Perancangan buku cerita bergambar Bandung Lautan Api
(2)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Achmad Sapari Dwiputra
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 03 Desember 1982
Agama : Islam
Alamat : Jalan Talas Ujung Rt 01/09 Pakuan Ciheuleut Baranang Siang Bogor 14163
Pendidikan Formal
1989 - 1995 : Sekolah Dasar Bangka 3 Bogor
1995 - 1998 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bogor 1998 - 2001 : Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor 2001 - 2006 : Universitas Komputer Indonesia
(3)
(4)
LEMBAR PERYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Achmad Sapari Dwiputra
NIM : 51911708
Program Studi : Desain Komunikasi Visual
Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain
Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam peryataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai denagn aturan yang berlaku.
Bandung , Juli 2012
Achmad Sapari Dwiputra 51911708
(5)
Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR
BANDUNG LAUTAN API
DK 38315/Tugas Akhir
Semester II 2011-2012
Oleh :
Achmad Sapari Dwiputra 51911708
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(6)
iii KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Bandung Lautan Api”. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir di Program Studi Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.
Pengalaman dalam menyusun makalah tugas akhir ataupun perancangan produk merupakan pengalaman berharga untuk penulis agar dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari nanti pada saat bekerja dan bersaing di dunia kerja.
Dengan selesainya laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungannya, baik materi dan moral. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, semoga laporan ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Bandung Juli 2012
(7)
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
DAFTAR TABEL ...ix
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Fokus Masalah ... 3
I.4 Tujuan ... 3
BAB II CERGAM SEBAGAI MEDIA INFORMASI PENCERITAAN SEJARAH PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API II.1 Sejarah ... 4
II.1.1 Definisi Sejarah ... 4
II.1.2 Manfaat Mempelajari Sejarah ... 5
II.2 Bandung Lautan Api ... 6
II.2.1 Latar Belakang Peristiwa ... 7
II.2.2 Asal Istilah Bandung Lautan Api ... 8
II.2.3 Jejak Rekam Peninggalan ... 8
II.2.4 Pesan Moral Peristiwa Bandung Lautan Api ... 15
II.3 Kajian Buku Cerita Bergambar (Cergam) ... 15
II.3.1 Pengertian Cerita Bergambar ... 15
II.3.2 Fungsi dan Peranan Cergam ... 16
II.3.3 Unsur-unsur Visual dalam Cergam ... 16
II.3.4 Jenis-jenis Cergam ... 18
II.3.5 Gaya Gambar pada Cergam ... 19
II.4 Cergam Sebagai Media Penceritaan Sejarah ... 20
II.5 Target Sasaran ... 21
(8)
v BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan ... 23
III.1.1 Pendekatan Komunikasi III.1.1.1.2 Pendekatan Visual ... 23
III.1.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 23
III.1.2 Strategi Kreatif ... 23
III.1.2.1 Gaya Ilustrasi ... 23
III.1.2.2 Teknik Penceritaan ... 23
III.1.3 Strategi Media ... 24
III.1.4 Strategi Distribusi ... 24
III.2 Konsep Visual ... 25
III.2.1 Format Desain ... 25
III.2.2 Tata Letak... 25
III.2.3 Tipografi...25
III.2.4 Ilustrasi... 26
III.2.5 Kajian Karakter dan Properti... 26
III.2.5.1 Studi Karakter... 27
III.2.5.2 Studi Properti... 30
III.2.6 Alur Cerita... 31
III.2.7 Story Board...33
III.2.8 Warna…... 36
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Proses Perancangan Buku Bergambar ... 37
IV.2 Media ... 40
IV.2.1 Media Utama ··· 40
IV.2.2 Media Pendukung ... 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Alfian, Magdalia (2007). Sejarah Jilid 2 Untuk IPS Kelas XI. Jakarta: Erlangga. A’la, Mifathul. (2010). Mahir Ilmu Sejarah, Praktis dan Lengkap. Jogyakarta: Tunas Publishing.
Hendratman, Hendi. dan Arifrahara,Gema.(2009). The Magic of Corel Draw.
Bandung : Informatika.
Hendratman, Hendi. (2010). Trips n Trix Computer Graphics Design!. Bandung : Informatika.
Prasetyono, Sunar, Dwi. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada
Anak Sejak Dini. Jogyakarta: Think.
Smail, R.W., John. (2011). Bandung Awal Revolusi 1945-1946. Jakarta: Ka Bandung.
Makalah :
Cahyanapra (2004). Jejak Perjuangan Bandung Lautan Api. Tugas Akhir – Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Indonesia.
Islami, Maulid, Alam (2010). Perancangan Cergam Cerita Rakyat Memecah
Matahari. Tugas Akhir – Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas
Komputer Indonesia.
Tanoyo, Cristine. (2003). Studi Tentang Gaya Gambar yang Dipengaruhi Mainstream Gaya Manga dan Gaya Amerika Karya Komikus-Komikus Muda
Indonesia Yang Diterbitkan Oleh P.T. Elex Media Komputindo. Skripsi – Jurusan
Desain Komunikasi Visual. Universitas Kristen Petra Surabaya
Internet :
J, Pambudi. (2010). Jejak-jejak Bandung Lautan Api tak Terawat. Tersedia di: http://www.bataviase.co.id (10 Desember 2011)
(10)
Perambahan, Adnan. (2009). Sejarah Bandung Lautan Api. Tersedia di: http://www.asal-usul.com (22 November 2011)
Kepedulian Bandung Heritage Dalam Melestarikan Semangat Perjuangan
Bandung Lautan Api. (2009). Tersedia di: http://www.bandungheritage.org (10
(11)
1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Peristiwa adalah bagian dari sejarah, dimana pengertian sejarah sendiri menurut R. G. Collingwood (seperti dikutip Mifathul, 2010) adalah sejenis bentuk penyelidikan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan manusia pada masa lampau. Sejak Indonesia masih berupa kepulauan-kepulauan terpisah dan kerajaaan berkuasa hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, telah banyak menyimpan kejadian sejarah yang tak mungkin dapat habis bila diceritakan keseluruhan, tentu saja salah satu bagian sejarah terpenting Indonesia adalah bagaimana Indonesia mempertahankan kemerdekaan yang berhasil dicapai, telah melahirkan banyak peristiwa perjuangan yang heroik, salah satunya adalah Peristiwa Bandung Lautan Api.
