Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.

PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN PIUTANG TERHADAP
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BEI

FITRIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Faktor
Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor
Industri Dasar dan Kimia Di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Fitriah
NIM H24100013

2

ABSTRAK
FITRIAH. Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan
Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Dibimbing oleh
ABDUL KHOHAR IRWANTO.
Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor yang termasuk
dalam cabang industri manufaktur yang menghasilkan bahan-bahan dasar
sehingga dapat merangsang produktifitas masyarakat. Sektor ini memiliki peran
penting terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2012. Pengelolaan piutang yang
efektif dapat mengurangi risiko likuiditas dan meningkatkan profitabilitas. Tujuan
penelitian ini adalah (1) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor

industri dasar dan kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan
profitabilitas perusahaan (2) Menganalisis pengaruh komponen RTO dan ACP
terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan kimia di
BEI. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor industri dasar dan kimia
tahun 2012 yang dianalisis dengan menggunakan SEM. RTO dan ACP
merupakan faktor loading dari laten RVB. CR dan QR merupakan faktor loading
dari laten LIQUID. NPM, ROA, dan ROE merupakan faktor loading dari laten
PROFIT. Hasil analisis faktor pengelolaan piutang terhadap likuiditas memiliki
pengaruh tidak signifikan sedangkan terhadap profitabilitas tidak memiliki pengaruh.
Kata kunci: likuiditas, profitabilitas, pengelolaan piutang

ABSTRACT
FITRIAH. Influence of Receivable Management factors on Liquidity and
Profitability of Basic and Chemical Industry Sector Companies at IDX.
Supervised by ABDUL KHOHAR IRWANTO.
Basic and chemical industry is one of the sectors included in the branches of
the manufacturing industry that produces raw materials for further processing into
finished goods so it can stimulate the productivity of society. This sector has an
important role in economic growth in 2012. Receivables management can
effectively reduce liquidity risks and it can increase profitability. This research

aims to (1) Analyze financial performance condition of basic and chemical
industry sector companies at IDX based on receivable ratio, liquidity, and
profitability of company (2) Analyze influence of Receivable Turn Over (RTO)
and Average Collection Period (ACP) component to liquidity and profitability
basic and chemical industry sector companies at IDX. This study use the data base
of a company's from chemical industry sector in 2012 and analyze using SEM.
RTO and ACP are factors that loading of the latent RVB. CR and QR are the
factors that loading of the latent LIQUID. NPM, ROA, and ROE are factors that
loading of the latent PROFIT. The results showed that receivable management
factors do not significantly influence the liquidity but do not influence the
profitability.
Key words : liquidity, profitability, receivable management

3

4

PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN PIUTANG TERHADAP
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BEI


FITRIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

5

6

Judul Skripsi : Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan

Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.
Nama
: Fitriah
NIM
: H24100013

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Khohar Irwanto, MSc
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

7


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah
piutang, dengan judul Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas
dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Khohar Irwanto
selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima
kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Fitriah

8

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
METODE

4

4
5

Kerangka Pemikiran Penelitian

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN


10

Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia

10

Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas

15

Analisis Partial Least Square (PLS)

15

Pengujian Model SEM

15

Model Pengukuran (Outer Model)


15

Model Structural (Inner Model)

17

Implikasi Manajerial

19

SIMPULAN DAN SARAN

20

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

22

9
iv

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Peran tiap cabang industri terhadap PDB industri non-migas (%)
Daftar jumlah perusahaan sektor industri dasar dan kimia
Hipotesis penelitian
Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan
profitabilitas terbaik
5. Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan
profitabilitas terburuk
6. Nilai loading factor
7. Loading factor setelah dropping
8. Nilai AVE, composite reliability, dan cronbach alpha
9. Hasil r-square
10. Path coefficient (mean, STDEV, T-values)

2
6
10
11
12
15
16
16
17
17

DAFTAR GAMBAR
1. Grafik pertumbuhan industri pengolahan non-migas dan
pertumbuhan PDB ekonomi (%)
2. Kerangka pemikiran penelitian
3. Model structural equation
4. Model SEM

1
5
10
16

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu
2. Daftar perusahaan sektor industri dasar dan kimia
3. Hasil perhitungan RTO, ACP, CR, QR, NPM, ROA, dan ROE
perusahaan sektor industri dasar dan kimia
4. Daftar istilah

22
24
26
28

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan PDB industri non-migas tahun 2012 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011, dimana pada tahun 2012 pertumbuhan PDB industri
non-migas sebesar 6,40% sedangkan tahun 2011 sebesar 6,74% (BPS 2013). Hal
ini diperkirakan karena turunnya produksi pada beberapa subsektor industri yang
konstribusinya terhadap PDB industri non-migas relatif besar. Selain itu, dari
6,23% pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, industri non-migas mampu
memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47% (BPS 2013).

Gambar 1 Grafik presentase pertumbuhan industri pengolahan non-migas dan
pertumbuhan PDB ekonomi (BPS 2013)
Industri non-migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari tiga
sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor
industri barang konsumsi. Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor
yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang selanjutnya akan diproses menjadi
barang jadi. Sektor industri dasar dan kimia memiliki delapan sub sektor yaitu
semen, keramik dan porselen, logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan,
pakan ternak, kayu dan pengolahannya, serta pulp dan kertas.
Perusahaan dalam sektor industri dasar dan kimia merupakan perusahaan
yang paling banyak dibandingkan beberapa sektor lainnya di industri non-migas
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2012 yaitu sebanyak 57
perusahaan. Proses produksi industri dasar dan kimia membutuhkan banyak
sumber daya termasuk sumber daya manusia. Oleh karena itu, industri dasar dan
kimia memiliki peranan penting dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
perekonomian negara. Selain itu, sektor industri dasar dan kimia sangat penting
untuk diperhatikan karena produk yang dihasilkan dari sektor ini adalah produk

2

yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga produk-produk dari sektor
industri dasar dan kimia dapat merangsang produktifitas masyarakat dan dapat
menggambarkan seberapa besar peran masyarakat dalam melakukan produksi.
Tabel 1 Peran tiap cabang industri terhadap PDB industri non-migas (%)
Lapangan Usaha
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1. Makanan, Minuman,
29,80 30,40 33,16 33,60 35,20 36,33
Tembakau
2. Tekstil, Barang kulit, dan Alas 10,56 9,21 9,19 8,97 9,23 9,11
kaki
3. Barang kayu dan Hasil hutan
6,19 6,43 6,33 5,82 5,44 4,99
lainnya
4. Kertas dan Barang cetakan
5,12 4,56 4,82 4,75 4,47 3,89
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari 12,50 13,53 12,85 12,73 12,21 12,59
karet
6. Semen dan Barang galian
3,70 3,53 3,43 3,29 3,27 3,38
bukan logam
7. Logam dasar besi dan Baja
2,58 2,57 2,11 1,94 2,00 1,95
8. Alat angkutan, Mesin, dan
28,69 28,97 27,33 28,14 27,47 27,09
Peralatannya
9. Barang lainnya
0,85 0,80 0,77 0,76 0,73 0,67
Sumber : Badan Pusat Statistik diolah Kementrian Perindustrian, 2013
Berdasarkan tabel di atas, kontribusi industri non-migas terhadap
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 20.85%, dimana kontribusi sektor
industri dasar dan kimia terhadap PDB industri non-migas tersebut sebesar 26,8%.
Angka pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya, dimana kontribusi industri non-migas terhadap pertumbuhan
ekonomi tahun 2011 sebesar 20,92% dan kontribusi sektor industri dasar dan
kimia terhadap PDB industri non-migas sebesar 27, 39%.
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualan, sebagian
perusahaan termasuk perusahaan sektor industri dasar dan kimia menjual
produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang. Piutang merupakan sejumlah uang hutang dari
konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada
perusahaan (Alexandri dan Benny 2009).
Risiko likuiditas muncul dalam situasi di mana perusahaan dan anak
perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat
jatuh tempo. Masalah kemudian timbul ketika debitur melakukan pembayaran
piutang melampaui waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan,
baik berasal dari kegiatan operasional yang bersangkutan maupun dari hasil nonoperasionalnya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan salah satunya berasal dari
penjualan kredit. Keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi
pertumbuhan perusahaan dan juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan

3

masyarakat terhadap perusahaan dan sebaliknya. Semakin besar piutang maka
semakin besar kebutuhan dana yang tertanam pada piutang sehingga semakin
besar pula risiko likuiditasnya. Pengelolaan piutang yang tepat akan membantu
manajemen dalam meminimalisir risiko likuiditas sehingga dapat meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Sehingga judul penelitian yang diambil adalah
“Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.”

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah - masalah
yang relevan dengan penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan
kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan profitabilitas
perusahaan?
b. Bagaimana pengaruh komponen Receivable Turn Over (RTO) dan Average
Collection Period (ACP) terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan
sektor industri dasar dan kimia di BEI?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
a) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan
kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
b) Menganalisis pengaruh komponen Receivable Turn Over (RTO) dan Average
Collection Period (ACP) terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan
sektor industri dasar dan kimia di BEI.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam
menerapkan pengelolaan piutang yang efektif guna menjaga likuiditas dan
profitabilitas perusahaan, serta dapat membuat kebijakan atau regulasi yang
tepat untuk menjaga stabilitas perusahaan.
2. Bagi Pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan digunakan sebagai
acuan penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya.

4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh faktor pengelolaan
piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan
kimia. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan adalah perusahaan sektor
industri dasar dan kimia di BEI. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data
laporan keuangan tahunan perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang telah
tercatat di BEI tahun 2012. Tahun tersebut dipilih karena pada tahun 2012
kontribusi sektor industri dasar dan kimia terhadap PDB industri non migas
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2012 kontribusinya
sebesar 26,8% sedangkan tahun 2011 kontribusinya sebesar 27,39%. (BPS 2013)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu
Nurafiah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas
Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Tahun 2007-2011”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
efektifitas manajemen piutang dengan menggunakan Receivable Turn Over,
Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable dalam
hubungannya terhadap likuiditas Perusahaan.
Putri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penerapan
Kebijakan Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit
Margin, dan Earning Power pada PT Angkasa Pura (persero) Cabang Bandar
Udara Sultan Hasanuddin Makassar”. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh
Average Collection Period terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin, dan
Receivable On Investment.
Sitanggang (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera
Cabang Medan”. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh perputaran piutang
terhadap profitabilitas perusahaan.
Wahyuni (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas
Manajemen Piutang Sebagai Upaya Meningkatkan Rentabilitas dan Menjaga
Likuiditas Perusahaan pada PT Pesona Remaja Malang”. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perputaran piutang terhadap rentabilitas dan likuiditas
perusahaan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu di atas dapat dilihat di
Lampiran 1.

