Perancangan buku cerita bergambar Hanoman

(1)

(2)

(3)

(4)

47

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suryo Prakadewa

Tempat dan Tanggal Lahir : Sukoharjo, 26 Maret 1990

Alamat : Sidorejo RT/RW 003/006, Kelurahan

Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo

Pendidikan : TK Jamsaren

SDN. Jamsaren

SMP Kasatriyan 1 Surakarta SMA Negeri 6 Surakarta


(5)

Laporan Pengatar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR

HANOMAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh :

Suryo Prakadewa 51909041

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii KATA PENGANTAR

Allhamdulillah Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul "PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR HANOMAN". Dalam menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual UNIKOM. Buku cerita bergambar Hanoman ini , berkaitan dengan masalah yang di jadikan sebagai bahan penelitian khususnya karakter Hanoman dalam tahapan variabel perkembangan usia anak dan sekaligus sebagai pencarian jati diri bangsa indonesia. Dalam menyusun penelitian ilmiah ini penulis banyak melibatkan pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Penulis menyadari laporan yang berjudul "PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR HANOMAN", Masih Banyak Kekurangan dalam. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat.

Bandung, Februari 2013


(7)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS... ii

KATA PENGANTAR... ... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... ... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 4

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II KETOKOHAN HANOMAN DAN PERKEMBANGAN USIA ANAK... ... 5

II.1 Wayang Sebagai Media Penyebaran Agama Islam... 5

II.2 R.A Kosasih... 5

II.3 Gambaran Umum Ketokohan Hanoman... 6

II.4 Kisah Ketokohan Hanoman... 8

II.4.1 Kelahiran... 8

II.4.2 Mengabdi Pada Sugriwa... 8

II.4.3 Melawan Alengka... 8

II.4.4 Tugas Untuk Hanoman... 9

II.4.5 Anggota Keluarga... 9

II.4.6 Kematian... 10

II.4.7 Sifat Hanoman... 10

II.5 Kriteria Penahapan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar... 10

II.6 Fase Anak Sekolah Dasar... 12

II.7 Pemetaan Sifat Tokoh Hanoman Terhadap Fase Perkembangan Usia Anak... 16


(8)

ix

II.7.1 Berdasarkan Sifat Ketokohan Hanoman ... 16

II.7.2 Berdasarkan Fase Perkembangan Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun... 16

II.7.3 Analisi Sifat Hanoman... 18

II.7.3 Analisis Sifat Hanoman Yang baik untuk usia 6-12... 18

II.8 Metode Penelitian... 19

II.9 Target Market... 20

II.10 Target Audiens... 20

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN STRATEGI VISUAL... 22

III.1 Strategi Perancangan... 22

III.1.1 Strategi Komunikasi... 22

III.1.2 Strategi Kreatif... 23

III.1.3 Strategi Media... 25

III.2 Konsep Visual... 26

III.2.1 Konsep Desain... 26

III.2.2 Tipografi... 29

III.2.3 Ilustrasi ... 30

III.2.4 Warna ... 31

III.2.5 Karakter... 33

III.2.6 Latar... 36

III.2.7 Properti...38

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI... 39

IV.1 Buku Cerita Bergambar Hanoman... 39

IV.1.1 Media... 39

IV.1.2 Teknis Perancangan... 39

IV.2 Media Promosi... 42

IV.2.1 Poster... 42

IV.2.2 Mini Flag... 43


(9)

x

IV.3.1 Poster... 44

IV.3.2 Pembatas Buku... 45

IV.3.3 Jadwal Pelajaran... 45

IV.3.4 Stiker... 46

IV.3.4 Pin... 46

DAFTAR PUSTAKA... xiii


(10)

(11)

48

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anne Dameria. (2008). Basic printing. Jakarta: Link & Match Graphic

Dra. Aas Saomah, M.Si. (2011) Karakteristik Perkembangan Anak. Penulisan Artikel. Bandung: UPI.

Heru S Sudjarwo., Sumari., Undung Wiyono. (2010). Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta: Kakilangit Kencana.

Kusrianti Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Banudng: Penerbit Andi.

Rosidi, Ajip (2011). Kearifan Lokal Dalam Perspetif budaya sunda. Penerbit Kiblat Utama, Bandung.

R.A. Kosasih. (2011). Rama dan Sinta. Bandung: Penerbit Erlina.

Syamsu Yusuf. (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surianto Rustan. (2010). Font dan Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(12)

49

Halaman Web

Stef. daniar wikan setyanto M.Sn. 2008 (18 Februari). Teori warna. Tersedia di: http://daniarwikan.blogspot.com/2009/02/teori-warna.html

Hadi sukirno. 2011 (8 juli). Tokoh wayang Hanoman. Tersedia di: http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=Hanoman_(Anoman) [26 Desember 2012]


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian wayang adalah salah satu kesenian indonesia hal itu disebabkan oleh peranan kesenian wayang dalam membentuk jati diri bangsa indonesia. Pada awalnya seni wayang digunakan sebagai media penyebaran agama sejak berdirinya kerajaan hindu dan islam. Pada masa Walisanga kesenian wayang sangat berperan penting dalam menyebarkan agama islam. Di dalam kesenian wayang terdapat perpaduan unsur seni yakni seni karawitan, seni rupa, seni pentas, seni tari yang dipadukan dengan nilai-nilai keislaman yang di pertunjukan sebagai media hiburan. Kesenian wayang pada awalnya sangat erat berhubungan dengan keseharian masyarakat. Ini artinya seni wayang lahir dan berkembang di tengah masyarakat yang dilingkupi berbagai macam sistem sosialnya.

Wayang yang saat ini sebagai media hiburan menjadi sangat sulit di temui di kalayak masyarakat salah satunya disebabkan oleh generasi penerus kesenian wayang yang semakin berkurang. Berpindahnya fungsi pertunjukan kesenian wayang dimana pada awalnya sangat erat dengan masyarakat menjadi tayangan yang bersifat tradisional. Tanpa mengubah fungsi dari cerita pewayangan tersebut keberagaman media dalam menyampaikan cerita pewayangan sangatlah diperlukan. Hal ini untuk terus mendukung eksistensi cerita pewayangan dikalangan masyarakat.

Keberadaan media hiburan yang semakin kompleks baik itu melalui media televisi, radio, digital, internet, dan cetak sangat mudah dijumpai masyarakat saat ini. Hingga saat ini pemanfaatan media tersebut masih didominasi oleh cerita-cerita luar. Dari segi visual dan kemasan, media yang digunakan oleh negara lain sangat kreatif. Hal tersebut dikarenakan keseriusan para pengembang media dan produsen dalam melakukan riset terhadap pasar sangatlah baik. Pendekatan visual dapat dinikmati dengan baik oleh masyarakat selaku target market. Melakukan penyesuaian dengan target yang dituju menjadi kunci kesuksesan media tersebut.

Cerita pewayangan dapat mengadaptasi perkembangan media yang sangat mudah dijumpai saat ini. Dengan melakukan riset melalui pendekatan dan


(14)

2 penyesuaian masyarakat saat ini, cerita pewayangan akan dapat tetap dinikmati oleh masyarakat terutama masyarakat indonesia. Hal ini untuk tetap meneruskan nilai luhur yang dimiliki dalam cerita pewayangan. Anak-anak dalam masa perkembangannya membutuhkan peran serta orang tua untuk membantu mengarahkan pembentukan diri untuk persiapan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang. Dengan memperkenalkan cerita pewayangan dapat membantu anak-anak dalam perkembangan dan pembentukan jati dirnya dengan mengambil nilai prilaku dan sifat setiap tokoh dalam cerita pewayangan.

Masa perkembangan anak yakni di masa operasi konkret 6-12 tahun anak-anak sudah dapat mempresentasikan simbol-simbol sebagai pembentukan mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Setiap hal yang berhasil di input anak usia 6-12 tahun sudah dapat di olah. Hasil input pada anak-anak menjadi sangat penting di masa itu.

Kisah pewayangan perlu di kenalkan kepada anak karena didalam cerita pewayangan mengandung unsur-unsur prilaku dan sifat yang dapat di jadikan contoh dengan baik dalam masa perkembangan anak. seperti kisah Ramayana

Dalam Rosidi (2011: 31) Ramayana Sendiri adalah sebuah epik Sansekerta kuno yang yang dikarang oleh penyair Walmiki. Meskipun epos cerita Ramayana

berasal dari india namun nenek moyang kita memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang yang merupakan hasil kreatifitas nenek moyang kita sendiri dan merupakan bagian penting dari ajaran Hindu kuno yang masuk ke indonesia.

Ramayana menceritakan kisah Rama dengan Sinta Dalam perjalanan mereka mengembara di hutan dan melawan raksasa sampai bertemu Hanoman. Ramayana

berisi ajaran bijak Hindu kuno dan menyajikan kebaikan melalui alegori dalam narasi dan interprestasi dari filosofi yang ingin diceritakan kepada manusia. Tokoh Rama, Sinta, Lakshmana, Bharata, Hanoman dan Rahwana. Di era globalisasi sekarang masyarakat hanya mengetahui bahwa Ramayana adalah cerita yang menceritakan tentang kisah Rama dan Sinta tanpa mengetahui nilai yang terkandung dalam cerita maupun tokohnya seperti tentang kepahlawanan, gotong royong dan tolong menolong. Di cerita Ramayana ada tokoh yang sangat berperan penting yaitu Hanoman.


(15)

3 Hanoman adalah tokoh pahlawan Di cerita Ramayana yang dimana dia membantu Rama untuk melawan Rahwana yang telah menculik Dewi Sinta. Ketokohan Hanoman banyak di kisahkan berbagai versi yang berbeda tetapi tidak mengurangi satupun inti dari kisah karangan walmiki ini. Hanoman mempunyai sifat-sifat dan karakter yang baik dalam setiap perannya. Tokoh Hanoman ini mempunyai beberapa sifat dan prilaku yang dapat di jadikan contoh terhadap perkembangan anak. Misalnya pemberani, setia, kuat. Melihat fenomena sekarang ini banyak Anak-anak yang belum mengetahui tentang ketokohan Hanoman mulai dari awal mula kisahnya, sifat, prilaku jasa yang menjadikan Hanoman mempunyai rasa sosial yang tinggi dan bagaimana wujud karakter dari Hanoman tersebut. Dengan menggali kembali ketokohan hanoman dalam cerita Ramayana

anak-anak menjadi tahu seperti apa tokoh hanoman itu serta dapat memberikan pengetahuan tentang pesan moral yang terkandung dalam tokoh hanoman ini yang dapat dijadikan pembelajaran dan informasi tentang kebudayaan bangsa indonesia tentang kisah pewayangan. Dengan adanya berbagai fenomena yang menunjukan kurangnya minat atas cerita pewayangan oleh karena itu cerita tentang ketokohan akan diangkat kedalam media buku cerita bergambar Hanoman. Dengan membuat sebuah media buku cerita bergambar Hanoman yang dapat mengolah imajinasi anak-anak, akan lebih mudah mengenalkan cerita pewayangan khususnya ketokohan Hanoman.

Salah satu tokoh cergam pewayangan adalah Raden Ahmad Kosasih dengan buku pertamanya "Sri Asih" yang berhasil mengangkat cerita pewayangan pada tahun 1950-an. Dengan mengeksplorasi sifat dan karakter tokoh Hanoman, penulis lebih memilih versi pewayangan jawa sebagai pertimbangan visual dan komik R.A Kosasih sebagai alur cerita yang menceritakan tentang kisah ketokohan Hanoman, cerita ketokohan hanoman pada versi ini telah mewakili secara garis besar dari keseluruhan cerita hanoman, dan juga lebih dekat secara sosial kemasyarakatan untuk diceritakan kepada anak-anak dalam tahap usia perkembangan.


(16)

4

 Kurangnya peran serta orang tua memperkenalkan cerita-cerita pewayangan.

 Kurangnya pengetahuan anak-anak tentang kisah ketokohan Hanoman.

 Hanoman adalah tokoh di cerita Ramayana yang memiliki sifat dan prilaku yang dapat menjadi contoh baik bagi anak-anak.

 Banyaknya nilai budi pekerti yang dapat diambil dari kisah ketokohan Hanoman dalam cerita Ramayana seperti gotong royong, tolong menolong dan kepahlawanan.

 Kurangnya media kreatif tentang cerita-cerita pewayangan yang menarik minat anak-anak.

I.3 Rumusan Masalah

Dengan mencermati identifikasi masalah di atas dapat di rumuskan dalam pengenalan ketokohan Hanoman berdasarkan cerita pewayangan mulai dari sifat dan perilaku yang perlu di perkenalkan kepada anak-anak lewat perancangan buku cerita bergambar Hanoman. Dengan pendekatan visual wayang dan komik R.A Kosasih sebagai alur cerita yang dibuat sesuai dengan usia anak 6-12 tahun agar dapat menjadi informasi sebagai landasan dasar dalam membentuk jati diri atau kepribadian bagi anak usia 6-12 tahun.

I.4 Batasan Masalah

Pembahasan dibatasi dari cerita pewayangan jawa di tinjau dari sifat dan prilaku yang perlu di perkenalkan pada anak usia 6-12 tahun. Dengan mengambil inspirasi dari sosok wayang kulit.

I.5 Tujuan

 Meberikan informasi tentang cerita-cerita wayang khusunya ketokohan Hanoman Dengan menggunakan media buku cerita bergambar.

 Menyampaikan cerita ketokohan Hanoman dengan menggunakan gaya ilustrasi semi realis yang mengalami pendekorasian setiap bentuk tetapi masih dalam refrensi wayang kulit.


(17)

5

BAB II

KETOKOHAN HANOMAN DAN PERKEMBANGAN USIA ANAK

II.1 Wayang Sebagai Media Penyebaran Agama Islam

Wayang kulit digunakan untuk upacara keagamaan. Pada abad ke-11 sudah mulai populer di kalangan rakyat. Sejak tahun 1058, bahkan sejak tahun 778 atau lebih tua lagi, sudah ada wayang atau ringgit. Pada periode penyebaran agama Islam di Jawa, para muballigh yaitu wali songo dalam menjalankan dakwah Islam telah memakai wayang kulit sebagai alat untuk menyebarkan agama islam. Salah seorang wali songo yang piawai memainkan wayang kulit sebagai media penyebaran Islam adalah Sunan Kalijaga. Mengingat cerita itu sarat dengan unsur Hindu-Budha, maka Sunan Kalijaga berusaha memasukkan unsur-unsur Islam dalam pewayangan. Ajaran-ajaran dan jiwa ke islaman itu dimasukkan sedikit demi sedikit. Bahkan lakon atau kisah dalam pewayangan tetap mengambil cerita Pandawa dan Kurawa yang mengandung ajaran kebaikan dan keburukan. Dilihat dari struktur lakon yang dibawakan oleh dalang yakni menceriterakan perjalanan hidup salah satu tokoh pewayaangan yang mempunya nilai-nilai baik yang dapat di jadikan pembelajaran. Dengan demikian masyarakat yang menonton wayang dapat menerima langsung ajaran Islam dengan sukarela dan mudah untuk menikmati seni pertunjukan wayang.

Dalam pertunjukan wayang, dalang mempunyai peranan paling utama sehingga mereka harus menguasai teknik perkeliran (pertunjukan wayang kulit) dengan baik di bidang seni sastra, seni karuwitan, seni menggerakkan boneka-boneka wayang kulitnya, maupun penjiwaan karakter wayang serta harus terampil dalam membawakan lakon-lakon dalam menyampaikan setiap sifat dan perilakunya (Wijanarko S, 1990, h.8-9).