Dengan sejarah, masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan, kebaikan, kegagalan dan kesalahan. Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang kebaikan dan keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya, menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dimasa kini, sebaliknya apabila sejarah mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka itu pun bisa dijadikan acuan untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan masa lalu agar tidak terulang dimasa kini. Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa sejarah yang erat kaitannya dengan kota Bandung, selain karena terjadi di kota Bandung, sifat heroik dari perjuangan masyarakat dan tentara Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kota Bandung.
Peristiwa Bandung lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946. Dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000 penduduk Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan. Adapun alasan pembakaran kota Bandung adalah untuk mencegah tentara
(12)
2 Sekutu dan NICA Belanda yang kembali ke Indonesia dan berusaha merebut kota Bandung, dikarenakan kalah jumlah maka penduduk kota Bandung memilih mengungsi dimana mereka terlebih dahulu membakar kota Bandung agar tidak dapat digunakan oleh tentara Belanda sebagai markas.
Kisah sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api sendiri, telah diterima oleh masyarakat melalui sekolah formal, yaitu ketika belajar sejarah di Sekolah Dasar (SD) kelas 5 dan Sekolah Menengah Umum (SMU) kelas IX semester 2. Pada buku pelajaran sekolah formal, baik pada tingkat SD maupun SMU, mempunyai materi informasi yang sama dimana informasi yang ada tidak menceritakan Bandung Lautan Api secara mendalam dan detail, adapun gaya penceritaannya sendiri berupa teks, sehingga kurang menarik bagi siswa SD.
Peristiwa Bandung lautan api kini telah mulai terlupakan, dikarenakan minimnya media yang memuat Peristiwa Bandung Lautan Api secara khusus dan tersendiri. Media yang ada, seperti buku pelajaran
dan internet tidak mampu mengangkat Peristiwa Bandung Lautan Api
untuk dapat lebih dikenal oleh masyarakat umum. Informasi yang minim mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api, yaitu mengenai siapa saja tokoh dan tempat yang berhubungan langsung dengan kejadian, membuat jejak rekam Peristiwa Bandung Lautan Api, terutama yang berbentuk fisik, seperti rumah dan monumen tidak terawat dengan baik.
Pengetahuan yang minim mengenai sejarah juga menyebabkan Bandung Lautan Api tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat Kota Bandung, hal ini ditandai dengan kurangnya perhatian masyarakat Kota Bandung ketika hari peringatan Bandung Lautan Api tiba, yaitu pada setiap tanggal 24 maret.
Perlu adanya suatu media yang menarik dan berbeda yang mampu menarik minat dari target sasaran, yaitu anak berumur sepuluh hingga dua belas tahun agar lebih tertarik pada sejarah sehingga membantu proses pembelajaran sejarah di sekolah formal, terutama mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api.
(13)
3 I. 2 Identifikasi Masalah
Setelah latar belakang dijelaskan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:
• Kurangnya informasi yang jelas dan detail mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api, dikarenakan media yang minim. Media yang beredar di masyarakat berupa buku pelajaran sekolah dan media internet dengan informasi yang tidak detail.
• Media yang ada saat ini, lebih banyak bercerita dengan menggunakan teks, sehingga tidak menarik bagi masyarakat, khususnya anak-anak. • Kondisi peninggalan Peristiwa Bandung Lautan Api yang tidak terawat,
dikarenakan kurangnya pemeliharaan oleh Pemerintah Daerah. Masyarakat Bandung sendiri kurang ikut membantu merawat, dikarenakan ketidaktahuan apa saja peninggalan dari Peristiwa Bandung Lautan Api.
• Peristiwa Bandung Lautan Api tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat kota Bandung.
I.3 Fokus Masalah
Anak-anak pada tingkat SD sedang dalam proses belajar sejarah, namun media yang ada baik di sekolah formal maupun diluar sekolah tidak mampu menarik minat dari anak-anak untuk lebih tertarik terhadap sejarah, terutama Bandung Lautan Api, dikarenakan menggunakan teks pada gaya penceritaannya.
I.4 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah untuk lebih memperkenalkan Peristiwa Bandung Lautan Api kepada anak-anak, sehingga membantu proses pembelajaran sejarah di sekolah formal agar anak-anak lebih tertarik terhadap sejarah.
(14)
4 BAB II
CERITA BERGAMBAR (CERGAM) SEBAGAI MEDIA INFORMASI PENCERITAAN SEJARAH PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API
II.1 Sejarah
II.1.1 Definisi Sejarah
Mifathul (2010) menjelaskan “secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarotun yang berarti pohon. Kata ini kemudian berkembang menjadi akar, asal-usul, riwayat dan silsilah. Dalam bahasa Inggris kata sejarah disebut dengan
history, yang berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti ilmu”
(h.7).
Diantara beberapa tokoh yang mencoba mendefinisikan sejarah (seperti dikutip Mifathul, 2010) antara lain :
1. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
2. R. G. Collingwood
Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan manusia pada masa lampau. 3. Shefer
Sejarah adalah peristiwa yang telah lepas dan benar-benar berlaku pada masa itu.
4. Drs. Sidi Gazalba
Sejarah sebagai masa lampau manusia, dan wilayahnya disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsir dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang berlaku.
