HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG PROGRAM BINA DIRI (SELF-CARE) DENGAN KEMANDIRAN ANAK TUNADAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) KOTA MALANG

(1)

i

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG

PROGRAM BINA DIRI (SELF-CARE) DENGAN

KEMANDIRAN ANAK TUNADAKSA DI YAYASAN

PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) KOTA MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Progaram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh :

AMALIYAH HUSNI 201210420311129

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG PROGRAM BINA DIRI (SELF-CARE) DENGAN KEMANDIRAN

ANAK TUNADAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) KOTA MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh : AMALIYAH HUSNI

201210420311129

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan Pada bulan April 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep Ririn Harini, S.Kep., M.Kep NIP. UMM.112.9311.0305 NIP. UMM.112.0501.0420

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Malang

Nurul Aini,S.Kep.,NS.,M.Kep NIP. UMM. 112.0501.0419


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG PROGRAM BINA DIRI (SELF-CARE) DENGAN KEMANDIRAN

ANAK TUNADAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) KOTA MALANG

SKRIPSI Disusun Oleh : AMALIYAH HUSNI

201210420311129 Skripsi Telah Diujikan Pada Tanggal 04 Agustus 2016

Penguji I Penguji II

Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep Ririn Harini, S.Kep, Ns, M.Kep

NIP.UMM.112.9311.0305 NIP.UMM.112.0501.0420

Penguji III Penguji IV

Nur Lailatul M, S.Kep, Ns, MNS Indah Dwi Pratiwi, S.Kep, Ns, M.Ng NIP.UMM. 112.0501.0421 NIP.UMM.114.0804.0455

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom NIP.UMM.11203090405


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ni :

Nama : Amaliyah Husni

NIM : 201210420311129

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

dengan kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 2 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

v

MOTTO

3 B

Berusaha,

Berdoa,

Berikhitiar.

Man Jadda WaJ

ada

#Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil#


(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Assalamualikum Wr.Wb. puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini dan studi sarjana saya. Dengan rasa syukur saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kehidupan, dalam jiwa dan raga ini

serta segala sesuatu yang dapat saya rasakan terutama kekuatan dan kesehatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

2. Nabi Muhammad SAW, sosok manusia sederhana yang memiliki kedudukan

istimewa disisi-Nya karena iman dan islam yang sempurna dan menjadi tauladan bagi pengikutnya.

3. Kedua orang tua tercinta, Bapak (Husni Husain Hasan) dan Ibu (Djasna Ali)

tercinta dan tersayang yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan sabar mendoakan unuk kebaikan dan kesuksesan putrinya. Terima kasih banyak atas didikan dan usahanya selama ini untuk membuat putrinya mendapatkan ilmu yang bermanfaat, sukses dan bahagia. Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan limpahan karunia, kesehatan, rezeki, keberuntungan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

4. Untuk Kakakku tersayang, Inayati Husni, Imaniyah Husni, dan Muhammad

Ikhsan (kakak ipar) yang selalu menjadi penyemangat dan penghibur bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..

5. Sahabat seperjuangan (Sri Wahyuhandayani, Nunung Khairunnisa Opier, Oki

yolanda, Khaera Ummatin, Yuli Rohmawati, , Puput Trisnawati, Alfani Muteara dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu) yang selalu membantu dan menyemangati penulis selama ini.


(7)

vii

6. Untuk rekan-rekan PSIK C 2012, terima kasih atas kebersamaannya selama 4

tahun terakhir ini, kalian memberikan semangat baru dalam kehidupan ini.

7. Untuk rekan-rekan PSIK 2012 UMM, Semoga semua angkatan kita dimudahkan

dalam setiap langkah mencapai cita-cita kita.

8. Semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan dan


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga tentang Program Bina Diri (Self-Care) dengan Kemandirian Anak

Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang”.Proposal

skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Bersamaan dngan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Nurul Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Aini Alifatin, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing I atas saran,

bimbingan, dan arahannya yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Ririn Harini, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing II atas saran,

bimbingan, dan arahannya yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini

5. Ibu Nurlailatul Masruroh, S.Kep.,Ns., MNS selaku dosen penguji I terima kasih


(9)

ix

6. Ibu Indah Dwi Pratiwi, S.Kep.,Ns., M.Ng selaku dosen penguji 2 terima kasih

atas saran, bimbingan, dan arahannya selama ini.

7. Untuk Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang, yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti agar peneliti dapat melaksanakan penelitiannya dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan instansi kesehatan terutama bidang keperawatan anak. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu mengingatkan kasih saying-Nya untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, Juli 2016


(10)

x

The Relationship between Family Support on self-development program with Physical handicapped children's independence in Yayasan Pembinaan

Anak cacat (YPAC) Malang

Amaliyah Husni1, Aini Alifatin2, Ririn Harini3

ABSTRACT

Background: Physical handicapped children are children with deformities or defects in the system of muscles, bones, and joints that can lead to coordination, communication, adaptation, mobilization and developmental impaired. Physical and mental limitations make the physical handicapped children having difficulty to finish their daily activities. Physical handicapped children's independence can be realized with the support of families, especially their parents. The purpose of this study was to determine the relationship of family support on self-development program with

Physical handicapped children’s independence in YPAC Malang

Methods: This research used a correlation method with cross sectional approach. This research was conducted on June 2016 in YPAC Malang. The number of samples in this study were 23 families who had physical handicapped children by

using purposive sampling technique. The data were analyzed using Spearman Rank.

Results: Spearman Rank Test Results with SPSS version 16 program was obtained p value of 0.000 (p <0.05) so that there was a relationship of family support on self-development program to the independence of physical handicapped children. It showed a positive correlation. It was defined in which the higher or stronger frequency of family support then the higher / stronger is the frequency of the independence of physical handicapped children.

Conclusion: There is a relationship of family support on self-development program to the physical handicapped children's independence in YPAC Malang.

Keywords: family support, self-development program, independence, physical handicapped children's

1. Students of Nursing Science, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang

2. Lecturer Nursing Science, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang. 3. Lecturer Nursing Science, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang.


(11)

xi

Hubungan Dukungan Keluarga tentang Program Bina Diri (Self-Care) dengan Kemandirian Anak Tunadaksa di Yayasan Pembinaan

Anak cacat (YPAC) Kota Malang

Amaliyah Husni1, Aini Alifatin2, Ririn Harini3

ABSTRAK

Latar belakang: Anak tunadaksa (physical handicapped) adalah anak penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan. Keterbatasan fisik dan mental, membuat anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam menyelesikan aktivitas sehari-hari. Kemandirian anak tunadaksa dapat terwujud dengan adanya dukungan keluarga khususnya orang tua. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang program bina

diri (self-care) dengan kemandirian pada anak tunadaksa di YPAC Kota Malang

Metode: Jenis penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 di YPAC Kota Malang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 keluarga yang memiliki anak tunadaksa dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling. Analisa data dilakukan mengunakan Spearman

Rank.

Hasil: Hasil Uji Spearman Rank dengan progam SPSS versi 16, diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) sehingga ada hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa menunjukkan korelasi positif yang diartikan dimana semakin tinggi/kuat frekuensi dukungan keluarga maka semakin tinggi/kuat pula frekuensi kemandirian anak tunadaksa.

Kesimpulan: Ada hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) dengan kemandirian anak tunadaksadi YPAC Kota Malang.

Kata Kunci : dukungan keluarga, program bina diri, kemandirian, anak tunadaksa

1. Mahasiswa Progam Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dosen Progam Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dosen Progam Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIHAN PENELITIAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRACT ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Konsep Dukungan Keluarga ... 11

2.1.1 Konsep Keluarga ... 11

2.1.1.1 Pengertian Keluarga ... 11

2.1.1.2 Fungsi Keluarga ... 12

2.1.1.3 Tugas Keluarga ... 14

2.1.2 Dukungan Keluarga ... 14

2.1.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga ... 14

2.1.2.2 Jenis Dukungan Keluarga ... 15

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 16

2.1.2.3 Dukungan Keluarga pada Anak Tunadaksa ... 18

2.2 Konsep Bina Diri ... 19

2.2.1 Pengertian Bina Diri ... 19

2.2.2 Tujuan Bina Diri ... 21

2.2.3 Prinsip Dasar Bina Diri ... 22

2.2.4 Bina Diri untuk Anak tunadaksa ... 23

2.2.5 Dukungan Keluarga tentang Bina Diri untuk Anak tunadaksa ... 25

2.3 Konsep Kemandirian ... 26

2.3.1 Pengertian Kemandirian ... 26

2.3.2 Klasifikasi Kemandirian ... 26

2.3.3 Ciri-Ciri Kemandirian ... 27

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 29

2.3.5 Kemandirian Anak Tunadaksa ... 30

2.4 Konsep Tunadaksa ... 30


(13)

xiii

2.7.2 Klasifikasi Anak ... 31

2.7.3 Etiologi Anak Tunadaksa ... 36

2.7.4 Karakteristik Anak Tunadaksa ... 38

2.7.4 Ketunadaksaan dan Dampaknya ... 40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 42

3.1 Kerangka Konseptual ... 42

3.2 Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 44

4.1 Desain Penelitian ... 44

4.2 Kerangka Penelitian ... 45

4.3 Populasi, Tehnik Sampling, Sampel Penelitian ... 46

4.3.1 Populasi Penelitian ... 46

4.3.2 Tehnik Sampling ... 46

4.3.3 Sampel Penelitian ... 46

4.4 Variabel Penelitian ... 47

4.5 Definisi Operasional ... 48

4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 49

4.7 Instrumen Penelitian ... 49

4.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 52

4.8.1 Uji Validitas ... 53

4.8.2 Uji Reliabilitas ... 53

4.9 Prosedur Pengumpulan data ... 54

4.9.1 Tahap Persiapan ... 54

4.9.2 Tahap Pelaksanaan ... 55

4.9.2 Tahap Evaluasi ... 55

4.10 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 56

4.10.1 Pengolahan Data ... 56

4.10.2 Analisa Data ... 57

4.11 Etika Penelitian ... 58

4.11.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan Penelitian) ... 58

4.11.2 Annonimity (Tanpa Nama) ... 59

4.11.3 Confodentiality (Kerahasiaan) ... 59

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 60

5.1 Analisa Data Univariat ... 61

5.1.1 Usia Anak Tunadaksa ... 61

5.1.2 Jenis Kelamin Anak Tunadaksa ... 61

5.1.3 Kelompok Kelas (Kategori Gangguan) Anak Tunadaksa ... 62

5.1.4 IQ Anak Tunadaksa ... 62

5.1.5 Usia Keluarga ... 63

5.1.6 Jenis Kelamin Keluarga ... 64

5.1.7 Tingkat Pendidikan Keluarga ... 64

5.1.8 Jenis Pekerjaan Keluarga ... 64

5.1.9 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) ... 65


(14)

xiv

5.2 Analisa Data Bivariat ... 66

5.2.1 Analisa Data Hubungan Dukungan Keluarga tentang Program bina diri (self-care) dengan kemandirian Anak Tunadaksa di YPAC Kota Malang ... 66

