aFaktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dan dampaknya terhadap omzet usaha nasabah (Studi kasus KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI

PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH DAN DAMPAKNYA

TERHADAP OMZET USAHA NASABAH

(STUDI KASUS KJKS BMT UGT SIDOGIRI CABANG

KOJA JAKARTA)

NADIAH HIDAYATI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja Jakarta) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014 Nadiah Hidayati NIM H54100042


(4)

Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja Jakarta). Dibimbing oleh WIDYASTUTIK dan RANTI WILIASIH.

Usaha mikro memiliki peran dalam perkembangan ekonomi nasional. Akan tetapi, pelaku usaha mikro menghadapi permasalahan yaitu keterbatasan modal. Studi ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan BMT dan pengaruhnya terhadap omzet usaha nasabah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan total responden sebanyak 30 orang. Hasil analisis dengan menggunakan metode OLS membuktikan bahwa variabel aset usaha, frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran, dan dummy usaha berpengaruh signifikan terhadap realisasi pembiayaan. Sedangkan, faktor-faktor yang memengaruhi omzet usaha nasabah adalah aset usaha, jumlah pembiayaan, laba usaha setelah pembiayaan, lama pendidikan, lama usaha, dan dummy usaha.

Kata kunci: BMT, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, OLS, Usaha Mikro

ABSTRACT

NADIAH HIDAYATI. The Factors Affecting The Amount of Islamic Microfinance and Its Impact on Customer’s Turnover (Case Study KJKS BMT UGT Sidogiri Branch Koja Jakarta). Supervised by WIDYASTUTIK and RANTI WILIASIH.

Micro-business has a role of the national economy development. However, micro scale entrepreneurs face problems of limited capital. This study to analyze the factors affecting the amount of the financing provided BMT and their impact on bussiness turnover. This research was conducted in March-April at KJKS BMT UGT Sidogiri branch Koja Jakarta. This research used a purposive sampling technique with a total of 30 respondents. OLS analysis results proved that business asset, frequency financing, installment period, and dummy business have significantly effect on the realization of financing. Meanwhile, the factors affecting the customer’s turnover are business asset, amount of financing, business profit after financing, time duration of educational, time duration of business, and dummy business.


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI

PEMBIAYAAN MIKRO SYARIAH DAN DAMPAKNYA

TERHADAP OMZET USAHA NASABAH

(STUDI KASUS KJKS BMT UGT SIDOGIRI CABANG

KOJA JAKARTA)

NADIAH HIDAYATI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah (Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja Jakarta). Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si dan Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr Lukytawati Anggraeni selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Asryianti, MA selaku dosen komisi pendidikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa Zubeir Nasution, Mama Siti Chadijah, adik Muhammad Reza Fahlevi, Tante Dede, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi, para pengurus KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta dan responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sahabat terbaik selama perkuliahan Sari Khairunnisa dan Penny Septina, sahabat sejak TPB Nurul, Rosalin, Esya, Ezik, dan Febrina, sahabat SMA April, teman sebimbingan Uke, Tika, Qintha, Zulfi, Anggo, untuk Puspa dan Ninda yang selalu menghibur dan memotivasi, dan teman-teman Ekonomi Syariah 47 serta kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala momen, pelajaran, bantuan, dan waktu kebersamaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014 Nadiah Hidayati


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Definisi dan Kriteria Usaha Mikro 6

Financial Inclusion 6

Peran dan Fungsi BMT 7

The Backward-Bending Supply of Credit 8

Asimetri Informasi 9

Pembiayaan Syariah 9

Total Revenue 11

Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran Konseptual 12 Hipotesis 14 METODE 14 Jenis dan Sumber Data 14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 Metode Pengumpulan Data 15 Metode Pengolahan dan Analisis Data 15 Pengujian Hipotesis 17 Evaluasi Model 18 Definisi Operasional 19 GAMBARAN UMUM 19 HASIL DAN PEMBAHASAN 20


(10)

Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Omset Usaha 29

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35


(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan usaha mikro berdasarkan unit usaha, tenaga kerja, dan

PDB Atas Harga Konstan 2000 tahun 2008-2012 1

2 Jumlah kredit usaha mikro kecil menengah bank umum periode

Juli-Desember tahun 2013 3

3 Jumlah pembiayaan yang diberikan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang

Jakarta Koja hingga April 2014 4

4 Kriteria UMKM berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 6 5 Aset KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja hingga April 2014 20 6 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan usia 21 7 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis kelamin 21 8 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir 22 9 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis usaha 22 10 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama usaha 22 11 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan agunan 23 12 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan legalitas usaha 23 13 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan modal usaha 23

14 Akses pinjaman pada lembaga keuangan 24

15 Preferensi responden mengenai pembiayaan 26

16 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja 28 17 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan usaha 31

DAFTAR GAMBAR

1 Perbandingan pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Berlaku tahun

2011-2012 2

2 Teori Backward-Bending supply of credit 8

3 Total Revenue 11

4 Kerangka pemikiran 13

5 Pengajuan dan pencairan pembiayaan 25

6 Akad pembiayaan responden 25

DAFTAR LAMPIRAN

7 Kuesioner penelitian 30

8 Hasil estimasi model persamaan 1 40

9 Hasil uji normalitas persamaan 1 40

10 Hasil uji heteroskedastisitaspersamaan 1 40

11 Hasil uji autokorelasipersamaan 1 40

12 Hasil ujimultikolinieritas persamaan 1 41

13 Hasil estimasi model persamaan 2 41

14 Hasil uji normalitas persamaan 2 41


(12)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif ketika krisis ekonomi global dunia pada semester kedua tahun 2008 sebesar 6.1% (BPS2009). Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari peran sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Usaha mikro mempunyai peran penting dalam perkembangan ekonomi nasional. Kinerja usaha mikro dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat tahun 2008-2012.

Tabel 1 Perkembangan usaha mikro berdasarkan unit usaha, tenaga kerja, dan PDB Atas Harga Konstan 2000 tahun 2008-2012

Tahun Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang)

PDB Atas Harga Konstan (milyar rupiah)

2008 50 847 771 87 810 366 655 703.8

2009 52 176 771 89 960 695 682 259.8

2010 53 504 416 91 729 384 719 070.2

2011 54 559 969 94 957 797 761 228.8

2012 55 856 176 99 859 517 790 825.6

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 1, selama periode 2008-2012, perkembangan unit usaha mikro menunjukkan tren positif. Pada tahun 2011, banyaknya pelaku usaha mikro mencapai 98.82% dari total 55 206 444 pelaku UMKM di Indonesia (Kemenkop UKM 2013). Unit usaha mikro mencapai 55 856 176 unit pada tahun 2012. Angka ini dapat menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki keunggulan saat krisis global 2008 sehingga dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia.

Usaha mikro juga memiliki peran vital dalam penyerapan tenaga kerja. Jumlah usaha mikro yang terus meningkat ini diharapkan bisa sebanding dengan penyerapan tenaga kerja. Sama seperti unit usaha, jumlah tenaga kerja pada sektor usaha mikro periode 2008-2012 juga menunjukkan tren positif. Peningkatan jumlah unit usaha mikro berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha mikro. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 101 722 458 orang atau 97.24% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Kontribusi usaha mikro tercatat sebanyak 94 957 797 orang atau 90.77% (BPS 2012). Banyaknya tenaga kerja pada usaha mikro tahun 2012 mencapai 99.8 juta orang. Hal ini membuktikan bahwa sektor usaha mikro berperan mengurangi angka pengangguran. Penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha mikro juga memiliki peran membantu pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pada tahun 2011, kontribusi usaha mikro terhadap PDB nasional tercatat sebesar Rp 761.2 triliun atau 33.02% terhadap sektor UMKM. Kontribusi usaha mikro terhadap PDB atas harga konstan meningkat pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011, yaitu 790 825.6 milyar rupiah. Kontribusi usaha mikro merupakan yang terbesar dibandingkan usaha kecil dan menengah yang hanya memberikan


(14)

kontribusi sebesar 10.99% dan 14.59% (BPS 2012). Berdasarkan Gambar 1, usaha mikro merupakan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011-2012 sebesar 14.41% dibandingkan usaha kecil, menengah, dan besar yang masing-masing hanya mengalami pertumbuhan sebesar 10.54, 11.79, dan 7.96% berdasarkan PDB Atas Dasar Harga Berlaku.

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diolah (2013) Gambar 1 Perbandingan pertumbuhan PDB Atas Dasar

Harga Berlaku tahun2011-2012

Perkembangan usaha mikro yang meningkat dari segi kuantitas, belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas usaha mikro. Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar usaha mikro adalah keterbatasan modal. Setyobudi (2007) memaparkan bahwa permasalahan klasik dan mendasar yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro kecil menengah ialah permasalahan modal. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi usaha mikro untuk tetap mampu mempertahankan keberadaannya dan mampu berkembang dengan keterbatasan dan berbagai kendala yang ada.