(15)
5 II.1.2 Manfaat Mempelajari Sejarah
Menurut Mifathul (2010), ada 3 manfaat mempelajari sejarah, yaitu:
1. Edukatif
Sejarah menjadi sumber pembelajaran bagi seseorang. Dengan sejarah, masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan, kebaikan, kegagalan dan kesalahan. Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang kebaikan dan keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya, menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dimasa kini, sebaliknya apabila sejarah mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka itu pun bisa dijadikan acuan untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan masa lalu agar tidak terulang dimasa kini.
2. Inspirasif
Belajar sejarah disamping akan diperoleh ide-ide atau konsep-konsep kreatif yang berguna bagi pemecahan masalah masa kini, juga penting untuk memperoleh inspirasi dan semangat bagi mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa, semangat nasionalisme maupun dalam upaya menumbuhkan harga diri bangsa.
3. Rekreatif
Rekreasi merujuk pada nilai estetika dari sejarah, terutama sejarah yang berkaitan dengan cerita-cerita indah tentang peristiwa sejarah ataupun tokoh. Dengan membaca sejarah, seseorang akan bisa menerobos batas waktu dan tempat menuju masa lalu yang jauh sekalipun untuk mengikuti berbagai peristiwa manusia di dunia.
(16)
6 II.2 Bandung Lautan Api
I.2.1 Latar Belakang Peristiwa
Gambar II.1 Suasana kota Bandung saat pembakaran terjadi Sumber : http://www.bandung.go.id/?fa=pemerintah.detail&id=408
(22 Desember 2011)
Menurut Alfian (2007), Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi „bumihangus‟. Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA.
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) dihadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung.
(17)
7 Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami lagu „Halo, Halo Bandung‟ yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.
(18)
8 II.2.2 Asal Istilah Bandung Lautan Api
Menurut Pambudi (2010), istilah Bandung Lautan Api muncul di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Dimana seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman menulis sebuah artikel mengenai pembakaran Kota Bandung dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".
II.2.3 Jejak Rekam Peninggalan
1. Monumen Bandung Lautan Api
Gambar II.2 Monumen Bandung Lautan Api
Sumber : http://www.bandung.go.id/?fa=pemerintah.detail&id=332 (22 Desember 2011)
Monumen Bandung Lautan Api dibuat untuk memperingati Peristiwa Bandung Lautan Api. Monumen ini dirancang oleh seniman Sunaryo, dan berlokasi di Jalan Tegallega, Bandung.
(19)
9 2. Stilasi
Gambar II.3 Stilasi
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Dalam rangka memperingati dan mengajak warga Bandung untuk memahami peristiwa Bandung Lautan Api, maka sepanjang tahun 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) bekerjasama dengan American
Express Bank Fondation (AMEX Bank Fondation), membuat
Bandung Lautan Api Heritage Trail atau Jejak Perjuangan Bandung Lautan Api. Dalam membuat jalur ini, telah dibangun sepuluh stilasi berukuran tinggi sekitar 1,5m. Stilasi ini memiliki tiga sisi yang memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi dilokasi berdirinya stilasi tersebut, yaitu keterangan pembuat Stilasi (Bandung Heritage) dan (AMEX Bank
Fondation), teks lagu Halo-Halo Bandung sebagai penanda
Stilasi, serta peta dari Bandung Lautan Api Heritage Trail. Bandung Lautan Api Heritage Trail dimulai dari Bandung Utara ke Bandung Selatan, melintasi jalur kereta api dan berakhir di Lapangan Tegallega dengan Tugu Bandung Lautan Api yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya.
(20)
10 Adapun lokasi 10 stilasi yang berada di Kota Bandung sebagai berikut:
1.
Gambar II.4 Stilasi ke-1 dan gedung Domei Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Stilasi ke-1 berada di kawasan Dago, tepatnya jalan Ir. H. Juanda-Sultan Agung. Stilasi berada di depan gedung bekas kantor berita Jepang, Domei yang sudah ada sejak tahun 1937. Menurut catatan sejarah, di kantor berita inilah untuk pertama kalinya teks proklamasi dibaca oleh rakyat Bandung.
2.
Gambar II.5 Stilasi ke-2 dan gedung Denis Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
(21)
11 Beralih ke jalan Braga, dimana stilasi ke-2 berada. Di persimpangan jalan Braga dan jalan Naripan terletak gedung Bank Jabar yang dahulu bernama Gedung Denis. Di gedung ini, pada Oktober 1945, pejuang Bandung Moeljono dan E. Karmas melakukan perobekan bendera Belanda.
3.
Gambar II.6 Stilasi ke-3 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Dari jalan Braga menuju jalan Asia Afrika. Di jalan ini tepatnya di Gedung Asuransi Jiwasraya, stilasi ke-3 bisa ditemukan. Dahulu, gedung ini digunakan sebagai markas resimen 8 yang dibangun pada tahun 1922.
4.
Gambar II.7 Stilasi ke-4 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
(22)
12 Stilasi ke-4 berada disebuah rumah yang terletak di jalan Simpang. Di tempat inilah dilakukan perumusan serta diambilnya keputusan pembumihangusan kota Bandung. Perintah untuk meninggalkan kota Bandung pun dikomandoi dari rumah ini. Rumah tersebut kini dijadikan tempat usaha dan letak stilasi tidak terlihat dari luar rumah.
5.
Gambar II.8 Stilasi ke-5 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Stilasi ke-5 berada di persimpangan jalan Oto Iskandardinata - jalan Kautamaan Istri, sebagai salah satu jalur yang dilalui untuk menuju wilayah Bandung Selatan.
6.