BAB VI PEMBAHASAN ... 68

6.1 Interprestasi dan Hasil Diskusi ... 68

6.1.1 Dukungan Keluarga tentang Program bina diri (self-care) ... 68

6.1.2 Kemandirian Anak Tunadaksa ... 71

6.1.3 Hubungan Dukungan Keluarga tentang Program bina diri (self-care) dengan kemandirian Anak Tunadaksa di YPAC Kota Malang ... 73

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 74

6.3 Implikasi Kepearawatan ... 75

BAB VII PENUTUP ... 77

7.1 Kesimpulan ... 77

7.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Definisi operasional ... 48

Table 4.2 Kisi – kisi lembar kuesioner dukungan orang tentang bina diri (self-care) ... 50

Table 4.3 Kisi – kisi lembar kuesioner kemandirian anak tunadaksa ... 52

Table 5.1 Identitas responden berdasarkan usia anak tunadaksa ... 61

Table 5.2 Identitas responden berdasarkan kelompok kelas anak tunadaksa... 62

Table 5.3 Identitas responden berdasarkan IQ anak tunadaksa ... 62

Table 5.4 Identitas responden berdasarkan usia keluarga ... 63

Table 5.5 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) ... 65

Table 5.6 Distribusi responden berdasarkankemandirian anak ... 65

Table 5.7 Cross tabulating dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa ... 66


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 42 Gambar 4.1 Kerangka Penelitian ... 45 Gambar 5.1 Diagram identitas responden berdasarkan jenis kelamin kelamin anak ... 61 Gambar 5.2 Diagram identitas responden berdasarkan jenis kelamin kelamin keluarga ... 63 Gambar 5.3 Diagram identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 64 Gambar 5.4 Diagram identitas responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 64


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian ... 83

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 84

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 85

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 86

Lampiran 5 Lembar Kuesioner Data Responden ... 87

Lampiran 6 Lembar Kuesioner Dukungan keluarga ... 88

Lampiran 7 Lembar Kuesioner kemandirian anak tunadaksa ... 91

Lampiran 8 Lembar Uji Validitas & Realibilitas ... 94

Lampiran 9 Tabulasi Hasil data kuesioner dukungan keluarga ... 100

Lampiran 10 Tabulasi Hasil Data kemandirian anak tunadaksa ... 101

Lampiran 11 Hasil Presentase Jawaban Kuesioner dukungan keluarga ... 104

Lampiran 12 Hasil Presentase Jawaban Kuesioner Kemandirian Anak ... 106

Lampiran 13 Data Dukungan keluarga ... 109

Lampiran 14 Data Kemandirian anak tunadaksa ... 111

Lampiran 15 Hasil Uji Statistik ... 112

Lampiran 16 Foto Dokumentasi Penelitian ... 114

Lampiran 17 Lembar Konsul Pembimbing 1 ... 115


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. (2012). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta.

Bumi Aksara.

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Arfandi, Z. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial keluarga dengan Kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mentak di SDLB Negeri Ungaran. http://perpusnwu.web.id. Di akses pda tanggal 15 juni 2016

Ashriati, N., Alsa, A., & Suprihatin, T. (2006). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik pada

SLB-D YPAC Semarang. Jurnal Psikologi Proyeksi, 1(1), 47-56.

Assjari, Musjafak. (2010). Program khusus untuk tuna daksa (bina diri dan bina gerak).

Surakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Astati. (2012). Modul 7 Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan

Tunalaras. file.upi.edu/.../Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf. Di akses pada tanggal

26 Januari 2016.

Azizah, Nur. (2005). Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi anak cerebral palsy. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol. 1. No.2

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Basuni, M. (2012). Pembelajaran Bina Diri pada Anak tunagrahita Ringan. Jurnal

Pendidikan Khusus, IX (1), 12-22.

Dahlan, M, S. (2009). Statistika untuk kedokteran dan kesehatan (deskriptif, bivariat, an

multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPPS). Jakarta : Salemba Medika. Danielsen, A.g., Samdal, O., Hetland, J., & Word, B. (2009). School related social

support and student perceived live satisfaction. The journal of education research,

102(4), 303-318.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama.

Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Dezoti. A. P, Alexandre., A. M. C, Freire., M. H. d. S, Mercês., N. N. A. D, Mazza., & V. D. A. (2015). Social support to the families of children with cerebral palsy. Acta Paul Enferm, 28(2), 172-176.


(19)

xix

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Sekolah Dasar Luar Biasa Tuna

Daksa Sedang (SDLB-D1). bina-diri-dan-bina-gerak-jenjang-sdlb-bagian-d11.pdf. Di akses pada tanggal 7 Maret 2016.

Efendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Effendi & Makhfudhi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5.

Jakarta: EGC.

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka

As Salam.

Head. L. S., & Abbeduto. L. (2007). Recognizing the role of parents in developmental outcome: a system approach the evaluathing the child with

developmental disabilities. Mental Retardation and developmental disabilities research,

13, 293-301.

Hendriani, Wiwin. (2011). Keterlibatan orang tua dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. http://wiwinhendriani.com/2011/08/04/keterlibatan-orangtua-dalam-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus. Di akses pada tanggal 26 Maret 2016.

Hendriani, Wiwin. (2006). Dukungan Orang tua dalam Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. http://wiwinhendriani.com/2011/09/17/dukungan- orangtua-sebagai-determinan-sosial-bagi-perkembangan-anak-berkebutuhan-khusus. Di akses pada tanggal 16 Februari 2016.

Hidayat, A, A, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Kartono, Kartini. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak

Berkebutuhan Khusus. http://www.gizikia.depkes.go.id. diakses pada tanggal 2 Januari 2016.

Kholoud. A., Al-Dababneh, Fayez. M, Bataineh., & Osama. (2012). Needs of

Parents Caring for Children with Physical Disabilities: A Case Study in Jordan.

International Journal Of Special Education, 27(3), 120-133.

Kusumawardhani, A., Hartati, S., & Setyawan, I. (2010). Hubungan Kemandirian

Dengan Adversity Intelligence pada Remaja Tuna Daksa di Slb-D YPAC Surakarta.

Proceeding Konferensi Nasional II Ikatan Psikologi Klinis – Himpsi. ISBN :


(20)

xx

Liang, F. (2008). Self-care behaviors of school-aged children with heart disease. Pediatric nursing journal. Vol. 34, No. 2, Hal : 131-138

Mahmudah, Siti. (2008). Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita. Jurnal Pendidikan Dasar, 9,

71 – 80.

Mangungsong, Frieda. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus Jilid

kedua. Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI : Depok.

Mbuinga, Elfa. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kemandirian Activity Daily Living (Adl) Pada Tunagrahita Di Kabupaten

Pohuwato. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Olahraga: Universitas Negeri Gorontalo.

Milyawat, Lia. (2008). Dukungan Keluarga, Pengetahuan Dan Persepsi Ibu serta Hubungannya Dengan Strategi Koping Ibu Pada Anak Dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD).Fakultas Pertanian : Institut Pertanian Bogor Musrifah. (2014). Metode bimbingan Kemandirian pada Anak Tuna Daksa di SLB 6

Daya Ananda Purwamantani kalasan sleman. Skripsi. Yogjakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.

Navarro, L., Mirapeix., M., Reina, E., Herrador, M., Arnaldos, G., & Sousa, O. SL. (2015). Parents of children with physical disabilities perceive that characteristics

of home exercise programs and physiotherapists’ teaching styles influence

adherence: a qualitative study. Australian Physiotherapy Association, 61(2), 81-86.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nurlailiwangi., E, Rahayu.,M.S, Juwita.,O. (2011).Studi Mengenai Dukungan Sosial

Orang Tua dalam melatih “Self Help” Anak yang Mengalami “Down Sydrome”

di PKA PUSPPA Suryakanti Bandung. Jurnal Penelitian Sosial, Ekonomi, dan

Humaniora. Vol 2, No. 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Ramawati, Dian. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan

Diri Anak Tuna Grahita. Tesis. Depok : FIK UI.

Ramawati, D., Nani, D., Pratiwi, H.M., & Purnamasari, M.D. (2010). Self-Care

Management Training Meningkatkan Pengetahuan Orangtua Dan Kemampuan

Perawatan Diri Anak Retardasi Mental.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:2JsSMdLKF7UJ:jurn al.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/1462/1515+&cd=1 &hl=en&ct=clnk. Di aksek pada tanggal 2 Januari 2016.


(21)

xxi

Sidik, Juzri. (2014). Gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus kota Tangerang Selatan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta.

Simanjuntak, L. (2007). Menanamkan kemandirian pada anak sejak usia dini, Balai

Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. http://www.bpplps-reg-1.go.id. Di akses pada tanggal 1 Januari 2016

Sonya, Neldita. (2014). Efektivitas Task Analysis dalam meningkatkan kemampuan

makan bagi anak down sydrome kelas 1 di SLB Fan Redha Padang. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Khusus (E-JUPEKhu), 3(2), 1-16.

Sudrajat, D ., & Rosida, L. (2013). Pendidikan bina diri bagi anak berkebutuhan khusus.

Jakarta: PT Luxima Metro Media.

Supartini, Yupi. (2012). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.

Susilaningrum., R., Nursalam., Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan bayi dan ibu untuk

perawat dan bidan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

The Australian Social Trends. (2008). Families with a young child with a disability. http://www.abs.gov.au/AUSSTATS/[email protected]/Lookup/4102.0Chapter400200 8. Diakses pada tanggal 15 Juni 2016

Tolk, H., Lohrmann, C., & Dassen, T. (2007). Care dependency among school-agod children : Literature review. Nursing and health sciences. Vol. 9, No. 2, Hal : 142-149

Utomo, Wiji. (2007). Pengaruh bimbingan belajar ketrampilan bina diri anak tuna daksa terhadap peningkatan kemandirian siswa SDLB D-1 YPAC Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Virlia & Wijayanti, A. (2015). Penerimaan diri pada penyandang tunadaksa. Seminar

Psikologi & Kemanusian. ISBN: 978-979-796-324-8, 372-377.

