Proses Produksi Bibit Pinus merkusii Jungh et de Vriese di Persemaian Kitren, KPH Surakarta, Perum Perhutani Unit I Jawa
Wawan Mufti Sarjono (E01495063), Proses Produksi Bibit Pinus merkusii Jungh et de Vriese di
Persemaian Kitren, KPH Surakarta, Perum Perhutani Unit I Jawa, di bawah bimbingan lr. Prijanto
Pamoengkas, MSG.
'
Pembangunan kehutanan Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan kayu yang
cenderung meningkat baik untuk kepeduan di dalam maupun di luar negeri. Oieh karena itu pemerintah melalui
Departemen Kehutanan sejak tahun 1984 telah merintis program baru di bidang kehutanan yaitu pembangunan
Hutan Tanaman lndustri yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasii hutan yang teius
meningkat.
Dalam rangka merealisasikan program ini tentu saja diperlukan bibit dalam jumlah banyak dan
berkualitas baik. Penyiapan bibit dengan baik bertujuan agar nantinya akan didapatkan tanaman yang sehat,
seragam, cukup umur, dan jumlah bibit y n g memadai untuk kegiatan penanaman tersebut.
Dalam pengadaan bibit, bidang persemaian merupakan kegiatan penting yang hams dilakukan pada
awal kegiatan dalam program penanaman. Komponen penting yang hams diperhatikan dalam pembangunan
persemaian mulai dari penanganan benih sampai pemelihaman bibit haws dikejakan secara cermat dan teliti
yang didasarkan pada tata waktu yang tepat.
Untuk memperolehbibit berkualitas tinggi dalam jumlah memadai dan tata waktu yang tepat diperlukan
suatu kajian kegiatan persemaian. Kajian persemaian yang menyangkut pmduksi bibit sangat diperlukan dalam
rangka pembinaan terhadap persemaian. Di samping itu, ha1 lain yang hams diperhatikan adalah mengenai
aspek mutu benih. Hal tersebut juga akan menentukan kualitas bibit yang dihasilkan.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengkaji manajemen persemaian Pinus merkusii Jungh et de
Vriese, di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. KPH surakarta, BKPH Putwantom, RPH Kitren petak 18 b. Selain
melakukan magang, penulis juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas
maupun kuantitas buah dan benih Pinus merkusii yang berasal dari Areal Produksi Benih (APE) dan kualitas
benih Pinus merkusiilokai Purwantom, L a w Utam, dan L a w Selatan.
Kegiatan magangdan penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai bulan 10 Maret 1999
sampai 10 Juni 1999 dengan waMu keja 8jam per hari. Tempat kegiatan magang ini adalah di Penrm Perhutani
Unit I Jawa Tengah KPH Sumkarta, BKPH Punvantom, RPH Kitren, yang berada di wilayah Desa Sambirejo,
Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Woncgiri, Propinsi Jawa Tengah. Materi magang meliputi pengelolaan
kegiatan persemaian Pinus merkosii mulai dari pembuatan persemaian, penabumn benih, penyediaan media,
penyapihan bibit, dan pemeliharaan bibit.
Bahan yaw akan digunakan selama pelaksanaan magang ini antara lain adalah areal persemaian
pinus, benih pinus, serasah pinus, kompos. Sedangkan alat yang digunakan selama pelaksanaan magang
antara lain ayakan, goiok, polybag, bangunan semai, areal penaburan benih, areal penyapihan, kaliper, dan
mistar.
Kegiatan magang ini dilakukan dalam kegiatan pencarian data antam lain dengan cam pengamatan
langsung, praktek, dan wawancam. Dalam ha1 ini pelaksana magang akan mempelajari dan langsung
mempmktekkan carwara pengelolaan persemaian. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pelaksana magang
akan mengikuti kebijakan dalam ha1 ini menyangkut kesesuaian sistem pengeiolaan yang dilakukan perusahaan
dengan latar belakang dan tujuan pengelolaan serta pembuatan tanaman.
Dalam bidang persemaian mernerlukan tahapantahapan yang haus dikejakan secara benar, karena
bibit dari persemaian nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tegakan di iapangan. Syarat
suatu lokasi yang digunakan untuk persemaian adalah tempat yang relatif datar, dekat dengan sumber air,
transportasi mudah tejangkau dari lokasi persemaian dan dekat dengan sumber tenaga keja. Data dan
lnformasi tambahan lainnya yang berkaitan dengan kelayakan persemaian ditinjau dari tapak persemaian, benih,
media tabur, media semai, air, wadah, pupuk dan obat-obatan, tenaga keja, pmses pmduksi, stnrktur organisasi
persemaian serta pasar. Dengan menganalisa data tersebut diharapkan kendala dan pernasalahan yang ada
akan dapat dipecahkan dan dicarikan solusinya.
