Analisis Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH : WILDA KARTIKA
090304095
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR KOPI TERHADAP PDRB SEKTOR PERKEBUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR KOPI SUMATERA UTARA

SKRIPSI OLEH : WILDA KARTIKA 090304095 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

( HM. Mozart B. Darus, M.Sc) NIP : 196210051987031005

(Sri Fajar Ayu, SP, MM. DBA) NIP : 197008272008122001


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

ABSTRAK
Wilda Kartika (090304095) dengan judul skripsi “Analisis Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara” dibawah bimbingan Bapak HM. Mozart. B Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA selaku anggota komisi pembimbing Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang menyumbang potensi pengembangan komoditas kopi salah satunya melalui ekspor kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor kopi, bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara, dengan menggunakan data sekunder dari tahun 1989-2012 yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan berbagai sumber lainnya. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara adalah analisis deskriptif, untuk mengetahui kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara digunakan perhitungan secara matematis dan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah volume ekspor kopi, kelapa sawit, karet dan kakao serta variabel terikat adalah PDRB sektor perkebunan. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi digunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah kurs nominal (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar), volume ekspor kopi, dan nilai produksi kopi Sumatera Utara dan variabel terikat adalah nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor kopi berfluktuatif setiap tahunnya, ekspor kopi berkontribusi positif terhadap peningkatan PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara, variabel kurs nominal (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar) memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai ekspor kopi Sumatera Utara, volume ekspor kopi dan nilai produksi kopi Sumatera Utara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Kata Kunci: PDRB Sektor Perkebunan, Kontribusi, Kurs, Volume Ekspor, Nilai Produksi
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

RIWAYAT HIDUP
Wilda Kartika, lahir di P. Genteng pada tanggal 02 Agustus 1992 anak dari Bapak H. Saragih dan Ibu Asliyah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1997 masuk SD Swasta Al-Washliyah 21 Simalungun tamat tahun
2003. 2. Tahun 2003 masuk SMP Negeri 8 Pematang Siantar tamat tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk SMA Muhammadiyah 07 Simalungun tamat tahun 2009. 4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Naga Kesiangan
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai Staf Departemen Keuangan tahun 2011-2012.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Sumatera Utara”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Perttanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. M. Mozart B. Darus M.Sc selaku Ketua Pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA selaku Anggota Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima ksih kepada:
- Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi di kampus.
- Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

- Seluruh pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai Program Studi Agribisnis.
Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta Asliyah, Ayahanda H. Saragih, dan seluruh keluarga atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada Adinda tersayang Lisa Rahmi Ananda atas semangat yang diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rony Alviansyah Harahap atas dukungannya kepada penulis, kepada teman seperjuangan Esterina Hia atas kehadirannya saat suka maupun duka. Kepada teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan mohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih.
Medan, Oktober 2012
Wilda Kartika
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

DAFTAR ISI
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Landasan Teori
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Perkebunan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Ekspor Perdagangan Internasional Nilai Tukar/Kurs Produksi Harga Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Dan Model Analisis Data Pengujian Hipotesis Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Halaman i ii
iii v
vii
viii xi
1 1 7 8 8
9 9 12
12
13 14 16 20 21 22 23 24 26
27 27 27 27 32 32 32

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji Asumsi Regresi Linear Berganda
Uji Linearitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Definisi dan Batasan Operasional Defenisi Batasan Operasional

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Geografis Kondisi Iklim dan Topografi Kondisi Demografi Perkembangan Komoditi Kopi Di Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah 1 Perkembangan Ekspor Komoditi Kopi Sumatera Utara Perkembangan Volume Produksi dan Nilai Produksi Kopi Sumatera Utara Hipotesis Penelitian 1 Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan Sumatera Utara Hasil Asumsi Linear Berganda (a) Uji Linearitas (a) Uji Gejala Multikolinearitas (a) Uji Gejala Autokorelasi (a) Hasil Estimasi dengan Menggunakan SPSS (a) Hipotesis Penelitian 2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara Hasil Asumsi Linear Berganda (b) Uji Linearitas (b) Uji Gejala Multikolinearitas (b) Uji Gejala Autokorelasi (b) Hasil Estimasi dengan Menggunakan SPSS (b)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

33 34 34 34 35 37 37 38
39 39 39 40 31
43 43 43
46 48
48 50 50 50 51 52 56
56 56 56 56 56 58
62 62 63
67

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5

Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8

Judul
Kurva Perdagangan Internasional Skema Kerangka Pemikiran Daerah Durbin Watson Perkembangan Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara Perkembangan Volume Produksi Kopi Sumatera Utara Perkembangan Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan Hasil Pemetaan DW Perhitungan dan DW Tabel (a) Hasil Pemetaan DW Perhitungan dan DW Tabel (b)