5

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian
Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor yang termasuk
dalam cabang industri non-migas yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang
selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. Penelitian ini menggunakan dua
alat analisis. Analisis pertama dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan
yang berkaitan dengan manajemen piutang. Rasio manajemen piutang yang
digunakan adalah Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period
(ACP). Lalu untuk menghitung likuiditas, penelitian ini menggunakan Current
Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) serta untuk tingkat profitabilitas, menggunakan
rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net
Profit Margin (NPM). Analisis kedua dengan melakukan confirmatory analysis
yaitu dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM).
Pentingnya sektor industri dasar dan kimia sebagai

penggerak perekonomian

Semakin besar piutang maka semakin besar risiko yang mungkin terjadi atas likuiditasnya,
disamping akan memperbesar profitabilitas.

Pengelolaan piutang sektor industri dasar dan kimia di BEI

Laporan keuangan sektor industri dasar dan kimia di BEI

ACP

RTO

Rasio-rasio Manajemen
Piutang

CR

QR

NPM

Liquidity Ratio

Confimatory Analysis : Structural Equation Modelling (SEM)

Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

ROA

Profitability
Ratio

ROE

6

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang
masuk dalam BEI. Sektor ini dipilih sebagai obyek penelitian karena dari 6,23%
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, Industri non-migas mampu
memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47% (BPS 2013). Namun
sektor industri dasar dan kimia memberikan kontribusi yang paling kecil terhadap
kontribusi industri non migas yaitu sebesar 26,8% (BPS 2013). Penelitian
dilakukan selama dua bulan yang dimulai pada bulan Desember 2013 sampai
bulan Februari 2014.

Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh
dari berbagai sumber yang telah ada (studi literatur) berupa pencarian referensi
teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan guna mendukung penelitian.
Studi literatur didapat dari buku, jurnal ilmiah, situs internet dan skripsi-skripsi
terdahulu. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor industri dasar dan
kimia yang telah tercatat di BEI tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data
laporan keuangan satu tahun karena piutang merupakan bagian dari aktiva lancar
dimana perubahan proporsi piutang cepat sehingga analisis pengelolaan piutang
dapat dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan satu tahun.
Tabel 2 Daftar jumlah perusaahaan sektor industri dasar dan kimia yang tercatat
di BEI tahun 2012
No
Jumlah Perusahaan
Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia
1
Semen
3
2

Pulp dan Kertas

7

3

Plastik dan Kemasan

11

4

Pakan Ternak

4

5

Logam dan Sejenisnya

14

6

Kimia

10

7

Keramik, Porselen, dan Kaca

6

8

Kayu dan Pengolahannya

2

Total

57

Perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di BEI tahun
2012 terdiri dari 57 perusahaan yang terbagi kedalam 8 sub sektor. Daftar
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di BEI tahun 2012 dapat
dilihat di lampiran 2.

7

Pengolahan dan Analisis Data
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On
Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio
(CR), dan Quick Ratio (QR) sebagai variabel dependen. Variabel independen
berupa Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period (ACP).
Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Piutang
a) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu
perusahaan selama periode tertentu. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa
kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam
kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli
berikut ini:
Munawir (2002) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan
taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang
rata-rata.
……………………………….(1)
Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena
penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang
mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali
harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (asumsi penjualan
kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo awal
dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi akan semakin baik karena modal
kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Rata-rata
perputaran piutang tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia
yaitu 11 kali. Jadi, jika RTO perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari
11 kali maka perputaran piutang pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya.
Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan
penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke
tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan refleksi dari
variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam
pengumpulan piutang.
b) Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Periode)
Periode pengumpulan piutang melihat berapa lama waktu yang diperlukan
untuk melunasi piutang yang dipunyai oleh perusahaan (merubah piutang menjadi
kas). Semakin lama periode pengumpulan piutang berarti semakin besar dana
yang tertanam pada piutang. Rata-rata periode pengumpulan piutang tahun 2012
pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 56 hari. Jadi, jika ACP

8

perusahaan sektor industri dasar dan kimia kurang dari 56 hari maka pengumpulan
piutang pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya. Periode pengumpulan
piutang dapat dihitung dengan rumus:
………………………(2)

2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk
diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
………………………………………………...(3)
Semakin tinggi Rasio Lancar berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rata-rata rasio lancar
tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 2,23. Jadi, jika
CR perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 2,23 maka rasio lancar
pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya Aktiva lancar yang dimaksud
termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Persediaan merupakan
aktiva lancar yang kurang liquid dibanding dengan yang lain.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio)
………………………………………..(4)
Rasio ini seperti halnya current ratio, tetapi hanya memperhitungkan
aktiva lancar yang benar-benar liquid saja, yakni aktiva lancar di luar persediaan.
Rata-rata rasio cepat tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia
yaitu 1,48. Jadi, jika QR perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari
1,48 maka rasio cepat pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian
penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat
diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari
kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset).

9

a) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan ratio antara laba bersih (net profit) yaitu
penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik
operasi suatu perusahaan. Rata-rata net profit margin pada perusahaan sektor
industri dasar dan kimia yaitu 0,02. Jadi, jika NPM perusahaan sektor industri
dasar dan kimia lebih dari 0,02 maka NPM pada perusahaan tersebut baik dan
sebaliknya.
……………………(5)
b) Return on Asset (ROA)
Return on total Assets (ROA) atau yang sering juga disebut dengan
“return on investment” merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik
keadaan perusahaan. Rata-rata return on asset tahun 2012 pada perusahaan sektor
industri dasar dan kimia yaitu 0,05. Jadi, jika ROA perusahaan sektor industri
dasar dan kimia lebih dari 0,05 maka ROA pada perusahaan tersebut baik dan
sebaliknya.
.......................................(6)
c) Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari pengahasilan (income)
yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di
dalam perusahaan. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh
semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Rata-rata return on equity pada
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 0,14. Jadi, jika ROE perusahaan
sektor industri dasar dan kimia lebih dari 0,14 maka ROE pada perusahaan
tersebut baik dan sebaliknya.
...................................(7)
Penelitian ini menggunakan teknik statistik yaitu dengan model persaman
struktural (SEM) yang merupakan analisis multivariat untuk menganalisis dan
menjelaskan seluruh hubungan antar variabel dalam penelitian. Analisis SEM
dilakukan dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS) 2.0 M3.

10

RTO

ACP

PROFIT
RVB

NPM
ROA
ROE

LIQUID

CR

QR
Gambar 3 Model structural equation

Model ini terdiri dari Receivable Turn Over (RTO), Average Collection
Period (ACP), Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (NPM). Berdasarkan beberapa
indikator tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu :
Tabel 3 Hipotesis penelitian
Hipotesis
H1 Piutang berhubungan dengan Likuiditas
H2 Piutang berhubungan dengan Profitabilitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pada tahun 2012 terdapat seratus tiga puluh perusahaan manufaktur (nonmigas) yang tercatat di BEI yang terdiri dari 3 sektor, yaitu sektor industri dasar
dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Klasifikasi
tersebut di dasarkan pada klasifikasi industri yang telah ditetapkan oleh BEI yaitu
JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).

11

Produk yang dihasilkan dari sektor industri dasar dan kimia adalah produk
yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga produk-produk dari sektor
industri dasar dan kimia dapat merangsang produktifitas masyarakat dan dapat
menggambarkan seberapa besar peran masyarakat dalam melakukan produksi.
Jumlah perusahaan dalam sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di BEI
adalah yang paling banyak dibandingkan beberapa sektor lainnya di industri non
migas. Oleh karena itu, sektor ini menjadi sektor yang penting bagi pertumbuhan
ekonomi negara dan membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran di
Indonesia. Menurut BPS (2013) sebesar 6,23% pertumbuhan ekonomi Indonesia
di tahun 2012, industri non migas termasuk didalamnya sektor industri dasar dan
kimia mampu memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47%.
Penelitian terhadap perusahaan sektor industri dasar dan kimia dilakukan
dengan menggunakan rasio keuangan yang memiliki kedekatan dengan
pengelolaan piutang, likuiditas, dan profitabilitas perusahaan. Komponen
pengelolaan piutang terdiri dari RTO dan ACP. Komponen likuiditas terdiri dari
CR dan QR. Komponen profitabilitas terdiri dari NPM, ROA, dan ROE. Hasil
perhitungan RTO, ACP, CR, QR, NPM, ROA, dan ROE tiap perusahaan sektor
industri dasar dan kimia dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 4 Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan profitabilitas
terbaik
Pengelolaan Piutang
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
1
RTO
145 kali
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
KIAS
2
ACP
1 hari
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
KIAS
Likuiditas
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
1
CR
9,34458
Lion Metal Works Tbk
LION
2
QR
6,96479
Lion Metal Works Tbk
LION
Profitabilitas
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
Kertas Basuki Rachmat Indonesia
1
NPM
0,81859
KBRI
Tbk
2
ROA
0,49001
Arwana Citramulia Tbk
ARNA
3
ROE
3,22193
SLJ Global Tbk
SULI
Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah
menjadi kas dalam setahun (Warren dan Reeve 2006). Pada Receivable Turn Over
(RTO), perusahaan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk menjadi perusahaan
tercepat perputaran piutangnya karena rasio perputaran piutang perusahaan
tersebut yang paling tinggi diantara perusahaan lain dalam sektor industri dasar
dan kimia. Hal ini terjadi karena rata-rata piutang PT Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk kecil yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tertagih.
Dengan kata lain, pembayaran yang dilakukan kreditur tidak melewati waktu jatuh
tempo. Cepatnya perputaran piutang mencerminkan kualitas piutang yang

12

semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran
piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu
perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang
ditanamkan dalam piutang, sehingga menurut (Sawir 2005) makin tinggi rasio
perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan.
Average Collection Period adalah angka yang menunjukkan waktu ratarata yang diperlukan untuk menagih piutang (Munawir 2002). Pada Average
Collection Period (ACP), perusahaan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari penarikan piutang usaha dengan lama
hari penarikan piutang usaha selama1 hari. Hal tersebut dikarenakan rasio jumlah
piutang usaha PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk terhadap penjualan yang
paling kecil diantara perusahaan lain dalam sektor industri dasar dan kimia.
Penagihan rata-rata hari piutang yang cepat dapat meminimalkan perusahaan dari
risiko piutang tak tertagih sehingga mengurangi risiko likuiditas perusahaan dan
memperbesar profitabilitas perusahaan,
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendek, dengan asumsi semua aktiva lancar dikonversikan kedalam kas
(Muslich 2002). Tingkat current ratio tertinggi terjadi pada PT Lion Metal Works
Tbk. Hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki rasio aktiva lancar terhadap
utang lancar yang optimal. Selain itu, perusahaan tersebut memiliki persediaan
dan piutang usaha yang relatif besar bila dibandingkan dengan perusahaan lain
pada subsektor yang sama yaitu subsektor logam dan sejenisnya. Semakin tinggi
current ratio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada
kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio current ratio semakin bagus, akan
tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi dapat
diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak optimal.
Quick ratio adalah kemampuan membayar hutang jangka pendek dengan
aktiva lancar yang lebih liquid (Riyanto 2001). Demikian pula yang terjadi pada
tingkat quick ratio tertinggi. PT Lion Metal Works Tbk juga menjadi perusahaan
dengan tingkat quick ratio tertinggi. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sebagai
current ratio tertinggi biasanya juga tercatat ke dalam quick ratio tertinggi.
Tingginya quick ratio menunjukan bahwa perusahaan mampu menutupi hutang
jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang paling liquid (tanpa persediaan).
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih
setelah dipotong pajak (Alexandri dan Benny 2009). PT Kertas Basuki Rachmat
Indonesia menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi karena
pada perusahaan tersebut memiliki penjualan yang relatif tinggi dibandingkan
dengan perusahaan lain pada sektor yang sama sehingga laba yang didapatkannya
pun tinggi. Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki rasio antara laba bersih
terhadap penjualan yang optimal.
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari penggunaan aktiva (Lestari et al 2007). PT Arwana Citramulia Tbk
merupakan perusahaan yang memiliki return on asset tertinggi. Hal tersebut
terjadi karena perusahaan tersebut memiliki rasio antara laba bersih terhadap total
aktiva atau total asset yang optimal. Return on asset yang tinggi menunjukan

13

ahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap
investasi para pemegang saham (Harahap 2007). PT SLJ Global Tbk menjadi
perusahaan dengan tingkat return on equity tertinggi pada perusahaan sektor
industri dasar dan kimia. Hal tersebut terjadi karena memiliki rasio antara laba
bersih terhadap modal yang optimal. Semakin tinggi return atau penghasilan yang
diperoleh semakin baik kedudukan/posisi pemilik perusahaan.
Tabel 5 Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan profitabilitas
terburuk
Receivable
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
1
RTO
2 kali
Intanwijaya Internasional Tbk
INCI
2
ACP
157 hari
Intanwijaya Internasional Tbk
INCI
Likuiditas
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
1
CR
0,23393
Alam Karya Unggul Tbk
AKKU
2
QR
0,21906
Alam Karya Unggul Tbk
AKKU
Profitabilitas
Kode
No Variabel Nilai Variabel
Nama Perusahaan
Saham
1
NPM
-1,26481
Alam Karya Unggul Tbk
AKKU
2
ROA
-0,19154
Alam Karya Unggul Tbk
AKKU
3
ROE
-0,51872
Alam Karya Unggul Tbk
AKKU
Pada Receivable Turn Over (RTO), perusahaan PT Intanwijaya
Internasional Tbk menjadi perusahaan terlama perputaran piutangnya karena
perputaran piutang perusahaan tersebut yang paling rendah diantara perusahaan
lain dalam sektor industri dasar dan kimia. Hal ini terjadi karena rata-rata piutang
PT Intanwijaya Internasional Tbk cukup besar yang merupakan indikasi
banyaknya piutang yang tak tertagih. Salah satu penyebab piutang tak tertagih
adalah pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo dan
kurangnya usaha perusahaan untuk mengumpulkan piutang yang dapat berpotensi
mengalami kredit macet. Hal ini mencerminkan kualitas piutang yang semakin
buruk. Makin lama perputaran piutang berarti semakin lama modal kembali.
Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat
efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin
rendah rasio perputaran piutang berarti semakin tidak efisien modal yang
digunakan. Perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat
kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan memperpendek waktu
pembayaran.
Pada Average Collection Period (ACP), PT Intanwijaya Internasional Tbk
menjadi perusahaan dengan rata-rata hari penarikan piutang terlama pada sektor
industri dasar dan kimia dengan lama hari penarikan piutang usaha selama 157

14

hari. Hal tersebut dikarenakan perbandingan jumlah piutang usaha perusahaan
terhadap penjualan yang sangat besar. Selain itu, perusahaan juga memiliki
jumlah piutang usaha yang relatif besar bila dibandingkan dengan perusahaan
lainnya dalam sektor industri dasar dan kimia. Penagihan rata-rata hari piutang
yang lambat dapat meningkatkan risiko piutang tak tertagih. Besarnya piutang
usaha diduga terjadi karena pihak manajemen beranggapan bahwa dengan
meningkatkan kredit penjualan perusahaan akan dapat meningkatkan dan
mendongkrak penjualan yang nantinya akan meningkatkan profitabilitas
perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat current ratio terendah pada sektor industri
dasar dan kimia adalah PT Alam Karya Unggul Tbk. Rendahnya tingkat current
ratio PT Alam Karya Unggul Tbk disebabkan oleh jumlah utang lancar yang lebih
besar bila dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar atau total aset perusahaaan.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi. Semakin rendah current ratio berarti semakin tidak terjaminnya
hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Tingkat current ratio memiliki
hubungan yang negatif atau berbanding terbalik terhadap tingkat profitabilitas .
Semakin rendah tingkat current ratio perusahaan maka akan semakin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan. Namun pada beberapa perusahaan hubungan
tersebut kurang signifikan terjadi. Tingkat current ratio yang rendah pada
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang tinggi
karena tidak mampu untuk membayar kewajiban jangka pendek.
Demikian pula yang terjadi pada tingkat quick ratio terendah. PT Gudang
Garam Tbk menjadi perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang memiliki
tingkat quick ratio terendah. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sebagai current
ratio terendah biasanya juga tercatat ke dalam quick ratio terendah. Rendahnya
quick ratio menunjukan bahwa perusahaan kurang mampu menutupi hutang
jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang paling liquid (tanpa persediaan).
PT Alam Karya Unggul Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit
margin, return on asset dan return on equity terendah pada perusahaan sektor
industri dasar dan kimia. PT Alam Karya Unggul Tbk menjadi perusahaan dengan
tingkat net profit margin terendah. Hal tersebut terjadi karena laba bersih yang
negatif. Selain itu perusahaan tersebut memiliki rasio antara laba bersih terhadap
penjualan yang paling kecil bila dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor
maupun subsektor yang sama.
Pada PT Alam Karya Unggul Tbk, tingkat ROA yang rendah disebabkan
oleh laba perusahaan yang negatif atau dengan kata lain rugi. PT Alam Karya
Unggul Tbk, memiliki perbandingan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva
atau total aset yang sangat kecil bila dibandingkan dengan perusahaan lain dari
sektor maupun subsektor yang sama. Return on asset yang rendah menunjukan
bahwa perusahaan kurang mampu menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
Pada tingkat return on equity PT Alam Karya Unggul Tbk juga menjadi
perusahaan dengan tingkat ROE terendah, hal tersebut juga terjadi karena laba
bersih yang negatif. Selain itu perusahaan tersebut memiliki perbandingan rasio
antara laba bersih terhadap equity yang kecil bila dibandingkan dengan
perusahaan pada sektor maupun subsektor yang sama. Semakin rendah return

15

atau penghasilan yang diperoleh semakin tidak baik kedudukan atau posisi
pemilik perusahaan.

Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia

Analisis Partial Least Square (PLS)
Pada penelitian ini, pengujian model dilakukan dengan menggunakan
SmartPLS yang terdiri dari tiga variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya
adalah variabel laten piutang, likuiditas, dan profitabilitas. Masing-masing
variabel laten memiliki variabel indikator. Variabel laten piutang memiliki
variabel indikator receivable turn over (RTO) dan average collection period
(ACP). Variabel laten likuiditas memiliki variabel indikator current ratio (CR)
dan quick ratio (QR). Variabel laten profitabilitas memiliki variabel indikator net
profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan return on equity (ROE).
Metode analisis digunakan untuk mengetahui bentuk dan pengaruh piutang
sebagai variabel eksogen murni terhadap variabel laten endogen yaitu likuiditas
dan profitabilitas. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least
Square (PLS) yang diolah dengan menggunakan SmartPLS.

Pengujian Model SEM
1) Model Pengukuran (Outer Model)
Outer model ialah hubungan antara variabel indikator dengan variabel
latennya. Faktor loading menggambarkan seberapa besar keterkaitan indikator
terhadap masing-masing variabel latennya. Nilai faktor loading > 0,70
menunjukkan indikator merefleksikan variabel laten (Ghozali 2012). Pada
penelitian ini, indikator yang memiliki nilai faktor loading lebih kecil dari 0,70
akan dihapus atau didrop.

Variabel laten
RVB
LIQUIDITY
PROFITABILITY

Tabel 7 Nilai loading factor
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Indikator
Nilai
RTO
-0,041
ACP
0,908
CR
0,993
QR
0,995
NPM
0,541
ROA
0.502
ROE
0.776

16

Tabel 8 Nilai loading factor setelah dropping
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Variabel laten
Indikator
Nilai
RTO
RVB
ACP
1,000
CR
0,992
LIQUIDITY
QR
0,996
NPM
PROFITABILITY
ROA
ROE
Berdasarkan Tabel 11, Nilai faktor loading untuk semua indikator sudah
diatas 0,70, hasil ini berarti ada keterkaitan yang baik antara indikator-indikator
dengan masing-masing variabel laten.
RTO

ACP

RTO

PROFIT

NPM
RVB

ROA
RVB

ROE

LIQUID

LIQUID

CR

QR

Model SEM awal
sektor industri dasar dan kimia

CR

QR

Model SEM akhir
sektor industri dasar dan kimia
Gambar 4 Model SEM

Tabel 9 AVE, composite reliability, dan cronbach alpha
Variabel laten
AVE
composite reliability cronbachs alpha
LIQUID
0,988143
0,994036
0,988217
RVB
1,000000
1,000000
1,000000
Discriminant Validity digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya
masing-masing variabel laten atau konstruk. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
AVE masing-masing konstruk. Masing-masing variabel atau peubah laten
dikatakan valid jika nilai AVE > 0,5 (Ghozali 2012). Berdasarkan tabel 12 diatas,
dapat terlihat bahwa nilai AVE semua konstruk/peubah laten > 0.5 sehingga dapat
disimpulkan bahwa masing-masing variabel laten nilainya valid.

17

Uji reliabilitas diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan
cronbachs alpha dari masing-masing konstruk. Menurut Ghozali (2012), sebuah
variabel laten dinyatakan reliabel apabila nilai composite reliability dan cronbachs
alpha di atas 0.70. Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat terlihat bahwa seluruh nilai
composite reliability dan cronbachs alpha bernilai > 0,7 sehingga peubah-peubah
tersebut bersifat reliabel.
2) Model Struktural (Inner Model)
Inner model merupakan model struktural yang menghubungkan antar
variabel laten. Model ini dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk dependen.
Tabel 10 Hasil r-square
r-square
LIQUID
0,040617
RVB
Dilihat dari Tabel 13, hasil empiris dari pengujian model menunjukkan
bahwa piutang (RVB) dapat menjelaskan tingkat likuiditas (LIQUID) sebesar
4,06% dan sisanya sebesar 95,94% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 11 Path coefficient (mean, STDEV, T-values)
Original
Sample
(O)
RVB
LIQUID
RVB
PROFIT




Sample
Mean
(M)

0,201535 0,207187
-

-

Standard Standard
T Statistics
Deviation
Error
(|O/STERR|)
(STDEV) (STERR)
0,139530

0,139530

1,444384

-

-

-

Untuk melihat pengaruh antar peubah laten dapat dilihat dari nilai TStatistic. Jika T-Statistic > 1.96 pada selang kepercayaan 0,05 maka dapat
disimpulkan peubah laten berpengaruh nyata terhadap indikator (Ghozali, 2012).
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa pengaruh antara RVB dengan LIQUID
adalah tidak signifikan dengan T-statistik sebesar 1,444384 (< 1,96).
Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,201535 yang
menunjukkan bahwa arah hubungan antara RVB dengan LIQUID adalah positif.
Dengan demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
‘receivable berhubungan dengan liquidity’ diterima sedangkan hipotesis H2 yang
menyatakan bahwa ‘receivable berhubungan dengan profitability’ ditolak karena
tidak adanya nilai T-Statistic dan original sample.
Pada model SEM tersebut, dapat dianalisis bahwa pada variabel laten
RVB (Receivable), terdapat aktivitas penghilangan (droping) yaitu indikator RTO

18

(Receivable Turn Over) yang dikarenakan pada model tersebut nilai faktor loading
kurang dari 0,70 sehingga harus didrop.
Pada variabel laten profitabilitas, indikator NPM (Net Profit Margin), ROA
(Return On Asset) terjadi aktivitas dropping karena memiliki nilai faktor loading
kurang dari 0,7. Sedangkan untuk indikator ROE (Return On Equity) pada
awalnya tidak terjadi aktivitas dropping karena memiliki nilai faktor loading lebih
dari 0,7, sehingga hanya rasio ROE yang mewakili variabel laten solvabilitas.
Namun, setelah indikator ROE secara langsung direfleksikan dari variabel laten
receivable tanpa melalui variabel laten profitabilitas maka setelah di hitung
kembali indikator ROE memiliki faktor loading yang kurang dari 0,7 sehingga
manifest ROE juga harus di drop dari model. Hal tersebut menjelaskan bahwa
pada sektor industri dasar dan kimia indikator NPM, ROA dan rasio ROE yang
mewakili tingkat profitabilitas perusahaan tidak bisa menjelaskan variabel laten
receivable yang telah dibuat.
Pada variabel laten likuiditas, faktor loading CR (Current Ratio) dan QR
(Quick Ratio) tidak dilakukan aktivitas dropping. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat likuiditas, baik dihitung menggunakan current ratio maupun quick ratio
memiliki peranan yang sama penting. Dimana tingkat likuiditas pada perusahaan
tersebut terjaga dengan baik sehingga perusahaan tersebut dapat melakukan
pembayaran utang atau kewajiban jangka pendek tepat waktu sehingga terhindar
dari risiko gagal bayar.
Berdasarkan hasil analisis diatas, jika hasil tersebut dihubungkan dengan
karakteristik industri dasar dan kimia, maka dapat terlihat bahwa hubungan
piutang (receivable) yang positif terhadap likuiditas dan pengaruhnya tidak
signifikan diakibatkan oleh industri dasar dan kimia yang memang memiliki
karakteristik produk yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga
konversi produk ke kas lama dibandingkan industri barang konsumsi ataupun
industri-industri lainnya. Hal ini menyebabkan perputaran piutang yang relatif
lebih lama, sehingga berdampak pula pada semakin kecilnya kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Selain itu, pengaruh
piutang terhadap likuiditas tidak signifikan dikarenakan tingkat likuiditas lebih
dipengaruhi oleh aktiva lancar lainnya seperti kas.
Hasil analisis menunjukan piutang (receivable) tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas, hal ini dikarenakan pengelolaan piutang yang relatif kurang bagus
pada tahun 2012 di sektor industri dasar dan kimia. Pada tahun tersebut, banyak
piutang perusahaan yang dibayarkan melewati jatuh tempo dengan jumlah piutang
yang cukup besar. Pada PT Budi Acid Jaya Tbk, pengelolaan piutang tahun 2012
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari seluruh piutang perusahaan yang dapat
ditagih sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau tidak melewati waktu
jatuh tempo. Namun pengelolaan piutang PT Budi Acid Jaya Tbk yang baik tidak
berbanding lurus dengan profitabilitasnya, dimana nilai NPM, ROA, dan ROE
perusahaan tersebut relatif sangat rendah dibandingkan perusahaan lainnya di
sektor industri dasar dan kimia. Sebalikya, pengelolaan piutang PT Holcim
Indonesia Tbk tahun 2012 sangat buruk karena banyaknya piutang perusahaan
yang dibayarkan melewati jatuh tempo, bahkan ada pula piutang yang dibayarkan
melewati 360 hari setelah waktu jatuh tempo dengan jumlah piutang yang cukup
besar. Namun, pengelolaan piutang yang buruk pada PT Holcim Indonesia Tbk

