Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi

PENGARUH AKTIVITAS WANITA WIRAUSAHA
TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA OLAHAN KENTANG
DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

SILVIA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Aktivitas Wanita
Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Silvia Sari
NIM H351130221

RINGKASAN
SILVIA SARI. Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan
Usaha Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci. Dibimbing oleh WAHYU BUDI
PRIATNA dan BURHANUDDIN.
Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat
penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kentang
adalah salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia. Saat ini terjadi
peningkatan aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil dari wanita wirausaha
dan menganalisis faktor-faktor pembentuk dalam aktivitas wanita wirausaha yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang. Penelitian ini terletak
di Kabupaten Kerinci karena di Kabupaten Kerinci terjadi peningkatan aktivitas
wanita wirausaha. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner kepada pengusaha
111 wanita yang mengolah kentang dengan teknik sensus, dan data dianalisis

dengan Structural Equation Modeling (SEM). Variabel laten eksogen adalah
karakteristik personal, karakteristik kewirausahaan, peluang, dan sumber daya.
Sedangkan aktivitas wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha sebagai variabel
laten endogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci
didominasi oleh wanita yang berusia 35-45 tahun, telah berkeluarga dengan
pendidikan akhir SMP, memiliki dua orang anak. Mereka adalah individu yang
mandiri, terampil, dan memiliki fleksibilitas waktu untuk menjalankan usaha.
Usaha yang dikelola oleh wanita wirausaha telah berjalan sepuluh tahun dan
tergolong usaha skala mikro dan kecil.
Hasil Structural Equation Model (SEM) menunjukkan bahwa model yang
dibangun telah memenuhi kriteria goodness fit dan variabel pengukuran penelitian
memiliki reliabilitas yang baik. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa aktivitas
wanita wirausaha dipengaruhi paling besar oleh ketersediaan sumberdaya dan
karakteristik kewirausahaan. Karakteristik kewirausahaan wanita wirausaha secara
baik dibentuk oleh motivasi, risiko, dan inovasi. Dengan demikian wanita yang
mengolah kentang di Kabupaten Kerinci berkarakter wirausaha. Aktivitas wanita
wirausaha terbukti menumbuhkan usaha pengolahan kentang. Oleh karena itu,
program kerjasama dengan akademisi, perluasan pasar, bantuan alat dan teknologi
kepada wanita wirausaha adalah program prioritas pemerintah dan stakeholder

untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia.
Kata kunci: olahan kentang, pertumbuhan usaha, SEM, wanita wirausaha

SUMMARY
SILVIA SARI. The Effect of Women’s Entrepreneurial Activities on The Growth
of Processed Potato Business in Kerinci Regency, Jambi Province. Supervised by
WAHYU BUDI PRIATNA and BURHANUDDIN.
The creation of new entrepreneurs, especially in agribusiness becomes very
important because Indonesia has a great potential in the agribusiness sector.
Potatoes are one of Indonesia’s leading vegetable crops. Currently an increase in
women activity of processed potato business in Kerinci Regency.
This research aimed at identifying profil of women’s entrepreneurial and
analyzing the forming factors of women’s entrepreneurial activities contributing to
the growth of processed potato business. This study was located in Kerinci regency
because there was an increase of women’s entrepreneurial activities. Primary data
were collected through questionnaire to 111 woman entrepreneurs of potato
processed business using sampling “census” technique, and the data were analyzed
using Structural Equation Modeling (SEM). The exogenous latent variables were
personal characteristics, entrepreneurial characteristics, opportunities, and
resources. Whereas women’s entrepreneurial activities and growth of new

enterprises were endogenous latent variables.
The results showed that women entrepreneurs in Kerinci regency were
dominated by women aged 35-45 years, had been married, have an education as
junior high school, have two children. They were unique independent skillful
individuals who had fleksible time to become business women and received
permission husband and family. Businesses managed by women entrepreneurs has
been running for ten years and classified as micro and small scale enterprises.
The results Structural Equation Model (SEM) showed that showed that the
built model had goodness of fit and good reliability measurement variables.
Women’s entrepreneurial activities were reflected the most by resources and
entrepreneurial characteristics. Entrepreneurial characteristics of woman
entrepreneurs were formed by motivation, risk taking, and innovation. Thus
women’s processed potato business in Kerinci regency had the entrepreneurial
characteristics. Women’s entrepreneurial activities were positively proved to
contribute to the growth of new enterprises on processed potato business. Therefore
the program of cooperation with academics, market expansion, support tools and
technology for woman entrepreneurs should be a priority of the Indonesian
government programs in the future to enable the women to increase the number of
women entrepreneurs in Indonesia.
Keywords: processed potato, business growth, SEM, women entrepreneur


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH AKTIVITAS WANITA WIRAUSAHA
TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA OLAHAN KENTANG
DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

SILVIA SARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Ratna Winandi, MS

Penguji Program Studi

: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis : Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha
Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
Nama
: Silvia Sari
NIM

: H351130221

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Ketua

Dr Ir Burhanuddin, MM
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Magister Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 12 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian
ini yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini adalah Pengaruh Aktivitas
Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha Olahan Kentang di Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi dan Dr
Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Ratna Winandi, MS dan Prof
Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji pada ujian tesis. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan
kasih sayangnya. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi (DIKTI) yang memberikan beasiswa unggulan (BU) selama dua
tahun sehingga penulis dapat melanjutkan sekolah di Program Studi Magister Sains
Agribisnis. Terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada pengusaha
wanita di Kabupaten Kerinci serta teman-teman yang telah membantu selama

pengumpulan data. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala doa dan
dukungan kepada rekan-rekan Magister Sains Agribisnis Angkatan 4 Program Studi
Agribisnis IPB.

