Perancangan Buku Cerita Bergambar Bandung Lautan Api

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Peristiwa sejarah adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada masa lalu. Sejak Indonesia masih berupa kepulauan-kepulauan terpisah dan kerajaaan berkuasa hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, telah banyak menyimpan kejadian sejarah yang tak mungkin dapat habis bila diceritakan keseluruhan, tentu saja salah satu bagian sejarah terpenting Indonesia adalah bagaimana Indonesia mempertahankan kemerdekaan yang berhasil dicapai, telah melahirkan banyak peristiwa perjuangan yang heroik, salah satunya adalah Peristiwa Bandung Lautan Api.

Dengan sejarah, masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan, perjuangan, membela yang benar, pantang menyerah, kegagalan dan kesalahan. Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang perjuangan, membela yang benar dan keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya, menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang, sebaliknya apabila sejarah mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka itu pun bisa dijadikan acuan untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan masa lalu agar tidak terulang dimasa sekarang. Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa sejarah yang erat kaitannya dengan kota Bandung, selain karena terjadi di kota Bandung, sifat heroik dari perjuangan masyarakat dan tentara Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kota Bandung.

Peristiwa Bandung lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946. Dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000 penduduk Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan (Wayan Badrika,2007,h.6). Adapun alasan pembakaran kota Bandung adalah untuk mencegah tentara Sekutu dan NICA Belanda yang kembali ke Indonesia dan berusaha merebut kota Bandung, dikarenakan kalah jumlah maka penduduk kota Bandung memilih


(2)

mengungsi dimana mereka terlebih dahulu membakar kota Bandung agar tidak dapat digunakan oleh tentara sekutu sebagai markas.

Kisah sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api sendiri, telah diterima oleh masyarakat melalui sekolah, yaitu ketika belajar sejarah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 1. Pada buku pelajaran sekolah, baik pada tingkat SMP maupun SMA, mempunyai materi informasi yang sama dimana informasi yang ada tidak menceritakan Bandung Lautan Api secara mendalam dan detail, adapun gaya penceritaannya sendiri berupa teks, sehingga kurang menarik bagi siswa SMP.

Peristiwa Bandung lautan api kini telah mulai terlupakan, dikarenakan minimnya media yang memuat Peristiwa Bandung Lautan Api secara khusus . Media yang ada, seperti buku pelajaran dan internet hanya menginformasikan Peristiwa Bandung Lautan Api secara umum. Informasi yang minim mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api, yaitu mengenai siapa saja tokoh dan tempat yang berhubungan langsung dengan kejadian, membuat jejak rekam Peristiwa Bandung Lautan Api, terutama yang berbentuk fisik, seperti rumah dan monumen tidak terawat dengan baik.

Pengetahuan yang minim mengenai sejarah juga menyebabkan Bandung Lautan Api tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat Kota Bandung, hal ini ditandai dengan kurangnya perhatian masyarakat Kota Bandung ketika hari peringatan Bandung Lautan Api tiba, yaitu pada setiap tanggal 24 maret. Perlu adanya suatu media yang menarik dan berbeda yang mampu menarik minat dari target sasaran, yaitu anak berumur 12 hingga 14 tahun agar lebih tertarik pada sejarah sehingga membantu proses pembelajaran sejarah di sekolah, terutama mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api.

I.2 Identifikasi Masalah

Seperti yang sudah di jelaskan di latar belakang, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:


(3)

 Peristiwa Bandung Lautan Api yang mulai terlupakan dan tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat kota Bandung.

 Minimnya media informasi yang beredar di masyarakat tentang peristiwa Bandung Lautan Api.

 Pada buku pelajaran sekolah mempunyai materi informasi yang tidak menceritakan Bandung Lautan Api secara mendalam .

 Media yang ada saat ini kebanyakan berupa teks, sehingga mengurangi minat masyarakat untuk membaca, khusus nya anak-anak di sekolah menengah atas.

 Kurangnya penjelasan tentang siapa saja tokoh dan tempat yang berhubungan langsung dengan kejadian.

I.3 Rumusan Masalah

Pentingnya menyampaikan peristiwa sejarah khususnya Bandung Lautan Api untuk mengenalkan kembali dan memperjelas informasi-informasi secara lebih detail kepada masyarakat khususnya kepada anak sekolah menengah pertama.

1.4Pembatasan Masalah

penelitian yang akan di kembangkan adalah tentang suatu tragedi kejadian dalam membumihanguskan Bandung sekitar 200.000 penduduk Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan dalam peristiwa Bandung lautan api.

