Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas Dan Transportasi Di Bei

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS DAN
PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN
TRANSPORTASI DI BEI

ENDAR YUNITASARI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Modal
Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Endar Yunitasari
NIM H24134017

i

ABSTRAK
ENDAR YUNITASARI. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI. Dibimbing oleh
FARIDA RATNA DEWI.
Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi merupakan sektor yang penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena dapat mempermudah dalam
menjalankan kegiatan perekonomian. Kontribusi PDB yang terus meningkat dari tahun
2010 - 2014. Pengelolaan modal kerja yang tepat akan berpengaruh terhadap likuiditas

dan profitabilitas. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis modal kerja perusahaan
seckor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI, (2) Menganalisis likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sector infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI, (3)
Menganalisis pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI. Penelitian ini menggunakan laporan
keuangan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi periode 2010-2014.
Penelitian ini menggunakan metode analisis Structure Equation Modeling(SEM) dengan
metode smart - PLS. Hasil analisis pengaruh modal kerja terhadap likuiditas adalah
signifikan sedangkan terhadap profitabilitas adalah tidak signifikan.
Kata Kunci: likuiditas, modal kerja, profitabilitas, sector infrastruktur, utilitas dan
transportasi

ABSTRACT
ENDAR YUNITASARI. The Effect of working capital to liquidity and profitability of the
company infrastructure, utilities and transportation sector in BEI. Supervised by
FARIDA RATNA DEWI.
Infrastructure, utilities and transportation are an important sectors to encourage
economic growth because it can carrying out economic activities. GDP contribution
continues to increase from 2010-2014. Proper management of working capital will affect
the liquidity and profitability. The purposes of this study are (1) Analyze the working of

capital infrastructure, utilities and transportation in BEI, (2) Analyze liquidity and
profitability of the sector infrastructure companies , utilities and transportation in BEI, (3)
Analyze the effect of working capital to liquidity and profitability of the infrastructure
companies, utilities and transportation in BEI. This study uses the financial statements of
the year from infrastructure, utilities and transportation company were registered in the
period of 2010-2014. This study uses Structure Equation Modeling (SEM) with PLS
method. The results of the analysis of the effect on the liquidity of working capital is
significant, while on profitability is not significant.
Keywords : infrastructure sector, utilities and transportation, liquidity, profitability,
working capital.

ii

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS DAN
PROFITABILITAS PERUSAHAAN SEKTOR
INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN
TRANSPORTASI DI BEI

ENDAR YUNITASARI


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

iv

Farida Ratna De wi, SE, MM

iii


vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas nikmat dan
karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan lancar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM
selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan baik hati telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terima
kasih juga untuk kedua orang tua, kakak, adik, seluruh anggota keluarga, sahabat
dan teman-teman khususnya teman-teman D3 UGM dan teman-teman PSAJM
yang senantiasa memberikan semangat, dorongan serta masukan-masukan dalam
penulisan karya tulis ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak - pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu, yang membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian. Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Endar Yunitasari


v

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Modal Kerja
Rasio likuiditas dan Rasio Profitabilitas
Penelitian Terdahulu
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian

Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Pengujian Model Indikator Formatif
Inner Model
Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
3

3
3
4
4
4
4
4
5
5
7
7
10
10
18
20
21
23
23
25
27

33

viii

DAFTAR TABEL
1 Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi produk domestik bruto ........... 1
2 Laju pertumbuhan produk domestik bruto ........................................................... 2
3 Daftar sub-sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi ...................................... 7
4 Daftar perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi ....................... 11
5 Outer model SEM ............................................................................................... 18
6 Indicator Correlations ......................................................................................... 19
7 R-Square ............................................................................................................. 20
8 Data original sample dan T-statistik ................................................................... 20

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran ............................................................................................. 6
2 Structural Equation Modeling (SEM) ................................................................ 10
3 Model SEM hasil analisis ................................................................................... 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penelitian terdahulu
2 Rata-rata modal kerja tahun 2010-2014
3 Rata-rata likuiditas dan profitabilitas tahun 2010-2014

29
30
31

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi merupakan sektor yang
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut penting karena
dengan infrastruktur dan transportasi yang baik, maka akan mempermudah dalam
melakukan kegiatan bisnis contohnya dalam hal pengiriman atau pendistribusian
produk. Dalam menghadapiASEAN Economic Community (AEC) 2015, Indonesia
harus mampu memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur dan transportasi yang
ada di Indonesia agar menjadi lebih baik, sehingga akan mempermudah dalam

melakukan kegiatan perekonomian. Beberapa infrastruktur yang harus disiapkan
Indonesia menjelang ASEAN Economic Community (AEC) 2015, antara lain: jalur
darat berupa jejaring jalan ASEAN dan jalur rel kereta api Kenmung-Singapura,
jalur laut berupa jejaring perhubungan laut, jalur udara berupa jalur pengiriman
udara, teknologi informasi berupa jaringan komunikasi dan energi berupa
keamanan energi (www.setneg.go.id, 2015).
Dalam membantu peningkatan infrastruktur, maka pemerintah
mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 2015
(APBN P, 2015) untuk departemen pekerjaan umum sebesar Rp116 800 000 000
dengan anggaran untuk Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah sebesar
Rp525 000 000 000 (www.pu.go.id 2015).Berikut data mengenai Kontribusi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Dalam Miliar Rupiahakan disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1 Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi produk domestik bruto
atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dalam miliar Rupiah
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Kontribusi sektor Pengangkutan dan
Komunikasi
Rp. 423 172.2
Rp. 491 287
Rp. 549 105.4
Rp. 635 302.9
Rp. 745 648.2