19

tidak berdampak besar pada profitabilitas perusahaan, dimana profitabilitas
perusahaan ini masih lebih baik dibandingkan PT Budi Acid Jaya Tbk.
Langkah-langkah strategis untuk para investor yang akan menanamkan
modalnya di perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu investor sebaiknya
memilih perusahaan yang mengelola piutangnya dengan baik. Baik tidaknya
pengelolaan piutang perusahaan dapat dinilai dari tingkat perputaran piutang
(receivable turn over) dan periode rata-rata pengumpulan piutang (average
collection period). Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik
karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah.
Sebaliknya, semakin lama periode rata-rata pengumpulan piutang berarti semakin
tidak baik karena semakin besar dana yang tertanam pada piutang tersebut. Selain
itu, investor dapat melihat umur piutang usaha perusahaan di laporan keuangan
perusahaan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan dalam mengelola piutangnya.
Jika banyak piutang perusahaan yang dibayarkan melewati waktu jatuh tempo,
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut kurang baik dalam mengelola
piutangnya dan sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis, pengelolaan piutang
perusahaan di sektor industri dasar dan kimia memiliki hubungan positif dengan
likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
jangka pendeknya. Pengelolaan piutang yang baik dapat mempercepat modal
perusahaan kembali sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, termasuk dapat lancar memberikan dividen kepada investor. Oleh
karena itu, penting sekali bagi investor untuk memperhatikan pengelolaan piutang
dan tingkat likuiditas perusahaan sebelum menanamkan modalnya di perusahaan
sektor industri dasar dan kimia.

Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi strategi yang dapat
digunakan oleh tim manajemen agar perusahaan dapat melakukan pengelolaan
piutang dengan optimal sehingga dapat meningkatkan kondisi kinerja keuangan
perusahaan. Berikut merupakan langkah strategis pengelolaan piutang :
1. Perspekif keuangan : Perusahaan dapat menggunakan syarat pembayaran
dengan pemberian diskon tertentu jika debitur membayar kurang dari waktu
yang telah ditentukan (jatuh tempo), misalnya syarat pembayaran kredit 5/10 –
net/60 artinya jika piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal
penjualan akan diberi diskon sebesar 5 % dan batas akhir pembayaran selama
60 hari. Kebijakan ini dapat mempercepat modal yang tertanan dalam piutang
kembali ke perusahaan sehingga terhindar dari piutang tak tertagih dan dan
meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Perspekif Stakeholder : Perusahaan sektor industri dasar dan kimia sebaiknya
dapat menerapkan kebijakan piutang dengan baik agar meminimalisir dari
resiko piutang tak tertagih sehingga dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan yang akan berdampak pada peningkatan nilai untuk investor.
3. Perspekif Proses Bisnis : Perusahaan harus memperhatikan supply chain
management, yaitu suatu pendekatan kerjasama yang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia)

0 9 19

DETERMINAN LABA PER SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR KIMIA DASAR DAN ANEKA INDUSTRI DI BEI

0 6 17

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia

0 11 49

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas Dan Transportasi Di Bei

0 9 47

PENGARUH MODAL KERJA DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SUB SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014.

0 4 27

Pengaruh keputusan investasi, profitabilitas, Kebijakan dividen, leverage dan kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan pada Sektor industri dasar & kimia di bei - Perbanas Institutional Repository

0 1 22

Pengaruh keputusan investasi, profitabilitas, Kebijakan dividen, leverage dan kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan pada Sektor industri dasar & kimia di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh keputusan investasi, profitabilitas, Kebijakan dividen, leverage dan kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan pada Sektor industri dasar & kimia di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 31

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SUB SEKTOR KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) -

0 1 103

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN LIKUIDITAS TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

1 3 17