I.5 Tujuan Perancangan

tujuan dari perancangan ini adalah lebih memperkenalkan Peristiwa Bandung Lautan Api kepada anak-anak, sehingga membantu proses pembelajaran sejarah di sekolah agar anak-anak lebih tertarik dan mengerti terhadap sejarah


(4)

BAB II

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API

II.1 Landasan Teori II.1.1 Definisi Sejarah

Kochhar (2008) Kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), yang mengandung arti cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dalam bahasa Indonesia menjadi sejarah. Kata sejarah

dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan. menjelaskan “Sejarah

juga merupakan dasar kajian filsafat, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan bahkan seni dan agama/religi. Tidak diragukan lagi bahwa sejarah merupakan ilmu

pengetahuan yang sangat diperlukan untuk pendidikan manusia seutuhnya.” (h. 1).

Dari pengertian sejarah yang dijabarkan tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

II.1.2 Manfaat sejarah

Sejarah menjadi sumber pembelajaran bagi seseorang. Dengan sejarah, masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan, perjuangan,, kegagalan dan kesalahan. Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang perjuangandan keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya, menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan sebaliknya apabila sejarah mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka itu pun bisa dijadikan acuan untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan masa lalu agar tidak terulang dimasa kini.


(5)

II.1.3 Sejarah Bandung Lautan Api

Sejarah Bandung Lautan Api asal-usul sebuah kisah tentang harapan, keberanian dan kasih sayang. Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbulah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak wilayah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 (Wayan Badrik, 2007,h.33). Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono. 11 Oktober 1945 Di Gedung DENIS, Jalan Braga, terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia.


(6)

Gambar II.1 Gedung DENIS, Jalan Braga Sumber: foto pribadi (18 Mei 2015)

Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda ( Wayan Badika, 2007, h. 209 )

Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan. Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota

dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”.

Menurut yang di sampaikan Iman sebagi salahsatu sejarawan di Bandung, Beberapa hari yang penuh aktivitas diplomasi intens menyusul pengumuman rencana Inggris. Pada 22 maret 1949, Didi Kartamasmita, komandan Komandemen Jawa Barat dan Syafrudin Prawiranegara, wakil mentri keuangan, terbang ke Bandung untuk memberi tahu pemimpin sipil dan militer lokal mengenai Ultimatum Inggris dan untuk menyampaikan intruksi Syahrir yang harus diikuti. Walikota (Syamsurijal), Komandan Divisi (Abdul Haris Nasution)


(7)

dan kepala seksi militer MP3 (SUKOTO), mediskusikan bahwa hal itu harus dibahas secara lebh mendalam, untuk itu keesokan harinya Nasution terbang ke Jakarta.

Gambar II.2 Abdul Haris Nasution

Sumber: www.cinta-nusantara-indonesia.blogspot.com ( 23 Mei 2015)

Sementara Nasution berada di Jakarta, Jendral Hawthorn, komandan Divisi Hindi ke-23 di Bandung terus maju. Pada tanggal 23 Maret 1946 sore, Jendral Hawthorn mengumukan lewat radio dan famplet bahwa Bandung selatan akan dibersihkan dari orang-orang bersenjata. Pasukan bersenjata Indonesia harus sudah keluar dari wilayah bandung sejauh 11 Km sebelum tanggal 24 maret tengah malam untuk mencegah pertumpahan darah, dan warga sipil diminta untuk tetap tenang dan berada di rumah mereka selama periode itu. ketika Nasution pulang dari Jakarta pada 24 Maret pagi, dia mengadakan pertemuan yang dihadiri perwakilan dari Pemerintah Sipil, Polisi, Badan eksekutif DPRD, menyampaikan bahwa pemerintah pusan telah memutuskan untuk mematuhi Ultimatum Inggris supaya tidak terjadi pertumpahan darah (John R.W.SMAIL, 2011,h.79)

Karena waktu sangat singkat, pagi itu Hawthorn diminta untuk mengundurkan batas waktu hingga sepuluh hari. Namun tidak lama setelah tengah hari ia


(8)

menolak permintaan tersebut. Pihak Indonesia mengajukan sejumlah alasan ketika meminta pengunduran batas waktu, antara lain sulitnya mengorganisasikan perpindahan dalam waktu yang singkat, di khawatirkan akan terjadinya insiden bila oprasi di jalankan secara terburu-buru,dan sebagainya. Namun yang paling penting dalam benak Nasution adalah masih tersimpannya suplai dan perlengkapan militer di Bandung Selatan. Ini juga merupakan pertimbangan penting bagi Hawthorn, sehingga menolak mengundurkan batas waktu, Nasution mengiginkan tambahan waktu untuk membawa semua itu, sedangkan Hawthorn ingin merampasnya. Nasution yang agak di batasi oleh posisi formalnya menjalankan intruksi Syahrir, tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ini namun diberi persetujuan setelah mendengarnya. Perintah disampaikan lewat unit militer dan jaringan MP3 kepada para pemuda yang siap beraksi, Dinamit dan tanggung jawab dibagi, dan pada malam harinya rencana mengjancurkan kota telah siap dijalankan