II.2 R.A Kosasih

Majalah Concept edisi Komik (2007) (Seperti yang dikutip dalam karya tulis Seto Rick Nolan, 2011) menjelaskan Pada tahun 1950-an merupakan masa awal cergam di Indonesia menapaki masa keemasannya. Cergam tentang Wayang cukup sukses menggempur pasaran lokal dan mampu menggeser dominasi komik


(18)

6

Barat. Pada saat itu yang menjadi pioneer dan hingga saat ini disebut Bapak Komik Indonesia tidak lain adalah Raden Ahmad Kosasih. Lewat debut pertamanya komik “Sri Asih” (Penerbit Melodie, Bandung,1954). Kosasih kemudian aktif meneliti dokumen dan mulai menciptakan komik epos besar yang berasal dari India yaitu Mahabharata dan Ramayana (1955 – 1960)12.. Hingga saat ini karyanya masihdicetak ulang dan masih sering kita temui di toko-toko buku

II.3 Gambaran Umum Ketokohan Hanoman

Hadi Sukirno didalam artikel "Hanoman" yang diakses melalui situs http://www.scribd.com pada (2012), Hanoman (Sanskerta: Hanoman) atau Hanumat (Sanskerta: Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana (sebuah kisah epik yang bejiwal dari India yang ditulis oleh Walmiki / Valmiki sekitar tahun 4-SM) yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu (Batara Guru dalam versi jawa) dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.

Hanoman dalam pewayangan Jawa merupakan putera Bhatara Guru yang menjadi murid dan anak angkat Bhatara Bayu. Hanoman sendiri merupakan tokoh lintas generasi sejak zaman Rama sampai zaman Jayabaya.

Gambar II.1: Wayang Hanoman


(19)

7

Hanoman adalah salah satu tokoh yang unik karena berwujud seekor kera putih dan mengambil peran penting dalam cerita Ramayana. Dalam Ramayana ia membantu Rama menyelamatkan Sinta dan mengalahkan Rahwana. Tokoh Hanoman juga membawa pesan moral; walaupun berwujud seekor kera namun memiliki jiwa sosial, jiwa ksatria, jujur dan sakti yang maknanya jangan menilai seseorang hanya dari fisik semata.

a b

Gambar II.2: (a) Wayang Kulit Hanoman versi Surakarta, (b) Wayang kulit Hanoman dari Yogyakarta (sumber: http:// tokohwayangpurwa.blogspot)

Pemilihan maskot Sea Games ke-19 yang menggunakan tokoh Hanoman karena sebagai simbol yang mewakili kebhinekaan budaya Indonesia dan telah menjadi budaya Indonesia itu sendiri walaupun sesungguhnya cerita Hanoman merupakan adaptasi dari India.


(20)

8

II.4 Kisah Ketokohan Hanoman II.4.1 Kelahiran

Heru S Sudjarwo (2010) Anjani adalah puteri sulung Resi Gotama yang terkena kutukan sehingga berwajah kera. Atas perintah ayahnya, ia pun bertapa di telaga Madirda. Suatu ketika, Batara Guru dan Batara Narada terbang melintasi angkasa. Saat melihat Anjani, Batara Guru terkesima akan kecantikanya akhirnya Raja para dewa pewayangan menjatuhkan daun asam (Bahasa Jawa: Sinom) lalu dibuangnya ke telaga. Daun sinom itu jatuh di pangkuan Anjani. Ia pun memungut dan memakannya sehingga mengandung. Ketika tiba saatnya melahirkan, Anjani dibantu para bidadari kiriman Batara Guru. Ia melahirkan seekor bayi kera berbulu putih, sedangkan dirinya sendiri kembali berwajah cantik dan dibawa ke kahyangan sebagai bidadari" (h.234).

II.4.2 Mengabdi Pada Sugriwa

Bayi berwujud kera putih yang merupakan putera Anjani diambil oleh Batara Bayu lalu diangkat sebagai anak. Setelah pendidikannya selesai, Hanoman kembali ke dunia dan mengabdi pada pamannya, yaitu Sugriwa, raja kera Gua Kisenda. Saat itu, Sugriwa baru saja dikalahkan oleh kakaknya, yaitu Subali, paman Hanoman lainnya. Hanoman berhasil bertemu Rama dan Laksmana, sepasang pangeran dari Ayodhya yang sedang menjalani pembuangan. Keduanya kemudian bekerja sama dengan Sugriwa untuk mengalahkan Subali, dan bersama menyerang negeri Alengka membebaskan Sita, istri Rama yang diculik Rahwana murid Subali.

II.4.3 Melawan Alengka

Pertama-tama Hanoman menyusup ke istana Alengka untuk menyelidiki kekuatan Rahwana dan menyaksikan keadaan Sita. Di sana ia membuat kekacauan sehingga tertangkap dan dihukum bakar. Sebaliknya, Hanoman justru berhasil membakar sebagian ibu kota Alengka. Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Hanoman Obong. Setelah Hanoman kembali ke tempat Rama, pasukan kera pun berangkat menyerbu Alengka. Hanoman tampil sebagai pahlawan yang


(21)

9

banyak membunuh pasukan Alengka, misalnya Surpanaka (Sarpakenaka) adik Rahwana.

II.4.4 Tugas Untuk Hanoman

Dalam pertempuran terakhir antara Rama kewalahan menandingi Rahwana yang memiliki Aji Pancasunya, yaitu kemampuan untuk hidup abadi. Setiap kali senjata Rama menewaskan Rahwana, seketika itu pula Rahwana bangkit kembali. Wibisana, adik Rahwana yang memihak Rama segera meminta Hanoman untuk membantu. Hanoman pun mengangkat Gunung Ungrungan untuk ditimpakan di atas mayat Rahwana ketika Rahwana baru saja tewas di tangan Rama untuk kesekian kalinya. Melihat kelancangan Hanoman, Rama pun menghukumnya agar menjaga kuburan Rahwana. Rama yakin kalau Rahwana masih hidup di bawah gencetan gunung tersebut, dan setiap saat bisa melepaskan roh untuk membuat kekacauan di dunia. Beberapa tahun kemudian setelah Rama meninggal, roh Rahwana meloloskan diri dari Gunung Ungrungan lalu pergi ke Pulau Jawa untuk mencari reinkarnasi Sita, yaitu Subadra adik Kresna. Kresna sendiri adalah reinkarnasi Rama. Hanoman mengejar dan bertemu Bima, adiknya sesama putera angkat Bayu. Hanoman kemudian mengabdi kepada Kresna. Ia juga berhasil menangkap roh Rahwana dan mengurungnya di Gunung Kendalisada. Di gunung itu Hanoman bertindak sebagai pertapa.

II.4.5 Anggota Keluarga

Berbeda dengan versi aslinya, Hanoman dalam pewayangan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama Trigangga yang berwujud kera putih mirip dirinya. Konon, sewaktu pulang dari membakar Alengka, Hanoman terbayang-bayang wajah Trijata, puteri Wibisana yang menjaga Sita. Di atas lautan, air mani Hanoman jatuh dan menyebabkan air laut mendidih. Tanpa sepengetahuannya, Baruna mencipta buih tersebut menjadi Trigangga. Trigangga langsung dewasa dan berjumpa dengan Bukbis, putera Rahwana. Keduanya bersahabat dan memihak Alengka melawan Rama. Dalam perang tersebut Trigangga berhasil menculik Rama dan Laksmana namun dikejar oleh Hanoman. Narada turun melerai dan menjelaskan hubungan darah di antara kedua kera putih tersebut.


(22)

10

Akhirnya, Trigangga pun berbalik melawan Rahwana. Putera kedua Hanoman bernama Purwaganti, yang baru muncul pada zaman Pandawa. Ia berjasa menemukan kembali pusaka Yudistira yang hilang bernama Kalimasada. Purwaganti ini lahir dari seorang puteri pendeta yang dinikahi Hanoman, bernama Purwati.

