DETERMINAN PENDAPATAN NELAYAN DI PANTAI DEPOK, YOGYAKARTA

(1)

DETERMINANTS OF FISHERMEN’S INCOME ON THE DEPOK BEACH, YOGYAKARTA

Oleh

YULI ANDRIANI HADI

20120430204

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

(3)

BEACH, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

YULI ANDRIANI HADI 20120430204

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

Nomor Mahasiswa : 20120430204

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “DETERMINAN PENDAPATAN NELAYAN DI PANTAI DEPOK, YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi, sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yant tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka. Apabila terdapat dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 8 April 2016

Yuli Andriani Hadi


(5)

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia

menyelesaikannya dengan baik”

(H.R Thabrani).

“Learn form yesterday, live for today hope for tomorrow”

(Albert Einstein).

Jadilah seperti yang kamu inginkan, bukan seperti apa yang ingin orang

lihat.

“Belajarlah mengalah sampai yang bisa mengalahkan mu. Belajarlah

merendah sampai tak seorangpun yang bisa merendahkanmu”.

(Gobind Vashdev).

Dream it, Wish it and do it.

Persembahan


(6)

1. Ayah dan ibuku tersayang yang telah merawat, membesarkan dan membimbing ku sampai saat ini, yang selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan ku.

2. Kedua kakak dan adik ku tercinta, kak Hendara dan adik kecilku Tina.

3. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendudukung ku.

4. Kakak-kakak ku tersayang di kos Puspita yaitu kak Yuli dan kak Betty

5. teman-teman seperjuangan dan seperantauan dari Lombok terutama, Tari, Lik, Kak Eni, Kak sira, Atikah, Mariah dan semuanya

6. Keluarga besar kos putri puspita.

7. Seluruh mahasiswa/i ilmu ekonomi angkatan 2012.

DAFTAR ISI


(7)

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pengertian Nelayan ... 11

2. Teori dan Fungsi Produksi ... 17

3. Teori Pendapatan ... 22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 27

B. Model Regresi OLS ... 35

C. Penelitian Terdahulu ... 37

D. Hipotesis ... 41


(8)

B. Jenis Data ... 43

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Definisi Operasional varian Penelitian ... 45

F. Alat Analisis ... 46

1.Uji Asumsi Klasik ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Multikoleniaritas ... 48

c. Uji Heteroskedastisitas ... 48

2.Uji Statistik ... 49

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 49

b. Uji F ... 50

c. Uji T ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 52

A. Kabupaten Bantul ... 52

1. Luas Wilayah ... 52

2. Pemerintah ... 54

B. Kecamatan Kretek... 55

C. Pantai Depok ... 56

1. Sejarah Pantai Depok ... 56

2. Karakteristik Nelayan di Pantai Depok ... 58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Hasil Penelitian ... 70

1. Uji Asumsi Klasik ... 70

a. Uji Normalitas ... 70

b. Uji Multikoleniaritas ... 71


(9)

b. Uji F ... 75

c. Uji T (Pengujian Hipotesis) ... 76

B. Pembahasan ... 79

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL


(10)

2009-2014 ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Nelayan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 ... 5

Tabel 4.1 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul 53 Tabel 4.2 Nama, Panjang dan Alamat Sungai di Kabupaten Bantul ... 54

Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Keamatan Kretek ... 55

Tabel 4.4 Usia Nelayan di Pantai Depok ... 58

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Nelayan di Pantai Depok ... 59

Tabel 4.6 Pengalaman Melaut Nelayan di Pantai Depok (Tahun) ... 60

Tabel 4.7 Jumlah Aggota Keluarga yang di Tanggung Nelayan ... 60

Tabel 4.8 Rata-rata Pendapatan Nelayan di Pantai Depok per bulan ... 61

Tabel 4.9 Kepemilikan Rumah ... 62

Tabel 4.10 Kepemilikn Kapal ... 63

Tabel 4.11 Biaya Sekali Melaut ... 63

Tabel 4.12 Jumlah Waktu Melaut Sehari-hari ... 64

Tabel 4.13 Jarak Tempuh Sekali Melaut ... 65

Tabel 5.1 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 71

Tabel 5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72

Tabel 5.7 Hasil Regresi ... 73

DAFTAR GAMBAR


(11)

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Bantul ... 54

DAFTAR LAMPIRAN


(12)

Lampiran 3. Hasil Estimasi Pendapatan Nelayan di Pantai Depok Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 5. Hasil Uji Multikoleniaritas Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 7.Kuesioner


(13)

(14)

tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok. Subjek dalam penelitian ini adalah nelayan yang ada di Pantai Depok, baik nelayan asli ataupun nelayan pendatang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di Pantai Depok. Dalam penelitian ini jumlah sample yang digunakan berjumlah 80 orang responden yang dipilih menggunakan metode sample acak sederhana (Simple Random Sampling). Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut berpengaruh positif signfikan terhadap pendapatan nelayan, pendidikan berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapata nelayan sedangkan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

Kata kunci: pendapatan, nelayan, melaut, Ordinary Least Square, Simple Random Sampling.


(15)

education, experience, distance of sail and sail hours, to revenues of fisherman in Depok Beach. The subject in the study is fisherman in the Depok beach, fisherman who do fishing activity in Depok beach. In this study, the number of samples used were 80 respondents were selected using Simple Random Sampling. The analysis tool is used Ordinary Least Square (OLS). Based on the analysis that have been made the results are the capital, experience, distance of sail and sail hours were significant positive effect on A fishermen income, labor was significant negative effect to income fisherman while education was no effect on fishermen income in Depok Beach.

Keywords: income, fishermen, sail, Ordinary Last Square, Simple Random Sampling.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup sejahtera merupakan keinginan setiap orang, kelompok masyarakat maupun negara, di Indonesia kesejahteraan merupakan salah satu tujuan negara seperti yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdakan kehidupan bangsa. Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan apabila kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat dilakukan melalui upaya penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan didefinisikan sebagai keidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimal (Kuncoro, 2010). Ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi standar hidup minimal disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat sehingga kesejahteraan di tentukan oleh besarnya pendapatan yang diterima.

Kelompok masyarakat nelyan adalah salah satu kelompok masyarakat yang sangat dekat dengan kemiskinan sepeti yang dikemukakan oleh Prakoso (2013) masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang menyebabkannya yaitu kekurangan modal yang dimiliki, kurangnya teknologi yang dimiliki, rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam, hal ini menyebabkan pendapatan yang diperoleh oleh nelayan menjadi rendah sehingga masyarakat nelayan masuk


(17)

kedalam lingkaran setan kemiskinan.

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya bergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya, mereka umumnya tinggal di pinggiran pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Imron, 2003). Menggatungkan hidup dari hasil laut, hal inilah yang menyebabkan mengapa pendapatan yang di peroleh oleh nelayan rendah. Tingkat pendapatan nelayan masih relatif rendah, hal ini juga dikarenakan pada usaha yang masih dipengaruhi oleh musim. Masyarakat memperoleh pendapatan lebih tinggi hanya pada musim-musim tertentu saja, sedangkan pada bulan lainnya merupakan bulan paceklik (Ekadianti, 2014).

Sumber daya ikan adalah salah satu sumber daya ekonomi, oleh karena itu sumber daya ikan merupakan modal bagi pembangunan bangsa Indonesia. Sebagai sumber daya yang bersifat dapat pulih kembali (renewable) dan yang merupakan modal pembangunan ekonomi, maka sumber daya ikan tersebut harus dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan batas-batas pemanfaatannya disesuaikan dengan daya dukung sumber daya ikan dan daya tampung suatu perairan (Retnowti, 2011). Meskipun sumber daya ikan melimpah akan tetapi pendapatan nelayan selalu rendah dan selalu menjadi masalah seperti yang di kemukakan oleh Agunggunanto (2011) yang mengatakan rendahnya penghasilan nelayan tradisional merupakan masalah


(18)

yang sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga sekarang, kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan sosialekonomi, namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi.

Garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km sehingga tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan bermata pencaharian sebagai nelayan yang tersebar di berbagai wilayah di indonesia. Hamadi (2014) menegemukakan bahwa Provinsi dengan jumlah nelayan paling banyak di Indonesia ialah Provinsi Jawa Timur yang mencapai lebih dari 334.000, kemudian Jawa Timur mencapai lebih dari 203.000 dan Jawa Barat sekitar 183.000, diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan, Sumatra Utara dan Aceh. Jumlah nelayan paling sedikit ditemui di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Maluku Utara. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki lima Kabupaten dimana hanya tiga dari kabupaten tersebut yang memilki wilayah laut yaitu: Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul.

Tabel 1.1.