Halaman 18 26 36 45 47
50 52 57

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 1
Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7 Tabel 8
Tabel 9 Tabel 10
Tabel 11


Judul

Halaman

Total Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2006-2011 Luas Lahan dan Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2001-2011

3 5

Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara 2000-2012 Perkembangan Luas Lahan Komoditi Kopi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara Tahun 1989-2012 Perkembangan Volume Produksi dan Nilai Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 1989-2012 Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sumatera Utara Tahun 1989-2012

6 41 43 46 49

Nilai Toleran Variabel Independen (a) Hasil Analisis Regresi Kontribusi Volume Ekspor Kopi, Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao Terhadap PDRB Sektor Perkebunan Sumatera Utara

51 53

Nilai Toleran Variabel Independen (b) Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara

56 59


8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Lampiran 1
Lampiran 2 Lampiran 3a Lampiran 3b Lampiran 3c Lampiran 4a Lampiran 4b Lampiran 4c Lampiran 5

Judul Ekspor Komoditas Sektor Perkebunan Yang Berkontribusi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan Sumatera Utara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eskpor Kopi Sumatera Utara
Hasil Output SPSS Tabel Model Summary (a)
Hasil Output SPSS Tabel ANOVA (a) Hasil Output SPSS Tabel Coefficient (a)
Hasil Output SPSS Tabel Model Summary (b)
Hasil Output SPSS Tabel ANOVA (b) Hasil Output SPSS Tabel Coefficient (b) Tabel Durbin-Watson (DW) α = 5 %

Halaman 67
68
69 69 70 70 71 71 72

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD


ABSTRAK
Wilda Kartika (090304095) dengan judul skripsi “Analisis Kontribusi Ekspor Kopi Terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara” dibawah bimbingan Bapak HM. Mozart. B Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP. MM. DBA selaku anggota komisi pembimbing Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang menyumbang potensi pengembangan komoditas kopi salah satunya melalui ekspor kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor kopi, bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara, dengan menggunakan data sekunder dari tahun 1989-2012 yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan berbagai sumber lainnya. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara adalah analisis deskriptif, untuk mengetahui kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara digunakan perhitungan secara matematis dan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah volume ekspor kopi, kelapa sawit, karet dan kakao serta variabel terikat adalah PDRB sektor perkebunan. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi digunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah kurs nominal (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar), volume ekspor kopi, dan nilai produksi kopi Sumatera Utara dan variabel terikat adalah nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekspor kopi berfluktuatif setiap tahunnya, ekspor kopi berkontribusi positif terhadap peningkatan PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara, variabel kurs nominal (nilai tukar Rupiah terhadap Dollar) memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai ekspor kopi Sumatera Utara, volume ekspor kopi dan nilai produksi kopi Sumatera Utara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Kata Kunci: PDRB Sektor Perkebunan, Kontribusi, Kurs, Volume Ekspor, Nilai Produksi
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan memberikan sebuah kekhasan bahwa Indonesia memang benar-benar adalah Negara yang kaya. Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung Indonesia dimana sebagian besar wilayah daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. Inilah sebabnya kata agraris melekat pada Negara Indonesia. Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor, yaitu subsektor pertanian itu sendiri, perkebunan, peternakan, perikanan, serta tanaman hias dan hortikultura. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap perkembangan Indonesia sampai menjadi Negara berkembang (developed country) seperti sekarang ini. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yang termaju di Indonesia juga mempunyai potensi wilayah yang beragam dan kaya terutama di sektor pertanian/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan budidaya komoditas ekspor yang dihasilkan oleh perkebunan dan kehutanan. Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, maka Provinsi Sumatera Utara juga terkena dampaknya yang sampai dengan tahun 2000 masih menekan perekonomian secara meyeluruh. Tetapi karena daerah Sumatera Utara memiliki areal perkebunan yang luas serta terdapatnya agroindustri dan potensi pariwisata
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

