METODOLOGI PENELITIAN a. Ruang lingkup

BAGIAN 2 Kebijakan Nasional Pengelolaan Hutan Dan Lahan: Tinjauan Atas Kebijakan Perencanaan

2.1 KEWENANGAN PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA

Desentralisasi telah menghasilkan praktek pengelolaan sumber daya alam yang berbeda- beda tergantung masing-masing urusan dan departemen pengelolanya. Urusan kehutanan yang menjadi kewenangan kementerian kehutanan, telah mempraktekkan kebijakan sentralisasi dalam pengelolaan di kawasan hutan. Sementara itu, urusan pertambangan yang menjadi kewenangan kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM telah memberikan kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola wilayah pertambangan melalui pemberian ijin pertambangan. Urusan perkebunan yang menjadi kewenangan kementerian pertanian melakukan praktek yang sama dengan urusan pertambangan. Praktek pengelolaan masing-masing urusan yang berbeda tentunya didasarkan atas pijakan kebijakan yang berbeda-beda pula. 7 Pembagian kewenangan yang dilakukan antara pemerintah pusat, propinsi dan daerah menunjukkan wajah sentralistik yang kuat untuk urusan kehutanan. Pemerintah pusat dalam hal ini kementerian kehutanan memegang kendali untuk menetapkan kawasan, memberi persetujuan kegiatan usaha dan alokasi hak pengelolaan untuk masyarakat dalam kawasan hutan serta persetujuan perubahan fungsi kawasan hutan. Dalam banyak hal, beban pengelolaan kewenangan yang besar ini telah mengakibatkan banyaknya antrian persetujuan oleh kementerian kehutanan. Revisi RTRW baik kabupatenkota dan provinsi hingga kini masih banyak yang belum disetujui dan masih di meja kementerian. Begitu juga untuk usulan pengelolaan hutan dan lahan di kawasan hutan oleh masyarakat. Sementara itu, pemerintah propinsi lebih pada memberikan pertimbangan teknis atas usulan- usulan kegiatan usaha atau alokasi pengelolaan oleh masyarakat yang disampaikan pemerintah daerah di samping juga menginisiasi usulan- usulan pengelolaan yang lintas kabupaten. Artinya kewenangan yang dimiliki pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota sebagai daerah otonom sebatas sebagai pendukung khususnya dalam bidang monitoring-evaluasi serta sebagai pelaksana atas kebijakan yang dirumuskan secara top-down oleh pemerintah pusat untuk mempercepat agenda nasional. Tabel berikut ini menggambarkan beberapa kewenangan yang didistribusi berdasarkan masing-masing level pemerintahan. Praktek pengelolaan kewenangan urusan yang tergambarkan dalam tabel diatas telah menghasilkan sejumlah masalah. Permasalahan terkait dengan pelaksanaan, aturan dan kebijakannya baik dalam penataan ruang dan tumpang tindih perijinan, penganggaran dan penetapan target kinerja serta pengawasan dan penegakan hukum yang kurang maksimal merupakan sederet permasalahan yang banyak terjadi dan menjadi pembahasan dalam studi- studi berbagai pihak. 8 Disisi yang lain, pengelolaan kewenangan urusan ini harus sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan yang menghasilkan kerusakan hutan dan lahan, peningkatan emisi karbon dan masalah kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. 7 Y. Rahman, Kerangka Acuan dan Studi Pelingkupan : Pengukuran Kondisi Tata Kelola Pemerintahan yang Baik di Sektor Kehutanan dan Lahan, ICEL – Seknas FITRA : 2013 8 ICEL, Huma, Telapak, WRI2013, Potret Pelaksanaan Tata Kelola Hutan: Studi Mendalam di Propinsi Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat. 7 Analisis Kebijakan Perencanaan dan Anggaran Nasional terhadap Pengelolaan Hutan dan Lahan di Indonesia