Prosedur Pelaksanaan T BP 1201308 Appendix3dan4

Gian Sugiana Sugara, 2014 Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Ia Tita memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan instrumental 2. Hafidz memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan instrumental 3. Vira Yuniar memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan reaktif. 4. Yohanes memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan reaktif. 5. Jonathan memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan yang terkelola. 6. Rossy memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan yang terkelola.

E. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur konseling ego state dalam mengelola kemarahan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Joining a nd ra pport-building atau membangun hubungan yang positif dengan konseli agar konseli terlibat dalam sesi intervensi. Konselor menjelaskan maksud dan tujuan dari konseling yang akan diikuti konseli. 2. Accesing Ego Sta te yakni tahapan dimana konselor mengakses Ego State yang mengalami kemarahan dan memberi nama ego state tersebut 3. Bridging to orign problem yakni tahapan selanjutnya melakukan regresi untuk mengetahui kejadian pertama kali munculnya ego state kemarahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui akar masalah yang terjadi pada diri konseli. 4. Expression Pha se adalah melakukan proses ekspresi terhadap ego sta te yang negatif introject yang memunculkan pengalaman kemarahan. Setelah akar masalah yang menjadi pengalaman kemarahan bagi konseli diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan proses ekspresi terhadap ego sta te negatif introject . Dalam tahapan ini, konseli harus mengekspresikan dan mengungkapkan permasalahan atau emosi yang Gian Sugiana Sugara, 2014 Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terpendam. Secara khusus ego sta te yang mengekpresikan emosi tersebut harus ego sta te yang terluka. 5. Remova l Pha se adalah tahapan dimana konselor melakukan remova l atau pelepasan. Setelah proses mengekspresikan perasaan selesai, dilakukan proses removal atau pelepasan rasa kesal. Konselor harus membantu ego sta te yang terluka untuk melakukan pelepasan dari ego sta te negatif yang masih melekat. 6. Relief Pha se adalah tahapan melakukan proses relief atau penenangan. Setelah melakukan proses pelepasan ego sta te negatif, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penenangan relief yaitu dengan memanggil ego sta te yang lebih dewasa ma ture dan mau mengasuh nurturing ego state yang terluka tadi. Bila ego sta te yang dewasa dan mau mengasuh tidak muncul sama sekali, maka konselor dapat memanggil ego sta te introject yang lebih dewasa dan mau mengasuh ego sta te yang terluka tersebut. Caranya adalah konselor dapat meminta konseli untuk memanggil bagian dari konseli yang lebih dewasa dan matang kemudian beri nama ego sta te tersebut.

F. Sesi Intervensi