maka dalam kondisi krisis masih mempuyai peluang untuk tumbuh dan berkembang ( Disperindag S.U., 2002) Provinsi Sumatera Utara menghasilkan komoditi karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, tebu, dan tembakau. Namun, dari beberapa komoditi yang terdaftar sebagai tanaman perkebunan yang menjadi komoditi unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi. Penetapan keempat komoditi tersebut sebagai unggulan didasarkan pada kemampuan bersaing dengan komoditi yang sama dari daerah lain bahkan dari luar negeri baik terhadap pemasarannya yang berkesinambungan (sustainable) maupun kemampuannya memberikan keuntungan kepada pengelolanya (Hasnudi dan Iskandar, 2005). Komoditi-komoditi perkebunan terbukti menjadi komoditi unggulan Indonesia yang sebagian besar di ekspor seperti kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi. Kopi menjadi salah satu primadona komoditi pertanian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Terbukti, Indonesia menjadi Negara terbesar ke empat yang mengekspor kopi di bawah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Menurut data AEKI (2012), menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Brazil mengekspor sebanyak 34,289 ribu bag, disusul oleh Vietnam sebanyak 16,850 ribu bag, lalu Colombia mengekspor sebanyak 8,064 ribu bag, dan Indonesia di urutan ke empat meng ekspor sebanyak 5,487 ribu bag. Adapun ukuran 1 bag adalah 60 kg kopi.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Tabel 1. Total Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2006-2011

Tahun

Volume Ekspor (Ribu Ton)

Nilai Ekspor (Ribu USD)


2006 2007 2008 2009 2010 2011

307.876 312.083 421.765 505.382 443.969 262.409

497.328 662.601 923.542 803.564 781.766 700.938

Sumber : BPD AEKI Propinsi Sumatera Utara

Dalam AEKI (2012), disebutkan bahwa pada tahun 2006 total ekspor kopi Indonesia sebesar 307.876 Ribu Ton, dan terus mengalami kenaikan pada tahuntahun selanjutnya hingga mencapai 505.382 Ribu Ton di tahun 2009. Dan turun sebesar 443.969 Ribu Ton pada tahun 2010 serta diperkirakan pada tahun 2011 tur un lagi menjadi 262.409 Ribu Ton.

Kopi merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan sebagai sumber pendapatan bagi petani maupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, dan pemasaran hasil kopi, serta berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan. Octavinty dan Suwarto (2010) menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia dengan luas perkebunan kopi mencapai 1,3 juta hektar yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Selawesi Selatan, hingga Papua. Wajar jika para pelaku kopi ingin Indonesia menjadi kiblat kopi dunia sekaligus kuliner dan gaya hidup.
Saat ini luas areal perkebunan kopi di seluruh wilayah Indonesia telah mencapai kurang lebih 1,3 juta hektar dengan luas areal produktif mencapai 980.000 hektar. Dengan tingkat produktivitas rata-rata per tahun berkisar antara 740-850 kilogram

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

per hektar, maka produksi kopi Indonesia per tahun dewasa ini mencapai 680.000 ton. Dari produksi tersebut, 90% berupa kopi robusta dan sisanya 10% berupa kopi arabika. Rendahnya tingkat produktivitas tersebut disebabkan karena 92% kopi Indonesia dihasilkan oleh petani kopi rakyat yang rata-rata kepemilikan lahan per keluarga berkisar antara 0,8-1,5 hektar dengan tingkat pendidikan dan kemampuan budidaya kopi masih tergolong rendah sampai sedang (AEKI, 2012).
Kopi sebagai komoditi ekspor yang diharapkan bisa mengganti salah satu peran migas masih menghadapi masalah yang sulit, baik karena persaingan mutu yang tajam antar sesama negara-negara produsen, maupun proteksi yang berlebihan dari negara maju. Namun demikian, kopi merupakan tanaman perkebunan yang telah lama dikenal masyarakat sebelum bangsa Belanda datang ke Indonesia, dan sekarang telah menjadi satu komditi ekspor penting di samping karet dan kelapa sawit (Ilyas, 1991).
Di Sumatera Utara, perkembangan luas lahan dan produksi kopi dirasakan mengalamai peningkatan yang searah, walaupun tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Tanaman kopi yang ada di Sumatera Utara merupakan tanaman kopi jenis arabika yang tersebar pada dataran tinggi antara 700 - 1.300 m diatas permukaan laut, yaitu di Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedangkan kopi robusta umumnya hidup pada dataran rendah pada ketinggian dibawah 600 m diatas permukaan laut (BPS, 2010).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD


Adapun luas lahan dan produksi kopi Sumatera Utara pada tahun 2001-2011,

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2001-2011

No Tahun Luas Lahan Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan

(ha)

(%)

(Ton)

(%)

1 2001

61.708


-

39.139

-

2 2002

65.469

6,09 42.973 9,7

3 2003

65.152

-0,48

43.252

0,6

4 2004

53.969

-17,16

43.804

1,2

5 2005

77.720

44,01

54.857

25,2

6 2006

78.962

1,60

49.452

-9,8

7 2007

78.980

0,02 50.816 2,7

8 2008

80.384

1,78 53.935 6,1

9 2009

79.545

-1,04

53.721

-0,3

10 2010

80.106

0,705

55.118

2,6

11 2011

79.829

-0,345

57.741

4,7

12 2012

80.570

0,92

58.479

1,28

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2001-2011(Diolah)