Otoritas sipil tidak berdaya menghadapi hal ini :

Jhon (2011) menjelaskan “Pada pukul 2.30 siang, Walikota memberitahu rakyat ( lewat siaran radio) mengenai keputusan pemerintahan pusat dan mengumumkan bahwa pemerintah kota akan teta berada di bandung. Namun, sekitar pukul 4 sore sebuah pesan diterima dari komandan divisi tiga, yang menyatakan bahwa pejabat pemerintahan kota harus meninggalkan bandung sebelum pukul 8 malam, karena seluruh kota akan di bakar dan dihancurkan (h.178)

Di belakang para pengungsi terdengar suara dinamit dari waktu ke waktu dan api yang di sulut para pemuda menyebar di seluruh sisi kota sebelah selatan. Suasana malam hari dalam kondisi revolsi menyebabkan api terlihat lebih mankutkan, seolah-olah bandung menjadi lautan api, dan gambaran melekat kuat dalam benak mereka yang berada dalam kota pada 24 maret

John (2011) menjelaskan “ Tadi malam (tanggal 24 Maret) api yang besar terjadi dimana-mana, pagi ini pesawat pengintai RAF melaporkan bahwa seluruh kawasan selatan Bandung diselimutu asap tebal. Terdengan ledakan-ledakan


(9)

besar yang mengindikasikan bahwa taktik bumi-hangus masih dilakukan diwilayah tersebut.

Pada malam hari tanggal 24, pihak Indonesia mengorbankan api tak lama setelah gelap. Gedung-gedung di hancukan dan pos terdepan kita (Divisi Hindia Ke-23)

dihujani mortar. Pasukan kita di bandara Andir di hujani tembakan senapan”

(h.180)

Faktanya, intruksi dari badan militer dan MP3 hanya meliputi operasi bumi-hangus terhadap sejumlah gedung-gedung penting dan gudang penyimpanan. Namun, gedung-gedung yang besar tidak dapat di hancurkan dengan mudah oleh mereka yang kurang berpengalaman dalam hal itu.

Gambar II.3 Suasana kota Bandung saat pembakaran terjadi Sumber: www.bandung.go.id

(23 Mei 2015)

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar.


(10)

Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.

Peristiwa heroik ini yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai

peristiwa Bandung Lautan Api, yang menjadi lagu “Halo-Halo Bandung” yang di ciptakan oleh Ismail Marzuki menjadi lagu perjuangan yang terkenal dan mengumandangkannya ke seluruh nusantara.

Warga Bandung Cinta Kotanya Yang Indah, Tetapi Lebih Cinta Kemerdekaan.

Sekarang Bandung Telah Menjadi Lautan Api. Mari Bung… Bangun…

Kembali… (Kartodiwirio,2006:396)

II.1.3.1 Asal Istilah Bandung Lautan Api

Menurut Pambudi (2010), istilah Bandung Lautan Api muncul dihari suara merdeka tanggal 26 Maret 1964. Dimana seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atjie Bastaman menulis sebuah artikel menggenai pembakaran kota Bandung dan memberi judul “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Namun karena kurangnya ruang

untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi “Bandoeng Laoetan Api”.

II.1.4 Buku Cerita Bergambar

Media buku merupakan salahsatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

II.1.4.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Dari berbagai media, buku cerita bergambar atau yang lebih dikenal dengan sebutan picture book sebagai salah satu media alternative pewarisan cerita rakyat. Picture book merupakan sebuah media ilustratif yang menggabungkan narasi visual dan verbal dalam format buku, dan paling sering ditujukan pada anak. Picture book umumnya memiliki bahasa yang sangat dasar dan dirancang yang bertujuan membantu anak-anak mengembangkan belajar membaca &


(11)

berimajinasi. Sebagian besar ditulis dengan kosakata yang sangat sederhana agar anak mudah mengerti.

II.1.4.2 Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi- fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.

 Cerita bergambar untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya

”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan.”

 Cerita bergambar sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.

 Cerita bergambar sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.

II.1.4.3 Jenis-Jenis Buku Cerita Bergambar

Adapun jenis-jenis cergam berdasarkan isi dari cerita antara lain:

 Cerita mengenai hewan

Adalah cerita realis yang bertokoh utamakan hewan/binatang atau benda-benda mati. Hewan-hewan diceritakan bisa berbicara, berjalan, berpakaian dan berkelakuan layaknya manusia.


(12)

 Cerita kehidupan sehari-hari atau nyata

Menampilkan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati dari anak-anak. Topik yang biasa diangkat seperti sejarah, persahabatan, cinta.

 Cerita petualangan fantasi

Adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan dimasukan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi.

 Cerita Tradisional

Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang monster

II.1.4.4 Unsur-Unsur Visual dalam Buku Cerita Bergambar

Ada beberapa unsur visual dalam Buku Cerita Bergambar, yaitu :

 Warna

Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna daripada hitam putih.

 Efek Visual

Merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam.

 Narasi

Biasanya digunakan untuk menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.

 Tokoh

Tokoh adalah para pemeran yang terdapat dalam suatu cerita. dalam cergam, tokoh akan menjadi pusat perhatian pembaca karena cerita akan terjadi diseputar tokoh.


(13)

 Efek

Ada dua macam efek, yaitu efek tulisan dan efek gambar .

1. Efek tulisan: ditampilkan dalam bentuk tulisan, menyatakan bunyi bunyi tertentu. Menggunakan berbagai macam font untuk menyesuaikan tulisan dengan bunyi yang diwakili.

2. Efek Gambar: efek yang diaplikasikan dalam gambar untuk penyampaian cerita dalam cerita. Efek ini dapat dikenakan pada tokoh atau pada latar belakang. Walaupun gambar sama, efek yang berbeda dapat menghasilkan suasana yang berbeda

II.2 Objek Penelitian

Perancangan buku cerita bergambar ini adalah sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi para siswa/siswi sekolah menengah pertama (SMP). Kemudian dari aspek buku cerita ini adalah dari sejarah siswa/siswi bisa belajar dan mengerti apa itu, perjuanga, membela yang benar, pantang menyerah.

Bagi target sasaran yaitu anak-anak, pengenalan Peristiwa Bandung lautan Api merupakan pengenalan anak-anak terhadap sejarah Nasional Indonesia. Dengan pengenalan sejarah dalam bentu buku cerita bergambar diharapkan anak-anak dapat lebih tertarik dalam belajar sejarah.

II.3 Analisa Masalah

Dari hasil pengamatan penulis di lapangan yaitu toko-toko buku dan buku-buku tentang sejarah di sekolah , peneliti menemukan informasi mengenai Bandung lautan Api dari buku pelajaran Sejarah Sekolah Dasar (SD) kelas V dan Sekolah menengah pertama (SMP) kelas VII. Informasi yang terdapat dalam kedua buku pelajaran tersebut kurang detail dan bercerita secara teks, adapun penulis menemukan buku mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api yang informasi cukup detail dan didominasi oleh teks. Anak-anak lebih tertarik terhadap buku yang berbentuk gambar, daripada teks. Bahan bacaan yang bergambar mempunyai


(14)

efek yang lebih kuat dari pada yang tidak bergambar (Dwi Sunar Prasetyono, 2008, h.89).

Dengan menggunakan media cergam dalam penceritaan sejarah, anak-anak akan lebih tertarik dan termotivasi untuk membaca ,mengenal dan lebih mengerti makna dari sejarah.

II.4 Target Audience  Demografis

Secara demografis target audience dari buku cerita bergambar ini adalah anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, dengan kategori usia mulai 12 - 14 tahun atau setara jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).

 Geografis

Secara geografis target audience dari buku cerita bergambar ditujukan untuk anak-anak yang berada di wilayah pulau Jawa khususnya Jawa Barat. Selain itu juga target audience juga bertempat tinggal di daerah perkotaan.

 Psikografis

Mengingat di usia 12 – 14 tahun daya ingat dan daya tangkap mereka terhadap sesuatu informasi atau pristiwa akan selalu terekam dengan baik dalam pikiran mereka, dengan harapan menambah pengetahuan dan ketertarikan terhadap sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api. Buku ini juga diharapkan dapat mencakup segala macam ras,suku dan agama

II.5 Solusi Perancangan

Perancangan visual buku cerita bergambar Peristiwa Bandung Lautan Api ini dibuat unik dan lebih menarik dari buku-buku lain yang sama menjelaskan tentang sejarah-sejarah lain, dengan harapan anak-anak bisa lebih tertarik dan termotivasi untuk membaca, mengenal dan lebih mengerti makna dari sejarah.


(15)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk mempermudah dalam perancangan buku cerita bergambar ini

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan buku cergam Bandung Lautan Api, gambar dan informasi disesuaikan dengan kriteria dari target sasaran.

