Analisis Model Bisnis Kanvas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Kjks Bmt Ugt Sidogiri Pasuruan Jawa Timur)

i

ANALISIS MODEL BISNIS KANVAS LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH (STUDI KASUS KJKS BMT UGT
SIDOGIRI PASURUAN JAWA TIMUR)

PUSPA TRIJAYANTI FIJRINA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBERINFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Model Bisnis
Kanvas Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KJKS BMT UGT
Sidogiri Pasuruan Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Puspa Trijayanti Fijrina
NIM H54100020

iv

ABSTRAK
PUSPA TRIJAYANTI FIJRINA. Analisis Model Bisnis Kanvas Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Pasuruan Jawa
Timur). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.
KJKS BMT UGT Sidogiri memiliki keunikan dalam lingkungan internal dimana

karyawan yang bekerja berasal dari lulusan pondok pesantren tetapi dapat
menghasilkan aset hingga satu triliun. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
lingkungan internal dan eksternal yang memengaruhinya berdasarkan Model
Bisnis Kanvas. Teknik dan pengolahan data menggunakan analisis deskriptif
berupa matriks IFE, EFE, IE dan SWOT. Hasil analisis matriks IE menunjukkan
posisi KJKS BMT UGT Sidogiri berada di kuadran satu yaitu tumbuh dan
membangun. Strategi yang paling tepat digunakan adalah strategi
integratif.Terdapat lima alternatif strategi yang dapat diterapkan berdasarkan
analisis matriks SWOT.
Kata kunci: bisnis, BMT, model bisnis kanvas, strategi, SWOT
ABSTRACT
PUSPA TRIJAYANTI FIJRINA. Business Model Canvass Analysis of Islamic
Microfinance InstitutionsCase Study KJKS BMT UGT Sidogiri Pasuruan, East
JavaSupervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
KJKS BMT UGT Sidogiri has a unique internal environment, where by most of
the employees were graduated from Islamic boarding school but they are able to
produce assets worth one trillion rupiah. The objective of this study is to identify
the internal and external environment which influence and determine performance
of the institution based on the canvas business model. Techniques and data
analysis uses descriptive analysis with IFE, EFE, IE and SWOT matrix. IE matrix

result indicates that KJKS BMT UGT Sidogiri is in the first quadrant, which is
grow and develop. Observation results Canvas Business Model Sidogiri KJKS
BMT UGT is to improve key resources. There are five alternative strategies that
can be applied based on the SWOT matrix analysis.
keywords: business, BMT, business model canvass, strategy, SWOT

v

ANALISIS MODEL BISNIS KANVAS LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH (STUDI KASUS KJKS BMT UGT
SIDOGIRI PASURUAN JAWA TIMUR)

PUSPA TRIJAYANTI FIJRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Ilmu Ekonomi Syariah
Departemen Ilmu Ekonomi


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Analisis Model BisnisKanvas
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri
Pasuruan Jawa Timur)” dapat diselesaikan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik
selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi
ini.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Jaenal Effendi

selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih M.Siselaku dosen komisi
pendidikan.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah Hanawijaya,
Mama Emma Garmila, adik Muhammad Hanif Imaddudin dan Muhammad Hilmi
Hafizuddin, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf Departemen
Ilmu Ekonomi, pihakpengelola dan staff KJKS BMT UGT Sidogiri pusat dan
cabang Jakarta, Pak Arison selaku Direktur Utama Inkopsyah, Pak Aslam, Sari
Khairunnisa, Ninda, Nadiah, Ahmad Fauzi, Putri Eka, Velika, Febrina, Haris dan
teman-teman Ekonomi Syariah 47 serta kepada Suri Annisa, Nindya, Linda,
Aisatul, Rastya dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas
segala momen, pelajaran, bantuan, dan waktu kebersamaannya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Puspa Trijayanti Fijrina

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Etika Bisnis Islam

7
7


Manajemen Strategik

11

Analisis Lingkungan Internal

12

Analisis Lingkungan Eksternal

14

Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)

15

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

16


Matriks Internal Eksternal (IE)

18

Analisis Matriks SWOT

19

Baitul Maal wa Tanwil (BMT)

21

Model Bisnis

23

Penelitian Terdahulu

26


Kerangka Pemikiran Konseptual

28

METODE PENELITIAN

30

Jenis dan Sumber Data

30

Lokasi dan Waktu Penelitian

30

Metode Pengambilan Sampel

30


Metode Analisis Data

31

GAMBARAN UMUM

31

Sejarah KJKS BMT UGT Sidogiri

31

x

Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

32

Struktur Organisasi

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

34

Lingkungan Internal KJKS BMT UGT Sidogiri

38

Lingkungan Eksternal KJKS BMT UGT Sidogiri

40

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

43

Identifikasi Peluang dan Ancaman

46

Analysis Internal Factor Evaluation (IFE)

50

Analysis External Factor Evaluation (EFE)

51

Matriks Internal External (IE)

53

Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT)

54

Pembahasan Model Bisnis Kanvas

57

SIMPULAN DAN SARAN

63

Simpulan

63

Saran

64

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN

67

RIWAYAT HIDUP

75

xi

DAFTAR TABEL
1

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan
Unit Usaha Tahun 2011-2012
2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan
PDB AtasDasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2012
3 Pertumbuhan Jumlah Anggota dan Penerima Manfaat Pembiayaan
4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
5 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
6 Simpanan Anggota KJKS BMT UGT Sidogiri
7 Tabungan Anggota atau Calon Anggota
8 Sektor Ekonomi Anggota atau Calon Anggota
9 Matriks IFE KJKS BMT UGT Sidogiri
10 Matriks EFE KJKS BMT UGT Sidogiri

1
2
3
16
17
35
36
40
50
52

DAFTAR GAMBAR
1 Matriks Internal Eksternal
2 Matriks SWOT
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka Penelitian
Struktur Organisasi KJKS BMT UGT Sidogiri
Peningkatan Aset KJKS BMT UGT Sidogiri
Grafik Perkembangan Pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri
Matriks IE pada KJKS BMT UGT Sidogiri
Matriks SWOT pada KJKS BMT UGT Sidogiri
Model Bisnis Kanvas KJKS BMT UGT Sidogiri

18
20
29
33
36
37
53
55
59

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Kuesioner Penelitian
Perolehan Rangking dan Bobot Indikator Kekuatan
Perolehan Rangking dan Bobot Indikator Kelemahan
Perolehan Rangking dan Bobot Indikator Peluang
Perolehan Rangking dan Bobot Indikator Ancaman
Dokumentasi Penelitian KJKS BMT UGT Sidogiri

67
71
71
72
72
73

12

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang
berpengaruh dalam membangun peranan perekonomian Indonesia (Arsyad 2008).
Pada tahun 2011 terdapat 55.2 juta unit usaha di bidang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Perkembangan UMKM pada tahun 2011-2012 mencapai
angka sebesar 2.41% (Tabel 1). Sektor yang menguasai industri usaha dalam
membantu perekonomian Indonesia merupakan UMKM. Total pelaku UMKM
pada tahun 2012 sebesar 99% dari pangsa pasar usaha di Indonesia (Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2014).
Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan
Unit Usaha Tahun 2011-2012
Indikator

Tahun 2011

Tahun 2012

Jumlah(Unit)

Jumlah(Unit)

Perkembangan (%)

Total UMKM

55 206 444

56 534 592

2.41

Usaha Mikro

54 559 969

55 856 176

2.38

602 195

629 418

4.52

Usaha Menengah

44 208

48 997

10.65

Total Usaha Besar

4 952

4 968

0.32

Usaha Kecil

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2014
Perkembangan UMKM dilihat dari kontribusi PDB terhadap Indonesia.
Perkembangan PDB pada periode 2011-2012 menghasilkan pendapatan
sebesar148 miliar rupiah. Secara nasional berdasarkan sektor usaha, sektor
perdagangan, restoran, dan hotel merupakan penyerap UMKM paling besar yakni
2.2 triliun rupiah (Eriyatno dan Nadjikh 2012). Periode 2011-2012, sektor
UMKM menunjukan perkembangan peningkatan pada PDB sebesar 6%. Artinya,
PDB yang dihasilkan melalui sektor UMKM berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia.

2

Tabel 2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan
PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2012
Indikator
Total UMKM

Tahun 2011

Tahun 2012

Jumlah

Jumlah

(Rp Miliar)

(Rp Miliar)

Perkembangan (%)

1 369 326

1 451 460

6.00

Usaha Mikro

761 228

790 825

3.89

Usaha Kecil

261 315

294 260

12.61

Usaha Menengah

346 781

366 373

5.65

1 007 784

1 073 660

6.54

Total Usaha Besar

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2014
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menunjukkan dapat bertahan
dalam pengembangan usaha sebagai perusahaan yang dipercaya masyarakat kecil
pada saat Indonesia dilanda krisis besar (Tambunan 2012). Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS) mempunyai peranan dalam membantu sektor ekonomi
masyarakat kecil dan menengah khususnya dari segi permodalan. Kemudahan
akses seperti persyaratan pada saat melakukan pinjaman lebih sulit yang diajukan
oleh pihak perbankan, serta kemudahan dalam pencairan dana kredit. Keberadaan
LKMS yang sesuai dengan pelaku usaha mikro dan kecil dapat membantu
pembiayaan awal mereka.Lembaga seperti ini menjadi keberpihakan pelaku usaha
dalam menjalankan usaha mikro dan kecil bagi mereka yang ingin memulai usaha
(Arsyad 2008).
Bukti kontribusi LKMS yang membantu UMKM meningkat setiap
tahunnya adalah partisipasi Baitul Maal wal Tanwil (BMT). BMT sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang dapat membantu tumbuh kembang bisnis
usaha mikro dan kecil dalam upaya mengatasi permasalahan perekonomian di
Indonesia. Fungsi yang dimiliki oleh BMT secara konseptual terdiri dari dua.
Pertama, sebagai kegiatan dalam mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dengan tujuan meningkatkan kualitas ekonomi usaha mikro dan kecil
agar menabung dan ikut aktif dalam kegiatan ekonomi Islam.Kedua, dalam rangka
menitipkan zakat, infak, dan sedekah dengan distribusi yang sesuai dengan
peraturan dan amanah (Aziz 2004).

3

Keberadaan BMT yang aktif dalam membantu program mensejahterakan
masyarakat Indonesia menunjukkan perkembangan yang meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan Annual report Inkopsyah jumlah anggota dari tahun 2011
sampai 2013 meningkat dengan rataan 44 anggota baru (Tabel 3). Penambahan
jumlah BMT setiap tahunnnya menambah daya saing dalam pengembangkan
inovasi dalam menawarkan produk-produk yang dikembangkan. Hal ini menjadi
motivasi BMT untuk terus mengatur strategi baru serta menunjukan pergerakan
kearah positif dalam penjualan produk. Pergerakkan cepat, mutu produk, dan jasa
menjadikan pihak BMT agar tetap menjaga kualitas dan kuantitas sehingga
konsumen dapat menikmati produk yang dihasilkan (Pramono et al 2011).
Tabel 3 Pertumbuhan Jumlah Anggota dan Penerima Manfaat Pembiayaan
Komposisi

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Jumlah anggota

344

370

401

Existing pembiayaan

202

219

233

142

151

168

Non existing

Sumber: Annual Report Inkopsyah 2013
Persaingan yang terjadi pada BMT menjadikan konsep model bisnis
sebagai permulaan penyaluran ide untuk mendirikan perusahaan. Upaya tersebut
dilakukan untuk mengurangi kegagalan dalam melakukan suatu bisnis. Giorgetti
menerangkan bahwa model bisnis merupakan model yang mempunyai kelebihan
dibandingkan pendekatan sebelumnya (Osterwalder 2004). Model bisnis
menjelaskan bagaimana cara mengatasi kekurangan dari sistem sebelumnya dan
menunjukkan cara mengatasi kekurangan sistem yang ada. Artinya, ide yang
dimiliki perusahaan dapat melihat permasalahan dan penyelesaian yang terjadi
secara fokus.
Proses bisnis yang telah dilakukan produsen dalam menciptakan peluang
untuk menerapkan model bisnis berupa bentuk kanvas atau Business Model
Canvas. Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur menyajikan model bisnis

4

dengan pendekatan kanvas dalam bentuk lukisan berupa kanvas sehingga pelaku
usaha mudah mengerti konsep kanvas model bisnis (PPM Manajemen 2012).
Elemen yang terdapat pada kanvas model bisnis dapat dijelaskan dengan sembilan
blok bangunan dasar yang menunjukan kinerja sebuah perusahan dalam mencari
keuntungan. Kesembilan blok tersebut terdiri dari Costumer Segment, Value
Preposition, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Keys Resources,
Key Activities, Key Partnership, dan Cost Structure (PPM Manajemen 2012).
Pengembangan dari sembilan blok pada kanvas model bisnis ini dapat
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan dalam
menjalankan persaiangan di dunia usaha. Faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) membantu meningkatkan
efektivitas perusahaan, memanfaatkan setiap peluang pada kondisi tertentu, dan
menghindari atau meminimalkan ancaman guna membantu pelaku usaha
menjalankan bisnis. Manfaat lain adalah melihat bisnis perusahaan secara utuh
dan keseluruhan sehingga saat mengambil keputusan, perusahaan mengetahui
elemen bisnis yang kurang optimal dalam pengunaanya dan hubungannya dengan
elemen-elemen lain.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri resmi
didirikan sejak tanggal 6 Juni 2000 di Surabaya. Saat ini KJKS BMT UGT
Sidogiri telah berusia 14 tahun dan sudah memiliki kantor cabang sebanyak 228
unit layanan BMT dan 6 unit kantor kas yang tersebar di Indonesia.
Perkembangan omset pada KJKS BMT UGT Sidogiri mengalami pertumbuhan
yang meningkat pada setiap tahunnya sehingga sampai akhir bulan Oktober,
KJKS BMT UGT Sidogiri berhasil mengembangkan permodalan dan pembiayaan
kepada anggota dengan total omset sebesar 181 milyar rupiah. Hal lainnya dalam
pemilihan BMT ini adalah keunikkan dalam menjalankan usaha bisnis dimana
karyawan yang dipekerjakan oleh BMT merupakan santri yang berasal dari
lulusan Pondok Pesantren Sidogiri. Para santri yang menjadi karyawan tidak ada
pelajaran mengenai teknologi dan hanya beberapa santri yang melanjutkan ke
tingkat perguruan tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu kajian mengenai faktorfaktor internal dan eksternal serta model bisnis secara keseluruhan sehingga dapat
mengetahui bagaimana BMT ini bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.

5

Perumusan Masalah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah seperti kehadiran Baitul Maal wal
Tamwil (BMT) merupakan gerakan swadaya masyarakat di bidang ekonomi yang
sejak awal bertujuan untuk melayani kebutuhan finansial pihak UMKM (Pramono
et al 2011). Pihak pelaku usaha mikro dan kecil yang kesulitan dalam permodalan
menjadikan lembaga keuangan seperti BMT dapat dipercaya. Bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengadaan BMT membuka peluang bagi mereka yang ingin
mendirikan BMT.Akan tetapi, pengaruh pergerakkan positif BMT terhadap
kesejahteraan sosial-ekonomi hanya dapat bertahan apabila BMT memiliki kinerja
yang baik dan terstruktur (Ridwan 2004).
Sebagai lembaga yang dikelola secara profesional, BMT harus memiliki
sistem strategi dalam menjalankan bisnis. Tren pada lingkungan sekitar menjadi
langkah BMT dalam mengembangkan posisi bisnis yang dijalankan sehingga
pihak BMT tidak ketinggalan pada perkembangan jaman. Produk yang berinovasi
juga perlu dilakukan agar dapat menarik minat masyarakat menjadi anggota dan
dapat bersaing dengan pihak lembaga keuangan syariah lainnya.Kondisi ini
membuat pihak BMT harus menganalisis kinerja dengan faktor-faktor dari pihak
internal maupun eksternal.
Menurut perkiraan Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) terdapat 3 307
unit yang dinyatakan aktif pada tahun 2010 sebagai BMT (Promono et al 2011).
Artinya setiap BMT harus menjaga kualitas, kuantinitas, dan kapabilitas atau
kekuatan agar para anggota dan pihak stakeholder tidak meninggalkan BMT.
Untuk itu diperlukan peningkatan daya saing agar perusahaan mengetahui
rancangan sistematis dalam rangka memberikan nilai-nilai terbaik bagi para
anggota agar visi dan misi dari BMT dapat dijalankan. Informasi mengenai target
kinerja pada perusahaan dapat dilihat dari fungsi dan struktur pada kepengurusan
BMT.
Faktor manajemen keberkahan dalam menjalankan BMT menjadi
indikator kunci kesuksesan KJKS BMT UGT Sidogiri dari banyaknya
pertumbuhan BMT Indonesia. Kegiatan BMT dijalankan bukan hanya sekedar
menjalankan usaha di bidang bisnis melainkan, adanya kegiatan dakwah dalam

6

rangka memajukan industri syariah secara merata. Para karyawan termasuk
pengurus dan pengelola akan profesional ketika bekerja setelah waktu jam kerja
selesai tidak ada lagi kesenjangan antar karyawan, karena para karyawan sadar
atau paham bahwa mereka berasal dari rumah atau tempat yang sama yaitu
Pondok Pesantren Sidogiri.
Berdasarakan penjelasanan diatas, permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Apafaktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi
terhadap KJKS BMT UGT Sidogiri?
2. Apa faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi
terhadap KJKS BMT UGT Sidogiri?
3. Bagaimana bentuk model bisnis kanvas pada KJKS BMT UGT Sidogiri?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) terhadap
KJKS BMT UGT Sidogiri.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) terhadap
KJKS BMT UGT Sidogiri.
3. Mengetahui bentuk model bisnis kanvas pada KJKS BMT UGT Sidogiri.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa
pihak, diantaranya:
1. Pihak BMT yang diteliti serta pihak BMT lainnya, sebagai pemberian
informasi dan masukkan untuk rancangan model bisnis dan faktor-faktor
lingkungan pada BMT sehingga tetap bertahan hingga jangka waktu yang
lama.

7

2. Pihak OJK sebagai lembaga pengatur, pembinaan dan pengawas di keuangan
syariah terhadap Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah membantu
LKMS syariah seperti BMT mengingat pertumbuhan BMT yang meningkat
tetapi tidak sejalan dengan pengopresaian pelaksanaan.
3. Pihak pemerintah diharapkan membantu Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) khususnya pihak BMT yang masih belum memiliki kejelasan hukum
dan regulasi dan membentuk badan hukum yang turut memantau kegiatan atau
aktivitas BMT setiap saat.
4. Pihak akademisi atau masyarakat umum yang ingin mempelajari kajian model
bisnis dan faktor-faktor lingkungan yang terjadi pada Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS) yang menjurus kepada permasalahan BMT.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada pengetahuan mengenai
strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berbasis studi kasus
pada BMT. Analisis ini diharapkan dapat menggambarkan model bisnis serta
faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal agar dapat digunakan oleh pihak
luar yang ingin menjalankan BMT. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Etika Bisnis Islam
Etika dalam menjalankan bisnis dipandang seperti akhlak dalam menjaga
sikap di kehidupan sehari-hari. Etika pada ekonomi Islam adalah mempelajari
aspek kemaslahatan dan manfaat bagi menjalankan kegiatan ekonomi dimana
amal perbuatan manusia sangat diperhatikan (Fauzia dan Riyadi 2014). Nilai
ketuhanan juga menjadi acuaan dalam menjalankan ekonomi Islam. Keyakinan
tersebut membuat ekonomi Islam tidak bebas menentukan langkah karena

8

orientasi terhadap waktu tidak hanya menjalankan kehidupan di dunia saja tetapi
memikirkan kehidupan di akhirat (Ridwan 2004).
Fauzia dan Riyadi (2014) menjelaskan pembangunan ekonomi Islam
didasarkan pada prinsip tauhid dan etika yang mengacu pada maqashid al-syariah.
Ekonomi Islam membentuk perilaku sosial-ekonomi yang sesuai dengan fitrah
dan dapat diterima oleh akal manusia dengan dalil yang berasal dari Al Qur‟an
dan Hadis. Hasil yang diperoleh harus berupa hani (lurus) dan berada ditengahtengah (equilibrium). Menurut Ridwan (2004) nilai etika dalam membangun
ekonomi Islam terdiri atas lima nilai dasar, yaitu:
1. Nilai Tauhid (Ketuhanan)
Tauhid merupakan fundamental atau landasan landasan dalam setiap
kehidupan.Segala perilaku seperti bidang agama, ekonomi, sosial, maupun
politik.Segala kegiatan seperti kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi, dan
distribusi, dikerjakan sebagai bentuk ibadah untuk mendapatkan pahala.
Dengan demikian, tujuan dalam menjalankan pekerjaan akan mendapatkan
keuntungan jangka pendek berupa kehidupan dunia dan keuntungan jangka
panjang yang berorientasi pada akhirat.
2. ‘Adl (Keadilan)
Adil merupakan salah satu sifat Allah SWT.Al Qur‟an menjelaskan bahwa
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk berlaku adil.
“… Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah
dengan cara yang adil. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang
yang berbuat adil. (QS. Al Maidah-42)
Adil dalam arti tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Nilai dasar pada ekonomi
adalah tidak mengambil keuntungan untuk diri sendiri tanpa memikirkan
orang lain. Tanpa adanya keadilan maka tidak menutup kemungkinan akan
menimbulkan rasa kecemburuan dan anarki sosial.
3. Nubuwwah (Kenabian)
Allah SWT memberikan pelajaran mengenai syariat-Nya dengan mengutus
para rasul pilihan.Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang
ditugaskan untuk membimbing dan menerangkan kepada manusia terhadap
menjalani kehidupan. Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, siddiq (benar),

9

amanah (dapat dipercaya), tabligh (mengajak), dan fathonah (cerdas dan
berwawasan luas), dapat menjadi contoh dalam berperilaku ketika
menjalankan kegiatan ekonomi.
4. Khalifah (Kepemimpinan atau Pemerintahan)
Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin bagi
makhluk-makhluk lain. Tugas untuk menjaga keharmonisan antar manusia
dengan sesama makhluk disebut dengan muamalah. Pola interaksi harus diatur
dengan nilai-nilai Islam dan berujung pada peribadatan. Pemerintah
ditugaskan untuk memegang peran penting dalam pelaksanaan sistem
ekonomi Islam sehingga tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia.
Hasil dari pelaksanaan ini berguna untuk kesejahteraan bersama.
5. Ma’ad (Hasil Akhir-Kembali)
Hasil dari prinsip ini adalah menunjukkan bahwa akhir dari proses
ekonomi akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Allah SWT melarang umatNya hanya memikirkan kehidupan dunia tanpa memikirkan kepentingan
akhirat. Dengan mempertimbangan dua kehidupan, perilaku bisnis dalam
Islam diharapkan dapat keuntungan di dunia dan keuntungan menabung
pahala untuk akhirat.
Ekonomi Islam juga menjelaskan mengenai karakteristik yang mencakup
ajaran ekonomi Islam itu sendiri. Aspek yang diterangkan dalam karakteristik ini
berupa aspek normatif-idealis-deduktif dan hitoris-empiris-induktif. Adapun
karakteristik ekonomi Islam menurut Fauzia dan Riyadi (2014) antara lain:
1. Rabbaniyah Mashdar (Bersumber dari Tuhan)
Sumber ajaran ekonomi Islam berasal dari ajaran Allah SWT.Tujuan Allah
SWT dalam memberikan “pengajaran” yang terkait dengan kegiatan ekonomi
umat-Nya adalah dengan memperkecil kesengjangan di antara masyarakat.
Sehingga umat-Nya bisa hidup dengan kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat.
2. Rabbaniyah al Hadf (Bertujuan untuk Tuhan)
Segala aktivitas ekonomi Islam merupakan ibadah yang diwujudkan dalam
hubungan antarmanusia untuk membina hubungan dengan Allah SWT.
Pemikiran tentang ibadah tidak hanya melakukan di wilayah masjid atau

10

musholah tetapi dalam kegiatan ekonomi seperti transaksi di pasar,
perkantoran, pasar modal, dan perbankan. Allah SWT menerangkan bahwa
segala bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan harus sesuai dengan
ketentuan-Nya tanpa menzalimi orang lain.
Suatu aktivitas ekonomi yang dilakukan dengan cara yang tidak baik maka
akan berdampak pada amalan ibadah yang seseorang kerjakan sekalipun dia
adalah ulama yang dikatakan bagus dalam hal beragama.
3. Al Raqabah al Mazdujah (Pengontrolan di Dalam dan di Luar)
Pengawasan adalah hal melekat ketika menjalankan ekonomi Islam bagi
semua yang terlibat di dalamnya. Awal mula pada pegawasan harus ada pada
pengawasan diri sendiri setelah itu pengawasan dari pihak luar seperti pihak
instansi ataupun lembaga. Adanya sistem pengawasan untuk membenahi
kerusakan dan kecurangan yang ada di pasar.
4. Al Jam’u bayna al Tsabat wa al Murunah (Penggabungan Antara yang Tetap
dan Lunak)
Hal ini terkait dengan hukum yang ada di dalam ekonomi Islam. Umat
Muslim diperintahkan untuk melakukan aktivitas ekonomi sebebas-bebasnya
selama tidak bertentangan dengan larangan yang telah diperintahkan-Nya. Al
Qur‟an secara pasti menyebutkan kegiatan ekonomi seperti perjudian, menjual
barang haram, dan aktivitas ekonomi lain yang tidak benar.
5. Al Tawazun bayna al Maslahah al Fard wa al Jama’ah (Keseimbangan
Antara Kemaslahatan Individu dan Masyarakat)
Melakukan aktivitas ekonomi harus seimbang antara kemaslahatan
individu dengan masyarakat. Tujuan yang diupayakan agar membentuk
harmonisasi kehidupan sehingga kesejahteraan dapat tercapai. Kesejahteraan
tidak dapat direalisasikan begitu saja tanpa mencapai kesejahteraan masingmasing individu di dalam suatu golongan. Allah SWT tidak akan mengubah
suatu masyarakat sebelum setiap individu merubah keadaannya sendiri.
6. Al Tawazun bayna al Madiyah wa al Rukhiyah (Keseimbangan Antara Materi
dan Spiritual)
Allah SWT tidak melarang manusia untuk memperoleh dan memanfaatkan
rezeki yang ada. Aspek materi yang dibutuhkan manusia harus sesuai dengan

11

kehidupan sehari-hari, tidak kekurangan dan tidak melebih-lebihkan. Ketika
seseorang sudah memenuhi kebutuhan materi secara berlebihan maka itu
sudah menyalahi aturan Allah SWT dan sensitif pada jurang kesenjangan
dengan orang miskin. Sifat seperti ini suka disamakan dengan sifat mubazir.
7. Al Waqi’iyah (Realistis)
Sistem ekonomi yang ada memang sangat realiatis karena sesuai dengan
kondisi nyata masyarakat. Dukungan usaha kecil dalam ekonomi Islam dapat
mendorong pendapatan masyarakat. Segala sistem yang ada juga membuat
ekonomi Islam mudah beradaptasi dengan catatan menghilangkan unsur
haram. Ajaran-ajaran mengenai keharaman dalam ekonomi Islam merupakan
sebab yang berakibat pada kerugian orang lain.
8. Al Alamiyyah (Universal)
Pelajaran mengenai ekonomi Islam bisa diterapkan oleh siapapun dan
kapanpun. Ekonomi Islam mempunyai sistem yang bersifat universal. Harapan
dari terciptanya tujuan ekonomi Islam yaitu win-win solution yang dapat
dianalisis dengan tersebar kemaslahatan di antara manusia dan menghindari
kerusakan di muka bumi.
Manajemen Strategik
Manajemen strategik menurut Hubeis dan Najib (2014) adalah suatu
pendekatan holistik (tingkat korporasi, bisnis, dan operasional) dalam mengambil
keputusan manajerial yang dapat membantu identifikasi isu pokok dan masalah
kompleks, pemberian alternatif tindakan yang mungkin diambil, penyusunan
rekomendasi ke depan (misalnya koordinasi, pengembangan, fleksibilitas, dan
respon) dalam menjawab keputusan strategi (apa, siapa, bagaimana, dan
mengapa).
Praktik yang terjadi di lapangan, proses tersebut melibatkan hal-hal kreatif,
fleksibel, optimis, dan penuh imajinasi atas fase-fase redefinisi, revisi, reformasi,
kerja ulang, dan daur ulang yang berbasis data dan informasi kualitatif dan
kuantitatif pada kondisi tidak pasti untuk beradaptasi dengan cepat dalam
lingkungan yang kompleks dan berubah-ubah. Terdapat tiga tahapan utama

12

menurut Hubeis dan Najib (2014) yang masing-masing saling terikat satu sama
lain dan tidak boleh dilewatkan satupun.
1. Perumusan Strategi
Pertama melakukan analisis lingkungan internal, analisis lingkungan
eksternal, mengembangkan visi dan misi yang jelas, menyusun sasaran dan
tujuan perusahaan, merumuskan pilihan-pilihan strategik dan memilih strategi
yang tepat, menentukan pengendalian
2. Implementasi Strategi
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang
dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis.Melakuakan
penetapan tujuan tahunan, perumusan kebijakan, memotivasi pekerja, dan
alokasi sumber daya
3. Evaluasi Strategi
Pertama, meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi
saat ini, apakah terjadi perubahan pada saat strategi dirumuskan.Kedua,
adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan memastikan
kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah diciptakan.Ketiga,
melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan perusahaan.Terakhir,
membantu untuk mengembangkan model di masa mendatang.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis faktor internal mempunyai hubungan yang terkait dengan dua
variabel, kekuatan dan kelemahan, berguna untuk proses penentuan strategi
lingkungan internal perusahaan. Variabel kekuatan merupakan kondisi internal
positif yang memberikan keuntungan dari pesaing kepada perusahaan. Kondisi
negatif pada internal yang dapat menghambat atau menghalangi perusahaan dalam
menjalankan misi, visi, dan tujuan adalah variabel kelemahan (Hubeis dan Najib
2014).
Perusahaan pada umumnya memiliki karakteristik yang khas dan berbeda
dalam menyajikan produk-produk dari perusahaan lain. Banyaknya ragamyang
ditawarkan kepada konsumen termasuk dalam keunikan yang menjadi keunggulan

13

dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
mengidentifikasi faktor-faktor penentu daya saing yang dapat menghasilkan
keberhasilan dalam persaingan yang dihadapi oleh pihak industri. David (2009)
membagi bidang fungsional bisnis dalam analisis lingkungan internal, yaitu:
1. Manajemen
Manajemen merupakan tingkatan sistem pengaturan organisasi yang
mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya
manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf, dan
pengendalian.
2. Pemasaran
Pemasaran berupa proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap produk dan jasa.
Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, membeli
persediaan, menjual produk atau jasa, merencanakan produk dan jasa,
menetapkan harga, distribusi, riset pemasaran, analisis peluang, dan tanggung
jawab sosial.
3. Keuangan atau Akunting
Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi
bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan
kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif.
Fungsi keuangan atau akunting terdiri dari keputusan investasi, keputusan
finansial, dan keputusan deviden.
4. Produksi atau Operasi
Fungsi produksi atau operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas
yang mengubah masukan menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi dan
operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar
industri dan pasar. Fungsi produksiatau operasi terdiri dari proses, kapasitas,
sediaan, tenaga kerja dan mutu.
5. Penelitian dan Pengembangan
Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan
beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan

14

penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada
masalah teoritis, sementara di perusahaan para ahli melakukan pengembangan
prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.
6. Sistem Informasi
Sistem infomasi bertujuan untuk memperbaiki prestasi perusahaan dengan
memperbaiki mutu keputusan menejerial. Sistem informasi manajemen yang
efektif mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesa dan
menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan
operasional dan strategis yang penting. Sistem informasi komputer yang
efektif memanfaatkan perangkat keras komputer, perangkat lunak, model
untuk analisis, dan database.
Analisis Lingkungan Eksternal
Manfaat dari mengetahui analisis eksternal pada perusahaan untuk
menghadapi kompetisi pada pasar agar perusahaan dapat bersiap dalam
penyusunan strategi. Faktor-faktor eksternal terdiri dari lingkungan secara
langsung ataupun secara langsung. Secara langsung ada politik dan hukum yang
merupakan identifikasi peraturan perusahaan, penentuan upah, perpajakan, dan
keputusan kebijakan. Faktor ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kinerja perusahaan dimana indikator dalam kesehatan perusahan seperti tingkat
inflasi, tingkat suku bunga, surplus atau defisit, dan produk domestik bruto.
Perusahaan juga membutuhkan faktor sosial yang biasanya dikembangkan melalui
kondisi ekologis, kultural, pendidikan serta kondisi etnis. Faktor teknologi,
ancaman pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan pengaruh
kekuatan stakeholders merupakan faktor lainnya yang termasuk faktor-faktor
eksternal.
Faktor internal pertama menurut Rangkuti (2013) adalah keuangan
perusahaan yang dibuktikan dari sehat atau tidaknya laporan keuangan perusahan
yang telah dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan. Keuangan perusahaan
akan menunjukkan tingkat profitabilitas dan tingkat resiko. Kedua adalah sumber
daya manusia yang berpotensi mampu menjaga keadaan perusahaan untuk

15

mencapai kondisi tertentu.Struktur organisasi merupakan faktor ketiga dalam
menunjang internal perusahaan. Perusahaan membutuhkan fundamental yang kuat
sehingga bisa memiliki hubungan satu sama lain yang terorganisir secara rapih.
David (2009) membagi kekuatan eksternal menjadi lima kategori umum yaitu
kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan
politik pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan persaingan.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Analisis internal mengarah kepada pemahaman mengenai sumber daya
yang dimiliki perusahaan.Indikator penunjang pada analisis ini menggunakan
indikator kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dengan baik dan jenis sumber daya yang memiliki
keunikkan dapat dikategorikan sebagai indikator kekuatan. Sedangkan untuk
kegiatan yang tidak baik serta keterbatasan sumber daya dapat dijadikan indikator
kelemahan.
Alat

analisis

dalam

menentukan

faktor-faktor

internal

perusahaan

menggunakan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation).
Hasil yang diharapkan dari matriks tersebut adalah perumusan strategi yang
ringkas dan mengevaluasi faktor internal berupa indikator kekuatan dan indikator
kelemahan.Angka yang muncul pada hasil berupa keperluan yang diharapkan.
David (2009) menyatakan tersebut lima langkah dalam mengembangkan matriks
IFE, yaitu:
1. Menentukan daftar lingkungan faktor-faktor internal penting pada kolom 1
yang termasuk indikator kekuatan dan kelemahan.
2. Melakukan pembobotan pada setiap faktor dengan skor 0.0 (tidak penting)
sampai dengan 1.0 (sangat penting). Bobot ini mengindikasikan signifikansi
relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot yang sesuai
dengan dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing yang berhasil dan
yang tidak berhasil. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor
tersebut haruslah sama dengan 1.0.

16

3. Memberi peringkat antara 1 sampai 5 pada setiap faktor eksternal utama untuk
menunjukkan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut,
dimana skor 5 (sangat bagus), skor 4 (bagus), skor 3 (diatas rata-rata), skor 2
(rata-rata), dan skor 1 (dibawah rata-rata).
4. Mengalikan bobot dari setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
skor bobotnya.
5. Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor
bobot total untuk perusahaan.
Tabel 4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Faktor-faktor strategi
eksternal
Kekuatan

Kelemahan

Kekuatan
Kekuatan
Kekuatan
Kekuatan

Bobot
(a)
1
2
3
4

Kelemahan 1
Kelemahan 2
Kelemahan 3
Kelemahan 4
Total

0.0 sampai
1.0

Rating
(b)

Skor
(axb)

1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5

1,00

Minimal 1.00
Maksimal 4.00

Sumber: David 2009
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation) berguna
dalam mengevaluasi dan meringkas semua informasi yang memungkinkan untuk
penyusunan strategi. Perusahaan juga dapat melihat kecenderungan dan perubahan
lingkungan yang memungkinkan terjadi. Analisis faktor-faktor eksternal yang
menjadi peluang dan ancaman perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

17

Tabel 5 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Faktor-faktor strategi
Bobot
eksternal
(a)
Peluang
Peluang 1
Peluang 2
Peluang 3
Peluang 4
0.0 sampai 1.0
Ancaman

Ancaman 1
Ancaman 2
Ancaman 3
Ancaman 4
Total

Rating
(b)
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5
1 sampai 5

1.00

Skor
(axb)

Minimal 1.00
Maksimal 4.00

Sumber: David 2009
David (2009) menyatakan ada lima langkah dalam mengembangkan
matriks EFE, yaitu:
1. Membuat daftar faktor eksternal utama yang terdiri dari peluang dan ancaman
yang mempengaruhi perusahaan pada kolom 1.
2. Melakukan pembobotan pada setiap faktor dengan skor 0.0 (tidak penting)
sampai dengan 1.0 (sangat penting). Bobot ini mengindikasikan signifikansi
relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot yang sesuai
dengan dapat ditentukan dengan cara membandingkan pesaing yang berhasil
dan yang tidak berhasil. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor
tersebut haruslah sama dengan 1.0.
3. Memberi peringkat antara 1 sampai 5 pada setiap faktor eksternal utama untuk
menunjukkan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut,
dimana skor 5 (sangat bagus), skor 4 (bagus), skor 3 (diatas rata-rata), skor 2
(rata-rata), dan skor 1 (dibawah rata-rata).
4. Mengalikan bobot dari setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
skor bobotnya.
5. Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor
bobot total untuk perusahaan

18

Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE memposisikan berbagai divisi dari suatu organisasi kedalam
tampilan sembilan sel, seperti yang ditampilkan pada gambar 1 (David 2009):

SKORBOBOTTOTAL EFE

SKOR BOBOT TOTAL IFE
Kuat

Sedang

Lemah

3.00-4.00

2.00-2.99

1.00-1.99

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Tinggi
3.00-4.00
Sedang
2.00-2.99
Rendah
1.00-1.99

Gambar 1Matriks Internal Eksternal
Sumber: David 2009
Matriks IE ini menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram
skematis sehingga keduanya disebut matriks portofolio. Tujuan penggunaan
model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail.Ukuran dari
setiap bobot menggambarkan presentase kontribusi penjualan dari setiap divisi
dan presentase kontribusi laba dari setiap divisi dari matriks IE. Diagram dapat
mengidentifikasi sembilan sel dimana dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi
utama (Rangkuti 2013):
1. Growth Strategy (Strategi Pertumbuhan) merupakan pertumbuhan perusahaan
itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8). Streteginya
yaitu strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan produk) atau
integratif (integrasi kedepan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal).
2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah strategi
yang telah ditetapkan. Strategi yang paling banyak digunakan adalah penetrasi
pasar dan pengembangan produk.

19

3. Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT menurut Hubeis dan Najib (2014) adalah alat untuk
mencocokkan

faktor-faktor

penting

untuk

membantu

manajer

dalam

mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi S-O (Strengths-Opportunities),
strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), strategi S-T (Strengths-Threats), dan
strategi W-T (Weaknesses-Threats). Mencocokkan faktor-faktor internal dan
eksternal adalah hal yang sulit dalam mengembangkan matriks SWOT untuk
menentukan alternatif strategi terbaik. Hubeis dan Najib (2014) menerangkat
matriks SWOT menggambarkan pilihan alternatif strategi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan, yaitu:
1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities atau Kekuatan-Peluang) adalah strategi
yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
2. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities atau Kelemahan-Peluang) adalah
strategi yang digunaka perusahaan yang meminimalisir kelemahan yang ada
untuk menfaatkan berbagai peluang. Terkadang perusahaan mengalami
kesulitan untuk memanfaatkan peluang karena adanya kelemahan dari pihak
internal.
3. Strategi S-T (Strengths-Threats atau Kekuatan-Ancaman) adalah strategi yang
digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan
untuk mengurangi berbagai ancaman yang mungkin ada di sekitar perusahaan.
Dalam hal ini, perusahaan yang hebat belum tentu mendapatkan ancaman dari
pihak luar.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats atau Kelemahan-Ancaman) adalah strategi
untuk mengurangi kelemahan guna meminimalisir ancaman yang ada.

20

Faktor Internal
Strengths (S)

Weaknesses (W)

Strategi S-O

Strategi W-O

Faktor Eksternal
Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi yang

Opportunities (O)

menggunakan
untuk

kekuatan meminimalkan kelemahan
memanfaatkan untuk memanfaatkan

peluang.

Threats (T)

peluang.
Strategi S-T

Strategi W-T

Menciptakan strategi yang

Menciptakan strategi yang

menggunakan

meminimalkan kelemahan

kekuatan

untuk mengatasi ancaman.

dan menghindari ancaman.

Gambar 2 Matriks SWOT
Sumber: Rangkuti 2013
Ada delapan langkah dalam menentukan strategi yang bentuk melalui
Matriks SWOT, yaitu:
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi
S-O dalam sel yang ditentukan.
6. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil
strategi S-T dalam sel yang ditentukan.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi
S-T dalam sel yang ditentukan.
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil
strategi W-T dalam sel yang ditentukan.

21

Baitul Maal wa Tanwil (BMT)

Pengertian BMT
BMT merupakan kepanjangan dari Baitul Maal wal Tanwil atau dapat di
tulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah baitul maal berarti
rumah dana dan dan baitul tanwil berarti rumah usaha. Fungsi dari baitul maal
sebagai pengumpulan sekaligus mentasyarufkan dana sosial sedangkan baitul
tanwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Secara definisi yang
menyeluruh, BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan dalam
kegiatan sosial. Sebagai lembaga sosial, badan Lembaga Amil Zakat (LAZ),
pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, wakaf, dan shadaqoh, yang
dikelola BMT mampu berperan secara professional. Untuk peran sebagai lembaga
bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni
simpan-pinjam (Ridwan 2011).
Fungsi BMT
Menurut Ridwan (2004) dalam rangka mencapai tujuannya, BMT
berfungsi:
1. Mengidentifikasi,

memobilisasi,

mengorganisasi,

mendorong,

dan

mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalatdan daerah kerja sekitar.
2. Meningkatkan

kualitas

SDM

anggota

dan

kelompok

anggota

mualamatmenjadi lebih professional dan menahami ekonomi Islam sehingga
semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
3. Menggalang

dan

memobilisasi

potensi

masyarakat

dalam

rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya sebagai
shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana
sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dll.
5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik dana
(shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna
dana (mudhorib) untuk mengembangkan usaha produktif.