Perkembangan Jumlah Nelayan di DIY Tahun 2010-2013 (satuan jiwa)

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, beberapa terbitan

No Kabupaten 2010 2011 2012 2013

1 Gunugkidul 1.490 1.907 2.076 1.860

2 Bantul 291 339 704 537

3 Kulonprogo 443 334 853 474


(19)

Berdasarkan Tabel 1.2. diatas dapat diketahui bahwa Kabupaten Gunungkidul adalah Kabupaten dengan jumlah nelayan dan perkembangan nelayan terbesar, kemudian disusul oleh Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Jumlah perkembangannya Kabupaten Bantul dari tahun 2010-2012 semakin meningkat meskipun secara perlahan, tetapi pada tahun 2013 ketiga Kabupaten tersebut mengalamai penurunan dan Kabupaten Bantul adalah Kabupaten yang jumlah penurunannya paling sedikit yaitu sebesar 167 (dari 704 menjadi 537), Gunungkidul sebanyak 216 (dari 2.076 menjadi 1860) dan Kulonprogo terbesar dengan jumlah penurunan sebesar 379 (dari 853 menjadi 474).

Tabel 1.2

Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Bantul Tahun 2009-2014

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Produksi

(Ton) 459.800 518.119 592.524 541.359 546.877 364.864 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantul

Dari Tabel 1.1 diatas di ketahui bahwa jumlah produksi perikananan di Kabupaten Bantul dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 selalu mengalamai peningkatan yang cukup besar sedangkan mulai dari tahun 2012 produksi perikanan di Kaupaten Bantul semakin menurun sampai tahun 2014.


(20)

Tabel 1.3.

Jumlah Nelayan di Kabupaten Bantul Tahun 2013

Sumber : Dinas Perkanan dan Kelautan DIY

Dari Tabel 1.3 diatas di ketahui bahwa terdapat tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul yaitu Srandakan, Sanden dan Kretek, masing-masing dari Kecamata tesebut memiliki satu desa yang terdapat nelayan yaitu Desa Poncosari untuk kecamatan Srandakan dengan jumlah nelayan sebesar 143 yang terdiri dari 35 nelayan utama dan 108 nelayan tambahan, Desa Gadingharjo untuk Kecamatan Sanden dengan jumlah nelayan sebesar 174 yang terdiri dari 42 nelayan utama dan 132 nelayan tambahan dan Desa Parangtritis untuk Kecamatan Kretek dengan jumlah nelayan sebesar 147 yang terdiri dari 35 nelayan utama dan 112 nelayan tambahan.

Pantai Depok adalah salah satu pantai yang berada di Desa Parangtritis yang sering disebut sebagai pantai nelayan karena dibandingkan dengan pantai

Kabupaten Kecmatan Desa

Lokal

Andon Jumlah Penuh Sambilan

Utama Tambahan

Bantul

Sarandakan Trimurti -

Poncosari 35 108 143

Sanden

Sriganding -

Gadingsari -

Gadingharjo 42 132 174

Murtigading -

Kretek

Donotirto -

Parangtritis 35 112 147

Tirtoharjo -

Tirtomulyo -


(21)

lain Pantai Depok termasuk pantai dengan jumlah nelaya terbanyak, karena pantai lain lebih mengutamakan pariwisata meskipun Pantai Depok juga termasuk tempat wisata, hal ini terbukti dari banyaknya kapal yang berada di Pantai Depok jika dibandingkan dengan pantai lain, salah satunya adalah Pantai Parangtritis.

Ada banyak sekali penelitian tentang pendapatan nelayan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Olale dkk. (2010) dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, akses ke kredit dan keanggotaan dalam asosiasi adalah faktor kunci yang menjelaskan perilaku diversifikasi pendapatan nelayan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah model empiris, variabel dependennya adalah pendapatan sedangkan variabel independennya adalah usia pekerja, pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan (nelayan/bukan), kepemilikan, lokasi (pantai/tidak), keanggotaan asosiasi, akses ke pinjaman.

Selain faktor yang di kemukakan oleh Olale dkk. (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan yang dikemukaan oleh Sujarno (2008), hasil penelitiannya menjelaskan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Lankat. Dari empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh. Metode analaisis


(22)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Ordinary Least Squares (OLS) dengan variabel dependennya pendapatan dan variabel independennya adalah modal kerja, tenaga kerja pengalaman dan jarak tempuh.

Heryansyah dkk. (2013) juga melakuakn penelitian tentang pendapatan nelayan, berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa modal, jumlah nelayan, jarak tempuh dan ukuran kapal berpengaruh signifikan terhadap produksi nelayan, sedangkan pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi nelayan di Kabupaten Aceh Timur. Model analisis yang digunakan adalah model Ordinary Least Squares (OLS) denan variabel dependennya pendapatan sedangkan variabel independennya adalah modal kerja, jumlah nelayan, pendidikan, jarak tempuh dan ukuran kapal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamia (2013) menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapata nelayan. Motode yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Variabel dependen pada penelitian tersebut adalah pendapatan sedangkan independennya adalah modal, tenaga kerja, pengalaman dan pendidikan.

Berdasarkan latar belakang diatas muncul pertanyaan, yaitu apakah faktor modal kerja, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut berengaruh terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok. Hal inilah yang mendasari penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap nelayan di


(23)

Pantai Depok Desa Parangtritis Kecamatan Keretek Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarata (DIY), menggunakan metode (Ordinary Least Square) OLS dengan judul “DETERMINAN PENDAPATAN NELAYAN DI PANTAI DEPOK, YOGYAKARTA”.

B. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam menggunakan variabel penulisan ini akan dibatasi menggunakan hal-hal sebagai berikut:

1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan, modal kerja, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut.

2. Objek penelitian adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Provinsi DIY tahun 2016.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.


(24)

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

4. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

5. Bagaimana pengaruh jarak melaut terhadap pendapatan nelaya di Pantai Depok.

6. Bagaimana pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan d Pantai Depok.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

2. Mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

3. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

4. Mengetahui pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.


(25)

5. Mengetahui pengaruh jarak melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

6. Mengetahui pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1.Bagi Peneliti

Agar peneliti mengetahui lebih dalam mengenai pendapatan nelayan di Pantai Depok Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.

2.Bagi Pemerintah

Diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan.

3.Bagi Ilmu Pengetahuan.

Diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu dan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1.Pengertian Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Imron, 2003).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penagkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Nelayan diartikan sebagai orang yang menjalankan usaha penangkapan ikan atau orang yang ikut mengoperasikan peralatan tangkap dan orang yang mempunyai kapal, sedangkan orang melakukan pekerjaan membuat jaring, mengangkat alat-alat atau perlengkapan ke dalam kapal atau perahu tidak termasuk kedalam kategori sebagai nelayan (Ekadianti, 2014).

Di berbagai lingkungan nelayan, seperti juga pekerjaan di bidang lain, mereka membentuk masyarakat. Nelayan sering terisolasi karena mereka harus tinggal di sepanjang pinggiran danau, sungai, atau laut (Manurung, 2014).


(27)

Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya (Prasetyo, 2014).

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan (Fargomeli, 2014). Masyarakat pantai (nelayan) mempunyai ciri kehidupan atau ritme kehidupan yang spesifik, sesuai dengan aktivitas sosial ekonomi sebagai nelayan. Kehidupan nelayan yang sering meninggalkan kampung halaman untuk beberapa hari, minggu atau bulan, berpengaruh terhadap susunan masyarakat, peranan, status, interaksi sosial dan fungsi individual dalam masyarakat (Kurnia dkk, 1992). Masyarakat nelayan sering dinilai lebih terbelakang daripada masyarakat perkotaan dalam hal derap pembangunan, dalam arti seluas-luasnya. Padahal mereka dapat mencukupi hidup keseharian jika bisa memenejnya dengan baik. Namun semua itu hanya bersifat memenuhi kebutuhan primer saja (Sarjulis, 2011).

Pembahasan tentang nelayan dalam tataran realitas berdasarkan hasil pengamatan penulis (Retnowati, 2011), nelayan dibedakan menjadi: nelayan pemilik (juragan), nelayan penggarap (buruh/pekerja) dan nelayan kecil,


(28)

nelayan tradisional, nelayan gendong (nelayan angkut), dan perusahaan/industri penangkapan ikan sebagai berikut:

1)Nelayan pemilik (juragan) adalah orang atau perseorangan yang melakukan usaha penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu dan/atau alat tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Nelayan penggarap (buruh atau pekerja) adalah seseorang yang menyediakan tenaganya atau bekerja untuk melakukan penangkapan ikan yang pada umumnya merupakan/membentuk satu kesatuan dengan yang lainnya dengan mendapatkan upah berdasarkan bagi hasil penjualan ikan hasil tangkapan.

2)Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang sederhana (tradisional). Dengan keterbatasan perahu maupun alat tangkapnya, maka jangkauan wilayah penangkapannya pun menjadi terbatas biasanya hanya berjarak 6 mil laut dari garis pantai. Nelayan tradisonal ini biasanya adalah nelayan yang turun-temurun yang melakukan penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

3)Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja dengan adanya program modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap maka mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional maupun alat tangkap yang konvensional saja melainkan juga menggunakan


(29)

diesel atau motor, sehingga jangkauan wilayah penangkapan agak meluas atau jauh.

