b. Fungsi Anggaran, yaitu menyusun rencana keuangan tahunan
pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.
c. Fungsi Pengawasan, yaitu Badan Permusyawaratan Desa mengadakan
pengamatan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa serta pelaksanaan berbagai peraturanketentuan
hukum lainnya.
25
Menurut Pasal 61 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, hak Badan Permusyawaratan Desa, yaitu :
a. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; b.
Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan Masayarakat Desa; dan c.
Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Sedangkan kewajiban anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, yaitu :
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta memperthankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika;
25
Soewito M.D., Tanya Jawab Memahami Pengaturan Desa dan Kelurahan, Bandung : Nuansa Mulia, 2007, hlm. 165.
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaran Pemerintahan Desa; c.
Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti asprasi masyarakat Desa;
d. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok, danatau golongan; e.
Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; dan f.
Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan Desa.
Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa terdiri dari wakil penduduk Desa yang bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan
mufakat. Yang dimaksud dengan wakil masyarakat dalam hal ini seperti Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, dan Tokoh Masyarakat.
Dalam mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat Desa, masing-masing unsure pemerintahan Desa, Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa, dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari unsur yang lain. Oleh karena itu hubungan yang bersifat kemitraan antara Badan
Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain :
a. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra;
b. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai;
c. Adanya prinsip saling menghormati;
d. Adanya niat baik untuk saling membentuk dan saling mengingatkan.
26
2.4.3 Peraturan Desa
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
27
Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa. Peraturan tersebut dilarang bertentangan
dengan kepentingan umum danatau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintahan Desa harus mendapatkan
evaluasi dari BupatiWalikota sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa, dan
masyarakat Desa berhak memberikan masukan terhadap Rancangan Peraturan Desa. Hal-hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014.
26
Nurmayani, Op., Cit.,hlm. 106.
27
Ibid., hlm 109.
Dalam menyusun Peraturan Desa terdapat batasan-batasan yang harus dijadikan acuan umum dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dalam menyusun peraturan perundang-undangan
harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perudang-undangan yang baik, yang meliputi :
a. Kejelasan tujuan; bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. b.
Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat pembentuk peraturan
perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, bila dibuat oleh
lembagapejabat yang tidak berwenang. c.
Kesesuaian antara jenis dan materi muatan; bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi
muatan yang tepat dengan jenis perundang-undangannya. d.
Dapat dilaksanakan; bahwa dalam setiap pembentukan peraturan perundang- undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan
tersebut dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis. e.
Kedayagunaan dan kehasilgunaan; bahwa setiap peraturan perundang- undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. f.
Kejelasan rumusan; bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,
sistematika, dan pilihan kata terminology, serta nahas hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam implementasi
dalam pelaksanaannya. g.
Keterbukaan: bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas
luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
.
28
Materi muatan peraturan Desa juga harus mengacu pada asas materi muatan peraturan perundang-undangan yang meliputi: pngayoman, kemanusiaan,
kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhineka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian
hukum, danatau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Materi muatan peraturan Desa adalah seluruh materi dalam rangka
penyelenggaraan urusan Desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih lanjut Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan yang di dalamnya tidak