Levy (1993) menemukan bahwa adanya akses terbatas terhadap sumber daya keuangan untuk usaha-usaha kecil dibandingkan dengan usaha besar dan konsekuensinya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan usaha. Menurut Wijono (2005) keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM khusunya pelaku usaha mikro dan kecil terutama dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam, mulai dari rentenir hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi, dan bentuk-bentuk yang lain.

Adanya ketimpangan akses terhadap modal untuk usaha mikro dari lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan pelaku usaha mikro bergantung pada sumber-sumber informal. Bank dan lembaga keuangan menganggap sektor usaha mikro memiliki potensi, tetapi bank terhalang dengan kendala prinsip prudent penyaluran kredit. Pada umumnya, pelaku usaha mikro unbankable karena tidak memiliki aset legal dan memadai untuk dijaminkan pada pihak bank. Hal ini terlihat dari kecilnya proporsi kredit yang disalurkan untuk usaha mikro dibandingkan usaha kecil dan menengah.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Mikro Kecil Menengah Besar

P

er

tumbuhan

(

%

)


(15)

Tabel 2 Jumlah kredit usaha mikro kecil menengah bank umum periode Juli-Desember tahun 2013 (milyar)

Skala Usaha Juli Agustus September Oktober November Desember Total 583 859 579 308 589 361 589 229 595 372 608 823 Mikro 112 503 112 249 114 359 115 785 117 186 118 889 Kecil 176 375 176 440 178 786 182 600 182 600 186 382 Menengah 294 981 290 619 296 217 292 615 295 587 303 552 Sumber: Bank Indonesia (2014)

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan lembaga keuangan yang mampu memenuhi kebutuhan modal usaha mikro, kecil, dan menengah yang cenderung dianggap unbankable oleh sektor perbankan nasional. LKM memiliki peluang dengan menawarkan sistem administasi yang lebih sederhana dan sesuai dengan skala serta sifat usaha mikro dan kecil (Wijono 2005).

Nawai dan Shariff (2012) menjelaskan LKM didirikan untuk mengisi ketimpangan dalam pelayanan keuangan dengan memberikan pendanaan terhadap pelaku usaha yang biasanya adalah para pelaku usaha mikro dan kecil. LKM memberikan pendanaan untuk memulai usaha atau modal kerja yang berguna untuk membeli bahan baku, mesin, atau perlengkapan usaha. Mayoritas LKM merupakan institusi semi formal yang tidak mengambil keuntungan atas usahanya. Muhammad (2009) menjelaskan lembaga keuangan mikro dapat menjadi primadona bagi kelompok miskin dalam membantu pemenuhan kebutuhan modal usaha. Lembaga keuangan mikro disamping sebagai lembaga keuangan profit orientied, juga berorientasi pada penanggungan kemiskinan, merubah mental dan gaya hidup yang berorientasi pada upaya-upaya produktif. Baitulmal wat Tamwil (BMT) hadir sebagai lembaga keuangan mikro dengan prinsip syariah. Chapra (2000) lembaga ini secara empiris telah menunjukkan fungsi dan peran penting mengurangi kemiskinan, menghilangkan ketimpangan sosial-ekonomi, dan memperkuat daya saing ekonomi kaum musthaz’afin/the lower level of community, serta menciptakan ruang perekonomian yang adil.

Berdirinya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT yang memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil menjadi solusi bagi pelaku usaha mikro. BMT menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat memberikan solusi pada permasalahan pembiayaan. Posisi BMT sangat strategis sebagai lembaga yang memberikan layanan bagi usaha mikro dan kecil yang menginginkan jasa layanan syariah. Dengan demikian, keberadaan BMT memiliki dua fungsi utama, yaitu (Al-Arif 2011): melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya serta menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK), salah satu organisasi yang mendirikan banyak BMT mencatat sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat sekitar 3 900 BMT yang beroperasi di Indonesia. Total aset yang dikelola mencapai nilai Rp 5 triliun, nasabah yang dilayani sekitar 3.5 juta orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20 ribu orang. Pertumbuhan kelembagaan


(16)

dan jumlah nasabah membawa perkembangan yang pesat pula dalam kinerja keuangannya (PINBUK dalam Septiana 2013).

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri berdiri sejak 6 Juni 2000 di Surabaya. Saat ini KJKS BMT UGT Sidogiri telah berusia 13 tahun dan sudah memiliki 230 unit layanan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan 1 unit layanan transfer. Dalam setiap tahun, KJKS BMT UGT Sidogiri membuka beberapa unit pelayanan anggota di kabupaten/kota yang dinilai potensial. Terdapat 3 cabang KJKS BMT UGT Sidogiri di Jakarta, antara lain berada di Kecamatan Koja, Cakung, dan Warakas. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta telah berdiri sejak tahun 2006 dengan total aset awal sebesar Rp 150 000 000 dan jumlah pekerja sebanyak 4 orang.

Perumusan Masalah

Pembiayaan mikro syariah memiliki peranan penting bagi para pengusaha mikro. Dengan prinsip syariah dimana BMT tidak memberlakukan sistem bunga, BMT dinilai memberikan kemudahan akses terhadap para pengusaha. Hal ini juga sejalan oleh Mahliza (2011) yang menjelaskan bahwa pembiayaan syariah menjadi alternatif solusi bagi para pengusaha yang memiliki masalah dalam permodalan.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta telah berdiri sejak bulan April 2006 dan terletak di Kecamatan Koja, Jakarta Utara merupakan salah satu BMT yang berperan dalam penyaluran dana kepada para pelaku usaha mikro. Setelah eksis selama delapan tahun, KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta telah menyalurkan dana dengan berbagai produk pembiayaan yang dijelaskan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah pembiayaan yang diberikan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta hingga April 2014

Jenis Pembiayaan Jumlah (Rp)

Mudharabah (bagi hasil) 297 503 500.00

Musyarakah (penyertaan) 93 843 344.65

Murabahah (jual beli) 42 699 667.99

Bai’bitsamanilajil (jual beli) 721 905 951.19

Rahn (gadai syariah) 22 700 000.00

Sumber: KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta (2014)

Berdasarkan data performance pembiayaan bulan April 2014, total nasabah aktif pembiayaan sebanyak 121 orang, baik pembiayaan produktif maupun konsumtif. Mayoritas nasabah bergerak di sektor perdagangan dan industri pengolahan makanan serta kerajinan tangan. Sampai saat ini, jumlah realisasi dan nasabah pembiayaan di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta masih belum mencapai target. Target realisasi pembiayaan yang ditetapkan untuk tahun 2013 sebesar Rp 3 triliun, sedangkan jumlah yang direalisasikan sebesar 1 831 572 269.53 sehingga persentase pencapaiannya hanya 61.05% dari target.

Realisasi pembiayaan juga dipengaruhi oleh unsur kehati-hatian yang dianut oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Unsur kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam penyaluran dana karena penyaluran dana berkaitan


(17)

dengan pengembalian. Sebagai implikasinya, tidak semua pelaku usaha mikro mendapatkan pembiayaan dari BMT.

Plafon maksimal pembiayaan pada pada KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta sebesar Rp 35 000 000. Dengan plafon sebesar ini, pengusaha mikro diharapkan dapat mengembangkan usahanya, sehingga dapat meningkatkan permintaan realisasi pembiayaan. Untuk dapat mencapai target realisasi pembiayaan tersebut, perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah yang diberikan BMT dan dampaknya terhadap omzet usaha nasabah sehingga pengusaha mikro yang belum mendapatkan pembiayaan bisa memenuhi kriteria BMT dan pengusaha mikro yang sudah menjadi nasabah pembiayaan dapat meningkatkan realisasi pembiayaannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta?

2. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan terhadap omset usaha nasabah?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta.

2. Menganalisis pengaruh pembiayaan yang diberikan terhadap omset usaha nasabah.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi industri keuangan mikro syariah (KJKS BMT UGT Sidogiri cabang

Koja Jakarta)

Memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan serta rekomendasi demi perkembangannya di masa mendatang khususnya dalam meningkatkan total realisasi pembiayaan mikro syariah agar sesuai target dan tepat sasaran.

2. Bagi akademisi

Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang lembaga keuangan mikro syariah serta dapat digunakan sebagai acuan perbandingan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi penulis

Sebagai wahana potensial untuk mengembangkan wacana dan pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada dengan keadaan yang sebenarnya.


(18)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan yang diberikan oleh BMT dan dampaknya terhadap omset usaha nasabah. Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan fakor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan dan seberapa besar dampak pembiayaan mikro syariah terhadap omset usaha nasabah. Penelitian ini difokuskan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta di wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Kriteria Usaha Mikro

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah/kuantitas tenaga kerja. Usaha mikro (atau di sektor industri manufaktur umum atau disebut industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang. Di lain pihak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000.00 (lima puluh juta rupiah); dan

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000.00 (tiga ratus juta rupiah).

Tabel 4 Kriteria UMKM berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008

No. Uraian Kriteria

Aset Omset

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta-500 Juta > 300 Juta-2.5 M 3 Usaha Menengah > 500 Juta-10M > 2.5 M-50 M Sumber: Kementriaan Koperasi dan UMKM (2014)

Financial Inclusion

Kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah sulit mendapatkan akses layanan keuangan seperti kredit dengan biaya terjangkau dan prosedur serta persyaratan mudah. Salah satu permasalahan pengusaha mikro ialah terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan untuk mengatasi masalah permodalan. Sedangkan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan stabilitas keuangan di Indonesia bisa didapatkan dengan menciptakan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.


(19)

Akses keuangan merupakan masalah utama bagi kelompok masyarakat miskin. Mereka disebut sebagai non-banked atau non-bankable yang selalu kekurangan jaminan untuk mengakses kredit konvensional. Sementara, sektor swasta tidak bersedia memberikan pembiayaan karena biaya yang tinggi terkait dengan penilaian kredit, pemantauan kredit, dan kurangnya jaminan yang diterima (Mohieldin et al. 2012).

Financial inclusion, sebuah konsep yang mendapat perhatian sejak awal tahun 2000, telah menjadi tujuan umum bagi pemerintah dan bank sentral di negara-negara berkembang. Konsep ini bermula dari layanan pengiriman keuangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan biaya terjangkau. Selama beberapa dekade, konsep financial inclusion telah berkembang menjadi empat dimensi, yaitu: kemudahan akses keuangan untuk semua rumah tangga dan perusahaan, lembaga suara yang diarahkan oleh peraturan dan pengawasan, keberlanjutan finansial dan kelembagaan lembaga keuangan, serta kompetisi antara penyedia layanan untuk memberikan alternatif kepada nasabah (Beck dan Demirguc-Kunt 2008).

Para ahli ekonomi yakin bahwa peningkatan akses dan ketersediaan layanan keuangan untuk semua anggota masyarakat menjadi tujuan utama untuk membangun sistem keuangan yang inklusif. Peningkatan akses dan kualitas layanan keuangan dapat memfasilitasi pertumbuhan yang berkelanjutan dan produktivitas untuk usaha skala kecil dan menengah, seperti ketersediaan kredit, mobilisasi tabungan, asuransi, dan manajemen risiko (Mohieldin et al. 2012).

Peran dan Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Berkaitan dengan peningkatan akses terhadap lembaga keuangan, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) hadir sebagai lembaga intermediasi bagi para pelaku usaha mikro. Salah satu bentuk dari LKMS ialah koperasi Islam. Di Indonesia, beberapa koperasi Islam hadir dalam bentuk BMT (Baitul Maal wat Tamwil) (Beik dan Purnamasari 2011).

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan di bawah prinsip-prinsip syariah, yang bertujuan untuk menyediakan pembiayaan mikro untuk usaha mikro dan kecil. Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran, yaitu (Sudarsono 2013):

1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi nonsyariah. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara transaksi yang Islami, misalnya bukti transaksi, dilarang mencurangi timbangan, jujur terhadap konsumen, dsb.

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menajalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya melakukan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha nasabah.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir. BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dsb.


(20)

Prioritas utama pemberdayaan BMT adalah para pengusaha mikro, selain pengusaha kecil dan menengah. BMT berperan dalam pemberdayaan usaha mikro dengan lebih menekankan setiap pembiayaan yang disalurkannya untuk para pengusaha mikro yang produktif. Dengan adanya pembiayaan produktif, BMT mampu memberikan kesempatan dan memotivasi para pengusaha mikro untuk terus berusaha dan memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, melindungi nasabah dari kemiskinan, baik miskin harta ataupun miskin akan kepercayaan diri untuk hidup yang lebih baik melalui usaha (Falihah 2007).

Dalam perekonomian, BMT harus mampu berfungsi sebagai, antara lain (Ridwan 2004):

1. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara agniya sebagai shohibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, dll.

2. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana (mudharib) untuk pengembanagan usaha produktif.

The Backward-Bending Supply of Credit

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan semi formal dengan prinsip syariah. Sebagai lembaga keuangan, BMT menerapkan unsur kehati-hatian dalam proses penyaluran dana. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan keberadaannya.

Teori Backward-Bending Supply of Credit dijelaskan oleh Freixas and Rochet (2008) bahwa pembatasan kredit akan terjadi karena adanya asimetri informasi. Lembaga keuangan umumnya bank menerapkan sistem ini ketika peminjam homogen. Sebuah lembaga keuangan berhak menjatah kredit bagi peminjam yang tidak sesuai dengan kriteria lembaga keuangan tersebut.

Sumber: Freixas dan Rochet (2008)


(21)

Berdasarkan Gambar 2, kredit yang diinginkan peminjam (borrower) tidak sepenuhnya diberikan, ketika pemohon kredit tinggi, sebuah lembaga keuangan cenderung memeriksa dan mengeksplorasi konsekuensi yang akan terjadi pada peminjam tersebut. Kredit yang diterima sampai dengan suku bunga R*, setelah itu akan terjadi zero profit dan lembaga keuangan tersebut akan melakukan penjatahan kredit bagi peminjam. Pihak pemberi pinjaman (lender) akan melakukan hal tersebut untuk mengurangi terjadinya gagal bayar.

Asimetri Informasi

Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan pelaku utama adalah adanya asimetri informasi (information asymmetry). Informasi yang tidak simetris merujuk pada situasi dimana dalam sebuah transaksi salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi mengenai transaksi tersebut daripada pihak lain. Arsyad (2008) menyatakan bila bank dianggap sebagai pelaku utama dan peminjam sebagai agen, tingkat bunga yang dikenakan kepada pinjaman memengaruhi tingkah laku peminjam. Bank dapat memilih untuk menetapkan tingkat bunga yang tidak melebihi pasar kredit jika pilihan tersebut dibuat sebagai salah satu cara untuk mempengaruhi tingkah laku peminjam yang tidak dapat diawasi dan penggunaan pinjaman.

Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar.

2. Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Pembiayaan Syariah

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Al-Arif 2011).

Pembiayaan syariah menjadi solusi alternatif bagi para pengusaha khususnya pengusaha mikro dalam hal pendanaan. Hal ini sejalan oleh Soetrisno (2004) yang menyatakan bahwa pembiayaan syariah sangat cocok untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti usaha mikro. Pada umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara pihak pemberi pembiayaan dengan pelaku usaha. Akan tetapi, adanya sistem bagi


(22)

hasil yang diterapkan pada pembiayaan syariah dapat menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut.

Adapun secara garis besar pembiayaan dapat dibagi dua jenis, yaitu (Al-Arif 2011):

1. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya konsumtif.

2. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal, dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan sektor rill.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan

Sebagai lembaga keuangan non-bank, BMT mempunyai pertimbangan dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah. Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah pendapatan bersih usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan, dan jangka waktu angsuran (Arsyad 2008). Jumlah pembiayaan diambil sangat tergantung dari tingkat aksesibilitas nasabah yang dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut (Mahliza 2011):

1. Faktor ekonomi

a. Jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan. b. Pendapatan usaha, yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai

oleh kredit terhadap pendapatan total. c. Biaya transportasi.

2. Faktor non-ekonomi

a. Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir atau kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan.

b. Tingkat pendidikan.

c. Pengalaman mengambil kredit yang bersangkutan yang berpengaruh pada pemahaman prosedur pengambilan.

d. Pengalaman usaha. e. Jarak lokasi.

f. Tingkat pengenalan pengurus.

Prinsip-prinsip Pembiayaan

Dalam kegiatan pembiayaan, prinsip-prinsip kredit diterapkan dalam penyaluran dana yang dikenal dengan 5C, yaitu (Kasmir 2004):

1. Character, yaitu sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.

2. Capacity, yaitu kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola keuntungan.


(23)

3. Capital, yaitu sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon debitur dalam usaha yang dilakukannya.

4. Collateral, yaitu jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit yang diberikan.

5. Condition, yaitu penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi sekarang dan masa yang akan datang.

Total Revenue

Salah satu permasalahan pengusaha mikro ialah minimnya pengetahuan penghitungan laporan keuangan bisnis. Pada umumnya, mereka melakukan kesalahan dalam menghitung omset dan laba usaha. Jika menggunakan perhitungan yang tidak tepat, mereka dapat mengalami kerugian.

Omset usaha nasabah dapat dihitung melalui rumus ekonomi, yaitu total revenue. Total revenue adalah penerimaan total dari hasil penjualan output/barang. Hal ini dapat dihitung sebagai berikut: TR (Q) = P (Q) x Q. Dimana Q adalah jumlah output yang dijual, dan P (Q) adalah invers fungsi permintaan (fungsi permintaan untuk harga kuantitas yang diminta).