Pada Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa luas lahan tanaman kopi di Sumatera Utara pada tahun 2001 adalah 61.708 ha dengan produksi sebesar 39.139 Ton. Pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 53.969 ha dengan produksi sebesar 43.804 Ton. Dan terus mengalami peningkatan luas lahan dan produksi hingga tahun 2009. Dan pada tahun 2010 luas lahan meningkat menjadi 80.106 ha dengan total produksi sebesar 55.118 Ton. Terjadi penurunan luas lahan tahun 2011 menjadi 79.829 ha dengan total produksi sebesar 57.741 Ton. Pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 80.570 ha dan total produksi sebesar 58.479 Ton. Dari data di atas dapat dilihat bahwa luas lahan kopi Sumatera Utara terus meningkat secara perlahan dari tahun 2001-2012. Begitu juga dengan produksi kopi yang searah dengan peningkatan luas lahan.

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Tabel 3. Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara 2000-2012

Tahun

Volume (Ton)

Perkembangan (%)

2000

49.784

-

2001 2002 2003

53.399 53.693 41.440

7,26 0,55 -22,82

2004 2005

53.245 55.642

28,49 4,50

2006 2007 2008

63.269 71.444 62.888

13,71 12,92 -11,98

2009 2010

67.318 78.813

7,04 17,08

2011 2012

78.505 79.808

-0,39 25,29

Sumber : Badan Pusat .Statistik Sumatera Utara 2000-2011 (diolah)

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi Sumatera Utara tahun 2003 mengalami penurunan volume ekspor dari tahun sebelumnya menjadi 41.440 Ton, atau sekitar -22,82%. Tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 62.888 Ton dari tahun sebelumnya atau sekitar 11,98% dan 2011 perkembangannya mengalami penurunan menjadi -0,39% atau sekitar 78.505 Ton dari tahun sebelumnya. Namun secara keseluruhan, relatif terjadi peningkatan volume ekspor kopi Sumatera Utara.
Dari data diatas ternyata jumlah ekspor kopi Sumatera Utara (Tabel 3.) lebih besar dari jumlah produksinya (Tabel 2.) yang selama ini untuk memenuhi permintaan ekspor tersebut Sumatera Utara harus mendatangkan kopi dari Nanggro Aceh Darussalam dan dearah lainnya. Menurut AEKI (2012), pelabuhan laut Belawan yang terletak di Medan merupakan pintu gerbang ekspor kopi yang dihasilkan dari propinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darusalam. Hal ini mencerminkan bahwa komoditi kopi masih menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk ditekuni dan dijalankan baik di kalangan dunia usaha (eksportir) maupun petani

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

kopi yang berada di Sumatera Utara. Bagi eksportir kopi maupun petani kopi (terutama yang berorientasi ekspor) maka salah satu yang terpenting adalah harga kopi pada tingkat ekspor. Hal ini didukung juga oleh ketersediaan dan potensi lahan yang masih cukup baik di Sumatera Utara.
Di sisi lain, Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkannya komoditi kopi karena didukung berbagai syarat yang menjadikan komoditi kopi dapat tumbuh dengan baik dan subur, diantaranya iklim yang sesuai, kesesuaian lahan, dan kesuburan tanah. Potensi dan kekayaan alam tersebut apabila dimanfaatkan dengan benar dan sesuai maka akan menciptakan keuntungan bagi Sumatera Utara khususnya, yang akan berdampak pada pendapatan daerah, petani, perusahaan, dan masyarakat dalam rangka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti bagimana perkembangan komoditi kopi, seberapa besar kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara? 2. Bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan
Sumatera Utara?
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara?
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera
Utara. 2. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor
perkebunan Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi
Sumatera Utara. Kegunaan Penelitian Adapun diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk: 1. Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dan kajian khusus dalam
pengembangan ekspor kopi sebagai salah satu komoditas unggulan Sumatera Utara. 2. Seluruh stakeholders yang terkait dalam kegiatan ekspor kopi seperti petani, eksportir, dan lainnya. 3. Akademis, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka AAK (1991) menyebutkan bahwa kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh di mana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Dalam Sri Najiati dan Daniarti (2004) Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika. Penggolongan kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesiesnya, kecuali kopi robusta. Kopi robusta merupakan nama dagang dan merupakan spesies Coffea canephora.
Spillane (1990) menyebutkan bahwa tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Purpugenus coffea dari famili Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk famili Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukanlah produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni : 1. Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi
dagang Robusta. 2. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika. 3. Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa. 4. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.
Ada satu lagi jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia yaitu kopi Hibrida. Dalam Budiman (2012) kopi hibrida merupakan keturunan hasil perkawinan
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

