Induksi Maturasi Pada Udang Vaname Litopenaeus Vannamei Jantan Menggunakan Oodev

INDUKSI MATURASI PADA UDANG VANAME
Litopenaeus vannamei JANTAN MENGGUNAKAN OODEV

FAHMI AKBAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul: Induksi Maturasi pada
Udang Vaname Litopenaeus vannamei Jantan menggunakan Oodev adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

.
Bogor, September 2015
Fahmi Akbar
NIM C151130601

RINGKASAN
FAHMI AKBAR. Induksi Maturasi pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei
Jantan menggunakan Oodev. Dibimbing oleh AGUS OMAN SUDRAJAT dan
SITI SUBAIDAH
Udang jantan sangat berperan penting dalam produktifitas udang terutama
pada kualitas dan kuantitas spermanya. Induksi maturasi secara hormonal
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mempercepat
maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang. Pada beberapa penelitian
dilaporkan keberadaan GnRH, FSH dan LH endogenus pada krustasea. GnRH
dilaporkan terdeteksi pada Central Nervous System (CNS) di otak dan thoracic
ganglion, sedangkan FSH dan LH dilaporkan terdeteksi pada otak dan thoracic
ganglion. Dilaporkan juga bahwa pada krustasea terdapat reseptor estrogen dan
androgen yang terletak di otak dan thoracic ganglion. Oodev merupakan bahan
aktif yang mangandung hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) dan
anti dopamine (AD). Aplikasi Oodev pada induk betina baik itu pada ikan

maupun udang telah banyak dilakukan dan terbukti memberikan hasil yang positif,
namun pada induk jantan belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi peran induksi maturasi menggunakan Oodev dalam mempercepat
maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang vaname (Litopenaeus
vanname) jantan.
Penelitian dilakukan dalam 2 tahap percobaan yaitu percobaan 1
menggunakan enam perlakuan terdiri dari perlakuan tanpa ablasi mata (kontrol),
ablasi mata, Oodev dosis 0,1 mL/kg; 0,25 mL/kg; 0,5 mL/kg dan 1 mL/kg per
bobot udang. Tahap 1 menggunakan metode penyuntikan menggunakan syringe
tuberculine ukuran 1 mL. Hewan uji yang digunakan yaitu induk udang vaname
jantan belum matang gonad dengan bobot 35 - 45 gram per ekor sebanyak 60 ekor.
Parameter yang diamati jumlah sperma, persentase sperma normal dan abnormal,
histologi gonad dan konsentrasi testosteron. Tahap 2 dilakukan dengan
mengkawinkan induk jantan hasil percobaan Tahap 1 dengan induk betina tanpa
diberi perlakuan dengan perbandingan 3 jantan dan 1 betina. Parameter yang
diamati yaitu jumlah telur, jumlah naupli dan hatching rate (HR).
Hasil penelitian menunjukkan induksi Oodev dapat meningkatkan jumlah
sel sperma dengan persentase normalitas sel sperma tinggi dan abnormalitas
rendah. Induksi Oodev meningkatkan konsentrasi testosteron lebih tinggi
dibandingkan kontrol, mempercepat kematangan gonad 85% - 90% sedangkan

kontrol hanya 80%, meningkatkan kualitas pembuahan yaitu menghasilkan ratarata jumlah naupli tertinggi sebesar 45.637 naupli dengan HR 56,50% sedangkan
kontrol 37.450 naupli dengan HR 46,68%. Oodev dosis 0,5 mL/kg merupakan
dosis optimal dalam meningkatkan kinerja reproduksi udang jantan. Hasil ini
membuktikan bahwa induksi maturasi menggunakan Oodev yang diadopsi dari
induk betina dapat juga memberikan respon positif pada induk jantan. Laporan
tersebut meyakinkan bahwa sistem kontrol reproduksi pada ikan dan udang
memiliki kesamaan sistem kontrol reproduksi. Induksi Oodev dapat mempercepat
maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang jantan.
Kata kunci : Oodev, Maturasi, Litopenaeus vannamei

SUMMARY
FAHMI AKBAR. Induction Maturation of Males Shrimp Litopenaeus vannamei
by Oodev. Supervised by AGUS OMAN SUDRAJAT dan SITI SUBAIDAH
The male shrimp play important role in shrimp productivity, particularly
on the sperm quantity and quality. Induction of maturation by hormonal is the one
of an alternative to accelerate maturation and improve the reproductive
performance of males shrimp. Several studies reported the presence of GnRH,
FSH and endogenous LH on crustaceans. GnRH detected in the Central Nervous
System (CNS) in the brain and the thoracic ganglion, whereas FSH and LH
detected in the brain and the thoracic ganglion. It was also reported that the

crustaceans has estrogen receptor and androgen receptors located in the brain and
the thoracic ganglion. Oodev is a combination of the chemical active substance of
Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) and Anti Dopamine (AD). The
application of Oodev usage to female neither shrimp nor fish brood stock has been
widely use nor the result shows effectively proven, nevertheless the application to
male brood stock has been not compromised. This research was aim to evaluate
the role of maturation induction by Oodev to accelerate maturation and improve
reproductive performance of male vaname (Litopenaeus vanname) shrimp.
This research consist of two stage trial, the first trial was used six
treatments which are control (without ablation), ablation, Oodev dossage of 0.1
ml/kg, 0.25 ml/kg; 0.5 ml/kg and 1 ml/kg shrimp biomass. The first trial uses the
injection method using 1 mL tuberculin syringe. The test animals used were 60
individuals’ immature of male vaname shrimp broodstocks with initial weighs 3545 grams per shrimp. The parameters observed such as the amount of sperm,
percentage of normal and abnormal sperm, the gonad histology and testosterone
concentrations. The second trial conducted by mating the male broodstock from
first trial with female broodstock without interfere any treatment, with ratio 3
males and 1 female. Parameters observed such as the number of eggs, number
naupli and hatching rate (HR).
The results showed that Oodev induction can improve number of sperm
cells with high normality of sperm cell and lower abnormality. Oodev induction

increases the testosterone concentration higher compared with control, accelerate
the maturity of the gonads as high as 85% - 90% compared with control that only
80% and improve the quality of spawning which produces an average number of
45,637 naupli with HR 56.50%, while the controls only produces 37,450 naupli
with HR 46.68%. Oodev dosage of 0.5 mL/kg was the optimal dose usage
improves the reproductive performance of male shrimp. The results prove that
techniques maturation induction by Oodev adopted from female broodstock give a
positive response to male broodstock. The report assures that the control system
of reproduction in fish and shrimp have a common control system of reproduction.
Oodev induction can accelerate maturation and improve the reproductive
performance of males shrimp.
Keywords: Oodev, Maturation, Litopenaeus vannamei

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INDUKSI MATURASI PADA UDANG VANAME
Litopenaeus vannamei JANTAN MENGGUNAKAN OODEV

FAHMI AKBAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Tatag Budiardi MSi


Judul Tesis : Induksi Maturasi pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei
Jantan menggunakan Oodev
Nama
: Fahmi akbar
NIM
: C151130601

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc
Ketua

Dr Ir Siti Subaidah, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
6 Juli 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Induksi Maturasi
pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei Jantan menggunakan Oodev dapat
terselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Oktober 2014
di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur dan
proses penulisan dan penyusunan dapat terselesaikan hingga juni 2015.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah banyak membantu dan memberikan gagasan dalam penyusunan
karya ilmiah ini.
1. Ayahanda Muhammad A. Bakar dan ibunda St. Nurhasanah Usman tercinta
serta kakak Fahrurozi, Fauqurahman dan adik Putrian Farhani yang selama ini
telah memberikan doa, perhatian, nasihat, motivasi, dan kasih sayang yang
tulus kepada penulis selama ini.
2. Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Dr Ir Siti Subaidah MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada Penulis selama ini
mulai dari penyusunan rencana penelitian, hingga penyelesaian tesis ini.
3. Wendy Tri Prabowo, SPi, Ibu Gemi, Mas sandi, Mas Mulyadi, Mas Erfan Mas
Deni, Fuad, rekan-rekan dari Universitas Brawijaya dan seluruh staf pegawai serta
teknisi di Gelung atau Pecaron BPBAP Situbondo yang telah banyak membantu
penulis selama kegiatan penelitian.
4. Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku Dosen Penguji Tamu dan Dr Ir Eddy
Supriyono, MSc selaku Wakil Komisi Pendidikan, Departemen Budidaya
Perairan.
5. Rekan rekan Program Studi Ilmu Akuakultur, khususnya Tiara Ikma, Anti, Iwid
Andre, Didi yang telah banyak membantu memberikan bantuan, motivasi dan
saran selama penyusunan tesis, serta terima kasih kepada semua sahabat

seperjuangan Ilmu Akuakultur angkatan 2013 yang tak dapat Penulis sebutkan
satu persatu namanya yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
kepada Penulis mulai dari awal perkuliahan, proses penelitian sampai
penyusunan tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda atas
segala bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada Penulis. Amin.
.

Bogor, September 2015
Fahmi Akbar

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian

1
1
2
3
4
4

3 METODE
Waktu dan Tempat
Rancangan Penelitian
Prosedur Penelitian
Parameter Penelitian
Analisis Data

4
4
5
5
8
9

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

9
9
14

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

19
19
19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alur mekanisme induksi maturasi menggunakan Oodev untuk
mempercepat maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang
vaname jantan.
2 Ciri-ciri sel sperma normal dan sel sperma abnormal udang vaname
3 Jumlah sel sperma udang vaname selama 12 hari pengamatan
4 Persentase sperma normal udang vaname selama 12 hari pengamatan
5 Persentase sperma abnormal udang vaname selama 12 hari pengamatan
6 Fluktuasi konsentrasi hormon testosteron dalam hemolim udang
vanameselama 12 hari pengamatan
7 Histologi gonad udang vaname jantan hari ke-0
8 Histologi gonad udang vaname jantan hari ke-6
9 Histologi gonad udang vaname jantan hari ke-12

4
8
10
10
10
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data pengamatan sel sperma udang vaname selama 12 hari
pemeliharaan
2 Hasil analisa konsentrasi testosteron udang vaname selama 12 hari
pemeliharaan
3 Hasil Perhitungan jumlah telur dan jumlah naupli udang vaname
4 Hasil analisis sidik ragam data jumlah naupli
5 Prosedur analisis hormon Testosteron dengan teknik ELISA
6 Dokumentasi proses persiapan hormon dan penyuntikan Oodev pada
udang vaname
7 Dokumentasi proses pemijahan dan penetasan telur udang vaname