Sumber: Jackson dan Mclever (2007) Gambar 3 Total revenue

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Oktavi (2009) bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan usaha kecil pada LKMS khususnya KJKS BMT BUS Lasem. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan jenis data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan ialah biaya peminjaman, jangka waktu angsuran, dan ada tidaknya agunan. Dari ketiga variabel tersebut, yang paling besar pengaruhnya adalah biaya peminjaman.

Dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa pencapaian tujuan pembiayaan usaha kecil masih belum sepenuhnya tercapai karena belum adanya dampak


(24)

positif pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan usaha anggota. Hal ini disebabkan besarnya pembiayaan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan. Besarnya kebutuhan anggota keluarga yang harus dipenuhi menyebabkan pembiayaan yang diberikan hanya untuk menutupi modal yang dibutuhkan sehingga belum berpengaruh signifikan terhadap perubahan pendapatan.

Safitri (2007) tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi besar kredit umum pedesaan (KUPEDES) pada nasabah BRI unit Ciampea Bogor. Metode yang digunakan analisis deskriptif dan multiple regression. Hasil kesimpulannya adalah nilai agunan, tingkat pendidikan, dan frekuensi peminjaman memiliki hubungan positif terhadap jumlah kredit.

Xiangping et all (2010) mengenai credit rationing bagi petani di pedesaan Cina dan faktor-faktor yang menentukan credit rationing bagi petani. Metode yang digunakan ialah probit. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memengaruhi adalah adanya hubungan kekerabatan, jangka waktu pinjaman, fleksibilitas pinjaman, dan persyaratan agunan.

Penelitian Ahiawodzi dan Adade (2012) bertujuan menganalisis pengaruh akses terhadap kredit dan pertumbuhan usaha kecil & menengah di Kota Ho, Ghana. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jenis data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel akses terhadap kredit, modal awal, total investasi, dan omzet tahunan memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan UKM serta memberikan kontribusi pertumbuhan UKM di Kota Ho.

Studi Septiana (2013) mengenai analisis dampak pembiayaan mikro syariah terhadap perkembangan keuntungan UMKM di Kabupaten Bogor menggunakan metode regresi logistik dan Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemberian pembiayaan oleh BMT terhadap perkembangan usaha UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan usaha UMKM. Keuntungan usaha mengalami peningkatan sebesar 28%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perkembangan UMKM adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset, dan total aset.

Beik dan Purnamasari (2011) melakukan penelitian dengan judul peran empiris koperasi Islam (BMT) dalam pembiayaan usaha mikro dan kecil di Indonesia: studi kasus Kospin Jasa Syariah Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan dan dampak pembiayaan terhadap pendapatan dan profitabilitas anggota Kospin Jasa Syariah dengan menggunakan skala likert dan analisis path. Hasil penelitian menunjukkan variabel keuntungan, konsumsi sehari-hari, dan jumlah pembiayaan yang diajukan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan pengusaha mikro dan kecil setelah diberikannya pembiayaan.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Usaha mikro mengalami permasalahan klasik, yaitu permodalan. Akses permodalan dapat diperoleh melalui lembaga keuangan bank dan non-bank.


(25)

Pelaku usaha mikro sulit memperoleh akses permodalan ke bank karena karakteristiknya yang unbankable. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang menyalurkan pembiayaan untuk pengusaha mikro.

Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah masih belum dapat tercapainya target pembiayaan dari KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Realisasi pembiayaan juga dipengaruhi oleh unsur kehati-hatian yang dianut oleh BMT. Unsur kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam penyaluran dana karena penyaluran dana berkaitan dengan pengembalian.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta dan dampaknya terhadap omzet usaha nasabah. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu lokasi penelitian dan fokus penelitian ini hanya pada usaha mikro. Adapun kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Rekomendasi Kelayakan Pengaruh Pembiayaan terhadap

Omzet Usaha Nasabah

Akses Permodalan Usaha Mikro

Lembaga Keuangan Bank

Lembaga Keuangan Non-bank

Belum Tercapainya Target Pembiayaan di KJKS BMT UGT

Sidogiri cabang Koja Jakarta Faktor yang

Memengaruhi Realisasi Pembiayaan Pembiayaan Mikro


(26)

Hipotesis Penelitian

Model 1 faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta ialah variabel aset usaha, jangka waktu angsuran, frekuensi pembiayaan mikro syariah, dan laba usaha sebelum pembiayaan berpengaruh nyata dan berkolerasi positif terhadap realisasi pembiyaan yang diberikan kepada usaha mikro. Variabel dummy usaha juga berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan.

Model 2 faktor-faktor yang memengaruhi omset usaha nasabah setelah pembiayaan ialah variabel aset usaha, jumlah pembiayaan, lama pendidikan, laba usaha setelah pembiayaan, dan lama usaha berpengaruh nyata dan berkolerasi positif terhadap omset usaha setelah pembiayaan. Variabel dummy usaha juga berpengaruh nyata terhadap omset usaha nasabah.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan penelitian ini. Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden yang merupakan nasabah pembiayaan mikro syariah KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta di Kecamatan Koja, Jakarta Utara dan hasil wawancara dengan pihak pengelola BMT. Sedangkan, data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer dalam penelitian ini.

Pengumpulan data tersebut digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan pada KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta dan pengaruhnya terhadap omset usaha nasabah. Sumber data lain sebagai pendukung kelengkapan data penelitian ini didapatkan melalui Kementriaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, buku, jurnal, dan skripsi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Pemilihan BMT tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KJKS BMT UGT Sidogiri merupakan KJKS terbesar di Indonesia (Kementriaan Koperasi dan UKM tahun 2012) dan cabangnya yang berada di Kecamatan Koja merupakan cabang pertama di Jakarta dengan total aset terbesar diantara cabang lainnya dan berdiri sejak tahun 2006. Dengan demikian, diharapkan realisasi pembiayaan yang diberikan juga relatif besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2014.


(27)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan kuesioner sebagai alat bantu dan penelusuran literatur. Dalam hal ini, informasi diperoleh langsung dari responden dan pihak KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta dengan cara tatap muka. Berdasarkan data performence bulan Januari hingga April 2014, nasabah aktif pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta berjumlah 121 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) yaitu menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 30 yang mendapatkan pembiayaan dari bulan September 2013 hingga April 2014. Hal ini sejalan oleh Gay et al. (2006) yang menyatakan bahwa untuk studi korelasi, setidaknya dibutuhkan 30 responden yang diperlukan untuk menetapkan ada atau tidaknya suatu hubungan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi dilapangan dari hasil wawancara dengan pelaku usaha mikro dan menggambarkan gambaran umum KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta serta karakteristik responden yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menampilkan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dan pengaruhnya terhadap omset usaha nasabah. Selang kepercayaan dalam penelitian ini ialah (α=10%).

Spesifikasi Model

Model pertama merupakan model statistik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah dari BMT. Berikut ini merupakan model terbaik dengan variabel dependen yaitu jumlah pembiayaan yang direalisasikan dan variabel-variabel independen antara lain: aset usaha, frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran, laba usaha sebelum pembiayaan dan dummy usaha. Variabel-variabel independen penduga yang merujuk pada penelitian sebelumnya antara lain: umur, dummy agunan, lama pendidikan, lama usaha, lama menjadi nasabah, dan tabungan.

Y= ß0+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+β5D1+ei ...(1)

Keterangan :

Y = Jumlah pembiayaan yang direalisasikan (rupiah) ß0 = Intersep

X1 = Aset usaha (rupiah)

X2 = Frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT (kali)

X3 = Jangka waktu angsuran (hari)


(28)

D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)

ei = Galat

Persamaaan transformasi logaritma natural untuk model persamaan 1 ialah

LnY=ß0+ß1LnX1+ß2LnX2+ß3 LnX3+ß4 LnX4+ β5D1+ei………...(2)

Keterangan :

Y = Jumlah pembiayaan yang direalisasikan (%) ß0 = Intersep

X1 = Aset usaha (%)

X2 = Frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT (%)

X3 = Jangka waktu angsuran (%)

X4 = Laba usaha sebelum pembiayaan (%)

D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)

ei = Galat

Model kedua merupakan model statistik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omset usaha nasabah setelah pembiayaan. Berikut ini merupakan model terbaik dengan variabel dependen yaitu omset usaha setelah pembiayaan dan variabel-variabel independen antara lain: asset usaha, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, lama pendidikan, laba usaha setelah menerima pembiayaan, lama usaha, dan dummy usaha. Variabel-variabel independen penduga yang merujuk pada penelitian sebelumnya antara lain: umur, modal awal, frekuensi pembiayaan, dan jangka waktu angsuran.