Gambar II.9 Stilasi ke-6
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Stilasi ke-6 berada di jalan Dewi Sartika, dalam sebuah rumah yang juga markas Komando Divisi III
(23)
13 Siliwangi pimpinan Kol. A.H. Nasution. Tempat ini dulunya bernama Regentsweg, rumah tersebut kini sudah dibongkar.
7.
Gambar II.10 Stilasi ke-7
Sumber Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Stilasi ke-7 berada di pertigaan jalan Lengkong Dalam - jalan Lengkong Tengah. Dahulu tempat ini adalah kawasan tinggal warga Indo-Belanda.
8.
Gambar II.11 Stilasi ke-8
Sumber Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Stilasi ke-8 berada di jalan Jembatan Baru yang merupakan salah satu garis pertahanan pejuang saat terjadi pertempuran Lengkong.
(24)
14 9.
Gambar II.12 Stilasi ke-9
Sumber Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Selepas dari jalan Jembatan baru, kembali menyusuri pinggir sungai untuk menuju stilasi ke-9. Stilasi ke-9 berada di SD ASMI, jalan Asmi. Bangunan utama gedung tidak banyak mengalami perubahan. Tempat ini digunakan sebagai markas pemuda pejuang, sebelum terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api.
10.
Gambar II.13 Stilasi ke-10
Sumber Sumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Dari jalan Asmi menuju jalan Muhammad Toha sebagai jalur utama pengungsian. Stilasi ke-10 berada di depan sebuah gereja yang terletak di jalan ini. Gereja ini dahulu merupakan gedung pemancar NIROM yang digunakan untuk menyebarluaskan proklamsi kemerdekaan ke seluruh Indonesia dan dunia.
(25)
15 II.2.4 Pesan Moral dan Manfaat dari Peristiwa Bandung Lautan Api
Pesan dan moral yang terkandung dalam Peristiwa Bandung Lautan Api adalah semangat dan rela berkorban yang ditunjukan, tidak hanya tentara Republik Indonesia tetapi juga masyarakat kota Bandung. Tidak ada orang yang mau meninggalkan dan membakar rumah dan kota dimana mereka tinggal, namun masyarakat kota Bandung dengan rela meninggalkan dan membakar rumah dan kota mereka.
Semangat pantang menyerah dan rela berkorban, baik harta dan nyawa itulah yang menjadi pesan dalam Bandung lautan Api, hal tersebut dapat diterapkan oleh masyarakat kota Bandung dalam kehidupan dimasa kini. Semangat untuk berjuang dapat diterapkan tidak hanya dimedan pertempuran, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari seperti semangat untuk belajar dan semangat untuk bekerja yang dapat meningkatkan kehidupan seseorang dalam bermasyarakat dan bernegara.
Bagi target sasaran yaitu anak-anak, pengenalan Peristiwa Bandung lautan Api merupakan pengenalan anak-anak terhadap sejarah Nasional Indonesia. Dengan pengenalan sejarah dalam bentuk cergam diharapkan anak-anak dapat lebih tertarik dalam belajar sejarah.
II.3 Kajian Buku Cerita Bergambar (Cergam) II.3.1 Pengertian Cerita Bergambar
Putra (seperti dikutip Maulid Alam Islami , 2010) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya cergam dicetak diatas kertas dan dilengkapi teks. Cergam merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami.
(26)
16 II.3.2 Fungsi dan Peranan Cergam
Cergam merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.
1. Cergam untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya ”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan.” 2. Cergam sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat
dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.
3. Cergam sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.
II.3.3 Unsur-unsur Visual dalam Cergam 1. Warna
Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna daripada hitam putih.
(27)
17 2. Efek Visual
Merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam.
3. Narasi
Biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.
4. Tokoh
Tokoh adalah para pemeran yang terdapat dalam suatu cerita. dalam cergam, tokoh akan menjadi pusat perhatian pembaca karena cerita akan terjadi diseputar tokoh.
5. Efek
Ada dua macam efek, yaitu efek tulisan dan efek gambar . a. Efek tulisan: ditampilkan dalam bentuk tulisan, menyatakan
bunyi-bunyi tertentu. Menggunakan berbagai macam font untuk menyesuaikan tulisan dengan bunyi yang diwakili. b. Efek Gambar: efek yang diaplikasikan dalam gambar untuk
penyampaian cerita dalam cerita. Efek ini dapat dikenakan pada tokoh atau pada latar belakang. Walaupun gambar sama, efek yang berbeda dapat menghasilkan suasana yang berbeda.
6. Latar Belakang
Latar belakang berkaitan erat dengan tema cerita. Latar belakang harus mampu menggambarkan suasana atau keadaan disekitar tokoh sekaligus mendukung cerita.
(28)
18 II.3.4 Jenis-jenis Cergam
Adapun jenis-jenis cergam berdasarkan isi dari cerita antara lain :
1. Cerita mengenai hewan
Adalah cerita realis yang bertokoh utamakan hewan/binatang atau benda-benda mati. Hewan-hewan diceritakan bisa berbicara, berjalan, berpakaian dan berkelakuan layaknya manusia. Biasanya menyertakan kemampuan/hal-hal magis baik itu dalam porsi sedikit atau bahkan tidak ada, karena hewan atau benda mati digambarkan memiliki karakteristik manusia yang membawakan kemampuan luar biasa. Setting
cerita bisa nyata maupun fiksi.
2. Cerita kehidupan sehari-hari atau nyata
Menampilkan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati dari anak-anak. Topik yang biasa diangkat seperti sejarah, persahabatan, cinta.
3. Cerita petualangan fantasi
Adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan dimasukan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi, seperti seorang anak laki-laki mengambil sebuah crayon ungu dan menciptakan dunia impian yang indah, suatu permainan bisa menjadi nyata, atau sebuah perahu yang membawa seorang anak ke suatu pulau impian.