4)Nelayan gendong (nelayan angkut) adalah nelayan yang dalam keadaan senyatanya dia tidak melakukan penangkapan ikan karena kapal tidak dilengkapi dengan alat tangkap melainkan berangkat dengan membawa modal uang (modal dari juragan) yang akan digunakan untuk melakukan transaksi (membeli) ikan di tengah laut yang kemudian akan dijual kembali.

Nelayan bila digolongkan menurut status sosial dapat dikelompokkan menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh, nelayan besar dan nelayan kecil, nelayan moderen dan nelayan tradisoinal. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring dan perlengkapan lainnya). Nelayan buruh adalah nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi. Nelyan besar adalah nelayan yang memiliki modal cukup besar sedangkan nelayan kecil adalah nelayan yang memilki modal relatif kecil. Nelayan modern adalah nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradsional. Perbedaan-perbedaan ini membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial ekonomi baik nelayan besar dan modern ataupun nelayan kecil dan tradisional, biasanya masing-masing merupakan kategori sosial ekonomi yang relatif sama dengan orientasi dan perilaku yang berbeda-beda (Hamid dan Raudatul, 2011).


(30)

Soekanto (1975) dalam Kurnia dkk. (1992) menyatakan bahwa dasar ukuran kriteria yang biasanya dipergunakan untk mengolongkan anggota masyarakat pantai kedalam lapisan tersebut adalah: a) ukuran kekayaan, b) kekuasaan, c) ukuran kehormatan dan d) ukuran ilmu pengetahuan. Kurnia dkk. (1992) mengemukaan stratifikasi atau kelas-kelas dalam masyarakat nelayan dibagi berdasarkan pada bidang pekerjaannya yaitu juragan besar atau langgan, juragan kecil, juru mudi, bidak/awak dan palale, dimana:

a. Juragan dalam masyarakat nelayan istilah juragan dibagi menjadi dua kelas yang berbeda status maupun peranannya, yaitu:

Juragan Besar (Boss) yaitu orang yang memiliki beberapa perahu dan menguasai beberapa bidak sesuai dengan jumlah perahunya. Juragan ini biasanya tidak ikut kelaut.

Juragan Kecil yaitu nelayan yang karena dipercaya oleh juragan besar kemudian di beri perahu untuk dioperasikan. Juragan kecil biasanyahanya menguasai sebuah perahu dengan awak perahu (bidak). Kewajiban seorang juragan kecil adalah harus menjual tangkapannya kepada juragan besar, dengan demikian juragan besar ikut menentukan harga ikan, terutama berlaku untuk juragan kecil.

b.Langganadalah orang yang memasok modal kepada nelayan (juragan kecil), dengan syarat hasil tangkapan ikannya harus dijual kepada langgan. Langgan ini ikut menentukan harga ikan, terutama diperuntukan bagi juragan kecil


(31)

yang telah mereka beri modal. Langgan ini bisa seorang nelayan (juragan besar) bisa juga bukan seorang nelayan, dalam artian bahwa seorang laggan adalah seseorang yang memiliki modal dan berusaha dibidang kenelayanan meskipun mereka ini bukan seorang nelayan.

c. Juru Mudi adalah orang yang dipercaya oleh seorang juragan untuk mengemudikan perahu penagkap ikan.

d.Bidak (awak perahu) atau pandega adalah orang atau semua orang yang bekerja dalam suatu perahu yang pekerjaannya sebagai penebar dan penarik jaring dalam proses penangkapan ikan. Jumlah awak perahu (bidak) tergantung pada besar kecilnya sebuah perahu. Jumlah awak perahu (bidak) untuk jenis nelayan pinggiran (perahu payang, jaring, bondet dan perahu sejenisnya) sebanyak 4 sampai 6 orang. Sedangkan untuk jenis nelayan tengah (perahu yang dapat melintas antar pulau) jumlah awaknya berkisar antar 8 sampai 12 orang.

e. Palele, istilah palele di jumpai di desa penimbang jaya Kabupaten Pandeglang yang berarti orang yang membeli ikan di tengah laut langsung dari bidak (awak perahu). Palele terbagi kedalam dua kategori yaitu palele besar dan palele kecil. Palele besar adalah adalah pedagang besar yang membeli ikan dari bidak di tengah laut dengan menggunakan perahu motor. Sedangkan palele kecil adalah pedagang kecil yang membeli ikan langsung dari bidak melalui pantai (pada saat perahu sudah berlabuh). Uang penjualan


(32)

ikan dari palele biasanya diambil sendiri oleh seluruh awak kapal (juru mudi dan bidak). Hal ini kelihatan menguntungkan awak prahu (bidak), tetapi jika diketahui oleh juragan besar atau laggan yang telah memberi modal, maka bidak maupun juru mudi dapat dikenakan sanksi misalnya dipecat. Dengan demikian keaktifan dari palele ini sebenarnya dapat mengganggu hubungan awak perahu dengan juragan atau antara langgan dengan awak perahu (bidak). Dari aktifitas palele ini yang paling menggangu antara hubungan bidak dengan juragan adalah palele besar. Aktifitas palele kecil tidak mengganggu hubungan antara juragan dan bidak, bidak menjual sebagian kecil ikan tangkapannya kepada pihak lain untuk kebutuhan dirinya. Kegiatan bidak menjual sebagian kecil ikan tangkapannya kepada “palele” ini sudah lazim dilakukan oleh para awak nelayan.

Apabila dilihat dari kedudukannya dalam masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat nelayan tersebut adalah sebagai berikut: pertama juragan besar dan langgan menenpati kelas teratas, kemudian kelas berikutnya ditempati oleh juragan kecil, diikuti juru mudan dan awak perahu (bidak) pada kelas terbawah.

2.Teori dan Fungsi Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna


(33)

suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang atau perusahaan yang menjalankan suatu proses produksi disebut Produsen (https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi, diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 16:11).

Produksi adalah suatu proses untuk mengubah barang input menjadi barang output. Dapat pula dikatakan bahwa produksi adalah rangkaian proses yang meliputi semua kegiatan yang dapat menambah atau menciptakan nilai guna dari barang dan jasa. Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan. Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output semakismal mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan biaya produksi seminimal mungkin (http://www.studiobelajar.com/teori-produksi/, diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 13:39). Proses produksi akan menciptakan pendapatan kepada berbagai faktor produksi yang digunakan (Sukirno, 1981).


(34)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimilsakan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah, atau dianggap tidak mengalami perubahan. Teknologi juga di anggap tidak mengalami perubahan, satu satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004 dalam Sujarno, 2008).

Faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia atau yang disediakan oleh alam dan dapat digunakan untuk memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang mereka butuhkan. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dibedakan dalam empat golongan yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian keusahawanan (enterpreneurship) (Sukirno, 1981).

Fungsi Produksi adalah suatu gambaran yang menunjukkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi untuk mengasilkan barang tersebut. Fungsi produksi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

TP = f (N,R,K,T) Dimana:


(35)

N = Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan R = Jumlah kekayaan alam yang digunakan

T = Tingkat teknologi yang sedang digunakan dalam proses produksi

Produksi Jangka pendek (short run) adalah yaitu priode di mana perusahaan dapat menyesuikan produksi dengan perubahan faktor produksi variabel seperti bahan baku dan tenaga kerja, tetapi kurang cukup lama untuk melakukan penyesuaian semua input. Dalam jangka pendek, faktor nonvariabel seperti mesin dan peralatan tidak dapat sepenuhnya disesuaikan ataupun di modifikasi (Samuelson dan Nordhaus, 1993).

Sumber: Sukino, 1981

Gambar 2.1

Fungsi Produksi Jangka Pendek

(1) (2) (3) (4)

TP

AP

0 Ju ml ah Pr od uk si

MP


(36)

Sumbu tegak menunjukkan tingkat produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dan sumbu datar menunjukkan berbagai jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dalam menggambarkan fungsi produksi itu dimisalkan bahwa hanya satu faktor produksi yang dapat diubah-ubah jumlahnya, yaitu tenaga kerja. Jumlah faktor produksi lainnya dianggap tetap jadi kekayaan alam dan alat-alat modal dianggap tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak berubah. Perubahan dalam tingkat produksi hanya disebabkan oleh perubahan dalam jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Di dalam menggambarkan fungsi produksi selalu dimisalkan bahwa kegiatan memproduksi selalu dipengaruhi oleh Hukum hasil lebih yang semakin berkurang, hal ini berarti pada mulanya, apabila tenaga kerja yang digunakan di tambah dan faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah, tingkat produksi akan bertambah dengan cepat tetapi kemudian sebagai akibat dari hukum tersebut maka tambahan produksi yang diciptakan oleh tenaga kerja yang berikut makin lama akan semakin bertambah kecil.

Berdasarkan kepada pertambahan produksi yang akan diciptakan oleh setiap tambahan faktor produksi, fungsi produksi dapat dibedakan menjadi empat pase (berdasarkan Gambar 2.1) yaitu:

1.Fase 1 (dari 0 sampai L1) yaitu setiap tambahan tenaga kerja akan menciptakan tambahan produksi yang lebih besar dari pada tambahan produksi sebelumnya. Oleh sebab itu produksi rata-rata akan bertambah.


(37)

2.Fase 2 (dari L1 sampai L2) yaitu tambahan produksi yang dihasilkan oleh setiap tambahan tenaga kerja (produksi marginal atau MP) mengalami penurunan sehingga tambahan produksi keseluruhan dan produksi rata-rata kenaikannya lebih lambat daripada dalam fase pertama. Batasan diantara fase 2 dan 3 merupakan suatu tingkat dalam proses produksi dimana produksi rata-rata (AP) adalah yang paling tinggi

3.Fase 3 (dari L2 sampai L3) produksi rata-rata berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Batasan diantara fase 3 dan 4 produksi keseluruhan mencapai maksimum. Sesudah tingkat itu apabila tenaga kerja yang digunakan bertambah besar, produksi keseuruhan menjadi bertambah sedikit karena produksi marginal (MP) nilainya telah menjadi negatif.

Produsi Jangka Panjang (Long run) adalah periode ketika semua faktor produksi, baik faktor variabel maupun nonvariabel yang dignakan oleh perusahaan yang bisa diubah, termasuk buruh, bahan baku dan modal (Samuelson dan Nordhaus, 1993).

Perbedaan produksi jangka pendek dan jangka panjang adalah terletak pada apakah input yang digunakan dalam proses prodeksi dapat ditambah jumlah seluruhnya atau tidak. Kalau pada suatu produksi semua inputnya dapat dirubah jumlahnya, maka dikatakan bahwa proses produksi tersebut berorientasi dalam perspektif jangka panjang. Konsep produksi jangka panjang yang hanya menggunakan dua macam input, biasanya digambarkan


(38)

dengan menggunakan kurva isoquant. Sebuah isoquant adalah himpunan dari semua kemunginan kombinasi input 1 dan 2 yang dapat menghasilkan sejumlah output tertentu (Adiningsih, 1991).

K

Sumber: Adiningsih, 1991 Gambar 2.2

Fungsi Produksi Jangka Panjang (Isoquant)

Kurva isoquant menggambarkan fungsi dalam jangka panjang, oleh karena itu dimungkinkan bagi semua input (dua macam) untuk ditambah jumlahnya. Ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva isoquant ke kanan (misalnya dari IQ1 ke IQ2). Olek karena itu semakin ke kanan kurva isoquant semakin besar kuantitas outputnya.

3.Teori Pendapatan a. Pengertian Pendapatan

Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan pendapatan. Keluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara pada masa yang

Isoquant L 0


(39)

sudah ditentukan. Oleh karena itu, keluaran dan pendapatan biasanya dianggap setara dan dua istilah tersebut sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa diukur sebagai jumlah pendapatan atau bisa dilihat dari sisi produksi dan diukur sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga dari penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam negeri (https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Makro, diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 13:12).

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau angsuran si pengaguran (Samuelson dan Nordhaus, 1997).

Dalam perekonomian pasar, pendapatan terutama tergantung pada upah, yaitu tergantung pada produktivitas sumber daya yang dimiliki. Penadapatan tengah seluruh rumah tangga adalah pendapatan tengah saat pendapatan diurutkan dari terendah hingga tertinggi. Pada suatu tahun tertentu, setengah dari rumah tangga berada diatas pendapatan median dan sisa setengahnya berada dibawah pendapatan median. Alasan mengapa pendapatan rumah tangga berbeda-beda yaitu usia, perbedaan pendidikan, kemampuan, pengalaman kerja dan jumlah anggota keluarga yang bekerja


(40)

juga berbeda-beda (McEachern, 2001).

Pendapatan (income) adalah hasil berupa uang atau material lainnya, yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa. Pendapatan dicapai dengan mengalokasikan dana pada faktor-faktor produksi secara tepat, sehingga dalam setiap usaha pengelola usaha harus mampu mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk meningkatkan pendapatan usaha. Pengalokasian faktor-faktor produksi sama artinya dengan mengeluarkan biaya untuk memperoleh berbagai faktor produksi yang lebih dikenal dengan biaya produksi (Budiono, 2002).

Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksinya kepada sektor produksi dan sektor produksi ini “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Hasil faktor produksi di pasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan (Boediono, 2010).

Secara singkat “income” seorang warga masyarakat ditentukan oleh: a) jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada: (i) hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu, (ii) warisan/pemberian; b) harga per unit dari faktor-fakttor produksi. Harga harga yang ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi


(41)

(Boediono, 2010).

Soekartawi (2006) keuntungan merupakan total penerimaan dikurangi dengan total biaya, secara matematik ditulis sebagai berikut :

Π = TR – TC Dimana:

TR = Py. Y dan TC = FC + VC, sehingga Π = Py. Y – (FC + VC) Keterangan :

Π = Pendapatan atau keuntungan Py = Harga komoditi

Y = Produksi

FC = Biaya Tetap (FixedCost) VC = Biaya Variabel (Variabel Cost) TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

b.Pengertian Pendapatan Nelayan

Sumber utama pendapatan nelayan adalah dari usaha perikanan, sehingga pendapatannya tergantung dari kondisi alam untuk melaut, semakin mendukung kondisi alam maka semakin tinggi peluang untuk mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya semakin buruk kondisi alamnya maka semakin rendah peluang untuk mendapatkan hasil yang baik.


(42)

Jumlah tangkapan nelayan tradisional sangat mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan tradisional, dan tingkat pendapatan nelayan tradisional sudah pasti berimbas pada pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan tingkat kelayakan hidup nelayan tradisional beserta anggota keluarganya (Manurung,

2014). Peningkatan produksi perikanan akan menuju kepada peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Pendapatan yang merupakan salah satu faktor ekonomi sangat bergantung pada faktor sosial nelayan (usia, pendidikan, jumlah tanggunga keluarga dan pengalaman kerja) begitu sebaliknya (Hamdi dan Raudatul, 2011).

Banyaknya tangkapan tercermin pula besaran pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga, dengan demikian tingkat pemenuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum (KFM) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima. Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat (Sujarno, 2008).

Dari sisi ekonomi pendapatan nelayan masih sangat rendah, sehingga mereka miskin. Hal ini dikarenakan: keterbatasan modal, skill, adanya tekanan dari pemilik modal (sistem bagi hasil perikanan yang tidak adil), sistem perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan (tidak


(43)

ada regulasi yang tepat dan lemahnya otoritas atau pemerintah), budaya kerja yang masih tradisional atau konvensional (Retnowati, 2011). Pendapatan nelayan sangat tergantung pada banyaknya hasil tangkapan yang sangat berfluktuasi sesuai dengan musim. Pada saat musim paceklik, tidak jarang para nelayan tidak memperoleh hasil sama sekali. Sebaliknya pada saat musim ikan hasil tangkapan bisa melimpah sehingga pendapatan yang diterima pun besar (Muflikhati, 2010).

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan a.Modal dan biaya Produksi

Segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang lain atau jasa-jasa yang akan digunakan


(44)

masyarakat termasuk dalam golongan ini. Beberapa contoh dari barang-barang seperti itu adalah irigasi, jalan-jalan, industri-industri dan peralatan-peralatan mereka, berbagai jenis mesin dan sebagainya. Dalam pengertian sehari-hari ada kalanya “modal” diartikan juga sebagai tabungan masyarakat yang dapat digunakan untuk membeli saham-saham perusahaan dan obligasi-obligasi pemerintah atau digunakan untuk spekulasi, atau dipinjamkan kepada orang lain. Dalam analisis ekonomi uang atau “modal” yang dapat digunakan untuk maksud-maksud diatas tidak dianggap sebagai modal, tetapi hanya dipandang sebagai tabungan dan tidak boleh dianggap sebagai faktor produksi (Sukirno, 1981).

Konsep modal adalah salah satu gagasan sentral dalam ilmu ekonomi. Modal dihasilkan oleh sistem ekonomi itu sendiri. Modal menghasilkan jasa dari waktu ke waktu, dan digunakan sebagai input dalam produksi barang dan jasa. Dari sebuah konsep modal seseorang dapat memproduksi barang yang akan di produksi dan disalurkan kepada konsumen untuk mendapatkan laba (Jamal, 2014).

Modal secara umum adalah biaya-biaya yang digunakan untuk proses produksi sehari-hari (Herawati, 2008). Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat atau mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi ada perbedaan antara modal


(45)

sendiri dengan modal pinjaman yang masing-masing berperan langsung dalam proses produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar produktivitas dan pendapatan (Sujarno, 2008).