Y = ß0+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+ß5X5+ß6D1+ei ...(3)

Keterangan :

Y = Omset usaha (rupiah) ß0 = Intersep

X1` = Aset usaha (rupiah)

X2 = Jumlah pembiayaan mikro syariah BMT (rupiah)

X3 = Lama pendidikan (tahun)

X4 = Laba usaha setelah menerima pembiayaan dari BMT (rupiah)

X5 = Lama usaha (tahun)

D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)

ei = Galat

Persamaan transformasi logaritma natural untuk model persamaan 3 ialah

LnY=ß0+ß1LnX1+ß2LnX2+ß3LnX3+ß4LnX4+ß5LnX5+ß6D1+ei………(4)

Keterangan :

Y = Omset usaha (%) ß0 = Intersep

X1` = Aset usaha (%)


(29)

X3 = Lama pendidikan (%)

X4 = Laba usaha setelah menerima pembiayaan dari BMT (%)

X5 = Lama usaha (%)

D1 = Dummy usaha; (1 = perdagangan dan 0 = industri)

ei = Galat

Metode OLS digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Persamaan 1 merupakan model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Sedangkan, persamaan 2 merupakan model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap omset usaha nasabah. Metode OLS memiliki beberapa sifat teoritis yang kokoh, yang diringkaskan dalam teorema Gauss-Markov, yaitu berdasarkan asumsi-asumsi dari model regresi linier klasik, penaksir OLS memiliki varian yang terendah di antara penaksir-penaksir linier lainnya, dalam hal ini, penaksir OLS disebut sebagai penaksir tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimators/BLUE) (Gujarati, 2006).

Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji secara statistik yang bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya suatu variabel dalam memengaruhi variabel-variabel yang akan diteliti. Hasil uji yang akan dilakukan yaitu uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan untuk parameter-parameter regresi melalui uji t, serta untuk melihat berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen melalui koefisien determinasi (R2).

Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas mana saja yang secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Hipotesis untuk uji F-statistikadalah:

H0: ß1 = ß2 = ... = ßk = 0

H1 : minimal ada satu nilai ß1 yang tidak sama dengan nol.

Jika nilai F statistik lebih kecil dari nilai F tabel maka terima H0 artinya

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Sedangkan, jika keputusan yang dihasilkan adalah F hitung lebih besar F tabel maka tolak H0 artinya variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya.

Uji t

Uji t digunakan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik bersifat signifikan atau tidak. Melalui uji ini akan diuji apakah koefisien regresi satu persatu secara statistik signifikan atau tidak. Hipotesis untuk uji t adalah:

H0 : variabel independen tidak signifikan


(30)

Dalam mengambil keputusan harus didasarkan dengan melihat letak nilai t dihitung dari masing-masing koefisien regresi pada kurva sebaran normal yang digunakan untuk menentukan nilai kritis. Ketika letak t hitung lebih kecil dari t tabel dimana koefisien regresi berada di dalam daerah penerimaan H0 maka terima

H0 artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.

Sedangkan, jika letak t hitung lebih besar dari t tabel maka tolak H0 artinya

variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien detrminasi adalah proporsi variabel dalam Y yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. R2 mempunyai rentang antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Ketika R2 memiliki nilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

R2 =

Dimana:

JKR = Jumlah kuadrat regresi JKT = Jumlah kuadrat total

Evaluasi Model

Evaluasi hasil estimasi dilakukan untuk memenuhi syarat asumsi klasik sehingga model dapat dikategorikan sebagai model yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik untuk metode regresi yaitu hasil uji normalitas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinieritas.

Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil dalam uji global dan uji parsial valid. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability (grafik probabilitas normal). Apabila sebaran data berada pada garis normal atau cukup dekat dengan garis lurus yang ditarik dari kiri bawah ke kanan atas dalam grafik, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran normal atau jika pada grafik standardized residual cumulative probability P-value > α, maka data menyebar normal. Sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis dan P-value < α, maka data tidak normal. Masalah normalitas juga dapat dilihat melalui nilai probabilitas Jarque Bera. Jika nilai probabilitas Jarque Bera > taraf nyata, model sudah terbebas dari masalah normalitas.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi bernilai berbeda untuk semua nilai variabel-variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu, akan terjadi heteroskedastisitas.


(31)

Jika tidak membentuk pola yang jelas serta titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut dengan homoskedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil Test Breusch-Pagan-Godfrey. Jika probabilitas Obs*R-squared > taraf nyata, model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Autokolerasi

Autokolerasi terjadi ketika residu-residu berhubungan yang berada dalam regresi saling berkolerasi. Masalah autokolerasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Selain dengan uji Durbin-Watson, masalah autokolerasi juga dapat diuji dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey serial correlation LM test. Jika probabilitas Chi-square > taraf nyata, model terbebas dari masalah autokolerasi.

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas terjadi ketika variabel-variabel bebasnya saling berkolerasi. Variabel-variabel yang berkolerasi ini membuat pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas. Salah satunya melalui correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas tidak lebih dari |0.80|.

Definisi Operasional

1. Aset usaha adalah modal usaha saat ini dan inventaris yang dimiliki nasabah.

2. Lama pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang telah dilalui nasabah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD).

3. Lama usaha adalah lamanya usaha yang sudah dijalani nasabah. Dengan ketentuan lama usaha nasabah diatas 1 tahun.

4. Jumlah pembiayaan adalah nilai nominal pembiayaan yang diterima oleh nasabah.

5. Laba usaha sebelum pembiayaan adalah laba usaha yang diperoleh nasabah sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT.

6. Laba usaha setelah pembiayaan adalah laba usaha yang diperoleh nasabah setelah mendapatkan pembiayaan terakhir dari BMT. Dengan riwayat pembiayaan Juni 2013-Maret 2014.

7. Omset usaha adalah omset usaha yang diperoleh nasabah setelah mendapatkan pembiayaan.

8. Frekuensi pembiayaan adalah pengalaman pinjaman yang telah dilakukan oleh nasabah kepada BMT.

9. Jangka waktu angsuran adalah periode waktu nasabah untuk melakukan pembayaran kembali kepada pihak BMT.


(32)

GAMBARAN UMUM

Pendirian KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta merupakan bentuk permintaan dari Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) yang berdomisili di Jakarta dan mayoritas merupakan wirausaha yang membutuhkan pendanaan. Berdiri sejak 10 April 2006 dengan nomor badan hukum 09/BH/KWK. 13/VII/2000. KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta berada di Jl. Mundu Luar Blok N. No 29 Rt 11/11, Lagoa Koja, Jakarta Utara. Tujuan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta antara lain, yaitu: membantu masyarakat menengah ke bawah dan menyebarkan dakwah melalui ekonomi syariah. Produk penyaluran dana ummat terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Bai’Bitsamanilajil, dan Rahn.

Tabel 5 Aset KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta hingga April 2014

Keterangan Jumlah (Rp)

Tabungan 12 361 162.00

Deposito 90 500 000.00

Pembiayaan 1 792 975 464.45

Aset 2 078 723 087.44

Sumber: KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta (2014)

Tabel 5 menunjukkan aset yang dimiliki KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta hingga bulan April 2014. Pihak BMT memiliki keterbatasan akses untuk mengetahui laporan keuangan tahun 2006-2009 dikarenakan berubahnya sistem pemograman dari pihak pusat. Hal ini menyebabkan keterbatasan data dan informasi mengenai gambaran umum BMT.

Prosedur dan persyaratan pengajuan pembiayaan dari KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta tergolong mudah bagi pelaku usaha mikro. Lama pencairan hanya membutuhkan waktu 3 hari, hal ini sangat membantu nasabah yang mayoritas pedagang untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat mendesak. Selain itu, mayoritas nasabah hanya membutuhkan satu kali datang ke kantor BMT untuk pencairan dananya.

Pembayaran kembali pembiayaan ke BMT dilakukan dengan cara dijemput petugas dan dipotong langsung dari tabungan nasabah. Pada kenyataannya, pembayaran kembali melalui potongan langsung dari tabungan nasabah tetap saja melalui petugas yang datang langsung ke nasabah. Sistem

“jemput bola” tetap digunakan oleh pihak BMT untuk memudahkan nasabah

membayar kembali dan mencegah kredit macet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang merupakan nasabah pembiayaan BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat


(33)

pendidikan terakhir, jenis usaha, lama usaha, legalitas usaha, agunan, modal usaha, akses pinjaman pada lembaga keuangan, akad pembiayaan, pengajuan dan pencairan pembiayaan, serta preferensi responden mengenai pembiayaan mikro syariah BMT. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui proporsi tiap variabel.

Usia Responden

Usia menjadi sesuatu yang penting karena berkaitan dengan keberanian nasabah dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada ummnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Semakin meningkatnya usia, nasabah dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak dari sebelumnya dalam menjalankan usaha.

Usia responden dalam penelitian ini antara 21-70 tahun. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa proporsi responden sebesar 53.33% atau sebanyak 16 orang berada pada usia 25-40 tahun. Proporsi responden sebesar 36.67% atau sebanyak 11 orang berada usia 41-55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha mikro mayoritas berada dalam usia produktif. Selanjutnya, proporsi responden sebesar 6.67% atau sebanyak 2 orang berada pada usia 56-65 tahun dan proporsi 3.33% atau sebanyak 1 orang berada pada usia 15-24 tahun.

