Statistik Mann-Kendall Metode Penelitian 1.

5 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Probability Density Function PDF Probability Density Function atau fungsi kepekatan peluang menurut Walpole, 1990 bagi peubah acak kontinu X adalah bila luas daerah di bawah kurva dan di atas sumbu-x sama dengan satu dan bila luas daerah di bawah kurva antara x=a dan x=b menyatakan peluang X terletak antara a dan b. Karena pX menyatakan nilai peluang maka : ≤ pX ≤ 1 Nilai probabilitas untuk semua kejadian jumlahnya adalah satu atau dituliskan dengan : Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung peluang melalui pendekatan fungsi kepekatan peluang, adalah mengidentifikasi nilai dari peubah acaknya, diskrit atau kontinu. Peubah acak diskrit suatu peubah acak dimana nilainya berupa bilangan bulat atau jika banyaknya titik sampel dari suatu ruang sampel berhingga banyaknya. Peubah acak kontinu adalah suatu peubah acak yang memiliki bentuk nilai berupa pecahan, bilangan desimal atau bilangan riil atau jika banyaknya titik sampel dari suatu ruang sampel tidak berhingga banyaknya. Besarnya nilai peluang curah hujan ekstrim selanjutnya dapat dilakukan dengan pendekatan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi yaitu suatu model perhitungan histogram dengan menggunakan pengelompokan data. Pengelompokkan data curah hujan dilakukan dengan mengklasifikasikan frekuensi hari hujan ke setiap selang 10 mm jumlah curah hujan mulai dari curah hujan di atas 0 mm, 0 mm curah hujan = 10 mm, 10 mm curah hujan = 20 mm, 20 mm curah hujan = 30mm, 30 mm curah hujan = 40 mm dan seterusnya hingga jumlah curah hujan = 110mm.

