Sesi Intervensi T BP 1201308 Appendix3dan4

Gian Sugiana Sugara, 2014 Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terpendam. Secara khusus ego sta te yang mengekpresikan emosi tersebut harus ego sta te yang terluka. 5. Remova l Pha se adalah tahapan dimana konselor melakukan remova l atau pelepasan. Setelah proses mengekspresikan perasaan selesai, dilakukan proses removal atau pelepasan rasa kesal. Konselor harus membantu ego sta te yang terluka untuk melakukan pelepasan dari ego sta te negatif yang masih melekat. 6. Relief Pha se adalah tahapan melakukan proses relief atau penenangan. Setelah melakukan proses pelepasan ego sta te negatif, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penenangan relief yaitu dengan memanggil ego sta te yang lebih dewasa ma ture dan mau mengasuh nurturing ego state yang terluka tadi. Bila ego sta te yang dewasa dan mau mengasuh tidak muncul sama sekali, maka konselor dapat memanggil ego sta te introject yang lebih dewasa dan mau mengasuh ego sta te yang terluka tersebut. Caranya adalah konselor dapat meminta konseli untuk memanggil bagian dari konseli yang lebih dewasa dan matang kemudian beri nama ego sta te tersebut.

F. Sesi Intervensi

Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama empat sesi. Penentuan jumlah sesi ini merujuk pada prinsip konseling ego state yang singkat serta acuan dari pendapat Gordon Emmerson. Setiap sesi dilakukan selama 50 menit. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Adapun gambaran mengenai sesi konseling ego state dalam mengelola kemarahan adalah sebagai berikut Sesi ke-1 Sesi pertama ini merupakan pembuka dan pengenalan dari konseling ego state . Tujuan dari sesi ini adalah membangun hubungan yang positif dengan konseli, serta mengenalkan intervensi kepada konseli dan kemampuan apa yang akan konseli peroleh. Konselor melakukan wawancara kepada konseli untuk Gian Sugiana Sugara, 2014 Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengeksplorasi pengalaman kemarahan konseli. Selanjutnya konselor mengenalkan konseli mengenai peran ego state ketika konseli mengalami kemarahan. Target dalam sesi ini adalah konseli terlibat aktif dalam sesi konseling ego state dan mengetahui peranan ego state dalam mengelola kemarahan. Diakhir sesi, klien diminta untuk menuliskan perasaannya dalam lembar “Homework” Sesi ke-2 Sesi kedua bertujuan untuk mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola. Pada sesi ini konselor melakukan terlebih dahulu evaluasi terhadap perasaan marah selama seminggu dan berdiskusi mengenai “Homework” yang dikerjakan oleh konseli. Kemudian pada sesi ini, konselor mengakses ego state marah kemudian melakukan regresi untuk mengetahui pertama kali munculnya ego state marah dan melakukan proses ekspresi dan pelepasan terhadap emosi negatif yang dirasakan. Setelah itu, dilakukan proses penanganan dengan mencari ego state yang lebih dewasa dan dapat membantu ego state marah menjadi lebih tenang. Target pada sesi ini adalah siswa mampu mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola. Sesi ke-3 Sesi ketiga dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap perasaan marah yang dirasakan dan „homework‟ yang dikerjakan konseli dalam satu minggu. Sesi ketiga bertujuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat. Pada sesi ini, konselor melakukan proses konseling ego state menggunakan teknik kursi kosong empty chair . Pertama konselor mengakses ego state asertif yang pernah dialami oleh konseli di masa lalu setelah itu memberi ego state tersebut dan menyediakan kursi kosong yang mewakili ego state asertif. Setelah itu melakukan negosiai dengan ego state asertif bahwa ego state asertif akan muncul dan membantu konseli ketika konseli memiliki perasaan negatif Gian Sugiana Sugara, 2014 Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sehingga dapat membantu konseli untuk melepaskan perasaan negatif secara tepat. Setelah itu, konselor membantu konseli untuk mendatangkan ego state marah dan menyediakan satu kursi kosong yang mewakili sebagai ego state marah. Setelah itu, konselor memfasilitasi ego state asertif dan ego state marah untuk berkomunikasi sehingga menemukan kesepakatan bahwa ego state marah memberikan izin kepada ego asertif untuk membantu ego state marah ketika mengalami masalah. Selanjutnya, konselor membantu konseli untuk mendatangkan ego state bijak yang bisa bekerjasama dengan ego state asertif dalam membantu ego state marah. Target pada sesi ini adalah konseli memiliki kemampuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat. Sesi ke-4 Sesi keempat merupakan sesi terakhir. Sesi ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauhamana perubahan yang dirasakan. Dalam sesi ini, konselor dengan konseli terlibat aktif untuk diskusi mengenai proses konseling yang telah dilakukan dan „homework‟ yang telah dikerjakan.

G. Indikator Keberhasilan