Widati, Sri. (2010). Modul Pengajaran Bina Diri dan Bina gerak (BDBG).

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19531014198 7032-SRI_WIDATI/MK_BDBG/MODULrevisi.pdf. Di akses pada tanggal 2 Januari 2016.

Wiryadi, S, S. (2014). Pola Asuh Orangtua dalam Upaya Pembentukan Kemandirian

anak down sydrome X kelas D1/C1 di SLB Negeri 2 Padang. Jurnal Ilmiah


(22)

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya (Susilaningrum dkk, 2013). Anak mengalami proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dari dalam kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah dan remaja. Setiap tahapan proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga jika terjadi masalah pada salah satu tahapan tumbuh kembang tersebut akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Tidak semua anak mengalami proses tumbuh kembang secara wajar sehingga terdapat anak yang memerlukan penanganan secara khusus salah satunya adalah anak berkebutuhan khusus (Kemenkes, 2010).

Menurut Mangungsong (2011), anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal. Anak berkebutuhan khusus mengalami beberapa hambatan dalam hal mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas. Menurut Hallan & Kauffaman (1991 dalam Effendi, 2009) anak berkebutuhan khusus juga dapat diartikan sebagai anak yang mengalami permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak.

WHO memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Data akurat tentang jumlah dan kondisi anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum ada, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari


(24)

2

231.294.200 jiwa penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus. Jenis kecacatan yang banyak terjadi adalah tunadaksa (35,8%); tuna netra (17%); tuna rungu (14,27%); tuna grahita (12,15%) dan lain lain (kurang dari 7%) (Kemenkes RI, 2010).

Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus adalah anak penyandang

tunadaksa (physical handicapped). Astati (dalam Virlia & Wijayanti, 2015)

mendefinisikan tunadaksa sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan. Secara etiologi, seseorang yang diidentifikasi mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh (Effendi, 2009). Menurut Somantri (2007), keadaan tunadaksa dapat menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri.

Keterbatasan fisik dan mental, membuat tunadaksa mengalami kesulitan dalam menyelesikan aktivitas sehari-hari. Menurut Purnasari dkk (2010), anak dengan berkebutuhan khusus banyak yang masih tergantung kepada orang tua atau pengasuhnya dalam melakukan aktivitas harian terutama untuk perawatan dirinya bahkan sampai dengan anak tersebut beranjak dewasa. Penelitian Wiryadi (2014)

tentang “pola asuh orangtua dalam upaya pembentukan kemandirian anak down

syndrome” di temukan kendala pada orangtua dalam membentuk kemandirian anak

downsyndrom antara lain: 1) orangtua terlalu kasihan terhadap kekurangan anak, 2) orangtua kurang percaya kemampuan anak, 3) kendala dari segi waktu memberikan pelatihan, 4) kendala orangtua dalam mendukung program sekolah: sulitnya melakukan pertemuan setiap hari dengan guru, 5) kendala dalam melaksanakan


(25)

3

program latihan kemandirian. Sedangkan menurut pandangan Ashriati dkk (2006) bagi individu yang mengalami cacat fisik sering mendapat perlakuan yang berlebihan dari lingkungan sekitar, seperti rasa belas kasihan, yang membuat individu yang

mengalami cacat tubuh menjadi sulit untuk mengembangkan kemandiriannya.

Kemandirian anak tunadaksa dapat terwujud dengan adanya dukungan keluarga khususnya orang tua. Menurut Tamher dan Noorkasiani (2009 dalam Mbuinga, 2015) dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk mengatasi masalah yang terjadi akan meningkat. Orang tua harus dapat bersikap positif dengan memberikan pujian, semangat, dan kesempatan berlatih secara konsisten dalam mengerjakan sesuatu sendiri sesuai dengan tahapan usianya (Simanjuntak, 2007). Hauser-Cram (dalam Rahmawati, 2011) menyatakan bahwa anak dengan disabilitas yang diasuh dalam keluarga yang harmonis dan cenderung ekspresif saat memberikan kasih sayang terhadap anak, memperlihatkan perilaku adaptasi yang lebih baik, mengalami sedikit masalah perilaku dan isolasi sosial dibandingkan anak pada keluarga dengan kualitas kasih sayang yang lebih rendah. Hal ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Head dan Abbeduto (2007) yang mendapatkan hubungan dalam keluarga yang kohesif, positif, dan saling menyayangi menimbulkan fungsi keluarga yang lebih baik dan meningkatkan perkembangan pada anak.

Dalam artikel yang ditulis Hendriani (2011) menjelaskan bahwa tidak sedikit dari orangtua yang beranggapan bahwa dengan memasukkan anak ke sekolah luar biasa yang sesuai dengan keterbatasannya berarti upaya mereka sudah dapat dikatakan cukup. Selebihnya sekolahlah yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan berbagai ketrampilan hidup bagi anak-anaknya. Para orang tua belum


(26)

4

memahami bahwa kurangnya perhatian dan dukungan orangtua akan membuat hasil proses pendidikan di sekolah menjadi tidak maksimal. Tidak semua orangtua menyadari bahwa pendidikan di sekolah luar biasa bukanlah jaminan bagi perkembangan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus.