23
24
24
24
25
25
26

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
perikanan unggulan yang bernilai ekonomis penting dan banyak diminati oleh
konsumen dipasaran. Produksi udang vaname mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Dalam lima tahun terakhir, produksi udang nasional meningkat cukup
signifikan yaitu 13,9 % per tahun. Tahun 2015 ditargetkan produksi udang
nasional sebesar 785.900 ton atau meningkat sekitar 32 % dari produksi udang
tahun 2014 sebesar 592.000 ton (JI 2015). Untuk menunjang produksi udang
vaname, ketersediaan benih dengan kualitas baik dan kontinuitas jumlah dalam
kegiatan budidaya merupakan hal penting yang harus diusahakan. Dalam
budidaya udang vaname khususnya pada kegiatan pembenihan, ketersediaan
induk menjadi persyaratan utama. Kurangnya ketersediaan induk yang berkualitas
menjadi kendala dalam kegiatan pembenihan udang. Salah satu diantaranya yaitu
terjadinya penurunan daya tetas telur yang dapat mempengaruhi jumlah serta
kualitas nauplius yang diproduksi. Diduga salah satu penyebab atas kejadian
tersebut karena kualitas dan kuantitas sel sperma yang masih rendah dalam
membuahi sel telur pada proses pembuahan. Menurut Alfaro (1993) udang jantan
dalam reproduksi memiliki peran penting terutama pada kualitas dan kuantitas
spermanya. Kualitas dan kuantitas sel sperma udang jantan menjadi faktor
pembatas pada reproduksi karena berperan penting dalam kemampuannya untuk
membuahi sel telur (Perez-Jar 2007)
Perkembangan gonad udang secara alami masih rendah dan cukup lama
untuk matang gonad secara sempurna karena ditentukan oleh beberapa kerja
hormon (Ceballos-Vazques et al. 2010). Gonad stimulating hormone (GSH) dan
methyl farnesoate (MF) merupakan hormon gonadotropin yang berperan penting
pada aktivitas kelenjar seks dan androgen pada udang jantan karena berfungsi
untuk merangsang pembentukan sel sperma dan perkembangan gonad. Namun,
produksi GSH dan MF secara alami dihambat oleh aktivitas gonad inhibiting
hormone (GIH) dan mandibular organ inhibiting hormone (MOIH) yang
dihasilkan oleh organ-X yang terletak pada tangkai mata (Huberman 2000).
Manipulasi lingkungan dengan induksi hormon steroid merupakan salah
satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersedian
hormon steroid endogenus yang berperan penting dalam aktivitas reproduksi.
Studi tentang penggunaan induksi hormon steroid pada induk betina telah banyak
dilakukan dan terbukti cukup efektif, namun pada induk jantan belum banyak
dilaporkan. Alfaro (1996) melaporkan induksi hormon steroid 17αMethyltestosteron dan 17α-Hydroxyprogesterone pada induk jantan dapat
meningkatkan kualitas sel sperma dengan jumlah sel sperma yang tinggi dan
persentase abnormalitas sel sperma yang rendah.
Oodev (Oosit development) merupakan premix bahan aktif yang
mengandung hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) dan anti
dopamine (AD). PMSG adalah serum yang terdapat dalam bangsa equidae (kuda,
kuldi, zebra) yang sedang bunting dan diketahui dihasilkan oleh plasenta. PMSG
mengandung hormon gonadotropin folikel stimulating hormone (FSH) dan

2

luteinizing hormone (LH) (Hafez dan Hafez 2000). PMSG bekerja untuk
merangsang terjadinya lonjakan kadar gonadotropin realesing hormone (GnRH)
yang selanjutnya akan mempengaruhi pituitary untuk memproduksi gonadotropin
FSH dan LH (Bolamba et al. 1992). Pada udang, induksi FSH dan LH eksogenus
mampu merangsang perkembangan ovarium udang pasir Crangon crangon.
(Zukowska dan Arendarczk 1981).
AD merupakan senyawa kimia berperan sebagai neurotransmiter yang
bekerja memblokade aktivitas reseptor dopamin (Dufour et al. 2010). Dopamin
tersebar luas dalam sistem saraf krustasea dan berperan menghambat pematangan
gonad udang dengan menstimulasi sekresi hormon GIH dan menghambat sekresi
hormon GSH (Fingerman 1997). AD yang terkandung dalam Oodev diharapkan
akan bekerja memblok aktivitas dopamin, sehingga sekresi GSH tidak terhambat.
Aplikasi premiks PMSG dan AD pada induk betina baik itu pada ikan
maupun udang telah banyak dilakukan dan terbukti efektif meningkatkan kinerja
reproduksi. Pada ikan, penyuntikan Oodev dilaporkan dapat menginduksi
pematangan gonad pada ikan torsoro (Farastuti 2014), dan lele dumbo Clarias sp.
(Mayasari et al. 2012). Pada udang, induksi hormon PMSG + AD + rekombinan
growth hormon (rGH) dalam pakan meningkatkan kematangan gonad sebesar
80% pada induk udang vaname betina (Qonitah 2013). Namun aplikasi Oodev
pada induk jantan, baik pada ikan maupun udang belum ada yang melaporkan.
Oleh karena itu induksi maturasi menggunakan Oodev yang diadopsi dari teknik
induksi pada induk betina diharapkan akan memberikan respon yang positif pada
perbaikan kinerja reproduksi induk vaname jantan.

Perumusan Masalah
Terjadinya penurunan kualitas daya tetas telur induk udang betina menjadi
salah satu masalah pada reproduksi udang sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi jumlah serta kualitas dan kuantitas nauplius yang diproduksi.
Diduga hal tersebut terjadi karena kualitas sel sperma yang rendah dalam
membuahi sel telur. Pendekatan secara hormonal dengan manipulasi lingkungan
menggunakan induksi hormon steroid dari luar tubuh diharapkan bekerja efektif
dalam mempercepat maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang vaname
jantan.
Oodev merupakan bahan aktif organik yang mengandung premix hormon
PMSG dan AD. Aplikasi penggunaan Oodev pada ikan maupun udang betina
telah banyak dilakukan dan terbukti efektif mempercepat maturasi dan
meningkatkan kinerja reproduksi. Farastuti (2014) melaporkan penyuntikan
Oodev dapat menginduksi pematangan gonad pada ikan torsoro, sedangkan
Qonitah (2013) melaporkan induksi hormon PMSG + AD + rGH dalam pakan
dapat meningkatkan kematangan gonad sebesar 80% pada induk udang vaname
betina.
Aplikasi penggunaan Oodev pada induk jantan baik itu pada ikan maupun
udang belum ada yang melaporkan. Oleh karena itu induksi maturasi dengan
Oodev yang diadopsi dari teknik pematangan pada induk betina diharapkan akan
memberikan respon positif pada induk jantan sehingga dapat mempercepat
maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi.