antara 2 varietas kopi, sehingga mewarisi sifat-sifat ungul kedua induknya. Namun demikian keturunan dari golongan hibrida tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Pembiakannya dilakukan hanya dengan cara vegetatif (stek, sambungan, dan lain-lain). Adapun beberapa sifat kopi hibrida :
1. Arabika-Liberika : Produktivitas tinggi, namun rendemen rendah dan bersifat self fertile (menyerbuk sendiri).
2. Arabika-Robusta : sensitif terhadap serangan penyakit HV dan bubuk buah, dapat berbuah sepanjang tahun, bersifat self fertile, di dataran tinggi yang lembab bisa berproduksi tinggi, namun mudah terserang jamur upas.
Kopi arabika (Coffea Arabica) adalah jenis kopi yang pertama dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1969. Namun dengan adanya serangan penyakit karat daun (Hemileia vastratrix) pada tahun 1876 tanaman kopi arabika hanya bertahan di daerah tinggi (diatas 1.000 m dpl). Sebagai penggantinya mulai tahun 1900 didatangkan tanaman kopi dari jenis Robusta (Coffea Robusta) yang relatif lebih tahan terhadap serangan karat daun. Hasilnya tanaman kopi robusta tersebut dapat berkembang baik di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Timur serta daerah-daerah lainnya (AEKI, 2012).
Dua jenis kopi yang di produksi di Sumatera Utara adalah jenis kopi arabika dan robusta. Dalam Siswoputranto (1993), Kopi robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya dibandingkan dengan citarasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi kopi robusta di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan dituntut tidak mengandung rasa-rasa asam dari terjadinya fermentasi, untuk mendapatkan rasa lugas (neutral taste). Kopi robusta memiliki kelebihan pada kekentalan yang lebih
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

dan warna yang kuat. Karenanya kopi robusta banyak diperlukan untuk bahan campuran blends untuk merk-merk tertentu. Kopi robusta banyak dipergunakan oleh industri-industri sebagai bahan baku untuk kopi serbuk. Jenis kopi ini memberikan hasil yang lebih tinggi, memberikan kekentalan minuman kopinya dan memperkuat warna.
Dalam Rahardjo (2012), kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia tahun 1996. Dalam rangka mengatasi masalah penyakit karat daun, telah dilakukan seleksi pohon induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antartipe kopi arabika atau dengan varietas lain. Siswoputranto (1993) menyebutkan bahwa kopi arabika asal Toraja dan asal Takengon (Aceh) sudah terkenal ke seluruh dunia, disebabkan karena memperoleh citra mutu prima dan dengan demikian memperoleh harga amat baik di pasaran dunia
Menurut Siswoputranto (1976) dalam Spillane (1990), kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat kafeina yang kurang lebih sebagai berikut: kafeina 1% sampai 2,5%; minyak atsiri 10% sampai 16%; asam chlorogen 6% sampai 10%; zat gula 4% sampai 12%; selulosa 22% sampai 27%. Kadar kafeina yang terdapat dalam kopi robusta sedikit lebih tinggi dibanding kopi arabika. Sebaliknya, jenis arabika lebih banyak mengandung zat gula dan minyak atsiri. Di Negara-negara konsumen ramuan minuman kopi ini biasanya dihidangkan dalam bentuk hasil blending kopi robusta dan arabika. Selain meningkatkan citarasa hasil blending juga menekankan harga pokoknya, karena harga kopi arabika tercatat jauh lebih tinggi dibanding robusta.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Produksi kopi Indonesia sangat tergantung dari kondisi iklim global, namun secara umum dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Dari total produksi kopi Indonesia, saat ini 220.000 ton di konsumsi di dalam negeri (dengan tingkat konsumsi kopi per kapita mencapai 0,9kg/tahun dan sekitar 460.000 ton diekspor ke luar negeri. Beberapa nama kopi Indonesia yang sudah dikenal di luar negeri secara komersial adalah Robusta Sumatera Coffee, sedangkan kopi-kopi spesialti diantaranya adalah Gayo Coffee, Lintong Coffee, Mandheling Coffee, Java Coffee, Toraja Coffee, Bali Coffee dan Flores Coffee (AEKI, 2012).
Landasan Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Perkebunan Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tinggi rendahnya Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) yang dalam lingkup wilayah disebut dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Angka PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (Grass Value Added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto ialah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (input). PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan naik turunnya tingkat pendapatan yang dipengaruhi oleh perubahan harga-harga, misalnya karena inflasi. Jadi tidak menggambarkan kenaikan atau penurunan riil pendapatan tersebut. Sedangkan jika PDRB dihitung dengan harga konstan, perubahan hargaharga pada tahun dilakukannya perhitungan akan diabaikan, sehingga akan menggambarkan kenaikan/penurunan pendapatan riil. Kenaikan pendapatan riil dapat menggambarkan kenaikan daya beli penduduk (Tarigan, 2004).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Perkebunan sebagai salah satu subsektor pertanian mempunyai peranan penting

dalam pembangunan ekonomi Indonesia, baik pada masa lalu, sekarang maupun

pada masa yang akan datang. Subsektor perkebunan memberikan peranan

terhadap pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah Sumatera Utara.

Keberadaan perkebunan di Propinsi Sumatera Utara mempunyai peranan penting

secara ekonomi, dengan indikasi sumbangan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) pada tahun 2011 sebesar 41,07% terhadap sektor pertanian atau 9,73%

terhadap Popinsi Sumatera Utara. Produktivitas perkebunan terutama perkebunan

rakyat mengalami peningkatan yang terutama oleh lima komoditi yang paling

diminati yaitu

kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan kelapa

(Hasnudi dan Iskandar, 2005).

Volume ekspor komoditas perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao) yang terus meningkat dengan PDRB sektor perkebunan menunjukkan perkembangan yang cukup baik, karena ekspor komoditas perkebunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor perkebunan melalui sumbanga devisa. Hasil dari subsektor perkebunan yang sebagian besar di ekspor merupakan andalan pengganti migas, karena dapat menjadi sumber penghasil dan penghemat devisa. Komoditi ekspor andalan Sumatera Utara dari subsektor perkebunan adalah kelapa sawit (palm oil), karet, kakao, kopi dan sebagainya yang semuanya merupakan komoditas primadona di pasar dunia (Amalia, 2012).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2002), adalah tanah dan kekayaan alam lainnya, jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja, barang-barang modal dan tingkat teknologi, sistem

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

sosial, sikap masyarakat, dan luas pasar. Adapun dalam penelitian ini faktor-faktor yang berkontribusi terhadap PDRB sektor perkebunan adalah ekspor keempat komoditas unggulan perkebunan yang memberikan sumbangan devisa yang cukup besar melalui ekspor, keempat komoditi tersebuat adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.
Ekspor Ekspor dari satu negara merupakan impor untuk negara lain. Ekspor merupakan salah satu pemicu perkembangan nasional di setiap negara. Secara ringkas dapat dikatakan, dalam dunia yang sudah terbuka ini hampir tidak ada lagi satu negarapun yang benar-benar mandiri, tapi satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Kenyataan ini meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan Internasional dalam masa mendatang untuk kepentingan ekonomi suatu negara.
Menurut MS Amir (1991), ada tiga hal yang menjadi landasan untuk kemungkinan memperdagangkan komoditi dalam pasaran internasional adalah pertama, bila komoditi atau produk mempunyai keunggulan mutlak atau keunggulan komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi yang sama dinegara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah efisiensi dari komoditi bersangkutan. Suatu komoditi dinyatakan mempunyai keungulan mutlak bila produk itu merupakan produk langka secara alamiah, misalnya terikat pada iklim tertentu atau wilayah tertentu. Kedua, bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri. Komoditi yang mempunyai potensi ekspor dipandang dari sudut selera konsumen adalah komditi yang mutu, desain, ketepatan waktu penyerahan, pengaturan
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

packing dan standarisasi produk itu sesuai dan memenuhi selera konsumen. Ketiga, bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka pengamananan cadangan strategi nasional.
Ketiga asas diatas dapat dianggap sebagai asas utama dalam menentukan kebijaksanaan dan setiap upaya untuk mendorong impor maupun ekspor. Dalam Amir (2004), tujuan ekspor adalah: 1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk
memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba). 2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik
(membuka pasar ekspor). 3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capcity). 4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih salam
persaingan yang ketat.
Menurut Darmansyah dalam Soekartawi (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain : 1. Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar internasional
dengan harga domsetik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. 2. Nilai Tukar (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional akan menjadi lebih mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara, harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

3. Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa pembatasan kuantitas barang ekspor dan impor.
4. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan suatu komoditi. Sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.
Perdagangan Internasional Menurut Todaro (1994), arti penting perdagangan khususnya perdagangan internasional dan relevansinya dengan pekembangan suatu negara adalah: 1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting.
Perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, menaikkan output dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan pasar dunia bagi produk, yang apabila tanpa pasar maka negaranegara miskin tidak akan dapat berkembang. 2. Perdagangan cenderung untuk mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan persediaan sumber daya dunia dari setiap negara lebih efisien. 3. Perdagangan membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif, baik efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor produksi. 4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya produksi internasional menentukan sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi kesejahteraan nasionalnya. Negara-negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dlam kebebasan pasaar tersebut.
Bagi Indonesia, perdagangan hasil pertanian mempunyai peranan penting karena Indonesia sebagai eksportir besar juga sekaligus importir besar. Indonesia merupakan eksportir produk perkebunan dan importir produk pangan. Artinya, perdagangan internasional mempunyai peranan penting dalam pembangunan sistem agribisnis atau pembangunan pertanian kita. Oleh karena itu, harus dibuat sedemikian rupa agar perdagangan internasional itu menjadi alat untuk pembangunan sistem agribisnis Indonesia (Saragih, 2010).
Dalam Siregar (2008), suatu negara (misalnya negara A) akan mengekspor suatu komoditi (kopi) ke negara lain (misalnya negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Negara B mengalami kekurangan suplai kopi karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada kesempatan ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi kopi dari negara lain yang hargannya lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A akan mengekspor kopi ke negara B.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

P

P

SW P

DB SB

DA SA

PB

X PA

PW

M

DW

0 Q1 Q2

Q 0 QW

Q0

Q

Negara A (Pengekspor) Perdagangan Internasional Negara B (Pengimpor)

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional

Sumber: Diadaptasi dari Salvator (1997) dalam Siregar (2008).

Keterangan :

PA : Harga domestik di negara A (Pengekspor) tanpa perdagangan

internasional

Q1Q2 : Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB : harga domestik di negara B (Pengimpor) tanpa perdagangan internasional

Q3Q4 : Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

PW : Harga keseimbangan di kedua negara setelah perdagangan internasional

QW : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana

jumlah yang diekspor (X) sama dengan yang diimpor (M)

Pada gambar di atas (Gambar 1.), sebelum terjadinya perdagangan internasional,

harga di negara A adalah sebesar PA sedangkan di negara B adalah sebesar PB.

Suplai di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari

PA, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga

internasional lebih besar dari PA, sedangkan permintaan di pasar internasional

akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari PB. Pada saat harga

internasional sama dengan PW maka di negara B terjadi kelebihan permintaan

8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

(ED), sedangkan jika harga internasional sebesar PW maka di negara A terjadi kelebihan suplai (ES). Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara A dan kelebihan permintaan di negara B akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu sebesar PW. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan mengekspor kopi sebesar X, dan negara B akan mengimpor kopi sebesar M.
Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dan konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Siregar, 2008).
Ketika pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
Perdagangan internasional suatu negara khususnya sektor ekspor merupakan salah satu sumber devisa negara. Bagi suatu negara terutama negara-negara yang belum maju, devisa sangat penting dalam memenuhi kebutuhannya antara lain untuk mengimpor jasa pihak asing seperti asuransi, melunasi hutang luar negeri dan lain-lain (Nainggolan, 2007).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Perbedaan struktur perekonomian antara satu negara dengan negara lain menyebabkan perbedaan sumber devisa bagi masing-masing negara. Negara yang struktur ekonominya masih agraris, maka sumber devisanya kebanyakan dari ekspor hasil produksi pertanian seperti karet, kina, kopi, tembakau, dan lain-lain (Amir, 1991).
Sumber devisa suatu negara pada umumnya terdiri dari: 1. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa. 2. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional serta
swasta asing. 3. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO
dan Pemerintah asing seperti Jepang, Arab Saudi dan lain-lain. 4. Laba dari penanaman modal luar negeri. 5. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional (Amir, 1991).
Nilai Tukar/Kurs Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai harga mata uang domestik (Salvator, 1997 dalam Suswati, 2011). Sedangkan Mankiw (2003) dalam Suswati (2011), membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan mata uang dari satu negara ke Negara lain. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dollar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dollar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dollar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknaya orang Jepang yang ingin memiliki dollar akan
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal.
Nilai tukar riil (real exchang rate) adalah nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barag dan jasa dari negara lain. Nilai tukar riil (real exchang rate) adalah harga relatif dari barangbarang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil (Salvator, 1997 dalam Suswati, 2011).
Produksi Secara umum areal dan produksi kopi di Indonesia selama 10 tahun terakhir (2002 – 2011) areal tanaman kopi praktis tidak mengalami perluasan yang berarti. Dalam kurun waktu tersebut luas areal justru mengalami penurunan sebesar 4,6 % Demikian juga dalam kurun waktu yang sama produksi kopi Indonesia mengalami stagnasi, bahkan dalam tahun 2011 menurun cukup tajam, disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Sekitar 95 % dari produksi tersebut merupakan kopi rakyat (smallholders coffee), sedangkan selebihnya adalah kopi perkebunan besar (estates coffee) (http://gaeki.or.id).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

Komposisi kopi robusta kurang lebih 83% dari total produksi kopi Indonesia dan sisanya 17% berupa kopi arabika. Perbandingan produksi kopi robusta dengan arabika tersebut diharapkan persentasenya dapat ditingkatkan, yaitu untuk kopi arabika menjadi 30% dan robusta 70%. Peningkatan produksi komoditas perkebunan diupayakan terutama melalui peningkatan produktivitas lahan serta perbaikan efisiensi pengelolaan. Sasaran utamanya adalah peningkatan produksi perkebunan rakyat mengingat produktivitas per hektar dan mutu hasilnya masih rendah, padahal sebagian besar hasil perkebunan berasal dari perkebunan rakyat.
Harga Harga kopi Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri masih dipandang relatif mahal. Hal ini dapat diketahui dari perbandingan harga kopi dengan harga barang kebutuhan lainnya, di lain pihak mahalnya harga kopi Indonesia dibandingakan dengan harga kopi produksi negara-negara lainnya. Ini disebabkan oleh terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan di dalam processing dari kopi “alasan” sampai menjadi kopi yang memenuhi mutu ekspor. Terlalu tingginya resiko, baik resiko penyusutan, cacat biji, dan sebagainya akan mempengaruhi harga pokok ekspor kopi (Ilyas, 1991).
Dalam hal pemasaran dan penguasaan pangsa pasar internasional, komoditas perkebunan dan pertanian umumnya menderita gejala struktur pasar yang sangat asimetris antara pasar internasional dan pasar domestik. Gejala asimetri tersebut sering dianalogikan dengan fenomena serupa pada hubungan antara petani produsen dan pedagang atau konsumen, karena produsen komoditas perkebunan sebagian besar berada di negara-negara berkembang, sementara konsumen produk
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

hilir perkebunan berada di negara-negara maju. Misalnya, daalam 25 tahun terakhir, harga kopi di pasar dunia turun 18% per tahun, tetapi harga di tingkat konsumen di Amerika Serikat justru naik sampai 240%. Demikian pula, harga rata-rata minyak kelapa sawit di pasar internasional mengalami penurunan 10% per tahun, tetapi harga produk hilir di pasar domestik mengalami kenaikan 40% (Arifin, 2004 dalam Arifin, 2005).
Penelitian Terdahulu
Nensy (2005), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Penelitian ini membahas tentang pengaruh eskpor, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ekspor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Panjaitan (2008), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi di Kabupaten Dairi. Penelitian ini membahas tentang perbandingan antara perkembangan ekspor dan produksi kopi Sumatera Utara dengan perkembangan ekspor dan produksi kopi dunia. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara (2,19%) lebih cepat dari rata-rata perkembangan volume ekspor kopi Sumatera Utara (1,03%) lebih cepat dari rata-rata perkembangan produksi kopi dunia (0,55%). Perkopian di daerah Sumatera Utara juga menunjukkan rata-rata perkembangan produksi kopi Suumatera Utara/tahun masih lebih kecil dari kebutuhan ekspor kopi Sumatera Utara. Akibatnya Sumatera Utara harus mengambil kopi dari daerah lain, antara
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD

lain provinsi Nanggro Aceh Darussalam dan provinsi Lampung untuk mencukupi kebutuhan ekspornya.
Amalia (2012), menganalisis pengaruh subsektor perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai produksi perkebunan, luas lahan perkebunan pada t-4, kurs, nilai ekspor kopmiditi perkebunan dan investasi pada t-4 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Adapun nilai ekspor perkebunan hanya dipengaruhi oleh nilai produksi perkebunan.
Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga sektor pertanian sangat vital bagi Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang sangat penting adalah perkebunan. Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi perkebunan kopi terutama perkebunan kopi rakyat yang potensial dan menurut AEKI (2012), menyumbang sekitar 20% dari total ekspor kopi nasional.
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemerataan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja dan juga diharapkan dapat mencapai target–target seperti yang telah ditetapkan baik untuk regional atau nasional. Untuk m