Terdapat program khusus untuk melatih kemandirian anak tunadaksa,

contohnya adalah program bina diri. Menurut arti kata “bina” berarti membangun

atau memproses penyempurnaan lebih baik, “diri” berarti orang atau seseorang. Jadi arti “bina diri” adalah usaha membangun diri individu lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan masyarakat, sehingga terwujudnya kemandirian dalam keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari. Bina diri adalah suatu pembinaan atau pelatihan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari yang di berikan pada anak berkebutuhan khusus (Sudrajat & Rosida, 2013). Program bina diri mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kepentingan anak tunadaksa dalam kehidupan sehari-hari seperti : kebutuhan merawat diri, kebutuhan komunikasi, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan keterampilan hidup, dan kebutuhan mengisi waktu luang (Sonya, 2011).

Pelaksanaan program bina diri ini masih banyak yang belum melibatkan keluarga khusunya orang tua. Padahal hal itu sangat diperlukan sehingga anak dapat hidup mandiri baik di sekolah maupun di rumah (Sonya, 2011). Menurut Heward (2003 dalam, Hendriani dkk, 2006) menyatakan bahwa efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak berkebutuhan khusus akan sangat ditentukan oleh peran serta dan dukungan penuh dari keluarga, sebab keluarga adalah pihak yang mengenal dan memahami berbagai aspek dalam diri seseorang dengan jauh lebih baik daripada orang-orang yang lain. Tanpa keterlibatan keluarga, pembelajaran program bina diri ini tidak dapat dilaksanakan secara efektif.


(27)

5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 Februari 2016 di YPAC Kota Malang dengan observasi dan wawancara. Anak-anak tunadaksa di YPAC Kota Malang mendapatkan pendidikan program khusus bina diri. Program ini diberikan 2 jam pelajaran dalam seminggu. Menurut para guru, penilaian minimal untuk program bina diri adalah 60 dan penilaian maksimal adalah 80. Pada pelaksanan program bina diri belum melibatkan orang tua dalam mengevalusi setiap aktivitas anak di rumah. Dari hasil pengamatan peneliti keterampilan yang bisa dilakukan oleh anak tunadaksa di YPAC Kota Malang antara lain adalah minum dan makan sendiri namun masih ada beberapa anak tunadaksa yang makan dan minum dengan bantuan orang lain (teman ataupun orang tua). Peneliti juga mendapatkan keterangan dari 5 orang tua yang memiliki anak tunadaksa, bahwa orang tua cenderung membantu anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena melihat ketidakmampuan anak dalam melakukan aktivitas sendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) dengan

kemandirian anak tunadaksa di YPAC Kota Malang”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimana dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)?

1.2.2 Bagaimana kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat

(YPAC) Kota Malang?

1.2.3 Bagaimana hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

dengan kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang


(28)

6

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri dengan kemandirian pada anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

2. Untuk mengidentifikasi kemandirian anak tunadaksa

3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (

self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat

(YPAC) Kota Malang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan

peneliti khususnya mengenai dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

dengan kemandirian anak tunadaksa yang kemudian menjadi sumber referensi penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga khususnya orang tua, saudara, maupun pengasuh untuk meningkatkan kepedulian

dan pengetahuan tentang program program bina diri (self-care) agar kemandirian anak


(29)

7

1.4.3 Manfaat Bagi Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tentang

program bina diri (self-care) bagi para pendidik dalam membimbing, mendidik, dan

memotivasi anak untuk meningkatkan kemandirian anak tunadaksa. 1.4.4 Manfaat Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang program

bina diri (self-care) terhadap kemandirian anak tunadaksa. Serta memberikan

peningkatan sosialisasi kesehatan bagi anak tunadaksa dalam program bina diri (self-care)agar terpenuhi ADL(activity daily living).

1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)terhadap kemandirian anak tunadaksa.

1.5 Keaslihan Penelitian

Dari hasil kajian pustaka, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga tentang program

bina diri (self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa belum pernah dilakukan,

namun penelitian yang memiliki kemiripan pernah dilakukan seperti tercantum sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidik (2014) Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Jurusan Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus kota tangerang selatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 60


(30)

8

responden didapat dengan teknik nonprobability sampling dengan sampling jenuh (total sampling). Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 anak ABK, 34 orang anak tunagrahita, 4 orang anak tunarungu, dan 22 orang anak autis. Berdasarkan dukungan keluarga pada anak tunagrahita dalam kategori baik 32 orang (94,1%), kategori cukup (0,0%) dan kategori kurang 2 orang (5,9%). Dukungan keluarga pada anak tunarungu dalam kategori baik 4 orang (100%). Dan dukungan keluarga pada anak autis kategori baik 5 orang (22,7%), kategori cukup 10 orang (45,5%) dan kategori kurang 7 orang (31,8%).

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Musrifah (2014) Jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam Universitas Islam Sunan Kalijaga Jogjakarta tentang Metode bimbingan Kemandirian pada anak Tunadaksa di SLB G Daya Ananda Purwomartani Kalasa Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan mengambil lokasi penelitian di SLBG D Daya Ananda. Pengumpulan data menggunakan metode observai, wawancara, dan dokumentasi. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatid, setelah data terkumpul kemudian disusun dengan urutan pembahasan yang telah direncanakan, kemudian dilakukan interprestasi secukupnya dan kemudian dari makna tersebut ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode yang digunakan oleh pembimbing dalam memberikan kemandirian adalah menggunakan pertama metode demonstrasi adapun faktor pendukung dari metode ini dalah kestabilan emosi pembimbing, ketersedian fasilitas yang memadai.


(31)

9

3. Penelitian yang dilakukan oleh Navarro etc (2015) dengan judul “Parents of children

with physical disabilities perceive that characteristics of home exercise programs and physiotherapists’ teaching styles influence adherence: a qualitative study”. Penelitian ini dilakukan di Tenggara Spayol. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif menggunakan kelompok fokus dan modifikasi

pendekatan teori. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel

dalam penelitian ini adalah 28 orang tua dengan anak penyandang cacat fisik yang telah dianjurkan fisioterapi untuk melakukan latihan di rumah. Hasil dari penelitian ini adalah orang tua patuh untuk mengajarkan latihan di rumah pada anak-anak mereka penyandang cacat apabila para fisioterapis memberikan pengajaran atau arahan pada orang tua dengan menarik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Kholoud etc(2012) dengan judul “Needs of Parents

Caring for Children with Physical Disabilities: A Case Study in Jordan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga yang memiliki anak dengan cacat fisik di Yordania. Sampel penelitian terdiri dari 96 orang tua yang memiliki anak dengan cacat fisik dengan berkisar usia antara 6-16 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan paling penting yang dibutuhkan partisipasi adalah dimensi informasi dan keterlibatan dalam proses, sementara kebutuhan keluarga paling penting terkait dengan dimensi dukungan konseling. Hasil juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam kebutuhan yang dirasakan orang tua menurut status ketrampilan ibu (yaitu bekerja atau tidak bekerja). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan jenis kelamin, usia anak, kisaran pendapatan keluarga dan hubungan orang tua dengan keluarga lain.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dezoti etc(2014) dengan judul “Social support to the


(32)

10

menggambarkan jaringan dukungan sosial keluarga yang memiliki anak dengan

cerebral palsy. Metode dalam Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang

dilakukan di sebuah universitas yang terletak di negara bagian Parana, di wilayah selatan Brasil. Sampel dari penelitian ini 19 keluarga yang memiliki anak cerebral palsy dengan kriteria inklusi sebagi berikut : responden terdaftar dalam layanan, responden bersedia menjadi sampel, usia anak cerebral palsy 0-12 tahun, dan termasuk dalam penduduk di kota penelitian. Data yang dikumpulkan selama penelitian dari November 2012 sampai Januari 2013. Hasil dari penelitian ini adalah pengalaman keluarga dalam merawat anak dengan cerebral palsy, dan dukungan sosial yang lemah mengenai ikatan keluarga. Dalam kategori pertama, peneliti mendekati perubahan yang dialami oleh keluarga, perasaan keluarga dan bantuan spiritual. Kategori kedua yaitu dukungan jaringan sosial.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, variabel, sampel dan teknik sampling, populasi, serta lokasi penelitian. Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variabel dependen penelitian ini adalah kemandirian. Populasi penelitian adalah 50 keluarga yang memiliki anak tunadaksa di YPAC Kota Malang. Sampel penelitian ini adalah 23 keluarga yang memiliki anak tunadaksa di


(1)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 Februari 2016 di YPAC Kota Malang dengan observasi dan wawancara. Anak-anak tunadaksa di YPAC Kota Malang mendapatkan pendidikan program khusus bina diri. Program ini diberikan 2 jam pelajaran dalam seminggu. Menurut para guru, penilaian minimal untuk program bina diri adalah 60 dan penilaian maksimal adalah 80. Pada pelaksanan program bina diri belum melibatkan orang tua dalam mengevalusi setiap aktivitas anak di rumah. Dari hasil pengamatan peneliti keterampilan yang bisa dilakukan oleh anak tunadaksa di YPAC Kota Malang antara lain adalah minum dan makan sendiri namun masih ada beberapa anak tunadaksa yang makan dan minum dengan bantuan orang lain (teman ataupun orang tua). Peneliti juga mendapatkan keterangan dari 5 orang tua yang memiliki anak tunadaksa, bahwa orang tua cenderung membantu anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena melihat ketidakmampuan anak dalam melakukan aktivitas sendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care) dengan

kemandirian anak tunadaksa di YPAC Kota Malang”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimana dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)?

1.2.2 Bagaimana kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat

(YPAC) Kota Malang?

1.2.3 Bagaimana hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

dengan kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang


(2)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri dengan kemandirian pada anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

2. Untuk mengidentifikasi kemandirian anak tunadaksa

3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang program bina diri (

self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat

(YPAC) Kota Malang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan

peneliti khususnya mengenai dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)

dengan kemandirian anak tunadaksa yang kemudian menjadi sumber referensi penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga khususnya orang tua, saudara, maupun pengasuh untuk meningkatkan kepedulian

dan pengetahuan tentang program program bina diri (self-care) agar kemandirian anak


(3)

1.4.3 Manfaat Bagi Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tentang

program bina diri (self-care) bagi para pendidik dalam membimbing, mendidik, dan

memotivasi anak untuk meningkatkan kemandirian anak tunadaksa. 1.4.4 Manfaat Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang program

bina diri (self-care) terhadap kemandirian anak tunadaksa. Serta memberikan

peningkatan sosialisasi kesehatan bagi anak tunadaksa dalam program bina diri

(self-care)agar terpenuhi ADL(activity daily living).