Tabel 6 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan usia

Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

15-24 1 3.33

25-40 16 53.33

41-55 11 36.67

56-65 2 6.67

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat mendeskripsikan posisi nasabah dalam keluarganya dan dalam usaha yang dijalankannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden pria sebesar 40% atau sebanyak 12 orang, sedangkan proporsi responden wanita yaitu 60% atau sebanyak 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rasio antara pria dan wanita dalam penelitian ini hampir sebanding.

Tabel 7 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

Pria 12 40.00

Wanita 18 60.00

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Tingkat Pendidikan Akhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA mempunyai proporsi terbesar yaitu masing-masing sebanyak 10 orang (33.33%). Proporsi terbesar berikutnya yaitu responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang (30%). Terdapat juga responden


(34)

dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 1 orang (3.33%). Dari hasil observasi terlihat tidak ada responden dengan tingkat pendidikan lebih dari SMA (Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir Pendidikan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

Tidak tamat SD 1 3.33

SD 9 30.00

SMP 10 33.33

SMA 10 33.33

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Jenis Usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pembiayaan mayoritas memiliki usaha di bidang perdagangan (Tabel 9). Proporsi responden yang memiliki jenis usaha perdagangan sebanyak 25 orang (83.33%), seperti pedagang sayuran, komestik, blender, bensin eceran dan sebagainya. Sisanya sebanyak 5 orang (16.67%) memiliki usaha di bidang industri, baik industri pengolahan makanan maupun kerajinan.

Tabel 9 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan jenis usaha

Jenis Usaha Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

Dagang 25 83.33

Industri 5 16.67

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Lama Usaha

Lama usaha usaha responden berkisar dari 2-37 tahun. Proporsi terbesar dimiliki oleh nasabah responden yang lama usahanya 1-5 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43.33%), selanjutnya nasabah dengan lama usaha 6-15 tahun sebanyak 10 orang (33.33%). Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro mayoritas masih merintis usaha dengan lama usaha masih dibawah lima tahun (Tabel 10). Tabel 10 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan lama usaha

Lama Usaha (tahun) Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

≤5 13 43.33

6-15 10 33.33

>15 7 23.33

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Agunan

Agunan merupakan jaminan yang disertakan nasabah ketika melakukan pinjaman pembiayaan. Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan ada tidaknya agunan (Tabel 11) diketahui bahwa responden yang menyertakan agunan atau jaminan sebanyak 11 orang (36.67%), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 19 orang (63.33%) tidak menyertakan agunan dalam pembiayaannya. Ketentuan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta mewajibkan penyerahan jaminan untuk


(35)

pembiayaan diatas tiga juta rupiah. Sebagian besar agunan yang diserahkan oleh nasabah ialah BPKB motor, emas, dan sertifikat usaha dari pengelola pasar. Konsekuensi dari tidak menyerahkan agunan kepada pihak BMT ialah nasabah wajib menabung. Hal ini merupakan antisipasi dari pihak BMT terhadap kredit macet. Asas kepercayaan juga diterapkan oleh pihak BMT terhadap nasabah pembiayaannya.

Tabel 11 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan agunan

Agunan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

Ada 11 36.67

Tidak ada 19 63.33

Total 30 100

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Legalitas Usaha

Legalitas usaha terdiri dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI), sertifikat pasar, dan surat izin usaha dari RT setempat. Dalam penelitian ini mayoritas responden tidak memiliki legalitas usaha yaitu sebanyak 23 orang (76.67%), sedangkan sebanyak 7 orang (23.33%) memiliki legalitas usaha antara lain berupa NPWP, sertifikat yang dikeluarkan oleh pihak pengelola pasar, dan surat izin usaha dari RT setempat (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro mayoritas tidak memiliki legalitas usaha.

Tabel 12 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan legalitas usaha

Legalitas Usaha Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

Ada 7 23.33

Tidak ada 23 76.67

Total 30 100

Sumber: Data primer,diolah (2014)

Modal Usaha

Pada Tabel 13 menunjukkan modal para pelaku usaha mikro. Modal awal responden mayoritas berada pada interval 0-1 juta rupiah, yaitu sebesar 66.67% dengan rincian 20 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha mikro memulai usahanya dengan modal yang cukup rendah. Sedangkan, modal saat ini responden mayoritas berada pada interval >5 juta rupiah, yaitu sebesar 40% dengan rincian 12 responden.

Tabel 13 Jumlah dan proporsi responden berdasarkan modal usaha

Modal (Rp) Awal Saat ini

Frekuensi Proporsi(%) Frekuensi Proporsi(%)

0-1.000.000 20 66.67 8 26.67

>

1.000.000-5.000.000 6 20.00 10 33.33

> 5.000.0000 4 13.33 12 40.00

Total 30 100 30 100


(36)

Akses Pinjaman pada Lembaga Keuangan

Akses pinjaman rumah tangga responden terhadap lembaga keuangan dapat dilihat pada Tabel 14. Nilai rata-rata pinjaman dari lembaga keuangan formal lebih besar dibandingkan pinjaman dari semi formal. Akan tetapi, responden yang mempunyai akses pinjaman pada lembaga keuangan formal hanya sebesar 10%. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi akses responden terhadap lembaga keuangan formal. Mayoritas responden tidak ingin mengambil resiko untuk mengambil kredit pada bank dengan proporsi sebesar 30.43%. Responden tidak berani mengambil resiko karena factor umur yang sudah tua, antisipasi akan kredit macet/gagal bayar, dan tidak ingin terbelit hutang. Alasan lainnya yaitu karena persyaratan dan prosedur pinjaman di BMT lebih mudah (21.73%), tidak memiliki agunan/jaminan (17.39%), tidak membutuhkan modal (13.04%), tidak sesuai syariah (4.34%), dan alasan lainnya sebesar 4.34%.

Lembaga keuangan formal yang dituju oleh responden adalah BRI. Alasan pemilihan pinjaman pada BRI ialah karena lokasi bank dekat dan berlokasi sama dengan tempat usaha responden sehingga mudah melakukan transaksi saat berdagang. Selain lembaga keuangan formal, responden juga mempunyai akses pada lembaga keuangan semi formal selain BMT. Lembaga keuangan semi formal konvensional yaitu koperasi pasar, sedangkan lembaga keuangan semi formal syariah yaitu lembaga keuangan dana cepat syariah.

Tabel 14 Akses pinjaman pada lembaga keuangan

Akses Pinjaman Responden

Nilai Rata-rata (Rp) Partisipasi

Formal

Bank 15 333 333 n = 3 (10%)

Semi Formal

BMT 4 133 333 n = 30 (100%)

Konvensional 3 750 000 n = 3 (10%)

Syariah (NonBMT) 3 000 000 n = 1 (3.33%) Sumber: Data primer, diolah (2014)

Pengajuan dan Pencairan Pembiayaan

Proses pengajuan dan pencairan pembiayaan di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta tergolong mudah. Gambar 3 menunjukkan jumlah responden saat pengajuan dan pencairan pembiayaan dimana 13 responden datang ke BMT saat proses pengajuan, sedangkan sisanya 17 responden tidak datang ke BMT. Hal ini menunjukkan bahwa BMT memberikan kemudahan saat pengajuan pembiayaan. Pihak BMT menerapkan sistem “jemput bola” terhadap nasabahnya. Petugas BMT datang langsung ke tempat usaha nasabah untuk membantu proses pengajuan pembiayaan.

Proses pencairan membutuhkan waktu maksimal tiga hari. BMT mengharuskan nasabah untuk datang langsung ke kantor BMT untuk proses pencairan pembiayaan. Saat proses pencairan, pihak BMT dan nasabah menyepakati mengenai akad yang digunakan, sistem, dan tata cara pembayaran kembali pembiayaan. Dari hasil penelitian, terdapat 2 responden yang tidak datang ke BMT saat proses pencairan. Faktor kepercayaan responden terhadap petugas BMT menjadi alasan sehingga pencairan pembiayaan diantar oleh petugas.


(37)

Gambar 5 Pengajuan dan pencairan pembiayaan

Akad Pembiayaan

Gambar 6 menunjukkan bahwa akad pinjaman yang digunakan nasabah terhadap BMT didominasi oleh akad berbasis ijarah sebesar 73%, sedangkan sisanya berbasis jual beli sebesar 27%. Kenyataannya, tidak ada satu akad pun yang berbasis bagi hasil sebagai salah satu ciri khas pembiayaan syariah. Akad dengan basis ijarah dominan karena mayoritas responden merupakan pedagang pasar yang tidak memungkinkan untuk melakukan repayment pembiayaan ke

kantor BMT, sehingga petugas BMT melakukan sistem “jemput bola” dengan

konsekuensi peminjam memberikan ongkos jasa kepada petugas BMT. Gambar 6 Akad pembiayaan responden

Gambar 6 Akad pembiayaan responden

Preferensi mengenai Pembiayaan Mikro Syariah BMT

Masalah utama yang dihadapi oleh usaha mikro ialah keterbatasan modal untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Pembiayaan mikro syariah dari BMT diberikan untuk membantu pelaku usaha mikro mengembangkan usahanya. Berdasarkan persepsi responden terhadap pembiayaan, proporsi responden sebesar 40% berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan menambah modal usaha. Proporsi responden yang berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan dapat meningkatkan omset usaha dan menambah kios ialah sebesar 30% dan 6.67%. Sementara itu, proporsi responden yang

0 5 10 15 20 25 30

Pengajuan Pencairan

Datang ke BMT Tidak Datang ke BMT

27%

73%


(38)

berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak memberikan efek usaha karena adanya persaingan usaha ialah sebesar 6.67%. Proporsi responden yang berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan hanya untuk menambah stok barang dan hanya memutar modal ialah sebesar 3.33%. Proporsi responden yang berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak memberikan efek pada usaha karena pembiayaan yang diberikan digunakan untuk konsumsi ialah sebesar 10%.