III.1.1.1 Pendekatan Visual

Dalam perancangan buku cerita bergambar Bandung Lautan Api ini akan mengakat tentang aksi-aksi heroic yang terjadi pada peristiwa Bandung Lautan Api. Dengan segmentasi target market yang berusia 6-12 tahun, ilustrasi akan dibuat sederhana tetapi masih berdasarkan refrensi dalam buku “30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949” dan buku “Bandung Awal Revolusi 1945-1946” serta hasil wawancara dengan sejarawan yg bernama pak Iman sebagai alur cerita. Objek visual mulai dari karakter, suasana tempat dan benda-benda yang terdapat dalam cerita Bandung Lautan Api ini di gambarkan secara semirealis yang dapat menarik perhatian anak-anak untuk membaca dan memahami isi dan makna dari cerita Bandung Lautan api.

III.1.1.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dalam perancangan buku cerita bergambar ini yaitu pendekatan dengan tata bahasa dengan berbentuk tulisan, yang mana bahasa yang akan digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan penyampaian cerita yang sederhana agar mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak. Karena dalam usia seperti ini daya ingat mereka sangatlah baik dengan menggunakan bahasa Indonesa yang baik dan benar didalam penulisan cerita diharapkan anak-anak dapat dengan mudah memahami isi dari cerita tersebut.


(16)

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang dilakukan adalah dengan cara memberikan informasi dalam bentuk ilustrasi. Karena buku cerita bergambar yang menjelaskan tentang sejarah, khususnya sejarah Bandung Lautan Api masih sedikit yang dibuat dalam bentuk buku cerita bergambar. Kebanyakan buku yang menjelaskan tentang sejarah hanya berupa teks.

III.1.2.1 Teknik Penceritaan

Teknik penceritaan yang digunakan adalah dengan menggunakan ilustrasi sebagai penceritaan utama dibantu oleh narasi untuk lebih memperjelas kejadian. Ilustrasi mendominasi cerita dengan dibantu narasi.

III.1.3 Strategi Media

Strategi media yang dilakukan merupakan salah satu upaya pemilihan karya apa yang akan di buat untuk mengangkat peristiwa Bandung Lautan Api.

III.1.3.1 Media Utama

Media utama yang digunakan adalah ilustrasi, berupa buku cerita bergambar (cergam), cergam dipilih karena sesuai dengan karakteristik anak berumur 10 hingga 12 tahun yang lebih menyukai sesuatu yang bergambar dibandingkan teks. Karena dengan buku cerita bergambar bias merangkum atau menyederhanakan cerita tanpa harus merubah isi dari cerita Bandung lautan api

III.1.3.2. Media Pendukung

Beberapa media promosi atau bias di katakana media pendukung yang digunakan juga mendukung agar produk buku ini lebih dikenal, antara lain yaitu berupa poster, X-Banner, kalender, pembatas buku, stiker dan sebagainya.

III.1.4 Strategi Distribusi

Buku ilustrasi ini di distribusikan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, dengan bertujuan menjadi buku penunjang atau buku pendamping untuk sekolah-sekolah menengah pertama di Bandung dengan materi yang diambil dari cerita bandung lautan api


(17)

III.2 Konsep Visual

Untuk menghasilkan media atau visual promosi yang baik maka dibutuhkan konsep visual yang matang untuk mengindari kesalahan dalam menyampaikan pesan dari peristiwa Bandung Lautan Api. Konsep visual adalah awal dari sebuah ide yang didapat melalui sebuah proses pendekatan dan pendalaman materi dari semua permasalahan. Konsep visual yang telah didapat harus di eksplorasi ke dalam sebuah bentuk promosi yang bisa memberikan pesan visual kepada target

III.2.1 Format Desain

Desain perancangan buku ilustrasi ditunjukan untuk anak berusia 13 tahun, lebih tepat nya anak sekoalah menengah pertama kelas 8.

Buku cerita bergambar ini di desain dengan konsep ilustrasi dan narisi yang disederhanakan, buku ini tidak merubah pesan dan isi dari cerita Bandung Lautan Api yang telah ada sebelumnya.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak yang digunakan adalah menggunakan orientation landscape dengan komposisi illustrasi visual di bagian kanan, dan narasi di sebelah kiri. Dalam narasi terdapat penjelasan singkat dari ilustrasi dan penjelasan singkat berupa pengetahuan umum yang terkait dengan kota Bandung dan Peristiwa Bandung Lautan Api itu sendiri.