Dalam pengertia ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi alam dan tenaga kerja menghasilkan barang baru, modal memiliki sifat antara lain: 1) produktif yaitu meningkatkan kapasitas produksi; 2) prospektif yaitu meningkatkan produksi dikemudian hari; dan 3) pertumbuhan modal berhubungan dengan pertumbuhan faktor produksi kerja (Soeharjo dan Pataong 1977/1978 dalam Atmodjo, 1987).

Modal ada dua macam yaitu modal tetap dan moda bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melelui deprecition coast dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak. Setiap produksi subsektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja, semakin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau semakin intensif (Sujarno, 2008).

Pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal kerja, seperti dalam teori faktor produksi jumlah output/produksi yang artinya berhubungan dengan pendapatan bergantung pada modal kerja. Hal ini berarti dengan adanya


(46)

modal kerja maka usaha nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan dan kemudian mendapatkan ikan. Makin besar modal kerja maka makin besar pula peluang hasil tangkapan yang diperoleh (Lamia, 2013).

Modal dalam kehidupan nelayan merupakan hal pokok yang harus ada dalam kegiatan melaut. Beberapa modal nelayan yaitu, Sampan, Jaring, Mesin, Solar, keterampilan. Modal tersebut yang menjadi sarana nelayan untuk mencari ikan di laut, dengan modal para nelayan akan dengan mudah menangkap ikan dan memperoleh pendapatan. Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa alat nelayan bukanlah nelayan. Akan tetapi produksi ikan nelayan di tentukan oleh seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya. Modal tersebut berupa perlengkapan melaut yang memadai (Jamal, 2014).

Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunkan sebagai biaya produksi atau biaya operasional dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan, biaya produksi atau biaya operasional nelayan biasanaya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemilik modal (toke). Karena adananya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal. Peningkatan dalam modal kerja


(47)

akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan untuk melaut, misalnya bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah tenaga kerja, peralatan penangkapan ikan (umpan) (Sujarno, 2008).

b.Tenaga Kerja

Menurut Sukirno (1981) tenaga kerja bukan saja berarti jumlah penduduk yang dapat digunakan dalam proses produksi tetapi juga termasuk kemahiran-kemahiran yang mereka miliki. Oleh sebab itu tenaga kerja bukan saja diartikan sebagai besarnya tenaga jasmani yang dapat digunakan untuk proses produksi, tetapi juga meliputi kemampuan tenaga kerja yang ada untuk berfikir dan bekerja. Melihat kepada kesunggupan mereka untuk bekerja dan berfikir, tenaga kerja yang ada dalam masyarakat dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu:

1.Tenaga kerja tidak terdidik yaitu tenaga kerja yang tidak mempunyai pendidikan sehingga daya kerjanya terutama harus berasal dari tenaga jasmaninya, yang termasuk dalam golongan ini adalah petani, pekerja toko, penarik kaca dan tenaga kerja lain yang semacam itu.

2.Tenaga kerja terlatih yaitu tenaga kerja yang telah memperoleh sedikit pendidikan dan pelatihan dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu, yang termasuk dalam golongan ini adalah tukang kayu, tukang besi, tukang elektris dan sebagainya.


(48)

3.Tenaga kerja terdidik yaitu golongan tenaga kerja yang sangat tinggi pendidikannya, yang termasuk golongan ini adalah guru, dosen, pilot, berbagai jenis tenaga teknik dan sebagainya.

Banyaknya tenaga kerja yang aktif bekerja pada kegiatan penangkapan tergantung dari jumlah anggota keluarga dan juga dipengaruhi oleh komposisi umur dan jenis kelamin keluarga (Atmodjo, 1987).

Aset utama para nelayan, khususnya nelayan tradisional hanya tenaga kerja dan keterampilan, serta kreatifitas yang relaitif masih rendah. Meskipun pekerjaan sebagai nelayan cepat mendatangkan hasil, tetapi seringkali penghasilan itu tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Nelayan mempunyai peranan yang sangat substansial dalam modernisasi kehidupan manusia. Mereka termasuk agent of development yang saling reaktif terhadap perubahan lingkungan. Sifat yang lebih terbuka dibanding kelompok masyarakat yang hidup di pedalaman, yang menjadi stimulator untuk menerima perkembangan modern (Prakoso, 2013). Pendapatan sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaiamana kita ketahui bahwa dalam teori faktor produksi jumlah output/produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan bergantung pada jumlah tenaga kerja (Lamia, 2013).

Masyhuri (1998) dalam Heryansyah (2013) mengatakan bahwa banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas kapal yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat karena


(49)

penambahan tenaga kerja proporsional. c. Pendidikan

Dalam kegiatan ekstraktif seperti perikanan rakyat, keterampilan dan pengetahuan juga memegang peranan penting. Keterampilan seorang pengusaha dalam mengelola dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang ada padanya akan menetukan besarnya pendapatan yang diperoleh (Atmodjo, 1987). Pendidikan ada yang bersifat formal dan tidak formal. Pendidikan formal dilakukan melalui proses yang teratur, sistematis dan dilakukan oleh lembaga yang khusus didirikan untuk itu. Pendidikan tidak formal diperoleh lewat pengalaman dan belajar sendiri. Semestinya tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memberi peluang bagi si anak didik untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006).

Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006).

d.Pengalaman

Dalam rangka penempatan seorang tenaga kerja perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu faktor yang perlu


(50)

dipertimbangkan adalah pengalaman kerja. Berdasarkan pengertian yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman merupakan segala sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb), sedangkan kerja merupakan kegiatan melakukan sesuatu. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengalaman kerja merupakan kegiatan melakukan segala sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang (Chintya, 2015).

Secara teoritis dalam buku tentang ekonomi, tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari dari pendapatan atau keuntungan, namun dalam kegiatan penangkapan ikan (produksi) dalam hal ini dengan semakin berpengalamannnya nelayan maka akan meningkatkan pendapatan (Sujarno, 2008). Umur nelayan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan, hal tersebut didukung dengan kurangnya pengalaman melaut nelayan muda sehingga berkurangnya hasil tangkapan dan juga jumlah pendapatannya rendah. Dengan pengalaman yang memadai seorang nelayan akan dengan mudah mendapatkan hasil tangkapannya karena seorang nelayan yang berpengalaman dapat mengetahui dimana tempat ikan berkumpul dan menangkapnya dengan kemampuanya (Jamal, 2014).

e. Jarak Melaut

Jarak tempuh yang semakin jauh akan mempunyai lebih banyak kemungkinan untuk memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih


(51)

banya dan tentu memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pendapatan dekat pantai (Masyhuri, 1999 dalam Sujarno, 2008).

f. Lama melaut

Selain faktor modal dan lama usaha, tingkat pendapatan pedagang juga ditentukan oleh lamanya waktu operasi atau jam kerja. Jam kerja merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak persiapan sampai usaha tutup (Firdaus, 2012).

Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penerlitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Dalam undang-undang juga di ataur tentang lamanya jam kerja. Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu: 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau . 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu (Jamal, 2014).

Untuk nelayan jam kerjanya dihitung mulai dari berangkat melaut hingga pulang melaut, banyak waktu yang dihabiskan oleh nelayan untuk


(52)

melaut setiap orang berbeda-beda tergantung dari nelayan itu sendiri.

B. Model Regresi OLS

Pengertian OLS (Ordinary Least Square) adalah suatu metode ekonometrik dimana terdapat variabel independen yang merupakan variabel penjelas dan variable dependen yaitu variabel yang dijelaskan dalam suatu persamaan linier. Dalam OLS hanya terdapat satu variabel dependen, sedangkan untuk variable independen jumlahnya bisa lebih dari satu. Jika variabel bebas yang digunakan hanya satu disebut dengan regresilinier sederhana, persamaannya adalah:

Yi = β0 + β1 Xi + ei

(1)

jika variabel bebas yang digunakan lebih dari satu disebut sebagai regresi linier majemuk, persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Yi = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ... + ei (2) Persamaan dalam analisis regresi seperti pada persamaan (1) dapat menggambarkan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang terletak pada garis regresi. Jarak antara data sesungguhnya denga garis regresi dikuadratkan dan dijumlahkan. Itulah sebabnya analisi regresi juga dikenal dengan anaisis Ordinary Least Square (sering disingkat dengan OLS saja atau analisi kuadrat terkecil).


(53)

OLS merupakan metode regresi yang meminimalkan jumlah kesalahan (error) kuadrat. Model regresi linier yang dipakai dengan metode OLS tersebut, harus memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dalam melakukan pendugaan interval dan pengujian parameter regresi populasi. Asumsi-asumsi BLUE antara lain:

- Model regresi adalah linier pada parameter-parameternya.

- Variable bebas adalah bukan stokastik (memiliki nilai yang tetap untuk sampel yang berulang) dan tidak ada hubungan linier yang persis antara dua atau lebih peubah-peubah bebas (no-multicolinearity).