1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang dukungan keluarga tentang program bina diri (self-care)terhadap kemandirian anak tunadaksa.

1.5 Keaslihan Penelitian

Dari hasil kajian pustaka, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga tentang program

bina diri (self-care) dengan kemandirian anak tunadaksa belum pernah dilakukan,

namun penelitian yang memiliki kemiripan pernah dilakukan seperti tercantum sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidik (2014) Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Jurusan Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus kota tangerang selatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dukungan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 60


(4)

responden didapat dengan teknik nonprobability sampling dengan sampling jenuh (total sampling). Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 anak ABK, 34 orang anak tunagrahita, 4 orang anak tunarungu, dan 22 orang anak autis. Berdasarkan dukungan keluarga pada anak tunagrahita dalam kategori baik 32 orang (94,1%), kategori cukup (0,0%) dan kategori kurang 2 orang (5,9%). Dukungan keluarga pada anak tunarungu dalam kategori baik 4 orang (100%). Dan dukungan keluarga pada anak autis kategori baik 5 orang (22,7%), kategori cukup 10 orang (45,5%) dan kategori kurang 7 orang (31,8%).

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Musrifah (2014) Jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam Universitas Islam Sunan Kalijaga Jogjakarta tentang Metode bimbingan Kemandirian pada anak Tunadaksa di SLB G Daya Ananda Purwomartani Kalasa Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan mengambil lokasi penelitian di SLBG D Daya Ananda. Pengumpulan data menggunakan metode observai, wawancara, dan dokumentasi. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatid, setelah data terkumpul kemudian disusun dengan urutan pembahasan yang telah direncanakan, kemudian dilakukan interprestasi secukupnya dan kemudian dari makna tersebut ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode yang digunakan oleh pembimbing dalam memberikan kemandirian adalah menggunakan pertama metode demonstrasi adapun faktor pendukung dari metode ini dalah kestabilan emosi pembimbing, ketersedian fasilitas yang memadai.


(5)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Navarro etc (2015) dengan judul “Parents of children

with physical disabilities perceive that characteristics of home exercise programs and physiotherapists’ teaching styles influence adherence: a qualitative study”. Penelitian ini dilakukan di Tenggara Spayol. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif menggunakan kelompok fokus dan modifikasi

pendekatan teori. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel

dalam penelitian ini adalah 28 orang tua dengan anak penyandang cacat fisik yang telah dianjurkan fisioterapi untuk melakukan latihan di rumah. Hasil dari penelitian ini adalah orang tua patuh untuk mengajarkan latihan di rumah pada anak-anak mereka penyandang cacat apabila para fisioterapis memberikan pengajaran atau arahan pada orang tua dengan menarik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Kholoud etc(2012) dengan judul “Needs of Parents

Caring for Children with Physical Disabilities: A Case Study in Jordan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga yang memiliki anak dengan cacat fisik di Yordania. Sampel penelitian terdiri dari 96 orang tua yang memiliki anak dengan cacat fisik dengan berkisar usia antara 6-16 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan paling penting yang dibutuhkan partisipasi adalah dimensi informasi dan keterlibatan dalam proses, sementara kebutuhan keluarga paling penting terkait dengan dimensi dukungan konseling. Hasil juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam kebutuhan yang dirasakan orang tua menurut status ketrampilan ibu (yaitu bekerja atau tidak bekerja). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan jenis kelamin, usia anak, kisaran pendapatan keluarga dan hubungan orang tua dengan keluarga lain.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dezoti etc(2014) dengan judul “Social support to the


(6)

menggambarkan jaringan dukungan sosial keluarga yang memiliki anak dengan

cerebral palsy. Metode dalam Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang

dilakukan di sebuah universitas yang terletak di negara bagian Parana, di wilayah selatan Brasil. Sampel dari penelitian ini 19 keluarga yang memiliki anak cerebral palsy dengan kriteria inklusi sebagi berikut : responden terdaftar dalam layanan, responden bersedia menjadi sampel, usia anak cerebral palsy 0-12 tahun, dan termasuk dalam penduduk di kota penelitian. Data yang dikumpulkan selama penelitian dari November 2012 sampai Januari 2013. Hasil dari penelitian ini adalah pengalaman keluarga dalam merawat anak dengan cerebral palsy, dan dukungan sosial yang lemah mengenai ikatan keluarga. Dalam kategori pertama, peneliti mendekati perubahan yang dialami oleh keluarga, perasaan keluarga dan bantuan spiritual. Kategori kedua yaitu dukungan jaringan sosial.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, variabel, sampel dan teknik sampling, populasi, serta lokasi penelitian. Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variabel dependen penelitian ini adalah kemandirian. Populasi penelitian adalah 50 keluarga yang memiliki anak tunadaksa di YPAC Kota Malang. Sampel penelitian ini adalah 23 keluarga yang memiliki anak tunadaksa di