MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO)

(1)

SKRIPSI Oleh : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara :

Nama : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011

Judul : MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing,


(4)

iii Judul Skripsi

MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS

PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO) Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 30 Agustus 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Sidang Dewan Munaqasyah Skripsi

Ketua Sidang : Muhammad Zakiy Ishak, S.EI., M.Sc ( ) Pembimbing : Hilman Latief, S.Ag, M.A, Ph.D ( ) Penguji : Mukhlis Rahmanto, Lc., M.A ( )

Yogyakarta, Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,


(5)

iv Nama Mahasiswa : Yasifa Fitriana Nomor Mahasiswa : 20120730011

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Judul Skripsi : Model Pengelolaan Dana Filantropi Islam dalam Lembanga Keuangan Syariah (LKS) (Studi Kasus pada KJKS BMT Marhamah Wonosobo)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 5 September 2016 Yang membuat pernyataan


(6)

v



“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Al-Insyirah [94]: 5)

















”Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum Mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadillah [59]: 13)


(7)

vi

Atas nikmat dan berkah hidup yang tiadatara

Ayahanda, ibunda, kakanda dan adindaku

Nafas cinta dan kasih sayang selalu menyejukkan hati

Dan melebur jiwa yang sombong ini

Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah

Darinya aku belajar makna hidup

Tapak Suci Putera Muhammadiyah


(8)

vii

yang telah memberikan rahmat serta bimbingan-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa melimapahkan kasih sayang kepada umatnya dengan menebarkan nilai-nilai Islam hingga dapat kita rasakan saat ini.

Sebagai penulis dalam pelaksanaan dan menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Drs. Mahli Zainuddin Tago, Dekan Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Syarif As’ad, SEI., MSI, selaku Kepala Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Drs. Moh Mas’udi, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu meluangkan waktu,tenaga dan fikirannya mendengarkan keluh kesah dan memberikan nasihat.

5. Hilman Latief, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan pada penelitian ini.

6. Segenap dosen Fakultas Agama Islam atas ilmu serta motivasi yang diberikan hingga mampu mengantarkan kegerbang akhir.

7. Segenap staaf dan karyawan Fakultas Agama Islam dengan ketulusannya melayani mahasiswa.

8. Ayahanda Akhmad Adnan, ibunda Erna Heriyani, kakanda Fauzan serta adinda Amalina. Kasih sayang yang tercurahkan menjadi kobaran api semangat kebahagian.


(9)

viii jaga diri demi kebersamaan.

11.Teman seperjuangan Ekonomi dan Perbankan Islam (EPI) 2012, khususnya EPI A terimakasih atas pelajaran hidup mengenai arti sebuah ketulusan.

12.Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat FAI UMY, darah perjuangan selalu mengalir darimu.

13.Badan Eksekutif Mahasiswa FAI UMY, senang bisa mengabdi bersama. 14.Kepada seluruh pelatih dan kawan LKPTS angkatan 13 Kota Yogyakarta,

kobaran api semangat berjuang sampai akhir.

15.Segenap staf Baitul Mal BMT Marhamah yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta nasihat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016


(10)

ix HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO PERSEMBAHAN iii iv v vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK

ABSTRAK

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

xi xii xiii xiv xv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian

1 7 7 8 BAB II TINJAUAN DAN KERANGKA TEORI 9

A. Tinjauan Pustaka 9

B. Kerangka Teoritik 12

1. Lembaga Keuangan Syariah 12

2. Baitul Mal Wat Tamwil 3. Zakat, Infak dan Sedekah 4. Pengelolaan Zakat

13 15 22

BAB III METODE PENELITIAN 27

A. Jenis Penelitian B. Objek Penelitian

C. Sumber dan Jenis Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data

27 27 27 28 30


(11)

x 3. Ruang Lingkup Kegiatan

4. Produk-produk di BMT Marhamah

33 35 B. Hasil dan Pembahasan

1. Model Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) a. Penghimpunan

b. Pendistribusian c. Pendampingan 2. Pemberdayaan Ekonomi

40 40 43 54 68 73

BAB IV. PENUTUP 81

A. Kesimpulan 81

B. Saran

C. Keterbatasan

83 84 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xi

Tabel 4.1 Laporan Penghimpunan Dana pada tahun 2015...46 Tabel 4.2 Pembagian dana zakat...57 Tabel 4.2 Laporan Pendistribusian Dana tahun 2015...66


(13)

xii

Gambar 4.2 Pembagian dana zakat pada delapan asnaf...55 Gambar 4.3 Pendistribusian ZIS Baitul Mal BMT Marhamah...58


(14)

xiii Yasifa Fitriana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) serta proses pendistribusiannya untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dengan studi kasus pada BMT Marhamah Wonosobo.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data primer yang didapat langsung dari wawancara dan data sekunder yang berasal dari BMT Marhamah Wonosobo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengelolaan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah adalah penghimpunan menerapkan logika fundrising, pendistribusian dalam bentuk konsumtif dan produktif, pendampingan berupa pelatihan bisnis dan mengontrol perkembangan modal. Program pemberdayaan mampu meningkatkan ekonomi dan membangun mental masyarakat.


(15)

xiv Yasifa Fitriana

ABSTRACT

This research aims to find out the model of managing zakat, infaq, and charity (ZIS) and the distribution process to empower economy done by Sharia Financial Institution through a case study conducted at BMT Marhamah Wonosobo.

This research employs descriptive qualitative method. The data used in this research are primary data obtained directly from interview and secondary data from BMT Marhamah Wonosobo.

The research result show s that the management model done by Baitul Mal BMT Marhamah is through implementing fundrising logic, consumptive and productive distribution, mentoring through business training and controlling capital development. The empowerment program is able to increase economy and

society’s mental.


(16)

xv

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak

dilambangkan Tidak dilambangkan

Bā’ b -

t -

s (dengan titik diatas)

ج

j -

ح

Hā’ h (dengan titik dibawah)

خ

Khā’ kh -

د

Dāl d -

Zāl ż z (dengan titik diatas)

ر

Rā’ r -

Zā’ z -

Sīn s -

Syīn sy -

Sād s (dengan titik dibawah)


(17)

xvi

ع

Aīn

ش

Koma terbalik ke atas

Gaīn g -

ف

Fā’ f -

Qāf q -

Kāf k -

l -

m -

Nūn n -

و

Wāwu w -

Hā’ h -

ء

Hamzah

ش

Apostrof

ي

Yā’ y -

2. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

ةد

Ditulis Muta’addidah


(18)

xvii

ح

ditulis ḥikmah

ي ج

ditulis jiyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila ta’ Marbūṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

ء ي وأ

ك

ditulis Karā ah al-auliyā’

c. Bila ta’ Marbūṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t

ة ك

ditulis Zakāt al-fịtr

4. Vokal Pendek

َ

---

faṭhạh ditulis a

َ

---

Kasrah ditulis i

َ


(19)

xviii

2

faṭhạh +

ي ت

ya’ mati ditulis tansā ā

3

kasrah

ي ك

+ ya’ ati ditulis karīm ī

4

ḍammah + wawu mati

ضو ف

ditulis furūd ū

6. Vokal Rangkap

1

faṭhạh+ ya’ mati

يب

ditulis ai

bainakum

2

faṭhạh +wawu mati

ق

ditulis au

qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

أأ

ditulis a’a tu

عأ

ditulis u’iddat

ت ش

ditulis la’in syakartum

8. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qamariyah

ditulis al –Qur’ān


(20)

xix

ء

ditulis as –Sa ā’

ditulis asy- Syams

9. Penulisan kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ضو و

ditulis zawi al-furūḍ


(21)

(22)

(23)

Yasifa Fitriana ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) serta proses pendistribusiannya untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dengan studi kasus pada BMT Marhamah Wonosobo.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data primer yang didapat langsung dari wawancara dan data sekunder yang berasal dari BMT Marhamah Wonosobo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengelolaan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah adalah penghimpunan menerapkan logika fundrising, pendistribusian dalam bentuk konsumtif dan produktif, pendampingan berupa pelatihan bisnis dan mengontrol perkembangan modal. Program pemberdayaan mampu meningkatkan ekonomi dan membangun mental masyarakat.


(24)

Yasifa Fitriana ABSTRACT

This research aims to find out the model of managing zakat, infaq, and charity (ZIS) and the distribution process to empower economy done by Sharia Financial Institution through a case study conducted at BMT Marhamah Wonosobo.

This research employs descriptive qualitative method. The data used in this research are primary data obtained directly from interview and secondary data from BMT Marhamah Wonosobo.

The research result show s that the management model done by Baitul Mal BMT Marhamah is through implementing fundrising logic, consumptive and productive distribution, mentoring through business training and controlling capital development. The empowerment program is able to increase economy and

society’s mental.


(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1990an dan berkembang semakin pesat pada tahun 2000an ditandai dengan munculnya bank syariah. Lembaga keuangan syariah semakin berkembang dengan bantuan sejumlah masyarakat yang mulai tertarik dan bergabung ke dalam lembaga keuangan yang berbasis syariah.

Sejarah Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia sendiri tidak dapat lepas dari undang-undang yang dibuat oleh pemerintah No.7 Tahun 1992. Undang-undang ini dianggap sebagai payung hukum bagi lahirnya lembaga keuangan syariah. Undang-undang ini menyebutkan kemungkinan berdirinya sebuah bank dengan sistem bagi hasil. Undang-undang ini lalu menjadi dasar lahirnya Bank Muamalat Indonesia. Undang-undang ini kemudian disempurnakan dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang. Perbankan yang memungkinkan beroperasinya dual banking system dalam sistem perbankan nasional. Akibatnya, sejumlah bank konvensional di Indonesia membuka divisi syariah dalam sistem pelayanan mereka kepada para nasabah. Pada tahun 2005 telah berdiri 3 Bank Umum Syariah (BUS) seperti: Bank Muamalat Indonesia


(26)

(BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).

Lembaga keuangan syariah mempunyai dua peran yaitu sebagai badan usaha dan badan sosial. Sebagai badan usaha lembaga keuangan syariah berfungsi sebagai manajer investasi, investor, dan jasa layanan. Sebagai badan sosial lembaga keuangan syariah berfungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (Soemitra, 2009: 39–40). Perkembangan lembaga keuangan yang semakin pesat menjadikan tidak hanya Bank Syariah saja yang berada di dalamnya, ada lembaga keuangan yang telah didirikan dan berbadan hukum misalnya, koperasi syariah, perkreditan rakyat syariah, baitul mal wa tamwil dan lain-lain.

Baitul Mal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan syariah yang tidak termasuk dalam kategori bank syariah dan non bank syariah. BMT didirikan sebagai sebuah perwujudan kegiatan ekonomi umat yang menjunjug tinggi nilai-nilai ta’awun (tolong menolong) dan kekeluargaan sebagaimana koperasi. Dan dalam melaksanakan operasionalnya, BMT berlandaskan syariat Islam. BMT lahir dari masyarakat dalam wadah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang sepakat dan bersama-sama mendirikan BMT (Rododi dan Hamid, 2008: 4). Baitul Mal wat Tamwil (BMT) itu sendiri memiliki kesamaan misi dengan pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.


(27)

Baitul Mal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang memiliki kegiatan utama yaitu kegiatan sosial dan kegiatan bisnis. Kegiatan sosial BMT memiliki kesamaan fungsi dengan badan atau lembaga amil zakat yang melakukan kegiatan penerima dan mengumpulkan zakat, infak dan sedekah dan bantuan sosial lainnya, untuk didistribusikan kepada yang berhak menerima atau kepada pihak-pihak yang sangat membutuhkan (Supadie, 2013: 24). Melihat fungsi dari BMT itu sendiri tidak mungkin bahwa BMT tidak memiliki peran dalam perubahan ekonomi rakyat berbasis syariah.

Di Indonesia lembaga pengelola dana filantropi yang secara legal diakui oleh pemerintah adalah BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat), BAZ adalah lembaga pengelola dana filantropi yang dibentuk oleh pemerintah, LAZ adalah lembaga pengelola dana fintropi yang dibentuk oleh swasta dan mendaptkan izin dari pemerintah. Salah satu LAZ yang konsinten dalam mengelola dana filantropi adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Filnatropi bisa bermakna sumbangan sosial berarti secara tidak langsung dana filantropi sendiri berasal dari dana seumbangan sosial yang biasanya berupa zakat, infak dan sedekah (ZIS) Nasrullah (2015: 3-5).

Zakat merupakan lembaga ekonomi umat Islam yang sudah ada sejak permulaan Islam, karena merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Dalam salah satu hadis Rasululah SAW pernah menyampaikan sabda bahwa Islam dibangun atas lima rukun yaitu : syahadat, tiada


(28)

Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW utusan Allah, menegakkan sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan saum ramdhan. Hadis ini sangat jelas menyatakan bahwa pondasi Islam yang ketiga adalah zakat. Dengan demikian zakat selalu tampil sepanjang waktu bukan saja di era klasik namun juga di era kontenporer. Bahkan dari waktu ke waktu terus berkembang selaras perkembangan masyarakat. perkembangan zakat bukan hanya menyangkut substansi obyek zakat (harta yang wajib dikeluarkan zakat) melainkan juga menajemen pengelolaannya (Supadie, 2013: 37). Infak dan sedekah meskipun hukumnya sunnah juga termasuk bagian terpenting untuk membantu pemberdayaan masyarakat kita.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Marhamah Wonosobo yang beralamat di Jl.Tumenggung Jogonegoro Km.0,5 Wonosobo 56311 merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki kredibilitas yang cukup baik sebagai BMT, berdiri pada tanggal 16 Oktober 1995. Walaupun modal awal hanya sebatas Rp. 875.00,00 namun dengan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh, modal serta aset dapat berkembang dengan baik. Begitu pula dengan manajemen yang cukup baik BMT Marhamah mampu bersaing dengan baik dengan BMT lain pada umumnya. Sebagaimana umumnya sebuah BMT, BMT Marhamah memiliki ruang lingkup serta fungsi yang sama seperti layaknya BMT pada umumnya salah satunya adalah baitul mal (rumah harta).


(29)

BMT Marhamah menduduki peringkat ke dua di tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagai baitul mal yang cukup aktif dalam kegiatan sosialnya. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh BMT Marhamah sehingga banyak muzzaki yang berzakat yakni dengan keragaman program yang dimiliki oleh BMT Marhamah dalam mengelola dana zakat, infak dan sedekah itu sendiri. Beberapa program atau kegiatan sosial BMT Marhamah, diantaranya :

a. Menghimpun zakat, infak dan sedekah, wakaf, hibah dan dana-dana sosial lainnya.

b. Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai dengan amanah.

c. Mengelola usaha tersebut secara profesional sehingga memberi manfaat yang optimal kepada mustahik dan menjadi modal dakwah Islam.

d. Program-program sosial lainnya.

Berkembangnya baitul mal pada BMT Marhamah membawa kepercayaan bagi para muzakki untuk menyalurkan dananya yang akan dikelola oleh pihak baitul mal. Sasaran dari baitul mal sendiri yakni kaum-kaum dhuafa yang berada di daerah Wonosobo. Pengelolaan yang dilakukan baitul mal sendiri sangat diperhatikan baik dari segi penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pendampingan. Berikut adalah data perolelahan dana zakat, infak, sedekah BMT Marhamah dari tahun 2011- 2015.


(30)

Tabel 1.1 Data perolehan ZIS BMT Marhamah Wonosobo

2011 2012 2013 2014 2015

Zakat 259.371.000 332.294.000 473.109.000 631.058.000 559.779.352 Infak 13.231.000 95.551.000 79.765.000 55.810.000 42.542.780 Rescue 2.757.000 4.005.000 18.497.000 67.132.000 7.448.000 B. Umat 252.000 2.175.000 8.037.000 14.919.000 13.343.000 L. Kesehatan 2.982.000 6.640.000 2.447.000 884.000 10.123.000 Beastudi 4.802.000 35.458.000 28.347.000 43.719.000 77.460.050 Ambulan 45.528.000 54.185.000 54.198.000 88.140.000 58.824.800 M. Dai 252.000 390.000 447.000 2.174.000 2.323.000 W. Quran 252.000 390.000 447.000 1.015.000 473.000 W. Uang 34.737.000 5.720.000 5.149.000 9.414.000 67.170.608 GSPR 77.092.000 107.918.000 141.609.000 154.445.000 181.573.000 Pemberdayaan 30.024.000 34.000.000 156.400.000 131.274.000 93.250.000 Kurban 172.682.000 214.586.000 376.995.000 429.467.000 707.562.000

Asset 643.968.000 893.318.000 1.345.455.000 1.629.457.000 1.821.872.590

Melihat hasil perolehan dana dari zakat, infak dan sedekah BMT Marhamah yang cukup besar, terbukti dengan jumalah perolehan pada tahun 2015 yang telah menyentuh angka Rp. 1.821.872.590. Perolehan dana tersebut yang menjadikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem yang digunakan oleh BMT Marhamah untuk menarik minat muzakki hingga memperoleh dana mencapai nominal yang cukup besar bagi sebuah BMT. Serta bagaimana BMT Marhamah mendistribukan dana zakat, infak dan sedekah tersebut kepada kaum dhuafa yang membutuhkan, apakah dengan dana yang cukup besar sudah mampu membantu meningkatkan kegiatan ekonominya.

Dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menulis judul

”MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS)” studi kasus pada KJKS BMT Marhamah Wonosobo. Peneliti meneliti bagaimana pengelolaan


(31)

dana ZIS yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah terutama di BMT. Pengelolaan yang dilakukan memiliki beberapa proses yakni dari penghimpunan dana dari para muzakki, pendistribusian dana kepada kaum dhuafa, pendayagunaan dana yang diberikan kepada kaum dhuafa dan pendampingan bagi kaum dhuafa yang menerima dana ZIS yang digunakan untuk modal usaha atau usaha mikro. Kemudian diteliti juga hubungan lembaga keuangan syariah terutama BMT (baitul mal) dengan lembaga filantropi lainnya yang sama-sama mengelola dana ZIS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana model pengelolaan ZIS dalam BMT Marhamah ?

2. Bagaimana BMT Marhamah mendistribusikan ZIS untuk permberdayaan ekonomi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditetapkan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui model pengelolaan ZIS dalam LKS

2. Untuk mengetahui BMT Marhamah dalam pendistribusian ZIS untuk permberdayaan ekonomi


(32)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan memperkaya hasil penelitia yang telah ada dan memberikan gambaran mengenai pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada pihak yang memiliki keterkaitan khususnya lembaga yang menangani proses pengelolan dana zakat, infak dan sedekah agar mampu menciptakan sistem pengelolaan dana zakat dan infak sedekah yang baik


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjuan pustaka ini berguna untuk menunjang keaslian dari penelitian ini, maka peneliti berusaha meninjau kembali beberapa penelitian yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti. Peneliti kemudian mencari dan menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan zakat, infak dan sedekah.

1. Jurnal Sarah Anabarja, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan Syarifah Ajeng, Bank Muamalah (2015) yang berjudul Potensi Filantropi Islam Dalam Penguatan Perekonomian Negara Berkembang : Kasus Indonesia. Di dalam jurnal tersebut membahas filantropi berbasis syariah Islam yang telah dilaksanakan bersamaan sejak awal masuknya Islam di Indonesia. Dalam perkembangannya pengelolaan dana ZIS yang kemudian banyak disebut sebagai filantopi Islam telah mengalami perkembangan. Hasil yang didapat dengan perubahan tata kelola lembaga pengelola zakat mampu membawa pengaruh terhadap tingkat kepercayaan muzakki. Meningkatnya kepercayaan muzakki terhadap lembaga pengelola zakat secara otomatis mengingkatkan pula pendapatan ZIS dari besarnya potensi dana amal di Indonesia. Potensi zakat sebagai salah


(34)

satu bentuk filantropi Islam bagi pengembangan ekonomi masyarakat, utamanya di negara sedang berkembang seperti Indonesia dapat berjalan maksimal.

2. Jurnal Jasafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (2015) yang berjudul Manajemen Pengelolaan Zakat, Infak, Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar. Hasil penelitian yang didapatkan terdapat tiga kata kunci yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Pertama, aspek kelembagaan dilihat dari visi dan misi, struktur organisasi, legalitas kelembagaan serta strategi untuk program kerja yang diakan dilaksanakan. Kedua, aspek sumber daya manusia (SDM), SDM ini merupakan aset yang paling penting karena pemilihan daripada amil zakat itu sendiri akan berpengaruh kepada perubahan yang terjadi. Ketiga, aspek sistem pengelolaan harus sesuai dengan prosedur dan aturan yang jelas. Di dalam jurnal tersebut juga merangkan jika zakat, infak dan sedekah dikelola dengan baik , baik dari penghimpunan maupun pendistribusiannya dengan menerakan fungsi-fungsi manajemen yang baik akan dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat. Fungsi yang digunakan dalam pengelolaannya adalah fungsi manajemen modern. Serta perlunya pengelola zakat (amil) yang amanah, jujur, dan profesional.

3. Skripsi Helmy Husniadhini Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014, yang berjudul Pengelolaan Zakat Infak Shadaqah (ZIS) untuk Pemberdayaan


(35)

Ekonomi Umat (Studi Kasus Pengelolaan ZIS di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyebutkan terdapat dua manfaat yang dihasilkan dari dana pengelolaan zakat, infak dan sedekah yaitu pemanfaatan yang bersifat konsumtif (bantuan rutin bulanan, bantuan pendidikan, bingkisan ramadhan, bingkisan lebaran,

bantuan pengobatan, bantuan majelis ta’lim, bantuan tempat ibadah dan bantuan perumahan) dan pemanfaatan yang bersifat produktif (pengembangan ternak, budidaya ikan, usaha kecil dan usaha warung kelontong). Hasil yang di dapat pemanfaatan ZIS belum mampu merubah ksejahteraan masyarakat dikarenakan sebagaian besar bantuan yang diberikan kepada masyarakat berupa bantuan yang bersifat konsumtif sedangkan bantuan yang bersifat produktif yakni bantuan modal usaha dari dana ZIS masih sangat kecil.

4. Skripsi Amanata Shofa Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2013, yang berjudul Peran Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Al-Hikmah Mlonggo dalam Mengoptimalkan Zakat, Infak, Sedekah (ZIS). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai lapangan. Hasil penelitian tersebut dalam proses penghimpunan masih kurang pengalaman sehingga bekerja sama dengan lembaga zakat lain FKAM (Forum Komunikasi Aktifis Masjid) dan beberapa lembaga


(36)

pemerintah lainnya. Peran yang dilakukan hanya sebatas pada memaksimalkan potensi hasil zakat, infak dan sedekah dalam bentuk konsumtif sedangkan dalam bentuk produktif belum mampu dilakukan dengan baik. Maka dampak optimalisasi yang dilakukan masih kurang namun bersifat positif bagi masyarakat dan memberikan manfaat.

Penelitian yang akan peneliti lakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dari beberapa penelitian tersebut pada dasarnya mengungkapkan tujuan yang sama yakni mengupayakan pengelolaan zakat, infak dan sedekah yang maksimal serta upaya dalam penyaluran dana agar dapat membantu masyarakat dari sisi ekonomi. Namun terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni penelitian ini terfokus pada model sistem pengelolaan ZIS yang digunakan oleh BMT Marhamah dalam pendistribusian untuk pemberdayaan ekonomi serta dampak yang dihasilkan untuk dikaitkan dengan program penguatan ekonomi.

B. Kerangka Teoritik

1. Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga Keuangan Syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institut yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun non-financial assets atau aset riil berdasarkan konsep syariah (Rododi dan Hamid, 2008 : 5).


(37)

Menurut undang-undang tentang perbankan syariah di Indonesia bahwa lembaga keuangan syariah merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah.

2. Baitul Maal Wat Tamwil a. Pengertian BMT

Menurut Andri Soemitra (2009: 451) BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu :

1) Baitul tanwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

2) Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Pengertian BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan konsep baitul mal wat tamwil. Kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi


(38)

dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha makro dan kecil, antara lain mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan kegiatan ekonominya (Rododi dan Hamid, 2008 : 60).

b. Fungsi dan Peran BMT

Fungsi BMT, pertama, mengidentifikasi, memobiliasasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat (Puskoma) dan kerjanya. Kedua, mempertinggi kualitas SDM anggota dan Puskoma menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global. Ketiga, menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota (Soemitra, 2009: 453).

Adapun fungsi BMT di masyarakat, adalah (Huda dan Heykal, 2010 : 364) :

1) Meningkatlan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih profesional dalam menghadapi tantangan global.

2) Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal. 3) Mengembangkan kesempatan kerja.


(39)

4) Meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk anggota serta lembaga-lembaga ekonomi dan sosial.

3. Zakat, Infak, Sedekah a. Zakat

1) Pengertian Zakat

Zakat berasal dari kata az-zakah, dari segi bahasa merupakan kata dasar (masdar) dari kata zaka yang berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Sedangkan menurut istilah fikih adalah menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak menerimannya (Qardawi, 2004: 34).

Zakat adalah salah satu tiang ajaran Islam yang amat penting. Dengan zakat maka wajah kemasyarakatan dari ajaran Islam menjadi nyata. Sedangkan tanpa zakat, agama Islam hanya menjadi tidak sempurna (Pedoman Zakat: 21). Kata zakat secara bahasa berarti suci, berkembang dan barakah. Menurut istilah Fiqh Islam, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya, dengan aturan-aturan yang telah ditentukan di dalam syara’ (Anshori, 2006: 11-12).


(40)

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan secara jelas berbagai ayat tentang zakat dan shalat berjumlah 82 ayat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai perlambangan keseluruhan ajaran Islam dan juga dijadikan satu kesatuan. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan dengan Allah SWT sedangkan zakat melambangkan hubungan sesama manusia. Dalam surat al-Bayyinah ayat 5 menjelaskan mengenai zakat (Huda dan Heykal, 2010 : 293-294).

                                

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Ayat tersebut menjelaskan tentang zakat , pertama zakat adalah predikat untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dan prinsip harta milik dalam ajaran Islam, yakni berupa haqqullah atau harta milik Allah yang dititipkan kepada manusia dalam pemerataan kekayaan. Ketiga, zakat merupakan ibadah yang tidak berkaitan dengan dimensi ketuhanan (ghairu mahdhah), tetapi mencakup dimensi sosial-kemanusiaan.


(41)

Zakat merupakan al-‘ibadah al-maaliyah al-ijtimaa’iyah (ibadah di bidang harta yang memiliki nilai sosial). Nilai sosial dalam ibadah zakat begitu kental sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan sekelompok orang yang bertugas untuk mengelola aspek dari zakat itu sendiri. Zakat yang terus berkembang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi muzakki dan sisi mustahiq. Pertama, sisi muzakki, Allah menjanjikan siapa saja yang mau mengeluarkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, infak dan sedekah yang akan diberi ganjaran tidak hanya di akhirat tetapi juga di dunia dibuktikan dengan tidak pernah ada seseorang yang jatuh misin ketika seseorang membayar zakat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 261 :

                                       

Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Kedua, sisi mustahiq, dengan zakat yang diberikan secara terprogram bagi mustahiq, akan dapat mengembangkan harta yang dimilikinya, bahkan akan mampu mengubah kondisi seseorang yang asalnya mustahiq menjadi muzakki (Ridwan, 2013: 139-142) .


(42)

2) Golongan yang berhak menerima zakat

Golongan yang berhak menerima zakat sudah di atur dalam syariat Islam, yakni terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat. Syariat Islam yang bersifat universal yang artinya ketentuan-ketentuannya bersifat umum, serta dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Adapun pembahasan mengenai delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat dijelaskan dan diatur dalam surat At-Taubah ayat 60 , sebagai berikut (Pedoman Zakat 9 seri 2002: 248-249) :                               

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

a) Fakir, yaitu yang btidak berharta dan tidak mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedang orang yang meananggungnya (menjamin) tidak ada.

b) Miskin, yaitu orang-orang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil usaha itu belum dapay mencukupi kebutuhannya, dan orang yang menanggung (menjamin) juga tidak ada.

c) Amil, yaitu orang atau panitia/organisasi yang mengurusi zakat baik mengumpulkan, membagi atau mengelola.


(43)

d) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya, karena baru memeluk agama Islam tetapi masih lemah 9ragu-ragu) kemauannya itu.

e) Riqab (hambasahaya) yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh majikannya dengan jaln menebus dengan uang.

f) Gharim, yaitu orang mempunyai hutang karena suatu kepentingan yang bukan maksiat dan tidak mampu untuk melunasinya.

g) Sabilillah, yaitu usaha-usaha yang tujuannya untuk meeninggikan syiar agama Islam seperti membela/mempertahankan agama, mendirikan tempat ibadat, pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan lainnya.

h) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam bepergian dengan maksud baik.

3) Macam-macam Zakat

Secara umum, zakat terbagi pada dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (Ridwan, 2013: 151-180).

a) Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan satu kali dalam setahun oleh setiap muslim mukallaf (orang yang dibebani kewajiban oleh Allah) untuk dirinya sendiri dan untuk setiap jiwa yang menjadi tanggungannya. Jumlahnya sebanyak satu sha’ (1.k 3,5 liter/2,5 kg) per jiwa, yang disitribusikan pada tanggal 1 Syawal setelah shalat Shubuh sebelum shalat Idul Fitri.

b) Zakat Mal

Zakat mal atau zakat harta benda yang telah diwajibkan oleh Allah SWT, sejak permulaan Islam sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Zakat mal terdiri atas beberapa macam, yaitu zakat emas, perak dan uang. Nishab emas dan sebesar 20 dinar (90 gram) dan nishab perak sebesar 200 dirham (600 gram), sedangkan adar zakatnya sebanyak 2,5%. Zakat emas dikeluarkan jika sudah mencapai haul (setahun sekali).


(44)

Sedangkan zakat uang menurut pendapat ulama Hanafiyah dan Malikiyah, zakat uang merupakan zakat emas dan perak karena uang pada zaman rasul terbuat dari emas dan perak. Jika di Indonesia memberlakukan uang kertas dan logam dalam jumlah tertentu tetap dianggap senilai dengan uang emas dan perak sehingga kewajiban

zakat tetap berlaku. Menurut ulam Syafi’iyah, tidak wajib

zakat karena uag kertas adalah hawalah (tanda penukaran) yang tidak sahih, karena tidak ada ijab dan qabul, kecuali telah ditukar dengan emas dan perak.

b. Infak

Infak berasal dari kata nafaqa, yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan isi, menghabiskan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja. Infak adalah mengeluarkan harta tertentu untuk dipergunakan bagi suatu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah SWT diluar daripada zakat. Prioritas infak sendiri bertumpu kepada pos fii sabilillah (Ridwan, 2013: 143) .

Infak dari kata al-infaq (Arab) artinya membelanjakan. Dalam al-Qur’an kata infaq hanya disebut sekali, yaitu dalam surat al-Isra ayat 100. Akan tetapi kata lain yang seakar dengan kata tersebut, seperti anfawa, yunfiqu dan nafaqatan disebut sebanyak 73 kali adapun surat al-Isra’ ayat 100 dan terjemahannya dikutip berikut :

                   


(45)

Artinya : Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir.

Dalam pandangan Islam orang yang berinfak akan memperoleh keberuntungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang berinfak dijamin tidak akan pernah jatuh miskin, melainkan rezekinya akan bertambah dan mengalir dan jalan usahannya semakin berkembang. Dalam kajian fikih infak dibedakan dari zakat maupun sedekah (Supadie, 2013: 48).

c. Sedekah

Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu, yang berarti orang yang banyak benarnya dalam perkataan, diungkapkan bagi orang yang sama sekali tidak pernah berdusta. Shadaqah adalah bukti bahwa seseorang memiliki kebenaran iman dan membenarkan adanya hari Kiamat. Oleh karena itu Rasulullah bersabda , artinya Shadaqah itu adalah bukti. Secara umum, kebaikan seseorang dalam bentuk memberikan sebagaian harta yang dimilikinya kepada orang lain disebut shadaqah (Ridwan, 2013: 138-139).

Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, sebagai suatu kebajikan yang mengharap rida Allah SWT dan pahala semata. Dalam istilah fikih disebut sadaqah al-tatawwu’ (sedekah secara spontan


(46)

dan sukarela). Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk memberikan sedekah, antara lain dalam surat an-Nisa’ ayat 114 (Supadie, 2013: 48-49).

                                      

Artinya : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

4. Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat di Indonesia diatur dalam Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7, yang menyatakan bahwa Lembaga Pengelola Zakat (LAZIS) terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZIS) didirikan oleh swasta. Lembaga Pengelola Zakat belum bisa menjaring ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) secara optimal dari para muzakki, karena kurangnya kepercayaan muzakki terhadap LAZIS yang ada. Selain kurangnya kepercayaan, tidak adanya transparansi dana pengelolaan zakat dan rendahnya profesionalitas adalah alasan muzakki enggan menggunakan lembaga sebagai penyalur zakatnya. Oleh karena itu, akuntabilitas, transparansi, dan corporate culture merupakan tiga hal


(47)

pokok yang menentukan citra lembaga zakat yang amanah dan profesional (Sarah Anabarja dan Syarifah Ajeng, 2015).

Pengelolaan zakat dilakukan dengan sistem kerja dan profesional sebagaimana pengelolaan manajemen perusahaan. Namun, sesuai dengan aturan kaidah hukum syariah. Ada empat bidang yang harus dimiliki oleh lembaga zakat, yaitu (Ridwan, 2013: 126-127) :

a. Manajemen Penghimpunan (Fundraising Management)

1) Membuat media sosialisasi dan promosi sendiri yang lebih baik dan berkualitas.

2) Melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik (koran, radio, televisi).

3) Mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan donatur dengan berbagai bentuk (silaturahmi, jemput zakat, konsultasi zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF), layanan ceramah keagamaan, dan lain-lain).

4) Memanfaatkan teknologi canggih untuk meraih donasi (SMS infak, infak via ATM, website, dan lain-lain).

5) Menambah jumlah kotak infak. b. Manajemen Amil (Amil Management)

1) Menyusun sistem manajemen dan standar operasional prosedur (SOP) yang lengkap dan menjalankannya secara konsisten.


(48)

2) Membangun sistem manajemen berbasis kinerja yang mendorong peningkatan produktivitas kinerja dan pelayanan keumatan.

3) Meningkatkan performa lembaga dan kinerja amilin sesuai dengan indikator-indikator profesionalisme.

4) Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan berbagai pelatihan.

5) Menyelenggarakan fit and propper test bagi calon amil yang akan bekerja.

6) Mencari kemungkinan mendapatkan dana khusus di luar jatah amilin untuk menunjang kesejahteraan amilin.

7) Menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas program.

c. Manajemen Keuangan dan Akutansi (Finance and Accounting Management)

1) Membuat sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan.

2) Menerbitkan laporan keuangan dan analisis keuangan secara periodik dan tepat waktu.

3) Menyosialisasikan laporan keuangan melalui berbagai media yang mudah diakses publik.

4) Melakukan pengarsipan dokumen-dokumen keuangan secara tertib dan rapi.


(49)

5) Melakukan upaya-upaya untuk meraih tingkat amanah dan transparan dalam hal akuntasi, akuntabilitas, dan aksesibilitas pengelolaan dana.

d. Manajemen Pendayagunaan (Empowering Management)

1) Menyelenggarakan program layanan mustahik untuk membantu mereka yang membutuhkan secara konsumtif (tradisional dan inovatif) dan secara produktif (tradisional dan inovatif).

2) Menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk membuat program unggulan di bidang pendidikan dan dakwah.

3) Menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk membuat program ungulan di bidang ekonomi.

Zakat sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan dan dalam pengelolaan zakat perlu menerapkan prinsip profit an loss sharing (PLS) secara baku untuk semua kegiatan perekonomian. Sistem PLS mempunyai tanggung jawab yang adil dan proposional dala berbagai keuntungan, sehingga cara bagi hasil adalah cara yang terbaik. Sistem ini juga menjamin sinerginya pergerakan uang dengan pembangunan ekonomi secara nyata. Dalam kaitan prinsip PLS ini menarik bagi perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS), yang menunjukkan tren yang menggembirakan, meskipun masih sangat kecil dan sedikit marked sharenya, jika dibandigkan dengan lembaga keuangan konvensional (LKK). Salah satu perbedaan mendasar LKS


(50)

dan LKK adalah terletak pada mekanisme pembagian keuntungan (return). Pada LKK berdasarkan sistem bunga (fixed return), sedangkan LKS pada profit loss an sharing. Sejauh ini perbankan syariah menunjukkan kinerja yang cukup baik (Saefuddin, 2011: 99-110).


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan metode deskripsi, metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian.

B. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitian adalah Pengurus Baitul Maal KJKS BMT Marhamah Wonosobo yang beralamat di Jl. Tumenggung Jogonegoro Km.0,5 Wonosobo 56311 Telp. (0286) 3320722, 321556 Fax.(0286) 324716 . Adapun subjek penelitian ini adalah kaum dhuafa yang menerima dana bantuan ZIS dari KJKS BMT Marhamah Wonosobo.

C. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan dua jenis data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dengan interview atau wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan pada


(52)

pengurus baitul mal KJKS BMT Marhamah dan kaum dhuafa penerima dana ZIS dari KJKS BMT Marhamah.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen perolehan dana ZIS dari KJKS BMT Marhamah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Observasi

Jenis obeservasi yang digunakan adalaha obeservasi terus terang atau tersamar, yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam obeservasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan ijinkan untuk melakukan observasi (Sugiono, 2010: 407).

Metode yang digunakan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai cara atau proses daripada pengelolaan dana ZIS pada BMT Marhamah.


(53)

2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan de-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara eliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiono, 2010: 413).

Metode yang digunakan ini yakni peneliti melakukan tanya jawab atau wawancara kepada informan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berkaitan tentang pegelolaan ZIS baik dari penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pendampingan yang dilakukan oleh KJKS BMT Marhamah.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatat harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan


(54)

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2010 : 422).

Metode yang digunakan ini yakni peneliti memanfaatkan dokumen dalam bentuk gambar (foto) yang bertujuan untuk mendapatkan dokumen-dokumen terkait proses pegelolaan dana ZIS di BMT Marhamah.

E. Teknik Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan analisi data yang berguna bagi peneliti dalam mempermudah menemukan jawaban atas permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis deskriptif yaitu menganalisis data yang diterima dari BMT Marhamah serta mencoba mendeskripsikan gagasan yang diperoleh dari wawancara ataupun observasi yang dilakulakan kepada kaum dhuafa penerima dana ZIS.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KJKS BMT Marhamah Wonosobo 1. Sejarah Berdirinya

Gagasan untuk mendirikan BMT muncul setelah mengikuti Pelatihan Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah yang diselenggarakan pada bulan April 1995 oleh BMT Tamzis. Gagasan ini kemudian lebih dipertegas lagi setelah mengikuti Pelatihan Nasional Katalis BMT pada tanggal 22-24 Juli 1997 di Pusat Pelatihan Koperasi Jakarta yang diselenggarakan Oleh P3UK dan Dep. PELMAS ICMI Pusat. Tujuan utamanya, selain berupaya menerapkan

Sistem Ekonomi Syari’ah adalah membuka kesempatan usaha mandiri

serta menggali dan mengembangkan potensi daerah.

Berbekal hasil pelatihan tersebut maka dibentuklah sebuah tim

“Persiapan Pendirian BMT” guna mempersiapkan segala sesuatunya. Hal utama yang dilakukan oleh tim ini, disamping melakukan pendekatan dan konsultasi dengan tokoh masyarakat, pengusaha dan berbagai organisasi atau instansi terkait, adalah dengan melakukan studi banding dan magang di BMT yang telah beroperasi, antara lain di BMT Tamzis Kertek, BMT Saudara Magelang, BMT Ulul Albab Solo, dan lain-lain.


(56)

Pada tanggal 1 Oktober 1995, tim tersebut berhasil menyelenggarakan rapat pembentukan BMT. Sesuai dengan amanat hasil rapat tersebut, maka pada panggal 16 Oktober 1995, sebuah lembaga keuangan syariah yang kemudian lebih dikenal dengan nama BMT Marhamah mulai beroperasi. Walaupun modal yang terhimpun pada waktu itu masih sangat minim, yakni hanya Rp. 875.000,- namun dengan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh, modal atau aset tersebut dapat terus ditingkatkan.

Dengan penuh komitmen dan perjuangan yang tak kenal lelah, sekalipun pada 6 bulan awal tanpa digaji, 5 (lima) orang sarjana pengangguran yang merintis lembaga ini dapat menunjukkan kinerja luar biasa yang hingga sekarang telah menorehkan prestasi yang membanggakan. Dalam rangka pengembangan jaringan, KJKS BMT Marhamah juga telah melakukan kerjasama dengan berbagai instansi atau organisasi terkait, diantaranya Dinas Perdagangan dan Kopersai, unit PUKK PT. Taspen, PT. PNM, BSM Yogyakarta, BTN Syariah Yogyakarta, BNI Syariah Yogyakarta, Dhompet Dhuafa (DD) Republika Dan Asosiasi BMT Tingkat Lokal, Regional maupun Nasional. Saat ini KJKS BMT Marhamah telah mempekerjakan 103 Orang Karyawan dengan 16 Kantor Cabang Pembantu dan 3 Kantor diantaranya sudah berstatus milik sendiri.


(57)

2. Visi dan Misi Visi :

Terbangunnya keluarga sakinah, yang maju secara ekonomi dengan pengelolaan keuangan secara syariah.

Misi :

a. Memfasilitasi berbagai kegiatan yang mendorong terwujudnya keluarga sakinah.

b. Meningkatkan kualitas perekonomian keluarga sakinah dengan bertransaksi secara sakinah.

c. Memfasilitasi pengembangan ekonomi mikro berbasis keluarga sakinah melalui pembiayaan modal kerja dan investasi.

d. Menyusun dan elakukan program pemberdayaan ekonomi dan sosial secara integral dan komprehensif terwujudnya keluarga sakinah.

3. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan bisnis, diantaranya :

a. Menghimpun dana-dana komersial berupa simpanan/tabungan maupun sumber dana lain yang sah dan halal.

b. Memberikan pembiayaan kepada anggotanya sesuai dengan penilaian kelayakan usahanya.

c. Mengelola usaha tersebut secara profesional sehingga menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan.


(58)

Kegiatan sosial, diantaranya :

a. Menghimpun zakat, infak dan sedekah, wakaf, hibah dan dana-dana sosial lainnya.

b. Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai dengan amanah.

c. Mengelola usaha tersebut secara profesional sehingga memberi manfaat yang optimal kepada mustahik dan menjadi modal dakwah Islam.

d. Program-program sosial, diantaranya : 1) Gebyar paket ramadhan

Pemberian paket sembako kepada fakir miskin pada bulan ramadhan.

2) THK (tebar hewan kurban)

Penyaluran hewan kurban ke pelosok-pelosok desa yang belum terdapat hewan kurban pada Idul Adha.

3) Beasiswa

Beasiswa pendidikan bagi anak-anak dhuafa yang memiliki prestasi.

4) Ambulance dhuafa

Ambulance gratis yang diperuntukan bagi dhuafa yang membutuhkan.


(59)

4. Produk-produk di BMT Marhamah a. Penghimpunan Dana

1) Simpanan Ukhuwah (sinergis, pendidikan) 2) Simpanan Ummat

3) Simpanan Berjangka 4) Simpanan Masa Depan b. Penyaluran Dana

1) Pembiayaan Jual Beli 2) Pembiayan Jasa-jasa

a) Ijarah atau sewa b) Rahn atau gadai 3) Pembiayan Modal Usaha c. Baitul Mal

1) Data Identitas Baitul Mal

a) Nama : Baitul Mal BMT Marhamah b) Alamat : Jl. Tumenggung Jogonegoro KM

0,5 Wonosobo

Website : www.bmtMarhamah.com

Email : Marhamahbmt@yahoo.com


(60)

d) Status Hukum :

- No. 13825/BH/KWK.11/III/98 Tgl.31 Maret 1998 (KSU)

- Perubahan I : No.13825. a/BH/PAD/I/2006, 24 January 2006 (KSPS)

- Perubahan II : No. 04/PAD/KDK.11/IV/2008 Tgl. 2 April 2008 (KJKS Wilayah Operassional ProvinsI Jawa

Tengah)

- TDP : No. 1129000391Tgl. 25 Agustus 2018

- HO : No. 530/407/HO/2013 Tgl. 17 Oktober 2018

- NPWP : No. 01..820.921.3-533.000 - Ijin Operasional : No. 69.52/DU-SISPK/XIV/2013 Sebagai LAZ (Lembaga Amil Zakat):

- Terdaftar Mitra Pengelola Zakat LAZISMU No.Reg.1305 Tgl 2 Agustus 2010

- Terdfatar Mitra Pengelola Zakat Dompet Dhuafa Republika No. Reg.0075/DD.LAZ-Legal/II/2012 Sebagai Nazhir Wakaf Uang:

- Terdaftar Badan Wakaf Indonesia Nomor: 3.3.00019 Tgl. 11 February 2014


(61)

e) Susunan Kepengurusan:

Ketua : H. Ngadidjo, S.Pd

Sekretaris : H. Taat Sumanto, A.Md

Bendahara : H. Fatah Yasin

f) Susunan Dewan Pengawas:

Ketua : H. Suparyo, Drs, M.Ag

Anggota : Drs.H.Ngatmin Surobudin,Lc

g) Susunan Pelaksana Harian:

Manajer Baitul Maal : Khanif Rosyadi, S.Si

Staff Administrasi : Jati Dwi Arisman, S.EI

Staff Marketing : Paryanto, S.EI

Driver Ambulan : Syukur Basuki

2) Profil LAZIS (Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah) BMT Marhamah

LAZIS (Baitul Mal)BMT Marhamah merupakan bagian utama dari sebuah Lembaga Koperasi Jasa Keuangan Syariah dengan nama BMT (Baitul Mal Wa Tamwil) Marhamah. LAZIS ini secara khusus bertugas menghimpun dan mengelola dana zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf maupun dana-dana sosial lainnya yang kemudian disalurkan


(62)

kepada yang berhak secara amanah dan profesional melalui program-program odial yang inovatif dan solutif.

3) Visi, Misi dan Motto Visi :

Menjadikan motor penggerak program kemandirian rakyat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang peduli.

Misi :

Menyusun dan melaksanakan program-program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat secara integral dan komprehensif. Membangun dan mengembangkan jaringan kerja pemberdayaan seluas-luasnya.

Motto :

Membantu dhuafa membangun etos kerja 4) Ruang Lingkup Kegiatan

a) Menghimpun dana-dana sosial (zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf, kurban dan dana lainnya yang halal dan legal) baik dari perorangan atau lembaga.

b) Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai amanah (Al-Qur’an dan As -Sunnah).

c) Mengelola usaha secara profesional sehingga memberi manfaat yang optimal bagi mustahiq dan menjadi modal dakwah.


(63)

5) Program-Program

Sejak dikokohkannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) BMT Marhamah, selalu menghadirkan program-program sosial yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat khusunya untuk masyarakat dhuafa secara inovatif, kreatif dan solutif. Maka terwujudlah program-program unggulan sebagai berikut :

a) Layanan ambulance dhuafa.

b) BALADA UMAT (Bantuan Langsung untuk Dhuafa dan Anak Yatim)

c) BALKES (Bantuan Layanan Kesehatan). d) Program tanggap bencana.

e) Motor da’i

f) Pemberdayaan ekonomi dhuafa. g) BIDIK (Beasiswa Pendidikan) dhuafa. h) Bina sumber daya insani.

i) GSPR (Gebyar 1.000 Paket Ramadhan). j) Gerakan wakaf Qur’an.

k) Wakaf tunai.

l) THK (Tebar Hewan Kurban)


(64)

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Model Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelolaan zakat yang dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan Baitul Mal merupakan salah satu bagian dari LAZ yang secara sah dapat melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan. Secara konsep Baitul Mal memiliki kesamaan fungsi dan tujuan baik dengan BAZ, LAZ ataupun OPZ yakni menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Sedangkan menurut Rahmayanti (2014:22) Amil zakat adalah semua pihak yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, perlindungan, pencatatan dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.

Hafidhuddin (2002: 130), menjelaskan bahwa didalam UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badam Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ dibentuk oleh pemerintah, sedangkan LAZ didirikan oleh masyarakat. Secara tidak langsung Baitul Mal adalah


(65)

LAZ yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pengelolaan zakat karena didirikan oleh masyarakat yang tergabung dalam kesatuan BMT.

Setelah lebih dari sepuluh tahun UU Nomor 38 tahun 1999 dinilai tidak optimal muncul dorongan untuk mengubah dan memperjelas subtansinya. Beberapa alasan perubahan dilakukan di antaranya tidak maksimalnya peran pemerintah dan lembaga zakat dalam mengumpulkan, mengelola dan mendistribukan zakat, belum jelas penentuan wajib zakat, barang-barang yang dizakati, nishab dan haul. Kemudian disempurnakan dalam UU Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat meskipun terdapat perubahan sebenarnya memiliki kesamaan yakni fokus mendalam mengenai keberadaan badan atau lembaga pengelola zakat.

Hal serupa juga ditegaskan dalam Siradj (2014: 24-26), dijelaskan bahwa Baitul Mal wat Tamwil termasuk didalam delapan belas LAZ yang sudah memiliki legalitas untuk menjadi LAZ menurut Keputusan Menteri Agama Nomor 468 Tahun 2002 tanggal 28 November 2002 tentang pengukuhan Baitul Mal wat Tamwil sebagai Lembaga Amil Zakat. Tugas amil telah dijelaskan secara rinci dalam surat At-Taubah ayat 13. Sebagai berikut:

                      


(66)

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (At -Taubah [9]: 103)

Dalam surat At-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang mengambil dan atau menjemput tersebut adalah petugas (‘amil). Imam Qurthubi dalam Hafidhuddin (2004: 125) menafsirkan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Sebagai lembaga yang legal dalam pengelolaan yang dilakukan mencakup penghimpunan, pendistribusian dan pendampingan. Baitul Mal BMT Marhamah merupakan salah satu lembaga yang berkiprah penuh diranah sosial dan sangat totalitas dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Menurut manajer pengelolalan yang dilakukan Baitul Mal BMT Marhamah diharapkan dapat terus meningkatkan dan mengembangkan proses penghimpunan, pendsitribusian dan pendampingan dengan maksimal. Jika pengelolaan mampu berjalan dengan baik dalam penghimpunan, pendistribusian dan pendampingan diharapkan dengan dana tersebut dapat membantu masyarakat khususnya dhuafa yang membutuhkan bantuan.


(67)

a. Penghimpunan (fundraising)

Sebuah karakteristik sangatlah penting untuk membangun citra pada masyarakat. Karakteristik yang terus dibangun oleh pihak Baitul Mal Marhamah mencakup pada beberapa hal yang sangat penting sebagai dasar berjalannya sebuah Baitul Mal. Sebuah lembaga haruslah memiliki karakteristik yang menjadikan keunggulan bagi lembaga itu sendiri. Baitul Mal BMT Marhamah memiliki karakter yang mampu menopang berjalannya program. Support daripada baitul tanwil sangat penting untuk saling bekerja sama, membantu tenaga, bertukar fikiran dan termasuk dalam penggalangan dana atau menghimpun dana. Menggerakkan seluruh anggota atau karyawan terlebih dahulu sebelum bergerak keluar sebagai wujud nyata diberdayakannya basis anggota. Kemudian, menggandeng ataupun bekerjasama dalam berbagai program dengan banyak lembaga sebagai aspek kemitraan agar hasil yang dapat dapat lebih banyak dan bermanfaat.

Adapun menurut wawancara yang saya lakukan bersama dengan Pak Khanif Rosyadi selaku manajer Baitul Mal BMT Marhamah (4 Maret 2016) mengenai proses fundraising (penghimpunan) adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana kepada organisasi maupun lembaga yang menangani zakat. Adapun cara


(68)

penghimpunan dana yang dilakukan oleh BMT Marhamah terinci dalam beberapa program yang dilaksanakan.

Gambar 4.1 Logika Fundraising (penghimpunan) BMT

Sumber: Data dari hasil wawancara dengan manajer Baitul Mal BMT Marhamah

Berdasarkan data yang telah disajikan di atas diketahui bahwa penghimpunan dana ZIS yang dibuat oleh Baitul Mal BMT Marhamah melalui beberapa tahapan, di antaranya:

1) Observasi

Observasi merupakan awal proses dari logika penghimpunan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan lokasi, kondisi masyarakat yang akan mendapatkan bantuan.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan proses obrservasi atau survei dilakukan kebeberapa daerah yang telah ditentukan untuk mengetahui keadaan lokasi, kondisi masyarakat dan jika memiliki potensi yang bisa

Obeservasi

Program Kegiatan

Zakat, infak dan sedekah (ZIS)


(69)

dikembangkan dan tentunya dirasa membutuhkan bantuan uluran tangan. Tahapan selanjutnya adalah mencarikan solusi yang tepat dari kendala-kendala yang dihadapai oleh masyarakat tersebut. Koordinasi kepada aparat pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan untuk lebih detail dalam menjelaskan kondisi masyarakat yang ada.

2) Program Kerja

Setelah melakukan observasi lalu pihak Baitul Mal akan merancang program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang nantinya akan cukup untuk menarik minat para muzakki agar mau untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk ZIS. Adapun beberapa unsur-unsur yang dimasukkan dalam pembuatan program oleh BMT Marhamah yang sangat diperhatikan yaitu permasalahan umat (kemiskinan dan pendidikan rendah), gagasan ide menarik (nama program, tujuan dan manfaat), tempat dan waktu (sesuai dengan kondisi wilayah dan potensi daerah) dan pelaksanaan serta tanggung jawab (tepat sasaran dan laporan kegiatan).

Selain unsur-unsur dalam pembuatan program yang terpenting adalah langkah yang diambil dalam membuat program itu sendiri. Adapun langkah yang dilakukan dalam membuat program selain beberapa


(70)

3) Zakat, infak dan sedekah

Adapun jumlah penghimpunan dana ZIS yang didapat oleh Baitul Mal BMT Marhamah pada tahun 2015 tercatat Rp. 1.821.872.590,- naik sebesar sebelas persen (11%) dari tahun sebelumnya Rp. 1.629.457.460,- dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Laporan Penghimpunan Dana pada tahun 2015

Sumber: RAT BMT Marhamah

No Keterangan Perolehan Jumlah

Donatur

1 Dana Zakat 559.779.352 221

2 Dana Infaq/ Shodaqoh 42.542.780 66

3 Dana Tanggap Bencana 7.448.000 42

4 Dana Balada Umat 13.343.000 15

5 Dana Bantuan Layanan Kesehatan 10.123.000 18 6 Dana Beasiswa Pendidikan/ BIDIK 77.460.050 13

7 Dana Layanan Ambulan 58.824.800 210

8 Dana Moto Da’i 2.323.000 12 9 Dana Wa af Qu ’an 473.000 11

10 Dana Waqaf Tunai 67.170.608 196

11 Dana GSPR 181.573.000 692

12 Dana Mitra Pemberdayaan 93.250.000 7 13 Dana Tebar Hewan Kurban 707.562.000 319


(71)

Menurut Ridwan (2013: 126-127) manajemen penghimpunan dana ZIS yaitu membuat media sosialisasi dan promosi, melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik, mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan donatur dengan berbagai bentuk, memanfaatkan teknologi canggih untuk meraih donasi dan menambah jumlah kotak infak. Hal ini juga telah diterapkan oleh pihak Baitul Mal BMT Marhamah.

Dalam menghimpun dana BMT Marhamah menerapkan beberapa prinsip agar dana yang terkumpul menjadi maksimal, baik dalam jumlah nominalnya juga manfaat yang nantinya akan diberikan kepada yang membutuhkan. Prinsip-prinsip penghimpunan dana yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah, antara lain :

1) Jemput bola, hal ini harus dilakukan karena masyarakat cukup banyak yang enggan untuk datang sendiri ke Baitul Mal untuk menyalurkan dana ZIS nya. Sehingga prinsip ini menjadi salah strategi penghimpunan dana agar dana yang didapat maksimal.

2) Kenali dan pahami calon muzakki, mengenali karakter muzakki serta menarik hati muzakki agar mau mengeluarkan hartanya untuk berzakat, infak atau sedekah. Pada prinsip ini tidak boleh terburu-buru harus pelan tetapi hasilnya pasti jika


(72)

terburu-terburu dikhawatirkan muzakki justru enggan mengeluarkan hartanya untuk bezakat.

3) Memahamkan konsep zakat, bagi masyarakat yang enggan mengeluarkan hartanya untuk berzakat, infak atau sedekah karena memiliki pandangan akan berkurang hartanya maka wajib untuk memberikan pemahaman mengenai konsep zakat yang sebenarnya. Bahwa zakat itu hukumnya wajib dan tidak akan mengurangi harta justru akan membersihkan harta dan membanyak rezeki.

4) Kepercayaan dan keyakinan, sebagai seorang amil harus memiliki sifat percaya diri sebagai modal untuk mencari muzakki yang akan dengan rela mengeluarkan hartanya untuk kebaikan.

5) Laporan, hal ini merupakan hal yang cukup penting. Laporan sebagai bentuk hasil kepercayaan dari muzakki yang telah mau mengeluarkan sebagian hartanya. Ketika memberika laporan secara rinci kepada para muzakki maka akan bertambah keyakinan para muzakki untuk tetap mau mengeluarkan zakat, infak atau sedekahnya.

Ada banyak sarana sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Baitul Mal BMT Marhamah untuk memberikan informasi atau sebagai promosi kepada masyarakat baik mengenai kondisi Baitul Mal itu sendiri, program kerja yang mereka angkat, kegiatan yang


(73)

telah dilakukan, dana yang telah masuk, dibutuhkan dan dikeluarkan. Diantara bentuk sosialisai yang dilakukan antara lain melalui majalah atau buletin yang diterbitkan oleh BMT Marhamah yang dibagikan kepada anggota, surat edaran, spanduk atau banner, brosur, pamflet, media sosial (web, facebook dan twitter) dan iklan di majalah, radio. Harapannya akan mampu mengadakan sosialisasi pada media yang lebih besar seperti televisi.

Setelah mengetahui prinsip yang diterapkan untuk menghimpun dana selanjutnya ada baiknya mengetahui sasaran atau lingkup penghimpunan dana, Baitul Mal BMT Marhamah sendiri memiliki dua kategori dalam menghimpun dana yaitu kategori satu atau lingkup internal kembali kepada basis anggota (lembaga, pengurus, pengawas, karyawan dan anggota) dan kategori dua atau lingkup eksternal mencakup instansi-instansi

atau mitra terkait (notaris, bank syari’ah, pemerintah, tokoh

masyarakat dan lain-lain). Penghimpunan ZIS yang dilakukan dalam lingkup internal untuk karyawan akan dilakukan pemotongan gaji setiap bulannya yang kemudian akan secara otomatis masuk pada dana infak atau sedekah di Baitul Mal BMT Marhamah, untuk lembaga jika terjadi selisih kas maka akan dimasukkan pada dana infak atau sedekah.


(74)

Dari sekian banyak hal yang telah dilakukan pihak Baitul Mal BMT Marhamah selalu memiliki aspek yang penting untuk mendukung keberlangsungan serta kelancaran dalam penghimpunan dana yang akan dilakukan. Aspek-aspek tersebut antara lain:

1) Performa Lembaga, merupakan hal yang tidak bisa dihapuskan keberadaannya karena semakin baik penilaian masyarakat terhadap suatu lembaga akan berdampak baik pula kepada setiap aktifitas yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Keberadaan baitul tamwil BMT Marhamah yang telah lebih dahulu mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat akan berdampak baik pula kepada Baitul Mal BMT Marhamah tersebut.

2) Program dan kreatifitas, merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena saling berkaitan. Sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial kreatifitas dalam mengemas program yang akan dilakukan membutuhkan proses dan tenaga yang tak sedikit. Sebagai lembaga social seharusnya dapat melihat kesulitan yang dialami masyarakat sehingga dapat bersinergi antara kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat sehingga tercipta program yang bermanfaat dan membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.


(1)

2

Jasafat. 2015. Manajemen Pengelolaan Zakat, Infak, Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar. Jurnal Al Ijtimaiyyah Vol : 1 No : 1. Januari – Juni 2015. Mu’allim, Amir. 2012. Pengelolaan dan Pendayagunaan Zakat Berbasis Masjid:

Studi Pengelolaan Zakat melalui Masjid di Yogyakarta. Jurnal Yogakarta: KOPERTAIS WIL.III DIY.

Mufraini, Arief M. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana. Nasrullah, Aan. 2015. Pengelolaan Dana Filantropi untuk Pemberdayaan

Pendidikan Anak Dhuafa (Studi Kasus pada BMH Cabang Malang Jawa Timur).

Nawawi, Ismail. 2010. Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial Dan Ekonomi. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Qardawi, Yusuf, 2004. Hukum Zakat. Jakarta : Litera AntarNusa

Ridwan, Ahmad Hasan. 2013. Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil. Bandung: Pustaka Setia.

Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press

Rododi, Ahmad, Abdul Hamid. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Rofiq, Ahmad. 2004. Fiqh Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saefuddin, AM. 2011. Membumikan Ekonomi Islam. Jakarta: PT PPA

Consultants.

Shofa, Amanata. 2013. Peran Baitul Maa Wa Tamwil (BMT) AlHikmah Mlonggo dalam Mengoptimalkan Zakat, Infak, Sedekah (ZIS).Yogyakarta:UMY Siradj, Mustolih. 2014. Jalan Panjang Legislasi Syariah Zakat di Indonsia: Studi

terhadap Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Soemitra, Andri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. Sudarsono, Heri. 2012. . Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:

EKONISIA.


(2)

3

Suharto, Ugi. 2004. Keuangan Publik Islam:Reinterpretasi Zakat dan Pajak. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Yogyakarta.

Supadie, Didiek Ahmad. 2013. Sistem Lembaga Keuangan Ekonomi Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Semarang: Pustaka Rizki Putra.


(3)

Daftar Pedoman Pertanyaan Wawancara Penelitian A. Pengelola ZIS BMT Marhamah

1. Sejak kapan terbentunya lembaga baitul mal ? 2. Berapa pendapatan dana ZIS setiap tahunnya ?

3. Bagaimana model pengelolaan (penghimpunan, pedistribusian, pendayagunaan dan pendampingan) ZIS di BMT Marhamah?

4. Apakah pengelolaan yang dilakukan BMT Marhamah sudah mencapai target yang diharapkan ?

5. Apa saja jenis bantuan yang diberikan kepada mustahiq dari dana ZIS? (zakat konsumtif atau zakat produktif)

6. Apakah zakat produktif yang diberikan kepada mustahiq sudah mencukupi untuk membantu para mustahiq?

7. Apakah ZIS yang didistribusikan berlaku kepada delapan asnaf atau salah satu menjadi prioritas?

8. Apakah dampak pengelolaan ZIS yang dilakukan mampu mensejahterakan masyakarat ?

9. Bagaiman BMT Marhamah merancang program pemberdayaan ekonomibagi kaum dhuafa?

10.Apa yang menjadi harapan BMT Marhamah dalam pengelolaan ZIS terkait dengan program penguatan ekonomi ?

11.Apa kendala yang dialami dalam pengelolaan ZIS ?

12.Bagaimana menghadapi lembaga keuangan lainnya dalam pendistribusian ZIS ? (Bank atau lembaga filantropi?


(4)

B. Mustahiq ZIS BMT Marhamah

1. Apakah anda merupakan salah satu anggota BMT Marhamah ? 2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota BMT Marhamah ?

3. Apakah anda pernah menerima bantuan dana ZIS dari BMT Marhamah?

4. Bantuan apa yang pernah anda terima dari BMT Marhamah ?

5. Apakah bantuan yang diberikan dapat mengembangkan usaha yang telah dijalankan hingga saat ini ?

6. Apakah bantuan tersebut mampu membantu meningkatkan ekonomi anda ?

7. Apakah ada pendampingan dari pihak BMT Marhamah ?

8. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BMT Marhamah sudah baik ?

9. Apabila ada tawaran tambahan modal dari LKS (Bank) , apakah anda berkenan untuk menerimanya?

10.Adakah saran yang mampu diberikan dalam pengelolaan ZIS yang dilakukan BMT Marhamah ?


(5)

(6)