- Error termatau galat mempunyai nilai harapan nol, E(εi) = 0

- Error term atau mempunyai varians konstan untuk semua observasi ( homoskedasticity), E(ε2) = σ2

- Error term atau galat pada suatu observasi tidak berhubungan dengan error term pada observasi lain.(no-autocorrelation).

- Error term atau galat berdistribusi normal.

C. Penelitian terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sujarno (2008) dengan judul “Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Ordinary Least Squares (OLS). Variabel dependen dalam


(54)

penitian tersebut adalah pendapatan dan variabel independennya adalah modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, dari empat faktor tersebut yang mempengaruhi pendapatan ternyata faktor modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Lamia (2013) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa Selatan” dengan metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiannya adalah pendapatan dan variabel independennya adalah modal, tenaga kerja, pengalaman, dan lama pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan sendangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

Olale dkk, (2010) melakukan penelitian dengan judul “Determinan of Income Diversification among Fising Communites in Western Kenya”, metode peneliitian yang digunakan adalah Empirical Model. Variabel dependen yang digunakan delam penelitiani ini adalah pendapatan sedangkan independennya adalah usia, pendidikan, status perkawinan, keanggotaan dalam asosiasi, akses


(55)

ke kredit, jeis ikan, dan posisi pekerjaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, akses ke kredit, dan keanggotaan dalam asosiasi adalah adalah faktor kunci yang menjelaskan prilaku diversifikasi pendapatan antar nelayan.

Penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2013) dengan judul “Peran Tenga Kerja, Modal dan Teknologi terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang”. Metode penelitian yang digunakan dalam peneitian ini adalah metode korelasi yang menunjukkan besarnya arah hubungan variabel. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah pendapatan sedangkan variabel independennya adalah tenaga kerja, modal dan teknologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di desa Asemdoyong Kabupaten Pemalang dengan kontribusi sebesar 31,2 %, sedangkan sisanya yang sebesar 68,8 % disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model yang tidak diteliti dalam penelitian ini 2) Ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang menggunakan teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak menggunakan teknologi.

Penelitian yang dilakukan oleh Jamal (2014) dengan judul penelitian “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan (Studi Nelayan Pesisir Desa Kelampis Kecamatan Kelampis Kabupaten Bangkalan)”. Metode


(56)

penenlitian yang digunakan adalah linear berganda dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Variabel dependen dalama penelitian tersebut adalah pendapatan sedangkan varaibel independennya adalah modal, umur, curah jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan. Hasil dari penelian tersebut menunjukkan bahwa modal, umur, curah jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Klampis, selanjutnya secara parsial variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan Desa Klampis antara lain curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga, dan hasil tangkapan ikan. Sedangkan variabel modal dan umur secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis.

Heryansyah dkk. (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisi fator-faktor yang mempengaruhi produksi nelayan di Kabupaten Aceh Timur”, metode penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah Multiple Linear Regressian Model dengan teknik regresi kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produksi sedangkan variabel independennya adalah modal, jumlah nelayan, jarak tempuh, pendidikan dan ukuran kapal. Hasil analisis menunjukkan bahwa modal, jumlah nelayan, jarak tempuh dan ukuran kapal berpengaruh signifikan terhadap produksi nelayan, sedangkan pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi nelayan di Kabupaten Aceh Timur.


(57)

Prihantono dkk. (2014) melakukan penelitian dengan judul “Adaptasi Nelayan Perikanan Laut Tangkap dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-data dari kementrian kelautan dan perikanan, the national oceanic and atmospheric administration (NOAA), BMKG dan survey. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa untuk merespon pengaruh cuaca ekstrim pada industry perikanan laut harus mencakup beberapa hal. Pertama, mendirikan sistem peringatan dini dengan menghubungkan lembaga perikanan, BMKG dan lembaga penelitian kelautan untuk membantu pengambilan keputusan dalam melakukan langkah-langkah adaptif dengan membentuk pusat monitoring lingkungan. Sementara waktu memberlakukan sistem subsidi pada kegiatan penangkapan ikan untuk mengurangi biaya yang timbul akibat cuaca ekstrim. Tiga, melakukan penelitian untuk mengembangkan tekonologi, guna mengelola perubahan cuaca ekstrim yang terjadi.

D. Hipotesis

1. Diduga modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

2. Diduga jumlah tenaga kerja bepengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.


(58)

3. Diduga tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

4. Diduga pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

5. Diduga jarak tempuh berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

6. Diduga lama melaut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.

E. Kerangka Berpikir

Pada kerangka teori dibawah ini menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independennya dimana variabel dependennya adalah pendapatan nelayan sedangkan variabel independennya adalah modal kerja, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut.

(+) (+)

(+)

(+) Modal Kerja

(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)

Tenaga Kerja

(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)

Pendidikan

(Lamia, 2013dan Heryansyah 2013)

Pengalaman

(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)


(59)

(+) (+)

Gambar 2.2 Kerangka Teori Jarak Melaut

(Sujarno, 2008)

Lama Melaut (Jamal, 2014)


(60)

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Pantai Depok yaitu salah satu pantai yang ada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul karena jika bandingkan tiga pantai lain yang ada di Parangtritis Pantai Depok adalah pantai yang memiliki kekayaan laut yang lebih melimpah dan dan memiliki jumlah nelayan yang lebih banyak. Subjek dalam penelitian ini adalah nelayan yang ada di pantai Depok yang terdiri dari nelayan asli dan nelayan pendatang atau yang biasa disebut dengan nelayan andon.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang terdiri dari pendapatan, modal, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, waktu dan jarak tempuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode sample acak sederhana (Simple Random Sampling), dikatakan


(61)

sederhana (simple) karena pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan starata yang ada dalam populasi tersebut, cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2012). Mengacu pada penelitian yang dilakuakn oleh Sujarno (2008) maka penentuan sample dalam penelitian ini juga mengunakan rumus yang digunakan oleh Sujarno, bedanya jika pada penelitian Sujarno besarnya standard error sebesar 0,1 (10 persen) sedangkan pada penelitian ini standard error yang digunakan sebesar 0,05 (5 persen), karena jumah populasi dalam penelitian ini hanya 100 orang. Dengan perhitungan sebagai berikut:

n = N Dimana :

Nd 2 + 1 n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Standard Error Jumlah populasi sebanyak 100 orang nelayan dengan standard error sebesar 0,05 (d = 5%), maka jumlah sample minimalnya adalah:

n = 100

100 (0.05)2 + 1 = 80 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner dan wawancara secara langsung terhadap


(62)

responden.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.Definisi Variabel Penelitian

a. Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah pendapatan yang di peroleh oleh nelayan selama satu bulan dari hasil melaut.

b.Modal kerja

Modal kerja adalah biaya operasional yang di keluarkan oleh nelayan setiap pergi melaut, baik untuk bahan bakar, makanan pokok dan makanan ringan, rokok, umpan dan lain sebagainya yang diperlukan untuk pergi melaut.

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja dalam hal ini adalah banyaknya orang yang pergi melaut dalam satu kapal.

d.Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini adalah jumlah tahun yang dihabiskan oleh nelayan untuk mengenyam pendidikan.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah jumlah tahun yang dihabiskan selama menjadi nelayan saat penelitian dilakukan.


(63)

f. Jarak Melaut

Jarak melaut adalah jarak yang tempuh atau dilalui oleh nelayan untuk sampai ketempat tujuan penangkapan.

g.Lama Melaut

Lama melaut adalah jumlah waktu yang dihabiskan untuk setiap kali pergi melaut, dihitung dari saat pergi sampai pulang.

F. Alat Analisis

Penelitian ini akan menggunakan metode Ordinari Least Square (OLS) dalam mengidentifkasikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sujarno (2008). Adapun model empiris dalam penelitian ini adalah:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + e

Variabel Penelitian

variabel Keterangan Nilai

y Pendapatan Rp/bulan

X1 Modal Rp/bulan

X2 Tenaga kerja Orang

X3 Pendidikan Tahun

X4 Pengalaman Tahun

X5 Jarak melaut Jam/hari


(64)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu, untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program

Eviews7. Dalam uji analisis regresi berganda dapat dilakukan berbagai macam uji, yaitu :

1.Uji Asumsi Klasik

Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

a.Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian apakah variabel tersebut normal atau tidak, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test (Afandi, 2014).

Hipotesis:

- Bila probabilitas Jarque-Bera > 0.05 artinya normal - Bila probabilitas Jarque-Bera < 0.05 artinya tidak normal


(65)

b.Uji Multikoliniaritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika diantara varibel-variabel bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolineritas (Afandi, 2014)

Apabila pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 itu menandakan bahwa terjadi multikolinieritas yang serius. Dan jika terjadi multikolinieritas yang serius maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang besar (Gurajati, 2006 dalam Afandi, 2014)

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk membuat model menjadi tidak konstan. Pengujuian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris yang sedang damati juga merupaka langkah penting sehingga dapat terhindar dari maslah regresi lancung. Metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris dengan menggunakan uji White (Insukindro, 2003


(66)

dalam Ningsih, 2010)

Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel gangguan tidak konstan atau berubah-ubah. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas melalui uji white (Afandi, 2014)

Hipotesis :

- Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 artinya tidak terdapat Heteroskedastisitas - Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 artinya terdapat Heteroskedasisitas

2.Uji Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti


(67)

variabel-variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro, 2003 dalam Ningsih 2010).

Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0 (Adjusted R2 = 0), artinya variasi dari variabel Y tidak dapat di jelaskan oleh variabel X. Sementara bila R2= 1, artinya variasi dari variabel Y secara keseluruhan dapat dijelasan oleh variabel X, dengan kata lain jika Adjusted R2 mendekati 1, maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Jika Adjusted R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan oleh Adjusted R2nya (Afandi, 2014) b. Uji F

Afandi (2014) mengemukakan bahwa Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (variabel dependen) pada tingkat signfikansi 0.05 (5%) (Afandi, 2014).

Hipotesis :


(68)

- Bila probabilitas βi < 0.05 artinya signifikan c. Uji T

Uji-t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini digunakan untuk menguji seberapa baik variabel bebas (variabel independen) dapat menjelaskan variabel terikat (variabel dependen) secara individu. Pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan (Afandi, 2014).

Hipotesis :

Bila probabilitas βi > 0.05 artinya tidak signifikan Bila probabilitas βi < 0.05 artinya signifikan


(69)

A. Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul adalah salah satu dari lima Kabupaten/Kota yang ada di Yogyakarta yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di pulau Jawa.

1. Luas Wilayah

Luas kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha atau 506,85 km2 yang terbagi kedalam 17 kecamatan, setiap kecamatan memiliki luas yang berbeda-beda. Masing-masing kecmamatan memiliki jumlah desa yang berbeda pula.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling luas di Kabupaten Bantul adalah Dlingo dengan persentase luas sebesar 11,02%, kemudian disusul oleh Kecamatan Imogiri dengan perentase luas sebesar 10,75%, sedangkan Kecamatan yang luasnya paling kecil adalah Srandakan yaitu hanya 3,61% dari luas Kabupaten Bantul, jumlah Desa di Kecamatan ini juga yang paling sedikit yaitu hanya 2 Desa. Kecamatan dengan jumlah Desa yang paling banyak adalah Imogiri dan Banguntapan yaitu dengan 8 Desa kemudian disusul oleh Kecamatan Dlingo dengan 6 Desa.


(70)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul

Sumber : Bantul dalam angka 2014

Di Kabupaten Bantul juga terdapat enam sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2, yaitu:

No Kecamatan Luas

(Ha)

Persentase luas

Banyaknya desa

1. Srandakan 1.832 3,61 2

2. Sanden 2.316 4,57 4

3. Kretek 2.677 5,28 5

4. Pundong 2.368 4,67 3

5. Bambanglipuro 2.270 4,48 3

6. Pandak 2.430 4,79 4

7. Bantul 2.195 4,33 5

8. Jetis 2.447 4,83 4

9. Imogiri 5.449 10,75 8

10. Dlingo 5.587 11,02 6

11. Pleret 2.297 4,53 5

12. Piyungan 3.254 6,42 3

13. Banguntapan 2.848 5,62 8

14. Sewon 2.716 5,36 4

15. Kasihan 3.238 6,39 4

16. Pajangan 3.325 6,56 3

17. Sedayu 3.436 6,78 4


(71)

Tabel 4.2

Nama, Panjang dan Alamat Sungai di Kabupaten Bantul No Nama Sungai Panjang

(Km2) Alamat

1. Sungai Oya 35.75 Dlingo, Imogiri

2. Sungai Opak 19.00 Piyungan, Banguntapan, Pleret, Jetis, Imogiri, Pundong, Kretek 3. Sungai Progo 24.00 Sedayu, Panjang, Pandak,

Srandakan

4. Sungai Winongo 18.75 Kasihan, Sewon, Bantul, Jetis, Pundong Kretek

5. Sungai Code 7.00 Banguntapan, Pleret, Sewon, Jetis 6. Sungai Bedong 9.5 Kasihan, Panjangan, Bantul, Pandak Sumber : Bantul dalam angka 2014

2. Pemerintahan

Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan Sedayu.

Sumber: Bantul dalam Angka 2014

Gambar 4.1


(72)

B. Kecamatan Kretek

Kecamatan Kretek adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul yang terletak di sebelah selatan Ibukota Kabupaten Bantul dengan luas 2.677 Ha. Secara georefis Kecamatan Kretek berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Kecamatan Bambanglipuro - Sebelah Selatan : Samudra Hindia

- Sebelah Timur : Kecamatan Pundong dan Kabupaten Gungungkidul - Sebelah Barat : Kecamatan Sanden dan Pandak

Terdapat beberapa Desa yang ada di Kecamatan Kretek yaitu Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto, Tirtosari dan Tirtomulyo. Luas wilayah dan jumlah penduduk masing-masing desa tersebut berbeda-beda seperti yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Kretek

Sumber: Bantul dalam Angka 2014 Nama Desa Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Penduduk Laki-laki (Jiwa) Penduduk Perempuan (Jiwa)

Tirtohargo 3,62 2.821 1.387 1.434

Parangtritis 11,87 8.220 3.937 4.283

Donotirto 4,72 8.150 3.931 4.219

Tirtosari 2,39 4.049 1.933 2.116


(73)

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa desa yang paling luas di Kecamtan Kretek adalah Desa Parangtritis yaitu 11,87 km2 sedangka desa yang luasnya paling kecil adalah Desa Tirtosari dengan luas hanya 2,39 km2. Jumlah Penduduk yang paling banyak terdapat di Desa Parangtritis dan yang paling sedikit terdapat di Desa Tirtohargo.

C. Pantai Depok

Pantai Depok adalah salah satu pantai yang berada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Pantai Depok merupakan objek wisata alam yang terletak di Kabupaten Bantul Provinsi DIY, sekitar tiga puluh kilometer di sebelah selatan kota Yogyakarta. Pantai ini juga berdampingan dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo. Pantai Depok sangat terkenal dengan wisata kulinernya yaitu seafood-nya hal ini wajar mengingat di Pantai Depok terdapat banyak nelayan yang hampir setiap hari melaut jika cuaca mendukung.

1. Sejarah Pantai Depok

Nama Depok sendiri berasal dari kata Padepokan. Asal nama Depok berawal ketika masa pecahnya Kerajaan Majapahit kala itu menjadikan beberapa prajurit melarikan diri ke beberapa tempat, salah satunya ke daerah ini. Salah satu dari mereka yang bernama Tunggul Wulung kemudian mendirikan sebuah padepokan. Maka dari asal padepokan inilah nama Pantai Depok di dapatkan.


(74)

Pantai Depok pada masa awal dibukanya bukan termasuk pantai terkenal akan hasil laut, karena para penduduk setempat sebagian besar berprofesi sebagai petani. Pada suatu hari datang beberapa nelayan dari Cilacap, mereka mendarat karena merasa menemukan tempat yang cocok untuk pendaratan kapal-kapal mereka karena banyaknya hasil laut yang dimiliki Pantai tersebut, beberapa waktu kemudian para penduduk asli yang melihat kejadian tersebut akhirnya mempunyai keinginan yang sama untuk membentangkan jaring dan turun kelaut untuk mencari hasil-hasil laut sebagai nelayan meskipun itu hanya sebagai pekerjaan sampingan. Mereka pun baru menyadari betapa melimpahnya kekayaan laut mereka dan dapat menambah panghasilan mereka, hingga akhirnya sejak saat itu Pantai Depok terkenal dengan hasil kekayaan lautnya.

Seiring dengan terkenalnya Pantai Depok maka perekonomian di daerah tersebut juga semakin meningkat, hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya rumah makan di tempat tersebut, sebelum nelayan Cilacap datang hanya ada sedikit rumah makan yang ada di tempat tersebut bahkan bisa di hitung dengan jari dan kawasan disana masih ditumbuhi tanaman liar akan tetapi seiring dengan terkenalnya hasil laut yang di hasilkan oleh Pantai Depok maka semakin banyak pula rumah makan yang berdiri dan terjadi perluasan lahan.