Gambar III.1 : Salah satu layout dari buku ilustrasi Bandung Lautan Api Sumber : Karya Pribadi ( 3 Juli 2015)


(18)

III.2.3 Huruf (Tipografi)

Tipograpi yang di gunakan pada logo adalah font ZING EZSY, karena font tersebut menimbulkan kesan painting yang sama dengan konsep buku ilustrasi ini. Font ZING EZSY yang di desain ulang kembali dengan merubah penempatan font tersebut, dan beberapa huruf serta menambahkan vector api pada huruf “D” dari kata Bandung.

Gambar III.2 : Logo Bandung Lautan Api Sumber : Karya Pribadi (2015)

Sedangkan huruf pada body text menggunakan font FUTURA BOOK. Bentuk yang ramping font tersebut menimbulkan kesan sederhana.

Gambar III.3: font FUTURA BOOK Sumber : Karya Pribadi


(19)

III.2.4 Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan adalah semirealis, pemilihan gaya semirealis didasari dari cerita cergam yang bersumber dari sejarah. Pemilihan gaya kartunis kurang tepat, karena akan menyebabkan kesan humor, sedangkan gaya realis sendiri kurang diminati oleh target sasaran

Story Board

Hal Narasi Ilustrasi

1-2

berita proklamasi didengar di Bandung dipancarkan pertama kali oleh stasiun radio Bandung Hoshokyoku & PTT melalui telegrap.

3-4

Perjanjian Inggris & Belanda tentang keikutsertaan NICA (Netherlands Indies Civil Administrasion).

5-6

Di Gedung DENIS, Jalan Braga, terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia.

7-8

Pada bulan Mei 1946, beliau diangkat menjadi Panglima Regional Divisi III, yang memelihara keamanan Jawa Barat yang kemudian menjadi Divisi I/ Siliwangi.


(20)

9-10

Pertempuran sengit terjadi di kawasan Andir dan Tegalega dengan tentara jepang. inggris pun ikut serta melawan jepang dengan

tujuan membebaskan para

tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.

11-12

NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara

Inggris untuk tujuan

mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda tersebut.

13-14

Selain menghadapi seranga musuh, rakyat menghadapi banjir

besar meluapnya Sungai

Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.

15-16

Beberapa pesawat terbang Inggris membombardir daerah Lengkong Besar.


(21)

17-18 Setelah pulang dari Jakarta tanggal 23 Maret, Nasution langsung mengdakan perundingan dengan Jendral Hawthorn, selaku Komanan Divisi Hindia Ke 23. 19-20 Pasukan bersenjata Indonesia

harus sudah keluar dari wilayah bandung sejauh 11 Km sebelum tanggal 24 maret tengah malam untuk mencegah pertumpahan darah

21-22 Pamflet yang berisikan dari Jendral Hawthorn tentang permintaan untuk mengosongkan wilayah Bandung Selatan sejauh 11KM dari orang-orang bersenjata sebelum jam 24 malam agar tidak terjadi pertumpahan darah,

III.2.5 Warna

Gambar III.4 : warna yang digunakan Sumber : Karya Pribadi ( 3 Juli 2015)


(22)

Biasanya warna yang di gunakan pada buku ilustrasi menggunakan warna warna sepia, untuk menimbulkan kesan masa lampau, namun pada buku ini menggunakan warna full color . tetapi dengan warna full color tersebut tidak menggurangi kesan masa lampau, karena di bantu dengan penggayaan ilustrasi semi realis juga bias mewakili suasana masa lampau,selain itu dengan full color bias mengambil minat para konsumen, khususnya anak-anak.


(23)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA IV.1 Teknis Produksi

Teknis dalam perancangan buku cerita bergambar ini harus ada beberapa tahap seperti pembuatan sketsa, painting manual, painting digital, dan yg terakhir me-layout

IV.1.1 Pembuatan Sketsa

Sketsa adalah bagian awal dari konsep yang sudah ditentukan sebelumnya, sketsa dibuat dikertas ukuran A4 dengan beberapa objek yang sudah dikonsepkan yaitu font untuk judul, dan beberapa icon pendukung untuk halaman “peranan”. Setelah sketsa selesai lalu dipindai untuk selanjutnya bisa di lakukan tahap Painting.

Gambar IV.1: Sketsa Awal

Sumber : Dokumentasi Pribadi(28 Juli 2015)

IV.1.2 Proses Painting

Setelah proses sketsa proses tracing adalah salah satu proses penting, proses Painting adalah proses pewarnaan pada sketsa secara manual menggunakan cat


(24)

`` Gambar IV.2: Sketsa proses painting Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

IV.1.3 Proses Mengatur Warna Digital

untuk poses setelah painting program yang di gunakan adalah adobe Photosof CS 6. Scan dahulu sketsa yang sudah di warnai, lalu drag langsung sketsa tersebut ke photoshop, ssebelum langsung mencoba beberapa efek yang ada di photodhof, itu duplikat dulu layer yg berada di kanan bawah.