3

Kerangka Pemikiran
GnRH sangat berperan penting sebagai kontrol reproduksi pada ikan. GnRH
yang disekresikan oleh hipotalamus akan mengatur sintesis dan pelepasan FSH dan
LH dari kelenjar hipofisis dan selanjutnya mengatur steroidogenesis dan
gametogenesis (Chen dan Fernald 2008). Pada krustasea, yang berperan penting
sebagai hormon kontrol reproduksi yaitu GSH. Sekresi GSH dikendalikan oleh
neuroregulator 5-hidroxytriptamin (5-HT), serotonin, methionine enkephalin
(Met-Ent) dan dopamine (DA) yang menstimulasi sistem syaraf pusat untuk
merangsang pelepasan GSH di otak dan ganglion thorac. GSH kemudian
mengaktifkan sintesis dan sekresi andogenik gland hormone (AGH) oleh kelenjar
androgen. Selanjutnya AGH memicu pematangan testis dan spermatogenesis
Namun sintesis GSH dihambat oleh GIH, sedangkan MOIH bekerja pada
organ mandibula untuk menghambat MF yang diyakini untuk merangsang
spermatogenesis pada kelenjar androgen (Alfaro 2001; Okumura 2004).
Pada krustasea telah dilaporkan keberadaan GnRH endogenus seperti
vertebrata terdeteksi pada central nervous system (CNS) di otak dan ganglion
thorac udang galah Macrobrachium rosenbergii (Ngernsoungnern et al. 2008).
Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Huang (2013) yaitu GnRH endonenus
terdeteksi pada otak kepiting Tachypleus tridentatus. Hal tersebut diperkuat hasil
penelitian Ngernsoungnern et al. (2009) yaitu induksi GnRH eksogenus pada induk
betina M. rosenbergii secara signifikan dapat mempersingkat pematangan ovarium
dibandingkan kontrol dan hasil yang sama dilaporkan Tinikul et al. (2014) yaitu
induksi GnRH pada udang L. vannamei memiliki efek yang signifikan dalam
merangsang pematangan ovarium. Selain GnRH, dilaporkan juga keberadaan FSH
dan LH endogenus di krustasea terdeteksi pada otak kepiting bakau Scylla serrata
(Ye et al. 2006) dan juga terdeteksi pada otak dan ganglion thorac rajungan
Portunus trituberculatus (Huang 2008). Zukowska dan Arendarczk (1981)
melaporkan induksi FSH dan LH eksogenus memiliki efek merangsang
pematangan ovarium udang pasir Crangon crangon. Dari laporan tersebut Huang
(2008) menyakini bahwa krustasea dapat mensintesis hormon gonadotropin
seperti pada vertebrata. Selain itu, Ye et al. (2008) menyatakan bahwa pada
krustasea terdapat reseptor estrogen and androgen yang terletak pada otak dan
ganglion thorac kepiting Scylla paramamosain.
Laporan tersebut meyakinkan keberadaan GnRH, FSH dan LH endogenus
pada krustasea yang berperan penting sebagai kontrol reproduksi. Diduga sistem
kontrol reproduksi antara ikan dan udang memiliki kesamaan konsep, sehingga
penyuntikan FSH dan LH eksogenus yang terkandung dalam Oodev akan bekerja
efektif mempengaruhi GnRH endogenus untuk merangsang percepatan sintesis
dan sekresi FSH dan LH endogenus. Selanjutnya FSH dan LH yang tersirkulasi
dalam hemolim akan merangsang kelenjar androgen untuk memproduksi hormon
androgen dan mempengaruhi testis untuk mensintesis dan mensekresikan hormon
testosteron yang berperan penting mengatur perkembangan spermatozoa dan
tingkah laku seksual induk jantan. Selain FSH dan LH, AD akan bekerja efektif
memblok aktivitas dopamin pada sistem syaraf pusat yang terletak di otak dan
thorac ganglion. Sarojini et al. (1995) melaporkan penggunaan dopamin
antagonis dapat merangsang percepatan pematangan testis dan spermatogenesis
pada udang Procambarus clarkii. Oleh kerena itu diharapakan premix hormon

4

PMSG dan AD yang terkandung dalam Oodev akan bekerja sinergis dalam tubuh
udang untuk meningkatkan kinerja reproduksi udang vaname jantan.

Gambar 1 Diagram alur mekanisme induksi maturasi menggunakan Oodev untuk
mempercepat maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi udang
vaname jantan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran induksi maturasi
menggunakan Oodev dalam mempercepat maturasi dan meningkatkan kinerja
reproduksi udang vaname jantan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah dapat menyediakan informasi dasar tentang
aplikasi Oodev pada induk jantan khususnya pada udang vaname jantan untuk
mempercepat maturasi dan meningkatkan kinerja reproduksi.

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014 di
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur. Analisa
histologi dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Fakultas Kedokteran
Hewan IPB dan Analisis testosteron dilakukan di Laboratorium Reproduksi dan
Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Hewan IPB

5

Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dalam dua tahap
percobaan yaitu percobaan Tahap 1 induksi Oodev dan percobaan Tahap 2
perkawinan dan pemijahan induk.
Percobaan Tahap 1
Percobaan Tahap 1 dilakukan untuk menganalisis pengaruh kombinasi
dosis Oodev dalam mempercepat maturasi dan meningkatkan kualitas sel sperma
udang. Tahap 1 menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam
perlakuan yaitu tanpa ablasi mata (kontrol) ablasi mata, Oodev dosis 0,1 mL/kg;
0,25 mL/kg; 0,5 mL/kg dan 1 mL/kg per bobot udang. Tahap 1 menggunakan
metode penyuntikan yang dilakukan sekali selama 12 hari pemeliharaan.
Parameter yang diamati yaitu jumlah sel sperma, persentase sel sperma normal
dan abnormal, histologi gonad, konsentrasi hormon testosteron dan kualitas air
(temperatur, pH dan salinitas).
Percobaan Tahap 2
Percobaan Tahap 2 dilakukan untuk menganalisis kualitas sel sperma
induk jantan perlakuan dalam membuahi sel telur. Percobaan Tahap 2
menggunakan RAL dengan enam perlakuan sama seperti pada percobaan Tahap 1.
Percobaan tahap 2 dilakukan dengan mengkawinkan induk jantan hasil perlakuan
Tahap 1 dengan induk betina matang gonad tanpa perlakuan. Parameter yang
diamati yaitu jumlah telur, jumlah naupli dan hatching rate (HR)
Prosedur Penelitian
Percobaan Tahap I
Persiapan Bak
Bak pemeliharaan yang digunakan yaitu 6 bak beton berbentuk bulat
dengan diameter 3 m, tinggi 2 m, kapasitas air 5 m3. Sebelum digunakan bak
dibersihkan menggunakan detergen dan dibilas dengan air tawar. Bak dikeringkan
selama 2 hari kemudian diisi air laut sebanyak 2,5 m3 yang sebelumnya telah
melalui proses filter dengan temperatur 28 - 29 oC, salinitas 32 ppt dan pH 7,6 7,9. Menurut Arcos et al. (2003) kisaran kualitas air tersebut merupakan kondisi
paling optimal pada perkembangan gonad udang L. vannamei. Bak yang telah
diisi air laut kemudian diberi aerasi sebanyak 6 titik untuk setiap bak.
Pemilihan Calon Induk
Induk yang digunakan yaitu induk udang Vaname Nusantara berasal dari
BPBAP Situbondo. Induk diseleksi dengan kriteria tubuh tidak cacat, sehat, organ
tubuh lengkap, bebas dari penyakit, induk jantan belum matang gonad bobot 35 45 gram per ekor sebanyak 60 ekor dan induk betina sudah matang gonad dengan
bobot 60 - 62 gram per ekor sebanyak 18 ekor.
Penebaran dan Aklimatisasi Induk
Induk hasil seleksi ditebar langsung ke dalam masing-masing bak
penelitian dengan padat tebar 10 ekor per bak. Induk yang telah ditebar

6

diaklimatisasi selama 2 hari dengan memelihara dan mengadaptasikan induk di
dalam bak penelitian. Langkah ini penting untuk dilakukan untuk menghindari
udang stres pada saat diberi perlakuan.
Pemeliharaan Induk
Selama pemelihaaraan induk diberi pakan berupa cacing dan tiram segar
sebanyak 20% dari biomassa dengan komposisi 50% cacing dan 50% tiram. Pakan
diberikan 4 kali dalam sehari yaitu pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan pukul 21.00
WIB. Untuk menjaga kualitas air dalam wadah pemeliharaan dilakukan
penyiponan dan pergantian air setiap hari sebelum pemberian pakan pukul 11.00
WIB.
Pemberian Perlakuan
Sebelum dilakukan proses penyuntikan, Oodev diracik terlebih dahulu
dengan dosis sesuai perlakuan yang telah ditentukan. Karena dosis hormon yang
digunakan sangat kecil dan sulit untuk diberi suntikan pada udang, maka
dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan larutan NaCl 0.9%.
Induksi hormon dilakukan dengan menyuntikan Oodev pada pangkal kaki
jalan kelima menggunakan syringe tuberculine ukuran 1 mL. Proses penyuntikan
dilakukan pada sore hari pukul 16.00 WIB karena suhu mulai rendah sehingga
mengurangi stres pada udang. Selain itu dilakukan sore hari berkaitan dengan
sistem endokrin pada udang karena produksi dopamin pada kondisi sore hari
cukup rendah dalam tubuh udang sehingga hal tersebut sangat baik untuk
efektifitas hormon yang diberikan dalam tubuh udang. Proses ablasi dilakukan
dengan memotong salah satu tangkai mata dengan gunting yang telah dipanaskan.
Pengamatan Sel Sperma
Pengamatan sel sperma dilakukan dengan mengambil sampel gonad yaitu
bagian vas deferens dan terminal ampula mengunakan pinset dan dimasukkan
dalam plastik bening yang berisi larutan Ca2+ free saline solution. Ca2+ free saline
solution dibuat dengan komposisi per 1 L larutan : 21,63 g NaCl, 1,12 g KCl, 0,53
g H3BO3, 0,19 g NaOH, 4,93 g MgSO47H2O dan pH-nya disesuaikan sampai 7,4
dengan HCl 1 N. Larutan tersebut digunakan sebagai larutan fisiologis agar sel
sperma tetap dalam keadaan hidup. Sel sperma dikeluarkan dari gonad untuk
mendapatkan larutan Ca2+ free saline solution dengan cara ditekan-tekan dari
bagian luar plastik menggunakan jari tangan, lalu diberi pewarna triphan blue
sebanyak 0,5 mL dan didiamkan selama 10-15 menit. Perhitungan jumlah sel
sperma menggunakan Neubauer hemacytometer dan diamati mikroskop
perbesaran 40x dan 100x (Leung-Trujillo dan Lawrence 1987). Setiap perlakuan
diambil satu ekor udang sebagai sampel untuk dibedah dan diambil gonadnya.
Sampling pengamatan sel sperma dilakukan setiap 3 hari sekali selama 12 hari
pemeliharaan.
Pengamatan Histologi
Pengamatan histologi dilakukan dengan mengambil sampel gonad bagian
terminal ampula menggunakan pinset dan memasukkannya kedalam botol sampel
yang sebelumnya telah dimasukkan larutan Davidson. Sampel gonad difiksasi
selama 24 jam dengan larutan Davidson kemudian selanjutnya direndam dengan

7

alkohol 70% dan disimpan sampai hari analisis (Leung-Trujillo dan Lawrence
1978).
Prosedur histologi yaitu gonad difiksasi dan didehidrasi dengan etanol dan
dijernihkan dengan kloroform. Contoh gonad kemudian diembeding dalam
campuran paraffin-paraplas selanjutnya dipotong menggunakan mikrotom
ketebalan 5 µm dan diberi pewarnaan hematoxylin-eosin. Preparat histologi yang
telah selesai dikerjakan kemudian diamati dengan mikroskop cahaya perbesaran
40x dan 100x untuk ditentukan tingkat perkembangan gonadnya. Kriteria tingkat
perkembangan gonad udang jantan L. vannamei diacu pada Alfaro-montoya dan
Hernandes (2012) dan Chow et al., (1991).
Pengamatan Konsentrasi Testosteron
Sampel hemolim diambil sebanyak 0,3 mL menggunakan syringe volume
1 mL yang telah dibilas dengan antikoagulan, kemudian dimasukkan dalam
mikrotube ukuran 0,5 mL. Sampel hemolim selanjutnya disentrifus dengan
kecepatan 5000 rpm dan suhu 4 0C selama 20 menit. Sampel hemolim yang sudah
disentrifus disimpan dalam freezer suhu -20 oC dan simpan sampai proses
analisis. Prosedur analisis hormon testosteron dengan teknik ELISA
Percobaan Tahap II
Perkawinan Induk
Perkawinan induk dilakukan dengan menggabungkan induk jantan dan
betina dalam satu bak dengan perbandingan 3 jantan 1 betina. Proses perkawinan
dilakukan pada sore hari pukul 17.00 WIB. Selama proses perkawinan bak ditutup
dengan plastik warna hitam dengan tujuan untuk menciptakan suasana gelap dan
berkaitan dengan tingkah laku seksual dan sistem endokrin pada udang. Proses
perkawinan dilakukan selama 4 - 5 jam karena apabila dilakukan lebih dari 5 jam
betina akan mengeluarkan telur pada bak perkawinan. Induk betina yang telah
dibuahi jantan ditandai dengan adanya cairan spermatopori yang menempel pada
telikum.
Pemijahan dan Penetasan Telur
Induk betina yang telah dibuahi dipindahkan dari bak perkawinan kedalam
drum plastik (blonk) diameter 50 cm dan tinggi 1 m kapasitas air 200 liter yang
berfungsi sebagai bak pemijahan. Setiap blonk diisi satu induk betina dan dipisah
sesuai perlakuan. Proses pemijahan berlangsung selama 7 - 8 jam kemudian induk
diangkat dan dipindahkan kedalam bak penampungan induk. Setelah induk
diangkat, telur dalam masing-masing blonk disampling untuk dihitung jumlahnya.
Selanjutnya air dalam blonk diberi heater untuk meningkatan suhu air agar
mendukung proses penetasan telur. Heater dibiarkan sampai suhu air mencapai 30
o
C dan diangkat setelah mencapai suhu 30oC. Suhu 30oC merupakan suhu optimal
dalam proses penetasan telur udang (Arcos et al. 2003). Setelah mencapai suhu
30o C heater diangkat dan telur dibiarkan menetas sampai menjadi naupli sekitar 9
- 10 jam. Selanjutnya naupli dipanen dengan cara mengeluarkan air dalam blonk
dan menyaring naupli dengan seser bermata jaring ukuran 10 mikron. Naupli yang
telah dipanen, ditampung didalam bak ukuran 5 liter air. Selanjutnya diambil
sampel naupli sebanyak 200 mL dan dihitung jumlahnya. Proses perhitungan
dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali untuk akurasi dalam perhitungan jumlah.

8

Parameter Penelitian
Jumlah Sel Sperma
Jumlah sel sperma diperoleh dengan menghitung jumlah keseluruhan sel
sperma dalam gonad yaitu jumlah sel sperma normal, abnormal, hidup dan mati
yang dihitung setiap 3 hari sekali selama 12 hari pemeliharaan. (Lampiran 1).
Persentase Sel Sperma Nomal atau Abnormal
Persentase sperma normal dan abnormal diperoleh melalui perhitungan :
=

jumlah sel sperma normal atau abnormal
X 100 %
jumlah total sel sperma

Sel sperma normal bercirikan tubuh spheries dan ekor panjang, sedangkan
sel sperma abnormal bercirikan tubuh cacat seperti bengkok, pendek dan ekor
hilang (Leung- Trujillo dan Lawrence 1985)