II.4.6 Kematian

Hanoman berusia sangat panjang sampai bosan hidup. Narada turun mengabulkan permohonannya, yaitu “ingin mati”, asalkan ia bisa menyelesaikan tugas terakhir, yaitu merukunkan keturunan keenam Arjuna yang sedang terlibat perang saudara. Hanoman pun menyamar dengan nama Resi Mayangkara dan berhasil menikahkan Astradarma, putera Sariwahana, dengan Pramesti, puteri Jayabaya. Antara keluarga Sariwahana dengan Jayabaya terlibat pertikaian meskipun mereka sama-sama keturunan Arjuna. Hanoman kemudian tampil menghadapi musuh Jayabaya yang bernama Yaksadewa, raja Selahuma. Dalam perang itu, Hanoman gugur, moksa bersama raganya, sedangkan Yaksadewa kembali ke wujud asalnya, yaitu Batara Kala, sang dewa kematian.

II.4.7 Sifat Hanoman

Heru S Sudjarwo (2010) menjelaskan nama Hanoman banyak dikaitkan dengan anom yang berarti muda. Hanoman mempunyai sifat atau perwatakan pemberani, sopan-santun, setia, prajurit ulung, pandai berlagu dan berbahasa, remdah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. Sifat itu di gambarkan dari setiap peranya dan bentuk dari wayang Hanoman" (h.238). Haoman juga dianggap sebagai seorang satria yang menyatu dengan brahmana. Saat muda menjadi satria, kemudian menjadi resi, dan gugur sebagai seorang ksatria.

II.5 Kriteria Penahapan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Tahapan perkembangan anak menurut Piaget (seperti yang dikutip Syamsu Yusuf, 2011) anak usia 6-11 tahun merupakan dalam periode operasi konkret yaitu anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah dan mengurangi dan mengubah. Operasi


(23)

11

ini memungkinkan untuk dapat memecahkan masalah secara logis (h.6). Syamsu Yusuf (2011) menjelaskan Pada masa usia sekolah dasar sering disebut masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, pada usia 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah di didik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini di perinci lagi menjadi dua fase, yaitu (h.24):

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa ini atara lain seperti berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

b)Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri dan cenderung mengimajinasikan banyak hal tanpa mempedulikan hal tersebut rasional atau tidak.

d)Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain. e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini terutama usia 6-9 tahun anak menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat presentasinya memang pantas atau tidak.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar umur 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13 tahun. beberapa sifat khas pada anak pada masa ini.

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b)Amat realistik ingin mengetahui dan mempunya keinginan untuk belajar.


(24)

12

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-fakto (bakat-bakat khusus).

d)Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan orang tua atau orang dewasa untuk menyelesaikan tugas dan memenuhikeinginanya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikanya.

e) Pada masa ini anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat. f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya

biasanya anak tidak lagi bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan cenderung lebih kreatif dengan cara membentuk peraturan sendiri.

II.6 Fase Anak Sekolah Dasar

Syamsu Yusuf (2011) menjelaskan fase anak sekolah usia 6 -12 tahun di bagi menjadi 7 tahapan fase yaitu (h.178):

1. Perkembnangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti membaca, menulis dan menghitung. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikirnya misalnya sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya.


(25)

13

2. Perkembnangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral. Pada awal masa ini, anak sudah dapat menguasai 2.500 kata dan pada masa akhir usia 11-12 tahun telah dapat menguasai sekita 50.00 kata (Abin Syamsuddin M, 1991: Nana Syaodih S, 1990) yang dikutip oleh Syamsu Yusuf (2011, h.179). Dengan keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mengdengarkan cerita yang bersifat kritis ( tentang kepahlawanan, perjalanan/petualangan). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh sebab itu, kata tanya yang di pergunakannya pun yang semula hanya "apa", sekarang sudah diikuti pertanyaan: "di mana", "dari mana", "ke mana", Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:

 Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang untuk berkata-kata.

 Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang di dengarnya. Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat membuat sebuah kalimat yang lebih sempurna dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Di usia ini anak sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan isi hatinya, memahami ketrampilan mengolah informasi yang diterimanya, berpikir (menyatakan gagasan atau


(26)

14

pendapat), mengembangkan kepribadianya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.

3. Perkembnangan Sosial

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri degnan norma-norma kelompok, tradisi dan moralagama. Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, dengan keluarga atau teman sebaya sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.

Pada Usia ini anak mulai memiliki sesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang

kooperatif (bekerja sama) atau sosiosemtris ( mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginanya untuk diterima menjadi anggota kelompok. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan teman sebayanya maupun lingkungan masyarakat. Dalam proses belajar mengajar, kematangan perkembangan sosial ini dapa dimanfaatkan dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun yang membutuhkan pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukan prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok dapat menanamkan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertanggung jawab dan bertenggang rasa.

4. Perkembnangan Emosi

Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah di terima di masyarakat. Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Mengontor emosi diperoleh anak melalui


(27)

15

peniruan dan latihan. Peran orang tua sangatlah penting dalam melatih emosi anak apabila sebuah keluarga degan kondisi emosi yang stabil maka kondisi emosi anak cenderung stabil. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan.

Emosi adalah faktor dominan yang mempngaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif seperti perasaan senang, gembira, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengosentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas dan displin dalam belajar.

5. Perkembnangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral ( mengenal benar-salah atau baik-buruk). Pada usia anak ini belum mengetahu tentang moral tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena ini formasi yang di terima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari. Dengan menanamkan konsep moral sejak dini anak dapat menilai bahawa setiap perbuatan seperti nakal, tedak menghormati orang tua merupakan perbuatan tidak bai atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil dan sikap hormat kepada orangtua merupakan sikap yang benar dan baik.

6. Perkembnangan Penghayatan Agama

Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual di terimanya sebagai keharusan moral (Abin Syamsuddin M, 1996). Deng mengenalkan nilai-nilai keagamaan anak akan lebih baik dalam setiap prilaku moralnya.


(28)

16

7. Perkembnangan Motorik

Perkembangan motorik anak sudah dapat terkoodinasi dengan baik. Setiap gerakanya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motoriknya yang lincah. Oleh karena itu, Usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini seperti menulis, menggambar, melukis, bermain. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka permulaan sangat tepat di ajarkan seperti dasar-dasar menulis dan menggambar.

II.7 Pemetaan Sifat Tokoh Hanoman Terhadap Fase Perkembangan Usia Anak

II.7.1 Berdasarkan Sifat Ketokohan Hanoman

Heru S Sudjarwo menjelaskan Hanoman mempunyai beberapa sifat yang dapat di jadikan contoh untuk anak- anak diantaranya (h.238):

 Pemberani

 Sopan Santun

 Setia

 Pandai berbahasa atau bercakap

 Kuat

 Tabah

 Teguh dalam pendirian

 Rendah hati

 Prajurit ulung

 Waspada/cekatan

II.7.2 Berdasarkan Fase Perkembangan Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun

 Belajar mengembangkan kemandirian

 Belajar mengembangkan konsep diri


(29)

17

 Usia kreatif, senang membaca dan mendengarkan cerita yang bersifat kritis ( petualang, perjalanan)

 Memiliki kecenderungan bermain dengan teman sama jenis

Dengan mempetakan beberapa sifat Hanoman dengan Fase perkembangan usia anak, Maka dalam tabel pemetaan ini diambil beberapa sifat hanoman yang dapat di jadikan contoh baik dalam membantu pembentukan jati diri anak usia 6-12 tahun.

Tabel II.1: Pemetaan Sifat Dan Prilaku Tokoh Hanoman

Kategori sifat ketokohan Hanoman

Pemahaman sifat ketokohan Hanoman terhadap Prilaku perkembagan usia anak

Sifat Anak Usia 6 sampai 12 tahun

Kuat Pada usia ini anak-anak mulai bertumbuh dewasa dan kuat mulai dari perkembangan fisik, mental dan kemandirian Pemberani Anak anak mulai mempunyia sifat pemberani mengurus

dirinya sendiri mulai dari belajar atau mengutarakan sesuatu kepada orang di sekitanya.

Rendah hati Pada usia ini anak-anak mulai belajar menghargai dan menghormati dalam mengembangkan kemandiriaan dan mengembangkan konsep diri

Pandai berbahasa dan sopan santun

Pada usia ini anak gemar berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, isyarat, kalimat atau gambar. Maka anak usia ini dapat menggunakan komunikasi dengan bahasa yang baik dalam menyampaikan setiap pernyataan yang ingin dia katakan


(30)

18

II.7.3 Analisis Sifat Hanoman

Kuat

Cerita tentang sifat kuat Hanoman, kekuatan Hanoman ini bisa mulai diceritakan pada anak usia 6-12 tahun, karena pada usia ini anak telah mulai tumbuh dewasa dan dapat memilih mana sikap yang baik dan tidak, dan pada usia ini anak telah memiliki kontrol diri yang lebih bagus.

Pemberani

Pada Anak usia 6-12 tahun ini masih perlu perhatian dari orang tua untuk bersikap berani terhadap apa yang dia hadapi. Karena anak baru mengenal konsep moral yaitu sikap benar-salah atau baik-buruk maka orang tua di perlukan untuk memperhatikan sikap berani dalam anak usia ini.

Rendah Hati

anak usia 6-12 yang sudah mulai belajar menghargai dan saling menghormati satu sama lain antara teman sebaya atau orang tua yang di anggap lebih tua dari dirinya dengan demikian sifat ketokohan Hanoman ini lebih baik di tekankan pada usia 6-12 tahun.

Pandai Berbahasa dan Sopan Santun

Pada anak usia 6-12 tahun anak sudah gemar dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam menyampaikan suatu hal yang ingin dia ketahui. Dengan memperkenalkan sifat Hanoman yang sopan dalam berbahasa maka baik di jadikan contoh anak usia 6-12 tahun bagaimana dalam menyampaikan sesuatu dengan baik dan benar.

II.7.4 Analisis Sifat Hanoman Yang baik untuk usia 6-12

Dari keseluruhan sifat dan prilaku hanoman, kuat, pemberani, rendah hati, pandai berbahasa dan sopan santun patut diceritakan lebih mendalam pada saat anak usia 6-12 tahun, mengingat pada masa usia ini anak telah beranjak dewasa. Terlebih sifat ini merupakan bekal yang sangat baik untuk ditanamkan pada anak usia ini, sehingga di harapkan sifat apapun nanti yang berkembang pada anak, baik itu kuat, berani ataupun sifat lain yang akan berkembang diluar sifat dan


(31)

19 Tahu 56% Tidak Tahu 44%

ketokohan Hanoman, akan didasari oleh sifat ini. Sifat positif apapun yang berkembang pada anak akan menjadi sifat negatif jika sifat kuat, pemberani, rendah hati, pandai berbahasa dan sopan santun pada anak tertanam dengan rapuh. Dengan Menekankan pada sifat kuat, pemberani, rendah hati, pandai berbahasa dan sopan santun lebih baik di ceritakan kepada anak pada usia 6-12 tahun yang sudah mengenal konsep moral.

II.8 Metode Penelitian

Setelah melakukan Penelitian dengan metode kuantitatif dengan membagikan 40 kuisioner kepada anak-anak satu kelas yang berjumlah 40 siswa yang berletak di SD Sekeloa 1. Pertanyaan Kuisioner yang di lakukan ke pada target market yaitu anak-anak yang berletak di SD Sekeloa 1.

1. Tahukah kamu cerita wayang ? Ya atau Tidak 2. Tahukah kamu cerita Ramayana? Ya atau Tidak 3. Apakah kamu tahu tokoh Hanoman? Ya atau Tidak

4. Apakah Hanoman tokoh paling menarik di cerita Ramayana? Ya atau Tidak

5. Apakah Hanoman seekor ksatria kera yang sakti ? Ya atau Tidak

Gambar II.4. Diagram dari jawaban anak-anak mengenai pertanyaan apakah kamu tahu tokoh Hanoman?

Dari diagram hasil kuisioner kepada anak-anak tentang tokoh Hanoman 44% anak tidak mengetahui tentang Hanoman dan 56% mengetahui tentang tokoh Hanoman. Jadi dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa angka 56% masih jauh dari target untuk mencapai angka 80% tentang memperkenalakan tokoh Hanoman.


(32)

20

II.9 Target Market

Target market ini adalah anak-anak sebagai penerima informasi yang telah di sampaikan oleh target audiens.

Gambar II.5. Target Market Anak usia 6-12 Tahun SD Sekeloa 1

A. Demografis

Anak-anak Usia : 6 - 12 tahun

Gender : Laki – laki dan perempuan Status Ekonomi Sosial : Menengah ke atas

Target buku cerita bergambar Hanoman ini adalah anak-anak usia 6-12 tahun yang sedang menghadapi tahap fase peralihan dari pra sekolah menuju ke sekolah dasar. Dengan status ekonomi menengah keatas cenderung memiliki bentuk kehidupan yang layak sehingga mempunyai finansial yang cukup dalam hal pendidikan.

B. Geografis

Di tujukan untuk anak-anak khususnya yang menempati wilayah pulau jawa terutama di daerah-daerah perkotaan yang jalur distrbusi dapat di jangkau. C. Psikografis

Ditujukan untuk anak-anak yang suka membaca dan berimajinasi dalam melihat setiap tokoh idola tertentu.


(33)

21

II.10 Target Audiens

Target audiens adalah orang tua sebagai sarana pembantu memberikan Informasi kepada target market.

A. Geografis

Negara Indonesia khususnya pulau jawa terutam daerah perkotaan.

B. Demografis

Orang Tua Usia : 33 - 40 tahun

Gender : Laki – laki dan perempuan Status Ekonomi Sosial : Menengah ke atas

C. Psikografis

Orang tua yang memiliki waktu luang untuk anaknya dalam memberikan pendidikan atau hiburan.


(34)

22

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan III.1.1 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi yang dilakukan untuk memperkenalkan kisah ketokohan Hanoman adalah dengan perancangan media buku cerita bergambar Hanoman dengan pendekatan visual wayang dan komik R.A Kosasih sebagai alur cerita yang dibuat sesuai selera target market. Bahasa yang digunakan pada perangcangan buku cerita bergambar Hanoman ini menggunakan bahasa indonesia baku dengan istilah yang mudah dimengerti oleh anak-anak selaku target market. Dengan perancangan buku cerita bergambar Hanoman ini di harapkan dapat menyampaikan informasi tentang perilaku dan sifat baik yang ada di cerita ketokohan Hanoman ini sebagai contoh baik yang dapat di ambil dalam masa pembentukan jati diri perkembangan usia anak.

Tujuan Komunikasi

 Membuat sebuah media yang dapat menyampaikan sifat dan prilaku dari tokoh Hanoman yang dapat di jadikan contoh baik untuk pembentukan jati diri dalam perkembangan usia anak.

 Menarik minat anak-anak dalam membaca dan berimajinasi tentang cerita-cerita wayang khusunya ketokohan Hanoman.

Pesan Yang Di Sampaikan

 Janganlah menilai seseorang dari penampilannya saja.

 jujur, bertanggung jawab dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi adalah sifat yang baik di tanamkan kepada anak-anak sejak dini. karena sifat ini di dasari dari hati yang dapat membantu anak-anak dalam pembentukan jati dirinya.