Tabel 15 Preferensi responden mengenai pembiayaan

Berkembang atau Tidak Alasan Proporsi (%)

Usaha Berkembang

Menambah modal usaha 40.00

Meningkatkan omset dan keuntungan 30.00

Menambah kios 6.67

Total Usaha Berkembang 76.67

Usaha Tetap atau Tidak Berkembang

Adanya persaingan usaha 6.67

Pembiayaan hanya menambah stok

barang 3.33

Pembiayaan hanya memutar modal 3.33 Pembiayaan digunakan untuk konsumsi 10.00

Total Usaha Tidak Berkembang atau Tetap 23.33

Sumber: Data primer, diolah (2014)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang diberikan oleh BMT dapat menjadikan usaha lebih berkembang dengan proporsi 76.67%, sisanya sebesar 23.33% berpendapat bahwa pembiayaan yang diberikan tidak memberikan efek positif atau usaha cenderung tetap.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan

Pembiayaan mikro syariah BMT merupakan salah satu bentuk penyaluran dana yang diberikan oleh BMT kepada nasabahnya yang bertujuan untuk menambah modal usaha. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dari 30 responden yang merupakan anggota pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Koja Jakarta. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda.

Hasil akhir estimasi persamaan 1 dapat dilihat dalam Tabel 15. Variabel jangka waktu angsuran, aset usaha, frekuensi pembiayaan, dan dummy usaha signifikan pada taraf nyata. Uji asumsi klasik untuk metode regresi yaitu hasil uji normalitas, heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinieritas menunjukkan bahwa model sudah bersih dari masalah pelanggaran asumsi klasik.

Pada model estimasi yang layak (fit), residual model harus menyebar normal. Jika tidak menyebar normal, terdapat indikasi bahwa model bias sehingga asumsi klasik agar model tersebut menjadi BLUE tidak terpenuhi. Hasil Uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera (1.786570) lebih besar dari taraf nyata. Dengan demikian, model terbebas dari masalah normalitas.

Uji asumsi klasik untuk memeriksa ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada model dilakukan dengan metode Breusch-Pagan-Godfrey Heteroskedasticity


(1)

Lampiran 2

Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan

mikro syariah di KJKS BMT UGT Sidogiri cabang Jakarta Koja

Dependent Variable: LNJP (Jumlh pembiayaan) Method: Least Squares

Date: 07/03/14 Time: 14:02 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

Dummy Usaha 0.387079 0.200336 1.932148 0.0652

LN Aset Usaha 0.172816 0.062805 2.751621 0.0111

LN Frekuensi Pemby 0.260616 0.132618 1.965159 0.0611

LN Jangka Angs 0.350213 0.120791 2.899318 0.0079

LN Laba Sblm Pemby 0.054001 0.074135 0.728409 0.4734

C 9.093113 1.149550 7.910152 0.0000

R-squared 0.671864 Mean dependent var 15.08043

Adjusted R-squared 0.603502 S.D. dependent var 0.551393

S.E. of regression 0.347202 Akaike info criterion 0.899035

Sum squared resid 2.893178 Schwarz criterion 1.179275

Log likelihood -7.485528 Hannan-Quinn criter. 0.988686

F-statistic 9.828061 Durbin-Watson stat 2.184146

Prob(F-statistic) 0.000033

Lampiran 3 Hasil uji normalitas persamaan 1

Lampiran 4 Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 1

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.409936 Prob. F(5,24) 0.2563

Obs*R-squared 6.811356 Prob. Chi-Square(5) 0.2351

Scaled explained SS 3.027646 Prob. Chi-Square(5) 0.6957

Lampiran 5 Hasil uji autokorelasi persamaan 1

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.903025 Prob. F(2,22) 0.1729

Obs*R-squared 4.424601 Prob. Chi-Square(2) 0.1094

0 1 2 3 4 5 6

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30 Mean 1.41e-15 Median 0.064142 Maximum 0.433989 Minimum -0.703115 Std. Dev. 0.315856 Skewness -0.513812 Kurtosis 2.389062 Jarque-Bera 1.786570 Probability 0.409309


(2)

Lampiran 6 Hasil uji multikolinieritas persamaan 1

LNJP DU LNAU LNFP LNJA LNLBB

LNJP 1.000000 0.264251 0.544917 0.504833 0.581114 0.374974

DU 0.264251 1.000000 -0.257478 0.412557 -0.014016 -0.032975

LNAU 0.544917 -0.257478 1.000000 0.145816 0.364633 0.431124

LNFP 0.504833 0.412557 0.145816 1.000000 0.172780 0.087222

LNJA 0.581114 -0.014016 0.364633 0.172780 1.000000 0.252470

LNLBB 0.374974 -0.032975 0.431124 0.087222 0.252470 1.000000

Lampiran 7 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi omset usaha nasabah

Dependent Variable: LNOUB Method: Least Squares Date: 07/10/14 Time: 06:11 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNLSB 0.446824 0.222916 2.004450 0.0569

LNLU 0.487201 0.195422 2.493065 0.0203

LNLP 1.423845 0.527892 2.697228 0.0129

LNJP -0.934202 0.381402 -2.449388 0.0223

LNAU 0.290899 0.155089 1.875695 0.0734

DU 0.856163 0.444067 1.928003 0.0663

C 14.78455 4.194605 3.524659 0.0018

R-squared 0.548689 Mean dependent var 16.89246

Adjusted R-squared 0.430955 S.D. dependent var 0.984569

S.E. of regression 0.742710 Akaike info criterion 2.443941

Sum squared resid 12.68722 Schwarz criterion 2.770887

Log likelihood -29.65912 Hannan-Quinn criter. 2.548534

F-statistic 4.660431 Durbin-Watson stat 1.900431

Prob(F-statistic) 0.003077

Lampiran 8 Hasil uji normalitas persamaan 2

Lampiran 9 Hasil uji heteroskedastisitas persamaan 2

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.654488 Prob. F(6,23) 0.6864

Obs*R-squared 4.375093 Prob. Chi-Square(6) 0.6261

Scaled explained SS 1.753196 Prob. Chi-Square(6) 0.9409

0 1 2 3 4 5 6 7

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

Series: Residuals Sample 1 30 Observations 30 Mean -4.87e-16 Median -0.138484 Maximum 1.129290 Minimum -1.406527 Std. Dev. 0.661430 Skewness 0.044913 Kurtosis 2.363515 Jarque-Bera 0.516477 Probability 0.772411


(3)

Lampiran 10 Hasil uji autokorelasi persamaan 2

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.981873 Prob. F(2,21) 0.3912

Obs*R-squared 2.565451 Prob. Chi-Square(2) 0.2773

Lampiran 11 Hasil uji multikolinieritas persamaan 2

LNOUB DU LNAU LNJP LNLP LNLSB LNLU

LNOUB 1.000000 0.050728 0.344212 0.165445 0.410953 0.523613 0.268185

DU 0.050728 1.000000 -0.257478 0.264251 -0.226666 -0.015858 0.155442

LNAU 0.344212 -0.257478 1.00000 0.544917 0.228088 0.516945 0.104237

LNJP 0.165445 0.264251 0.544917 1.000000 0.110650 0.539579 0.355607

LNLP 0.410953 -0.226666 0.228088 0.110650 1.000000 0.339358 -0.284455

LNLSB 0.523613 -0.015858 0.516945 0.539579 0.339358 1.000000 0.221851


(4)

