1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini informasi sumberdaya ikan sangat berguna dan diperlukan bagi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, pengambilan keputusan, masyarakat,
akademika dan swasta perikanan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang berkesinambungan. Sayangnya, ketersediaan informasi tersebut masih minim untuk
didapatkan, padahal ini sangat penting untuk hal-hal di atas dan perlu dilakukan pengumpulan data untuk membuat suatu informasi bagi sumberdaya perikanan
dan kelautan. Tersedianya data dan informasi tentang potensi sumberdaya ikan pada
suatu perairan dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi pengembangan termasuk juga bagi investasi pada wilayah tersebut. Estimasi potensi sumberdaya
ikan fish stock assessment untuk sebagian wilayah Indonesia telah dirintis sejak tahun tujuh puluhan, sedangkan estimasi potensi sumberdaya ikan pada perairan
Indonesia secara keseluruhan baru dilaporkan pada sekitar tahun sembilan puluhan Martosubroto, 1991.
Seberapa besar stok awal sumberdaya ikan seharusnya menjadi perhatian utama, karena dengan demikian maka suatu rencana pembangunan terhadap upaya
pengelolaan sumberdaya ikan akan lebih memiliki kepastian, apalagi bila didukung pula oleh informasi yang akurat mengenai distribusi dan densitasnya. Salah satu
sumberdaya ikan tersebut adalah ikan pelagis kecil, yang merupakan sumberdaya ikan paling melimpah di Indonesia.
Kehidupan ikan di suatu perairan sangat ditentukan oleh faktor oseanografi, antara lain; suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut, dan juga faktor ekologi
lainnya Brand 1979. Fenomena distribusi vertikal populasi ikan berdasarkan hasil laporan dari beberapa penelitian Simbolon 1996; Latumeten 1996; Nugroho 2004
menggambarkan adanya pergerakan pola migrasi ikan, dimana ikan pada umumnya melakukan migrasi diurnal pada siang hari dan nokturnal pada malam hari
secara vertikal pada kolom perairan. Sumberdaya ikan pelagis merupakan jenis-jenis ikan yang biasa hidup atau
menghuni perairan lapisan tengah mid layer hingga ke permukaan suatu perairan.
Ikan pelagis ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ikan pelagis kecil antara lain adalah: ikan layang Decapterus russeli, kembung Ratrelliger spp,
tembang Sardinella fimbriata, dan ikan lemuru Sardinella longiceps dan ikan pelagis besar seperti; cakalang Katsuwonus pelamis, tongkol Scomberidae sp,
madidihang Thunnus albacores dan ikan cucut Carchahinidae. Ikan pelagis kecil memiliki nilai ekonomis penting dan terdapat pada seluruh
wilayah perairan Indonesia, akan tetapi informasi mengenai sebaran dan densitas ikan pelagis kecil ini masih dirasa kurang, seharusnya dengan wilayah perairan Indonesia
yang sangat luas, kita memiliki informasi yang lengkap dan akurat tentang potensi sumberdaya ikan, oleh karena itu melalui penelitian-penelitian perlu digali informasi
sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Indonesia dan selanjutnya dipetakan agar dapat dimanfaatkan oleh stakeholders serta pihak lain yang memerlukannya.
Salah satu upaya untuk penggalian informasi ketersediaan sumberdaya ikan pelagis kecil bagi tujuan-tujuan pemanfaatan dan pengelolaan secara efesien serta
berkelanjutan antara lain adalah dengan menerapkan pengetahuan bidang kelautan dan perikanan yang didukung oleh keahlian dalam bidang eksplorasi.
Hidroakustik merupakan salah satu metode yang digunakan dalam survei pendugaan sumberdaya ikan. Metode ini memiliki beberapa keunggulan apabila
dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain; informasi tentang kelimpahan dan distribusi sumberdaya ikan pada daerah yang disurvei dapat diperoleh secara
real time cepat, in situ langsung, tidak merusak atau mengganggu objek yang diteliti, serta memiliki selang dinamik yang cukup lebar sehingga informasi yang
diperoleh cukup akurat. Sistem split-beam dari transducer memungkinkan perolehan nilai target strength dan posisi dari objek secara langsung.
Metode hidroakustik dapat memberikan informasi yang detail mengenai densitas, distribusi kedalaman renang, ukuran panjang ikan dan variasi migrasi
vertikal. Metode hidroakustik merupakan salah satu teknik terbaik dan tercanggih hingga saat ini dengan menggunakan transduser split beam. Metode hidroakustik
ini pada prinsipnya ditujukan untuk mengestimasi target strength, densitas dan kelimpahan ikan per satuan luas atau volume perairan. Cara ini dilakukan dengan
mengintegrasikan energi echo gema yang sebelumnya telah dikonversi ke bentuk energi listrik, yang merupakan hasil pantulan echo dari sejumlah target massa ikan
tertentu. Hasil intergrasi tersebut kemudian dikonversi ke dalam biomassa ikan. Perolehan kelimpahan sumberdaya ikan akan diperoleh dari densitas yang terdeteksi
dengan luasan area lokasi ikan yang menjadi target. Pengintegrasian echo merupakan cara yang diterapkan dalam penelitian
akustik, karena dengan cara ini densitas dan distribusi ikan dapat ditentukan dalam cakupan yang besar. Dewasa ini, digital echo integrator telah dapat dengan mudah
diprogram untuk menampung banyak parameter penelitian, termasuk di dalamnya interval kedalaman layer dimana akan dilakukan penghitungan densitas ikan.
Apabila densitas ikan dapat diketahui berdasarkan swimming layers di suatu lokasi perairan, akan lebih mudah melakukan analisa terhadap keberadaan sumberdaya
ikan tersebut, dan selanjutnya untuk proses pemanfaatan penangkapan terhadap sumberdaya ikan tersebut dapat lebih ditingkatkan karena telah didapatkan informasi
dan data mengenai keberadaan ikan tersebut di lokasi perairan yang diamati.
1.2 Perumusan Masalah