(75)

2. Karakteristik Nelayan di Pantai Depok

Dalam penelitian ini yang menjadi unit anlisi adalah seluruh nelayan yang berada di Pantai Depok baik nelayan asli ataupun nelayan pendatang, baik juragan, ABK (anak buah kapal) ataupun nelayan yang bukan juragan dan bukan anak buah kapal. Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pantai Depok Desa Parangtritis, jumlah nelayan yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.

a. Usia

Tabel 4.4

Usia Nelayan di Pantai Depok

Jumlah nelayan yang paling banyak adalah nelayan dengan usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 42,5% kemudian disusul oleh nelayan yang berusia 35-44 tahun yaitu sebesar 22,5%, diikuti oleh nelayan yang berusia 15-24 tahun yaitu sebesar 18,75% setelah itu nelayan dengan usia 45-54 tahun yaitu sebesar 10% sedangkan nelayan yang jumlahnya paling sedikit adalah nelayan yang berada pada usia 54 tahun ke atas

Usia Nelayan

(Tahun) Jumlah Persentase

15 - 24 15 18,75

25 - 34 34 42,5

35 - 44 18 22,5

45 - 54 8 10

lebih dari 54 5 6,25


(76)

dengan jumlah sebanyak 6,25% (Tabel 4.4). b.Pendidikan

Tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh nelayan di Pantai Depok beragam, ada yang tidak pernah sekolah ada juga yang tamat dan tingkat pendidikan tertinggi yang pernah di enyam oleh nelayan Pantai Depok adalah SMA, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Tingkat Pendidikan Nelayan di Pantai Depok

Dari Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa jumlah nelayan paling banyak di Pantai Depok adalah nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebesar 32,5% diikuti oleh nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SMP yaitu sebesar 30% kemudian nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SMA yaitu sebesar 25% sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan yang tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 3,75%.

c. Pengalaman

Pengalaman melaut nelayan di Pantai Depok paling minim adalah 2 tahun sedangkan paling lama adalah 30 tahun, penjabarannya

Tingkat Pedidikan Jumlah persentase Tidak Pernah sekolah 3 3,75

Tidak tamat SD 7 8,75

Tamat SD 26 32,5

Tamat SMP 24 30

Tamat SMA 20 25


(1)

PENDIDIKAN*LAMA_MELA

UT 0.002957 0.008198 0.360728 0.7197

PENGALAMAN 0.169919 0.241642 0.703185 0.4850

PENGALAMAN^2 0.001175 0.000658 1.784070 0.0801

PENGALAMAN*JARAK_ME

LAUT 0.000428 0.003142 0.136160 0.8922

PENGALAMAN*LAMA_ME

LAUT 0.002220 0.005905 0.375965 0.7084

JARAK_MELAUT 0.295504 0.815488 0.362365 0.7185

JARAK_MELAUT^2 -0.006135 0.012280 -0.499620 0.6194 JARAK_MELAUT*LAMA_M

ELAUT -0.018499 0.021548 -0.858502 0.3945

LAMA_MELAUT 0.168390 1.242053 0.135574 0.8927

LAMA_MELAUT^2 -0.007174 0.026361 -0.272149 0.7866

R-squared 0.323637 Mean dependent var 0.085041

Adjusted R-squared -0.008164 S.D. dependent var 0.128822 S.E. of regression 0.129347 Akaike info criterion -0.989371 Sum squared resid 0.886724 Schwarz criterion -0.185437 Log likelihood 66.57482 Hannan-Quinn criter. -0.667050

F-statistic 0.975394 Durbin-Watson stat 1.722334


(2)

Lampiran 7: Kuesioner

KUESIONER

Saya Yuli andriani Hadi, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melakukan penelitian tentang “Determinan Pendapatan Nelayan di Pantai Depok”, memohon kesediaan Bpak/Ibu/Saudara ntuk menjadi responden pada penelitian ini, data yang saya dapatkan dijaga kerahasiaannya hanya untuk kepentingan penelitian.

A. Profil Responden

1. Nama :... 2. Asal :... 3. Usia :...Tahun

4. Pendidikan :

a. Tidak Pernah Sekolah b. Tidak Tamat Sekolah

c. SD f. D3

d. SMP g. S1

e. SMA h. Lainnya:...

5. Status Perkawinan a. Belum Menikah b. Sudah Menikah

c. Lainnya:...

6. Berapa lama (pengalaman) bapak/saudara menjadi nelayan?...tahun 7. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung...orang

8. Berapa penghasilan bapak/saudara? Rp.../bulan 9. Selain menjadi nelayan pekerjaan aa yang apak/saudara lakukan?

10. Berapa hasil pekerjaan sampingan yang bapak/saudara peroleh? Rp.../bulan


(3)

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?

a. Mencukupi b. Tidak Mencukupi

12. Apakah selain bapak/saudara ada anggota keluarga lain yang bekerja?

a. Ada b. Tidak Ada

13. Jika ada apakah pekerjaannya? ...

14. Berapa pengeluaran bapak/saudara? Rp.../bulan 15. Apakah ruamah yang bapak/saudara tempati

a. Milik Sendiri b. Sewa

c. Milik Keluarga

d. Lainnya:...

B. Kegiatan Usaha

1. Jenis perahu/kapal motor apa yang bapak/saudara gunakan? :... 2. Apakah perahu/kapal motor yang bapak atau saudara gunakan

a. Milik Sendiri c. kredit

b. Sewa d. Lainnya:...

3. Jika sewa, berapa biaya sewa per bulan? Rp.../bulan 4. Jika kredit, berapa angsuran per bulan? Rp.../bulan 5. Jenis alat tangkap apa yang bapak/saudara gunakan? :... 6. Bahan bakar jenis apa yang bapak/saudara gunakan? :... 7. Berapa biaya yang harus bapak/saudara keluarkan untuk :

a. Perbaikan kapal Rp ... b. Perbaikan alat tangkap Rp ... 8. Berapa biaya yang bapak/saudara keluarkan untuk sekali pergi melaut?

a. Makanan (nasi dan lauk pauk) Rp ... b. Makanan ringan Rp ...


(4)

d. Bahan bakar Rp ...

e. Umpan Rp ...

f. Lainnya Rp ...

Jumlah Rp ...

9. Apakah setiap hari bapak/saudara melaut?

a. Ya b. Tidak

10. Berapa jam sehari bapak atau saudara melaut? ...jam (jam...s/d jam...) 11. Apakah setiap bulan bapak/saudara melaut?

a. Ya b. Tidak

12. Jika tidak, bulan apa saja bapak/saudara tidak

melaut? ... ... .

13. Mengapa pada bulan tersebut (sesuai jawaban no.12) bapak/saudara tidak melaut? ... ... ... ..

14. Ketika bapak/saudara tidak melaut, pekerjaan apa yang bapak/saudara kerjakan? ... 15. Berapa jumlah tangkapan yang bapak/saudara peroleh setia[ kali

melaut? :...kg

16. Pada bulan apa biasanya tangkapan yang bapak/saudara peroleh melimpah? :... 17. Berapa jumlah tangkapan yang bapak/saudara peroleh pada bulan

tersebut? :...kg

18. Jenis ikan apa saja yang biasanya bapak/saudara peroleh? :... ...


(5)

... .

19. Berapa harga jual ikan yang bapak/saudara tangkap? Rp .../kg 20. Berapa banyak orang yang pergi melaut dalam satu perahu/kapal

motor? ...orang

21. Bagaimana sistem pembagian hasil tangkapan atau penjualan? :... ... ... .

22. Berapa jarak yang bapak/saudara tempuh ke daerah sasaran tangkapan ketika melaut? :...km

C. Lainnya

1. Apakah bapak/saudara termasuk anggota koperasi “Mina Bahari 45”?

a. Ya b. Tidak

2. Jika iya, fasilitas apa yang diperoleh dari koperasi? :... ... 3. Apakah ada kredit yang dikhususkan untuk nelayan?

a. Ada b. Tidak ada

4. Jika ada berapa kredit maksimal untuk nelayan? Rp ... 5. Adakah program penyuluhan dan pembinaan bagi nelayan setempat?

a. Ada b. Tidak ada

6. Jika ada siapa yang memberikan penyuluhan dan pembinaan? a. Pemeritah

b. Organisasi setempat

c. Lainnya, sebutkan... 7. Adakah bantuan yang diberikan oleh dinas perikanan setempat?


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Tingkat Pendapatan Keluarga Nelayan Buruh di Pantai Baron Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta

0 7 106

ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010.

0 3 19

PENGARUH KREDIT INFORMAL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PANTAI PENGARUH KREDIT INFORMAL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PANTAI (Studi Kasus Pada Nelayan Pantai di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah) 2010.

0 3 15

PENDAHULUAN PENGARUH KREDIT INFORMAL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PANTAI (Studi Kasus Pada Nelayan Pantai di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah) 2010.

0 2 13

LANDASAN TEORI PENGARUH KREDIT INFORMAL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PANTAI (Studi Kasus Pada Nelayan Pantai di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah) 2010.

0 2 10

KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH KREDIT INFORMAL TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PANTAI (Studi Kasus Pada Nelayan Pantai di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah) 2010.

0 2 46

Pengaruh Minawisata Bahari Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Pantai Santolo Kabupaten Garut.

0 0 1

Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Pantai Santolo Kabupaten Garut.

0 0 2

KONTRIBUSI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PANTAI MUTUN LAMPUNG.

0 0 1

PENGARUH PENDAPATAN, DEPENDENCY RATIO, DAN TINGKAT PENDIDIKAN NELAYAN TERHADAP POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA NELAYAN DIPESISIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA.

1 8 136