Lampiran 13 Output data model persamaan 2

No OUB LU JP AU LP DU LSB LNOUB LNLU LNJP LNAU LNLP LNLSB

1 3E+07 4 5E+06 4E+07 12 0 9E+06 17.2527 1.386294 15.42495 17.37086 2.484907 15.96727

2 4E+07 4 3E+06 3E+06 12 1 5E+06 17.576 1.386294 14.91412 14.91412 2.484907 15.34157

4 5E+06 8 1E+07 2E+07 6 1 5E+06 15.4249 2.079442 16.1181 16.52356 1.791759 15.44475

5 5E+07 8 3E+06 1E+06 9 1 4E+06 17.6642 2.079442 14.91412 14.20077 2.197225 15.2018

6 1E+07 3 2E+06 3E+06 12 0 6E+06 16.2206 1.098612 14.22098 14.91412 2.484907 15.64274

No JP FP JA AU DU LBB LNJP LNFP LNJA LNAU LNLBB

1 5000000 2 365 35000000 0 3041666 15.42495 0.693147 5.899897 17.37086 14.92792

2 3000000 4 100 3000000 1 3680000 14.91412 1.386294 4.60517 14.91412 15.11842

4 1000000 10 300 15000000 1 1500000 16.1181 2.302585 5.703782 16.52356 14.22098

5 3000000 3 100 1470000 1 2600000 14.91412 1.098612 4.60517 14.20077 14.77102

6 1500000 2 300 3000000 0 3954166 14.22098 0.693147 5.703782 14.91412 15.19028

7 2000000 2 300 10000000 1 1500000 14.50866 0.693147 5.703782 16.1181 14.22098

9 4000000 3 180 5000000 1 2100000 15.2018 1.098612 5.192957 15.42495 14.55745

10 1500000 1 100 6500000 0 900000 14.22098 0 4.60517 15.68731 13.71015

13 1000000 2 300 50000000 1 90000000 16.1181 0.693147 5.703782 17.72753 18.31532

14 4000000 10 240 20000000 1 6083333 15.2018 2.302585 5.480639 16.81124 15.62106

15 2000000 2 100 30000000 0 5200000 14.50866 0.693147 4.60517 \17.21671 15.46417

16 5000000 2 300 40000000 0 5000000 15.42495 0.693147 5.703782 17.50439 15.42495

17 9000000 10 300 10000000 1 3000000 16.01274 2.302585 5.703782 16.1181 14.91412

18 2000000 3 100 3000000 1 3000000 14.50866 1.098612 4.60517 14.91412 14.91412

19 2000000 2 100 5000000 1 900000 14.50866 0.693147 4.60517 15.42495 13.71015

20 4000000 2 100 15000000 1 2125000 15.2018 0.693147 4.60517 16.52356 14.56928

22 2000000 2 100 1000000 1 600000 14.50866 0.693147 4.60517 13.81551 13.30468

23 2000000 3 100 1000000 1 3041666 14.50866 1.098612 4.60517 13.81551 14.92792

24 1000000 6 300 50000000 1 4562500 16.1181 1.791759 5.703782 17.72753 15.33338

26 3000000 3 365 18000000 1 2250000 14.91412 1.098612 5.899897 16.70588 14.62644

34 5000000 3 300 2500000 1 300000 15.42495 1.098612 5.703782 14.7318 12.61154

35 2000000 3 100 1000000 1 2250000 14.50866 1.098612 4.60517 13.81551 14.62644

37 5000000 3 365 25000000 1 8250000 15.42495 1.098612 5.899897 17.03439 15.92572

38 5000000 4 300 25000000 1 4500000 15.42495 1.386294 5.703782 17.03439 15.31959

39 3000000 3 100 4000000 1 3000000 14.91412 1.098612 4.60517 15.2018 14.91412

40 3000000 3 100 30000000 1 3000000 14.91412 1.098612 4.60517 17.21671 14.91412

41 5000000 2 365 15000000 1 1800000 15.42495 0.693147 5.899897 16.52356 14.4033

42 4000000 1 365 2000000 1 4562500 15.2018 0 5.899897 14.50866 15.33338

43 4000000 4 365 2000000 1 6843750 15.2018 1.386294 5.899897 14.50866 15.73885

44 3000000 3 365 2000000 1 2100000 14.91412 1.098612 5.899897 14.50866 14.55745

Lampiran 12 Output data model persamaan

1


(5)

7 2E+07 15 2E+06 1E+07 6 1 2E+06 17.0264 2.70805 14.50866 16.1181 1.791759 14.69098

9 8E+06 10 4E+06 5E+06 12 1 3E+06 15.8437 2.302585 15.2018 15.42495 2.484907 14.91412

10 5E+06 3 2E+06 7E+06 6 0 2E+06 15.3416 1.098612 14.22098 15.68731 1.791759 14.22098

13 2E+08 16 1E+07 5E+07 12 1 1E+08 18.8261 2.772589 16.1181 17.72753 2.484907 18.603

14 3E+07 5 4E+06 2E+07 9 1 2E+07 17.2305 1.609438 15.2018 16.81124 2.197225 16.53735

15 5E+07 15 2E+06 3E+07 9 0 7E+06 17.7275 2.70805 14.50866 17.21671 2.197225 15.78959

16 4E+07 8 5E+06 4E+07 12 0 6E+06 17.3709 2.079442 15.42495 17.50439 2.484907 15.60727

17 1E+07 13 9E+06 1E+07 6 1 5E+06 16.2491 2.564949 16.01274 16.1181 1.791759 15.31959

18 2E+07 37 2E+06 3E+06 4 1 4E+06 16.7467 3.610918 14.50866 14.91412 1.386294 15.13727

19 2E+07 2 2E+06 5E+06 12 1 2E+06 16.791 0.693147 14.50866 15.42495 2.484907 14.22098

20 4E+07 6 4E+06 2E+07 6 1 3E+06 17.4399 1.791759 15.2018 16.52356 1.791759 14.92792

22 4E+06 2 2E+06 1E+06 9 1 2E+06 15.0964 0.693147 14.50866 13.81551 2.197225 14.22098

23 2E+07 3 2E+06 1E+06 9 1 4E+06 16.9428 1.098612 14.50866 13.81551 2.197225 15.11024

24 2E+07 9 1E+07 5E+07 9 1 8E+06 16.5374 2.197225 16.1181 17.72753 2.197225 15.84421

26 9E+06 2 3E+06 2E+07 6 1 5E+06 16.0127 0.693147 14.91412 16.70588 1.791759 15.31959

34 6E+06 20 5E+06 3E+06 6 1 3E+06 15.6073 2.995732 15.42495 14.7318 1.791759 14.91412

35 6E+06 4 2E+06 1E+06 6 1 5E+06 15.6073 1.386294 14.50866 13.81551 1.791759 15.31959

37 2E+07 2 5E+06 3E+07 12 1 1E+07 16.9936 0.693147 15.42495 17.03439 2.484907 16.30042

38 2E+07 22 5E+06 3E+07 9 1 9E+06 16.86 3.091042 15.42495 17.03439 2.197225 16.01274

39 4E+07 5 3E+06 4E+06 6 1 5E+06 17.4399 1.609438 \14.91412 15.2018 1.791759 15.31959

40 2E+08 5 3E+06 3E+07 12 1 5E+06 19.0493 1.609438 14.91412 17.21671 2.484907 15.47374

41 5E+07 16 5E+06 2E+07 9 1 3E+06 17.636 2.772589 15.42495 16.52356 2.197225 14.91412

42 4E+07 13 4E+06 2E+06 9 1 5E+06 17.4929 2.564949 15.2018 14.50866 2.197225 15.42869

43 8E+07 20 4E+06 2E+06 9 1 8E+06 18.2421 2.995732 15.2018 14.50866 2.197225 15.84421

44 \2E+07 10 3E+06 2E+06 9 1 3E+06 16.5236 2.302585 14.91412 14.50866 2.197225 14.91412

4


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1992, dari

pasangan Zubeir Nasution dan Siti Chadijah. Pendidikan formal yang pernah

dijalani adalah TK Islam Al-Hasanah, Tangerang pada tahun 1996-1998,

dilanjutkan dengan SD Islam Al-Hasanah, Tangerang pada tahun 1998-2004.

Setelah itu melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 3 Tangerang pada tahun

2004. Pada tahun 2005, penulis pindah ke SMP Negeri 231 Jakarta. Selanjutnya,

ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 13 Jakarta pada tahun 2007-2010. Pada

tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi

Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tingggi Negeri)

Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai staf divisi Cooperation and

External Relationship HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan) masa kepengurusan 2011-2012, staf divisi Eksternal FFI

(Forum For Indonesia) chapter Bogor masa kepengurusan 2011-2012, dan Kepala

Divisi Agriculture and Environment PEMUDA (Perubahan Untukmu Indonesia)

FFI chapter Bogor masa kepengurusan 2013. Penulis aktif ikut berbagai

kepanitian yang diselenggarakan di kampus. Penulis menjadi kepala divisi

publikasi The 9

th

Hipotex-R, kepala divisi humas Grand Launching FFI Bogor,

kepala divisi humas IPB Tennis Competition, dan lain-lain.

Pada tahun 2011, penulis memenangkan Lomba Karya Tulis Ilmiah

(LKTI) tingkat Departemen Ilmu Ekonomi sebagai juara tiga. Selanjutnya pada

tahun 2012, penulis menjadi finalis dalam

Microeconomics Paper

di Universitas

Padjajajaran, Bandung. Selain itu, penulis juga menjadi finalis dalam Lomba

Essay BEM FE UNS, Solo.