22

Prinsip Utama BMT
Ridwan (2004) menjelaskan ada tujuh prinsip yang harus menjadi dasar
menjalankan usaha dibidang BMT, berikut penjelasannya:
1. Keimanan

dan

ketaqwaan

kepada

Allah

SWT

dengan

mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam
ke dalam kehidupan nyata.
2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil, dan berakhlak
mulia.
3. Kekeluargaan, yakni mnegutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi. Semua pengelola, pengurus, dan anggota harus dibangun rasa
kekeluargaan sehingga akan tumbuh rasa melindungi dan saling menjaga.
4. Kebersamaan yang diartikan sebagai kesatuan pola pikir, sikap, dan cita-cita
atas semua elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memiliki
visi, misi, dan tujuan yang menginginkan perbaikan pada kondisi ekonomi dan
sosial.
5. Kemandirian yang tidak bergantung pada kegiatan golongan politik manapun.
BMT juga harus mandiri dengan tidak bergantung pada dana-dana pinjaman
dan bantuan dari pihak luar tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana
masyarakat sebanyak-banyaknya.
6. Profesionalisme dapat diartikan sebagai semangat kerja keras (‘amalus sholih
atau ahsanu amala) yang dilandasi dengan keimanan. Kerja dengan tidak
hanya mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dunia tetapi mementingkan
kehidupan akhirat. Kerja keras dan cerdas dengan dasar ilmu pengetahuan
(knowladge) yang luas, keterampilan yang terus ditingkatkan (skill), dan niat
dengan ghirah yang kuat (attitude). Semua itu dikenal dengan kecerdasan
emosi, spiritual, dan intelektual.
7. Istiqomah berarti harus konsisten, konsekuen, kontinuitas atau berkelanjutan
tanpa berhenti dan tanpa pernah merasa putus asa. Setelah selesai dengan
satutahap maka harus maju untuk masuk ke tahap berikutnya dan
mengharapkan semua yang terjadi karena kehendak Allah SWT.

23

Model Bisnis

Pengertian Model Bisnis
Model bisnis merupakan konsep yang digunakkan untuk menggambarkan
atau menjelaskan karier perusahaan dalam dunia bisnis. Alexander Osterwalder
(2004) menjelaskan terdapat tiga pengembangan mengenai pengertian model
bisnis, yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis dilihat
darikomponen-komponen (elemen), dan model bisnis sebagai strategi bisnis.
Pengertian model bisnis sebagai metode adalah model bisnis adalah suatu
carauntuk menciptakan nilai, sedangkan pengertian model bisnis dilihat dari
komponen-komponennya,

misalnya

adalah

model

bisnis

terdiri

dari

komponen produk, manfaat dan pendapatan, pelanggan, aset, dan pengetahuan.
Pengertian model bisnis sebagai strategi bisnis adalah model bisnis yang
digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis perusahaan. Secara
umum, model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu
menghasilkan laba (PPM Manajemen, 2012).
Osterwalder dan Pigneur memudahkan pelaku usaha dalam merancang,
mngevaluasi, dan mengelola model bisnis dengan menawarkan bentuk kanvas.
Business Model Canvas yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder adalah
sebuah alat (tools) yang digunakan untuk menyederhanakan konsep model bisnis
yang rumit dan kompleks agar dapat dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan atau
organisasi untuk membuat, mendiskusikan, dan memahami sebuah model bisnis
dengan lebih sistematis. Pembagian sembilan blok pada model bisnis menjadi alat
analisis untuk memvisualisasikan gagasan, logika berfikir atau kerangka kerja
pelaku bisnis, wirausahawan, para manajer di organisasi bisnis maupun organisasi
nirbala (Tim PPM Manajemen 2012).
Elemen-elemen Model Bisnis Kanvas
1. Costumer Segment (Segmen Pelanggan)

24

Pengertian dari custumer segments adalah kelompok orang atau organisasi
yang perlu diperhatikan keinginan dan kebutuhan oleh perusahaan agar
melayani secara terarah (PPM Manajemen 2012). Berbagai jenis pelanggan
dalam membeli produk tidak sama antar individu. Hal ini menjadi pengamatan
oleh perusahaan dalam menargetkan segmen pasar dengan memperhatikan
tingkah laku serta pola hidup pelanggan. Contohnya perbandingan target
pelanggan perusahaan Garuda Indonesia dengan Lion Air. Garuda Indonesia
memfokuskan untuk melayani segmen pasar kelas atas sementara Lion Air
menargetkan pelanggan pada segmen kelas bawah.
2. Value Preposition (Proposisi Nilai)
Proposisi nilai merupakan keunikan yang menentukan mengapa produk
atau jasa tersebut pantas dipilih oleh pihak pelanggan.Value Preposition
memberikan

tawaran

untuk

memecahkan

masalah

pelanggan

atau

memaksimalkan kerja keras perusahaan dalam memenuhi keinginan
pelanggan.Keunikan yang ditawarkan haruslah sesuatu yang menonjol dan
berbeda dari pesaing lainnya tetapi harus sesuatu yang menjadi keinginan
pelanggan. Value Preposition perusahaan dapat dipilih pelanggan karena
pelanggan membutuhkan alasan mengapa mereka harus membeli barang atau
jasa

yang

perusahaan.

Value

Prepositiondikelompokkan

berdasarkan

kualintatif dan kuantitatif.Kualitatif contohnya rasa senang, bangga, dan
sebagainya.Rasa kuantitatif contohnya harga murah.
3. Channels (Saluran menuju Pelanggan)
Elemen yang menyatakan bagaimana organisasi berkomunikasi dengan
pelanggan dan menyampaikan proposisi nilai perusahaan. Komunikasi,
distribusi,

dan

saluran

penjualan

merupakan

faktor-fa

Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA KOPERASI KONVENSIONAL DAN KOPERASI SYARIAH (Studi kasus pada Koperasi Wanita Kartika Candra Pandaan Pasuruan dan Koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan)

0 4 18

“ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN KJKS UGT SIDOGIRI WIROLEGI”

0 5 16

Pengaruh Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Al-Fath IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)

1 10 124

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS) PEDESAAN (Studi Kasus BMT A1 Hasanah Sekampung Kabupaten Lampung Timur)

0 19 75

aFaktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dan dampaknya terhadap omzet usaha nasabah (Studi kasus KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta)

3 15 57

MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO)

2 35 115

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN KJKS BMT UGT SIDOGIRI WILAYAH SURABAYA.

2 9 99

PENGGUNAAN SISTEM SETORAN ONLINE UGT SIDOGIRI GATEWAY (USID GATEWAY) DAN SISTEM SETORAN OFFLINE: STUDI KOMPARASI TERHADAP KEPUASAN NASABAH TABUNGAN UMUM SYARIAH DI KJKS BMT SIDOGIRI CAPEM MOJO SURABAYA.

0 2 107

ANALISIS SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT UGT SIDOGIRI DESA PUNGGUR KECIL

0 0 11