Sedangkan untuk kajian khususlpenelitiannya bahan-bahan yang diperlukan antara lain buah yang
telah masak secara fisiolcgis Pinus rnerkosidari tegakan Areal Produksi Benih dan buah dari tegakan penghasil
benih lokal (3 lokasi), kertas merang atau kapas, air mineral. Sedangkan alat-alat yarig dibutuhkan antara lain
aiat perkecambahan model iPBi73-2 A-B atau Germinator, cawan petri, aiat pengering buahlrofary drum, aiat
ukur (penggaris, meteran, ataupun caliper), aiat tuiis, serta aiat pemotongluntuk mengunduh buah.
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut : dari keempat iokasi pengumpulan buah yaitu APB,
tegakan pinus di RPH Kitren BKPH Punvantoto, RPH Tambak BKPH L a w Utara, dan RPH Pialar BKPH L a w
Seiatan, ditentukan pohon-pohon yang akan diunduh buahnya secara acak, Masing-masing iokasi ditentukan 10
pohon yang berbeda secara acak dengan metode pengambiian contoh purpossive sampling, masing-masing
pohon sebagai ulangan dari setiap lokasi. Seteiah itu b a diunduh
~
buahnya, masing-masing pohon diambii 5
buahnya yang teiah masak secara fisiolqis.
Seliap o-an aiuKur panjang dan diamelemya, seringga aaapalitan data rala-ra~ad'ameler dan panjang
bush seliap pohonnya, itemud'an Uiouat perhit-ngan Sia.k RagamlANOVA dengan lokas' asai ouah seoaga.
perlakuan dan pohon dari masing-masing lokasi sebagai ulangannya. Rancangan percobaan yang dilakukan
adalah Rancangan Acak Lengkap. Buah tersebut diambil benihnya, kemudian dicali hubungan antara diameter
dan panjang buah dengan jumlah benihibenih untuk masing-masing iokasi asai benih. Kemudian benih
dikeringkan sampai didapatkan benih dengan kadar air 8-10%. Benih tersebut dikecambahkan dengan metode
Uji Di atas Kertas (UDK), Daya kecambahlviabilitas benih dinyatakan dalam persen. Daya kecambah benih
didapatkan dari jumlah benih yang berkecambah dibagi jumlah benih yang dikecambahkan dan dikaiikan 100%.
A. Kajian umudmagang
Keberadaan persemaian Kitren yang terletak di petak 18 b ini secara umum sudah cukup memadai,
meskipun masih ada beberapa kendaia sepeiti menurunnya kuaiitas benih, keteriambatan pekejaan, dan
pengangkutan bibit ke lokasi penanaman, yang hams segera dicari alternatif pemecahannya.
Tapak persemaian ini sudah cukup memadai. Diantaranya luasan yang dapat mendukung kapasitas
produksi hingga 800.000 bibit, sumber air yang mudah didapat dan cukup untuk penyiraman, serta asesibiiitas
yang terjangkau dan mudah dalam mendapatkantenaga kerja, kemiringannya mencapai 15%.
Jenis-jenis yang dikembangkan dalam persemaian ini antara lain pinus (Pinus merkusii), Mahoni
(Swietenia mahagon,), Mimbo (Azadiracta indica), Cyclo, Sonokeiing (Dalbergia iafifoiia), Johar (Caesia siamea),
dan Gmeiina arborea, sedangkan pengadaanya didatangkan dari P e ~ m
Perhutani Unit I jawa Tengah, Biro
Pembinaan Hutan di Semarang. Selain perbanyakan dengan menggunakan benih, persemaian ini juga
melakukan pengembangbiakkantanaman dengan menggunakan metode vegetatif. Metode vegetatif yang sudah
pemah dicoba adaiah stek pucuk Gmeiina yang pada tahun 1998 yang menghasilkan stek sebanyak 6000 bibit,
dan pada tahun yang sama telah dicoba stekakar sonokeling dan menghasilkan stek sebanyak 55.000 bibit.