Persentase
6.56
6.62
6.67
6.99
7.39

Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa kontribusi sektor pengangkutan
dan komunikasi produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha dalam miliar rupiah konstan mengalami peningkatan dari tahun 2010
hingga 2014 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang memiliki
pergerakan tidak stabil. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2010 sampai 2014,
sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan dalam meningkatkan
produk domestik bruto di Indonesia. Selain itu, dengan meningkatnya kontribusi
sektor Pengangkutan dan Komunikasi menunjukan bahwa banyak orang yang
memanfaatkan atau menggunakan jasa pengangkutan dan komunikasi serta
banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan akan
pengangkutan dan komunikasi tersebut. Kontribusi sektor tersebut berbanding

2

terbalik dengan laju pertumbuhan.Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Persen) dapat dilihat dalam
Tabel 2.
Tabel 2Laju pertumbuhan produk domestik bruto atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha (persen)
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
(%)
13.41
10.70
9.98
9.80
9.31

Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)
Berdasarkan Tabel 2 mengenai laju pertumbuhan produk domestik bruto
atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha (persen) pada tahun 2010-2014,
terjadi penurunan laju pertumbuhan PBD sektor pengangkutan dan komunikasi
tahun 2010 hingga 2014. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kontribusi
sektor pengangkutan dan komunikasi berbanding terbalik dengan laju
pertumbuhan produk domestik bruto atas dasar harga konstan.Menurut lapangan
usaha (persen) pada sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi memiliki lima sub-sektor
yaitu sub-sektor energi, sub-sektor jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya,
sub-sektor komunikasi, sub-sektor transportasi dan sub-sektor konstruksi nonbangunan. Sektor tersebut memiliki modal kerja yang tinggi dilihat dari beberapa
perusahaan memiliki jumlah aktiva lancar yang lebih besar dibandingkan dengan
hutang lancarnya.
Perusahaan dalam sektor ini membutuhkan kas yang merupakan bagian
dari modal kerja untuk membiayai biaya operasional perusahaan.Menurut Hidayat
dan Muttaqien (2009), kebutuhan modal kerja setiap perusahaan berbeda-beda
tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut.Modal kerja merupakan
keputusan operasional yang berkaitan dengan kegiatan operasional
perusahaan.Oleh karena itu, manajer keuangan harus mampu mengelola modal
kerja dan memutuskan seberapa besar saldo kas yang perlu dipegang agar
perusahaan bisa mendanai kegiatan operasionalnya (Hanafi2011).
Perusahaan akan dihadapkan pada trade off antara likuiditas dan
profitabilitas perusahaan. Menurut Hanafi (2011), modal kerja pada umumnya
mempunyai tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi
pada aktiva tetap. Oleh karena itu modal kerja yang kecil akan lebih
menguntungkan perusahaan (profitabilitas meningkat). Sebaliknya, modal kerja
yang terlalu kecil akan menurunkan likuiditas perusahaan. Modal kerja yang
tinggi akan meningkatkan likuiditas dan menurunkan profitabilitas. Oleh sebab
itu, perusahaan harus memikirkan apa yang harus didahulukan dan trade
offantaralikuiditas dan profitabilitas. Selain itu, perusahaan juga harus memikirkan
mengenai tingkat likuiditas perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi tentu baik bagi perusahaaan namun
dapat membuat investor berfikir bahwa banyak dana menganggur dalam
perusahaan.

3

Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) juga akan dihadapkan pada trade offantara likuiditas
dan profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah
“Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan dan pentingnya modal kerja
bagi perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI, maka
rumusan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah
1. Bagaimana modal kerja perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI?
2. Bagaimana likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi di BEI?
3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari
dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Menganalisis modal kerja perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI.
2. Menganalisis likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi di BEI.
3. Menganalisis pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagi investor dan calon investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menilai kondisi keuangan
dan sebagai dasar dalam prediksi kondisi di masa datang menurut Harahap
(2013) dalam perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di Bursa
Efek Indonesia dalam mengambil keputusan investasi.
2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu bahan pembelajaran
mengenai pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas pada
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi atau masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya, khususnya berkaitan dengan topik manajemen modal
kerja.

4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskanpada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI periode 2010 hingga 2014, dengan menggunakan data laporan
tahun 2010 hingga 2014 kemudian melihat rasio terbaik dan terburuk.
Penelitian ini membahas pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan
profitabilitas pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di
Bursa Efek Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Modal Kerja
Menurut Keown (2010) Modal kerja merupakan investasi total perusahaan
pada aktiva lancar atau aktiva yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Modal kerja bersih
perusahaan pada waktu tertentu memberikan rangkuman ukuran keputusan
pembiayaan jangka pendek perusahaan yang sangt berguna sehingga
menyebabkan trade off antara resiko dan pengembalian.
Menurut Harmono (2009) pengelolaan modal kerja dapat diartikan sebagai
pengelolaan terhadap komponen-komponen aktiva lancar yaitu komponen kas dan
komponen piutang dan persediaan saling berkaitan dan membutuhkan pengelolaan
yang memadai sesuai fluktuasi kebutuhan modal kerja perusahaan
Rasio likuiditas dan Rasio Profitabilitas
Menurut keown (2010) rasio keuangan yaitu penulisan ulang data
akuntansi kedalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio likuiditas menunjukan
hubungan antara kas dan asset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban
lancarnya, sedangkan rasio profitabilitas menunjukan kombinasi dari pengaruh
likuiditas, manajemen asset, dan utang pada hasil operasi.

Penelitian Terdahulu
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dari Indonesia
dan berbagai negara lainnya.Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya,
karena penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi yang terdaftar di BEI.Penelitian terdahulu dapat dilihat pada
Lampiran 1.

5

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian
Pasar modal atau Bursa efek Indonesia memiliki beberapa sektor, salah
satunya adalah sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.Sektor tersebut
berperan penting dalam membangun infrastruktur di Indonesia guna
mempermudah kehidupan masyarakat dalam beraktivitas dan dapat memperlancar
kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia.Perusahaan yang terdaftar pada
sektor ini merupakan perusahaan terbuka yang modalnya dapat dimiliki oleh
semua orang atau investor. Investor dalam menanamkan dananya harus
mempertimbangkan banyak hal, salah satu nya adalah melihat kondisi keuangan
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Kondisi keuangan yang
baik dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Kegiatan operasional sehari-hari seperti kegiatan pemeliharaan, perbaikan,
membayar tenaga kerja dan lain-lain, membuat kebutuhan akan modal kerja
perusahaan sektor ini menjadi tinggi. Modal kerja seharusnya tetap ada dalam
perusahaan sehingga kegiatan operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta
tujuan akhir perusahaan untuk menghasilkan laba akan tercapai.
Menurut Harmono (2009), modal kerja kerja bersih dapat dijadikan
indikator likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Namun tidak serta-merta modal kerja bersih yang
tinggi menjamin likuiditas perusahaan juga tinggi. Oleh karena komponen aktiva
lancar meliputi kas, piutang, dan persediaan, apabila salah satunya menumpuk
akan terjadi gangguan likuiditas operasi perusahaan. sehingga perusahaan harus
mampu mengelola aktiva lancarnya dengan baik agar kondisi modal kerja
perusahaan yang seimbang atau proporsional sesuai kebutuhan operasional
perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan
tahunan.Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahanmodal dan laporan arus kas. Dalam penelitian ini, laporan keuangan
yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi yaitu untuk mengitung rasio
manajemen modal kerja yang terdiri dari Cash Conversion Cycle (CCC), Average
Collection Period (ACP), Average Age of Inventory (AAI), dan Average Payment
Period (APP), sedangkan rasio likuiditas terdiri Current Ratio (CR) dan Quick
Ratio (QR) dan rasio profitabilitas dengan Net Profit Margin (NPM), Return on
asset (ROA), Return on Equity (ROE).
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap
likuiditas dan profitabilitas perusahaan, maka dilakukan analisis dengan
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM).Hasil dari penelitian ini dapat
menjadi rekomendasi bagi investor yang ingin berinvestasi di Bursa Efek
Indonesia khususnya pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.Kerangka
pemikiran akan dijelaskan pada Gambar 1.

6

Pasar modal (Bursa Efek Indonesia)

Investor

Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi

Kebutuhan modal kerja yang tinggi

Laporan Keuangan

Neraca

AAI

ACP

Laporan LabaRugi

AAP

CCC

Rasio Manajemen Modal Kerja

Laporan Perubahan
Modal

CR

QR

Rasio Likuiditas

NPM

Laporan Arus
Kas

ROA

Rasio Profitabilitas

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Structural Equation Modeling (SEM)

Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Keterangan:
------------ : Tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian
: Pembahasan dalam ruang lingkup penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
trasportasi.Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan
April 2015 hingga September 2015.

ROE

7

Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
terdiri dari studi literatur berupa buku referensi, internet, skripsi terdahulu, jurnal
nasional dan internasional yang berkaitan dan mendukung dalam penelitian
ini.Penelitian juga menggunakan laporan keuangan perusahaan sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang diambil dari website resmi Bursa Efek
Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 58 perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102014. Metode sampling yang digunakan adalah judgement sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dalam periode 2010-2014
dan tidak mengalami delisting (keluar dari BEI).
3. Perusahaan memiliki data laporan keuangan yang lengkap 2010-2014.
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar dalam lima sub-sektor
yang akan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Daftar sub-sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
Sub-Sektor
Jumlah Perusahaan
Sub-Sektor Energi
2 perusahaan
Sub-Sektor Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara
1 perusahaan
dan Sejenisnya
Sub-Sektor Komunikasi
3 perusahaan
Sub-SektorTransportasi
8 perusahaan
Sub-Sektor Konstruksi Non-Bangunan
2 perusahaan
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2015)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui sampel terbesar terdapat pada subsektor transportasi dengan jumlah sampel delapan perusahaan, dan sampel terkecil
terdapat pada sub-sektor jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya dengan
jumlah sampel satu perusahaan.

Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua metode dalam menganalisis data, yaitu:
1. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
rasio mengenai manajemen modal kerja, rasio likuiditas, dan rasio
profitabilitas.
a. Analisis Rasio Manajemen Modal Kerja`
Modal kerja berkaitan dengan aset lancar perusahaan yang meliputi
kas, piutang dan persediaan menurut Hanafi (2011).
1. Average Collection Period (ACP)

8

Rasio ini mengukur rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima
kas dari penjualan.Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
………………………..……………..…….….(1)
2. Average Age Of Inventory (AAI)
Rasio ini mengukur berapa hari rata-rata dana terikat dalam persediaan.
Cara perhitungan AAI adalah sebagai berikut:
……………..…………...…………(2)
3. Average Payment Period (APP)
Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku
dan tenaga kerja dan pembayarannya. APP dapat dihitung sebagai
berikut:
……………...…………….……...(3)
4. Cash Conversion Cycle (CCC)
Merupakan periode saat kas dibayarkan untuk pembelian persediaan
sampai dengan saat kas dikumpulkan dari piutang. CCC yang semakin
pendek akan semakin baik, karena kas yang tertanam akan semakin
sedikit yang berarti kas berputar lebih cepat. Sebaliknya jika CCC
semakin lama berarti kas berputar lebih lama sehingga membuat CCC
semakin buruk (Hanafi 2011). Maka persamaan CCC adalah sebagai
berikut:
CCC = ACP + AAI – APP……………………..………………….….(4)
b. Rasio Likuiditas
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio ini menunjukan hubungan
antara kas dan asset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban
lancarnya. Rasio yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio (CR)
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio ini menunjukan sampai
sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh asset yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
Menurut Harahap (2013), semakin besar CR, maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancarnya.Maka
persamaannya adalah sebagai berikut:
……………………………..………..……………(5)
2. Quick Ratio (QR)
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio ini mengukur kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tanpa

9

mengandalkan penjualan persediaan. Semakin besar QR maka semakin
baik untuk perusahaan menurut Harahap (2013). Dapat dihitung
sebagai berikut:
………………………………….……….(6)
c. Rasio Profitabilitas
Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio yang digunakan adalah:
1. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Brigham dan Houston (2010), NPM mengukur laba bersih atas
penjualan. Semakin besar NPM maka semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi menurut
Harahap (2013).
…………………………………………………....(7)
2. Return on asset (ROA)
Brigham dan Houston(2010), Rasio ini mengukur tingkat pengembalian
atas total asset. Semakin besar ROA maka semakin baik pengembalian
atas total asset dari perusahaan menurut Harahap (2013).
…………………………..……………………….(8)
3. Return on asset (ROE)
Rasio ini menunjukan berapa perolehan laba bersih bila diukur dari
modal pemilik.Semakin besar ROE maka semakin baik kinerja
perusahaan menurut Harahap (2013).
…………………..……………………………….(9)

2. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Penelitian ini menggunakan metode analisis Structural Equation Modeling
(SEM) dengan alternaltif SmartPLS dan SPSS.Menurut Yamin dan Kurniawan
(2009) analisis SEM digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara
kontrak laten yang satu dan kontrak laten yang lainnya dengan ukuran sampel
data kecil. Analisis tersebut akan dijelaskan pada Gambar 2.

10

ACP

AAI

APP

CCC

CR
Likuiditas
QR

Modal
Kerja

NPM
Profitabilit
as

ROA
ROE

Gambar 2.Structural Equation Modeling (SEM)
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kontrak laten dalam penelitian ini
adalah modal kerja, likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan variabel manifest
yaitu Cash Conversion Cycle (CCC), Average Collection Period (ACP), Average
Age of Inventory (AAI), Average Payment Period (APP), Current Ratio (CR),
Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM), Return on asset (ROA), Return on
asset (ROE). Berdasarkan beberapa indikator tersebut, maka hipotesis dari
penelitian ini yaitu:
H01:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari modal kerja terhadap
likuiditas perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
Ha1:
Terdapat pengaruh yang signifikan dari modal kerja terhadap likuiditas
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
H02:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari modal kerja terhadap
profitabilitas perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
Ha2:
Terdapat pengaruh yang signifikan dari modal kerja terhadap
profitabilitas perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
Sehingga, dapat diketahui pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan
profitabilitas perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan
yang bergerak di sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014.Perusahaan sektor ini merupakan
perusahaan yang menyediakan fasilitas atau layanan yang dibutuhkan dalam
sistem ekonomi agar berfungsi dengan baik dan menghasilkan produk secara
optimal.Sedangkan
utilitas
merupakan
sarana
penunjang
dalam

11

pembangunan.Sektor ini dibagi menjadi 5 sub-sektor yaitu sub-sektor energi,
Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan sejenisnya, komunikasi, transportasi dan
konstruksi non-bangunan. Total perusahaan yang diteliti yaitu sebanyak 16
perusahaan dari hasil penarikan sampel dengan menggunakan metode penarikan
sampel Judgement sampling. Berikut daftar perusahaan yang diteliti dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi periode
2010-2014
No

Nama Perusahaan

1
2
3

PT Leyand Internasional Tbk.
PT Rukun Raharja Tbk.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Kode
Saham
LAPD
RAJA
JSMR

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

PT Bakrie Telecom Tbk.
PT Indosat Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
PT Indonesia Transport & Infrastructur Tbk.
PT Mitrabahtera Segera Sejati Tbk.
PT Samudera Indonesia Tbk.
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk.
PT Trada Maritime Tbk.
PT Wintermar Offshore Marine Tbk.
PT Indika Energy Tbk.

BTEL
ISAT
TLKM
GIAA
HITS
IATA
MBSS
SDMR
TMAS
TRAM
WINS
INDY

16

PT Sarana Menara Nusantara Tbk.

TWOR

Sub-sektor
Energi
Energi
Jalan Tol,
Pelabuhan,
Bandara dan
sejenisnya
Komunikasi
Komunikasi
Komunikasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Transportasi
Konstruksi NonBangunan
Konstruksi NonBangunan

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2015)

Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis rasio mengenai manajemen modal kerja, rasio likuiditas, dan rasio
profitabilitas.
Berdasarkan lampiran 2 mengenai rata-rata kinerja keuangan tahun 20102014, rasio Average Collection Period (ACP) merupakan rasio yang mengukur
rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima kas dari penjualan. Rata-rata
ACP tercepatpada perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk yaitu selama empat
hari. Jumlah piutang yang rendah menandakan bahwa PT Jasa Marga (Persero)
Tbk tidak memberikan kredit kepada perusahaan lain. Piutang perusahaan ini
diperoleh dari piutang sewa lahan, tempat istirahat dan iklan. Pada tahun 2013 dan
2014, Perusahaan membiayai terlebih dahulu kenaikan harga tanah yang menjadi
tanggungan pemerintah dan mengajukan permohonan penggantian danakepada
pemerintah sehingga perusahaan memiliki piutang dari kementerian pekerjaan

12

umum atas dana dukungan pemerintah menegenai pengusahaan jalan tol lingkar
luar Jakarta yang cukup tinggi. PT Jasa Marga (Persero) Tbk tidak banyak
memberikan hutang sehingga piutang yang dimiliki menjadi sedikit.Rata-rata
penjualan yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbkyang berasal dari sewa
lahan, jasa pengoperasian jalan tol, iklan, penggunaan jalan tol adalah tinggi, ini
membuat ACP perusahaan menjadi cepat. Hal ini menandakan bahwa rata-rata
penagihan piutang tidak lama bahkan tidak sampai seminggu, dengan begitu
siklus kas perusahaan menjadi baik.
ACP terlama pada PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk selama 121
hari.Piutang yang terus mengalami kenaikan selama lima tahun tidak diimbangi
dengan penjualan yang menurun. Hal ini menyebabkan rata-rata hari penagihan
piutang menjadi lama.Jumlah piutang terbanyak pada perusahaan-perusahaan
pihak ketiga sedangkan piutang perusahaan pihak relasi hanya sedikit dan
manajemen grup telah menjamin piutang usaha atas hutang jangka panjang bank
sehingga piutang tersebut dapat ditagih.Penjualan yang dihasilkan PT
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk berasal dari kontrak dan sewa.Rata-rata penjualan
ini mengalami penurunan selama periode 2010 hingga 2014.Rata-rata piutangyang
tinggi dan penurunan penjualan menjadikan rata-rata penagihan piutang menjadi
lama.Hal ini dapat menghambat perputaran kas dan mengganggu kegiatan
operasional perusahaan karena untuk mengkonversikan kas dari piutang
membutuhkan waktu yang lama.
Rata-rata industri ACP adalah 53 hari,maka dapat dikatakan bahwa ACP
PT Jasa Marga (Persero) Tbk sangat baik karena memiliki ACP tercepat dibawah
rata-rata industri.Sedangkan, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk dinilai memiliki
ACP yang buruk karena berada diatas rata-rata industri.
Average Age Of Inventory (AAI) merupakan rasio yang mengukur berapa
hari rata-rata dana terikat dalam persediaan. Semakin lama dana terikat dalam
persediaan menunjukan semakin tidak efisien pengelolaan persediaan. Persediaan
setiap sub-sektor berbeda-beda.Tingkat AAI pada sektor infrastruktur, utilitas dan
trasnportasi terbilang cepat karena persediaan yang dihitung merupakan
persediaan yang dapat diperjual-belikan dan dapat dikonversikan menjadi kas.
Rata-rata ACP yang cepat membuat AAI perusahaan menjadi cepat pula karena
hari penagihan piutang yang cepat membuat bahan persediaan menjadi cepat
keluar dari gudang
AAI tercepatdimiliki olehPTJasa Marga (Persero) Tbk, PT Humpuss
Intermoda Transportasi Tbk, PT Indonesia Transport & Infrastruktur Tbk, PT
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk, PT Pelayaran Tempura Emas Tbk, PT Rukun
Raharja, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Trade Maritime Tbk, PT Sarana Menara
Nusantara Tbk dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk yaitu selama 0 hari.Hal
tersebut karena dalam laporan keuangan, perusahaan-perusahaan ini tidak
memiliki persediaan yang dapat dikonversikan kedalam kas atau persediaan yang
bersifat sebagai aset tetap.Persediaan dalam perusahaan–perusahaan tersebut
merupakan persediaan yang tidak diperuntukan untuk penjualanyang tidak dapat
dikonversikan menjadi kas.Tidak adanya persediaan yang dapat dikonversikan ke
kas, membuat rata-rata hari dana terikat dalam persediaan menjadi tidak adaatau
0, sehingga perusahaaan tidak perlu khawatir akan terjadi kerusakan barang.
Selain itu, perusahaan juga tidak perlu mengeluarkan tambahan biaya gudang dan
asuransi untuk persediaan.

13

AAI terlama pada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yaitu
selama empat hari. Jumlah persediaan perusahaan yang cukup besar, membuat
rata-rata hari dana terikat dalam persediaan menjadi lama. Persediaan perusahaan
ini terdiri dari kartu SIM, kartu RUIM, pesawat telepon, set top box, modem
wireless broadband dan voucher prabayar.Persediaan merupakan aktiva yang
paling tidak likuid karena membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi kas
sehingga harus dikelola dengan baik agar perputaran kas menjadi baik. AAI
perusahaan ini terbilang cukup lama diantara perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang lainnya karena jenis dan jumlah persediaan yang
dapat diperjualbelikan cukup banyak dibandingkan dengan yang lain sehingga
rata-rata hari dana terikat dalam persediaan menjadi lama pula. Hal ini tidak
cukup mengganggu perputaran kas karena rata-rata hari dana terikat dalam
persediaan terbilang sebentar bahkan tidak sampai seminggu persediaan tersebut
berada di gudang.
Pada sektor ini, kebanyakan perusahaan memiliki tingkat AAI selama 0
hari, karena persediaan yang dimiliki merupakan bahan-bahan yang digunakan
dalam operasional sehari-hari dan tidak diperjual-belikan. Selain itu perusahaan
tersebuttidak memiliki persediaanyang dapat dikonversikan menjadi kas atau
persediaan yang bersifat sebagai aset tetap
Rata-rata industriAAI pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
selama dua hari. Hal ini menjadikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Humpuss
Intermoda Transportasi Tbk, PT Indonesia Transport & Infrastruktur Tbk, PT
Mitrabahtera Segara Sejati Tbk, PT Pelayaran Tempura Emas Tbk, PT Rukun
Raharja, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Trade Maritime Tbk, PT Sarana Menara
Nusantara Tbk dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk memiliki nilai AAI
dibawah rata-rata industri. Sedangkan, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk beradadiatas rata-rata industri.
Rata-rata periode pembayaran hutang (APP)tercepat adalah PT Indosat
Tbk dengan rata-rata pembayaran hutang dalam jangka waktu yang singkat yaitu
selama delapan hari. Hal ini karena perusahaan memiliki jumlah hutang usaha
yang rendah jika dibandingkan dengan harga pokok penjualannya yaitu Rp425
293 800 000 untuk hutang usaha sebesar Rp19 734 938 600 000 yang diperoleh
dari pihak relasi dan pihak ketiga. Kegiatan operasional perusahaan ini sedikit
menggunakan hutang usahanya. Hal ini dibuktikan dari jumlah hutang usaha yang
yang dimilikinya adalah sedikit juka dibandingkan dengan perusahaan lain.Ratarata jumlah kas yang dimiliki sebesar Rp2 786 051 000 000 mengindikasikan
bahwa kas tersebut digunakan untuk membayar hutang usahanya.Sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama dalam pembayaran hutang.Hal ini dapat
menguntungkan perusahaan karena dengan rata-rata pembayaran hutang yang
cepat dapat menumbuhkan kepercayaan dari perusahaan kreditur.Namun, kas
yang dimiliki untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan digunakan
untukpembayaran hutang.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk merupakan perusahaan dengan APP
terlama yaitu 463 hari. Hutang usaha pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk
sebesar Rp345 578 000 000 yang diperuntukan untuk pembangunan menara pada
pihak ketiga yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga pokok pendapatan
perusahaan ini yaitu sebesar Rp666 724 000 000 membuat periode pembayaran
hutang menjadi lama.Rata-rata jumlah kas yang dimiliki sebesar Rp1 129 791

14

400 000 tidak dialokasikansepenuhnya untuk membayar hutang usahanya.Hutang
usaha tertinggi berada pada tahun 2010dan terus mengalami penurunan hingga
tahun 2014.Tingkat APP yang tinggi mengindikasikan kemungkinan bahwa PT
Sarana Menara Nusantara Tbk melakukan pengelolaan kas yang tersedia dengan
baik dan lebih memilih menggunakan kas perusahaan untuk keperluan lain, seperti
pemenuhan kebutuhan operasional sehari-hari selain membayar hutang usahanya.
Hal ini dapat menguntungkan perusahaan, karena dengan waktu pembayaran
hutang yang lama, perusahaan dapat memutarkankasnya dan meningkatkan
kinerja perusahaan.Selain itu dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan,
sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk menopang kegiatan perusahaan.
Rata-rata APP sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama 91 hari,
maka PT Sarana Menara Nusantara Tbk berada diatas rata-rata dan PT Indosat
Tbk berada dibawah rata-rata.
CCC merupakan periode saat kas dibayarkan untuk pembelian persediaan
sampai dengan saat kas dikumpulkan dari piutang. CCC yang semakin pendek
akan semakin baik, karena kas yang tertanam akan semakin sedikit yang berarti
kas berputar lebih cepat. Perusahaan yang memiliki CCC tercepat ditandai oleh
ACP dan AAI yang cepat sedangkan APP yang lama. Hal ini membuat siklus
konversi kas perusahaan menjadi cepat dan efisien.
Perusahaan dengan cash conversion cycle (CCC) tercepatatau lamanya
suatu perusahaan dalam mengkonversikan kas yang yang paling cepat adalah PT
Sarana Menara Nusantara Tbk yaitu dengan CCC selama (415).Hal ini
menunjukan bahwa CCC PT Sarana Menara Nusantara Tbk sangat baik karena
memiliki CCC yang nilainya negatif yang berarti kurang dari satu tahun
perusahaan ini dapat mengkonversikan kasnya.Siklus konversi kas yang semakin
cepat menandakan bahwa kas perusahaan semakin likuid dan dapat terhindar dari
permasalahan kas.Pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk tingkat CCC menjadi
sangat cepat berkaitan dengan ACP perusahaan yang hanya 48 hari dan tidak
memiliki AAI yang dapat dikonversikan menjadi kas, sedangkan rata-rata APP
yang lama yaitu 463 hari. Hal ini menandakan bahwa perusahaan dalam menagih
piutang sangat baik dan dalam perputaran persediaan yang sangat cepat karena
persediaan perusahaan merupakan persediaan yang digunakan untuk operasional
dan tidak untuk diperjual-belikan melainkan digunakan untuk operasional
perusahaan.Kebijakan pengeluaran kas untuk melunasi hutang usahanya selama
mungkin juga dinilai sangat baik sehingga ketiga hal ini tentunya sangat
menguntungkan bagi perusahaan dengan begitu siklus konversi kas PT Sarana
Menara Nusantara Tbk menjadi sangat cepat.
CCC terlama dimiliki olehPTMitrabahtera Segara Sejati Tbk selama 78
hari.Hal ini disebabkan karena perpaduan antara rendahnya kemampuan
perusahaan dalam memperoleh piutang dengan pelunasan hutang usahanya.ACP
perusahaan yang lama yaitu 121 hari, sedangkan APP yang hanya43 hari
membuat CCC menjadi lama.ACP perusahaan dapat dikatakanburuk karena
memiliki ACP terlama dalam industri selama lima tahun. Sedangkan AAI
perusahaan selama 0 hari dikarenakan perusahaan ini tidak memiliki persediaan
yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan bukan untuk diperjualbelikan.Sehingga dapat dikatakan bahwa periode kas terkumpul dari piutang
dinilaikurang baik karena membutuhkan waktu yang lama dan kebijakan
pengeluaran kas untuk melunasi hutang usahanya kurang baik karena waktu

15

pembayarannya dinilai singkat.Hal inimembuat CCC perusahaan dinilai buruk
karena perusahaan dapat mengalami permasalahan kas sehingga dapat mengalami
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari.Rata-rata CCC
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama (21) hari, maka PT Sarana
Menara Nusantara Tbk memiliki CCC jauh dibawah rata-rata, sedangkan PT
Indonesia Mitrabahtera Segara Sejati Tbkmemiliki CCC diatas rata-rata.
Likuiditas Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Periode 2010-2014
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
atau memenuhi hutang lancarnya.Rasio likuiditas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah current ratio yaitu sejauh mana aset lancar menutupi hutanghutang lancar. Semakin besar CR, maka semakin tinggi danquick ratio yaitu
kemampuan asset lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar QR maka semakin baik untuk perusahaan.
Berdasarkan lampiran 2dapat dilihat bahwa perusahaan dengan tingkat CR
terbaik adalah perusahaan PT Indika Energy Tbk sebesar 210.29 persen. Hal ini
karena selama lima tahun jumlah rata-rata aktiva lancarnya lebih besar
dibandingkan jumlah rata-rata hutang lancar yang dimiliki. Pada tahun 2010 dan
2011 PT Indika Energy Tbk mendapat pinjaman dari Bank UBS AG, Cabang
Singapura yang akan digunakan untuk membiayai modal kerja serta keperluan
perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa hutang lancar perusahaan
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional.Berdasarkan perhitungan
tersebut, dapat ditarik hasil bahwa perusahaan tersebut likuid karena memiliki
nilai CR diatas 200 persen.
Selain itu QR terbaik juga pada perusahaan PT Indika Energy Tbk sebesar
206.65 persen. Rata-rata jumlah persediaan selama lima tahun dinilai sedikit, yaitu
sebesar Rp147 066 475 220. PT Indika Energy Tbk telah mengasuransikan
seluruh persediaan kepada sebuah konsorsium yang dipimpin oleh PT Asuransi
Wahana Tata.Jumlah persediaan yang sedikit, membuat current ratio dan quick
ratio tidak jauh berbeda.Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan tersebut likuid.
CR dan QR terkecil selama lima tahun yaitu pada PT Leyand Internasional
Tbk sebesar 21.65 persen dan 20.14 persen. Jumlah rata-rata aktiva lancar
Rp57150 770 600 dan rata-rata hutang lancar Rp260 892 180 000 membuat rasio
CR menjadi sangat rendah. Dengan melihat rasio CR dan QR menandakan bahwa
setiap satu persen hutang lancar perusahaan hanya dapat ditanggung 21.65
persenaktiva lancar, hal ini menandakan bahwa PT Leyand Internasional Tbk
tidak likuid karena jumlah current ratio yang kurang dari 200 persen. Jumlah ratarata persediaan yang kecil membuat nilai CR dan QR tidak jauh
berbeda.Persediaan yang dimiliki PT Leyand Internasional Tbk adalah suku
cadang dan pelumas yang merupakan persediaan untuk operasi dan pemeliharaan
pembangkit listrik.
Rata-rata CR pada industri sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
adalah 94.81 persen yang berarti tingkat CR PT Indika Energy Tbk jauh berada
diatas rata-rata dan tingkat CR PT Leyand Internasional Tbk dibawah rata-rata.
Sedangkan, rata-rata QR adalah 89.77 persen yang mana QR PT Indika Energy

16

Tbk berada diatas rata-rata industri dan PT Leyand Internasional Tbk memiliki
QR dibawah rata-rata industri.
Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara likuiditas dengan modal kerja perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
trasnportasi.Sebagian besar perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan
trasnportasi yang memiliki Cash Conversion Cycle yang cepat, dinilai memiliki
rasio likuiditas yang baik.
Profitabilitas Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi Periode 2010-2014
Profitabilitas mengindikasikan tingkat profit yang didapat oleh perusahaan.
dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah NPM dimana rasio
ini Menunjukan seberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan, ROA digunkan menggambarkan perputaran asset yang diukur
dari volume penjualan, dan ROE menunjukan berapa perolehan laba bersih bila
diukur dari modal pemilik. Semakin besar tingkat rasio tersebut, maka semakin
baik kinerja perusahaan dalam memperoleh profit.
Berdasarkan lampiran 2, NPM, ROA dan ROE terbaik yaitu pada PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Selama lima tahun, PT Telkom dapat
menghasilkan rata-rata profit sebesar Rp 18 287 600 000 000. Penjualan selama
limatahun sebesar Rp77 937 600 000 000 membuat rasio Net profit margin PT.
Telkom sebesar 23.40 persen.Hal tersebut menandakan bahwa perusahaan mampu
memperoleh laba yang tinggi dari penjualan.Selain itu, perusahaan juga mampu
mengelola beban yang dikeluarkan dengan baik sehingga didapat angka yang
kecil dari beban tersebut.Hal ini membuat perusahaan memperoleh laba yang
cukup besar.Dengan begitu perusahaan ini memiliki perbandingan laba bersih dan
penjualan yang besar.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) memiliki rasio ROA terbaik
sebesar 15.67 persen. Hal tersebut karena perusahaan memiliki perbandingan
(rasio) yang optimal antara total asset yang dimiliki dengan laba bersih yang
dihasilkan jika dibandingkan dengan perusahaan yang lain dalam sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi. Perusahaan mampu mengelola seluruh asset
yang dimiliki baik asset lancar maupun tidak lancar untuk dapat menghasilkan
laba bersih.
PT Telkom memiliki rasio ROE terbaik yaitu 26.81 persen.Hal ini karena
perusahaan memiliki perbandingan yang besar antara laba bersih yang dihasilkan
dengan ekuitas yang dimiliki.Perusahaan ini dapat dikatakan mampu mengelola
ekuitas yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan laba bersih yang lebih besar
dibandingkan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang lain.
Rata-rata NPM dan ROA terburuk selama lima tahun yaitu pada PT Bakrie
Telecom Tbk rasio NPM perusahaan sebesar (105.65 persen). Hal ini disebabkan
karena perusahaan ini selalu mengalami kerugian dari tahun 2011 hingga 2014
sehingga laba bersih bernilai negatif atau mengalami kerugian. Penurunan
penjualan dan meningkatnya beban-beban yang ditanggung perusahaan dari tahun
ke tahun menyebabkan perusahaan mengalami kerugiaan. Perbandingan antara
laba bersih yang bernilai negatif (rugi) dengan penjualan yang kecil menjadikan
rasio NPM bernilai negatif. Rata-rata rasio ROA perusahaan ini sebesar (21.57

17

persen). Perbandingan antara rugi yang dialami perusahaan dengan total asset
yang dimiliki membuat nilai ROA menjadi negatif. Total asset yang dimiliki
perusahaan juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Perbandingan antara
kerugian dan total asset yang kecil membuat rasio ROA menjadi negatif. Dengan
begitu dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang mampu mengelola penjualan
yang dihasilkan dengan total asset yang dimiliki, karena perusahaan selalu
mengalami kerugian dari tahun ke tahun.ROE terburuk pada PT Humpus
Intermoda Transportasi Tbk sebesar (25.52 persen). Hal ini disebabkan karena
dari tahun 2011 hingga 2013 selalu mengalami kerugian menyebabkan rasio ROE
menjadi bernilai negatif. Selain itu perbandingan antara rata-rata kerugian dengan
jumlah ekuitas yang kecil dibandingkan dengan perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan trasnportasi yang membuat rasio ROE menjadi paling kecil diantara
yang lain bahkan bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa PT Humpus
Intermoda Transportasi Tbk kurang mampu mengelola ekuitas yang dimiliki
untuk dapat menghasilkan profit, namun sebaliknya menimbulkan kerugian yang
cukup besar.
Rata-rata industri NPM, ROA dan ROE pada sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi adalah (3.66 persen), 0.98persen dan 5.82persen membuat PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk jauh berada diatas rata-rata. Sedangkan,
PT Bakrie Telecom Tbk memiliki rasio NPM dan ROA dibawah rata-rata
industri.Sedangkan, pada PT Humpus Intermoda Transportasi Tbk memiliki rasio
ROE dibawah rata-rata sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.Dari hal ini
dapat disimpulkan bahwa PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Humpus Intermoda
Transportasi Tbk tercatat memiliki CCC negatif dan dapat dikatakan Cash
Conversion Cycle yang cepat memiliki pengaruh yang negatif antara CCC dengan
profitabilitas.
Berdasarkan analisis dan perhitungan, PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk merupakan perusahaan yang memiliki rasio keuangan yang
terbaik.Hal tersebut karena PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk mampu
mengelolah modal kerja yang dimiliki sehingga memiliki tingga CCC yang
rendah yaitu (33) hari. Selain itu rasio likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk juga tergolong baik, hal ini dilihat dari current rasiosebesar
105.17% dan quick rasio sebesar 102.85% berada diatas rata-rata industri. Rasio
profitabilitas perusahaan ini dinilai juga baik karena nilai NPM, ROA dan ROE
yang tinggi dan diatas rata-rata industry. Hal ini menunjukkan bahwa PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk mampu mengelolah modal kerja, aktiva
lancar dan hutang lancar sehingga mampu meningkatkan profitabilitas dari
perusahaan.
Analisis Partial Least Square (PLS)
Pada penelitian ini, pengujian model dengan menggunakan SmartPLS.
Terdapat 3 variabel laten yaitu variabel laten modal kerja, variabel laten likuiditas
dan variabel laten profitabilitas. Masing-masing variabellaten tersebut memiliki
variabelmanifest atau indikator. Variabel laten modal kerja memiliki variabel
manifest ACP, AAI, APP dan CCC. Variabel laten likuiditas memiliki
varia

Dokumen yang terkait

Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia

30 214 118

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR BARANG KONSUMSI SUB-SEKTOR ROKOK DI BEI TAHUN 2007-2011

4 26 99

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Yang Terdaftar Di Bei

0 8 107

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan perbankan yang Terdaftar di BEI

1 10 17

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di BEI Tahun 2010-2012.

0 0 24

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2007-2009.

1 4 22

Pengaruh Solvabilitas, Likuiditas dan Aktivitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Yang Terdaftar di BEI

0 0 7

Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh profitabilitas, likuiditas, struktur kepemilikan, kebijakan dividen, risiko bisnis terhadap struktur modal (studi pada perusahaan infrastruktur, utilitas, transportasi periode 2013-2017) - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

Pengaruh Struktur Kepemilikan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

0 1 12