A

B

Gambar 2 Ciri-ciri sel sperma normal (A) dan sel sperma abnormal (B) udang
vaname.
Konsentrasi Testosteron
Analisa konsentrasi testoteron dilakukan untuk mengetahui pengaruh
induksi Oodev terhadap fluktuasi hormon testoteron dalam hemolim udang jantan
selama penelitian. Analisa testosteron dilakukan pada awal, tengah dan akhir
penelitian.
Histologi Gonad
Histologi gonad dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan
Oodev terhadap perkembangan sel sperma dalam gonad. Pengambilan sampel
gonad dilakukan pada awal tengah dan akhir penelitian.
Jumlah Telur
Jumlah telur dari setiap ekor induk ditentukan atas dasar contoh sebanyak 1
liter dari media yang diambil acak 3 kali. Jumlah telur contoh dalam media
dihitung untuk dijadikan dasar penentuan jumlah total telur yang dilepas induk
betina dengan menggunakan rumus:
Bp
Jt =
x Yt
Ps x Gc

9

Keterangan:
Jt = jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor induk
Bp = volume air wadah pemijahan
Ps = frekwensi pengambilan contoh telur
Gc = volume sampel air yang digunakan dalam pengambilan contoh telur
Yt = jumlah telur dari seluruh contoh
Jumlah Naupli
Jumlah naupli diperoleh dari banyaknya telur yang dibuahi oleh jantan dan
menjadi naupli. Perhitungan jumlah naupli dilakukan 9 jam setelah telur menetas
secara keseluruhan.
Hatching Rate (HR)
HR atau derajat penetasan telur didapatkan dengan rumus perhitungan :
HR =

Jumlah nauplius menetas
x 100%
Jumlah telur dibuahi

Kualitas air
Kualitas air diukur pada awal dan akhir penelitian. Kualitas air dalam bak
pemeliharaan selama 12 hari penelitian yaitu temperatur 28 sampai 29 oC, salinitas
32 ppt dan pH 7,6 – 7,9. Perubahan kualitas air dalam bak pemeliharaan tidak
terlalu fluktuatif karena selama penelitian dilakukan pergantian setiap hari
sebanyak 80% agar kualitas air tetap optimal sehingga dapat menunjang
pertumbuhan udang selama pemeliharaan.

Analisis Data
Data pengamatan sperma dan konsentrasi testosteron dan pemijahan diolah
dan ditabulasi dengan Microsoft Excel 2010. Data sperma dan testosteron dibahas
secara deskriptif berdasarkan tren dan grafik sedangkan data pemijahan dianalisis
dengan uji ANOVA menggunakan program SPSS. Apabila uji tersebut
memberikan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey.
Histologi gonad dibahas deskriptif berdasarkan perkembangan morfologi organ.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah Sperma
Hasil pengamatan jumlah sel sperma menunjukkan terjadi peningkatan
jumlah untuk semua perlakuan. Gambar 3 menunjukkan jumlah sel sperma hari
ke-3 sampai hari ke-6 pada perlakuan ablasi mata terjadi peningkatan yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain yaitu 1,98x106 sampai 3,26
x106 sel sperma. Hari ke-9 sampai hari ke-12 jumlah sel sperma perlakuan Oodev

10

menunjukkan peningkatan jumlah sel sperma lebih tinggi. Jumlah sel sperma
tertinggi ditunjukkan Oodev dosis 0,25 mL/kg yaitu menghasilkan 12,60x106 sel
sperma dan terendah 9,15x106 sel sperma pada kontrol.
Jumlah sperma (106)

14
12

Kontrol
Ablasi
Oodev 0.1 ml/kg
Oodev 0.25 ml/kg
Oodev 0.5 ml/kg
Oodev 1 ml/kg

10
8
6
4
2
0
Hari ke-0

Hari ke-3

Hari ke-6

Hari ke-9

Hari ke-12

Waktu pengamatan

Gambar 3 Jumlah sel sperma udang vaname selama 12 hari pengamatan
Gambar 4 menunjukkan persentase sel sperma normal tertinggi pada
Oodev dosis 0,25 mL/kg yaitu 88,6% (11,10x106) dan terendah 80,3% (7,35x106)
pada kontrol. Gambar 5 menunjukkan persentase sel sperma abnormal tertinggi
pada ablasi mata yaitu 18,5% (1,8x106) dan terendah 8,6% (0,90x106) pada Oodev
dosis 0,5 mL/kg. Hasil tersebut menunjukkan perlakuan Oodev menghasilkan
persentase sel sperma normal tertinggi dan abnormalitas terendah jika
dibandingkan perlakuan ablasi mata dan kontrol.
Persentase (%)

80.3

84.4

87.0

88.1

88.6

85.1

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kontrol

Ablasi

0.1 ml/kg 0.25 ml/kg 0.5 ml/kg

1 ml/kg

Perlakuan

Gambar 4 Persentase sperma normal udang vaname selama 12 hari pengamatan
18.4

18.5

Persectase (%)

20
12.7

15

10.4

9.5

8.6

10
5
0
Kontrol

Ablasi

0.1 ml/kg 0.25 ml/kg 0.5 ml/kg

1 ml/kg

Perlakuan

Gambar 5 Persentase sel sperma abnormal udang vaname selama 12 hari
pengamatan

11

Konsentrasi testosteron (ng/l)

Konsentrasi Hormon Testosteron
Gambar 6 menunjukkan konsentrasi testosteron pada awal pengamatan
(sebelum penyuntikan Oodev) yaitu 0,11 ng/mL. Hari ke-6 (setelah penyuntikan
Oodev) konsentrasi testosteron meningkat pada semua perlakuan. Peningkatan
tertinggi ditunjukkan perlakuan ablasi mata yaitu dari 0,11 ng/mL menjadi 0,64
ng/mL sedangkan terendah pada Oodev dosis 0,1 mL/kg yaitu dari 0,11 ng/mL
menjadi 0,13 ng/mL. Hari ke-12 terjadi penurunan konsentrasi testosteron kecuali
pada kontrol dan Oodev dosis 1 mL/kg menunjukkan peningkatan. Nilai
peningkatan konsentrasi hormon testosteron perlakuan Oodev lebih tinggi
dibandingkan kontrol.
0.7
Kontrol
Ablasi
Oodev 0.1 mL/kg
Oodev 0.25 mL/kg
Oodev 0.5 mL/kg
Oodev 1 mL/kg

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
(Hari ke-0)

(Hari ke-6)

(Hari ke-12)

Waktu pengamatan

Gambar 6 Fluktuasi konsentrasi hormon testosteron dalam hemolim udang
vaname selama 12 hari pengamatan
Histologi gonad
Pengamatan histologi gonad sebelum diberi perlakuan (Hari ke-0)
menunjukkan gonad belum berkembang. Hal ini ditandai dengan belum
ditemukannya sel sperma dalam terminal ampul (Gambar 7). Terminal ampula
berfungsi sebagai cetakan spermatofor dan tempat terjadinya ejakulasi selama
proses kopulasi. Spermatofor merupakan tempat sel sperma dipaket dan
ditampung. Spermatofor terletak dalam terminal ampula, namun pembentukannya
terjadi di dalam vas deferens dengan bantuan sel-sel epitel yang melapisi saluran
sekretori (Mohammed 1993).
Histologi gonad hari ke-6 menunjukkan terjadi pemindahan sel sperma
dalam spermatofor pada semua perlakuan, hal ini ditandai dengan terlihatnya sel
sperma. Dari pengamatan secara mikroskopis terlihat bahwa sintesis sel sperma
pada perlakuan ablasi dan Oodev melebihi 50% (Gambar 8b dan 8c), sedangkan
pada kontrol berkisar 40 - 45% (Gambar 8a). Pada hari ke-12 perlakuan ablasi
mata dan Oodev dosis 0,1 mL/kg dan 1 mL/kg terjadi pemindahan sel sperma
berkisar 85% (Gambar 9b), sedangkan Oodev dosis 0,25 mL/kg dan 0,5 mL/kg
melebihi 90% hal itu terlihat dari hampir sebagian besar bagian lumen dalam
terminal ampula terisi sel sperma (Gambar 9c). Perlakuan kontrol menunjukkan
pemindahan sel sperma yang lebih lambat dibandingkan perlakuan lain, hal itu
terlihat dari beberapa bagian lumen dalam terminal ampula belum terisi sel
sperma dan masih terlihat sel epitel dibeberapa bagian terminal ampula.
Pemindahan sel sperma pada kontrol berkisar 80% (Gambar 9a). Alfaro-montoya

12

(2010) menjelaskan mekanisme pematangan gonad (pembentukan spermatozoa)
pada udang jantan yaitu spermatogenesis terjadi di dalam testis, selanjutnya van
deferens bekerja mengangkut atau memindahkan sel sperma dari testis kedalam
spermatofor. Selain itu vas deferens berfungsi sebagai tempat pematangan sel
sperma. Selanjutnya dalam spermatofor sel sperma akan disimpan dan dipaketkan
sampai menunggu proses perkawinan.

Gambar 7 Histologi gonad udang vaname hari ke-0 sebelum diberi perlakuan.
Ket. EPT:Lapisan epitel; MSX:Lapisan otot; NUC:Nukleus; L:Lumen;
AG: Kelenjar androgenic; MS: Massa sperma

a

b

c

Gambar 8 Histologi gonad udang vaname hari ke-6 setelah diberi perlakuan.
Kontrol (a), Ablasi Mata (b), Oodev (C). Ket EPT:Lapisan epitel;
MSX:Lapisan otot; L:Lumen; MS: Massa sperma

13

b

a

c

Gambar 9 Histologi gonad udang vaname hari hari ke-12. Kontrol (a), Ablasi
Mata (b), Oodev (c) Ket EPT:Lapisan epitel; L:Lumen; MS: Massa
sperma
Jumlah Telur, Jumlah Naupli dan HR
Rata-rata jumlah telur, jumlah naupli dan HR yang dihasilkan pada
masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah telur dan jumlah naupli udang vaname
Perlakuan

Rata-rata bobot
induk betina
(gram)

Rata-rata jumlah
telur (butir)

Rata-rata jumlah
naupli (ekor)

HR (%)

Kontrol
Ablasi

61 ± 1,41
60 ± 1,41

80.200a ± 1.838,4
81.600a ±1.979,9

37.450b ± 2.404,2
Tidak kawin

46,68b
-

0.1 mL/kg

60 ± 2,83

83.300a ± 2.121,3

49.150ab ± 1.767,8

59,00ab

0.25 mL/kg

58,5 ± 2,12

76.800a ± 2.262,7

45.075ab ± 2.651,6

58,82ab

0.5 mL/kg

59,5 ± 2,12

82.200a± 3.111,3

50.700a ± 1.979,8

61,58a

1 mL/kg
58 ± 1,41
80.900a ± 2,969,8 37.625b ± 2.298,1
46,59b
Keterangan: Angka-angka yang ditandai dengan huruf (superscript) yang berbeda pada baris yang
sama menunjukkan ada perbedaan (p0.05). Sedangkan rata-rata
jumlah naupli menghasilkan jumlah yang berbeda nyata (P