4. Cerita Tradisional
Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang monster, cerita pembentukan, mother goose, dan fable. Cerita ini menampilkan pola-pola bercerita,kaya akan bahasa dan elemen-elemen fantasi. Setting cerita bisa fiksi dan nyata.
(29)
19 II.3.5 Gaya Gambar pada Cergam
Menurut Cristine (2003), gaya gambar pada ilustrasi bervariasi tergantung cerita dan keahlian dari perancang. Pada umumnya gaya gambar ilustrasi, baik itu cergam ataupun media lainnya ada tiga, antara lain :
1. Gaya kartun/cartoon style
Gambar II.14 Gaya Gambar Kartun, Smurf karya Peyo Sumber:
http://www.prosportstickers.com/products/Smurf-Decal-Celebrating.html (12 April 2012)
Gaya kartun merupakan gaya penggambaran yang tidak terikat oleh bentuk anatomi tubuh yang sebenarnya, penggambaran ilustrasi seminimal mungkin dan bersifat lucu. Penggunaan gaya kartun banyak ditemukan pada ilustrasi dengan tema komedi.
2. Gaya semirealis/semirealism
Gambar II.15 Gaya Gambar Semirealis, Naruto karya Mashima Miyamoto
(30)
20 Gaya semirealis merupakan gabungan dari gaya kartun dengan gaya realis. Pada gaya semirealis, penggambaran mengikuti bentuk anatomi tubuh yang sebenarnya, namun ada penyederhanaan bentuk sehingga tidak sedetail seperti gaya realis.
3. Gaya gambar realis
Gambar II.16 Gaya Gambar Realis, The First Avenger karya Marvel Sumber : http://io9.com/the-first-avenger|-captain-america
(12 April 2012)
Gaya gambar realis adalah gaya gambar komik dibuat semirip mungkin mendekati anatomi, postur tubuh, wajah, dan ras manusia atau satwa, tumbuhan. Gaya realis menampilkan gaya gambar manusia yang mengarah pada wajah ras dari mana ilustrasi tersebut berasal. Jika pembuat ilustrasinya dari Jepang, misalnya, maka gambar wajah yang digambar cenderung wajah ras orang Jepang, demikian juga Amerika Serikat atau Eropa.
II.4 Cergam Sebagai Media Penceritaan Sejarah
Media yang memuat mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api saat ini terbatas jumlahnya. Dari hasil pengamatan penulis di lapangan yaitu toko-toko buku, peneliti menemukan informasi mengenai Bandung lautan Api dari buku pelajaran Sejarah Sekolah Dasar (SD) kelas 5 dan Sekolah menengah Umum (SMU) kelas XI semester 2. Informasi yang terdapat
(31)
21 dalam kedua buku pelajaran tersebut kurang detail dan bercerita secara teks, adapun penulis menemukan buku mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api yang informasi cukup detail dengan tebal 208 halaman dan didominasi oleh teks, tentu buku tersebut tidak menarik bagi anak-anak.
Anak-anak lebih tertarik terhadap buku yang berbentuk gambar, daripada teks. Bahan bacaan yang bergambar mempunyai efek yang lebih kuat daripada yang tidak bergambar (Dwi Sunar Prasetyono, 2008, h.89).
Dengan menggunakan media cergam dalam penceritaan sejarah, anak-anak akan lebih tertarik dan termotivasi untuk membaca dan mengenal sejarah.
II.5 Target Sasaran
Yang menjadi target sasaran untuk menyampaikan informasi tentang Peristiwa Bandung Lautan Api, adalah :
a. Demografis :
Usia 10 hingga 12 tahun.
Pada usia tersebut, anak-anak telah belajar mengenai sejarah di sekolah formal, dan dalam masa mencari sesuatu yang diminati. Pendidikan : Sekolah Dasar (SD) kelas 5 hingga 6
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tingkat ekonomi menengah ke atas. b. Geografis :
Tinggal di Kota Bandung. c. Psikografis :
Tertarik pada ilustrasi.
Suka mengkoleksi buku bacaan, salah satunya cergam.
Pada usia 10-12 tahun, anak-anak lebih mudah dididik, prilaku anak telah tenang dan anak bersemangat, anak mulai mengembangkan wawasan dan pengalamannya (Dwi Sunar Prasetyono, 2008, hal 83).
(32)
22 II.6 Target Pasar
Dikarenakan target sasaran adalah anak-anak usia 10 tahun hingga 12 tahun, maka kemungkinan untuk target sasaran membeli secara langsung adalah kecil, dikarenakan dalam rentang usia tersebut belum memiliki uang yang cukup untuk membeli cergam, oleh karena itu ada peran dari orang tua yang membelikan cergam untuk anaknya.
a. Demografis :
Usia 30 hingga 40 tahun. Pendidikan SMU keatas Ayah maupun ibu
Tingkat ekonomi menengah ke atas. b. Geografis :
Tinggal di Kota Bandung. c. Psikografis :
Tertarik pada pendidikan anak
(33)
23 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Dalam perancangan buku cergam Bandung Lautan Api, gambar dan informasi disesuaikan dengan kriteria dari target sasaran.
III.1.1.1 Pendekatan Visual
Pendekatan visual yang digunakan dalam perancangan buku ini adalah melalui ilustrasi, menceritakan awal terjadinya peristiwa hingga akhir. Visual menggunakan gaya gambar semirealis dan full
color.
III.1.1.2 Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal yang digunakan adalah dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak kasar, menghina dan kata-kata yang tidak pantas bagi target sasaran.
III.1.2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang dilakukan adalah dengan cara memberikan informasi dalam bentuk ilustrasi..
III.1.2.1 Gaya Ilustrasi
Gaya ilustrasi yang digunakan adalah semirealis, pemilihan gaya semirealis didasari dari cerita cergam yang bersumber dari sejarah. Pemilihan gaya kartunis kurang tepat, karena akan menyebabkan kesan humor, sedangkan gaya realis sendiri kurang diminati oleh target sasaran .