(35)

23

Pendekatan Visual

Dalam perancangan buku cerita bergambar Hanoman ini akan mengakat tokoh Hanoman sebagai tokoh yang mempunyai prilaku dan sifat yang baik. Dengan segmentasi target market yang berusia 6-12 tahun, ilustrasi akan dibuat sederhana dan imajinatif tetapi masih berdasarkan refrensi dalam visual wayang dan komik R.A Kosasih ebagai alur cerita. Objek visual mulai dari karakter, suasana tempat dan benda-benda yang terdapat dalam cerita ketokohan Hanoman ini di gambarkan secara kartun dan lebih berbentuk fantasi yang dapat menarik perhatian anak anak untuk membaca dan memahami sifat serta prilaku baik yang terdapat dalam tokoh Hanoman ini yang dapat mengasah imajinasi anak-anak. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dalam buku cerita bergambar Hanoman Hanoman menggunakan kosa kata bahasa indonesia yang baku agar setiap materi dan pesan yang di sampaikan dapat dengan mudah di pahami oleh anak-anak usia 6-12 tahun. Setiap pemilihan materi yang di sampaikan disesuaikan dengan anak-anak usia 6-12 tahun selaku target market. Setiap materi akan membahas tentang prilaku dan sifat tokoh Hanoman yang dapat menjadi contoh baik dalam pembentukan jati diri.

III.1.2 Strategi Kreatif

Anderson, Nancy (2006). Elementary Children’s Literature. Boston: Pearson Education mengelompokan bacaan anak menjadi 6 dan menjelaskan:

1. buku bergambar prasekolah (pengenalan konsep seperti huruf, angka, warna dan sebagainya, buku dengan kalimat yang berirama dan berulang, buku bergambar tanpa kata-kata)

2. sastra tradisional (mitos, dongeng, cerita rakyat, legenda, sajak) 3. fiksi (fantasi, fiksi modern, fiksi sejarah)

4. biografi dan autobiografi 5. ilmu pengetahuan


(36)

24

Bacaan anak umumnya ditulis dengan kalimat yang singkat, serta pilihan kosakata dan tata bahasa yang lebih sederhana dibandingkan sastra dewasa. Selain dibaca di dalam hati, teks dimaksudkan agar bisa dibaca keras-keras oleh anak. Buku juga dibacakan keras-keras oleh orang dewasa untuk anak yang belum bisa membaca.

Ilustrasi sangat penting dalam bacaan anak dan merupakan kesatuan dengan cerita. Anak yang belum bisa membaca terutama sangat memperhatikan gambar-gambar dalam buku. Selain itu, bacaan anak bisa hanya berisi gambar dan tanpa kata-kata. Jumlah ilustrasi dalam buku anak juga lebih banyak dibandingkan ilustrasi buku sastra dewasa. Semakin muda target pembaca, maka semakin banyak pula ilustrasi yang diberikan.

Strategi kreatif yang dilakukan adalah membuat buku cerita bergambar Hanoman yang menjelaskan beberapa sifat dan perilaku dalam cerita ketokohan Hanoman. Dengan menggunakan bahasa indonesia yang mudah di mengerti oleh anak-anak dan visual yang dapat menarik minat anak untuk membacanya.

Strategi Visual

Gaya ilustrasi yang digunakan dalam buku cerita bergambar Hanoman ini adalah gaya kartun dan fantasi dengan pertimbangan wayang. Dengan gaya gambar kartun dan fantasi tetapi tidak mengurangi bentuk dari setiap karakter yang ada dalam cerita Hanoman hanya mengalami penyederhanaan dan penambahan yang dapat menarik imajinasi anak-anak membaca cerita Hanoman.

Storyline

1. Lahirnya Hanoman dan terjadi bencana dimana-mana.

2. Menceritakan masa kecil Hanoman ketika mencoba memakan matahari. 3. Hanoman memulai petualangannya untuk menolong dan mengabdikan

kesetiannya kepada Rama.

4. Pertemuan Hanoman dengan Rama yang membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan Dewi Sinta yang telah di tangkap Rahwana.


(37)

25

5. Hanoman melaksanakan tugas yang di berikan oleh Rama untuk menyelinap masuk ke dalam kerajaan Alengka untuk melihat keadaan Dewi Sinta.

6. Hanoman tertangkap oleh Rahwana dan Indrajid kemudian Hanoman dibakar tetapi dengan kesaktiannya Hanoman mampu menahan api tersebut dan mulai membakar kerajaan Alengka kejadian itu di sebut Hanoman di obong.

7. Hanoman berhasil kabur dan kembali ke hutan untuk menyampaikan kabar tentang Sinta kepada Rama dan Leksmana tetapi tanpa di sadari Rahwana mengutus Indrajid untuk memata-matai mereka.

8. Hanoman, Rama dan Leksmana mulai pergi menuju kerajaan Alengka untuk menyelamatkan Dewi Sinta

9. Mulai terjadi perang besar antara Rahwana dan Hanoman.

10.Hanoman, Rama dan Leksaman berhasil mengalahkan Rahwana dan Indrajid. AKhirnya Dewi Sinta pun dapat diselamatkan dan karena kebaikan dan keberaniannya Hanoman pun di angkat menjadi anak angkat Rama.

III.1.3 Strategi Media

Medi Utama

Dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi kepada anak-anak dibutuhkan sebuah media yang dapat mengolah daya imajinasi mereka. Degnan merangsang daya imajinasi mereka akan lebih mudah untuk menyapaikan setiap pesan dan informasi yang terkandung didalmnya. Buku cerita bergambar Hanoman merupakan media perantara yang tepat, karena dengan menggunakan informasi berupa gambar dan text akan lebih merangsang daya imajinasi anak-anak dalam menyerap setiap informasi seperti karater tokoh, nuansa, bentuk, isi cerita dan seterusnya. Disamping itu media buku ilustrasi juga media yang mudah dibawa, mudah digunakan tanpa perlu teknik khusus dan mudah di jumpai di setiap tempat penjualan-penjualan.


(38)

26

Media Promosi

Media promosi pertama yang akan digunakan adalah poster. Poster ini bertujuan memperkenalkan secara singkat Hanoman. Media penunjang lainnya yaitu sticker, pembatas, buku, gantungan kunci, packaging. Dengan semua media penunjang ini akan lebih mudah menarik minat anak-anak dan orang tua nantinya.

III.2 Konsep Visual III.2.1 Konsep Desain

Format ukuran buku yang digunakan pada buku cerita bergambar Hanoman ini berupa persegi, berukuran 20 cm x 19 cm, full color, jilid steples, 24 halaman. Ukuran ini disesuaikan dengan ukuran kertas internasional. Ukuran buku Hanoman ini termasuk ukuran yang dapat di print menggunakan kertas A3 sedangkan untuk kertas A4 hanya sebagian halaman yang dapat di print dan teknis jilid menggunakan softcover. Surianto Rustan menjelaskan pada dasarnya layout dapat di jabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang di bawanya (h.1). Pada buku cerita bergambar Hanoman ini elemen utama yang digunakan berupa gambar karena lebih dapat memancing imajinasi dan text sebagai pendungkung untuk menjelaskan cerita dan gambar. Konsep desain layout yang digunakan dalam buku ini, untuk ilustrasi diletakan disebelah kanan dan teks di sebelah kiri, tiap halaman buku memiliki layout yang sama agar lebih fokus dan mudah untuk di baca oleh anak-anak. Pada layout buku cerita ini elemen gambar lebih di perbanyak dari pada text bertujuan untuk memancing imajinasi anak-anak. Pada beberapa halaman tertentu Elemen seperti air, daun, pohon, tanah juda di gunakan untuk frame dan margin. Margin juga menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan di tempati oleh elemen layout. Surianto Rustan menjelaskan Margin mencegah agar elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir Halaman karena dan mencegah layout terpotong ketika di cetak. Dalam buku ini beberapa Halaman tertentu menggunakan margin simetris margin kanan sama dengan margin kiri (h.64).