Media tabur yang digunakan adaiah topsoil yang dihaluskan dengan cam digebms. Sedangkan media
semai yang dipakai adaiah campuran topsoil dati bawah tegakan pinus dewasa dan kompos dengan
perbandingan 3 : 1. Sifat fisik media semainya mempunyai kelas tekstur tanah liat (iempung) sangat halus
dengan kandungan iiatnya yang tinggi yaitu 6656,sedangkan kandungan pasimya 3%, serta kandungan debunya
31%. Unfuk sifat kimia pada media semainya kurang mengandung cukup bahan organik, karena memiliki
kandungan C dan N yang rendah yaitu 1,3% dan 0,14%. Untuk itu perlu dilakukan pemupukan, pupuk yang
digunakan adalah pupuk kompos bokasi dan pupuk daun solid yang pengadaannya didatangkan dari Pemm
Perhutani Unit I Jateng, Biro Pembinaan Hulan.
Struktur organisasi dalam persemaian ini dipimpin oieh seorang Kepala persemaian yang langsung
membawahi bidang Produksi bibit dan Pemeliharaan anakan. Jumiah tenaga keja yang dipekejakan adaiah 5
orang tenaga keja tetap, dan 20 orang tenaga keja borongan. Tenaga keja borongan diperoleh dari Dukuh
Dolokan Desa Watusoma Kecamatan Siogohimo, yang lokasinya reiatif dekat dengan lokasi persemaian.
Proses produksi sering tejadi keterlambatan, karena teriambatnya pengadaan wadah. Demikian juga
dengan sistem pengangkutan yang menyebabkan penurunan kualitas bibit, akibatnya kerusakan bibit dapat
mencapai 30%.
Bibit yang dihasiikan dari persemaian ini seiain untuk keperluan penanaman di Peruni Perhutani, juga
digunakan oleh berbagai instansi lain seperti Taman Satwa Tam J u ~ Surakarta,
g
UNS, dan Pemda Surakaita.
B. PENELiTiAN (Kajian Khusus)
Berdasarkan pengoiahan data ANOVA terhadap panjang mnjung buah pada setiap iokasi pengumpuian
buah didapatkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa iokasi pengumpulan buah mempengamhi
panjang runjung buah. Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa iokasi pengumpuian buah APB berbeda nyata
dengan ketiga iokasi iainnya dan memiliki panjang mnjung buah rata-rata paling besar, dimana panjang buah
rala-ratanya adaiah 8,884 cm, sedangkan lokasi pengumpuian buah iokal Punvantoro me~pakanlokasi dengan
panjang runjung buah rata-rata terendah, yaitu 7,940 cm.
Pada perhitungan ANOVA terhadap diameter mnjung buah pada setiap lokasi pengumpuian buah tidak
terdapat perbedaan yang nyata, jadi iokasi pengumpulan buah tidak berpengaruh terhadap diameter wnjung
buah. Sedangkan perhitungan ANOVA terhadap daya kecambah benih pada setiap iokasi pengumpulan buah
menunjukkan beda yang nyata, ha1 ini beralti bahwa iokasi pengumpulan buah berpengamh terhadap daya
kecambah benih masing-masing lokasi pengumpulan buah. Lokasi pengumpulan buah APB mempakan lokasi
dengan daya kecambah rata-rata paling tinggi yaitu 88,2%, sedangkan iokasi dengan daya kecambah terendah
adaiah lokasi pengumpuian buah lokai Pumntoro, yaitu 75,6%.
Untuk meiihat ada tidaknya hubungan antara panjang dan diameter mnjung buah dengan jumiah
benihnya, diiakukan anaiisis sidik ragam terhadap panjang dan diameter mnjung buah dengan jumlah benih.
Hasilnya menunjukkan bahwa panjang runjung buah berpengamh terhadap jumiah benih setiap buahnya,
demikian halnya dengan diameter runjung buah, jumiah benih dipenga~hioleh diameter mnjung buah. Semakin
tinggi panjang dan dimeter mnjung buah maka semakin tinggi juga jumiah benihnya, demikian juga sebaiiknya.