(34)
24 III.1.2.2 Teknik Penceritaan
Teknik penceritaan yang digunakan adalah dengan menggunakan ilustrasi sebagai penceritaan utama dibantu oleh narasi untuk lebih memperjelas kejadian. Ilustrasi mendominasi cerita dengan dibantu narasi.
III.1.3 Strategi Media
III.1.3.1 Media Utama
Media utama yang digunakan adalah ilustrasi, berupa buku cerita bergambar (cergam), cergam dipilih karena sesuai dengan karakteristik anak berumur 10 hingga 12 tahun yang lebih menyukai sesuatu yang bergambar dibandingkan teks.
III.1.3.2. Media Pendukung Poster
Stiker
Pembatas Buku Mini X-Banner
III.1.4 Strategi Distribusi
Cergam ini pada awalnya diperkenalkan atau diluncurkan pada tanggal 24 Maret di Monumen Bandung Lautan Api pada saat ada peringatan Peristiwa Bandung Lautan Api, hal ini dimaksudkan agar cergam ini mempunyai nilai lebih, baik secara cerita maupun penjualan bila dibandingkan langsung terbit di toko-toko buku.
Cergam kemudian diedarkan di toko-toko buku yang berada di kota Bandung pada awalnya, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk beredar di kota-kota lainnya. Cergam
(35)
25 diedarkan melalui perantara Elex Media Komputindo, Elex dipilih karena kemampuan dan pengalaman dalam hal distribusi dan penjualan dari media sejenis. Untuk media pendukung, seperti stiker dan pembatas buku diberikan satu paket bersama cergam.
III.2 Konsep Visual
III.2.1 Format Desain
Ukuran cergam yang dibuat adalah 20 cm x 20 cm dengan.. Cover dan halaman isi menggunakan full color.
20 cm
20 cm
Gambar III.1 Format Ukuran Komik Sumber : Dokumentasi Pribadi
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Tata letak yang digunakan adalah menggunakan
orientation landscape dengan komposisi illustrasi visual di bagian
kanan, dan narasi di sebelah kiri. Dalam narasi terdapat penjelasan singkat dari ilustrasi dan penjelasan singkat berupa pengetahuan umum yang terkait dengan kota Bandung dan Peristiwa Bandung Lautan Api itu sendiri.
Gambar III.2 Tata letak Sumber : Dokumentasi Pribadi
(36)
26 III.2.3 Tipografi
Tipografi yang digunakan dalam komik ini menggunakan huruf yang sederhana dan jelas untuk di baca oleh anak-anak.
Gambar III.3 Judul Sumber : Dokumentasi Pribadi
Untuk judul menggunakan font Gill Sana Ultra Condensed
Gill Sana Ultra Condensed
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890~!@#$%^&*()_-+=<>?
Gambar III.4 Narasi Sumber : Dokumentasi Pribadi
(37)
27 Untuk narasi sendiri menggunakan font Comic San MS, penggunaan font dikarenakan mudah untuk dibaca oleh target sasaran.
Comic San MS
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890~!@#$%^&*()_-+=<>?
III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi gambar dibuat dengan perpaduan manual dan
digital, sketsa dan penintaan garis dilakukan secara manual
dengan pensil lalu ditinta dengan menggunakan drawing pen lalu
discan, lalu melakukan pewarnaan secara digital dengan
mengunakan software Adobe Illustrator dan Photoshop CS2.
Ilustrasi yang digunakan menggunakan gaya gambar semirealis, pada karakter Bima dan Anisa mengambil gaya kartunis yang mengacu pada ilustrasi Jepang dengan mata bulat besar, hal ini dimaksudkan untuk menegaskan perbedaan antara karakter anak-anak dengan dewasa dan karakter masa kini dengan masa lalu. Pada karakter dewasa, ilustrasi semirealis yang digunakan adalah berusaha membuat karakter semirip dengan referensi namun tidak terlalu detail yang mengarah pada realis.
Gambar III.5 Contoh Ilustrasi Sumber : Dokumentasi Pribad
(38)
28 III.2.5 Kajian karakter dan Properti
III.2.5.1 Studi Karakter
Adapun tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam komik ini, antara lain :
1. Muhammad Toha
Gambar III.6 Mohammad Toha
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Toha (15 April 2012)
Nama : Mohammad Toha
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Karakteristik : Bersuku Sunda Kuat jasmani Berambut hitam Bermata hitam
Berkulit coklat sawo matang Sifat : Pemberani, nasionalis
Jabatan : Komandan Barisan Rakjat Indonesia
(39)
29 2. Abdul Haris Nasution
Gambar III.7 Abdul Haris Nasution
Sumber : http://jebolanblkd.blogspot.com/2010/09/abdul-haris-nasution.html (15 April 2012)
Nama : Abdul Haris Nasution Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Karakteristik : Bersuku Batak Berambut hitam Bermata hitam
Berkulit coklat sawo matang Sifat : Pemberani, nasionalis Jabatan : Jenderal Bintang Lima
3. Kakek
Gambar III.8 Kakek Sumber : Dokumentasi Pribadi
(40)
30
Nama : Kakek
Jenis kelamin : Laki-laki Karakteristik : Bersuku Sunda
Berumur 74 tahun Berjalan dengan tongkat Botak
Berkulit coklat sawo matang Sifat : penyayang, nasionalis
Mampu bercerita dengan baik
4. Bima
Gambar III.9 Bima
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Nama : Bima
Jenis kelamin : Laki-laki
Karakteristik : Berumur 10 tahun Bersuku Sunda Berambut hitam Bermata hitam Berkulit coklat terang Sifat : Rajin belajar
Mempunyai rasa keingin tahuan tinggi.
