Perkembangan Morfologi Bunga Dan Uji Viabilitas Serbuk Sari Aeschynanthus Radicans Var. ‘Monalisa’ Di Kebun Raya Bogor

PERKEMBANGAN MORFOLOGI BUNGA DAN UJI VIABILITAS
SERBUK SARI Aeschynanthus radicans var. ‘Monalisa’
DI KEBUN RAYA BOGOR

SITI MARIA ULFAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan
Morfologi Bunga dan Uji Viabilitas Serbuk Sari Aeschynanthus radicans var.
„Monalisa‟ di Kebun Raya Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 23 Januari 2015

Siti Maria Ulfah
NIM G34100071

PERKEMBANGAN MORFOLOGI BUNGA DAN UJI VIABILITAS
SERBUK SARI Aeschynanthus radicans var. ‘Monalisa’
DI KEBUN RAYA BOGOR

SITI MARIA ULFAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Perkembangan Morfologi Bunga dan Uji Viabilitas Serbuk sari Aeschynanthus
radicans var. „Monalisa‟ di Kebun Raya Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dorly dan Ibu Sri Rahayu selaku pembimbing I dan pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penulisan
skripsi
2. Bapak Berry Juliandi selaku penguji yang telah memberikan saran dan
kritik dalam penulisan skripsi
3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan nasehat, motivasi,
bimbingan, kasih sayang, semangat dan doa yang tidak pernah berhenti

kepada penulis
4. Keluarga besar LIPI dan Laboratorium Treub Kebun Raya Bogor serta
Laboratorium Mikroteknik Biologi IPB yang telah berkenan memberikan
izin penelitian kepada penulis
5. Kapsah selaku partner penelitian
6. Keluarga Besar Chlorophyl yang telah banyak membantu selama
perjalanan penelitian sampai penulisan
7. Teman-teman Biologi 47 untuk kebersamaannya
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas
dukungannya
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh
pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya, khususnya bagi mahasiswa
Biologi FMIPA IPB.

Bogor, 23 Januari 2015

Siti Maria Ulfah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

BAHAN DAN METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Bahan dan Alat

2

Metode

2


Analisis data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Perkembangan Morfologi Bunga

4

Penelitian Pendahuluan Viabilitas Serbuk sari

6

Uji Viabilitas Serbuk sari dengan Pengecambahan secara In Vitro

8


Uji Viabilitas Serbuk Sari dengan Metode Pewarnaan

11

Uji Korelasi

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14


DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1 Ukuran panjang tabung serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ setiap
jam dalam media BK pada stadia H0
2 Ukuran panjang tabung serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
3 Hasil uji korelasi antara media kecambah dengan pewarna


8
10
14

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ dari inisiasi hingga
antesis
2 Perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ dari antesis hingga
gugur
3 Pengamatan viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
4 Viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ setiap jam dalam
media BK
5 Viabilitas pengecambahan serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟
dalam media BK
6 Viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam anilin blue
1%
7 Viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam I2KI 1%
8 Viabilitas serbuk sari dengan uji pewarnaan


5
6
7
8
9
11
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9


Pembuatan pewarna anilin blue 1%
Pembuatan pewarna I2KI 1%
Pembuatan media Brewbaker dan Kwack (BK)
Sidik ragam viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
Uji DMRT viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
Sidik ragam viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
anilin blue 1%
Uji DMRT viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
anilin blue 1%
Sidik ragam viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
I2KI 1%
Uji DMRT viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam I2KI
1%

17
18
19
20
21
22
23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aeschynanthus merupakan marga epifit dari suku Gesneriaceae dengan 160
spesies yang tersebar luas di Asia Tenggara. Persebaran marga ini juga teramati
dari Sri Lanka dan Himalaya sampai Papua dan Pulau Solomon
(Denduangboripant et al. 2001). Aeschynanthus dikenal dengan nama bunga
lipstik dilihat dari morfologi bunga tubular berwarna merah dan jingga.
Bunga A. radicans var. „Monalisa‟ termasuk tanaman hias yang memiliki
bentuk dan corak warna yang menarik. Tanaman hias komersil di industri pasar
sangat memperhatikan variasi morfologi, aroma, warna, sebagai target utama.
Penelitian dan publikasi mengenai fenologi seperti perkembangan bunga pada A.
radicans var. „Monalisa‟, sampai saat ini belum banyak dilakukan. Informasi
mengenai fase-fase perbungaan terutama perkembangan bunga dapat memberikan
informasi dasar untuk program pemuliaan tanaman dalam perakitan varietasvarietas tanaman baru. Varietas tanaman baru ini diharapkan memiliki kombinasi
bentuk bunga, warna, ukuran, dan karakteristik lain yang berbeda dari tanaman
induknya (Jamsari et al. 2007). Penelitian fenologi pada bunga ini meliputi
morfologi dan perkembangan bunga, masa kematangan serbuk sari, reseptivitas
kepala putik serta waktu saat bunga mekar dan gugur. Informasi ini diharapkan
akan menjadi landasan dalam meningkatkan pemahaman pada A. radicans var.
„Monalisa‟, untuk perencanaan pemuliaan tanaman melalui kegiatan persilangan
buatan.
A. radicans var. „Monalisa‟ termasuk tumbuhan dikogami protandri yang
mempengaruhi sistem breeding pada tanaman berbunga, dimana benang sari dan
putik tidak matang secara bersamaan. Dikogami jenis protandri yaitu benang sari
mengalami kematangan lebih dulu dari putiknya. Bilamana putiknya mulai
matang, maka tangkai sarinya telah layu (Darjanto dan Satifah 1990).
Pengetahuan mengenai viabilitas serbuk sari dari tanaman dikogami sangat
diperlukan untuk menunjang keberhasilan penyerbukan atau persilangan.
Komponen yang dapat menentukan keberhasilan persilangan tanaman salah
satunya adalah ketersediaan serbuk sari dengan viabilitas yang tinggi (Widiastuti
dan Palupi 2008). Viabilitas serbuk sari dapat diketahui dengan berbagai macam
metode pengujian. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui viabilitas
serbuk sari yaitu perkecambahan serbuk sari secara in vitro. Media
perkecambahan serbuk sari secara in vitro yang digunakan pertama kali
diformulasikan oleh Brewbaker dan Kwack pada tahun 1963 untuk beragam
spesies (Brewbaker dan Kwack 1964). Viabilitas serbuk sari juga dapat dilakukan
dengan menggunakan metode pewarnaan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tahap-tahap perkembangan
morfologi bunga Aeschynanthus radicans var. „Monalisa‟, viabilitas serbuk sari
dengan uji pengecambahan in vitro dan uji pewarnaan, serta menentukan korelasi
viabilitas serbuk sari antara uji pengecambahan in vitro dengan pewarnaan.

2
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari-Nopember 2014.
Pengambilan sampel dilakukan di Kebun Raya Bogor. Uji viabilitas serbuk sari
dengan metode pengecambahan dilakukan di Laboratorium Treub Kebun Raya
Bogor LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), sedangkan uji viabilitas
serbuk sari dengan metode pewarnaan dilakukan di Laboratorium Mikroteknik
Departemen Biologi IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah serbuk sari bunga A. radicans var. „Monalisa‟
stadia satu hari sebelum bunga mekar (H-1) sampai bunga gugur (H+12), anilin
blue 1% (Lampiran 1), I2KI 1% (Lampiran 2), media Brewbaker dan Kwack (BK)
yang terdiri dari 10% sukrosa, 100 ppm H3BO4, 300 ppm Ca(NO3)2.4H2O, 200
ppm MgSO4.7H2O, dan 100 ppm KNO3 dalam 1000 mL aquades (Lampiran 3),
serta tisu.
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, labu takar, cawan petri,
gelas obyek, gelas penutup, pipet, jarum, counter, mikroskop yang dilengkapi
dengan kamera, kamera digital, dan alat tulis.
Metode
Pengamatan Perkembangan Bunga. Morfologi perkembangan bunga
diamati dari awal tunas bunga hingga bunga mekar (antesis) dan akhirnya gugur.
Proses perubahan warna dan ukuran panjang baik pada kelopak maupun mahkota,
serta setiap tahap perkembangan bunga diamati dan dicatat pada buku pengamatan.
Bunga antesis dilakukan pengamatan jumlah benang sari, putik, tipe bunga dan
ciri-ciri lainnya seperti posisi benang sari terhadap putik.
Penelitian Pendahuluan Viabilitas Serbuk Sari. Serbuk sari A. radicans
var. „Monalisa‟ diambil dari bunga saat stadia H0 (bunga mekar), dengan 3
ulangan bunga masing-masing pada pohon yang berbeda. Serbuk sari diambil
sekitar pukul 07.00-08.00 WIB dengan suhu rata-rata 23o-26oC pada rumah kaca.
Uji pengecambahan dengan kondisi suhu ruang 24oC mengacu pada Wahyudin
(1999). Sumber serbuk sari dibedakan dari tangkai sari panjang dan tangkai sari
pendek. Serbuk sari yang telah disiapkan, dikecambahkan dalam media BK pada
gelas obyek, lalu masing-masing gelas obyek dimasukkan ke dalam cawan petri
yang diberi tisu lembab, kemudian diamati setiap jam pada 9 jam pertama yaitu 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan jam ke-16 serta jam ke-24. Pengamatan viabilitas serbuk
sari dan panjang tabung serbuk sari dilakukan pada 5 bidang pandang di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x yang dilengkapi dengan mikrometer dengan
software Optika Vision Lite 2.1. Waktu optimum ditentukan bila viabilitas serbuk
sari sudah mencapai nilai yang konstan dan tidak mengalami lisis. Banyaknya
serbuk sari yang diamati setiap ulangan 270-555 butir. Waktu optimum yang
diperoleh digunakan untuk uji pengecambahan serbuk sari pada tahap selanjutnya.

3
Uji Viabilitas Serbuk sari dengan Pengecambahan Secara In Vitro.
Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ diambil dari bunga saat satu hari sebelum
bunga mekar (H-1) hingga bunga gugur (H+12). Sumber serbuk sari pada bunga
dari tangkai sari panjang dan tangkai sari pendek dipisahkan untuk
dikecambahkan. Serbuk sari yang telah disiapkan, dikecambahkan dalam media
BK pada gelas obyek, lalu dimasukkan di cawan petri yang dilapisi tisu lembab,
kemudian diinkubasi sesuai waktu optimum, yaitu 8 jam untuk tangkai sari
panjang dan 9 jam untuk tangkai sari pendek. Pengamatan viabilitas serbuk sari
dan panjang tabung serbuk sari dilakukan sebanyak 3 kali ulangan bunga masingmasing pada pohon yang berbeda setiap stadia umur bunga. Pengamatan viabilitas
dan ukuran panjang tabung serbuk sari dilakukan pada 5 bidang pandang di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Banyaknya serbuk sari yang diamati tiap
ulangan 270-555 butir. Persentase viabilitas serbuk sari dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
Viabilitas = Jumlah serbuk sari yang berkecambah pada bidang pandang x 100
Total serbuk sari yang dikecambahkan dalam bidang pandang
Uji Viabilitas dengan Metode Pewarnaan. Serbuk sari A. radicans var.
„Monalisa‟ dari tangkai sari panjang dan tangkai sari pendek diambil dari bunga
saat satu hari sebelum bunga mekar (H-1) hingga bunga gugur (H+12), masingmasing diwarnai dengan anilin blue 1% dan I2KI 1%. Pengamatan viabilitas
serbuk sari dilakukan sebanyak 3 kali ulangan bunga masing-masing pada pohon
yang berbeda setiap stadia umur bunga. Serbuk sari yang telah diambil diletakkan
pada gelas obyek yang telah ditetesi anilin blue 1% atau I2KI 1%, kemudian
ditutup dengan gelas penutup dan ditunggu selama 15 menit lalu diamati di bawah
mikroskop pada 5 bidang pandang dengan perbesaran 400x. Banyaknya serbuk
sari yang diamati tiap ulangan 170-295 butir. Serbuk sari viabel menunjukkan
perubahan warna menjadi biru tua pada uji pewarnaan dengan anilin blue 1%,
sedangkan serbuk sari yang tidak viabel berwarna biru muda hingga bening.
Serbuk sari yang diwarnai dengan I2KI 1% dikategorikan viabel jika menunjukkan
perubahan warna kuning kecoklatan, sedangkan yang tidak viabel tetap bening.
Persentase viabilitas serbuk sari dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Viabilitas = Jumlah serbuk sari yang terwarnai pada bidang pandang x 100%
Total serbuk sari yang diwarnai dalam bidang pandang
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
faktor. Faktor pertama yaitu stadia umur bunga dari H-1 hingga H+12. Faktor
kedua yaitu serbuk sari dari tangkai sari panjang dan tangkai sari pendek. Analisis
sidik ragam dilakukan terhadap viabilitas serbuk sari untuk uji pengencambahan
dan uji pewarnaan. Apabila hasil sidik ragam berbeda nyata, dilakukan uji lanjut,
yaitu uji Duncan Mean Range Test (DMRT). Uji korelasi dilakukan untuk melihat
hubungan antara persentase viabilitas serbuk sari pada uji pengecambahan in vitro
dengan uji pewarnaan. Analisis data menggunakan software IBM SPSS Statistics
21.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Morfologi Bunga
A. radicans var. „Monalisa‟ memiliki ciri-ciri pada daunnya, yaitu ujung
daun runcing, tepi daunnya rata, pertulangan daun menyirip, bentuk daun bulat
telur (ovate), pangkal daun membundar, dan duduk daun berhadapan, dengan
permukaan daun berbulu. Bunga ini memiliki tata letak bunga di ujung batang dan
ketiak daun, dengan bunga majemuk tipe payung. Permukaan bunga berbulu dan
termasuk bunga lengkap, yaitu memiliki kelopak, mahkota yang saling berlekatan
(sympetalous) dengan tipe simetri bunga zygomorf, putik, dan 4 benang sari yang
melekat pada mahkota (epipetalous) yang dibedakan atas 2 tangkai sari panjang
dan 2 tangkai sari pendek. Tipe perlekatan antara tangkai sari dengan kepala sari
pada bunga ini adalah dorsifik, dimana tangkai sari melekat pada bagian
punggung kepala sari. Santoso et al. (2011) melaporkan bahwa bunga merupakan
organ penting dalam usaha perakitan varietas atau jenis unggul bagi pemulia
tanaman.
Perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ diawali dengan inisiasi
tunas bunga yang ditandai dengan tonjolan berwarna hijau pada ujung batang dan
ketiak daun dengan panjang 0.2-0.3 cm. Tonjolan ini berubah berwarna
kemerahan dalam waktu 7-8 hari dengan panjang 0.5-0.7 cm. Menurut Erwin dan
Royal (1990), inisiasi bunga merupakan kenampakan awal dari tunas reproduksi
yang terlihat secara makrokopis hingga membentuk kuncup bunga kecil,
rangkaian bunga dan pembesaran kuncup menjadi kuncup besar. Mahkota A.
radicans var. „Monalisa‟ mulai muncul setelah 13-19 hari. Mahkota ini tumbuh
memanjang mencapai panjang maksimum kelopak bunga dalam waktu 24-27 hari.
Bentuk kelopak seperti lonceng berwarna merah kecoklatan dengan panjang
maksimum 2.0-2.3 cm. Waktu yang dibutuhkan dari inisiasi tunas bunga
mencapai antesis (bunga mekar) adalah 34-35 hari dengan ukuran panjang
mahkota 5.2-5.8 cm dan diameter mekarnya bunga 1.0-1.2 cm (Gambar 1).
Antesis merupakan fase bunga mulai mekar hingga bunga mekar penuh (Nitta et
al. 2010). Kepala putik mengalami reseptivitas (kemasakan) pada stadia H+5.
Kepala putik yang telah masak biasanya mengeluarkan lendir yang mengandung
larutan gula dan zat-zat lain yang diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari
(Darjanto dan Satifah 1990). Reseptivitas kepala putik A. radicans var. „Monalisa‟
dijumpai tidak mengeluarkan lendir, tetapi ditandai dengan ciri-ciri diameter
kepala putik yang mencapai ukuran maksimum yaitu 0.5 cm. Informasi mengenai
masa reseptif kepala putik dan kematangan serbuk sari sangat penting dalam
usaha pemuliaan untuk merangsang atau meningkatkan pembungaan (Mulyawati
dan Na‟iem 2004).

5

(a)

(d)

(b)

Mahkota

(c)

(e)

Gambar 1 Perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ dari inisiasi hingga
antesis. (a) inisiasi tunas bunga; (b) inisiasi bunga berubah kemerahan;
(c) mahkota mulai muncul; (d) kelopak mencapai panjang maksimum;
(e) bunga antesis (mekar);
= 1 mm;
= 1 cm.
Perkembangan bunga pada A. radicans var. „Monalisa‟ diamati kondisinya
sampai bunga tersebut gugur. A. radicans var. „Monalisa‟ pada stadia H0 (antesis)
sampai H+2 umumnya memiliki kondisi tangkai sari (panjang dan pendek) yang
sama, yaitu dalam kondisi berdiri tegak. Ukuran tangkai sari panjang adalah 5.1
cm, sedangkan tangkai sari pendek adalah 4.8 cm. Tangkai sari panjang mulai
merunduk ketika stadia H+3 sedangkan tangkai sari pendek masih berdiri tegak.
Tangkai sari pendek mulai merunduk ketika stadia H+4 dengan kondisi tangkai
sari panjang sudah sangat merunduk. Bunga stadia H+5 menunjukkan kepala
putik sudah reseptif dengan diameter kepala putik 0.5 cm. Tangkai sari panjang
dan pendek merunduk semua dijumpai saat stadia H+6. Bunga tampak layu ketika
stadia umur bunga H+9, dan biasanya bunga sudah mulai gugur. Namun, dari
hasil pengamatan pada A. radicans var. „Monalisa‟, masa gugur bunga lebih
banyak dijumpai saat stadia H+12 dan H+13 (Gambar 2). Putik setiap harinya
akan bertambah panjang dan tidak bertambah panjang lagi ketika stadia H+7,
kecuali jika ada penyerbukan maka panjang putik akan terus bertambah hingga
menjadi buah.

6
Kepala
putik
reseptif

Tangkai
sari
panjang
Tangkai
sari
pendek
Putik
(a)

(e)

(b)

(c)

(f)

(d)

(g)

Gambar 2 Perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ mulai dari antesis
hingga bunga gugur. (a) bunga antesis (mekar); (b) bunga stadia H+3;
(c) bunga stadia H+4; (d) bunga stadia H+5; (e) bunga stadia H+6; (f)
bunga layu pada stadia H+9; (g) bunga stadia H+13 (gugur);
= 1c = 1 cm.
Penyerbukan dapat terjadi apabila organ reproduksi betina dan jantan
mencapai masa reseptif. A. radicans var. „Monalisa‟ saat masa reseptif, memiliki
struktur putik lebih panjang dari benang sari. Menurut Ashari (2002) penyerbukan
pada kondisi seperti ini memerlukan bantuan seperti angin, serangga dan manusia.
Bunga yang proses penyerbukannya berhasil ditandai dengan bunga layu,
kemudian bunga menjadi kering dan rontok, dan akhirnya menjadi buah muda
yang berasal dari pemanjangan putik dengan ukuran panjang mencapai >10 cm.
Buah muda ini berwarna hijau dan berubah warna menjadi hijau kekuningan
disertai pecahnya polong buah menandakan buah telah matang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sanjaya (2009), bahwa kematangan buah ditandai dengan
mudah pecahnya polong buah dan terjadi perubahan warna buah dari hijau
menjadi hijau kekuningan.

Penelitian Pendahuluan Viabilitas Serbuk sari
Viabilitas dan panjang tabung serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟
diamati perjam selama 8 jam untuk serbuk sari dari tangkai sari panjang dan 9 jam

7
untuk serbuk sari dari tangkai sari pendek. Kemudian dilakukan pengamatan
viabilitas dan panjang tabung serbuk sari pada saat 16 dan 24 jam setelah
diinkubasi. Proses inkubasi selama 16 jam ternyata menghasilkan tabung serbuk
sari yang sudah sangat panjang dan sulit dibedakan kepala tabung serbuk sarinya,
sedangkan pengamatan saat 24 jam, serbuk sari telah lisis. Oleh karena itu,
penentuan waktu optimun yang digunakan untuk inkubasi yaitu selama 8 jam
untuk serbuk sari dari tangkai sari panjang dan 9 jam untuk serbuk sari dari
tangkai sari pendek. Serbuk sari yang tidak muncul tabung kecambahnya
dikategorikan tidak viabel. Serbuk sari yang berkecambah tidak hanya memiliki
satu tabung serbuk sari. Namun, pada beberapa pengamatan juga ditemukan
serbuk sari yang memiliki 4 tabung serbuk sari. Hal ini diduga serbuk sari A.
radicans var. „Monalisa‟ memiliki empat apertur (Gambar 3). Apertur pada
permukaan serbuk sari mempunyai potensial untuk menjadi tempat keluarnya
tabung serbuk sari (Erdtman 1972). Ukuran panjang tabung serbuk sari meningkat
setiap jamnya, namun ukuran panjang tabung serbuk sari dari tangkai sari panjang
lebih besar dibanding tangkai sari pendek. Ukuran panjang tabung serbuk sari
tidak seragam, sehingga datanya ditampilkan dalam kisaran dari terpendek hingga
terpanjang (Tabel 1). Hasil pengamatan setiap jam selama 8-9 jam menunjukkan
viabilitas serbuk sari yang meningkat, dengan persentase viabilitas serbuk sari dari
tangkai sari panjang lebih tinggi dibanding viabilitas serbuk sari dari tangkai sari
pendek pada stadia H0 (Gambar 4).

TV
V

(a)

(b)

Gambar 3 Pengamatan viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟. (a)
serbuk sari viabel (V) dan tidak viabel (TV); (b) serbuk sari dengan 4
tabung serbuk sari;
= 10 mm

8
Tabel 1 Ukuran panjang tabung serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ setiap jam
dalam media BK pada stadia umur bunga H0
Stadia
Umur
Bunga

Pengamatan
(Jam Ke-)

Panjang Tabung Serbuk Sari (µm)
Tangkai sari Panjang
2.4 – 2.6
3.0 – 3.2
21.3 – 25.7
39.2 – 51.1
52.1 – 59.9
58.3 – 62.9
19.2 -156.9
62.7 - 177.8
-

1
2
3
4
5
6
7
8
9

H0

Tangkai sari Pendek
2.6 - 2.7
3.0 - 3.2
13.0 - 20.7
12.3 - 19.0
19.2 - 25.4
17.6 - 34.2
30.6 - 61.3
57.3 - 58.4
46.7 - 168.2

Viabilitas serbuk sari (%)

70
60
50
40
30

PJ

20

PD

10
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Waktu pengamatan (jam ke-)
Gambar 4 Viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ setiap jam dalam
media BK. Keterangan: BK = media Brewbaker dan Kwack; PJ =
tangkai sari panjang; PD = tangkai sari pendek
Berdasarkan penelitian pendahuluan, menunjukkan bahwa media BK
cocok untuk uji pengecambahan serbuk sari pada A. radicans var. „Monalisa‟.
Media BK merupakan media yang umum digunakan pada tumbuhan
Angiospermae (Brewbaker dan Kwack 1964). Media BK banyak
direkomendasikan dan digunakan oleh para peneliti karena dapat digunakan untuk
bermacam-macam spesies (Wahyudin 1999).

Uji Viabilitas Serbuk sari dengan Pengecambahan Secara In Vitro
Nilai viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dari tangkai sari
panjang dan tangkai sari pendek pada media BK selama waktu optimum,
menunjukkan viabilitas serbuk sari stadia umur bunga H0, H+1, H+2, H+3, H+4,

9
dan H+5 mencapai >30% (Gambar 5). Menurut Hersuroso et al. (1984) dalam
Setiawan dan Ruskandi (2005), viabilitas serbuk sari >30% adalah viabilitas
serbuk sari yang baik. Nilai persentase viabilitas A. radicans var. „Monalisa‟
tertinggi dijumpai pada bunga stadia H+2 yaitu sebesar 55.7% untuk serbuk sari
dari tangkai sari panjang dan 56.7% untuk serbuk sari dari tangkai sari pendek.
Sedangkan nilai viabilitas terendah dijumpai pada bunga stadia H+11 dan H+12
dengan nilai viabilitas serbuk sari dari tangkai sari panjang dan tangkai sari
pendek masing-masing sebesar 2.1% dan 1.2%, serta 2.2% dan 0.9%.

Vaibilitas serbuk sari (%)

70
60
50
40
30

PJ

20

PD

10
0

Stadia umur bunga (hari)
Gambar 5 Viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dengan metode
pengecambahan dalam media BK. Keterangan: PJ = tangkai sari
panjang, PD = tangkai sari pendek, H-1 = bunga 1 hari sebelum
antesis (mekar), H0 = bunga mekar, H+1-12 = hari usia bunga setelah
mekar, BK = media Brewbaker dan Kwack
Hasil penelitian pada A. radicans var. „Monalisa‟ menunjukkan serbuk sari
pada stadia H-1 sudah viabel, namun dengan persentase yang rendah. Viabilitas
tertinggi dijumpai pada stadia H+2. Kemudian viabilitas menunjukkan penurunan
pada stadia selanjutnya. Viabilitas serbuk sari rendah dapat disebabkan karena
beberapa faktor, salah satunya adalah karena media perkecambahan yang digunakan
kurang sesuai (Sari et al. 2010). Komposisi dan konsentrasi media yang digunakan
dalam uji perkecambahan serbuk sari dapat mempengaruhi viabilitas serbuk sari pada
berbagai jenis tumbuhan (Wang et al. 2003). Menurut Khan dan Perveen (2008),
komposisi media yang dibutuhkan untuk perkecambahan serbuk sari adalah air, gula,
garam anorganik, dan vitamin. Faktor lain yang mempengaruhi viabilitas serbuk sari
adalah metode penyimpanan serbuk sari. Serbuk sari bunga A. radicans var.
„Monalisa‟ pada penelitian ini disimpan pada bunganya di lapangan dari sebelum
antesis sampai bunga tersebut gugur pada stadia H+12. Menurut Darjanto dan
Satifah (1990), makin lama serbuk sari itu disimpan, maka berkurang daya
tumbuhnya, sampai pada suatu saat tidak dapat berkecambah sama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian pada A. radicans var. „Monalisa‟, dapat dikatakan bahwa
semakin bertambah stadia umur bunga (semakin lama disimpan), viabilitas serbuk

10
sari menurun. Hal ini dijumpai pada uji viabilitas serbuk sari stadia H+3 hingga
H+12. Ukuran panjang tabung serbuk sari pada setiap stadia umur bunga tidak
seragam, sehingga datanya ditampilkan dalam kisaran dari terpendek hingga
terpanjang (Tabel 2).

Tabel 2 Ukuran panjang tabung serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
Stadia Umur
Bunga
H-1
H0
H+1
H+2
H+3
H+4
H+5
H+6
H+7
H+8
H+9
H+10
H+11
H+12

Panjang Tabung Serbuk Sari (µm)
Tangkai Sari Panjang
Tangkai Sari Pendek
33.6 - 186.6
136.3 - 142.3
62.7 - 177.8
46.7 - 168.2
47.9- 263.8
62.3 - 226.9
85.1 - 244.3
110.4- 260.9
121.6 - 131.8
120.7 - 215.2
43.2 - 189.1
35.3- 323.7
37.6 - 159.1
43.8 - 181.4
5.1 - 47.4
9.5 - 82.6
3.5 - 48.0
4.5- 51.2
1.7 - 3.7
2.2 - 2.9
2.4 - 4.3
1.6 - 2.1
0.7 - 15.8
1.2 - 5.5
0.3 - 0.7
0.3 - 2.7
0.8 - 2.0
0.4 - 0.9

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, uji viabilitas pengecambahan dalam
media BK menunjukkan bahwa faktor stadia umur bunga memberikan pengaruh
yang nyata, sedangkan faktor tangkai sari tidak berpengaruh nyata, sehingga
dilakukan uji lanjut DMRT pada faktor stadia umur bunga (Lampiran 4).
Hasil uji DMRT menunjukkan nilai viabilitas serbuk sari A. radicans var.
„Monalisa‟ yang tinggi dijumpai pada serbuk sari stadia umur bunga H0, H+1,
H+2 dan H+3. Sedangkan nilai persentase viabilitas yang rendah dijumpai pada
serbuk sari stadia umur bunga H+7, H+8, H+9, H+10, H+11, dan H+12
(Lampiran 5).
Serbuk sari pada A. radicans var. „Monalisa‟ dikatakan viabel ketika sudah
muncul tabung serbuk sari walau panjangnya belum melebihi diameter serbuk sari.
Pertumbuhan tabung serbuk sari tergantung spesies, nutrisi, suhu dan
kompatibilitasnya (Heddy et al. 1994). Tabung serbuk sari sangat dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi dalam media. Sukrosa dalam media BK merupakan
sumber energi bagi serbuk sari untuk mendorong keluarnya tabung dari celah
apertur (Bhojwani dan Bhatnagar 1999). Menurut Lim (1979) dalam Nirmala et al.
(2013), sukrosa efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tabung serbuk sari dan
sebagai substrat untuk respirasi serta menghalangi pecahnya tabung serbuk sari
yang tumbuh.

11
Uji Viabilitas Serbuk Sari dengan Metode Pewarnaan
Viabilitas serbuk sari pada A. radicans var. „Monalisa‟ dengan uji
pewarnaan anilin blue 1% maupun I2KI 1% menunjukkan hasil viabilitas yang
lebih rendah dibandingkan uji pengecambahan dalam media BK. Viabilitas
dengan uji pewarnaan anilin blue 1% dengan nilai persentase viabilitas >30%
dijumpai pada stadia umur bunga H+1, H+2, H+3. Sedangkan viabilitas dengan
uji pewarnaan I2KI 1% tidak dijumpai viabilitas >30%. Hasil pengamatan nilai
viabilitas untuk kedua uji pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Viabilitas serbuk sari (%)

60
50
40
30
PJ
20

PD

10
0

Stadia umur bunga (hari)
Gambar 6 Viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dengan pewarnaan
anilin blue 1%. Keterangan: PJ = tangkai sari panjang, PD = tangkai
sari pendek, H-1 = bunga 1 hari sebelum anthesis (mekar), H0 =
bunga mekar, H+1-12 = hari usia bunga setelah mekar
Nilai persentase viabilitas pada uji pewarnaan anilin blue 1% menunjukkan
viabilitas tertinggi dijumpai pada bunga stadia H+1 yaitu 41.8% pada tangkai sari
panjang dan 47.9% pada tangkai sari pendek. Sedangkan nilai persentase
viabilitas terendah dijumpai pada bunga stadia H+12 dengan nilai viabilitas
sebesar 3.5% pada tangkai sari panjang dan 2.5% pada tangkai sari pendek.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, uji viabilitas dengan menggunakan
anilin blue 1% menunjukkan bahwa faktor stadia umur bunga memberikan
pengaruh yang nyata, sehingga dilakukan uji lanjut DMRT pada faktor stadia
umur bunga (Lampiran 6).
Hasil uji DMRT menunjukkan nilai persentase viabilitas serbuk sari yang
tinggi dijumpai pada bunga stadia H+1, H+2, dan H+3. Sedangkan nilai
persentase viabilitas yang rendah dijumpai pada serbuk sari stadia umur bunga H1, H+9, H+10, H+11, dan H+12 (Lampiran 7).

12

Viabilitas serbuk sari (%)

45
40
35
30
25
20

PJ

15

PD

10
5
0

Stadia umur bunga (hari)
Gambar 7 Viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dengan pewarnaan
I2KI 1%. Keterangan: PJ = tangkai sari panjang, PD = tangkai sari
pendek, H-1 = bunga 1 hari sebelum anthesis (mekar), H0 = bunga
mekar, H+1-12 = Hari usia bunga setelah mekar
Nilai persentase viabilitas tertinggi pada uji pewarnaan I2KI 1% dijumpai
pada bunga stadia H+1 sebesar 41.8% pada tangkai sari panjang dan 47.9% pada
tangkai sari pendek, sedangkan viabilitas terendah pada bunga stadia H+11 dari
tangkai sari panjang dan pendek masing-masing 3.2% dan 2.9%, serta 2.9% dan
4.4% pada bunga stadia H+12. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, uji
viabilitas serbuk sari dengan pewarna I2KI 1% menunjukkan faktor stadia umur
bunga berpengaruh nyata, sehingga dilakukan uji lanjut DMRT pada faktor stadia
umur bunga (Lampiran 8).
Hasil uji DMRT menunjukkan viabilitas yang tinggi dijumpai pada bunga
stadia H0, H+1, H+2, dan H+3, sedangkan viabilitas yang rendah dijumpai pada
bunga stadia H-1, H+6, H+7, H+8, H+9, H+10, H+11, dan H+12 (Lampiran 9).
Serbuk sari dikategorikan viabel ditandai dengan warna biru tua pada
perlakuan anilin blue 1%, sedangkan serbuk sari yang tidak viabel berwarna biru
muda hingga bening. Uji pewarnaaan dengan I2KI 1%, serbuk sari viabel ditandai
dengan warna kuning kecoklatan sedangkan yang tidak viabel tetap bening
(Gambar 8).
Pewarna anilin blue 1% digunakan untuk uji viabilitas serbuk sari
merupakan salah satu pewarna yang cukup banyak digunakan untuk menduga
viabilitas serbuk sari. Komponen yang diuji sebenarnya adalah kandungan kalosa
dalam dinding dan tabung serbuk sari. Menurut Lersten (2004), kalosa adalah
karbohidrat yang memisahkan sel induk mikrospora dari sel lainnya dan
menyelimuti serbuk sari setelah meiosis. Serbuk sari akan terwarnai menjadi biru
tua apabila mengandung kalosa.

13
Pewarna I2KI 1% digunakan untuk mendeteksi kandungan pati.
Kandungan pati yang tinggi dalam serbuk sari menunjukkan tingkat viabilitas
serbuk sari yang tinggi. Semakin banyak kandungan pati, maka viabilitas serbuk
sarinya juga semakin tinggi (Bolat dan Pirlak 1999).

E

TV
TV
I
V
V

(a)

(b)

Gambar 8 Viabilitas serbuk sari dengan uji pewarnaan. (a) anilin blue 1%; (b)
I2KI 1%, E: serbuk sari bagian eksin, I: serbuk sari bagian intin; V:
serbuk sari viabel, TV: serbuk sari tidak viabel;
= 10 mm.
Hasil pengamatan viabilitas serbuk sari yang menggunakan I2KI 1%, terlihat
serbuk sari dengan dua lapisan dinding bagian luar dan dalam. Hal ini sesuai
dengan Erdtman (1972) yang menyatakan bahwa dinding serbuk sari terdiri dari
dua lapisan, yaitu lapisan sebelah luar disebut eksin dan lapisan sebelah dalam
disebut intin.

Uji Korelasi Viabilitas Serbuk sari Antara Metode Pengecambahan In Vitro
dan Metode Pewarnaan
Hasil uji korelasi viabilitas serbuk sari pada metode pengecambahan in vitro
dan metode pewarnaan menunjukkan korelasi yang tinggi. Viabilitas serbuk sari
pada media BK dengan pewarna I2KI 1% dan anilin blue 1% berkorelasi positif
pada taraf uji 5% (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil uji korelasi antara media kecambah dengan pewarna
No. Variabel 1
1
Media BK
2
Media BK

Variabel 2
Pewarna Anilin blue 1%
Pewarna I2KI 1%

Koefisien korelasi
0.8
0.9

Kelly (2002) menyatakan bahwa kualitas serbuk sari dapat ditentukan dari
tingkat viabilitasnya. Bolat dan Pirlak (1999), penggunaan metode pengujian
viabilitas serbuk sari yang cepat, mudah, dan murah sangat diperlukan untuk

14
meningkatkan efisiensi program pemuliaan dan seleksi maupun produksi. Selain
pengecambahan secara in vitro dan pewarnaan, pengujian in vivo melalui pengamatan
tabung serbuk sari pada jaringan tangkai putik, dan pengamatan terhadap benih yang
terbentuk dari hasil penyerbukan pada pohon contoh juga dapat digunakan untuk uji
viabilitas serbuk sari (Galleta 1983). Korelasi antara metode pengecambahan in
vitro dan metode pewarnaan pada A. radicans var. „Monalisa‟, memiliki hubungan
yang kuat. Namun, dilihat dari persentase viabilitasnya, metode pengecambahan
secara in vitro memiliki viabilitas yang lebih tinggi, sehingga hasil ini dapat
direkomendasikan untuk uji viabilitas serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Warid (2009), bahwa metode pengecambahan
serbuk sari secara in vitro merupakan metode uji viabilitas serbuk sari yang lebih
akurat.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tahapan perkembangan bunga A. radicans var. „Monalisa‟ dari inisiasi
tunas bunga hingga mencapai antesis adalah 34-35 hari. Waktu optimum viabilitas
serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ yaitu 8 jam untuk serbuk sari dari tangkai
sari panjang dan 9 jam untuk serbuk sari dari tangkai sari pendek. Viabilitas
serbuk sari pada uji perkecambahan dalam media BK memiliki persentase
viabilitas lebih tinggi dibanding dengan uji pewarnaan dengan anilin blue 1% dan
I2KI 1%. Viabilitas serbuk sari tertinggi pada media BK dijumpai pada bunga
stadia H+2, sedangkan terendah dijumpai pada bunga stadia H+11 dan H+12.
Viabilitas >30% dijumpai pada stadia H0, H+1, H+2, H+3, H+4, dan H+5.
Viabilitas serbuk sari tertinggi dengan uji pewarnaan anilin blue 1% dan I2KI 1%
dijumpai pada bunga stadia H+1. Viabilitas terendah dengan uji pewarnaan
dijumpai pada bunga stadia H+12 untuk anilin blue 1%, sedangkan dengan I2KI
1% dijumpai pada bunga stadia H+11 dan H+12. Analisis sidik ragam pada uji
viabilitas dengan menggunakan media BK, pewarna anilin blue 1% dan I2KI 1%
menunjukkan bahwa faktor stadia umur bunga memberikan pengaruh yang nyata.
Hasil uji korelasi viabilitas serbuk sari pada uji pengecambahan in vitro dengan
uji pewarnaan berkorelasi positif.
Saran
Untuk persilangan pada pemuliaan tanaman sebaiknya menggunakan serbuk
sari pada bunga stadia H0, H+1, H+2, H+3, H+4, dan H+5 (>30%) pada A.
radicans var. „Monalisa‟. Metode yang baik untuk uji viabilitas pada A. radicans
var. „Monalisa‟ adalah dengan metode pengecambahan secara in vitro, karena
menghasilkan persentase viabilitas lebih tinggi dibanding metode pewarnaan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ashari S. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Bhojwani SS, Bhatnagar SP. 1999. The Embryologi of Angiosperm. Fourth
Resived Edition. New Delhi (IN): Vikas Publishing House.
Bolat I, Pirlak L. 1999. An investigation on pollen viability, germination, and tube
growth in some stone fruits. J of Agric. and Forestry. 99(23): 383-388.
Brewbaker JL, Kwack BH. 1964. The Calcium Ion and Substances Influencing
Pollen Growth. In H. F. Linskens (Ed.). Pollen Physiology and Fertilization.
Amsterdam (NL): North-Holland.
Darjanto, Satifah S. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
Denduangboripant J, Mendum M, Cronk QCB. 2001. Evolution in Aeschynanthus
(Gesneriaceae) inferred from ITS sequences. Plant Systematics and
Evolution. 228: 181-197.
Erdtman G. 1972. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. New York (US):
Hafner Publishing Company.
Erwin JE, Royal DH. 1990. Temperature effects on lily development rate and
morphology from the visible bud stage until anthesis. J Amer. Soc. Hort.
Sci. 115(4): 644-646.
Galleta GJ. 1983. Pollen and seed management. Di dalam: More JN dan Janick J
(Eds.). Methods in Fruit Breeding. West Lavayette Ind: Purdue Univ Pr.
hlm 23-35.
Heddy SWH, Susanto, Kurniati M. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan
Penanganan Pasca Panen. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): PT. Raja
Grafindo Persada.
Jamsari, Yaswendri K. Musliar. 2007. Fenologi perkembangan bunga dan buah
spesies Uncaria gambir. Biodiversitas. 8(2): 141-146.
Kelly JK, Rasch A, Kalisz S. 2002. A method to estimate pollen viability from
pollen size variation. Am. J Bot. 89(6): 1021-1023.
Khan SA. Perveen A. 2008. Germination capacity of stored pollen of Morus alba
(Moraceae) and their maintenance. J Bot 40 (5): 1823-1826.
Lersten NR. 2004. Flowering Plant Embryology. Ames IOWA USA (US):
Blackwell Publishing Professional.
Mulyawati P, Na‟Iem M. 2004. Study fenologi pembungaan Santalum album Linn.
di Wanagama I Yogyakarta. Grosains. 18(4): 387-394.
Nirmala S, Kriswiyanti E, Darmadi K. 2013. Uji viabilitas serbuk sari secara in
vitro kelapa (Cocos nucifera L. “Rangda”) dengan waktu dan suhu
penyimpanan yang berbeda. J Simbiosis. (2): 59-69.
Nitta K, Akiko AY, Tetsukazu Y. 2010. Variation of flower opening and closing
times in F1 and F2 hybrids of daylily (Hemerocallis fulva;
Hemerocallidaceae) and nightlily (H. citrine). Am. J. Bot. 97(20): 261-267.
Sanjaya L. 2009. Budidaya Lili dari Biji. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman
Hias.
Santoso BB, Susanto S, Purwoko BS. 2011. Pembungaan jarak pagar (Jatropha
curcas L.) beberapa ekotipe Nusa Tenggara Barat. J Agron Indones. 39:
210-216.