(39)

27


(40)

28

Gambar III.2: Layout Buku Cerita Bergambar Hanoman

Gambar III.2: Contoh Layout Cerita Bergambar


(41)

29

III.2.2 Tipografi

Jenis tipografi yang di gunakan dalam buku cerita bergambar Hanoman ini mewakili kesan tradisional, alami, tegas dan bernuansa jaman kerajaan tetapi masih dalam konteks yang dapat dibaca oleh anak-anak terutama anak usia 6-12 tahun yang baru mengenal simbol-simbul, huruf dan angka.

Untuk media utama seperti judul cover dan pada beberpa media pembuka akan menggunakan font Organic Elements.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUV

WXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789.,:;"'?

Gambar III.3: Font Organic Elements

Gambar III.4: Font Organic Elements Dalam Logotype Judul Cover/

Untuk tipografi dalam narasi cerita akan menggunakan font Museo 300


(42)

30

Gambar III.6: Aplikasi Font Museo 300 Pada Layout Text Narasi.

III.2.3 Ilustrasi

Konsep dari pemilihan ilustrasi ini akan dibuat sederhana dan imajinatif tetapi masih berdasarkan refrensi dalam visual wayang. Objek visual mulai dari karakter, suasana tempat, background dan benda-benda yang terdapat dalam cerita ketokohan Hanoman ini di gambarkan secara semi realis dan lebih berbentuk fantasi dengan penyerdehanaan bentuk agar tampak sederhan dan tidak rumit sekaligus dapat menarik perhatian anak anak untuk mengenal tokoh-tokoh dalam cerita pewayangan dan memberikan informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita maupun tokohnya seperti tentang kepahlawanan, gotong royong dan tolong menolong.


(43)

31

Gambar III.8: Penyederhanaan Bentuk Dari Refrensi Wayang Kulit dan ekpresi wajah

III.2.4 Warna

Munsell (seperti yang di kutip Stef. daniar wikan setyanto M.Sn, 2008) mengatakan warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila. Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita lihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang berwarna. Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.

Dalam buku cerita bergambar Hanoman ini menggunakan Warna yang merepresentasi dari alam. Warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat obyek secara nyata. Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat dll. Warna RGB merupakan warna additive. Warna Additive merupakan pencampuran warna primer cahaya yang terdiri atas warna red, green dan blue dimana pencampuran ketiga primer dengan jumlah yang sama akan menghasilkan warna putih. Kombinasi antara dua warna akan menghasilkan warna sekunder yaitu cyan, magenta. Prinsip ini di


(44)

32

terapkan pada tv, video, layar komputer. Warna CMYK merupakan warna subtractive. Warna Subtractive di bentuk dari pigment. Tinta cetak merupakan contoh dari pencampuran warna subtractive syan, magenta yellow. Pecampuran ketiga warna subtraktive itu akanmenghasilkan warna hitam. Warna CMYK menjadi warna standard dalam proses cetak separasi warna.

Gambar III.9: Komposisi Warna

Gambar III.10: Pewarnaan Menggunakan Pencil Warna


(45)

33

III.2.5 Karakter 1. Hanoman

Gambar III.12: Tokoh Hanoman

Hanoman berwujud kera putih nama Hanoman banyak dikaitkan dengan anom yang berarti muda. Hanoman lahir dari seorang Dewi yang bernama Anjani dan Ayahnya Bernama Batara Guru. Hanoman mempunyai sifat atau perwatakan pemberani, sopan-santun, setia, prajurit ulung, pandai berlagu dan berbahasa, remdah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. Sifat itu di gambarkan dari setiap peranya dalam membantu Rama untuk menyelamatkan Dewi Sinta. Haoman juga dianggap sebagai seorang satria yang menyatu dengan brahmana. Saat muda menjadi satria, kemudian menjadi resi, dan gugur sebagai seorang ksatria.

2. Rama

Gambar III.13: Tokoh Rama

Rama adalah titisan Dewa Wisnu yang bertugas menciptakan kesejahteraan dunia. Rama berwatak Baik, berwibawa kuat, santun Pemberani. layanknya seorang raja dan titisan Dewa WIsnu. Rama berpetualang bersama


(46)

34

adiknya Leksmana. Rama menikah dengan Shinta. Rama berkedudukan sebagai putra mahkota kerajaan Ayodya. Dalam pengembaraanya Rama dan adiknya tertipu oleh musuhnya rahwana yang telah menculik Sinta. Akhirnya rama meminta pertolongan kepada Hanoman untuk membantunya untuk menyelamatkan Sinta.

2. Leksmana

Gambar III.14: Leksmana

Leksmana merupakan adik dari Rama. Leksmana berpetualang bersama Rama dan Sinta. Leksmana berwatak Baikk, sabar dan sangat hormat kepada kakaknya Rama.

3. Sinta

Gambar III.15: Tokoh Sinta

Laksmana, adik Rama, memilih untuk pergi ke pengasingan dengannya. Dia menghabiskan waktunya untuk melindungi Shinta dan Rama. Rahwana dan Maricha menipunya untuk mempercayai bahwa Rama berada dalam kesulitan saat Shinta diculik. Tokoh Shinta dalam Ramayana perang para kesatria ini di gambar


(47)

35

kan memilki prilaku yang santun, berbudi luhur, ia juga memilik rasa solidaritas dan Hormat sekali kepada Rama.

4. Idrajid

Gambar III.16: Tokoh Indrajid

Indrajid adalah anak dari Rahwana dia seorang yang licik, mudah naik darah, egois dan kejam. Indrajid bertugas melindung Ayahnya Rahwana dan menjadi seorang mata-mata ketika Hanoman berserta Rama dan Leksmana menyusun strategi untuk menyelamatkan Sinta.

5. Rahwana

Gambar III.17: Tokoh Rahwana

Rahwana, adalah seorang raksasa, raja dari Alengka. Rahwana dalam buku cerita bergambar Hanoman ini digambar kan berkulit merah, berwajah penuh angkara murka, serakah dan kejam. Rahwana merupakan tokoh yang bertentangan dengan Rama. Karena Rahwana telah menangkap istri dari Rama yaitu Sinta. Rahwana gugur oleh Rama dan Hanoman dalam pertempuran.


(48)

36

III.2.6 Latar 1. Gapura Bali

Gapura bali digunakan sebagai background dari singgasana Rahwana di kerajaan Alengka.

Gambar III.18: Gapura bali

2. Laut dan Ombak

Selain gapura bali Studi lokasi juga di lakukan pada bentuk laut dan ombak. Dalam buku cerita bergambar ini bentuk ombak dan laut berubah dengan mengambil bentuk lengkungan yang ada di dalam gulungan ombak laut dan di tambahkan tekstur garis untuk detail.


(49)

37

3. Matahari dan Awan

Selain gapura bali Studi lokasi juga di lakukan pada bentuk laut dan ombak. Dalam buku cerita bergambar ini bentuk ombak dan laut berubah dengan mengambil bentuk lengkungan yang ada di dalam gulungan ombak laut dan di tambahkan tekstur garis untuk detail.

Gambar III.20: Laut Dan Ombak

4. Hutan

Studi bentuk hutan tropis dan gua untuk lokasi pertemuan antara Hanoman dengan Rama dan juga tempat dimana Hanoman tinggal.


(50)

38

III.2.7 Properti 1. Gada Dan Panah

Dalam cerita pewayangan jawa ada beberapa senjata yang digunakan oleh tokoh pewayangan diantaranya meliputi gada, Panah dan tombak. Gada merupakan salah satu senjata yang di pakai oleh Hanoman dan Rahwana. Panah senjata yang digunakan oleh Rama.


(51)

39

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Buku Cerita Bergambar Hanoman IV.1.1 Media

Pada media buku cerita bergambar Hanoman ini berukuran 19cm x 20cm. Untuk kertas print menggunakan A3 Artpaper 250 gram.

Gambar IV.1: Buku Cerita Bergambar Hanoman

IV.1.2 Teknis Perancangan

Teknis pengerjaan media utama buku ini menggunakan penggambaran sketsa secara manual. Sketsa awal menggunakan pensil 2b dan drawing pen untuk menebalkan dan pendetailan pada sketsa.