Bogor, Agustus 2015
Silvia Sari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas Wanita Wirausaha

Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha Wanita
KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha
Aktivitas Wanita dan Pertumbuhan Usaha
Kerangka Pemikiran Operasional
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Profil Individu Wanita Wirausaha di Kabupaten Kerinci
Profil Usaha Pengolahan Kentang di Kabupaten Kerinci
Aktivitas dan Pertumbuhan Usaha
Pengaruh Aktivitas Wanita Wirausaha terhadap Pertumbuhan Usaha
Olahan Kentang di Kabupaten Kerinci
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
xi
xii
1
1
5
8
9
9
9
9
13
15
15
22
24
26
26
26
26
27
27
32
33
33
34
38
42
52
65
65
65
67
72
81

DAFTAR TABEL
1 Jumlah dan peran usaha mikro, kecil, menengah dan besar di
Indonesia tahun 2013
2 Pertumbuhan usaha kecil dan kerajinan rumah tangga pengolahan
komoditi pertanian di Kabupaten Kerinci dari tahun 2006-2012
3 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di
Kabupaten Kerinci Tahun 2008 - 2012
4 Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana pemerintahan Kabupaten
Kerinci pada usaha dodol kentang
5 Variabel laten dan manifes (indikator) model persamaan struktural
6 Kesesuaian model persamaan struktural
7 Definisi operasional variabel-variabel manifes pengaruh aktivitas
wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di
Kabupaten Kerinci
8 Profil wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci
9 Profil usaha wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten
Kerinci
10 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes karakteristik
personal wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci
11 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes karakteristik
kewirausahaan yang dimiliki wanita wirausaha pengolahan kentang di
Kabupaten Kerinci
12 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes peluang yang bisa
dimanfaatkan wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten
Kerinci
13 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes sumberdaya yang
bisa dimanfaatkan wanita wirausaha pengolahan kentang di
Kabupaten Kerinci
14 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes pemasaran,
organisasi dan finansial dalam aktivitas wanita wirausaha pengolahan
kentang di Kabupaten Kerinci
15 Sebaran penilaian responden pada variabel manifes skala usaha dan
tingkat pendapatan pada wanita wirausaha pengolahan kentang di
Kabupaten Kerinci
16 Goodness of fit pada keseluhan model output SEM
17 Hasil uji kecocokan model respesifikasi
18 Hasil uji reliabilitas model pengukuran
19 Ringkasan keseluruhan hasil estimasi model pengaruh aktivitas
wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di
Kabupaten Kerinci
20 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik
kewirausahaan
21 Tingkat inovasi wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten
Kerinci
22 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel karakteristik
personal

1
4
6
7
28
30

33
35
39
43

45

46

49

50

52
54
56
57

59
60
60
61

23 Tingkat karakteristik personal wanita wirausaha pengolahan kentang
di Kabupaten Kerinci
24 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel peluang
25 Tingkat peluang wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten
Kerinci
26 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel sumberdaya
27 Tingkat ketersediaan sumberdaya pada wanita wirausaha pengolahan
kentang di Kabupaten Kerinci
28 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel aktivitas usaha
29 Tingkat aktivitas usaha pada wanita wirausaha pengolahan kentang di
Kabupaten Kerinci
30 Loading factor dan t-hitung indikator terhadap variabel pertumbuhan
usaha wanita wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci
31 Tingkat pertumbuhan usaha pada wanita wirausaha pengolahan
kentang di Kabupaten Kerinci

61
62
62
63
63
64
64
65
65

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16

Total produksi kentang di Indonesia 1997-2013
Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan
Model penciptaan usaha baru dalam proses kewirausahaan
Tiga komponen utama dalam membuka usaha baru
Tahap pertumbuhan dan perkembangan usaha
Model proses pendirian dan keberlanjutan UKM
Tahap perkembangan pengetahuan dan SDM
Pendekatan GEM untuk mengukur aktivitas kewirausahaan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan usaha wanita
Model kesuksesan aktivitas wanita wirausaha
Kerangka pemikiran operasional pengaruh aktivitas wanita wirausaha
Diagram lintas model persamaan struktural pengaruh aktivitas wanita
wirausaha pengolahan kentang terhadap pertumbuhan usaha olahan
kentang
Peta wilayah dan lintas strategis Kabupaten Kerinci
Model kegagalan usaha baru dan kapitalisasi
Path diagram t-value model pengaruh aktivitas wanita wirausaha
terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci
Path diagram standardized solution model pengaruh aktivitas wanita
wirausaha terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten
Kerinci

6
8
16
17
18
21
22
22
23
24
26

32
34
40
55

56

DAFTAR LAMPIRAN
1 Path diagram model awal pengaruh aktivitas wanita wirausaha
terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten
Kerinci (standardized solution) dan (nilai t-value)
2 Output SEM Model Respesifikasi dengan program Lisrel 8.72

73
74

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia akan menghadapi kesepakatan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015.
Kesepakatan ini mengharuskan Indonesia agar siap berkompetisi di era persaingan
ekonomi dan sosial yang semakin ketat. Salah satu cara menghadapi MEA adalah
menumbuhkan dan meningkatkan peran usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM). UMKM terbukti berperan penting dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dilihat dari kontribusinya terhadap
pembentukan PDB berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2013,
UMKM menyumbang 59,08 persen dari total PDB. UMKM juga mampu bertahan
dan menyelamatkan ekonomi Indonesia ketika terjadi krisis global pada tahun 2008.
Kesepakatan MEA menuntut pengusaha UMKM berkarakter wirausaha
untuk memenangkan persaingan pemasaran yang semakin ketat, karena dengan
diberlakukannya MEA tidak ada lagi hambatan terhadap arus barang, jasa, manusia
dan modal antara negara-negara anggota ASEAN. Saragih (2015) juga mengatakan
dalam era persaingan saat ini yang bersaing bukan komoditas tetapi SDM atau
wirausahanya. Wirausaha itu lebih dari sekedar berusaha, wirausaha berusaha
dengan cerdas, kreatif, penuh dengan inovasi dan keberanian mengambil risiko.
Para wirausaha (entrepreneurs) adalah manusia-manusia unggul yang selalu
berorientasi untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan
barang dan jasa yang baru, organisasi baru atau mengolah bahan baku baru,
melaksanakan proses yang lebih baik dan efisien untuk memenangkan persaingan
(Daryanto 2010).
Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat
penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Agribisnis
berperan sebagai mata pencarian sebagian besar penduduk. Indonesia juga sebagai
salah satu negara pertanian terbesar di Asean. Negara-negara Asia Tenggara,
kecuali Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia, lebih dari lima puluh persen
penduduknya bekerja di bidang pertanian (Hafni 2015). Manfaat nyata MEA hanya
akan diperoleh melalui peran Indonesia sebagai pusat produksi dan bukan sebagai
pusat pemasaran produk impor.
Tabel 1 Jumlah dan peran usaha mikro, kecil, menengah dan besar di Indonesia
tahun 2013
Skala usaha
Usaha besar
Usaha menengah
Usaha kecil
Usaha mikro

