mempengaruhi pressure ulcer hanya faktor resiko aktifitas saja yang bukan menjadi faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap pressure ulcer. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena 75,5% responden melakukan aktifitas di tempat tidur dan sebagian besar responden ada pada tingkat kesadaran somnolen sebesar 49%, sehingga faktor resiko persepsi sensorik, kelembapan, nutrisi, mibiltas, serta pergerakan dan pergeseran menjadi faktor faktor yang paling berpengaruh terhadap pressure ulcer. Hasil penelitian ini kurang selaras dengan penelitian Lahmann et al (2009) di Jerman, yang menemukan bahwa tidak semua subskala dalam skala Braden memiliki pengaruh yang sama dalam menentukan resiko terjadinya pressure ulcer. Subskala yang paling mempengaruhi terjadinya pressure ulcer menurut penelitian tersebut adalah subskala friksi dan gesekan. Subskala yang dianggap penting selanjutnya adalah nutrisi dan aktifitas. Sedangkan yang dianggap paling tidak mempengaruhi dalam

subskala tersebut adalah persepsi sensori (Suriadi, 2004).

Kesimpulan

Tingkat resiko pressure ulcer di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang paling banyak pada tingkat resiko sedang dan paling sedikit pada tingkat resiko tinggi. Semua faktor resiko pressure ulcer signifikan merupakan faktor yang berpengaruh. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh yaitu sensorik persepsi, kelembapan, mobilitas, nutrisi, serta pergerakan dan pergeseran.

Keterbatasan

Pengkajian resiko pressure ulcer hanya dilakukan sekali saja saat pasien baru masuk rumah sakit.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, hendaknya rumah sakit yang bersangkutan khususnya unit stroke dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka menurunkan angka resiko tinggi terjadinya pressure ulcer dan mencegah terjadinya pressure ulcer. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai data dasar guna melakukan penelitian


(5)

selanjutnya yang berhubungan dengan pressure ulcer ataupun faktor resikonya. Merujuk dari kelemahan penelitian, mungkin dapat dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan sampel seluruh pasien rumah sakit bukan hanya di satu ruangan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Braden BJ, Bergstrom N ., 2000. A Conceptual Schema For The Study Of The Etiology Of Pressure Sores. Rehab Nursing, 2000.44-45.

Ayello, E.A., & Braden B.,2002. How and why to do pressure ulcer risk assessment. Advance s in skin and wound care, May-Jun ;15(3):125-31.

Bujang , bukit. 2003. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Yang Mengalami Hemiparesis Di Ruang Yudistira Di Rsud Kota Semarang. Skripsi

Dewi, Purnama hastuti, 2011. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Di RS Moewardi. Univearsitas Muhammadyah Surakarta. Skripsi.

Irawan, 2014. Pemanfaatan VCO Dengan Teknik Massage Dalam Penyembuhan Luka Dekubitus Derajat 2 Pada Lansia. Skripsi. Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Lahmann, Nils A.; Tannen, Antje; Dassen, Theo dan Kottner, Jan. 2009. Friction and shear highly associated with pressure ulcers of residents in long-term care –

Classification Tree Analysis (CHAID) of Braden items. Journal of Evaluation in Clinical Practice, Blackwell Ltd. ISSN 1356-1294 .

Levina, 2013. Profil Penderita Ulkus Dekubitus Yang Menjalani Tirah Baring Di Ruang Rawat Inap. JOM.FK.volume 2, Oktober 2015 Moya J Morison, 2004. Manajemen

Luka, edisi 1 Jakarta: EGC.

Purwaningsih. 2001. Analisis Dekubitus Pada Pasien Tirah Baring Di Ruang A1, B1, C1, D1, Dan Ruang B3 Irna1 Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi .Universitas Muhammadyah Surakarta.

Potter PA, Perry AG.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Suheri.2009. Gambaran Lama Hari Rawat Dalam Terjadinya Luka Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Sugama .2000. New Synthetic Fiber Sheets Prevention Moisture And Heat Retention And Reduce Shear In Bedfast Patients. World Council Of Enterostmal Therapists Journal.(3).45-48.

Suriadi, Sanada,H., Sugama, J., Thigpen,B., Subuh, M. 2008. Development of a new risk assessment scale for predicting pressure ulcer in an intensive care unit. Journal Compilation British Association of Critical Care Nurses, 13(1), 34-43.


(6)

Suriadi, Sanada H, Kitagawa A, et.al.2003. Study of reliability and validity of the braden scale translated into indonesia.. Master thesis. Kanazawa University, Japan.(2). 78

Wawan, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Klien Tentang Pencegahan Dekubitus Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Bedrest Total. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Volume 12 no.1.67-71.