16
Sari NKY, Kriswiyanti E, Astarini IA. 2010. Uji viabilitas dan perkembangan
serbuk sari buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.)Britton dan Rose),
Merah (Hylocereus polyrhizus(Web.) Britton dan Rose) dan super merah
(Hylocereus costaricensis (Web.) Britton dan Rose) setelah penyimpanan. J
Biol Univ. Udayana. 14(2): 39 – 44
Setiawan, Ruskandi O. 2005. Teknik penyimpanan serbuk sari tiga kultivar kelapa
dalam. Bul Teknik Pertanian. 10(1): 37-38.
Wahyudin DS. 1999. Daya simpan serbuk sari salak (Salacca sp.) pada tingkat
kemasakan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wang Q, Lu L, Wu X, Li Y, Lin J. 2003. Boron influences pollen germination and
pollen tube growth in Picea meyeri. Tree Physiol. 23: 345-351.
Warid. 2009. Korelasi metode pengencambahan in vitro dan pewarnaan dalam
pengujian viabilitas serbuk sari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Widiastuti A, Palupi ER. 2008. Viabilitas serbuk sari dan pengaruhnya terhadap
keberhasilan pembentukan buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Biodiversitas. 9(1): 35-38.

17
Lampiran 1 Pembuatan pewarna anilin blue 1%
Bahan pewarna anilin blue 1%:
1. Bubuk anilin blue: 1 gram
2. Air: 10 ml
3. Alkohol 95%: 90 ml
4. Kertas saring
Cara pembuatan pewarna anilin blue 1%:
1. Bubuk anilin blue ditimbang sebanyak 1 gram
2. Bubuk anilin blue tersebut dilarutkan dalam air 10 ml, kemudian ditambahkan
dengan alkohol 95% sebanyak 90 ml lalu distirer selama 15-20 menit
3. Campuran larutan anilin blue yang sudah distirer kemudian disaring dan
dimasukkan ke dalam botol kecil (contoh: tabung film)

18
Lampiran 2 Pembuatan pewarna I2KI 1%
Bahan pewarna I2KI 1%:
1. Bubuk I2: 0.3 gram
2. Bubuk KIO3: 1.5 gram
3. Air: 100 ml
4. Kertas saring
Cara pembuatan pewarna I2KI 1%:
1. Bubuk I2 ditimbang sebanyak 0.3 gram, sedangkan KIO3 sebanyak 1.5 gram
2. I2 dan KIO3 yang sudah ditimbang kemudian dicampur dan dilarutkan ke
dalam air 100 ml, lalu distirer selama 10-15 menit
3. Campuran larutan I2 dan KIO3 yang sudah distirer kemudian disaring dan
dimasukkan ke dalam botol kecil (contoh: tabung film)

19
Lampiran 3 Pembuatan media Brewbaker dan Kwack (BK)
Bahan media Brewbaker dan Kwack (BK) untuk 100 ml:
1. Sukrosa 10%: 10 gram
2. H3BO3 100 ppm: 10 mg
3. Ca (NO3)2. 2H2O 300 ppm: 30 mg
4. MgSO4. 7H2O 200 ppm: 20 mg
5. KNO3 100 ppm: 10 mg
6. Aquades
7. Kertas lakmus untuk mengukur pH
Cara pembuatan media BK 100 ml:
1. Bahan media BK ditimbang berdasarkan masing-masing takarannya dengan
menggunakan timbangan
2. Seluruh bahan media yang telah ditimbang kemudian dicampur dalam satu
gelas ukur
3. Seluruh media dilarutkan dalam aquades hingga volume campuran media dan
aquades tersebut mencapai 100 ml, kemudian diukur pH nya
4. Media BK yang sudah jadi kemudian dipindahkan ke dalam botol yang bersih
dan ditutup rapat agar tidak cepat muncul cendawan

20
Lampiran 4 Sidik ragam viabilitas Serbuk sari A. radicans var. „Monalisa‟ dalam
media BK
Sumber
Keragaman
Stadia umur
bunga
Tangkai sari

Jumlah
Kuadrat

Derajat
Bebas

Kuadrat
Tengah

34239.09

13

2633.78

40.81