132
Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Saguling
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
T a hun
SP SS
Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Cirata
20 40
60 80
100 120
140
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
Tahun S
e di
m e
n jut
a m
3
SP SS
Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Jatiluhur
440 460
480 500
520 540
560
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun S
e d
ime n
ju ta
m3
SP SS
Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Citarum
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun S
e di
m e
n jut
a m
3
SP SS
Gambar 35. Grafik perbandingan antara volume sedimen hasil pemeruman 3
waduk dengan volume sedimen hasil simulasi Sub DAS Saguling, Sub DAS Cirata, Sub DAS Jatiluhur dan DAS Citarum Wilayah
Hulu, 1993-2003 berdasarkan tahun inisial 1993.
Tingginya laju sedimentasi tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS Citarum Wilayah Hulu sebagai akibat semakin
tingginya konversi lahan hutan menjadi penggunaan lain sehingga memperluas permukaan kedap air yang menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunkan
pengisian air bawah tanah dan meningkatkan aliran permukaan Pawitan, 2002 dalam Suryani et.al 2005. Sutono et.al 2003 dalam Kurnia et.al 2003
menyatakan bahwa sesuai dengan hasil penelitian pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap erosi di DAS Citarum, lahan hutan yang berubah
menjadi kebun campuran meningkatkan erosi 4 – 10 tonhath. Peningkatan erosi tersebut akan meningkatkan sedimen di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.
5.5. Simpulan
CH di DAS Citarum Wilayah Hulu rata-rata pada musim kemarau adalah 118,35 mm dengan keragaman 45,08 mm dan musim hujan 246,09 mm dengan
keragaman 43,85 mm. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa pada musim
133 kemarau cenderung semakin kering keragaman besar dan pada musim hujan
cenderung semakin basah keragaman kecil. Debit harian air masuk lokal DAML periode 1993-2003 mengalami
penurunan sebesar 4,67 m³dt atau 5,15 Sub DAS Saguling, 3,57 m³dt atau 4,19 Sub DAS Cirata, 7,37 m³dt atau 21,43 Sub DAS Jatiluhur dan secara
keseluruhan 15,62 m
3
dt atau 7,42 DAS Citarum Wilayah Hulu per tahun. DAML DAS Citarum Wilayah Hulu pada musim kemarau adalah 151,98 m³dt
dengan keragaman 44,45 m³dt dan musim hujan 265,40 dengan keragaman 61,64 m³dt. Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi berkurangnya fraksi hujan
yang berubah menjadi debit aliran dan menurunnya luas penutup lahan hutan di wilayah hulu DAS.
Volume air masuk lokal VAML mengalami penurunan 153,51 juta m
3
atau 5,36 Sub DAS Saguling, 112,69 juta m³ atau 4,27 Sub DAS Cirata, 232,45 juta m³ atau 22,17 Sub DAS Jatiluhur dan 498,66 juta m³ atau 7,61
DAS Citarum Wilayah Hulu. Peningkatan 1 m³dt DAML akan menyebabkan peningkatan VAML sebesar 2.613.474 m³ Sub DAS Saguling, 2.626.993 m³
Sub DAS Cirata, 2.614.727 m³ Sub DAS Jatiluhur dan 2.619.447 m³ DAS Citarum Wilayah Hulu.
Rata-rata nilai rasio Qmax-min Sub DAS Saguling sebesar 63,26, Sub DAS Cirata 178,66, Sub DAS Jatiluhur 153,90 dan keseluruhan DAS Citarum
Wilayah Hulu sebesar 131,94. Nilai rasio Qmax-min seperti ini mengindikasikan kondisi penutup lahan hutan di wilayah hulu DAS Citarum Wilayah Hulu sangat
buruk. Penambahan luas hutan menurunkan nilai rasio Qmax-min sedangkan penambahan luas permukiman menaikkan nilai rasio Qmax-min.
Debit air keluar DAK harian mengalami penurunan per tahun sebesar 3,51 m³dt atau 4,2 PLTA Saguling, 6,66 m³dt atau 4,05 PLTA Cirata,
10,45 m³dt atau 5,86 PLTA Jatiluhur dan 20,62 m³dt atau 4,83 3 PLTA. Volume air keluar VAK mengalami penurunan sebesar 110 juta m³ atau 4,27
PLTA Saguling, 210,12 juta m³ atau 4,13 PLTA Cirata, 329,43 juta m³ atau 5,97 PLTA Jatiluhur dan 650,18 juta m³ atau 4,92 3 PLTA. DAK harian
rata-rata pada musim kering di ketiga waduk berturut-turut adalah 73,35 m³dt
134 Saguling, 149,38 m³dt Cirata dan 172,17 m³dt Jatiluhur, sedangkan pada
musim hujan adalah 91,65 m³dt Saguling, 174,43 m³dt Cirata, dan 177,79 m³dt Jatiluhur. Keragaman DAK musim kemarau lebih besar daripada musim
hujan. Hal ini mengindikasikan adanya keragaman yang sama pada debit air masuk lokal dan curah hujan.
Hasil simulasi terhadap DAML dan VAML menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan hasil pengukuran hasil simulasi
menyerupai hasil pengukuran di lapangan. Dengan kata lain, model GR4J yang dikembangkan dengan menggunakan parameter hasil validasi tahun 1993
memiliki tingkat validitas yang tinggi. Kemiripan antara simulasi dengan pengamatan ditunjukkan dengan nilai koefisien Nash lebih besar dari 50. Sub
DAS Saguling dan DAS Citarum Wilayah Hulu. Artinya, DAS inisial 1993 memiliki kemiripan yang tinggi dengan DAS simulasi 2003. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa pada periode 1993-2003 terjadi penurunan debit 46,75 mm Sub DAS Saguling dan 88,62 mm DAS Citarum Wilayah Hulu per tahun.
Kehilangan volume air selama 10 tahun 1993-2003 adalah 1,32 miliar m³ di Sub DAS Saguling dan 4,739 miliar m³ di DAS Citarum Wilayah Hulu. Hal ini diduga
disebabkan oleh perubahan penutup lahan kondisi biofisik DAS Citarum Wilayah Hulu.
Laju sedimentasi yang terjadi di Sub DAS Saguling adalah 4,19 – 7,11 juta m
3
th, Sub DAS Cirata 5,50 – 9,95 juta m
3
th, Sub DAS Jatiluhur 4,05 – 5,95 juta m
3
th dan DAS Citarum Wilayah Hulu 12,86 – 21,66 juta m
3
th. Tingkat sedimentasi tersebut berada di atas ambang batas perencanaan waduk Saguling
1,0 mmth, mendekati ambang batas waduk Cirata 1,78 mmth dan di bawah ambang batas perencanaan Waduk Jatiluhur 1,0 mmth. Tingginya laju
sedimentasi di ketiga waduk diduga disebabkan oleh penurunan luas penutup lahan terutama hutan dan tanaman tahunan serta peningkatan luas permukiman di
masing-masing Sub DAS.
6. PERUBAHAN KARAKTERISTIK KUALITAS AIR 6.1.
Latar Belakang
Pada dasarnya kualitas lingkungan perairan kualitas air yang terdapat disuatu perairan akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota yang hidup
dalam ekosistem tersebut. Kecuali itu, penurunan kualitas air juga mempengaruhi dayaguna sumberdaya air bagi pengguna jasa di wilayah hilir baik untuk
penggunaan domestik, industri maupun sebagai sumber energi pembangkitan. Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh perubahan penutup lahan
dan pencemaran lingkungan dari berbagai sumber pencemar di wilayah hulu. Perubahan penutup lahan menimbulkan erosi dan sedimentasi, sedangkan sumber
pencemar antara lain industri, pertanian, perikanan, rumah tangga, transportasi dan lain-lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak perubahan
penutup lahan DAS Citarum Wilayah Hulu terhadap karakteristik kualitas air sungai dan Waduk Citarum baik aspek fisik, kimia maupun biologi.
6.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data sekunder kualitas air dilakukan di kantor UBP Saguling, PJB UP Cirata, Perum Jasa Tirta II, Kantor PDAM Purwakarta dan Bagian
Produksi PT. Thames PAM Jaya. Pengambilan data primer dilakukan di 7 titik yaitu inlet Waduk Saguling bagian hulu, outlet PLTA Saguling, inlet Waduk
Cirata bagian hulu, outlet PLTA Cirata, inlet Waduk Jatiluhur bagian hulu inlet PDAM Purwakarta dan inlet PT. Thames PAM Jaya. Analisis sampel air
dilakukan di Laboratorium Kimia, Fisik dan Lingkungan, Jurusan Kimia, FMIPA, IPB Bogor. Penelitian karakteristik kualitas air dilakukan mulai bulan Juni 2006
sampai September 2006.