Jumlah
(%)
0.01
0.09
1.11
98.79

Menyerap tenaga kerja
(%)
2.84
2.94
4.09
90.12

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2014)

Peran
Kontribusi terhadap PDB
(%)
40.92
13.59
9.68
35.81

2

Data jumlah UMKM berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa, usaha mikro
mendominasi dengan jumlah unit usaha terbanyak yaitu 98 persen. Usaha mikro
dari aktivitas para pengusaha menciptakan lapangan kerja yang berkontribusi
terhadap penyerapan tenaga kerja, dan berkontribusi terhadap PDB di Indonesia.
Hal ini menjadi potensi pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia, karena menurut
Drucker (1985) agen perubahan dari ekonomi yang progresif bukan berasal dari
perusahaan-perusahaan besar yang berteknologi tinggi, melainkan dari dunia
wirausaha yang menciptakan ribuan lapangan kerja.
Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013
dari data kementrian koperasi dan UMKM, UMKM di Indonesia berjumlah 56 juta
unit usaha, namun pemilik usaha ini tidak semuanya dihitung sebagai wirausaha
dengan penilaian Kemenkop yaitu hanya berjumlah 1.65 persen dari 250 juta
penduduk (Sasongko 2015). Rasio ini masih lebih kecil dari syarat, jumlah minimal
wirausaha bagi suatu negara menuju negara maju menurut ilmuwan As David
McClelland yaitu dua persen dari total penduduk suatu negara (Kemenristek 2012).
Berdasarkan data ini Indonesia masih perlu mengembangkan jumlah wirausaha.
Kriteria wirausaha menurut Kemenkop adalah pengusaha yang bisa survive
selama 42 bulan. Casson et al. (2006) juga mengatakan perusahaan yang mampu
bertahan 18 sampai 24 bulan akan tumbuh dan sisanya 80 persen akan keluar secara
sukarela. Pertumbuhan dan keberlangsungan usaha berdasarkan model Bosma et al.
(2011) akan mencapai tahap mapan (kematangan) pada saat umur bisnis lebih dari
3.5 tahun. Sehingga seorang wirausaha itu tidak hanya mampu mendirikan sebuah
usaha-usaha baru (start up enterprises) tetapi juga dilihat dari sisi pertumbuhan
usahanya.
Berdasarkan data Global Competitiveness Index (GCI) oleh World Economic
Forum 2013, dari 11 negara di kawasan Asean, Indonesia berada di peringkat ke38 dengan jumlah wirausaha 1.65 persen. Posisi ini menempatkan peringkat
Indonesia di bawah Singapura (peringkat ke-2 dengan jumlah wirausaha tujuh
persen), Malaysia (peringkat ke-24 dengan jumlah wirausaha lima persen), dan
Thailand (peringkat ke-37 dengan jumlah wirausaha tiga persen) dengan jumlah
penduduk ketiga negara ini juga lebih sedikit dari Indonesia (Kemenkop dan UKM
RI 2015). Inovasi dan kecanggihan teknologi adalah salah satu kategori yang dinilai
dalam perhitungan peringkat Global Competitiveness Index. Hal ini menunjukkan
untuk meningkatkan ekonomi yang berdayasaing, Indonesia perlu meningkatkan
jumlah wirausaha.
Jumlah UMKM yang dikelola oleh wanita di Indonesia ternyata sangat
banyak. Laporan Kemlu RI (2010) menemukan, pertumbuhan UMKM yang
dimiliki wanita di Indonesia ternyata berada pada peringkat ke tiga tertinggi di Asia
Pasifik. Laporan GEM 2013 kerjasama Internasional Development Research Center
Canada-Indonesia menemukan, Indonesia memiliki tingkat aktivitas
kewirausahaan usaha baru tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara, dengan nilai Total Early-stage Entrepreneurial Activity (TEA) antara
wanita dan pria yang tidak berbeda jauh, yaitu wanita 25 persen dan pria 26 persen
(Nawangpalupi et al. 2014).
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia
Sari Gumelar dalam pembukaan APEC Women di Bali tahun 2013 juga mengatakan
bahwa, pelaku usaha kecil dan mikro di Indonesia 60 persennya adalah wanita, dan
mereka banyak bergerak dalam usaha rumahan berupa usaha kerajinan dan olahan

3

pangan (Chusna 2013). Priminingtyas (2010) juga mengatakan peran wanita di
sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri
pengolahan seperti warung makan, toko kecil, pengolahan makanan dan industri
kerajinan.
Kelompok usaha pengolahan makanan dan minuman memiliki jumlah
terbanyak diantara jumlah total UMKM yaitu 34.94 persen (BPS 2014). Usaha
makanan dan minuman menjadi salah satu penopang pertumbuhan industri non
migas nasional. Pertumbuhan sektor pangan selalu positif dan menjadi salah satu
usaha dengan pertumbuhan tertinggi diantara usaha non migas lainnya. Direktur
Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto,
mengatakan bahwa pertumbuhan usaha pangan olahan berupa makanan dan
minuman nasional akan tetap tumbuh tinggi karena sebagai produk yang selalu
dibutuhkan di segmen konsumsi dan sektor ini belum akan menemui titik jenuh
walaupun pertumbuhannya lambat yaitu sekitar empat persen (Bukhari 2013).
Fenomena perkembangan keterlibatan wanita dalam dunia usaha tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi fenomena yang berkembang di dunia
internasional. Casson et al. (2006) menemukan populasi wanita wirausaha terdiri
atas sepertiga dari populasi pengusaha dunia. Mereka berkontribusi signifikan
terhadap inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan perekonomian di dunia
internasional. Statistik terbaru dari Global Entrepreneur Monitors (GEM),
mengestimasi bahwa bisnis yang dimiliki wanita terdiri atas 25 sampai 33 persen
dari semua bisnis di sektor ekonomi formal, dan persentase yang lebih besar di
sektor informal. Manolova et al. (2012) juga menemukan mayoritas perusahaan
swasta di Amerika Serikat yang bergerak di sektor usaha kecil, 30 persen
diantaranya dikelola oleh wanita, walau pendapatan mereka kecil tetapi mereka
memiliki harapan yang berbeda untuk pertumbuhan usaha mereka dari pria. Mereka
bukan semata-mata mencari kesuksesan finansial. Hal ini menunjukkan meskipun
wanita wirausaha banyak bergerak dalam skala kecil dan mikro namun ada hal yang
spesial dalam pertumbuhan usaha wanita, yang membedakannya dari pertumbuhan
usaha pria.
Ada tiga komponen utama yang penting untuk pertumbuhan sebuah usaha
baru menurut Bygrave dan Zacharakis (2010) yaitu entrepreneur, peluang, dan
sumberdaya. Ketiga komponen itu tidak langsung berhubungan ke pertumbuhan
usaha tetapi melalui perencanaan bisnis. Pelaksanaan perencaan bisnis yang
berhasil menyeimbangkan ketiga komponen ini akan menumbuhkan usaha baru
yang sukses. Selain entrepreneur, peluang, dan sumberdaya, karakteristik personal
juga mempengaruhi pertumbuhan usaha baru karena menurut Saragih (2010)
mempersiapkan sumberdaya manusia atau pelaku usahanya penting dalam tahap
lepas landas industrialisasi di bidang pertanian. Penelitian Global Entrepreneur
Monitors (GEM) juga menunjukkan ada hubungan kesempatan dan kapasitas
wirausaha pada pertumbuhan ekonomi melalui aktivitas kewirausahaan.
Perencanaan bisnis yang dimaksud Bygrave dan Zacharakis (2010) sama seperti
pengertian aktivitas kewirausahaan menurut Naude (2008) yaitu tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha berupa
strategi bisnis, model bisnis, cara kerja dan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Indonesia kaya akan sumberdaya pertanian, salah satunya kentang.
Kabupaten Kerinci adalah salah satu daerah penghasil kentang di Indonesia. Potensi
sumberdaya ini juga diikuti dengan peluang dan peran pemerintah di Kabupaten

4

Kerinci. Pemerintah memberikan pelatihan dan sosialisasi teknologi sederhana
pengolahan kentang kepada para wanita di beberapa desa di Kabupaten Kerinci.
Kegiatan pelatihan ini telah menumbuhkan usaha baru yaitu usaha pengolahan
kentang menjadi dodol kentang, kripik dan serundeng (kering kentang). Peran
pemerintah provinsi juga terlihat dari adanya bantuan dana oleh Disperindag
Provinsi Jambi kepada UKM di Kabupaten Kerinci (Haryadi 2010).
Potensi kekayaan alam dan adanya peran pemerintah ini menjadi peluang
munculnya berbagai usaha olahan hasil pertanian di Kabupaten Kerinci. Jumlah
unit usaha pengolahan komoditi pertanian di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada
Tabel 2. Secara keseluruhan jumlah unit usaha meningkat dari total 379 unit pada
tahun 2006 menjadi 446 unit pada tahun 2012.
Tabel 2 Pertumbuhan usaha kecil dan kerajinan rumah tangga pengolahan komoditi
pertanian di Kabupaten Kerinci dari tahun 2006-2012
Tahun 2006

Tahun 2012
Tenaga
Unit usaha
kerja
(UU)
(Orang)
226
695
9
29
15
33
60
226
21
114
12
67
10
20
27
54
20
96
12
131
14
143
1
8
1
20
18
80
-

No

Jenis usaha

Unit usaha
(UU)

Tenaga kerja
(Orang)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Gula tebu
Keripik keladi
Tempe bedeng
Dodol kentang
Keripik kentang
Sirup kayu manis
Telur asin
Tembakau iris
Maming jagung
Anyaman pandan
Anyaman bambu
Kopi pandawa
Keripik pisang
Kacang kerinci
Gula merah
Opak talang lindung
Kerupuk
tepung
Sungai Ning
Kerupuk tepung
Tanjung Pauh
Keripik ubi
Kemantan Hilir
Total

77
6
14
26
89
10
86
29
15

173
12
32
169
170
20
182
58
60

12

37

-

-

15

15

-

-

379

928

18
19

446

1 716

Sumber: Disperindag Kabupaten Kerinci (2014)

Peningkatan jumlah usaha ini tidak menjadi faktor mutlak keberhasilan
pertumbuhan ekonomi, jika tidak diikuti dengan keahlian dan kemampuan
berwirausaha yang baik. Menurut Naude (2008) perlunya pengamatan aktivitas
wirausaha karena masuknya pengusaha dengan kemampuan rendah,
memungkinkan dia menjadi penghambat pembangunan ekonomi. Dengan kata lain,
kuantitas wirausaha yang banyak jika tidak diikuti dengan kualitas wirausaha yang
baik justru akan melemahkan pembangunan ekonomi.

5

Peran wirausaha dalam menciptakan suatu inovasi yang menciptakan nilai
tambah pada usaha olahan pangan sangat penting. Wirausaha menurut Joseph
Schumpeter dalam Casson et al. (2006) merupakan individu yang inovatif dalam
memperbaharui atau mengembangkan produk baru, proses atau teknologi baru,
pasar baru, sumberdaya baru, dan institusional baru terkait risiko dan inovasi.
Dalam mempelajari kewirausahaan, penting untuk melihat aktivitas kewirausahaan
karena menurut Ahmad dan Seymour (2008) kewirausahaan adalah fenomena yang
terkait dengan aktivitas kewirausahaan. Pengertian kewirausahaan menunjukkan
bahwa setiap indikator kewirausahaan harus mencakup referensi ke nilai yang
diciptakan oleh aktivitas wirausaha, melalui perubahan sumberdaya, kemampuan
menghadapi peluang, keadaan bisnis dan lingkungan yang lebih luas.
Kewirausahaan menurut Suryana (2003) adalah suatu kemampuan dalam
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumberdaya dengan
cara baru dan mencari peluang untuk menuju sukses melalui: (1) pengembangan
teknologi baru; (2) penemuan pengetahuan baru; (3) perbaikan produk dan jasa
yang ada; (4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak
dengan sumberdaya lebih efisien.
Pertumbuhan usaha diartikan sebagai kemampuan awal memulai usaha dan
mempertahankan keberlangsungan usaha. Okpara (2007) menyatakan bahwa
kreativitas dan inovasi adalah faktor penentu utama pertumbuhan usaha. Nilai
kreativitas dan inovasi adalah aktivitas kewirausahaan yang aktif mencari
kesempatan untuk melakukan hal-hal baru, melakukan hal-hal biasa dengan cara
yang luar biasa.
Wirausaha selama ini identik dengan pria, sedangkan wanita dianggap kurang
mampu dalam menangkap peluang bisnis dan mengelola pengalaman sebelumnya,
sehingga wanita kekurangan sumberdaya untuk pertumbuhan bisnisnya. Wanita
dalam memulai usaha juga sering mengalami hambatan pembiayaan dan legalitas
usaha. Padahal dari sisi pelaksanaan bisnis, menurut Casson et al. (2006) wanita
cenderung menekankan pada kualitas produk atau jasa dari pada efisiensi biaya,
wanita juga dinilai lebih kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa wanita juga berpotensi
menjadi seorang wirausaha yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan
usaha seperti pria, maka penelitian faktor-faktor pembentuk aktivitas wanita
wirausaha yang berkontribusi menumbuhkan usaha olahan hasil pertanian sangat
diperlukan untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang nantinya
akan meningkatkan perekonomian Indonesia.

Perumusan Masalah
Penciptaan wirausaha baru khususnya di bidang agribisnis menjadi sangat
penting karena Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Agribisnis
berperan sebagai mata pencarian sebagian besar penduduk. Indonesia juga sebagai
negara pertanian terbesar di Asean (Hafni 2015).
Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia.
Kentang adalah salah satu dari lima kelompok makanan pokok terbesar di dunia
selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Kentang juga merupakan salah satu
produk ekspor non migas Indonesia. Kentang dengan nutrisi yang tinggi berpotensi
sebagai bahan pangan alternatif untuk bahan konsumsi dan bahan baku industri

6

Produksi (ton)

olahan makanan. Hal ini menjadi peluang pasar untuk pengembangan produk
olahan kentang di Indonesia. Produksi kentang di Indonesia setiap tahunnya
berfluktuatif dengan kecenderung meningkat (Gambar 1). Tingginya produksi
kentang di Indonesia, telah menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kentang
terbesar di Asia Tenggara (Pusdatin 2014).

Tahun

Gambar 1 Total produksi kentang di Indonesia 1997-2013
Sumber: BPS Indonesia (2014)

Provinsi Jambi adalah daerah penghasil kentang dengan produktivitas
tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Barat (BPS 2015). Sentra produksi
kentang Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Kerinci. Luas panen dan produksi
kentang di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 3. Luas panen dan produksi
kentang menurun 0.07 dan 0.10 persen pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh
faktor iklim dan cuaca (Diwandani 2012). Pada tahun 2012 luas panen kentang
menurun lagi namun penurunan ini tidak terlalu besar. Secara umum produktivitas
kentang di Kabupaten Kerinci meningkat. Hal ini menunjukkan ketersediaan
kentang untuk bahan baku usaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci stabil.
Selain potensi sumberdaya alam untuk bahan baku dan peluang pasar ini, potensi
sumberdaya manusia terutama jumlah wanita yang terlibat dalam sektor usaha
informal di Provinsi Jambi juga lebih banyak 7.26 persen dari jumlah pria
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2012).
Tabel 3 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di
Kabupaten Kerinci Tahun 2008 - 2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Luas panen (Ha)
2 904
3 266
3 026
4 058
3 451

Produksi (Ton)
39 215
58 377
52 440
73 547
67 896

Produktivitas (Ton/Ha)
13.50
17.87
17.33
18.12
19.67

Sumber: BPS Kabupaten Kerinci (2013)

Pada tahun 1998 Dinas Perindustrian Kabupaten Kerinci melakukan program
pelatihan dan sosialisasi teknologi sederhana pengolahan kentang menjadi dodol

7

kepada para wanita di beberapa desa di Kabupaten Kerinci (Disperindag Kabupaten
Kerinci 2004). Kesempatan ini disambut baik dan direspon positif oleh wanita di
Kabupaten Kerinci. Hal ini menunjukkan wanita di Kabupaten Kerinci punya
karakteristik wirausaha yaitu berani mencoba hal baru dan suka pada tantangan.
Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana yang diberikan pemerintah Kabupaten
Kerinci dapat dilihat pada Tabel 4. Selain diolah menjadi dodol, usaha keripik dan
serundeng kentang (kering kentang) juga berkembang di Kabupaten Kerinci.
Tabel 4 Daftar kegiatan pelatihan dan bantuan dana pemerintahan Kabupaten
Kerinci pada usaha dodol kentang
No.
Pembinaan
Tahun
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Proses Pembuatan Dodol
Diklat AMT
Diklat CEFE
Diklat Kewirausahaan
Temu Usaha
Sosialisasi HAKI
Penerapan Teknologi Bersih
Bantuan Permodalan
Pengharggaan Jerih Setio
Magang
Penerapan Sistem Mutu

1998
2000
2001
2002
2002
2002
2003
2003
2004
2004
2004

20 orang
2 orang
1 orang
1 orang
Jambi
Jambi
1 orang
PT.Pertamina dan KUPEM
Dari Gubernur
4 orang
1 orang

Sumber: Disperindagkop Kabupaten Kerinci (2004)

Kondisi usaha pengolahan kentang saat ini jumlahnya meningkat dan telah
dijadikan sebagai produk oleh-oleh atau buah tangan khas dari Kabupaten Kerinci.
Secara teori peningkatan aktivitas kewirausahaan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (Thurik dan Wennekers 2004), namun kontribusi usaha pengolahan ini
terhadap PDRB masih kecil yaitu dua persen, hal ini terlihat pada Gambar 2 (BPS
Kabupaten Kerinci 2013). Pemanfaatan kentang untuk usaha pengolahan baru
0.19% dari produksi kentang di Kabupaten Kerinci (Disperindagkop 2004).

Gambar 2 Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2012
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci (2013)

8

Penelitian Brush dan Cooper (2012) menemukan aktivitas wanita wirausaha
berkontribusi positif pada PDB. Kondisi ini tidak terjadi di Kabupaten Kerinci yang
kaya bahan baku hasil pertanian, besarnya peluang bisnis dan peran pemerintah,
ternyata belum menghasilkan pertumbuhan usaha dengan nilai tambah yang
menggembirakan yaitu 2 persen dari ketersediaan pertanian 71 persen. Menurut
Manolova et al. (2012) ada hal spesial yang melandasi aktivitas usaha dari wanita
wirausaha yang bisa dilihat dari profil individu dan profil usaha. Oleh karena itu
penelitian pengaruh aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang terhadap
pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci penting untuk dilakukan.
Kelebihan sumberdaya alam sebagai bahan baku dan kegiatan pelatihan yang
telah dilakukan pemerintah tidak menunjukkan pertumbuhan usaha yang
menggembirakan di Kabupaten Kerinci. Sumberdaya dan peluang bisnis ini jika
tidak diimbangi oleh kemampuan personal dan karakteristik kewirausahaan dari
individu wanita yang menjalankan usaha itu sendiri akan memperlambat
pertumbuhan usahanya. Sejauh mana peluang bisnis, ketersediaan sumberdaya, dan
kemampuan personal serta karakteristik kewirausahaan yang dimiliki individu
wanita ini mempengaruhi aktivitas kewirausahaan di Kabupaten Kerinci menarik
untuk dikaji.
Bentuk aktivitas dan karakteristik pembangunan berbeda tiap daerah karena
basis ekonominya berbeda dan kondisi sosial ekonomi penduduknya juga berbeda.
Oleh karena itu aktivitas kewirausahaan direspon berbeda tiap daerah. Berdasarkan
uraian diatas maka muncul beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian pada
penelitian ini yaitu: (1) bagaimana profil individu dan profil usaha wanita
pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci; (2) jika faktor internal dilihat dari
karakteristik personal dan karakteristik kewirausahaan wanita di Kabupaten
Kerinci, maka bagaimana pengaruh faktor internal tersebut terhadap aktivitas
wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci dan jika pengaruh faktor eksternal dilihat
dari peluang bisnis dan ketersediaan sumberdaya, maka bagaimana pengaruh faktor
eksternal tersebut terhadap aktivitas wanita wirausaha di Kabupaten Kerinci; (3)
bagaimana pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan usaha
olahan kentang di Kabupaten Kerinci.

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi profil individu dan profil usaha wanita wirausaha pengolahan
kentang di Kabupaten Kerinci.
2. Menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap aktivitas wanita
wirausaha pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci.
3. Menganalisis pengaruh aktivitas wanita wirausaha terhadap pertumbuhan
usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci.

9

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha
pengolahan kentang di Kabupaten Kerinci terutama wanita wirausaha untuk
memperkuat aktivitas kewirausahaannya dan mempercepat pertumbuhan usahanya.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi pemerintah dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah Kabupaten Kerinci melalui peningkatan pertumbuhan UMKM
yang berkarakter wirausaha di Kabupaten Kerinci. Diharapkan pemerintah semakin
optimis bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju karena masih banyak UMKM
yang berkarakter wirausaha di Indonesia, serta menjadi referensi dan menambah
penelitian yang terkait dengan aktivitas wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada aktivitas wanita wirausaha pengolahan kentang
yang dilakukan oleh wanita di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Aktivitas usaha
yang dikaji adalah usaha pengolahan kentang menjadi dodol kentang, keripik dan
serundeng kentang. Kentang sebagai komoditi produk pertanian potensial di
Kabupaten Kerinci karena ketersediaan kentang yang berlimpah di Kabupaten
Kerinci. Pertumbuhan usaha didekati dari peningkatan skala usaha dan tingkat
pendapatan.
Penelitian ini menggunakan alat analisis Structural Equation Model (SEM).
untuk mencocokkan teori dengan data empiris mengenai aktivitas wanita wirausaha
terhadap pertumbuhan usaha olahan kentang di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
beserta hubungannya. Penelitian ini terbatas hanya dilakukan pada usaha olahan
kentang di Kabupaten Kerinci, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat dianggap
sama untuk lokasi ataupun daerah lain karena kondisi ekonomi, sosial, budaya serta
faktor lainnya di setiap lokasi berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian dengan topik wanita wirausaha dan pertumbuhan usaha bukan
suatu hal yang baru tetapi cukup terbatas. Tinjauan pustaka terkait penelitian yang
digunakan berasal dari jurnal, artikel ilmiah, laporan penelitian, dan tesis.
Berdasarkan referensi yang telah dibahas, maka dapat diperoleh kesimpulan atas
beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Aktivitas Wanita Wirausaha
Kehadiran wanita dalam aktivitas kewirausahaan relatif baru dan sebuah isu
yang berkembang. Casson et al. (2006) mengatakan penelitian akademis mulai
menangani secara khusus masalah ini setengah jalan tahun 1970-an. Wanita
wirausaha terdiri atas sepertiga dari populasi wirausaha, namun penelitian di bidang
ini belum sejalan dengan fenomena yang berkembang, sehingga belum banyak
informasi yang diketahui.

10

Aktivitas wanita wirausaha muncul dari sektor yang sering diabaikan,
walaupun mereka berupa individu atau kelompok kecil tetapi mereka berani
memulainya dengan mengambil risiko dibidang itu. Wanita memiliki kebiasaan
social, ide dan jiwa kepemimpinan, seperti di Amerika Serikat dalam penelitian
Baker et al. (1997). Baker mengungkapkan kewirausahaan yang dulu tidak tampak
dari bisnis wanita media massa kini menjadi perhatian dan mereka mengembangkan
dan memimpin bisnis secara natural. Kemajuan teknologi juga mempermudah
wanita dalam masuk kedunia usaha.
Kemunculan ide yang tersembunyi dan motivasi wanita dalam menemukan
suatu inovasi dan memulai sebuah usaha juga telah diteliti oleh Dahalana et al.
(2013). Dahalana menyimpulkan bahwa wanita mempunyai ide bisnis yang berbeda
dari pria. Ide ini mereka tuangkan dalam aktivitas bisnis yang mempunyai sifat
lebih fleksibel dari segi waktu, realistik, kreatif dan inovatif. Manolova et al. (2012)
menemukan mayoritas wanita wirausaha di Amerika Serikat pendapatan mereka
kecil tetapi mereka memiliki harapan yang berbeda untuk pertumbuhan usaha
mereka dari pada pria. Hal ini menunjukkan meskipun wanita wirausaha itu
bergerak dalam skala kecil namun ada motivasi khusus yang melandasi aktivitas
usaha mereka. Wanita tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
finansial tetapi termotivasi untuk prestise dan keinginan untuk menambah
pendapatan keluarga.
Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan motivasi berwirausaha pada
wirausaha wanita dilakukan oleh Kamal (1991) yang meneliti tentang wanita
wirausaha pada masyarakat matrilineal dan peranannya dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat luas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peluang wanita
Minangkabau untuk menjadi wirausaha disebabkan oleh tradisi atau adat merantau
yang kuat, di mana tercatat dari 45 rumah tangga, 9 orang (20 persen) berusaha
dengan keadaan suami dirantau sehingga istri (wanita) harus bertanggung jawab
terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangga, dan menyebabkan istri (wanita)
bekerja sebagai wirausaha. Selain itu, seorang wanita menjadi wirausaha
disebabkan karena aspek struktur keluarga, di mana istri (wanita) mempunyai
orientasi untuk mencari nafkah dibandingkan pria karena posisi suami sebagai
seorang pendatang dari suku lain karena perkawinan.
Karakteristik mengandung pengertian: suatu kualitas positif yang dimiliki
seseorang, reputasi seseorang dan kepribadian yang eksentrik sehingga
membuatnya menarik dan atraktif (Suryana dan Bayu 2011). Karakteristik
kewirausahaan yang sering dipakai yaitu motivasi, inovasi, dan risiko. Indikator
tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Noersasongko (2005),
sedangkan Sumantri (2013) menyebut hal tersebut sebagai jiwa kewirausahaan.
Hubungan motivasi, inovasi, dan risiko dengan keberhasilan usaha dijelaskan oleh
Noersasongko (2005) yang menyatakan bahwa kewirausahaan dianggap memiliki
pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan usaha.
Menurut Mardikanto (1993) dalam Sumantri (2013), karakteristik individu
adalah ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh seorang pribadi individu dan
berhubungan dengan aspek kehidupan, antara lain usia, jenis kelamin, posisi,
jabatan, status sosial, dan agama. Hisrich et al. (1992) dalam Sumantri (2013)
mengemukakan pendapat bahwa karakteristik dari seorang wirausaha meliputi:
latar belakang lingkungan keluarga (pekerjaan orang tua), pendidikan, usia, dan
pengalaman bekerja.

11

Beberapa penelitian, forum sosial dan akademik juga menyebutkan ada
perbedaan karakteristik wanita dengan laki-laki dalam berwirausaha. Perbedaan
gender, status dan tekanan sosial ini berpengaruh besar pada ide bisnis yang
terbentuk dan pada aktivitas mereka dalam menjalankan usahanya. Kesimpulan dari
beberapa penelitian, forum sosial dan akademik menyebutkan enam hal yang
spesial dari karakteristik wanita wirausaha yaitu: fitur personal dan motivasi, gaya
kepemimpinan, pilihan strategis bisnis, hambatan pembiayaan, pencapaian tujuan
serta kinerja hasil yang ingin dicapai (Kevane 2001; OECD 2004; Watson dan
Newby 2007; Dahalana et al. 2013; Verni 2013).
Watson dan Newby (2007) juga melihat hubungan antara perbedaan gender
dalam pencapaian tujuan usaha kecil dan mikro dengan menggunakan panel data.
Mereka menemukan wanita wirausaha tidak bertujuan semata-mata untuk
mendapatkan uang dan mencapai kekuasaan tetapi adanya motivasi kebutuhan
untuk berprestasi dan preferensi untuk inovasi. Holquist dan Sundin (1990) dan
Rachmaniaa et al. (2012) menambahkan faktor pendidikan dan keluarga juga sangat
mempengaruhi seorang wanita untuk terlibat dalam sebuah usaha. Banyak
wirausaha sukses berasal dari latar belakang bisnis keluarga. Kedua hasil penelitian
ini juga menyimpulkan wanita yang telah menikah tidak hanya berorietasi pada
karir tetapi mereka menjalankan sebuah keluarga dan sebuah perusahaan pada saat
yang bersamaan. Mereka masuk ke bisnis dengan perasaan yang kuat baik dari push
dan pull keluarga. Mereka sangat profesional dalam menjalankan perusahaan dari
ilmu dan pengalaman yang mereka punya.
Suandi dan Sativa (2001) melakukan penelitian tentang kedudukan dan peran
wanita di Kabupaten Kerinci pada sub sektor agroindustri, untuk melihat kontribusi
pendapatan, alokasi waktu wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja
wanita yang bekerja pada subsektor agroindustri pedesaan. Hasil penelitiannya
menunjukkan peran wanita cukup berarti 44 persen pekerja adalah wanita,
sumbangan pendapatan wanita 38.75 persen dari pendapatan rumah tangga, alokasi
waktu kerja rata-rata mencapai 25.58 jam per minggu dan faktor yang
mempengaruhi wanita untuk bekerja adalah penghasilan rumah tangga, usia wanita,
umur anak terakhir, faktor manajemen usaha dan modal. Keterkaitan usia dengan
keberhasilan usaha juga di lihat oleh Riyanti (2003), usia terkait dengan keinginan
menjadi wirausaha dan pengalaman berwirausaha.
Li (2009) menyatakan bahwa penelitian mengenai kewirausahaan selalu
dimulai dengan pendekatan karakteristik individu. Li membedakannya ke dalam
tiga kategori dan menyebutnya dengan istilah entrepreneurial characteristics,
yaitu: (1) karakteristik demografis, seperti jenis kelamin, umur, etnis, dan latar
belakang orangtua yang umumnya dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya suatu
perusahaan; (2) karakteristik psikologis dan perilaku wirausaha, seperti motivasi
berprestasi, kontrol diri, keberanian menghadapi risiko, kreativitas, dan inovasi,
yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk memulai usaha (startup), keberlanjutan dan keberhasilan usaha; (3) faktor human capital, seperti tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja, pengalaman membuka usaha, pelatihan
keterampilan dan teknis, serta jaringan wirausaha atau hubungan sosial, yang
mempengaruhi kemampuan wirausaha dalam mengakses informasi dan modal
usaha untuk keberhasilan usahanya.
Puspitasari (2013) juga menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal pelaku usaha dari segi karakteristik individu responden, seperti

12

pendidikan, pengalaman berwirausaha, kepemilikan modal dan sarana/prasarana
produksi, motivasi berprestasi, skala usaha, persepsi terhadap usaha, dan
kepemilikan sumber usaha. Sementara faktor eksternal yang dianalisis lebih
mengacu pada faktor pendukung kegiatan usaha, seperti ketersediaan bahan input,
penyuluhan dan pelatihan, modal dan saprotan, promosi dan pemasaran, regulasi
usaha, kekompakan pengusaha, dan akses terhadap informasi permintaan pasar.
Kendala yang dihadapi wanita dalam aktivitas dunia usaha saat ini adalah
kendala dalam legitimasi social dan kesulitan dalam mengakses modal dari
perbankan. Hal ini menjadi penghambat pada wanita yang ingin menjadi wirausaha
atau untuk memperluas bisnisnya. Selain itu hasil penelitian Amine dan Staub
(2009) membahas tentang legitimasi sosial wanita sebagai wirausaha di Afrika juga
menemukan wanita wirausaha mengalami kondisi yang tidak menguntungkan
dalam sistem peraturan perbankan dan normatif.
Hal yang sama juga ditemukan di Kanada, penelitian Carrington (2006)
menunjukkan bahwa wanita kurang berpengalaman dalam networking dan jaringan
usaha mereka tidak seluas pria. Penelitian ini juga menemukan wanita memiliki
peringkat kredit yang buruk, bahkan bias gender ini melekat pada kebijakan
perbankan dan lembaga keuangan. Negara Kanada sendiri memiliki kebijakan
pinjaman kaku pada wanita wirausaha. Kesulitan dalam memperluas jaringan dan
kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dana ini yang mengindikasikan wanita sulit
mengembangkan usahanya.
Penelitian Sumantri (2013) menggunakan SEM melihat faktor jiwa
kewirausahaan wanita yang terdiri atas: motivasi, inovasi, dan risiko, karakteristik
personal terdiri atas: pendidikan, pelatihan, usia, pengalaman bisnis, asal etnis dan
latar belakang keluarga, dan lingkungan eksternal terdiri atas: kebijakan
pemerintah, sosial budaya, dan lembaga terkait), internal usaha terdiri atas: pasar
dan pemasaran, keuangan, teknis produksi dan operasional. Faktor-faktor tersebut
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha pada wanita wirausaha di
Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan, kinerja usaha wirausaha wanita pada
industri pangan rumahan di Bogor hanya dipengaruhi oleh karakteristik personal.
Sementara kewirausahaan, lingkungan eksternal usaha, dan lingkungan internal
usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini disebabkan
karena wirausaha wanita di Bogor selama ini mengandalkan kemampuan yang
melekat pada diri pribadinya masing-masing, seperti pendidikan dan pelatihan yang
diikuti. Mel et al. (2012) juga membuktikan bahwa pelatihan business training yang
diadakan pemerintahan di Sri Lanka hasilnya signifikan untuk mereka yang baru
memulai usaha.
Penelitian Verni (2013) melihat karakter utama dan keterampilan yang
dimiliki oleh wanita wirausaha skala kecil dan mikro yang sukses. Data dianalisis
menggunakan Metode Statistik Non - parametrik, yaitu Mann-Whitney U-Test.
Hasil penelitiannya memberikan gambaran bahwa karakter utama yang dimiliki
oleh wanita wirausaha antara lain keinginan untuk berprestasi, daya tahan, dan
kesadaran potensi pasar.
Beberapa penelitian telah menunjukkan beberapa faktor internal penting yang
mempengaruhi aktivitas wanita dalam berwirausaha yaitu: motivasi, keberanian
mengambil risiko, kemampuan inovasi, faktor usia, pengalaman, pendidikan,
pelatihan, dorongan keluarga. Faktor eksternal yang juga mempengaruhi aktivitas
wanita dalam menjalankan usaha yaitu peluang yang meliputi: permintaan pasar,

13

peran pemerintah, peran perbankan, kemajuan teknologi. Ketersediaan sumberdaya
modal dan jaringan juga dianggap penting oleh beberapa penelitian sebelumnya.

Kewirausahaan dan Pertumbuhan Usaha Wanita
Forum sosial OECD (2004) melakukan survei spesifik di beberapa negara
besar dalam rangka membangun kerangka pemikiran tentang peran ekonomi dari
wanita wirausaha dengan menggunakan data cross sectional. Hasil survei
menunjukkan adanya keterlibatan positif wanita wirausaha di bidang ekonomi
dalam hal pembentukan usaha baru. Peran wanita wirausaha dalam pembentukan
usaha baru ini juga didukung oleh Brush dan Cooper (2012), hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa aktivitas wanita wirausaha berkontribusi positif pada GDP,
menciptakan pekerjaan dari bisnis yang mereka ciptakan, inovasi, dan
kesejahteraan sosial secara global.
Peran penting wanita wirausaha di bidang ekonomi juga terlihat dari
fungsinya menyerap tenaga kerja, hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Collins
dan Low (2010) menemukan wanita wirausaha imigran di Asia mampu menyerap
tenaga kerja dan mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam menciptakan
lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Berglann et al. (2011) secara
agregat ekonomi juga menemukan, adanya pengaruh kewirausahaan wanita dalam
mengatasi pengangguran.
Beberapa penelitian lain juga telah membahas bagaimana karakteristik wanita
wirausaha dalam menghadapi tantangan dalam kegiatan ekonomi yang semakin
kompetitif dan