(25)

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

IV.1.4 Proses layout

Program yang digunakan untuk me-layout buku itu dilakukan di Adobe Indesign CS6. Proses ini adalan proses terakhir setelah proses sebelumnya sudah selesai. Setelah itu sketsa yang sudah di warnai masukan ke Indesign untuk di layout. Setelah proses me-layout beres save file tersebut dengan format Indesign book dan save kembali dengan format PDF, dan buku siap di produksi.

Gambar IV.4 : proses layout Sumber : Dokumentasi Pribadi


(26)

IV.2 Aplikasi Media Utama

Media utama yang digunakan adalah ilustrasi, berupa buku cerita bergambar (cergam. Karena dengan buku cerita bergambar bias merangkum atau menyederhanakan cerita tanpa harus merubah isi dari cerita Bandung lautan api

IV.2.1 Media Informasi (Buku Cerita Bergambar)

Gambar IV.5 Buku Cerita Bergambar Sumber : Dokumentasi Pribadi

(28 Juli 2015)

Buku cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi- fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.


(27)

VI .3 Media Pendukung

karya agar dikenal khalayak tentu harus dipromosikan lewat media pendukungnya. Media ini berperan sebagai pemberitahuan untuk disebarluaskan sehingga memiliki fungsi komersil untuk sebuah produk.

IV.3.1 X-Banner

Gambar IV.6: X-Banner

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

X-Banner ini ditempatkan di lokasi penjualan buku tidak jauh dari rak buku cerita anak. Media ini bertujuan untuk mempromosikan buku dilokasi strategis dimana pengunjung dapat menemukan buku yang dimaksud.


(28)

IV.3.2 Pin

Gambar IV.7: Pin

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

Pin adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, bertujuan untuk memberikan identitas kepemilikan, Sekaligus dapat dijadikan sebagai media promosi bagi media utama dengan catatan selama media masih tersedia.

IV.3.3 Poster

Gambar IV.8: Poster

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)


(29)

Penggunaan media poster tak lain sebagai suatu bentuk penyampaian informasi mengenai keberadaan buku cerita bergambar “Bandung Lautan Api”. Selain menampilkan kilasan cerita, poster ini juga membawa nuansa layout dari buku cerita tersebut.

IV.3.4 Pembatas Buku

Gambar IV.9: Pembatas Buku

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

Pembatas buku ini merupakan pasangan dari buku cerita “Bandug Lautan Api” serta ditempatkan didalam buku. Walaupun anak beralih bacaan kepada buku lain, pembatas buku ini masih tetap dapat digunakan.

IV.3.5 Kalender

Kalender adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, Kalender merupakan alah satu media pendukung yang bisa di bilang efektif, karena bisa di pergunakan dalam jangka panjang.


(30)

Gambar IV.10: Kalender

Sumber : Dokumentasi Pribadi

(28 Juli 2015)

IV.3.6 Note

GambarIV.11: Note

Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)

Note adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, bertujuan untuk memberikan identitas kepemilikan, Sekaligus dapat dijadikan sebagai media promosi bagi media utama dengan catatan selama media masih tersedia.


(31)

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BANDUNG LAUTAN API

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014/2015

Oleh:

Muhamad Ricky Darmawan 51910171

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(32)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5. Tujuan Perancangan ... 3

BAB II PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API ...4

II.1 Landasan Teori ... 4

II.1.1 Definisi Sejarah ... 4

II.1.2 Manfaat Sejarah ... 4

II.1.3 Sejarah Bandung Lautan Api ... 5

II.1.3.1 Asal Istilah Bandung Lautan Api ... 10

II.1.4 Buku Cerita Bergambar ... 10

II.1.4.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar ... 10

II.1.4.2 Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar ... 11

II.1.4.3 Jenis-jenis Buku Cerita Bergambar ... 11

II.1.4.4 Unsur-Unsur Visual dalam Buku Cerita Bergambar ... 12

II.2 Objek Penelitian ... 13

II.3 Analisa Masalah ... 13


(33)

