Cuaca Iklim Ekstrim PENDAHULUAN

2 Keadaan curah hujan pertahun di Jawa Timur mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. 1.750 mm ; meliputi 35,54 wilayah Jawa Timur. b. 1.750 - 2.000 mm ; meliputi 44,00 wilayah Jawa Timur c. 2.000 mm ; meliputi 20,46 wilayah Jawa Timur. Kondisi iklim tersebut membuat DAS Brantas memiliki potensi besar dalam pengembangan Sumber Daya Alam SDA baik untuk pertanian, gudang air serta produksi listrik sehubungan dengan besarnya potensi aliran yang merupakan bagian dari siklus hidrologi dan sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan serta kondisi fisik DAS .

2.2. Cuaca Iklim Ekstrim

Cuaca adalah nilai sesaat dari atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek kurang dari satu jam hingga 24 jam disuatu tempat tertentu di bumi Nasir, 1993. Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Sintesis tersebut dapat dikatakan pula sebagai nilai statistik yang meilputi rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian atau peluang kejadian. Maka iklim sering dikatakan sebagai nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu tempat atau di suatu wilayah. Iklim dapat pula diartikan sebagai sifat cuaca di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Menurut World Meteorology Organitation WMO cuaca ekstrim adalah keadaan cuaca dimana terjadi hujan sangat lebat secara terus menerus continues heavy rain dengan jumlah diatas 50 mmjam, atau terjadi thunderstorm. Sedangkan iklim ekstrim merupakan keadaan dimana nilai dari unsur-unsur iklim menyimpang di atas atau di bawah nilai normal rata-rata. 2.3. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Keragaman Curah Hujan di Indonesia Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa, terletak di antara dua benua dan termasuk ke dalam pengaruh kawasan lautan pasifik. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional Hadley dan sirkulasi zonal Walker sehingga mempengaruhi besarnya keragaman iklim yang terdapat di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk topografi yang sangat beragam, maka pengaruh lokal terhadap keragaman curah hujan juga tidak dapat diabaikan. Menurut Nieuwolt 1975 daerah pegunungan dan dataran tinggi menerima lebih banyak curah hujan dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh orografik. Di daerah tropis peningkatan curah hujan berhenti pada ketinggian sekitar 1000-1500 m dan kemudian menurun di atas ketinggian 1500 m. Karena di daerah tropis massa udara pada ketinggian 800-1500 m lebih lembab, namun dengan bertambahnya ketinggian di atas 1500 m, massa udara cenderung lebih kering. Faktor lain yang mempengaruhi keragaman curah hujan di Indonesia yaitu : 1. Monsoon Angin monsson secara umum merupakan angin laut dan angin darat dalam skala besar, terikat pada daur musim panas dan dingin. Monsoon didefinisikan sebagai sirkulasi udara yang bergerak melewati suatu wilayah pada bulan Januari dan Juli dengan syarat kondisi sebagai berikut Ramage, 1971 : • Perubahan arah angin yang bergerak perlahan terbentuk dengan sudut 120 antara bulan januari dan Juli. • Frekuensi rata-rata terbentuknya arah angin pada bulan Januari dan Juli lebih besar dari 40 . • Besarnya kecepatan angin rata-rata dalam satu bulan lebih dari 3 ms. • Kurang dari satu pertukaran siklon atau antisiklon terukur setiap dua tahun pada salah satu bulan dalam daerah 5 lintang dan bujur. Menurut Prawirowardoyo 1996, di Indonesia dikenal dua musim monsoon yang masing-masing meliputi bulan Desember-Januari-Februari dan Juni-Juli-Agustus. Penentuan kedua musim monsoon tersebut didasarkan pada sifat angin monsoon, yaitu arah, kemantapan dan kecepatannya. Berdasarkan kriteria yang sama, selain kedua musim tersebut di Indonesia dikenal pula musim transisi I dan musim transisi II yang masing-masing meliputi bulan Maret-April-Mei dan September-Oktober-November. 3 2. Maden-Julian Oscilation MJO Menurut Madden and Julian 1971 dalam Jee, Chang and Baek 2004, Madden-Julian Oscillation MJO merupakan angin yang bertiup ke arah timur, membawa sirkulasi anomali dan aktifitas konvektif yang koheren di sekitar ekuatorial dengan periode 30-90 hari. Secara umum MJO dapat mempengaruhi cuaca tropis dan sistem iklim dalam berbagai aspek seperti : • Aktifitas siklon Maloney dan Hartmann, 2000 dalam Jee, Chang, Baek, 2004. • Konveksi cumulus yang tinggi Madden dan julian, 1972; Hendon dan Salby, 1994 dalam Jee, Chang, Baek, 2004. • Monsoon India Hartmann dan Michelsen, 1989; Wang dan Rui, 1990 dalam Jee, Chang, Baek, 2004. • Monsoon musim panas Australia Wang dan Rui, 1990; Hendon dan Liebmann, 1990 dalam Jee, Chang, Baek, 2004. Selama penjalarannya ke arah timur MJO dipengaruhi oleh posisi matahari. Ketika matahari berada di equator MJO bergerak lurus ke arah timur, sedangkan ketika matahari di selatan equator maka perjalanan MJO agak bergeser ke arah seatan equator yang dikenal sebagai penjalaran selatan-timur south eastern propagation demikian juga ketika matahari berada di sebelah utara equator maka perjalanan MJO agak bergerak ke arah utara equator yang dikenal sebagai penjalaran utara-timur north eastern propagation Rui dan Wang, 1990 dalam Seto 2003. 3. El Nino dan La Nina Perbedaan suhu dan tekanan udara di atas permukaan laut yang tajam antara Samudra Pasifik dan laut pantai Peru dan Equador, menyebabkan perpindahan aliran massa udara dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Perpindahan aliran massa udara tersebut kemudian dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan presipitasi di wilayah sekitarnya. Peningkatan presipitasi di sekitar wilayah tersebut dinamakan La Nina yang berarti anak perempuan, sedangkan sebaliknya penurunan presipitasi dinamakan El Nino, yang dalam bahasa Spanyol berarti anak laki- laki. Menurut Tjasyono 1997 dalam Boer, 2003 pengaruh El-nino kuat pada daerah yang dipengaruhi oleh sistim moonson, lemah pada daerah dengan sistem equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan sistim lokal.

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian