Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika Di Sumatera Utara

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI

ARABIKA DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH : ESTERINA HIA

090304100

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI

ARABIKA DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ESTERINA HIA 090304100 AGRIBISNIS

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 19630928199803 1 001 NIP. 19630204199703 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

Esterina Hia (090304100) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara ” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang menyumbang potensi pengembangan komoditas kopi arabika salah satunya melalui ekspor kopi arabika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika dan menganalisis surplus produsen, surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara, dengan menggunakan data sekunder dari tahun 2002-2012 yang berasal dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara dan berbagai sumber lainnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat, nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, dan variabel terikat adalah nilai ekspor kopi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi di Sumatera Utara dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Sumatera Utara.

Dari hasil analisis, surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.

Kata Kunci: Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen


(4)

RIWAYAT HIDUP

Esterina Hia, lahir di Bengkulu pada tanggal 20 September 1991 anak dari Bapak Amakhoita Hia, SH, M.Hum dan Ibu Agustianah, SH. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk SD Negeri 32 Bengkulu tamat tahun 2003 dari SD Negeri 0911254 Batu Anam

2. Tahun 2003 masuk SMP Negeri 4 Pematang Siantar tamat tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk SMA Negeri 4 Pematang Siantar tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Pantai Cermin Kiri Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara tanggal 17 Juli 2013- 28 Agustus 2013.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai Staf Departemen Keuangan tahun 2011-2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas kesehatan yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Adapun topik penelitian menyangkut tentang “ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI ARABIKA DI SUMATERA UTARA”. Tujuan dari penulisan skripsi ini dalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Didalam penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing dimana ditengah-tengah kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlihat dalam penyelesaian studi ini, kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis,


(6)

M.Ec selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

3. Seluruh pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai Program Studi Agribisnis.

4. Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta Agustianah, SH dan Ayahanda tercinta Amakhoita Hia, SH, M.Hum. yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang dan senantiasa memberikan semangat dan dorongan serta kepercayaan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Kepada adik-adik saya tersayang : Niasti Hia, Anugerah Wira Suryani Hia, Putri Ayu Hia, Agung Mahaputra Hia.

6. Kepada sahabat saya Wilda Kartika dan kepada teman-teman seperjuangan di PKL Pantai Cermin Kiri, Pantai Cermin Kanan, Kuala Lama serta teman-teman Angkatan 09.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menyampaikan permintaan maaf yang tulus seandainya dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang besifat membangun untuk menyempurnakan penulisan Skripsi ini.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

RIWAYAT HIDUP ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 5 1.4 Kegunaan Penelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 2.1 Tinjauan Pustaka 7 2.2 Landasan Teori 13

2.2.1 Perdagangan Internasional 13

2.2.2 Ekspor 17

2.2.3 Nilai Tukar 18

2.2.4 Harga Domestik dan Luar Negeri 19 2.2.5 Produksi Domestik Bruto (PDB) 20 2.2.6 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen 21 2.3 Kerangka Pemikiran 22 2.4 Hipotesis Penelitian 24

BAB III METODE PENELITIAN 25

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian 25 3.2 Metode Penentuan Sampel 25 3.3 Metode Pengambilan Data 25 3.4 Metode Analisis Data 26 3.5 Definisi dan Batasan Operasional 34


(8)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 35 4.1 Kondisi Geografis 35 4.2 Kondisi Iklim dan Topograi 36 4.3 Kondisi Demografi 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38

5.1 Hasil 38

5.1.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara 38 5.2.1 Analisis Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara 45

5.2 Pembahasan 47

5.2.1 Pengaruh Harga Ekspor Kopi Arabika Terhadap

Nilai Ekspor Kopi Arabika 47 5.2.2 Pengaruh GDP Perkapita Riil Negara Tujuan Ekspor

Terhadap Nilai Ekspor Kopi Arabika 48 5.2.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar

(Kurs Riil) Terhadap Nilai Ekspor Kopi Arabika 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 50

6.1 Kesimpulan 50

6.2 Saran 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Proses Perdagangan Antar Dua Negara 15 Gambar 2 Surplus Produsen dan Surplus Konsumen 21 Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran 23 Gambar 4

Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson Dengan

Tabel Durbin-Watson 30 Gambar 5 Histogram Uji Normalitas 42 Gambar 6 Scatter Plot Uji Normalitas 43 Gambar 7 Hasil Pemetaan DW Perhitungan dan DW Tabel 45 Gambar 8 Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Ekspor

Kopi Arabika Sumatera Utara


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi di Sumatera Utara 2007-2011

2 Tabel 2 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera

Utara 2002-2012

3 Tabel 3 Realisasi Volume (Kg) Ekspor Kopi Arabika

Berdasarkan Negara Tujuan.

4 Tabel 4 Syarat Mutu Umum Kopi 11 Tabel 5 Klasifikasi Mutu Biji Kopi Berdasarkan Sistem Nilai

Cacat

11 Tabel 6 Hubungan Jenis Cacat Dan Nilai Cacat Biji Kopi 12 Tabel 7 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

39 Tabel 8 Nilai Toleran Variabel Independen 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012.

52

Lampiran 2 Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012 Setelah Ditransformasi.

53

Lampiran 3 Data Harga Domestik Kopi Arabika, Harga Internasional Kopi Arabika, Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, Tahun 2002- 2012

54

Lampiran 4a Tabel Summary Regresi Linier Berganda 55 Lampiran 4b Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda 55 Lampiran 4c Tabel Coefficient Regresi Linier Berganda 56 Lampiran 5 Tabel Durbin-Watson (DW) α= 5% 57


(12)

ABSTRAK

Esterina Hia (090304100) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara ” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang menyumbang potensi pengembangan komoditas kopi arabika salah satunya melalui ekspor kopi arabika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika dan menganalisis surplus produsen, surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara, dengan menggunakan data sekunder dari tahun 2002-2012 yang berasal dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara dan berbagai sumber lainnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS dengan variabel-variabel bebas adalah harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat, nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, dan variabel terikat adalah nilai ekspor kopi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi di Sumatera Utara dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Sumatera Utara.

Dari hasil analisis, surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.

Kata Kunci: Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama. Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia, pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera, sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan pintu gerbang kopi arabika dan robusta yang dihasilkan dari Jawa Timur dan wilayah Indonesia bagian timur (AEKI, 2012).

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang daerahnya berpotensi untuk pengembangan budidaya kopi. Beberapa daerah atau kabupaten yang terkenal dengan produksi kopinya adalah Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tobasa, Humbahas, dan kabupaten lainnya yang potensial untuk pertanaman komoditi perkebunan ini. Adapun jenis kopi yang dibudidayakan di


(14)

Sumatera Utara ini adalah kopi jenis arabika dan robusta. Sebagai salah satu provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia, produksi kopi mampu menunjang pendapatan asli daerah bagi daerah-daerah pertanaman kopi sekaligus meningkatkan pemasukan bagi pendapatan nasional Sumatera Utara terutama dari hasil ekspor ke luar negeri.

Data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara, luas lahan perkebunan kopi arabika lebih besar dari pada robusta karena produktivitasnya yang lebih tinggi. Untuk kopi arabika luasnya mencapai lebih kurang 59.144,67 hektar, sementara kopi robusta hanya 20.976,39 hektar.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi di Sumatera Utara 2007-2011.

Tahun Arabika Robusta

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton)

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton) 2007 53.869,36 42.222,57 25.110,74 8.592,92 2008 56.390,81 45.351,99 23.993,36 8.573,32 2009 57.141,89 45.482,81 22.403,10 8.238,61 2010 57.721,06 42.755,11 20.988,50 7.844,94 2011 59.144,67 48.354,26 20.976,39 8.393,18 Sumber data : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara

Sebagian besar produksi kopi di Sumatera Utara dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Dari tabel 1 di atas, menunjukan tingginya produksi kopi arabika dari pada kopi robusta di Sumatera Utara. Produksi kopi arabika mencapai 48.354,26 ton per tahun, sedangkan kopi robusta 8.393,18 ton per tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan petani dalam menanam kopi arabika yaitu harga kopi arabika yang lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta karena ada cita rasa


(15)

robusta yang memakan waktu hingga lima tahun baru dapat dipanen. Demikian juga proses pengolahannya setelah petik dalam waktu sehari sudah dapat dijual, sementara robusta umumnya membutuhkan waktu penjemuran enam hari.

Perkembangan volume dan nilai ekspor total kopi Indonesia pada periode tahun 2002 sampai 2012 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara 2002-2012 Tahun Ekspor Perkembangan (%)

Volume (Kg) Nilai (USD) Volume Nilai 2002 34.591.770 64.074.018 - - 2003 26.274.051 49.922.805

-24,04 -22,09

2004 33.907.857 75.915.770

29,05 52,07

2005 36.188.400 117.609.107

6,72 54,92

2006 48.861.227 139.560.746

35,01 18,67

2007 62.561.175 192.190.556

28,03 37,71

2008 54.410.985 189.071.379

-13,03 -1,62

2009 55.546.806 176.166.366

2,09 -6,82

2010 61.403.364 217.554.777

10,54 23,49

2011 61.971.389 367.198.418

0,93 68,78

2012 61.489.167 364.979.728

-0,78 -0,60 Sumber data: Sekretariat Asosiasi Ekspotir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah

Sumatera Utara (Diolah)

Perkembangan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara baik dalam volume maupun nilai ekspor serta perkembangannya dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel 2. Dalam periode tahun 2002-2012, volume ekspor terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 26.274.051 kg dan volume ekspor tertinggi pada tahun 2007 sebesar 62.561.175 kg karena dipicu tingginya permintaan dunia dan mulai membaiknya


(16)

tanaman kopi di Sumut maupun daerah di Sumatera lainnya yang menjadi pemasok kopi ke Sumut. Sementara nilai ekspor terendah juga terjadi pada tahun 2003 (US $ 49.922.805) dan nilai ekspor tertinggi yang pernah tercapai adalah sebesar US $ 367.198.418 pada tahun 2011. Perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 2011, 2005, dan 2004. Seperti dapat terlihat pada tabel 2, pada tahun tersebut perkembangan nilai ekspor yang terjadi adalah sebesar 68,78 persen, 54,92 persen, dan 52,07 persen.

Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan pada kondisi dan situasi pasar kopi dunia. Negara tujuan utama ekspor kopi dari Sumatera Utara adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman yang selama ini dikenal sebagai negara-negara tujuan ekspor kopi tradisional.

Tabel 3. Realisasi Volume (Kg) Ekspor Kopi Arabika Berdasarkan Negara Tujuan.

No

Nama

Negara Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 1 U S A 30.575.295 31.435.622 31.736.540 30.922.600 32.178.196

2 Jerman 2.913.520 2.463.220 4.367.900 4.287.780 3.895.440

3 Singapura 2.288.845 1.400.373 746.563 552.612 2.389.010

4 Jepang 7.616.424 7.647.520 10.631.379 8.995.394 5.700.496

5 Canada 2.412.720 2.396.400 2.329.500 1.942.200 2.014.200

6 Belgia 2.105.280 2.079.906 1.867.000 2.950.800 2.233.600

7 Australia 1.128.026 1.084.760 1.401.470 1.607.890 1.656.005

8 Inggris 1.458.908 1.147.760 1.346.350 959.295 884.160

9 Taiwan 887.160 1.171.650 1.322.820 938.590 928.385

Sumber data: Sekretariat Asosiasi Ekspotir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara

Volume Ekspor kopi arabika di Sumatera mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan tabel 3 di ketahui negara tujuan utama ekspor kopi dari Sumatera


(17)

dan produksinya mengalami peningkatan setiap tahun. Kenaikan dan penurunan ekspor kopi arabika di berbagai negara tujuan di pengaruhi juga dengan perkembangan harga ekspor kopi arabika yang berubah-ubah, GDP per kapita negara tujuan ekspor, dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar. Hal inilah yang mendasari perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan ekspor?

2. Berapa besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan ekspor.

2. Untuk menganalisis besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.


(18)

1.4Kegunaan Penelitiann

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi para petani kopi arabika, lembaga pemasaran kopi arabika eksportir kopi arabika dalam meningkatkan ekspor kopi arabika dan kedepannya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah yang terkait untuk merumuskan kebijakan dimasa yang akan datang dalam usaha meningkatkan nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari famili Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk famili Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni : coffea canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang robusta, coffea arabica menghasilkan kopi dagang arabika, coffea excelsa menghasilkan kopi dagang excelsa, coffea liberica menghasilkan kopi dagang liberica. Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis robusta yang mutunya berada di bawah arabika, mengambil bagian 24% produksi dunia, sedangkan liberica dan excelsa masing-masing 3%. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafein lebih rendah. Maka arabika lebih mahal daripada robusta (Spillane,1990).

Kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyak terdapat di Ethiopia pada garis lintang belahan Utara 6-90 sampai daerah subtropis 240 pada garis lintang belahan Selatan, misalnya di Panama sebelah utara dan Brasilia. Sebenarnya jenis Arabika ini dapat hidup juga di dataran rendah sampai dataran lebih tinggi lagi, tetapi apabila


(20)

ditanam di dataran lebih rendah atau lebih tinggi kurang produktif. Sebab jenis tersebut kalau ditanam di dataran rendah di bawah 1.000 m akan mudah terserang penyakit Hemileia vastatrix. Sebaliknya kalau kopi Arabika ini ditanam di dataran tinggi, yang lebih dari 1850 m, udara akan terlalu dingin sehingga akan banyak tumbuh vegetatif saja. Dan yang paling optimal bila tanaman ini di tanam pada ketinggian 1250-1850 dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 17-210C. Di Indonesia kopi Arabika ini bisa produktif dan tahan terhadap Hemileia vastatrix, bila ditanam pada ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 16-200 C (AAK, 2012).

Kopi yang berasal dari Brazil dan Ethiopia ini memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan lain sebagainya. Antara kopi yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa. Berikut ciri-ciri kopi arabika: Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah, memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis robusta, memiliki rasa kental saat disesap dimulut, rasa kopi arabika lebih halus, kopi arabika juga terkenal pahit (Budiman, 2012).

Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :

a. Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun ± 12 sampai 15 cm, dan lebar ± 6 cm.

b. Biji buah yang lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

c. Bila batang tidak dipangkas, tinggi pohom bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.


(21)

d. Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.000-1.750 m dari permukaan laut, sedang di daerah subtropis dapat ditanam di datran rendah karena suhu lebih rendah.

e. Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya menjadi terlalu awal, akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat mengganggu pembentukan buah.

f. Curah hujan yang optimal sekitar 1.500-2250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim kering yang tegas 2-3 bulan demi perkembangan bunga.

g. Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang(AAK, 2012).

Kopi-kopi Sumatera terkenal karena halus, manis, kekentalannya yang kuat dan seimbang. Rasanya sangat tergantung pada masing-masing daerah asal, atau blending dari masing-masing daerah, perbedaan rasa akibat perbedaan lahan dan proses dapat sangat terasa. Memiliki ciri karakter rasa cokelat, tembakau, asap, tanah, dan kayu yang dapat dirasakan dengan baik dalam secangkir kopi. Adakalanya, kopi-kopi Sumatera menunjukkan kadar keasaman yang lebih tinggi, yang menyeimbangkan kekentalannya (Anonimus, 2012).

Ada beberapa daerah di Sumatera Utara yang terkenal menghasilkan kopi kualitas ekspor diantaranya yaitu Mandheling, adalah suatu nama dagang yang digunakan untuk kopi arabika dari Sumatera Utara. Nama ini berasal dari nama orang-orang Mandailing, yang memproduksi kopi di Tapanuli - Sumatera. Kopi Mandheling


(22)

berasal dari Sumatera Utara, dan juga Aceh. Selanjutnya daerah yang menghasilkan kopi lintong, tumbuh di distrik Lintongnihuta, arah barat-daya Danau Toba. Danau yang besar ini merupakan salah satu dari yang terdalam di dunia, 505 meter. Daerah produksi kopi merupakan suatu dataran tinggi, yang terkenal akan keanekaragaman jenis tanaman paku-pakuannya. Daerah ini menghasilkan 15.000 sampai 18.000 ton kopi arabika setiap tahun. Sebuah daerah yang berdekatan, dipanggil Sidikilang, juga menghasilkan kopi arabika (Anonimus, 2012).

Mutu Kopi

Indonesia telah menerapkan standar mutu kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi.

Biji kopi sebagai komoditas ekspor telah memiliki standar nasional mutu biji kopi. Tujuannya untuk menjaga citra mutu kopi Indonesia yang konsisten berkualitas baik ( Rahardjo, 2012).


(23)

Persyaratan umum biji kopi yang diolah secara basah maupun secara kering sebagai berikut.

Tabel 4. Syarat Mutu Umum Kopi

Kriteria Satuan Peryaratan

1. Serangga hidup tidak ada 2. Biji berbau busuk dan atau tidak ada atau berbau kapang

3. Kadar air % fraksi massa maks 12,5 4. Kadar kotoran % frkasi massa maks 0,5 Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008

Mutu biji kopi dapat juga ditentukan dengan menggunakan nilai cacat (defect system). Adapun pemberian nilai cacat atas biji kopi didasarkan pada jenis cacat yang dikandung oleh biji itu sendiri. Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat sebagai berikut.

Tabel 5. Klasifikasi Mutu Biji Kopi Berdasarkan Sistem Nilai Cacat Mutu Persyaratan

Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Catatan : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008


(24)

Tabel 6. Hubungan Jenia Cacat Dan Nilai Cacat Biji Kopi

No Jenis Cacat Nilai Cacat

1 1 (satu) biji hitam 1 (satu) 2 1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah) 3 1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah) 4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)

5 1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat) 6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu)

7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah) 8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima) 9 1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah) 10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah) 11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima) 12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh) 13 1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma) 14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima) 15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh) 16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima) 17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh) 18 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran

besar 5 (lima)

19 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran

sedang 2 (dua)

20

1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran

kecil 1 (satu)

Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. jika satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.


(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional

Menurut Waluya (1995), “International Busineess” atau perdagangan Internasional dapat didefenisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan (country of destination) yang dilakukan oleh perusahaan multinational coorporation (MNC) untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi (pabrik) dan perpindahan merek dagang.

Menurut dalam negeri, perdaganga Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya perdagangan.

Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut. a. Menjalin persahabatan antar negara

b. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi penguasaan iptek dan lain-lain.


(26)

c. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suat suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

d. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Para menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

e. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasonal, di antaranya sebagai berikut:

a. Faktor alam/ potensi alam

b. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

c. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatka d. Adanya perbedaan kemampuan penguasaa


(27)

e. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perl menjual produk tersebut.

f. Adanya perbedaan keadaan seperti

g. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

h. Keinginan membuka

negara lain.

i. Terjadinya er

hidup sendiri.

(Gambar a) (Gambar b) (Gambar c)

Negara A (Ekportir) Pasar Internasional Negara B (Importir)

Gambar 1. Proses Perdagangan Antar Dua Negara P

PW

Pa

0

Qc Qp Qe

P P

Qp Qc Da

Sb

Q

Q Q

Sa

ED


(28)

Menurut Kindeleberger dan lidert, Houck, Tweeten dalam Lubis (2002), secara teoritis penawaran ekspor dan permintaan impor pada pasar internasional dapat dilakukan dengan konsep demand suply kasus dua negara. Gambar 1 menunjukan, dengan asumsi hanya ada dua negara, yaitu negara A dan negara B (atau gabungan negara-negara lainnya), satu jenis komoditi yang diperdagangkan, dan pasar dalam kondisi persaingan sempurna maka, Gambar a merupakan situasi di pasar di negara A (Eksportir), dimana Sa dan Da menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara eksportir. Sedangkan Gambar c merupakan situasi pasar di negara B (Importir), dimana Sb dan Db menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara B.

Tanpa perdagangan, bila harga di atas Pa maka produsen di negara A akan menawarkan lebih banyak dibandingkan permintaan, sehingga fungsi penawaran Sa akan mencerminkan excess supply function, yaitu sebesar Qp-Qc. Sedangkan di negara B, bila harga dibawah Pb akan terjadi permintaan yang melebihi penawaran, sehingga excess demand, yaitu sebesar Qc-Qp. Sekiranya terjadi perdagangaan maka excess supply dari negara A akan ditawarkan di pasar internasional, sedangkan untuk menyeimbangkan excess demand, negara B akan mengimpor. Terjadinya ekspor oleh negara A dan impor oleh negara B akan menyebabkan keseimbangan di pasar dunia (Gambar b) yang di tunjukan oleh titik Ew dengan harga dunia sebesar Pw, dimana negara a akan mengekspor sebesar Qp-Qc atau sama dengan jumlah yang diimpor oleh negara B, yaitu sebesar Qc-Qp. Dengan demikian, besarnya jumlah ekspor dan impor di pasar internasional adalah sebesar Qe (Lubis, 2002).


(29)

2.2.2 Ekspor

Menurut Amir (2004), Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalan valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.

Berdasarkan Peraturan dan aturan komoditi ekspor Indonesia, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Untuk mengekspor barang yang bebas ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan yanhg telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dari Deperindag atau Surat Izin Usaha dari Departeman Teknis/Lembaga Pemerintah Non-Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ekspor akan mendorong kegiatan ekonomi karena orang asing yang membeli barang produksi dalam negeri. Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor tanpa memandang penyebab-penyebab adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-negara yang mengekspor. Transaksi ekspor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya. Bagi perkembangan perekonomian suatu negara, transaksi ekspor ini merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang penting. Dan suatu negara perlu menggalakkan ekspor untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.


(30)

2.2.3 Nilai Tukar

Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange rate). Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam suatu bahasa yang sama.

Nilai tukar didasari dua konsep. Pertama, konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. Kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional (Halwani, 2002).

Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp.8000/USD menjadi Rp.9000/USD) berarti Dollar menjadi lebih mahal dalam nilai Rupiah. Ini mencerminkan bahwa nilai Dollar naik karena jumlah Rupiah yang diperlukan untuk membeli Dollar meningkat. Dengan kata lain, Dollar mengalami apresiasi terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi lebih murah dinilai dalam Dollar, artinya Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar. Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang asing mengalami apresiasi. Sebaliknya penurunan kurs mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang domestik dan


(31)

Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Penurunan nilai tukar dalam negeri merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah laju inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, suku bunga relatif, kontrol pemerintah, ekspektasi.

2.2.4 Harga Domestik dan Luar Negeri

Menurut Krugman (1999), jika mengetahui kurs antara dua mata uang dari dua negara, kita dapat menghitung harga ekspor salah satu negara dalam uang negara lain. Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi makin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu makin mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya : harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor akan menjadi bertambah banyak. Naik turunnya harga disebabkan oleh keadaan perekonomian negara


(32)

pengekspor dan harga di pasaran internasional semakin meningkat. Akibat dari kedua hal tersebut akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

2.2.5 Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Mankiw (2003), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai dari semua barang dan jasa yang di produksi di suatu Negara selama kurun waktu tertentu. Menurut Sukirno (1994), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai barang dan jasa suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dan negara asing. Sedangkan PNB (Gross National Product/ GNP) adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara tersebut baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Menurut Samuelson (1992), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan paad suatu periode waktu tertentu. PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri.


(33)

2.2.6 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Menurut Simbolon (2007), surplus konsumen adalah keuntungan yang di peroleh konsumen karena membayar harga yang lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar. Misalkan titik equilibrium E (PA, QA) dari gambar 2 diketahui pada

harga sebesar P1 dimana konsumen mampu membeli sebanyak Q2, jika harga

keseimbangan adalah PA, sehingga daerah yang diarsir bagian atas merupakan

daerah surplus konsumen.

Gambar 2. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

Surplus produsen merupakan keuntungan yang di peroleh produsen karena memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga produsen bersedia untuk menjual. Pada titik equilibrium E (PA, QA) dari gambar 2 dapat diketahui bila harga sebesar

P5, produsen mampu menjual sebanyak Q1, dan bila harga P6, maka mampu

menjual sebanyal Q2. Jika haga keseimbangan PA, berarti produsen mempunyai

keuntungan sebesar PA, P5 untuk jumlah Q2 sehingga daerah yang diarsir pada

bagian bawah merupakan daerah surplus produsen (SP) (Simbolon, 2007).

E

QA

Q1 Q2

P1

P2

P3

P4

P5

SK

SP

Q f(S)


(34)

2.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia adalah kopi. Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika.

Usahatani Kopi arabika merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai prospek yang baik di pasar nasional dan internasional serta merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi produk ekspor unggulan. Pengembangan budidaya kopi arabika Sumatera Utara dipengaruhi oleh tingkat produksi kopi arabika. Ekspor kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil Amerika Serikat dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar.

Disamping itu, menurut Santoso dan Syafa’at dalam Kustiari (2008) gejolak harga kopi arabika mempunyai peranan yang sangat dominan. Faktor lain yang cukup berpengaruh adalah tingkat nilai tukar yang ternyata mendorong peningkatan harga kopi petani dan volume ekspor kopi. Fluktuasi harga kopi arabika dan perubahan nilai ekspor serta volume ekspor dapat memberikan dampak terhadap besarnya surplus produsen dan surplus konsumen yaitu seberapa besar keuntungan yang dinikmati konsumen dan produsen dari kegiatan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.


(35)

Keterangan :

: Menyatakan pengaruh

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang

mempengaruhi berdasarkan negara tujuan ekspor:

• Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

• GDP Perkapita Riil Amerika Serikat

• Nilai Tukar Nominal Rupiah Terhadap Dollar

Nilai Ekspor Kopi Arabika di

Sumatera Utara


(36)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Harga ekspor kopi arabika berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi arabika, GDP Perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kopi arabika, Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi arabika,

2. Surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan bahwa pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang ekspor kopi arabika Sumatera serta memiliki potensi dalam pengembangan budidaya kopi arabika.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 2002-2012 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS (Statistical Package for Sosial Science) dan berupa Data Sekunder.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Menurut Hasan (2002), Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang-orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara yaitu data realisasi ekspor kopi arabika Sumatera Utara 2002-2012 dan realisasi ekspor kopi


(38)

arabika Sumatera Utara berdasarkan negara tujuan 2002-2012. Biro Pusat Statistik dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara yaitu data perkembangan luas areal dan produksi kopi di Sumatera Utara, data harga domestik kopi arabika Sumatera Utara. Dinas Perdagangan dan perindustrian Sumatera Utara, website ICO (International Cofee Organization ) yaitu harga internasional kopi arabika 2002-2012, website Worldbank.org yaitu data GDP perkapita riil negara tujuan ekspor kopi arabika ( Amerika Serikat), website Kementerian Perdagangan Indonesia yaitu data kurs nominal dan berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah (1) yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Untuk mengidentifikasi masalah (2) yang digunakan secara matematis dengan menggunakan rumus surplus konsumen dan surplus produsen

Model regresi linear berganda merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah (1) faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas Y), maka regresi ini disebut garis regresi linier berganda. (multiple linear regression). Dalam regresi linier berganda, variabel tidak bebas Y tergantung dua atau lebih variabel (Supranto, 2005).

Data yang dibutuhkan adalah nilai ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil negara tujuan ekspor, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar. Maka persamaan linier


(39)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ

Keterangan :

Y = Nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara a = Koefisien intersep

b1-b3 = Koefisien variabel regresi

X1 = Harga ekspor kopi arabika (Rp/Kg)

X2 = GDP perkapita riil Amerika Serikat (Rp)

X3 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (Rp)

µ = Random error

Kriteria pengambilan keputusan : Secara serempak :

Jika Fhitung ≤ Ftabel, terima H1 ; tolak HO pada taraf kepercayaan 95%.

Jika Fhitung > Ftabel, terima HO ; tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%.

Secara Parsial :

Jika Thitung ≤ Ttabel, terima H1 ; tolak HO pada taraf kepercayaan 95%.

Jika Thitung > Ttabel, terima HO ; tolak H1 pada taraf kepercayaan 95%.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Normalitas

Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis parametrik. Untuk yang menggunakan analisis parametrik seperti analisis perbandingan 2 rata-rata, korelasi, regresi dan sebagainya, maka perlu dilakukan uji normalitas data dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data


(40)

tersebut terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil (Priyatno,2012).

3.4.2 Uji Linearitas

Uji asumsi linearitas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian apakah model garis linear yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan keadaannya ataukah tidak. Pengujian ini perlu dilakukan sehingga hasil analisis yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan beberapa kesimpulan penelitian yang diperlukan (Sudarmanto, 2005).

Dalam regrei linier berganda dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan dalam regresi linier berganda berkaitan dengan digunakannya sejumlah variabel di dalam model adalah

3.4.3 Multikolinieritas

Menurut Supriana (2012), koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun, interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antara variabel bebas. Maksudnya, jika ada dua buah variabel, X1 dan X2 lalu X1 dinyatakan sebagai


(41)

Menurut Gujarati (1995) dalam Aulia (2012), multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, antara lain :

a. Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10.

b. Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8. c. Jika nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas.

3.4.4 Autokorelasi

Menurut Supriana (2012), autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu dan individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Cara mendeteksi dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas. Untuk mempermudah dalam melihat pola hubungan yang dimaksud, dapat dengan membuat plot antara kedua variabel tersebut.

Menurut Nachrowi (2005), mendeteksi autokorelasi melalui uji Durbin-Watson merupakan cara yang paling populer. Aturan main menggunakan uji Durbin-Watson.

Perumusan model :

H0 = Tidak ada autokorelasi positif dan negatif

H1 = Ada auto korelasi positif atau negatif

Bandingkan nilai d yang dihitung dengan dL dan dU dari tabel dengan aturan

berikut:

1. Bila d < dL , tolak H0. Berarti, ada korelasi yang positif


(42)

3. Bila dU < d < 4-dU , jangan tolak H0 maupun H1. Artinya tidak ada korelasi

positif maupun negatif

4. Bila 4 – dU ≤ d ≤ 4- dL , kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.

5. Bila d > 4-dL, tolak H1. Berarti ada korelasi negatif.

Aturan main menggunakan uji Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut.

Tidak Tahu Tidak tahu

Korelasi positif Tidak ada korelasi Korelasi Negatif

0 dL dU 4 –dU 4-dL 4

Gambar 4. Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson Dengan Tabel Durbin-Watson

3.4.5 Pengujian Hipotesis

Menurut Koutsoyiannis (1997) dalam Siregar (2008), terdapat tiga kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi model ekonometrika yaitu : (1) kriteria ekonomi, (2) kriteria statistik, dan (3) kriteria ekonometrika. Berdasarkan kriteria ekonomi model evaluasi dengan melihat apakah tanda dan besarnya parameter dugaan peubah-peubah penjelas dalam persamaan sesuai dengan hipotesis. Berdasarkan kriteria statistik, akan dilihat besarnya nilai koefisien determinasi (R2), nilai uji F dan uji t.


(43)

Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel-variabel independen menerangkan variabel dependen pada model secara bersama-sama. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, maka semakin besar pula kemampuan variabel-variabel independen menerangkan variabel dependen.

Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen. Di dalam uji F digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya semua variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya adalah H1 :

H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dicari dengan rumus sebagai berikut :

�ℎ�����= �2 / (� −1) 1− �2 / (� − �)

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi n = jumlah variabel independen k = jumlah sampel


(44)

Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti variabel

independen secara simultan/ serempak mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji parsial atau uji t mengasumsikan bahwa pada saat dilakukan pengujian untuk suatu variabel independen maka tidak terjadi perubahan pada variabel independen lainnya. Di dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0: βi = 0

H1: βi ≠ 0

Dimana H0 menunjukkan hipotesis nol, sedangkan H1 menunjukkan hipotesis alternatif, β1 menunjukkan koefisien variabel independen ke-I. Di dalam hipotesis nol, besarnya koefisien regresi dinyatakan nol artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen ke-I dengan variabel dependennya. Nilai t-hitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t-hitung = �� ����

Dimana :

β1 = koefisien regresi variabel independen ke-i Se β1 = standar error variabel ke-i

Jika nilai t-hitung berada di selang -tα/2 < t < tα/2 pada tingkat kepercayaan 5% atau

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti variabel


(45)

3.4.6 Analisis Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

Analisis surplus konsumen dan surplus produsen merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah (2) yaitu mengenai besar surplus produsen dan surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Berdasarkan kurva permintaan dan penawaran maka surplus konsumen dapat dinyatakan sebagai berikut:

SK = 1

2 x Qe x ( Pe – P2)

Berdasarkan kurva permintaan dan penawaran maka surplus produsen dapat dinyatakan sebagai berikut:

SP = 1

2 x Qe x ( Pe – P1)

Keterangan :

SK = Surplus konsumen. SP = Surplus Produsen.

Pe = Harga Keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara. Qe = Jumlah Keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara. P1 = Harga domestik kopi arabika di Sumatera Utara.


(46)

3.5 Defenisi Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat Defenisi dan Batasan Operasional :

3.5.1. Defenisi

1. Harga ekspor kopi arabika adalah harga di tingkat eksportir yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2012. 2. GDP adalah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan di dalam suatu

negara selama suatu periode waktu tertentu. GDP per kapita riil negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat dengan periode waktu yang di gunakan adalah tahun 2002-2012.

3. Nilai tukar nominal yaitu perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Istilah “nilai tukar mata uang” antara dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal ini. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2012.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurung waktu tahun 2002-2012 meliputi data nilai tukar rupiah, harga domestik kopi arabika, harga internasional kopi arabika, harga ekspor riil kopi arabika ke negara tujuan, GDP per kapita riil Amerika Serikat, produksi kopi arabika, volume ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera Utara dibagi kepada

Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² atau sekitar 14,95% dari seluruh luas Sumatera dan 3,69% dari luas wilayah Indonesia, hal inilah yang menjadikan provinsi Sumatera Utara adalah Provinsi yang sangat potensial dalam membantu dan memacu pertumbuhan ekonomi negara.

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas kelompok wilayah, yaitu Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan Kepulauan Nias.

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam menunjang pertumbuhan industri.


(48)

Salah satunya adalah Sumatera Utara yang tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara.

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus yang juga merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

4.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Pasat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91% prt tahun, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%.

Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang.Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah


(49)

4.3 Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah multietnis dengan menganut berbagai agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya.

Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera utara yang tinggal di pedesaan sebesar 50, 84% dan yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 49,16%.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara

Data pada Lampiran 1 merupakan data awal hasil penelitian dimana satuan pengukuran belum sama. Menurut Nachrowi (2002), walaupun unit yang digunakan dalam regresi berbeda-beda, kesimpulan akhir dari model tersebut akan sama bila berhati-hati dalam menginterpretasikan model. Namun untuk mengurangi salah interpretasi, sebaiknya digunakan satuan ukuran/unit yang sama dalam mengukur variabel-variabel bebas maupun terikat

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data tahunan yaitu data mulai tahun 2002 sampai tahun 2012. Dalam persamaan diketahui variabel bebas terdiri dari harga ekspor kopi arabika (X1), GDP perkapita riil negara tujuan ekspor yaitu

Amerika Serikat (X2), nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (X3). Dari

variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap nilai ekspor kopi arabika sebagai variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini dengan menggunakan Model Regresi Linier Berganda, adalah sebagai berikut:


(51)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ

Keterangan :

Y = Nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara a = Koefisien intersep

b1-b3 = Koefisien variabel regresi

X1 = Harga ekspor kopi arabika

X2 = GDP perkapita riil Amerika Serikat

X3 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar

µ = Random error

Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS ( Stasistical Product and Service Solution) maka hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara

Variabel Koefisien Standar T-Hitung Signifikan Regresi Error

Constanta 1374000000000 143000000000 1,202 0,268 X1 = Harga Ekspor 52480000 9360000 5,607 0,001 X2 = GDP USA 0,00002341 0,000 2,870 0,024 X3 = Kurs

Nominal -459900000 17320000 -2,655 0,033 R= 0,988a

R-Square = 0,977

F-Hitung = 99,639 0,000a

F-Tabel = 3,36


(52)

Adapun persamaan yang diperoeh dari hasil analisis adalah

Y = 1374000000000 + 52480000X1 + 0,00002341X2 + 459900000X3

t-Hitung (1,202) (5,607) (2,870) (2,655) Kesesuaian Model ( Test of Goodness of Fit)

Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi tersebut (Lampiran 4a), maka diperoleh hasil R (Lampiran 4a) sebesar 0,977 yang artinya 97,7% variasi variabel Nilai ekspor telah dapat jelaskan oleh variabel harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil Amerika Serikat, kurs nominal. Sisanya sebesar 2,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.

Uji F ( Uji Simultan)

Berdasarkan tabel ANOVA (Lampiran 4b) dapat dilihat bahwa secara serempak pengaruh variabel terikat volume ekspor kopi arabika di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variabel bebas harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil

Amerika Serikat, kurs nominal ternyata signifikan secara statistik pada α = 5%.

Hal ini dapat dilihat dari uji F dimana F hitung (99,639) > F-Tabel (3,36). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil Amerika Serikat, kurs nominal mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel nilai ekspor kopi arabika.

Uji t (Uji Parsial)

1. Harga Ekspor Kopi Arabika (X1)


(53)

Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 bahwa t-hitung (5,607) > t-tabel (1,796). Berpengaruh nyatanya harga ekspor kopi arabika terhadap nilai ekspor kopi arabika dapat dilihat dari nilai ekspor kopi arabika yang ikut mengalami kenaikan ketika harga ekspor kopi arabika meningkat. Sehingga nilai ekspor kopi arabika bergerak mengikuti harga ekspor kopi arabika dengan arah yang positif.

2. GDP Amerika Serikat (X2)

Secara parsial, variabel GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor kopi arabika. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung (2,870) > t-tabel (1,796). Berpengaruh nyatanya GDP perkapita riil Amerika Serikat dapat dijelaskan bahwa kenaikan GDP perkapita riil Amerika Serikat juga akan menaikan nilai ekspor kopi arabika. Sehingga nilai ekspor kopi arabika bergerak mengikuti GDP perkapita riil Amerika Serikat dengan arah yang positif.

3. Nilai Tukar Nominal (Kurs Nominal) (X3)

Secara parsial, variabel nilai tukar nominal (Kurs Nominal) berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Pengaruh tersebut nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung (2,655) > t-tabel (1,796). Berpengaruh nyatanya kurs nominal dapat dilihat ketika kurs nominal terapresiasi maka volume ekspor kopi arabika mengalami penurunan.


(54)

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dapat dilihat dari histogram dan scatter plot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 5. Histogram Uji Normalitas

Berdasarkan histogram di atas terlihat bahwa rata-rata residual telah sama dengan nol dan Standar deviasi mendekati 1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model terdistribusi normal. Untuk lebih menyakinkan maka dapat menganalisi plot untuk menguji normalitas.


(55)

Gambar 6. Scatter Plot Uji Normalitas

Plot diatas memiliki aturan jika titik-titik (gradient antara prbabilita kumulatif observasi dan probabilita kumulatif harapan) berada sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat plot diatas dimana titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka dapat disimpulkan bahwa residual telah mengikuti distribusi normal.

Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda

Uji linearitas

Dari persyaratan untuk melihat apakah persamaan dilakukan uji F dengan kriteria penilaian adalah jika F-hitung > F-tabel adalah signifikan, dan didapat F-hitung = 99,639 dan F-tabel = 3,36 (Lampiran 4b) dan nilai signifikansi 0.000 < 0,05, sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear.


(56)

Uji Gejala Multikolinearitas

Setelah melihat tabel Coefficient (Lampiran 4c) terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinieritas tidak terdapat dalam persamaan ini.

Tabel 8. Nilai Toleran Variabel Independen

Model

Collinearit

Statistics Keputusan

Tolerance VIF

Harga Ekspor Kopi Arabika 0,224 4,461 Bebas multikolinieritas GDP USA 0,154 6,500 Bebas multikolinieritas Kurs Nominal 0,420 2,380 Bebas multikolinieritas Sumber: Data penelitian diolah dengan SPSS Lampiran 4c

Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam perhitungan regresi atas penelitian ini maka digunakan Durbin-WatsonTest (DWTest). Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin-Watson Test sebesar 1,519 (Lampiran 4a).

Dengan menggunakan tabel statistik dW dan signifikansi 0,05% dengan n=11 serta jumlah variabel bebas sebanyak maka diperoleh angka dL = 0,444 dan dU = 2,283, sedangkan untuk nilai 4-dU = 1,717 dan 4-dL = 3,556.


(57)

Tidak Tahu Tidak tahu

Korelasi positif Tidak ada korelasi Korelasi Negatif

0 0,444 2,283 1,717 3,556 4

Gambar 7 . Hasil Pemetaan Durbin-Watson Dengan Tabel Durbin-Watson

Jika dilihat dari Gambar diatas, nilai dW = 1,519 terletak diantara dL dan dU, dL < dW < dU (0,444 < 1,519 <2,283). Hal ini mengakibatkan nilai dW terletak pada daerah ketidakpastian. Berdasarkan syarat pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi diperoleh kesimpulan tidak ada autokorelasi pada persamaan.

5.1.2 Analisis Surplus Konsumen Dan Surplus Produsen Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Untuk memperoleh surplus produsen dan surplus konsumen digunakan data hasil rata-rata data harga Internasional sebagai harga keseimbangan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara, harga domestik kopi arabika di Sumatera Utara dan harga ekspor riil kopi arabika ke negara tujuan yaitu Amerika Serikat dari tahun 2002-2012 (Lampiran 3). Berikut ini perhitungan surplus konsumen dan surplus produsen:


(58)

a. Surplus Konsumen

SK = 1

2 x Qe x ( Pe – P2)

SK = 1

2 x 1 x ( Rp 27.879,00 - Rp 31.489,00)

SK= Rp 1.805,00

b. Surplus Produsen

SP = 1

2 x Qe x ( Pe – P1)

SP = 1

2 x 1 x (Rp 27.879,00 – Rp 25.646,00 )

SP= Rp 1.116,00

Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan surplus konsumen dan surplus produsen untuk 1 kg jumlah keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara maka di peroleh hasil Suplus Konsumen adalah Rp 1805,- per kg dan Surplus Produsen adalah Rp 1116,- per kg. Produsen mendapatkan keuntungan dengan memperoleh harga lebih tinggi dari harga yang produsen bersedia menjualnya yaitu Rp 1116, per kg dan konsumen mendapatkan keuntungan yang diperoleh konsumen karena membayar harga yang lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar yaitu Rp 1805,- per kg. Kurva surplus produsen dan konsumen dapat dilihat pada Gambar 7.


(59)

Gambar 8. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Diperoleh kesimpulan Surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh Harga Ekspor Kopi Arabika Terhadap Nilai Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang ditampilkan di tabel 7 diperoleh bahwa harga ekspor kopi arabika berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Pengaruh harga ekspor kopi arabika terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara relatif besar. Hal ini dapat ditunjukakan oleh nilai koefisien regresi sebesar 52480000 dengan pengaruh yang ditimbulkan adalah positif.

P SK = Rp 1805,- per kg Rp 31.489,-

SP = Rp 1.116,- per kg d Rp 27.879,-

Rp 25.646,- s


(60)

Dari koefisien regresi dapat diartikan bila terjadi peningkatan harga ekspor kopi arabika terhadap nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara sebesar satu rupiah, maka meningkatkan nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara sebesar 52480000 Rupiah.

5.2.2 Pengaruh GDP Perkapita Riil Amerika Serikat Terhadap Nilai Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera utara. Secara parsial, variabel GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi arabika dimana nilai t-hitung variabel GDP perkapita riil Amerika Serikat yang lebih besar di bandingkan nilai t-tabel.

Koefisien variabel regresi GDP perkapita riil Amerika serikat yaitu 0,00002341 yang berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara yang berarti bila terjadi peningkatan GDP perkapita riil Amerika Serikat sebesar 1 Rupiah, maka akan meningkatkan nilai ekspor kopi dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat sebesar 0,00002341 Rupiah.

5.2.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar (Kurs Nominal) Terhadap Nilai Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang ditampilkan di tabel 7 diperoleh bahwa Kurs Nominal berpengaruh terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara. Pengaruh kurs nominal terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara relatif besar. Hal ini


(61)

dapat ditunjukakan oleh nilai koefisien regresi sebesar 34512,953 dengan pengaruh yang ditimbulakan adalah negatif.

Dari koefisien regresi dapat diartikan bila terjadi Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar satu Rp/USD, maka menurunkan nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara ke Amerika Serikat 459900000 Rp/USD.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasi penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil estimasi yang dilakukan diperoleh bahwa nilai R-Squared (R2) sebesar 0,977 yang artinya variasi yang terjadi pada harga ekspor kopi arabika (X1), GDP perkapita rill negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat

(X2), nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (X3) sebesar 97,7% dan

sisanya sebesar 2,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Secara parsial variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (nilai ekspor kopi arabika) ialah harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil Amerika Serikat, nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar. Dengan nilai koefisien variabel harga ekspor kopi arabika 52480000, GDP perkapita riil Amerika Serikat 0,00002341, dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar -459900000.

2. Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan surplus konsumen dan surplus produsen untuk 1 kg jumlah keseimbangan ekspor kopi arabika Sumatera Utara maka di peroleh hasil Surplus konsumen Rp 1805,- per kg lebih besar dari pada surplus produsen Rp 1116,- per kg, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.


(63)

6.2 Saran

Sebagai suatu rangkaian logis dari penelitian maka saran yang dapat dikemukakan adalah :

1. Ekspor kopi arabika Sumatera Utara di bawah naungan AEKI, sehingga perlu peran AEKI sebagai perantara antara Eksportir dan Pemerntah untuk memperlancar kegiatan ekspor kopi dan mempermudah segala birokrasi ekspor.

2. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi yang berpotensi dalam pengembangan budidaya kopi arabika dan salah satu penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia. Sehingga perlunya peran pemerintah dalam pemberian insentif bagi petani dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas kopi arabika yang dihasilkan agar dapat meningkatkan volume ekspor kopi arabika di Sumatera Utara yang memberikan dampak terhadap peningkatan nilai ekspor kopi arabika Sumatera Utara dan mampu menembus pasar ekspor yang lebih baik. Pemerintah juga perlu melakukan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah dengan para eksportir serta industri pengolahan kopi arabika untuk peningkatan daya saing kopi arabika Sumatera Utara di pasar internasional.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rata-rata tahunan, sehingga membuat hasil penelitian ini kurang representatif bagi pelaku perkopian di Sumatera Utara, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan data triwulan atau bulanan untuk lebih baik.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2012. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta : Kanisius.

AEKI, 2012. Ekspor. Dipetik Februari 2013., dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia;http://www.aekiaice.org/index.php?option=com_content&view= article&id=6&Itemid=12&lang=in.

Amir, M.S. 2003. Ekspor Impor Teori & Penerapannya. Jakarta : PPM. , M.S. 2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Jakarta : PPM.

Anonimus, 2012. Kopi Arabika Sumatera: Mandheling, Lintong dan Gayo. Dipetik Mei

Aulia, Ilham. 2012.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Komoditi Kopi Di Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian USU.

Budiman, Haryanto,. S.P. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan Kualitas perkebunan Kopi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Halwani, R Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia Anggota IKAPI.

Krugman, Paul R., Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan internasional. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE UGM

Kustiari, Reni. 2008. Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia. Dalam Majalah Kopi Indonesia Jendela Informasi Perkopian Edisi 140/Th XIII/Mei-Juni-Juli/ 2008.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama


(65)

Nopirin. 1994. Ekonomi Internasional. Yogyakarta : BPFE.

Raharjo, Pudji. 2012. Kopi Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta ; Penebar Swadaya.

Samuelson, Paul dan Nordhaus, 1999. Mikro Ekonomi, Ed. XIV. Jakarta: Erlangga.

Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Medan : USU Press.

Siregar, Veronika, Silvia. 2008. Produksi, Konsumsi, Harga Dan Ekspor Kopi Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Utama Di Asia, Amerika, Dan Eropa. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Soeharno,TS. 2006. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : ANDI

Spillane, James J. 1990. Komoditi Kopi Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: LPFE-UI

Supranto, J. 2005. Ekonometrika. Bogor : Ghalia Indonesia.

Supriana, Tavi. 2012. Dasar Ekonometrika Aplikasi Dalam Bidang Ekonomi Pertanian. Medan : Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian USU.

Priyatno, Dwi. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI


(66)

Lampiran 1. Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara , Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012.

Tahun Nilai Ekspor

Harga Ekspor Kopi

Arabika GDP Amerika Serikat

Kurs Nominal

US $ Rp/Kg US $ Rp/$

2002 64074018 17154

10590200000000

9261 2003 49922805 16286

11089300000000

8571 2004 75915770 20217

11797800000000

9030 2005 117609107 31687

12564300000000

9750 2006 139560746 26109

13314500000000

9141 2007 192190556 28085

13961800000000

9142 2008 189071379 33956

14219300000000

9772 2009 176166366 32844

13898300000000

10356 2010 217544777 32162

14419400000000

9078 2011 367198418 51983

14991300000000

8773 2012 364979728 55896

15684800000000


(67)

Lampiran 2. Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara , Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012 Setelah Ditransformasi

Tahun Nilai Ekspor

Harga Ekspor

Kopi

Arabika GDP Amerika Serikat

Kurs Nominal

Rp Rp/Kg Rp Rp/$

2002 593389480698 17154 98075842200000000 9261 2003 427888361655 16286 95046390300000000 8571 2004 685519403100 20217 106534134000000000 9030 2005 1146688793250 31687 122501925000000000 9750 2006 1275724779186 26109 121707844500000000 9141 2007 1757006062952 28085 127638775600000000 9142 2008 1847605515588 33956 138950999600000000 9772 2009 1824378886296 32844 143930794800000000 10356 2010 1974962265606 32162 130899313200000000 9078 2011 3221431721114 51983 131518674900000000 8773 2012 3437014098576 55896 147703761600000000 9417


(68)

Lampiran 3. Data Harga Domestik Kopi Arabika, Harga Internasional Kopi Arabika, Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, Tahun 2002- 2012

Tahun

Harga

Domestik Harga Internasional

Harga Ekspor Kopi Arabika

Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg

2002 13781 12561 17154 2003 10254 12131 16286 2004 16892 16020 20217 2005 26882 24689 31687 2006 22635 23054 26109 2007 22635 24901 28085 2008 27172 30114 33956 2009 27202 32840 32844 2010 27961 39219 32162 2011 50326 52428 51983 2012 36370 38713 55896 Rata-Rata 25646 27879 31489


(69)

Lampiran 4a. Tabel Summary Regresi Linier Berganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson 1 .988a .977 .967 1.78825E11 1.519 a. Predictors: (Constant), Kurs Nominal, Harga Ekspor, GDP USA

b. Dependent Variable: Nilai Ekspor

Lampiran 4b. Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 9.559E24 3 3.186E24 99.639 .000a

Residual 2.238E23 7 3.198E22 Total 9.783E24 10

a. Predictors: (Constant), Kurs Nominal, Harga Ekspor, GDP USA b. Dependent Variable: Nilai Ekspor


(70)

Lampiran 4c. Tabel Coefficient Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1.374E12 1.143E12 1.202 .268

Harga

Ekspor 5.248E7 9.360E6 .677 5.607 .001 .224 4.461 GDP USA 2.341E-5 .000 .418 2.870 .024 .154 6.500 Kurs

Nominal -4.599E8 1.732E8 -.234 -2.655 .033 .420 2.380 a. Dependent Variable: Nilai Ekspor


(1)

Lampiran 1. Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara , Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012.

Tahun Nilai Ekspor

Harga Ekspor Kopi

Arabika GDP Amerika Serikat

Kurs Nominal

US $ Rp/Kg US $ Rp/$

2002 64074018 17154

10590200000000

9261 2003 49922805 16286

11089300000000

8571 2004 75915770 20217

11797800000000

9030 2005 117609107 31687

12564300000000

9750 2006 139560746 26109

13314500000000

9141 2007 192190556 28085

13961800000000

9142 2008 189071379 33956

14219300000000

9772 2009 176166366 32844

13898300000000

10356 2010 217544777 32162

14419400000000

9078 2011 367198418 51983

14991300000000

8773 2012 364979728 55896

15684800000000


(2)

Lampiran 2. Data Nilai Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara , Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal Tahun 2002-2012 Setelah Ditransformasi

Tahun Nilai Ekspor

Harga Ekspor

Kopi

Arabika GDP Amerika Serikat

Kurs Nominal

Rp Rp/Kg Rp Rp/$

2002 593389480698 17154 98075842200000000 9261 2003 427888361655 16286 95046390300000000 8571 2004 685519403100 20217 106534134000000000 9030 2005 1146688793250 31687 122501925000000000 9750 2006 1275724779186 26109 121707844500000000 9141 2007 1757006062952 28085 127638775600000000 9142 2008 1847605515588 33956 138950999600000000 9772 2009 1824378886296 32844 143930794800000000 10356 2010 1974962265606 32162 130899313200000000 9078 2011 3221431721114 51983 131518674900000000 8773 2012 3437014098576 55896 147703761600000000 9417


(3)

Lampiran 3. Data Harga Domestik Kopi Arabika, Harga Internasional Kopi Arabika, Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, Tahun 2002- 2012

Tahun

Harga

Domestik Harga Internasional

Harga Ekspor Kopi Arabika

Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg

2002 13781 12561 17154

2003 10254 12131 16286

2004 16892 16020 20217

2005 26882 24689 31687

2006 22635 23054 26109

2007 22635 24901 28085

2008 27172 30114 33956

2009 27202 32840 32844

2010 27961 39219 32162

2011 50326 52428 51983

2012 36370 38713 55896


(4)

Lampiran 4a. Tabel Summary Regresi Linier Berganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .988a .977 .967 1.78825E11 1.519

a. Predictors: (Constant), Kurs Nominal, Harga Ekspor, GDP USA b. Dependent Variable: Nilai Ekspor

Lampiran 4b. Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 9.559E24 3 3.186E24 99.639 .000a

Residual 2.238E23 7 3.198E22

Total 9.783E24 10

a. Predictors: (Constant), Kurs Nominal, Harga Ekspor, GDP USA b. Dependent Variable: Nilai Ekspor


(5)

Lampiran 4c. Tabel Coefficient Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.374E12 1.143E12 1.202 .268 Harga

Ekspor 5.248E7 9.360E6 .677 5.607 .001 .224 4.461 GDP USA 2.341E-5 .000 .418 2.870 .024 .154 6.500 Kurs

Nominal -4.599E8 1.732E8 -.234 -2.655 .033 .420 2.380 a. Dependent Variable: Nilai Ekspor


(6)

Lampiran 5. Tabel Durbin-Watson (DW) α= 5%

obs k'=1 k'=2 k'=3 k'=4 k'=5

N dL du dL du dL du dL du dL du

6 0.610 1.400 - - - -

7 0.700 1.356 0.467 1.896 - - - -

8 0.763 1.332 0.559 1.777 0.368 2.287 - - - -

9 0.724 1.320 0.629 1.699 0.455 2.128 0.296 2.588 - -

10 0.879 1.320 0.697 1.641 0.525 2.016 0.376 1.414 0.243 2.822 11 0.927 1.324 0.658 1.604 0.595 1.928 0.444 2.283 0.316 2.645 12 0.971 1.331 0.812 1.579 0.658 1.864 0.512 2.177 0.379 2.506 13 1.010 1.340 0.861 1.562 0.715 1.816 0.574 1.094 0.445 2.390 14 1.045 1.350 0.905 1.551 0.767 1.779 0.632 2.030 0.505 2.296 15 1.077 1.361 0.946 1.543 0.814 1.750 0.685 1.977 0.562 2.220 16 1.106 1.371 0.982 1.539 0.857 1.728 0.734 1.935 0.615 2.157 17 1.133 1.381 1.015 1.536 0.897 1.710 0.779 1.900 0.664 2.104 18 1.158 1.391 1.046 1.535 0.933 1.696 0.820 1.872 0.710 2.060 19 1.180 1.401 1.074 1.536 0.967 1.685 0.859 1.848 0.752 2.023 20 1.201 1.411 1.100 1.537 0.998 1.676 0.894 1.828 0.792 1.991 21 1.221 1.420 1.125 1.538 1.026 1.669 0.927 1.812 0.829 1.964 22 1.239 1.429 1.147 1.541 1.053 1.664 0.958 1.797 0.863 1.940 23 1.257 1.437 1.168 1.543 1.078 1.660 0.986 1.785 0.895 1.920

24 1.273 1.446 1.188 1.546 1.101 1.656 1.013 1.775 0.925 1.902

25 1.288 1.454 1.206 1.550 1.123 1.654 1.038 1.767 0.953 1.886

26 1.302 1.461 1.224 1.553 1.143 1.652 1.062 1.759 0.979 1.873

27 1.316 1.469 1.240 1.556 1.162 1.651 1.084 1.753 1.004 1.861

28 1.328 1.476 1.255 1.560 1.181 1.650 1.104 1.747 1.028 1.850

29 1.341 1.483 1.270 1.563 1.198 1.650 1.124 1.743 1.050 1.841

30 1.352 1.489 1.284 1.567 1.214 1.650 1.143 1.739 1.071 1.833

31 1.363 1.496 1.297 1.570 1.229 1.650 1.160 1.735 1.090 1.825

32 1.373 1.502 1.309 1.574 1.244 1.650 1.177 1.732 1.109 1.819

33 1.383 1.508 1.321 1.577 1.258 1.651 1.193 1.730 1.127 1.813

34 1.993 1.514 1.333 1.580 1.271 1.652 1.208 1.728 1.144 1.808

35 1.402 1.519 1.343 1.584 1.283 1.653 1.222 1.726 1.160 1.803

36 1.411 1.525 1.354 1.587 1.295 1.654 1.236 1.724 1.175 1.799

37 1.419 1.530 1.364 1.590 1.307 1.655 1.249 1.723 1.190 1.795

38 1.427 1.535 1.373 1.594 1.318 1.656 1.261 1.722 1.204 1.792

39 1.435 1.540 1.382 1.597 1.328 1.658 1.273 1.722 1.218 1.789

40 1.442 1.544 1.391 1.600 1.338 1.659 1.285 1.721 1.230 1.786

45 1.475 1.566 1.430 1.615 1.383 1.666 1.336 1.720 1.287 1.776

50 1.503 1.585 1.462 1.628 1.421 1.674 1.378 1.721 1.335 1.771

55 1.528 1.601 1.490 1.641 1.452 1.681 1.414 1.724 1.374 1.768

60 1.549 1.616 1.514 1.652 1.480 1.689 1.444 1.727 1.408 1.767