Lokasi pengumpuian buah APE dengan kelas umur 8 mempakan iokasi penghasil buah dan benih yang
paling baik, ha1 ini karena tegakan pada kelas umur tersebut telah melampaui masa pembentukan vegetatif
tercepatnya, sehingga karbohidrat hasil fotosintesis lebih banyak terkonsentrasi pada pembentukan buah dan
benih. Hal ini berbeda dengan iokasi lokai Pumntoro, L a w Utara, dan L a w Seiatan, yang masing-masing
bemmur 16 tahun, 19 tahun dan 20 tahun (semuanya pada kelas umur 4), tegakan pada kelas umur tersebut
masih terkonsentrasi pada pembentukanvegetatif pohon sehingga buah dan benih yang dihasiikan rnasih kurang
memadai.
Di samping itu perfakuan terhadap tegakan pada lokasi APE sangat berpengawh terhadap pmduksi
benihnya, diantaranya penjarangan. Penjaranganini bertujuan untuk mendapatkantegakan yang reiatif seragam,
baik daiam ha1 bentuk batang, keiumsan batang, diameter, percabangan, rnaupun tinggi pohonnya. Diharapkan
nantinya akan menghasiikan benih yang berkuaiitas baik dan seragam. Penjamngan yang dilakukan adalah
dengan rnenebangpohonpohon yang tidak diinginkan seperti bentuk batang yang kurang baik, kumng iuws,
tajuk sedikit, terkena penyakit, tinggi dan diameter yang tidak seragam dengan yang lainnya. Penebangan juga
diiakukan terhadap pohonpohon lain yang berada dalam lokasi APB yang tajuknya dapat mengganggu
penyerbukan pohonpohon daiam APB atau memungkinkan tejadinya penyerbukan dengan pohonpohon daiam
APB tersebut (Perhutani, 1994). Sehingga didapatkan tegakan dengan 100-125 pohon perhektar.
Dengan penjarangan iniiah didapatkan tajuk yang dorninan untuk setiap pohonnya (tidak adanya
persaingan tajuk), sehingga dimungkinkan tejadinya fotosintesis yang optimal untuk pembentukan karbohidrat.
Menurut Goodman dalam Airasjid (1983) tajuk yang dominan akan menghasiikan karbohidrat lebih banyak
daripada yang berdesakdesakan dan keadaan ini berperan daiam pmduksi benih.
Dengan adanya karbohidrat yang lebih banyak iniiah maka produksi buah dan benih APE akan lebih
baik dibandingkan dengan lokasi pengumpulan buah lokal. Aiokasilkonsentrasi karbohidrat yang lebih ditujukan
untuk pembentukan buah dan benih. Kuantilas benih ditentukan oleh panjang dan diameter mnjung buah,
semakin besar buahnya semakin banyak pula benihnya. Sedangkan kualitas yang baik diiihat pada daya
kecambah yang lebih besar persentase tumbuhnya.
Untuk ketiga iokasi pengumpulan buah iokal baik panjang dan diameter runjung buah, maupun daya
kecambahnya reiatif seragam dan tidakiah berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa ketiga lokasi tersebut tidak
berpengamh terhadap kuantitas benih dan kyaiitas benih (daya kecambah). Hal ini disebabkan karena ketiga
iokasi tersebut memiliki umur yang reiatif serggam (kelas umur 4) dan kondisi lingkungan yang reiatif seragam.
Tajuk yang berdesakan membuat produksi karbohidrat yang tidak maksimal, dan umur yang reiatif masih dalam
tahap pertumbuhan tercepat menjadikan tegakan pada ketiga lokasi tersebut lebih memprioritaskan karbohidrat
hasil fotosintesisnya untuk pertumbuhan vegetatifnya (batang, akar dan daun). Sehingga produksi buah dan
benihnya kumng baik d~bandingdengan lokasi APB.
Kesimpuian yang dapat diambii dari uraian di atas antara lain daiam rangka pengembangan
persemaian ada beberapa hai yang perlu mendapat perhatian, untuk rnernpemieh bibit yang berkuaiitas maka
benih yang digunakan di persemaian hams berasal dari Areal Pmduksl Benih, ketepatan waktu penyediaan
material (benihlwadah) hams direncanakan secara matang dengan memperhatikanjadwal produksi bibit, serta
daiam rangka pengembangan sumber daya manusia maka perlu diadakan peiatihan baik mengenai pembibitan
maupun manajemen persemaian kepada pekeja tetap persemaian. Demikian halnya dari kajian khususnya,
menunjukkan bahwa benih hasil APE mempunyai ukuran buah (panjang dan diameter wnjung buah), jumiah
benih, dan daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan benih dari tegakan sekitar lokasi persemaian. Dengan
demikian benih dari lokasi APB ini mempakan benih yang paling baik untuk digunakan dalam persemaian.