(52)

40

Gambar IV.2: Sketsa Pensil Dan Drawing Pen

Setelah mengerjakan sketsa, proses selanjutnya media akan diberi warna dengan menggunakan pensil warna. Setelah pewarnaan selesai lalu di scan dan di perhalus menggunakan Software Adobe Photshop CS5. Hal ini diperlukan agar warna yang dihasilkan menjadi lebih halus.


(53)

41

Gambar IV.4: Pewarnaan Mneggunakan Adobe Photoshop CS 6

Proses selanjutnya adalah proses Layout. Konsep desain layout yang digunakan dalam buku ini, untuk ilustrasi diletakan disebelah kanan dan teks di sebelah kiri, tiap halaman buku memiliki layout yang sama agar lebih fokus dan mudah untuk di baca oleh anak-anak. Mode warna yang digunakan adalah RGB, karena pengerjaanya dilakukan didalam komputer dan untuk cetak menggunakan warna CMYK agar ketika di cetak warna menyesuaikan dengan warna aslinya.


(54)

42

IV.2 Media Promosi IV.2.1 Poster

Untuk media promosi buku cerita bergambar Hanoman ini, menggunakan poster sebagai media informasi telah terbitnya buku cerita bergambar Hanoman ini. Layout poster dibuat agar lebih fokus pada judul, objek buku dan karakter Hanoman agar dapat menarik rasa penasaran.

Ukuran dan kertas poster menggunakan artpaper (150 gr) A3 29,7 cm x 42 cm Karena mempunyai kualitas yang tidak gampang kotor dan kualitas warnanya terjaga. Warna cetak menggunakan CMYK Teknis cetak ofset sparasi. Media poster ini akan ditempatkan di tempat-tempat yang sering dilewati target, seperti daerah sekolah yaitu majalah dinding, tempat-tempat bimbingan belajar dan toko buku.


(55)

43

IV.2.2 Mini Flag

Ukuran mini flag\ yang digunakan adalah 15 cm x 8 cm di kertas berjenis

artpaper (260 gr), Teknis cetak digital laser printing.

Gambar IV.7: Mini Flag

IV.2.3 Mini X-Banner

Selain Poster Untuk media promosi buku cerita bergambar Hanoman ini, menggunakan mini X-Banner. Mini X-Banner ditempatkan di dekat display promosi bertujuan untuk menginformasikan pada pelanggan atau pembeli.


(56)

44

IV.3 Media Pendukung IV.3.1 Poster

Disini poster berfungsi sebagai media pengingat dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan poster sebagai bonus.


(57)

45

IV.3.2 Pembatas Buku

Pembatas buku mempunyai desain hampir sama dengan Ilustrasi layout

cerita agar lebih mengingatkan pada produk media utama dan diberi beberapa ilustrasi karakter Ukuran 5 x 15 cm . Material Artpaper (250 gr). Teknis cetak print laser.

Gambar IV.10: Pembatas Buku

IV.3.3 Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran mempunyai desain sederhana dengan menampilakan frame berbentuk daun dan menambahkan judul buku Hanoman. Material Artpaper

A4 21 cm x 29,7 cm(250 gr) dan Teknis cetak print laser.


(58)

46

IV.3.3 Stiker

Stiker di desain dengan menampilkan setiap karakter yang digambarkan atas bawah agar dapat dilihat dari dua sisi, Stiker bertujuan untuk mengingatkan setiap karakter pewayangan seperti Hanoman. Stiker berbentuk lingkaran dengan diameter 6 cm x 9 cm Material kertas sticker (150 gr). Teknis cetak print laser

sticker dan teknik laser cutting.

Gambar IV.11: Stiker

IV.3.4 Pin

Pin mempunyai desain hampir sama dengan stiker. Pin menampilkan setiap nama karakter. Desain pin bertujuan untuk mengingatkan konsumen akan karakter pewayangan yang ada dalam buku cerita bergamabar Hanoman. Pin berbentuk lingkaran dengan diameter 5,8 cm Material kertas sticker (150 gr). Teknis cetak print laser sticker dan teknik laser cutting.


(1)

41 Gambar IV.4: Pewarnaan Mneggunakan Adobe Photoshop CS 6

Proses selanjutnya adalah proses Layout. Konsep desain layout yang digunakan dalam buku ini, untuk ilustrasi diletakan disebelah kanan dan teks di sebelah kiri, tiap halaman buku memiliki layout yang sama agar lebih fokus dan mudah untuk di baca oleh anak-anak. Mode warna yang digunakan adalah RGB, karena pengerjaanya dilakukan didalam komputer dan untuk cetak menggunakan warna CMYK agar ketika di cetak warna menyesuaikan dengan warna aslinya.


(2)

42 IV.2 Media Promosi

IV.2.1 Poster

Untuk media promosi buku cerita bergambar Hanoman ini, menggunakan poster sebagai media informasi telah terbitnya buku cerita bergambar Hanoman ini. Layout poster dibuat agar lebih fokus pada judul, objek buku dan karakter Hanoman agar dapat menarik rasa penasaran.

Ukuran dan kertas poster menggunakan artpaper (150 gr) A3 29,7 cm x 42 cm Karena mempunyai kualitas yang tidak gampang kotor dan kualitas warnanya terjaga. Warna cetak menggunakan CMYK Teknis cetak ofset sparasi. Media poster ini akan ditempatkan di tempat-tempat yang sering dilewati target, seperti daerah sekolah yaitu majalah dinding, tempat-tempat bimbingan belajar dan toko buku.


(3)

43 IV.2.2 Mini Flag

Ukuran mini flag\ yang digunakan adalah 15 cm x 8 cm di kertas berjenis artpaper (260 gr), Teknis cetak digital laser printing.

Gambar IV.7: Mini Flag

IV.2.3 Mini X-Banner

Selain Poster Untuk media promosi buku cerita bergambar Hanoman ini, menggunakan mini X-Banner. Mini X-Banner ditempatkan di dekat display promosi bertujuan untuk menginformasikan pada pelanggan atau pembeli.


(4)

44 IV.3 Media Pendukung

IV.3.1 Poster

Disini poster berfungsi sebagai media pengingat dan praktis untuk ditempelkan dimana saja. Pada tiap pembelian media utama maka akan mendapatkan poster sebagai bonus.


(5)

45 IV.3.2 Pembatas Buku

Pembatas buku mempunyai desain hampir sama dengan Ilustrasi layout cerita agar lebih mengingatkan pada produk media utama dan diberi beberapa ilustrasi karakter Ukuran 5 x 15 cm . Material Artpaper (250 gr). Teknis cetak print laser.

Gambar IV.10: Pembatas Buku IV.3.3 Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran mempunyai desain sederhana dengan menampilakan frame berbentuk daun dan menambahkan judul buku Hanoman. Material Artpaper A4 21 cm x 29,7 cm (250 gr) dan Teknis cetak print laser.


(6)

46 IV.3.3 Stiker

Stiker di desain dengan menampilkan setiap karakter yang digambarkan atas bawah agar dapat dilihat dari dua sisi, Stiker bertujuan untuk mengingatkan setiap karakter pewayangan seperti Hanoman. Stiker berbentuk lingkaran dengan diameter 6 cm x 9 cm Material kertas sticker (150 gr). Teknis cetak print laser sticker dan teknik laser cutting.

Gambar IV.11: Stiker IV.3.4 Pin

Pin mempunyai desain hampir sama dengan stiker. Pin menampilkan setiap nama karakter. Desain pin bertujuan untuk mengingatkan konsumen akan karakter pewayangan yang ada dalam buku cerita bergamabar Hanoman. Pin berbentuk lingkaran dengan diameter 5,8 cm Material kertas sticker (150 gr). Teknis cetak print laser sticker dan teknik laser cutting.