II.5 Solusi Perancangan ... 14

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 15

III.1. Strategi Perancangan ... 15

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 15

III.1.1.1 Pendekatan Visual ... 15

III.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 15

III.1.2 Strategi Kreatif ... 16

III.1.2.1 Teknik Penceritaan ... 16

III.1.3 Strategi Media ... 16

III.1.3.1 Media Utama ... 16

III.1.3.1 Media Pendukung... 16

III.1.4 Strategi Distribusi... 16

III.2 Konsep Visual ... 17

III.2.1 Format Desain ... 17

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 17

III.2.3 Huruf (Tipografi) ... 18

III.2.4 Ilustrasi ... 19

III.2.5 Warna ... 21

BAB IV TEKNIK PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 23

IV.1 Teknis Produksi ... 23

IV.1.1 Proses Painting ... 23

IV.1.2 Proses Mengatur Warna Digital ... 24

IV.1.3 Proses Layout ... 25

IV.2 Aplikasi Media Utama ... 26

IV.2.1Media Informasi (Buku Cerita Bergambar) ... 26

IV.3 Media Pendukung ... 27

IV.3.1 X-Banner ... 27

IV.3.2 Pin ... 28

IV.3.3 Poster ... 28


(34)

IV.3.5 Kalender ... 29

IV.3.6 NOTE ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(35)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lembar bimbingan MK TugasAkhir / Skripsi ... 32

Lampiran B Sketsa ... 35

Lampiran C Daftar Riwayat Hidup ... 42


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Badrika, Wayan.(2007)30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta:dhiwantara

Kochhar, S.K. (2008). Teaching of History. Jakarta: Grasindo.

Prasetyono, Sunar, Dwi. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jogyakarta: Think

Smail, R.W., John. (2011). Bandung Awal Revolusi 1945-1946. Jakarta: Ka Bandung.

J, Pambudi. (2010). Jejak-jejak Bandung Lautan Api tak Terawat. Tersedia di: http://www.bataviase.co.id (10 Desember 2010)


(37)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Muhamad Ricky Darmawan

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung/ 28 Desember 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Strata 1 Desain (Desain Komunikasi Visual)

Alamat : Kp. Cipicung 02/03 Kel. Manggahang Kec. Baleendah Kab. Bandung No. Telp/ Hp : 087825776353

Email : m.rickydarmawan@yahoo.com Pendidikan Formal

 1997-1998 : TK Matlaul-huda

 1998-2004 : SDN Manggahang II

 2004-2007 : SMPN 2 Baleendah

 2007-2010 : SMK Prakarya Internasioal

 2010-2014 : Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 8 Agustus 2015


(38)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji setra syukur atas Rahmat dan Kebesaran-Nya sehingga penulis dapat menyerlesaikan penelitian dan memuat laporan penelitian tugas akhir yang dibuat dengan judul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Bandung Lautan Api” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan penelitian tugas akhir ini sebagain syarat matakuliah Desain Komunikasi Visual, banyak salah dan kesulitan yang ditemui oleh penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun dengan adanya dorongan dan semangat dari berbagai pihak Alhamdulillah laporan ini biasa selesai tepat waktu. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang mendorong dan memberi semangat kepada penulis agar laporan penelitian ini selesai dengan baik.

Bandung, Januari 2014


(39)

(40)

(41)

(1)

31 DAFTAR PUSTAKA

Badrika, Wayan.(2007)30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta:dhiwantara

Kochhar, S.K. (2008). Teaching of History. Jakarta: Grasindo.

Prasetyono, Sunar, Dwi. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jogyakarta: Think

Smail, R.W., John. (2011). Bandung Awal Revolusi 1945-1946. Jakarta: Ka Bandung.

J, Pambudi. (2010). Jejak-jejak Bandung Lautan Api tak Terawat. Tersedia di: http://www.bataviase.co.id (10 Desember 2010)


(2)

42 RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Muhamad Ricky Darmawan

Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung/ 28 Desember 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Strata 1 Desain (Desain Komunikasi Visual)

Alamat : Kp. Cipicung 02/03 Kel. Manggahang Kec. Baleendah Kab. Bandung No. Telp/ Hp : 087825776353

Email : m.rickydarmawan@yahoo.com Pendidikan Formal

 1997-1998 : TK Matlaul-huda

 1998-2004 : SDN Manggahang II

 2004-2007 : SMPN 2 Baleendah

 2007-2010 : SMK Prakarya Internasioal

 2010-2014 : Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 8 Agustus 2015


(3)

iii KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji setra syukur atas Rahmat dan Kebesaran-Nya sehingga penulis dapat menyerlesaikan penelitian dan memuat laporan penelitian tugas akhir yang dibuat dengan judul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Bandung Lautan Api” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan penelitian tugas akhir ini sebagain syarat matakuliah Desain Komunikasi Visual, banyak salah dan kesulitan yang ditemui oleh penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun dengan adanya dorongan dan semangat dari berbagai pihak Alhamdulillah laporan ini biasa selesai tepat waktu. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang mendorong dan memberi semangat kepada penulis agar laporan penelitian ini selesai dengan baik.

Bandung, Januari 2014


(4)

(5)

(6)