(41)
31 5. Anisa
Gambar III.10 Anisa Sumber : Dokumentasi Pribadi
Nama : Anisa
Jenis kelamin : Perempuan Karakteristik : Berumur 6 tahun
Bersuku Sunda Bermata hitam Berambut hitam Berkulit coklat terang
Sifat : Senang bermain
III.2.5.2 Studi Properti
Properti merupakan unsur yang memperkuat image seorang tokoh dalam cerita.
(42)
32
Gambar III.11 Studi Properti Sumber : Dokumentasi Pribadi
III.2.6 Alur Cerita
Alur adalah rangkaian terjadinya suatu cerita dari awal hingga akhir, alur cerita yang terdapat pada perancangan cergam ini, antara lain :
1. Halaman 2-3
Menceritakan sang Kakek mengajak kedua cucunya, yaitu Bima dan Anisa pergi kesuatu tempat.
2. Halaman 4-5
Teryata Kakek mengajak Bima dan Anisa pergi ke Monumen Bandung Lautan Api.
3. Halaman 6-7
Bima dan Anisa terkejut dan bingung, mengapa sang Kakek mengajak mereka kemari.
(43)
33 4. Halaman 8-9
Kakek pun menjelaskan maksud mengajak kedua cucunya ke Monumen Bandung Lautan Api.
5. Halaman 10-11
Cerita beralih ke tahun 1946, dimana pada tanggal 23 maret pihak sekutu meluncurkan ultimatum di kota Bandung. 6. Halaman 12-13
Pengenalan tokoh Mohammad Toha dan Ramdan. 7. Halaman 14-15
Pengenalan tokoh Abdul Haris Nasution 8. Halaman 16-17
Suasana rapat di suatu ruangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembakaran.
9. Halaman 18-19
Suasana penduduk kota Bandung yang sedang mengungsi ke daerah pegunungan.
10. Halaman 20-21
TRI dan milisi bersenjata bertempur dengan sekutu, dalam usaha untuk meledakan gudang amunisi Sekutu, M. Toha dan ramdan gugur.
11. Halaman 22-23
Suasana kota Bandung yang terbakar dilihat dari atas. 12. Halaman 24-25
Kembali ke tahun 2012, Bima dan Anisa sangat terharu dan bangga mendengar cerita dari sang kakek.
III.2.7 Story Board
Story board merupakan pengembangan dari alur cerita,
yaitu berupa sketsa kasar yang nantinya akan menjadi ilustrasi dari cergam ini.
(44)
34
Hal Narasi Ilustrasi
2-3
Menceritakan sang Kakek mengajak kedua cucunya, yaitu Bima dan Anisa pergi kesuatu tempat.
4-5
Teryata Kakek mengajak Bima dan Anisa pergi ke Monumen Bandung Lautan Api.
6-7
Bima dan Anisa terkejut dan bingung, mengapa sang Kakek mengajak mereka kemari.
8-9
Kakek pun menjelaskan maksud mengajak kedua cucunya ke Monumen Bandung Lautan Api.
(45)
35 10-11
Cerita beralih ke tahun 1946, dimana pada tanggal 23 maret pihak sekutu meluncurkan ultimatum di kota Bandung.
12-13
Pengenalan tokoh Mohammad Toha dan Ramdan.
14-15 Pengenalan tokoh Abdul Haris Nasution.
16-17
Suasana rapat di suatu ruangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembakaran.
18-19
Suasana penduduk kota Bandung yang sedang mengungsi ke daerah pegunungan.
(46)
36
Tabel III.1 Story Board
Sumber : Dokumentasi Pribadi III.2.8 Warna
Warna yang digunakan dalam perancangan cergam ini adalah full color untuk cover dan ilustrasi yang menunjukan masa kini dan menggunakan warna sephia untuk yang menunjukan masa lalu.
Gambar III.12 Sephia
Sumber : Dokumentasi Pribadi 20-21
TRI dan milisi bersenjata bertempur dengan sekutu, dalam usaha untuk meledakan gudang amunisi Sekutu, M. Toha dan ramdan gugur.
22-23 Suasana kota Bandung yang terbakar dilihat dari atas.
24-25
Kembali ke tahun 2012, Bima dan Anisa sangat terharu dan bangga mendengar cerita dari sang kakek.
(47)
37 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Proses Perancangan Buku Bergambar
Teknis pengerjaan media utama dimulai dengan sketsa story board
kasar di kertas dengan menggunakan pensil.
Gambar IV.1 Story Board
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Lalu melakukan sketsa ulang dengan ukuran sebenarnya di kertas HVS A4 dengan pensil mekanik 0.3 dan pensil raut 2B.
Gambar IV.2 Sketsa Pensil Sumber : Dokumentasi Pribadi
(48)
38 Lalu melakukan penintaan dengan menggunakan drawing pen
Snowman 0.1 dan 0.2.
Gambar IV.3 Penintaan Manual Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tahap selanjutnya adalah melakukan scanning dengan alat scaner.
Scan dilakukan secara grayscale dengan resolusi 300 dpi dan disimpan dalam format jpeg. Lalu melakukan pembersihan gambar di software
Adobe Photoshop CS 2 dengan menaikan dan menurunkan nilai kontras gambar. Lalu dilakukan penintaan secara digital dengan menggunakan Adobe Illustrator CS2.
Gambar IV.4 Penintaan Digital
(49)
39 Kembali ke Photoshop untuk melakukan pewarnaan, pewarnaan menggunakan dua cara, satu untuk full color yang menunjukan masa sekarang dan sephia untuk menunjukan masa lalu. Untuk full color
pewarnaan menggunakan mode RGB yang kemudian diubah ke CMYK apabila telah selesai dibuat, sedangkan pada sephia, pewarnaan dilakukan dalam mode grayscale, setelah selesai kemudian diubah ke mode CMYK dan mengubah hue dan saturation dengan angka antara 35 sampai 65.
