Gian Sugiana Sugara, 2014
Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu 1.
Ia Tita memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan instrumental
2. Hafidz memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan
yang dominan adalah kemarahan instrumental 3.
Vira Yuniar memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan reaktif.
4. Yohanes memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan
yang dominan adalah kemarahan reaktif. 5.
Jonathan memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan yang terkelola.
6. Rossy memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang
dominan adalah kemarahan yang terkelola.
E. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur konseling ego state dalam mengelola kemarahan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1.
Joining a nd ra pport-building
atau membangun hubungan yang positif dengan konseli agar konseli terlibat dalam sesi intervensi. Konselor menjelaskan maksud
dan tujuan dari konseling yang akan diikuti konseli. 2.
Accesing Ego Sta te
yakni tahapan dimana konselor mengakses Ego State yang mengalami kemarahan dan memberi nama ego state tersebut
3.
Bridging to orign problem
yakni tahapan selanjutnya melakukan regresi untuk mengetahui kejadian pertama kali munculnya ego state kemarahan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui akar masalah yang terjadi pada diri konseli. 4.
Expression Pha se
adalah melakukan proses ekspresi terhadap
ego sta te
yang negatif
introject
yang memunculkan pengalaman kemarahan. Setelah akar masalah yang menjadi pengalaman kemarahan bagi konseli diketahui, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses ekspresi terhadap
ego sta te
negatif
introject
. Dalam tahapan ini, konseli harus mengekspresikan dan mengungkapkan permasalahan atau emosi yang
Gian Sugiana Sugara, 2014
Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu terpendam. Secara khusus
ego sta te
yang mengekpresikan emosi tersebut harus
ego sta te
yang terluka. 5.
Remova l Pha se
adalah tahapan dimana konselor melakukan
remova l
atau pelepasan. Setelah proses mengekspresikan perasaan selesai, dilakukan proses removal atau
pelepasan rasa kesal. Konselor harus membantu
ego sta te
yang terluka untuk melakukan pelepasan dari
ego sta te
negatif yang masih melekat. 6.
Relief Pha se
adalah tahapan melakukan proses
relief
atau penenangan. Setelah melakukan proses pelepasan
ego sta te
negatif, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penenangan
relief
yaitu dengan memanggil
ego sta te
yang lebih dewasa
ma ture
dan mau mengasuh
nurturing ego state
yang terluka tadi. Bila
ego sta te
yang dewasa dan mau mengasuh tidak muncul sama sekali, maka konselor dapat memanggil
ego sta te
introject yang lebih dewasa dan mau mengasuh
ego sta te
yang terluka tersebut. Caranya adalah konselor dapat meminta konseli untuk memanggil bagian dari konseli yang lebih dewasa dan matang kemudian beri nama
ego sta te
tersebut.
F. Sesi Intervensi