Persemaian Kitren, KPH Surakarta, Perum Perhutani Unit I Jawa, di bawah bimbingan lr. Prijanto
Pamoengkas, MSG.
'
Pembangunan kehutanan Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan kayu yang
cenderung meningkat baik untuk kepeduan di dalam maupun di luar negeri. Oieh karena itu pemerintah melalui
Departemen Kehutanan sejak tahun 1984 telah merintis program baru di bidang kehutanan yaitu pembangunan
Hutan Tanaman lndustri yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasii hutan yang teius
meningkat.
Dalam rangka merealisasikan program ini tentu saja diperlukan bibit dalam jumlah banyak dan
berkualitas baik. Penyiapan bibit dengan baik bertujuan agar nantinya akan didapatkan tanaman yang sehat,
seragam, cukup umur, dan jumlah bibit y n g memadai untuk kegiatan penanaman tersebut.
Dalam pengadaan bibit, bidang persemaian merupakan kegiatan penting yang hams dilakukan pada
awal kegiatan dalam program penanaman. Komponen penting yang hams diperhatikan dalam pembangunan
persemaian mulai dari penanganan benih sampai pemelihaman bibit haws dikejakan secara cermat dan teliti
yang didasarkan pada tata waktu yang tepat.
Untuk memperolehbibit berkualitas tinggi dalam jumlah memadai dan tata waktu yang tepat diperlukan
suatu kajian kegiatan persemaian. Kajian persemaian yang menyangkut pmduksi bibit sangat diperlukan dalam
rangka pembinaan terhadap persemaian. Di samping itu, ha1 lain yang hams diperhatikan adalah mengenai
aspek mutu benih. Hal tersebut juga akan menentukan kualitas bibit yang dihasilkan.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengkaji manajemen persemaian Pinus merkusii Jungh et de
Vriese, di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. KPH surakarta, BKPH Putwantom, RPH Kitren petak 18 b. Selain
melakukan magang, penulis juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas
maupun kuantitas buah dan benih Pinus merkusii yang berasal dari Areal Produksi Benih (APE) dan kualitas
benih Pinus merkusiilokai Purwantom, L a w Utam, dan L a w Selatan.
Kegiatan magangdan penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai bulan 10 Maret 1999
sampai 10 Juni 1999 dengan waMu keja 8jam per hari. Tempat kegiatan magang ini adalah di Penrm Perhutani
Unit I Jawa Tengah KPH Sumkarta, BKPH Punvantom, RPH Kitren, yang berada di wilayah Desa Sambirejo,
Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Woncgiri, Propinsi Jawa Tengah. Materi magang meliputi pengelolaan
kegiatan persemaian Pinus merkosii mulai dari pembuatan persemaian, penabumn benih, penyediaan media,
penyapihan bibit, dan pemeliharaan bibit.
Bahan yaw akan digunakan selama pelaksanaan magang ini antara lain adalah areal persemaian
pinus, benih pinus, serasah pinus, kompos. Sedangkan alat yang digunakan selama pelaksanaan magang
antara lain ayakan, goiok, polybag, bangunan semai, areal penaburan benih, areal penyapihan, kaliper, dan
mistar.
Kegiatan magang ini dilakukan dalam kegiatan pencarian data antam lain dengan cam pengamatan
langsung, praktek, dan wawancam. Dalam ha1 ini pelaksana magang akan mempelajari dan langsung
mempmktekkan carwara pengelolaan persemaian. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pelaksana magang
akan mengikuti kebijakan dalam ha1 ini menyangkut kesesuaian sistem pengeiolaan yang dilakukan perusahaan
dengan latar belakang dan tujuan pengelolaan serta pembuatan tanaman.
Dalam bidang persemaian mernerlukan tahapantahapan yang haus dikejakan secara benar, karena
bibit dari persemaian nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tegakan di iapangan. Syarat
suatu lokasi yang digunakan untuk persemaian adalah tempat yang relatif datar, dekat dengan sumber air,
transportasi mudah tejangkau dari lokasi persemaian dan dekat dengan sumber tenaga keja. Data dan
lnformasi tambahan lainnya yang berkaitan dengan kelayakan persemaian ditinjau dari tapak persemaian, benih,
media tabur, media semai, air, wadah, pupuk dan obat-obatan, tenaga keja, pmses pmduksi, stnrktur organisasi
persemaian serta pasar. Dengan menganalisa data tersebut diharapkan kendala dan pernasalahan yang ada
akan dapat dipecahkan dan dicarikan solusinya.
Sedangkan untuk kajian khususlpenelitiannya bahan-bahan yang diperlukan antara lain buah yang
telah masak secara fisiolcgis Pinus rnerkosidari tegakan Areal Produksi Benih dan buah dari tegakan penghasil
benih lokal (3 lokasi), kertas merang atau kapas, air mineral. Sedangkan alat-alat yarig dibutuhkan antara lain
aiat perkecambahan model iPBi73-2 A-B atau Germinator, cawan petri, aiat pengering buahlrofary drum, aiat
ukur (penggaris, meteran, ataupun caliper), aiat tuiis, serta aiat pemotongluntuk mengunduh buah.
Metode yang digunakan adalah sebagai berikut : dari keempat iokasi pengumpulan buah yaitu APB,
tegakan pinus di RPH Kitren BKPH Punvantoto, RPH Tambak BKPH L a w Utara, dan RPH Pialar BKPH L a w
Seiatan, ditentukan pohon-pohon yang akan diunduh buahnya secara acak, Masing-masing iokasi ditentukan 10
pohon yang berbeda secara acak dengan metode pengambiian contoh purpossive sampling, masing-masing
pohon sebagai ulangan dari setiap lokasi. Seteiah itu b a diunduh
~
buahnya, masing-masing pohon diambii 5
buahnya yang teiah masak secara fisiolqis.
Seliap o-an aiuKur panjang dan diamelemya, seringga aaapalitan data rala-ra~ad'ameler dan panjang
bush seliap pohonnya, itemud'an Uiouat perhit-ngan Sia.k RagamlANOVA dengan lokas' asai ouah seoaga.
perlakuan dan pohon dari masing-masing lokasi sebagai ulangannya. Rancangan percobaan yang dilakukan
adalah Rancangan Acak Lengkap. Buah tersebut diambil benihnya, kemudian dicali hubungan antara diameter
dan panjang buah dengan jumlah benihibenih untuk masing-masing iokasi asai benih. Kemudian benih
dikeringkan sampai didapatkan benih dengan kadar air 8-10%. Benih tersebut dikecambahkan dengan metode
Uji Di atas Kertas (UDK), Daya kecambahlviabilitas benih dinyatakan dalam persen. Daya kecambah benih
didapatkan dari jumlah benih yang berkecambah dibagi jumlah benih yang dikecambahkan dan dikaiikan 100%.
A. Kajian umudmagang
Keberadaan persemaian Kitren yang terletak di petak 18 b ini secara umum sudah cukup memadai,
meskipun masih ada beberapa kendaia sepeiti menurunnya kuaiitas benih, keteriambatan pekejaan, dan
pengangkutan bibit ke lokasi penanaman, yang hams segera dicari alternatif pemecahannya.
Tapak persemaian ini sudah cukup memadai. Diantaranya luasan yang dapat mendukung kapasitas
produksi hingga 800.000 bibit, sumber air yang mudah didapat dan cukup untuk penyiraman, serta asesibiiitas
yang terjangkau dan mudah dalam mendapatkantenaga kerja, kemiringannya mencapai 15%.
Jenis-jenis yang dikembangkan dalam persemaian ini antara lain pinus (Pinus merkusii), Mahoni
(Swietenia mahagon,), Mimbo (Azadiracta indica), Cyclo, Sonokeiing (Dalbergia iafifoiia), Johar (Caesia siamea),
dan Gmeiina arborea, sedangkan pengadaanya didatangkan dari P e ~ m
Perhutani Unit I jawa Tengah, Biro
Pembinaan Hutan di Semarang. Selain perbanyakan dengan menggunakan benih, persemaian ini juga
melakukan pengembangbiakkantanaman dengan menggunakan metode vegetatif. Metode vegetatif yang sudah
pemah dicoba adaiah stek pucuk Gmeiina yang pada tahun 1998 yang menghasilkan stek sebanyak 6000 bibit,
dan pada tahun yang sama telah dicoba stekakar sonokeling dan menghasilkan stek sebanyak 55.000 bibit.
Media tabur yang digunakan adaiah topsoil yang dihaluskan dengan cam digebms. Sedangkan media
semai yang dipakai adaiah campuran topsoil dati bawah tegakan pinus dewasa dan kompos dengan
perbandingan 3 : 1. Sifat fisik media semainya mempunyai kelas tekstur tanah liat (iempung) sangat halus
dengan kandungan iiatnya yang tinggi yaitu 6656,sedangkan kandungan pasimya 3%, serta kandungan debunya
31%. Unfuk sifat kimia pada media semainya kurang mengandung cukup bahan organik, karena memiliki
kandungan C dan N yang rendah yaitu 1,3% dan 0,14%. Untuk itu perlu dilakukan pemupukan, pupuk yang
digunakan adalah pupuk kompos bokasi dan pupuk daun solid yang pengadaannya didatangkan dari Pemm
Perhutani Unit I Jateng, Biro Pembinaan Hulan.
Struktur organisasi dalam persemaian ini dipimpin oieh seorang Kepala persemaian yang langsung
membawahi bidang Produksi bibit dan Pemeliharaan anakan. Jumiah tenaga keja yang dipekejakan adaiah 5
orang tenaga keja tetap, dan 20 orang tenaga keja borongan. Tenaga keja borongan diperoleh dari Dukuh
Dolokan Desa Watusoma Kecamatan Siogohimo, yang lokasinya reiatif dekat dengan lokasi persemaian.
Proses produksi sering tejadi keterlambatan, karena teriambatnya pengadaan wadah. Demikian juga
dengan sistem pengangkutan yang menyebabkan penurunan kualitas bibit, akibatnya kerusakan bibit dapat
mencapai 30%.
Bibit yang dihasiikan dari persemaian ini seiain untuk keperluan penanaman di Peruni Perhutani, juga
digunakan oleh berbagai instansi lain seperti Taman Satwa Tam J u ~ Surakarta,
g
UNS, dan Pemda Surakaita.
B. PENELiTiAN (Kajian Khusus)
Berdasarkan pengoiahan data ANOVA terhadap panjang mnjung buah pada setiap iokasi pengumpuian
buah didapatkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa iokasi pengumpulan buah mempengamhi
panjang runjung buah. Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa iokasi pengumpuian buah APB berbeda nyata
dengan ketiga iokasi iainnya dan memiliki panjang mnjung buah rata-rata paling besar, dimana panjang buah
rala-ratanya adaiah 8,884 cm, sedangkan lokasi pengumpuian buah iokal Punvantoro me~pakanlokasi dengan
panjang runjung buah rata-rata terendah, yaitu 7,940 cm.
Pada perhitungan ANOVA terhadap diameter mnjung buah pada setiap lokasi pengumpuian buah tidak
terdapat perbedaan yang nyata, jadi iokasi pengumpulan buah tidak berpengaruh terhadap diameter wnjung
buah. Sedangkan perhitungan ANOVA terhadap daya kecambah benih pada setiap iokasi pengumpulan buah
menunjukkan beda yang nyata, ha1 ini beralti bahwa iokasi pengumpulan buah berpengamh terhadap daya
kecambah benih masing-masing lokasi pengumpulan buah. Lokasi pengumpulan buah APB mempakan lokasi
dengan daya kecambah rata-rata paling tinggi yaitu 88,2%, sedangkan iokasi dengan daya kecambah terendah
adaiah lokasi pengumpuian buah lokai Pumntoro, yaitu 75,6%.
Untuk meiihat ada tidaknya hubungan antara panjang dan diameter mnjung buah dengan jumiah
benihnya, diiakukan anaiisis sidik ragam terhadap panjang dan diameter mnjung buah dengan jumlah benih.
Hasilnya menunjukkan bahwa panjang runjung buah berpengamh terhadap jumiah benih setiap buahnya,
demikian halnya dengan diameter runjung buah, jumiah benih dipenga~hioleh diameter mnjung buah. Semakin
tinggi panjang dan dimeter mnjung buah maka semakin tinggi juga jumiah benihnya, demikian juga sebaiiknya.
Lokasi pengumpuian buah APE dengan kelas umur 8 mempakan iokasi penghasil buah dan benih yang
paling baik, ha1 ini karena tegakan pada kelas umur tersebut telah melampaui masa pembentukan vegetatif
tercepatnya, sehingga karbohidrat hasil fotosintesis lebih banyak terkonsentrasi pada pembentukan buah dan
benih. Hal ini berbeda dengan iokasi lokai Pumntoro, L a w Utara, dan L a w Seiatan, yang masing-masing
bemmur 16 tahun, 19 tahun dan 20 tahun (semuanya pada kelas umur 4), tegakan pada kelas umur tersebut
masih terkonsentrasi pada pembentukanvegetatif pohon sehingga buah dan benih yang dihasiikan rnasih kurang
memadai.
Di samping itu perfakuan terhadap tegakan pada lokasi APE sangat berpengawh terhadap pmduksi
benihnya, diantaranya penjarangan. Penjaranganini bertujuan untuk mendapatkantegakan yang reiatif seragam,
baik daiam ha1 bentuk batang, keiumsan batang, diameter, percabangan, rnaupun tinggi pohonnya. Diharapkan
nantinya akan menghasiikan benih yang berkuaiitas baik dan seragam. Penjamngan yang dilakukan adalah
dengan rnenebangpohonpohon yang tidak diinginkan seperti bentuk batang yang kurang baik, kumng iuws,
tajuk sedikit, terkena penyakit, tinggi dan diameter yang tidak seragam dengan yang lainnya. Penebangan juga
diiakukan terhadap pohonpohon lain yang berada dalam lokasi APB yang tajuknya dapat mengganggu
penyerbukan pohonpohon daiam APB atau memungkinkan tejadinya penyerbukan dengan pohonpohon daiam
APB tersebut (Perhutani, 1994). Sehingga didapatkan tegakan dengan 100-125 pohon perhektar.
Dengan penjarangan iniiah didapatkan tajuk yang dorninan untuk setiap pohonnya (tidak adanya
persaingan tajuk), sehingga dimungkinkan tejadinya fotosintesis yang optimal untuk pembentukan karbohidrat.
Menurut Goodman dalam Airasjid (1983) tajuk yang dominan akan menghasiikan karbohidrat lebih banyak
daripada yang berdesakdesakan dan keadaan ini berperan daiam pmduksi benih.
Dengan adanya karbohidrat yang lebih banyak iniiah maka produksi buah dan benih APE akan lebih
baik dibandingkan dengan lokasi pengumpulan buah lokal. Aiokasilkonsentrasi karbohidrat yang lebih ditujukan
untuk pembentukan buah dan benih. Kuantilas benih ditentukan oleh panjang dan diameter mnjung buah,
semakin besar buahnya semakin banyak pula benihnya. Sedangkan kualitas yang baik diiihat pada daya
kecambah yang lebih besar persentase tumbuhnya.
Untuk ketiga iokasi pengumpulan buah iokal baik panjang dan diameter runjung buah, maupun daya
kecambahnya reiatif seragam dan tidakiah berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa ketiga lokasi tersebut tidak
berpengamh terhadap kuantitas benih dan kyaiitas benih (daya kecambah). Hal ini disebabkan karena ketiga
iokasi tersebut memiliki umur yang reiatif serggam (kelas umur 4) dan kondisi lingkungan yang reiatif seragam.
Tajuk yang berdesakan membuat produksi karbohidrat yang tidak maksimal, dan umur yang reiatif masih dalam
tahap pertumbuhan tercepat menjadikan tegakan pada ketiga lokasi tersebut lebih memprioritaskan karbohidrat
hasil fotosintesisnya untuk pertumbuhan vegetatifnya (batang, akar dan daun). Sehingga produksi buah dan
benihnya kumng baik d~bandingdengan lokasi APB.
Kesimpuian yang dapat diambii dari uraian di atas antara lain daiam rangka pengembangan
persemaian ada beberapa hai yang perlu mendapat perhatian, untuk rnernpemieh bibit yang berkuaiitas maka
benih yang digunakan di persemaian hams berasal dari Areal Pmduksl Benih, ketepatan waktu penyediaan
material (benihlwadah) hams direncanakan secara matang dengan memperhatikanjadwal produksi bibit, serta
daiam rangka pengembangan sumber daya manusia maka perlu diadakan peiatihan baik mengenai pembibitan
maupun manajemen persemaian kepada pekeja tetap persemaian. Demikian halnya dari kajian khususnya,
menunjukkan bahwa benih hasil APE mempunyai ukuran buah (panjang dan diameter wnjung buah), jumiah
benih, dan daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan benih dari tegakan sekitar lokasi persemaian. Dengan
demikian benih dari lokasi APB ini mempakan benih yang paling baik untuk digunakan dalam persemaian.