Gambar IV.5 Pewarnaan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Setelah ilustrasi selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat halaman dengan menggunakan software Corel Draw X3. Langkah di atas dilakukan sama pada setiap halaman, setelah semua selesai maka tinggal melakukan pencetakan media.
(50)
40
Gambar IV.6 Hasil Akhir Sumber : Dokumentasi Pribadi
IV.2 Media
IV.2.1 Media Utama
Adapun spesifikasi media utama buku cerita bergambar, adalah :
1. Format : Kotak/landscape
2. Ukuran : 20 cm x 20 cm
3. Kertas : Art paper 230 gram (cover), 150 gram (isi) 4. Produksi : Cetak offset
Gambar IV.7 Media Utama Sumber : Dokumentasi Pribadi
(51)
41 IV.2.2 Media Pendukung
Adapun media pendukung disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain :
1. Poster
Poster dipilih karena penempatan media yang mudah, sehingga cocok untuk mempromosikan cergam.
Spesifikasi :
a. Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) b. Kertas : art paper 150 gram c. Produksi : cetak offset
Gambar IV.8 Poster Sumber : Dokumentasi Pribadi
(52)
42 2. Stiker
Stiker diberikan bersama dengan cergam sebagai hadiah, diletakan didalam cergam.
Gambar IV.9 Stiker Sumber : Dokumentasi Pribadi Spesifikasi :
a. Ukuran : 12 cm x 12 cm b. Kertas : kertas stiker c. Produksi : cetak offset
3. Pembatas Buku
Pembatas buku diberikan bersama dengan cergam sebagai hadiah, diletakan didalam cergam.
Gambar IV.10 Pembatas Buku Sumber : Dokumentasi Pribadi
(53)
43 Spesifikasi :
a. Ukuran : 14 cm x 10 cm b. Kertas : art paper 230 gram c. Produksi : cetak offset
4. Mini X-Banner
Ditempatkan didalam toko buku, pada bagian buku-buku baru dan pada daerah dekat kasir, sehingga mudah terlihat oleh pengunjung.
Gambar IV.11 Mini X-Banner Sumber : Dokumentasi Pribadi Spesifikasi :
a. Ukuran : 60 cm x 40 cm b. Kertas : glossy
(1)
38 Lalu melakukan penintaan dengan menggunakan drawing pen Snowman 0.1 dan 0.2.
Gambar IV.3 Penintaan Manual Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tahap selanjutnya adalah melakukan scanning dengan alat scaner. Scan dilakukan secara grayscale dengan resolusi 300 dpi dan disimpan dalam format jpeg. Lalu melakukan pembersihan gambar di software Adobe Photoshop CS 2 dengan menaikan dan menurunkan nilai kontras gambar. Lalu dilakukan penintaan secara digital dengan menggunakan Adobe Illustrator CS2.
Gambar IV.4 Penintaan Digital Sumber : Dokumentasi Pribadi
(2)
39 Kembali ke Photoshop untuk melakukan pewarnaan, pewarnaan menggunakan dua cara, satu untuk full color yang menunjukan masa sekarang dan sephia untuk menunjukan masa lalu. Untuk full color pewarnaan menggunakan mode RGB yang kemudian diubah ke CMYK apabila telah selesai dibuat, sedangkan pada sephia, pewarnaan dilakukan dalam mode grayscale, setelah selesai kemudian diubah ke mode CMYK dan mengubah hue dan saturation dengan angka antara 35 sampai 65.
Gambar IV.5 Pewarnaan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Setelah ilustrasi selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat halaman dengan menggunakan software Corel Draw X3. Langkah di atas dilakukan sama pada setiap halaman, setelah semua selesai maka tinggal melakukan pencetakan media.
(3)
40
Gambar IV.6 Hasil Akhir Sumber : Dokumentasi Pribadi
IV.2 Media
IV.2.1 Media Utama
Adapun spesifikasi media utama buku cerita bergambar, adalah :
1. Format : Kotak/landscape 2. Ukuran : 20 cm x 20 cm
3. Kertas : Art paper 230 gram (cover), 150 gram (isi) 4. Produksi : Cetak offset
Gambar IV.7 Media Utama Sumber : Dokumentasi Pribadi
(4)
41
IV.2.2 Media Pendukung
Adapun media pendukung disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain :
1. Poster
Poster dipilih karena penempatan media yang mudah, sehingga cocok untuk mempromosikan cergam.
Spesifikasi :
a. Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) b. Kertas : art paper 150 gram c. Produksi : cetak offset
Gambar IV.8 Poster Sumber : Dokumentasi Pribadi
(5)
42 2. Stiker
Stiker diberikan bersama dengan cergam sebagai hadiah, diletakan didalam cergam.
Gambar IV.9 Stiker Sumber : Dokumentasi Pribadi Spesifikasi :
a. Ukuran : 12 cm x 12 cm b. Kertas : kertas stiker c. Produksi : cetak offset
3. Pembatas Buku
Pembatas buku diberikan bersama dengan cergam sebagai hadiah, diletakan didalam cergam.
Gambar IV.10 Pembatas Buku Sumber : Dokumentasi Pribadi
(6)
43 Spesifikasi :
a. Ukuran : 14 cm x 10 cm b. Kertas : art paper 230 gram c. Produksi : cetak offset
4. Mini X-Banner
Ditempatkan didalam toko buku, pada bagian buku-buku baru dan pada daerah dekat kasir, sehingga mudah terlihat oleh pengunjung.
Gambar IV.11 Mini X-Banner Sumber : Dokumentasi Pribadi Spesifikasi :
a. Ukuran : 60 cm x 40 cm b. Kertas : glossy