Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Preoduktivitas Kerja Wanita Suku Arfak Pemetik Coklat di Perkebunan PT. Cokran, Manokwari, Irian Jaya

Mudjirahayu. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Produktivitas Kerja Wanita Suku
Arfak Pernetik Cokiat di Perkebunan PT. Cokran, Manokwari, lrian Jaya (di bawah bimbingan
Suhardjo sebagai ketua, Clara M. Kusharto dan Hardinsyah sebagal anggota).
Peneiitian ini bertujuan untuk: (1) mempeiajari konsumsi energi dan faktor penentunya, dan
status gizi wanita suku Arfak pemetik coklat di perkebunan PT. Cokran; (2) mempelajari hubungan
antara konsumsi zat gizi dan status gizi dengan pmduktivitas kerja wanita; (3) menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi prcduktivitas kerja wanita. Untuk keperluan ini, responden dipiiih secara

purposive dari wanita suku Arfak yang bekerja sebagai pemetik coklat yang didasarkan pada usia 20

- 45 tahun, memiliki iahan garapan yang diberikan oleh perusahaan dan terletak di dataran rendah,
tidak sedang cuti dan tidak hamii, sehingga diperoieh 61 responden dari 80 orang tenaga kerja wanita
suku Arfak. Pengumpuian data diiaksanakan selama dua bulan, yaitu dari bulan Mei - Juni 1997.
Hasii penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata konsumsi ubiiubian 137 gkapitahari, beras
75 gkapitalhari dan ikan 36 gkapitahari, sayuran 190 gkapitalhari dan pisang 503 gkapitahari.
Rata-rata konsumsi energi sebesar 1430 Kkaikapitahari dengan tingkat kecukupan 71,3 %, protein
32,2 gkapitahari dengan tingkat kecukupan 84,7 %, dan zat besi 9,9 mgkapitahari dengan tingkat
kecukupan 38,1% serta vitamin C 51,09 mgkapitalhari dengan tingkat kecukupan 85 %.
Hasii analisis regresi berganda pengaruh variabel pengetahuan gizi dan pendapatan
keiuarga terhadap konsumsi energi berbeda sangat nyata (p < 0,Ol). Model ini dapat menjeiaskan
36,27 % dari total keragaman variabel konsurnsi energi disebabkan oieh pengetahuan gizi dan
pendapatan keluarga. Variabei pengetahuan gizi memiliki korelasi parsial sebesar 0,2863 dan

pendapatan keluarga 0,3700. Nilai ini menunjukan bahwa pendapatan keluarga merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap konsumsi energi responden (p < 0,Ol).
Tingkat pengetahuan gizi responden memperlihatkan bahwa 15 responden (24,6 %) memiliki
tingkat pengetahuan gizi sedang, dan 46 responden (754 %) memiliki tingkat pengetahuan gizi
yang rendah. Walaupun demikian, hasii korelasi antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi
memperlihatkan hubungan yang sangat nyata (r = 0,52; p < 0,Ol). Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan gizi rendah masih ada yang mengkonsumsi energi

1207 Kkal (18 %), sedangkan

responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang tidak ada yang mengkonsumsi energi 2
1207 Kkal. Selanjutnya, hasii korelasi memperlihatkan hubungan yang tidak nyata antara tingkat
pengetahuan gizi dengan tingkat pendidikan (r = 0,06; p > 0,05), begitu pula hubungannya dengan
konsumsi energi (r = 0,12; p > 0,05).

Pengukuran kadar Hb menunjukan bahwa responden memiliki rata-rata Hb (9,2 k 1,29) di
bawah titik ambang yang disarankan (212 gldi WHO., 1972 dntnm Gibson 1990). Kadar Hb yang
rendah ini berhubungan dengan konsumsi rnakanan harian yang tidak cukup mengandung zat besi.
Hasil korelasi rnemperlihatkan adanya hubungan yang sangat nyata antara kadar Hb dengan
konsumsi zat besi (r = 0,51; p < 0,Ol). Korelasl yang nyata juga terllhat antara kadar Hb dengan

konsumsi energi (r = 0,54; p < 0,Ol) dan protein (r = 052; p < 0,Ol). Pengukuran IMT rnenunjukan
bahwa rata-rata responden memiliki IMT 20,4 rt 2,73 atau berada dalarn keadaan normal
berdasarkan standar yang dianjurkan, yaitu 18,O - 25,O (Depkes Ri., 1996b). Hasil korelasi
memperlihatkan hubungan yang sangat nyata antara IMT dan konsumsi energi (r = 0,38; p < 0,Ol).
Analisis statistik dengan koreiasi Spearman memperlihatkan adanya hubungan yang sangat
nyata secara berturut antara pmduktivitas keja dengan konsumsi energi (r = 0,57; p < 0,01), protein (r
= 0,47; p < 0,01) dan zat besi (r = 0,32; p < 0,01), dan hubungan yang nyata diternukan antara

prcduktivitas kerja dan Hb (r = 0,29; p < 0,05), begitu pula hubungannya dengan IMT (r = 0,31; p <
0,05).
Hasil analisis regresi berganda pengaruh variabei insenti, IMT dan motivasi kerja responden
terhadap produktivitas kerja berbeda sangat nyata (p < 0,Ol). Model ini dapat menjelaskan 6528 %
total keragaman dari nilai-nilai variabei produktivitas keja yang disebabkan oleh Insenti, IMT dan
rnotivasi kerja. Motivasi kerja mempunyai korelasi parsial yang paling tinggi (0,7726), dan seianjutnya
diikufi oleh iMT (0,4273) dan insenfi (0,2141). Niiai ini rnenunjukan bahwa motivasi keja responden
merupakan faktor yang rnemberikan pengaruh yang paling tinggi.