Gian Sugiana Sugara, 2014
Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu terpendam. Secara khusus
ego sta te
yang mengekpresikan emosi tersebut harus
ego sta te
yang terluka. 5.
Remova l Pha se
adalah tahapan dimana konselor melakukan
remova l
atau pelepasan. Setelah proses mengekspresikan perasaan selesai, dilakukan proses removal atau
pelepasan rasa kesal. Konselor harus membantu
ego sta te
yang terluka untuk melakukan pelepasan dari
ego sta te
negatif yang masih melekat. 6.
Relief Pha se
adalah tahapan melakukan proses
relief
atau penenangan. Setelah melakukan proses pelepasan
ego sta te
negatif, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penenangan
relief
yaitu dengan memanggil
ego sta te
yang lebih dewasa
ma ture
dan mau mengasuh
nurturing ego state
yang terluka tadi. Bila
ego sta te
yang dewasa dan mau mengasuh tidak muncul sama sekali, maka konselor dapat memanggil
ego sta te
introject yang lebih dewasa dan mau mengasuh
ego sta te
yang terluka tersebut. Caranya adalah konselor dapat meminta konseli untuk memanggil bagian dari konseli yang lebih dewasa dan matang kemudian beri nama
ego sta te
tersebut.
F. Sesi Intervensi
Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama empat sesi. Penentuan jumlah sesi ini merujuk pada prinsip konseling ego state yang singkat serta acuan dari
pendapat Gordon Emmerson. Setiap sesi dilakukan selama 50 menit. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Adapun
gambaran mengenai sesi konseling ego state dalam mengelola kemarahan adalah sebagai berikut
Sesi ke-1
Sesi pertama ini merupakan pembuka dan pengenalan dari konseling ego state
.
Tujuan dari sesi ini adalah membangun hubungan yang positif dengan konseli, serta mengenalkan intervensi kepada konseli dan kemampuan apa yang
akan konseli peroleh. Konselor melakukan wawancara kepada konseli untuk
Gian Sugiana Sugara, 2014
Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
mengeksplorasi pengalaman
kemarahan konseli.
Selanjutnya konselor
mengenalkan konseli mengenai peran ego state ketika konseli mengalami kemarahan. Target dalam sesi ini adalah konseli terlibat aktif dalam sesi konseling
ego state dan mengetahui peranan ego state dalam mengelola kemarahan. Diakhir sesi, klien diminta untuk menuliskan perasaannya dalam lembar “Homework”
Sesi ke-2
Sesi kedua bertujuan untuk mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola. Pada sesi ini konselor melakukan terlebih dahulu evaluasi
terhadap perasaan marah selama seminggu dan berdiskusi mengenai “Homework” yang dikerjakan oleh konseli. Kemudian pada sesi ini, konselor mengakses ego
state marah kemudian melakukan regresi untuk mengetahui pertama kali munculnya ego state marah dan melakukan proses ekspresi dan pelepasan
terhadap emosi negatif yang dirasakan. Setelah itu, dilakukan proses penanganan dengan mencari ego state yang lebih dewasa dan dapat membantu ego state marah
menjadi lebih tenang. Target pada sesi ini adalah siswa mampu mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola.
Sesi ke-3
Sesi ketiga dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap perasaan marah yang dirasakan dan „homework‟ yang dikerjakan konseli dalam satu minggu. Sesi
ketiga bertujuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat. Pada sesi ini, konselor melakukan proses konseling ego state
menggunakan teknik kursi kosong
empty chair
. Pertama konselor mengakses ego state asertif yang pernah dialami oleh konseli di masa lalu setelah itu memberi
ego state tersebut dan menyediakan kursi kosong yang mewakili ego state asertif. Setelah itu melakukan negosiai dengan ego state asertif bahwa ego state asertif
akan muncul dan membantu konseli ketika konseli memiliki perasaan negatif
Gian Sugiana Sugara, 2014
Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
sehingga dapat membantu konseli untuk melepaskan perasaan negatif secara tepat. Setelah itu, konselor membantu konseli untuk mendatangkan ego state marah dan
menyediakan satu kursi kosong yang mewakili sebagai ego state marah. Setelah itu, konselor memfasilitasi ego state asertif dan ego state marah untuk
berkomunikasi sehingga menemukan kesepakatan bahwa ego state marah memberikan izin kepada ego asertif untuk membantu ego state marah ketika
mengalami masalah.
Selanjutnya, konselor
membantu konseli
untuk mendatangkan ego state bijak yang bisa bekerjasama dengan ego state asertif
dalam membantu ego state marah. Target pada sesi ini adalah konseli memiliki kemampuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan
secara tepat.
Sesi ke-4
Sesi keempat merupakan sesi terakhir. Sesi ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauhamana perubahan yang dirasakan. Dalam sesi ini, konselor
dengan konseli terlibat aktif untuk diskusi mengenai proses konseling yang telah dilakukan dan „homework‟ yang telah dikerjakan.
G. Indikator Keberhasilan