3.3.2. Statistik Mann-Kendall

Stastistik Mann-Kendall merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk menguji indepedensi data dalam suatu deret waktu. Menurut Kadioglu, 1997 metode ini digunakan untuk menganalisis data iklim yang panjang meliputi metode statistik rangking Man-Kendall. Dalam penelitian ini Uji kecenderungan Mann-Kendall digunakan untuk menguji indepedensi dan kecenderungan data jumlah hari hujan serta menentukan model regresi linear deret waktu dari data frekuensi hari hujan di DAS Brantas selama 51 tahun sejak tahun 1955 hingga 2005. Data yang dianalisis merupakan data jumlah hari hujan tahunan yang dike lompokkan per-3 bulan yaitu bulan Desember-Februari untuk musim hujan, Maret-Mei untuk musim peralihan I, Juni- Agustus untuk musim kemarau dan bulan September-November untuk musim peralihan II. Statistik Mann-Kendall dihitung dengan menggunakan perangkat lunak MAKESENS 1.0. Adapun langkah-langkah perhitungan uji kecenderungan Mann- Kendall adalah sebagai berikut diagram alir ditunjukkan pada Gambar 4: Gambar 4. Diagram alir Uji kecenderungan Mann-Kendall 1 n n p X x = = ∑ Data Curah Hujan CH Harian 1955-2005 Data Jumlah hari hujan Bulanan JHHB 1955-2005 Data JHHB Des-Feb 1955-2005 Data JHHB Mar-Mei 1955-2005 Data JHHB Jun-Ags 1955-2005 Data JHHB Sep-Nov 1955-2005 Uji Independensi Ho = µ j = µ k H1 = µ j ? µ k Statistik Mann- Kendall S Test Z |Z| Z α 2 Tingkat beda nyata : • α =0.1, |Z| 1.645 ? + • α =0.05, |Z| 1.96 ? • α =0.01, |Z| 2.576 ? • α =0.001, |Z| 3.292 ? Mann-Kendall slope estimator Q Regresi linear deret waktu. ft=Qt+B |Z| = Z α 2 Terima Ho Independen Uji kecenderungan Ho = Q = 0 H1 = Q ? 0 Tolak Ho Dependen Terima Ho Independen Test T Kesimpulan Tolak Ho Dependen 6 1. Nilai statistik S Mann-Kendall dinyatakan dengan persamaan berikut : ∑ ∑ + = − = − = n k j k j n k x x S 1 1 1 sgn dengan,      − = = 1 1 sgn θ θ θ θ if if if S=2T- nn-12 Menurut Mann 1945 dalam Hirsch, James and Smith, 1982, hipotesis nol dari keragaman yaitu Ho menyatakan bahwa data x i ,...,x n merupakan sampel dari n bebas dan memiliki distribusi variabel acak yang identik. Sedangkan H1 menyatakan bahwa distribusi dari nilai x k dan x j tidak identik untuk seluruh k, j = n dengan k ? j. 2. Hitung nilai varians VarS dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: [ ] 18 5 2 1 5 2 1 + − − + − = ∑ t t t n n n S Var t 3. Hitung nilai test Z menggunakan nilai S dan Varians VarS, dengan persamaan sebagai berikut:         + = − = 1 1 2 1 2 1 S if S Var S S if S if S Var S Z Nilai S yang positif menunjukkan adanya kenaikan kecenderungan, semakin besar nilai S maka semakin kuat bukti adanya kenaikan tersebut. Sebaliknya nilai S negatif menunjukkan penurunan kecenderungan, semakin besar nilai S maka semakin kuat bukti adanya penurunan trend tersebut. 4. Jika nilai |Z| Z α 2, maka penentuan nilai signifikan menggunakan empat nilai alpha α yang berbeda yaitu sebagai berikut : • Untuk α =0.1, jika nilai AbsZ 1.645 maka nilai signifikan ditandai dengan tanda “+” • Untuk α =0.05, jika nilai AbsZ 1.96 maka nilai signifikan ditandai dengan tanda “” • Untuk α =0.01, jika nilai AbsZ 2.576 maka nilai signifikan ditandai dengan tanda “” • Untuk nilai α =0.001, jika nilai AbsZ 3.292 maka nilai signifikan ditandai dengan tanda “” Jika nilai |Z| = Z α 2, maka perlu dilakukan uji kecenderungan. Dengan menggunakan uji T. 5. Uji kecenderungan dilakukan dengan menggunakan nilai slope Q dari regresi linear deret waktu dengan model: ft=Qt+B Dimana Q adalah nilai slopekemiringan garis regresi dan B adalah nilai intersep. 6. Nilai Q kemudian digunakan untuk uji trend, dengan Ho:Q=0 dan H1:Q?0. Jika uji kecenderungan yang dihasilkan menolak Ho maka ujiT tidak perlu dilakukan. Sedangkan jika hasil uji kecenderungan menerima Ho maka perlku dilakukan uji T. 7. Kesimpulan stastistik Mann-Kendall. 3.3.3. Analisis Wavelet Analisis wavelet dilakukan untuk mengetahui periodisitas dan nilai power spektrum Storch dan Zwiers, 1999. Dengan mengubah suatu deret waktu menjadi ruang frekuensi-waktu, dapat mengurangi modus dari faktor-faktor yang tidak tetap dan mengetahui bagaimana modus tersebut berv ariasi terhadap waktu Torrence and Compo, 1998. Transformasi wavelet merupakan perbaikan dari transformasi Fourier. Jika transformasi Fourier hanya memberikan informasi tentang frekuensi suatu sinyal, maka transformasi wavelet memberikan informasi mengenai kombinasi skala dan frekuensi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis wavelet adalah sebagai berikut : 1. Menentukan transformasi Fourier dari suatu deret waktu. 2. Memilih fungsi wavelet dan skala yang akan dianalisis . 3. Masing-masing skala, fungsi wavelet dinormalisasikan dengan menggunakan persamaan berikut: 7 k k s t s s ω ψ δ π ω ψ 2 1 ˆ 2 ˆ     = Dimana : ˆ ψ : persamaan Morlet. s : skala wavelet. t δ : waktu 1rata-rata jumlah hari selama 51 tahun. k ω : frekuensi sudut. 4. Menentukan transformasi wavelet pada skala tersebut dengan menggunakan persamaan: t n i k N k k n k e s s W δ ω ω ψ χ ˆ ˆ 1 ∑ − = = Dengan ,       − ≤ = 2 : 2 2 : 2 N k t N k N k t N k k δ π δ π ω 5. Menentukan Fourier wavelength pada skala tersebut. 6. Mengulang kembali langkah no. 3 hingga 5 untuk masing-masing skala. Plot kontur wavelet time series yang dihasilkan. 7. Distribusi chi-squared digunakan untuk menentukan besarnya selang kepercayaan 95 dari kontur. Proses perhitungan analisis wavelet di atas dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Matlab 7.0.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN