PEMANFAATAN BIOFLOK PADA BUDIDAYA UDANG VANAME ( Litopenaeus vannamei) INTENSIF

  Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

PEMANFAATAN BIOFLOK PADA BUDIDAYA UDANG VANAME ( Litopenaeus vannamei) INTENSIF Br at a Pant jar a, Agus Naw ang, Usm an, dan Rachm ansyah

  Balai Penelit ian dan Pengem bangan Budidaya Air Payau Jl. Makm ur Dg. Sit akka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selat an

  E- m ail: bpantjara@yahoo.com (Naskah diterima: 30 Maret 2011; Disetujui publikasi: 8 Maret 2012)

  Masalah utam a pada budidaya udang intensif adalah m enurunnya kualitas air di tam bak yan g l ayak sel am a p em el i h ar aan d an m u n cu l n ya p en yak i t . Up aya m en g u r an g i perm asalahan t ersebut adalah pem anf aat an biof lok di t am bak . Biof lok m erupak an cam puran dari berbagai m ikroba (fitoplankton, zooplankton, protozoa), detritus, dan part ikel organik. Teknologi bioflok dapat m eningkat kan kualit as air, m em inim alkan pergant ian air, ef isiensi pakan, dan m engham bat berkem bangnya penyakit selam a b ud id aya. Penelit ian ini b er t uj uan unt uk m enget ahui p engar uh b iof lok t er had ap produksi udang vanam e intensif. Penelitian dilakukan pada tam bak beton ukuran 2.000

  2

  m m ilik m asyarakat di Desa Hanura Kecam atan Pasawaran, Lam pung. Padat penebaran

  2

  udang vanam e adalah 100 ekor/ m . Perlakuan yang dicoba adalah (A) budidaya udang vanam e int ensif sist em bioflok dan (B) budidaya udang vanam e int ensif t anpa bioflok. Hasil penelit ian m enunj uk k an bahwa produk si t ert inggi diperoleh pada perlak uan bioflok yait u 10.375 kg/ ha dengan bobot udang rat a- rat a 13,8 g/ ekor, sint asan 75%, dan RKP 1,3. Sedangkan t anpa biof lok m em peroleh produksi 9.176 kg/ ha dengan bobot udang rat a- rat a 12,0 g/ ekor, sint asan 76%, dan RKP 1,6.

  KATA KUNCI: b iof lok , b ud id aya int ensif , vanam e, t am b ak ABST RACT : Biof loc utiliz ation on intensive vannam ei culture in ponds. By: Br at a Pan t j ar a, Ag u s N aw an g , Usm an , an d Rach m an syah Main problems to intensive shrimp culture in brackishwater ponds are declining of water quality for shrimp culture and diseases progression. The efforts to reduce that problems are to utilize biofloc systems in the shrimp culture. Bioflocs are a mixture of various microbes, phytoplankton, zooplankton, protozoa, detritus, organic particles. Biofloc technology is intended to increase water quality, minimize changes in water, feed efficiency and inhibited the progression of disease in aquaculture. The objectives of the research to know the effects of bioflocs for intensive vannamei production. The

  2 research was conducted to concrete pond with 2,000 m size in Hanura Village

  2 Pasewaran District, Lampung. The densities of vannamei are 100 ind. per m . The treatment of this research were intensive vannamei with biofloc (A) and without biofloc. The result of research showed that the high of production to obtained of biofloc were 10,375 kg/ha with average weight of 13.8 g/ind., survival rate of 75%, Feed conversion ratio (FCR) 1.3. Meanwhile, vannamei production without biofloc to increase 9,176 kg/ha, average weight 12.0 g/ind., survival rate of 76%, and FCR 1.6.

  KEYWORD S: biof locs, int ensive cult ur e, vannam ei, br ack ishw at er ponds

  Pen el i t i an d i l ak u k an sel am a 9 5 h ar i di t am bak int ensif m ilik m asyar ak at yang terletak di Desa Hanura Kecamatan Pasawaran, Lam pung. Tam bak yang digunakan berupa tambak beton berukuran luas 2.000 m

  • 1
  • N) t er u t am a merombak protein dan deaminasi asam amino. Kep ad at an b ak t er i het er ot r of yang cuk up t inggi b er sam a or ganism e lainnya sep er t i plankt on, f ungi, prot ozoa, ciliat a, nem at oda,

  Penum buhan bioflok di tam bak dilakukan dengan penam bahan m olase dan aplikasinya d i l ak u k an b er sam aan d en g an p em b er i an

  (1.000.000 ek or/ ha). Pem berian pak an dilakukan sejak awal penebaran dengan dosis 50% dan m enurun hingga 2,5% dari bobot badan per hari. Set elah 60 hari pem eliharaan sam p ai m en j el an g p an en d o si s p ak an dipertahankan 2% dari bobot badan per hari.

  2

  1 PK. Per siap an t am b ak d ilak uk an sesuai dengan prosedur baku untuk budidaya udang van am e i n t en si f . Per l ak u an yan g d i co b a dalam penelit ian ini adalah budidaya udang vanam e int ensif sist em biof lok dan t anpa biof lok. Teknologi biof lok diharapkan dapat m engurangi dosis pakan sebesar 10% hingga 2 0 % set i ap h ar i d ar i d o si s st an d ar yan g diberikan yaitu 1%- 3% dari bobot badan per hari set elah t erbent uknya biof lok. Benih vanam e yang digunakan berukuran Post larva (PL) 21 d en g an b ob ot 0 ,0 1 ± 0 ,0 0 2 g / ek or . Pad at penebaran udang vaname adalah 100 ekor per m

  . Tambak tersebut dilengkapi 4- 6 buah kincir air ukuran

  2

  Tek nologi biof lok yang dik em bangk an dapat meningkatkan produksi udang, mening- k at k an ef i si en si p r ot ei n d an p ak an ser t a m en ek an b u an g an l i m b ah k e l i n g k u n g an perairan sert a m eningkat kan ef isiensi peng- gunaan air dan lahan budidaya (Avnim elech, 2 0 0 9 ; Bo yd , 2 0 0 5 ). Beb er ap a i n f o r m asi (Montoya & Velasco, 2000; Brune et al., 2003), m enunj uk k an bahwa udang vanam e dapat m em anfaat kan bioflok sebagai m akanannya. Menurut Ekasari (2008) dan Verst raet e et al. (2008), f lok m ikroba yang t erbent uk banyak m engand ung b eb er ap a nut r isi ant ar a lain protein (19%- 32%), lemak (17%- 39%), karbohidrat (27%- 59%), dan abu (2%- 7%) yang cukup baik digunakan untuk pertumbuhan udang vaname. Sel an j u t n ya McIn t osh (2 0 0 0 ) m el ap or k an bahwa terjadi peningkatan retensi protein dari 31% m enjadi 38% pada pem eliharaan udang vanam e m elalui t eknologi biof lok. Subt it usi pakan pelet dengan 30% bioflok m em berikan pertumbuhan dan sintasan udang vaname yang relatif sama dengan udang vaname yang diberi 100% pakan pelet dalam kondisi t erkont rol (Ekasari, 2008). Tujuan penelit ian ini adalah untuk m engetahui pengaruh bioflok terhadap produksi udang vaname yang dipelihara secara int ensif.

  PENDAHULUAN

  part ikel, koloid, polim er organik, dan kat ion akan membentuk flok yang saling berintegrasi dalam air unt uk t et ap bert ahan dari segala perubahan kualitas air (Jorand et al., 1995; De Schryver et al., 2008).

  3

  m em an f aat k an am on i a (NH

  et al. (2 0 0 3 ), b ak t er i h et er o t r o f d ap at

  C- or g ani k t er sed i a (Bur f or d et al., 2 0 0 4 ; Schneider et al., 2005). Penambahan C- organik dengan m olase pada t am bak udang int ensif dapat m enj aga k eseim bangan k arbon dan nit r ogen d an p r oses p er om b ak an am onia oleh bak t er i lebih cepat . Menur ut Bur f or d

  ) dalam waktu tertentu dapat mematikan udang budidaya. Salah satu upaya m engurangi konsentrasi am on i a d i t am b ak ad al ah m en u m b u h k an b ak t er i het er ot r op d engan m enam b ahk an

  Pad a b u d i d aya u d an g secar a i n t en si f , penggunaan pakan komersial untuk memenuhi kebutuhan nutrien dalam pertumbuhan udang m erupak an salah sat u perm asalahan yang sam p ai saat i n i ser i n g d i k el u h k an p em - b u d i d aya. Sel ai n p en g g u n aan n ya cu k u p t inggi juga harga pakan yang cukup m ahal sehingga m eningkat kan biaya operasional. Pemberian pakan yang berlebihan berdampak p ad a m enur unnya k ualit as air d i t am b ak . Menurut Wilson (2000), kandungan prot ein yang t inggi pada pak an diper luk an unt uk sumber energi utama dan pertumbuhan udang. Sem ent ara it u, pem berian pakan pada udang tidak seluruhnya dimanfaatkan udang, karena hanya sekitar 30%- 50% yang digunakan dalam m et abolism e t ubuh, sisanya m enum puk di dasar t am bak m enjadi lim bah yang bersam a buangan m et abolit udang m enjadi m asalah karena protein dari pakan yang terlarut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas air t er u t am a t i n g g i n ya k o n sen t r asi am o n i a. Burford et al. (2003) dan Schneider et al. (2005) m elaporkan bahwa am onia m eningkat karena terjadi transformasi nitrogen dari limbah pakan dan m et abolit pada proses am onif ikasi oleh m ikroba pengurai bahan organik. Di t am bak, kandungan am onia yang m elebihi am bang batas (> 0,1 mgL

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72 pakan pada pagi dan sore set iap hari. Pem - b er i an m o l ase d i l ak u k an set el ah u d an g berumur 60 hari di tambak dan diprediksi sudah ada lim bah organik di tam bak. Jum lah m olase yang diberikan berdasarkan nilai kandungan p r o t ei n p ad a p ak an yan g d i b er i k an d an est im asi lim bah pakan yang t erbuang ke m e- dia budidaya (± 75% dengan asum si ret ensi prot ein ± 25%) dan hasil analisis t ot al am onia nit rogen (TAN) air t am bak. Berdasarkan label pada kem asan, pakan pelet kom ersial yang digunakan dalam penelit ian ini m engandung p r ot ei n ± 3 5 %. Hasi l an al i si s t er h ad ap C (karbohidrat ), m olase yang digunakan dalam penelitian ini mengandung 39,7% karbohidrat.

  Selam a kegiat an penelit ian, penam bahan air dilak uk an sat u k ali set elah sat u bulan pem eliharaan, k arena sering t erj adi huj an seh i n g g a m en u r u n k an sal i n i t as ai r yan g m en cap ai 5 - 1 0 p p t . Kep ad at an f l o k d an kestabilan di dalam tambak diamati setiap hari agar t idak t erjadi kelebihan f lok (blooming). Kel eb i h an f l o k d i d al am t am b ak san g at m em bahayakan udang vanam e, karena dapat m enur unk an ok si g en yang r el at i f si ng k at terutama bila kincir tidak berfungsi atau terjadi kerusakan. Kelebihan flok di tambak terutama pada daerah yang t enang dan t idak t erkena ar us k incir (d aer ah m at i) d ap at d ik ur angi dengan m em buang lim bah sisa pakan dan m et ab o l i t d asar t am b ak m el al u i sal u r an pem buangan t engah (central drain).

  Pengam atan kualitas air m eliputi: oksigen terlarut, suhu air, pH air, salinitas, alkalinitas, k ecerahan. Selain it u, j uga dianalisis t ot al amonia nitrogen (TAN) dan nitrit (APHA, 2005), volum e f lok (VSS) m engacu pada Avnim elech (2009), total bakteri heterotrof diam ati setiap int erval 10 hari set elah pem eliharaan 40 hari d i t am b ak at au b ak t er i f l o k su d ah m u l ai berkembang. Pengamatan pertumbuhan udang d ilak uk an set iap 2 m inggu d an sek aligus penent uan dosis pakan dan m olase. Sedang- k an sint asan dan produk si udang vanam e diket ahui set elah panen t ot al. Dat a penelit ian yang diperoleh dianalisis secara desk ript if d an u n t u k m en g et ah u i u n t u n g r u g i d ar i budidaya vanam e sist em biof lok dilakukan analisis usaha.

  HASIL DAN BAHASAN Volume Bioflok

  Bioflok yang tumbuh di tambak terintegrasi dari berbagai mikroorganisme dalam air seperti: bakt eri, plankt on, dan part ikel organik dari lim bah organik yang terdekom posisi m aupun y an g b el u m t er d ek o m p o si si sem p u r n a

  Gambar 1. Budidaya udang vaname intensif dengan teknologi bioflok (insert: volum e flok yang terukur pada imhoff con)

  

Figure 1. Intensive vannamei shrimp culture with biofloc techno-

logy (insert : floc volume the measure in imhoff con) Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1 ).
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1 .

  , serta sangat rendah bila < 1 mgL

  1.8-2.3 2.027 ± 0.1348 J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72

  3-11 9.727 ± 3.1013 Tanpa molase Without of molasses

  Aplikasi molase Application of molasses

  

Table 1. The effect of molasses application in pond to floc volume to

intensive vannamei culture

  Tabel 1. Pengaruh aplikasi m olase di tam bak terhadap volum e flok pada budidaya udang vanam e intensif

  Dem ikian pula dengan param eter kualitas air lainnya yang dit am pilkan pada Tabel 2. Tingkat kem asam an (pH air) di lingkungan t am bak dapat m engham bat t erbent uknya bioflok terutama pada pH yang rendah, karena bakt eri t idak berkem bang dengan baik pada pH dengan keasam an t inggi. Sehingga unt uk m eningkat kan pH air dalam t am bak dengan penam bahan dolom it sebanyak 5- 50 m gL

  Kondisi ini akan m em bahayakan udang yang dibudidaya karena dapat m enyebabkan kerent anan t erhadap penyakit dan kem at ian udang secara m assal dan cepat . Unt uk it u, penam bahan kincir dan penem pat an kincir yang tepat sangat penting agar oksigen dapat t erkont ribusi secara m erat a dalam kolom air. Pada penelit ian ini kandungan oksigen di- pert ahankan m inim al 3 m g/ L unt uk m em - pertahankan kestabilan flok dalam air.

  Keberadaan oksigen dalam pem bentukan biof lok sangat diperlukan dan kekurangan ok sigen dapat m enyebabk an bak t eri t idak b er k em b an g d en g an o p t i m al , seb al i k n ya bakt eri pat ogen berkem bang cukup pesat . Fl u k t u asi o k si g en sel am a p en el i t i an d i - tampilkan pada Gambar 2.

  Kualitas Air

  , dan t inggi bila bioflok m encapai volum e > 20 mlL

  , digolongkan sedang bila kisarannya mencapai 10 - 20 mgL

  Sepert i t erlihat pada Tabel 1, walaupun penambahan molase pada penelitian ini meng- hasilkan volum e biof lok yang lebih banyak d ib and ingk an t anp a p enam b ahan m olase, namun kepadatannya masih tergolong rendah. Menurut Avnim elech (2009), kepadat an f lok d ap at d ib ed ak an b er d asar k an volum e p er liter. Bioflok digolongkan rendah bila volume- nya mencapai kisaran 1- 10 mgL

  Pad a t am b ak yan g d i t am b ah m o l ase su su n an b i o f l o k n ya d i d o m i n asi b ak t er i , sebaliknya pada t am bak yang t idak dit am bah m olase secara m ikroskopik susunan f loknya d i d o m i n asi o l eh p l an k t o n . Secar a vi su al pengamatan di lapangan, air tambak yang tidak dit am bah m olase berwarna agak kehijauan dibandingkan ditambah molase.

  Zooglea ramigera, Escherichia intermedia, Paracolobacterium aerogenoids, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Flavobacterium, Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natans, Escherichia intermedia.

  Menurut Shen & Bart ha (1996), bakt eri yang berkem bang set elah m endapat energi baru dari sumber C mampu merombak limbah organik dari sisa pakan. Dilaporkan Pant jara (2008), bahwa bakteri mendekomposisi limbah organik m enghasilkan lendir m et abolit dan biopolim er (polisakarida, pept ida, dan lipida) at au senyawa kom binasi lainnya yang banyak m engandung prot ein. Lebih lanjut Mont oya & Velasco (2000) m elaporkan, bahwa adanya gaya t arik ant ar sel dari sel bakt eri dan zat o r g an i k d i sek el i l i n g n ya seh i n g g a d ap at m em bent uk gum palan- gum palan at au bio- f lokulan. Di ant ara bakt eri t ersebut adalah

  Hal ini m enunjukkan bahwa penam bahan m o l ase p ad a t am b ak u d an g i n t en si f d an dit unjang dengan oksigen yang cukup dapat m em acu perk em bangan bak t eri het erot rof sehingga m em percepat dekom posisi lim bah organik dan kualitas air menjadi lebih stabil.

  (rata- rata 2,03± 0,135 mgL

  ) dan lebih banyak volum enya dibandingkan pada t am bak yang t idak dit am bah m olase yait u berkisar ant ara 1,8- 2,3 mgL

  (rata- rata 6,73± 3,101 mgL

  (Avnimelech, 2009). Pada Tabel 1, diperlihatkan hasil pengukuran biof lok pada t am bak yang ditambah molase mencapai kisaran 3- 11 mgL

  • 1 .

Perlakuan T r ea t m en t Kisaran ( Ra n g e ) ( mg L - 1 ) Rat a-rat a Aver a g e ( mg L - 1 )

  Pad a k o n d i si p H m en d ek at i n et r al d ap at m enyebabk an beberapa j enis bak t eri ber- k em b an g d an b er sam a d en g an m i k r o - organisme lain membentuk flok.

  2.00

  Pagi (05.00- 06.00 WITA)/ Morning (5.0- 6.0 a.m.) Sore (15.00- 16.00 WITA/ Afternoon (3.0- 4.0 p.m .)

  1.00 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 6 0 6 5 7 0 7 5 8 0 8 5 9 0 9 5 1 0 0 A

  2.00

  3.00

  4.00

  5.00

  6.00

  3 0

  Oxygen (m g / L )

  Observation (days) O k s ig e n

  B Pengam atan (hari)

  1.00 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 6 0 6 5 7 0 7 5 8 0 8 5 9 0 9 5 1 0 0 Pagi (05.00- 06.00 WITA)/ Morning (5.0- 6.0 a.m.) Sore (15.00- 16.00 WITA/ Afternoon (3.0- 4.0 p.m .)

  3.00

  Hasil dekom posisi lim bah organik adalah amonia yang merupakan produk setelah terjadi p em ecah an p r o t ei n d ar i l i m b ah t am b ak . Sem ent ara it u, secara int ernal dalam t ubuh udang, pakan yang term akan dicerna m enjadi prot ein dan m engekresikan am onia m elalui insang dan feses sehingga menambah amonia dalam tambak (Tacon et al., 2002).

  4.00

  5.00

  6.00

  3 0

  Oxygen (m g / L )

  Observation (days) O k s ig e n

  Pengam atan (hari)

  

Figure 2. Dissolve oxygen fluctuation to all treatment of biofloc (A) and

without biofloc (B)

  ). Konsent rasi TAN yang cukup t inggi di t am bak dapat m enye- b ab k an k er acu n an b ag i u d an g yan g d i - budidaya. Perkem bangan bakt eri het erot rof di t am bak m em punyai kem am puan m engu- rangi kelebihan am onia karena dim anfaat kan unt uk m akanan bakt eri. Menurut Hargreaves & Tucker (2004), di perairan um um bakt eri dapat mereduksi amonia menjadi bentuk yang tidak bersifat toksik bagi ikan. Gambar 2. Flukt uasi oksigen t erlarut pada perlakuan bioflok (A) dan t anpa bioflok (B)

  4

  ) dan am onium (NH

  3

  Tot al am onia nit rogen (TAN) m erupakan kombinasi antara amonia yang tidak terionisasi (NH

  Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72

  C) - Jam (Time ) 05.

  sp. (4,24%), Branchionus sp. (42,14%), nauplii co p ep o d (1 4 ,0 8 %), Oithona sp . (8 ,2 6 %),

  Schmackeria sp. (1,53%), dan Tortanus sp.

  (5 ,3 7 %). Sed an g k an t an p a b i of l ok ad al ah

  Navicula sp. (2,15%), Oscillatoria sp. (16,56%), Protoperidinium sp. (7,05%), Branchionus sp.

  (4,48%), nauplii copepod (44,53%), Oithona sp. (14,88%), Onychocamptus sp. (8,73%), dan

  Tortanus sp. (1,61%). 151- 339 ind.L

  (rata- rata 252.5714 ± 67.33463 ind.L

  ). Pert um buhan diat om dan alga hijau pada f lok cukup baik untuk udang yang dibudidaya. Warna air yang kecoklat an di t am bak m encirikan plankt on yang t um buh didom inasi oleh diat om . Pada

  Tabel 2. Kualitas air budidaya udang vaname intensif sistem bioflok di Desa Hanura Kecamatan Pasawaran, Lampung

  

Table 2. Water quality for intensive vannamei culture of biofloc systems in Hanura Village

Pesawaran Sub-distric, Lampung Bio f lo k Biof loc T anp a b io f lo k Wit h out of b iof locs

  Suhu (Temperature ) ( o

  00 -06.

  Plankt on yang t um buh di t am bak udang van am e i n t en si f si st em b i o f l o k sel am a p enel i t i an t er i d ent i f i k asi seb ag ai b er i k ut :

  00 (5-6 am) 25.7-28.9 (27.64±0.723) 26.0-28.8 (27.59±0.714) - Jam (Time ) 15.

  00 -16.

  00 (3-4 pm) 27.2-32.2 (29.98±1.186) 27.7-32.3 (30.02±1.113)

pH 7.34-7.87 (7.596±0.153 ) 7.30-7.82 (7.217±0.234

  

Salinitas (Salinity ) (ppt) 17.0-26.3 (20.74±1.924) 17.5-26.7 (20.45±2.450)

Alkalinitas (Alkalinity ) (mgL

  • 1

  ) 105-120 (115±8.7) 100-120 (110±6.2) Kec erahan (Transparency ) (c m) 10-21 (14.25±2.3977) 10-22 (17.25±2.675) Amonia nitrogen total Total amonia nitrogen (mgL

  • 1

  ) 0.15-3.47 (0.909±1.2148) 0.16- 4.52 (1.875±1.368) Nitrit (Nitrite ) (mgL

  • 1

  ) 0.02-1.38 (0.386±0.5923) 0.02-1.55 (0.670±0.254) Warna air (Water color ) Hijau-c oklat kehijauan

  Green-greenish brown Hijau-c oklat kehijauan

  Green-brownish green Perlakuan ( T r ea t m en t ) Variab el Va r ia b les

  Navicula sp. (2,04%), Oscillatoria sp. (15,67%), Protoperidinium sp. (6,67%), Sphaerellopsys

  bahan polim er unt uk pem bent uk an ik at an polim er ant ara subst ansi pem bent uk biof lok (Avnim elech, 1999).

  Kepadatan Plank ton

  2

  et al., 2000). Senyawa ini diperlukan sebagai

  m L. Bakt eri m em punyai kem am puan dalam m ensint esis senyawa poli hidroksi alkanoat (PHA), t erut am a yang spesif ik sepert i poli β- hidroksi but irat (McInt osh, 2001; Velasco

  Kepadat an Bak t er i

  Amonia dimanfaatkan bakteri dalam proses am onifikasi dan nit rifikasi sehingga m ening- kat kan kepadat an bakt eri (Wing & Malone, 2006). Peningkat an bakt eri di t am bak dapat menurunkan amonia dan nitrit sehingga kualitas air m enjadi lebih baik unt uk pert um buhan udang. Susunan bioflok yang baik bila bakteri het erot rof m encapai > 70%. Aplikasi m olase di t am bak udang int ensif digunakan bakt eri h et er o t r o f seb ag ai st at er aw al (priming

  effects) d al am m en d ek o m p o si si l i m b ah

  organik. Kepadatan bakteri pada bioflok dalam penelit ian ini t ergolong sedang (Gam bar 3), yai t u m en cap ai k i sar an 3 ,8 x 1 0

  • 5 ,1 x 1 0

  • 4,5x10

  m L. Sedangkan f lok yang kurang baik bila populasinya rendah (< 10

  6 CFU per

  Menurut Avnim elech (2009), bahwa f lok yan g b ai k t er su su n o l eh b an yak b ak t er i dengan total bakteri yang tinggi > 10

  2 CFU/ mL (rata- rata 2,755x10

  2

  t anpa biof lok m encapai k isar an 1 ,3 x 1 0

  4 CFU/ m L) dan

  4 CFU/ m L (rat a- rat a 1,4421x 10

  3 CFU per mL).

  • 1
  • 1

  Pada penelit ian ini t idak m engident ifikasi jenis bakt eri dalam t am bak, nam un beberapa lit erat ur m enginf orm asikan bahwa f lok yang baik mengandung total vibrio < 10

  3 CFU per mL

  dan kurang baik bila total vibrio > 10

  3 CFU per

  2 CFU/ mL).

  Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

  5.0

  ) L

  4.5

  m / U

  4.0 F

  ri (C

  3.5

  te k a

  3.0

  b i

  2.5

  s la u

  2.0

  p o

  1.5 P Bioflok (Bioflocs)

  1.0 Tanpa bioflok (Without of biofloc)

  0.5 Bacteria population 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 Pengam atan (hari)

  Observation (days)

  Gambar 3. Populasi bakt eri pada budidaya udang vanam e int ensif sist em bioflok setiap 10 hari (transformasi data logaritmik)

  Figure 3. Bacteria population to intensive vannamei culture with biofloc

technology every 10 days (logaritme transformation)

  tambak dengan dan tanpa penambahan molase dibudidaya karena dapat mengeluarkan racun juga dijumpai copepoda dan nauplii copepoda. terutama bila terjadi kematian. Plankt on ini t idak m em bahayakan dan cukup

  Flukt uasi kelim pahan plankt on dalam air b ai k u n t u k p er t u m b u h an u d an g van am e selama penelitian ditampilkan pada Gambar 4. t erut am a pada st adia larva. Protoperidinium

  Kelimpahan plankton pada tambak tanpa molase yan g m er u p ak an f i t o p l an k t o n d ar i j en i s

  • 1

  m encapai kisaran 117- 222 ind.L (rat a- rat a dinof lagelat a dit em ukan pada t am bak t anpa

  • 1

  1 7 8 ,7 1 ± 4 2 ,6 9 9 i nd .L ). Sed an g k an p ad a penambahan molase. Plankton jenis ini sangat b er b ah aya b ag i k eh i d u p an u d an g yan g t am b ak d eng an p enam b ahan m ol ase d an 4 0 0

  )

  1

  • 3 5 0

  .L n d in to 3 0 0 k ( n la

  2 5 0

  p n

  2 0 0

  a h a p

  1 5 0

  m li e

  1 0 0

  K

  Bioflok (Bioflocs) 5 0 Tanpa bioflok (Without of biofloc)

  Plankton abundance

  2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 Pengam atan (hari)

  Observation (days)

  Gambar 4. Kelimpahan plankton pada budidaya udang vaname intensif sistem bioflok

  Figure 4. Plankton abundance in intensive vannamei culture with biofloc system

  • 1
  • 1 ).

  Without of biofloc

  2 Tanpa bioflok (Without of biofloc) Bioflok (Bioflocs) 4 4 5 2 5 9 6 6 7 3 8 0 8 7 9 0 9 5

  4

  6

  8

  3 7 1 6 1 4 1 2 1 0

  Growth (g/ind.)

  Observation (days) P e rt u m b u h a n (g / e k o r)

  Pengam atan (hari)

  1 0 0 0 0 9 6 0 0 9 2 0 0 8 8 0 0 8 4 0 0

  Bioflocs

  1 0 4 0 0 Biof lok

  Tanpa bioflok

  terbentuk bioflok m encapai kisaran 151- 339 ind.L

  Production of vannamei ( k g / h a )

  P ro d u k s i u d a n g v a n a m e

  Perlakuan (Treatment)

  

Figure 5. The growth and production of vannamei to intensive with biofloc in

Hanura Village Pesawaran Sub-district Lampung Province

  Gambar 5. Pertum buhan dan produksi udang vanam e intensif sistem bioflok di Desa Hanura Kecamatan Pesawaran Provinsi Lampung

  m engandung prot ein yang cukup t inggi dan b ai k u n t u k p er t u m b u h an u d an g van am e. Sed an g k an p ad a t am b ak t an p a m o l ase m em perlihat kan air lebih cerah dan kurang t erbent uk biof lok sehingga udang vanam e yang dibudidaya hanya mendapatkan makanan

  al. (2002) dan Cuzon et al. (2004), bioflok

  Pengukuran bobot udang vanam e sist em biof lok (pem eliharaan selam a 95 hari) m en- capai bobot rat a- rat a 13,8 g/ ekor dan lebih t i n g g i d i b an d i n g k an t an p a b i o f l o k yan g m encapai bobot rat a- rat a 12,0 g per ekor (Gam bar 5). Hal ini m engindikasikan bahwa ud ang vanam e p ad a p enam b ahan m olase selain m endapat m akanan pelet juga m en- dapat asupan suplem en dar i biof lok yang terbentuk di dalam tambak. Menurut Bolliet et

  Produksi Udang

  Flukt uasi jenis dan kepadat an plankt on yang berbeda pada sem ua perlakuan diduga d i seb ab k an p en g ar u h p er b ed aan k o n d i si k u al i t as ai r , k es u b u r an p er ai r an d an k em ung k inan grazing ser t a suk sesi p ad a tambak.

  (rata- rata 252,571± 67,334 ind.L

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72 dari pelet yang diberikan dan plankt on yang tumbuh di tambak.

  Sintasan pada kedua perlakuan relatif sama yaitu mencapai sintasan 75% pada bioflok dan 76% tanpa bioflok. Namun demikian, produksi u d an g van am e t er t i n g g i d i p er o l eh p ad a perlakuan biof lok yang m encapai 10.375 kg per ha dengan rasio k onversi pak an (RKP) Sedangkan t anpa biof lok m encapai 9.176 kg per ha dengan RKP 1,6.

  D, and Jobling, M (Eds). Ox ford, Blackwell Science, p. 233- 249. Boyd, C.E. 2005. Feed efficiency indicators for responsible aquacult ure. Global Aquacul-

  Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

  Regional Aquaculture Center, SRAC publi- cation 4603.

  Ghent University, Belgium , 72 pp. Hargreaves, J.A. & Tucker, C.S. 2004. Mana- ging Am onia in Fish Pond s. Sout her m

  different carbon source, salinity and the addition of probiotics on the primary nutritional value of the bioflocs. Thesis.

  De Schryver, P., Crab, R., Defoirdt, T., Boon, N., & Ver st r aet e, W. 2 0 0 8 . Th e b asi cs of bioflocs t echnology: The added value for aquaculture. Aquaculture, 277: 125- 137. Ekasari, J. 2008. Biofloc technology: The effect

  Litopenaeus vannamei reared in tanks or in ponds. Aquaculture, 235: 513- 551.

  C., & Guillaum e, J. 2 0 0 4 . Nut r it ion of

  Burford, M.A., Thom pson, P.J., McIntosh, R.P., Baum an, R.H., & Pearson, DC. 2004. The cont ribut ion of f locculat ed m at erial t o shrimp (Litopenaeus vannamei) nutrition in a hight - int ensit y zero wat er ex change system. Aquaculture, 232: 525- 537. Cuzon, G., Lawrence, A.L., Gax iola, G., Rosas,

  Burford, M.A., Thom pson, P.J., Baum an, H., & Pearson, D.C. 2003. Microbial Communities Affect Wat er Qualit y, Shrim p Perform ance at Belize Aquacult ure. Global Aquaculture

  Brune, D.E., Schwartz, G., Eversole, A.G., Collier, J.A., & Schwedler, T.E. 2003. Intensification of pond aquaculture and high rate photo- synt het ic syst em s. Aquaculture Engineer- ing, 28: 65- 86.

  ture Advocate, 8(6): 73- 74.

  Bolliet, V., Azzaydi, M., & Boujard, T. 2002. Ef- fect of feeding t im e on feed int ake and growth. In: food intake in fish. In Houlihan,

  Analisis Usaha

  Avnim elech, Y. 2009. Biofloc Technology, A Pract ical Guide Book. The World Aquacul- ture Society, 182 pp.

  Aquaculture, 176: 227- 235.

  APHA, AWWA, WEF, Washington, 1,085 pp. Avnimelech, Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control elem ent in aquaculture system s.

  th edit ion.

  2005. St andard Met hods for Ex am inat ion of Wat er and Wast e- wat er. 20

  DAFTAR ACUAN Am erican Public Healt h Associat ion (APHA).

  Budidaya udang vanam e sist em biof lok harus diim bangi dengan penggunaan kincir yang m em adai dan penem pat an yang t epat agar menghasilkan pengadukan yang kuat dan m er at a seh i n g g a d i p er ol eh ok si g en yan g m aksim al sert a m engurangi daerah m at i dari oksigen.

  SARAN

  Teknologi biof lok pada budidaya udang van am e i n t en si f m en g h asi l k an p r o d u k si 10.375 kg/ ha, mengurangi penggunaan pakan (RKP 1,3), m enst abilkan kondisi dan m em - pertahankan kesehatan udang serta m em beri k eunt ungan sebesar Rp 72.221.000,- / ha/ m u si m t an am , l eb i h t i n g g i d i b an d i n g k an budidaya udang vanam e t anpa bioflok.

  KESIMPULAN

  Kebut uhan biaya operasional pada budi- d aya u d an g van am e si st em b i of l ok l eb i h tinggi walaupun jumlah pakannya lebih sedikit (Lam piran 1a dan 1b). Hal ini disebabk an teknologi bioflok memerlukan biaya tambahan unt uk pem belian m olase. Nam un dem ikian, t eknologi bioflok m em peroleh produksi yang lebih t inggi dan uk uran udang yang lebih besar dibandingkan t anpa biof lok sehingga b er p en g ar u h t er h ad ap h ar g a j u al u d an g per kilogram nya. Hasil analisis ekonom i pada b u d i d aya u d an g van am e i n t en si f d en g an t ek n o l o g i b i o f l o k p ad a p en el i t i an i n i m em erluk an biaya operasional sebesar Rp 290.904.000,- / ha dan penerimaan sebesar Rp 3 6 3 . 1 2 5 . 0 0 0 , - / h a, seh i n g g a d i p er o l eh k eunt ungan sebesar Rp 72.221.000,- / ha/ m usim tanam . Sedangkan pada tam bak tanpa aplikasi molase (tanpa bioflok) diperlukan biaya operasional Rp 258.266.000- / ha; penerimaan Rp 3 1 1 .9 8 4 .0 0 0 ,- / ha dan k eunt ungan Rp 53.718.000,- / ha/ musim tanam.

Advocate, August 2003, p. 64- 65

  Halver, J.E. & Hardy, R.W. 2002. Nut rient flow and retention. In Halver, J.E. and Hardy, R.W.

  2 0 0 2 . Ef f ect of cult ur e syst em on t he n u t r i t i o n an d g r o wt h p er f o r m an ce o f Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed different diet s. Aquaculture Nutrition, 8(2): 121- 139. Velasco, M., Lawrence, A.L., Cast ille, F.L., &

  143- 179. Wing, G.M.T. & Malone, R.F. 2006. Biological filters in Aquaculture: trends and research direction for freshwater and marine appli- cations. Aquaculture Engenering, 34: 163- 171.

  In: Halver, J.E. and Hardy, R.W. (Eds.). Fish Nutrition. New York: Academ ic Press, p.

  Wilson, R.P. 2000. Am ino acids and prot eins.

  Verst raet e, W., Schryver, P.D., Defoirdt , T., & Crab, R. 2008. Added value of m icrobial life in flock. Laborat ory for Microbial Eco- logy and Technology, Ghent Universit y, Belgium, 43 pp. http:/ / labmet.ugent.be.

  vannamei postlarvae. The Global Aquacul- ture Advocate, 3(6): 46- 47.

  Obaldo, L.G. 2000. Det erm ining opt im al d i et ar y p r o t ei n l evel f o r Litopenaeus

  Shen, J. & Bart ha, R. 1996. Prim ing effect of substrat addition in soil- based biodegrada- t ion t est s. Applied and Envinronmental Microbiology, 62(4): 1,428- 1,430. Tacon , A.G.J., Cod y, J.J., Con q u est , L.D., Divakaran, S., Forster, I.P., & Decamp, O.E.

  (Eds.). Fish Nutrition. Academic Press, New York, p. 755- 770. Jorand, F., Zartarian, F., Thomas, F., Block, J.C.,

  Aquaculture Engineering, 32: 379- 401.

  Schneider, O., Sereti, V., Eding, E.H., & Verreth, J.A.J. 2005. Analysis of nut rient flows in integrated intensive aquaculture system s.

  IV Universitas Hangtuah, Surabaya, hlm : II- 195 –II- 199.

  ) l i n k ag e b et ween b act er i a wi t h i n activated- sludge flock. Water Res., 29(7): 1,639- 1,647. McInt osh, R.P. 2000. Changing paradigm s in shrim p farm ing. IV. Low protein feeds and feeding strategies. The Global Aquaculture Advocate, 3(2): 44- 50. McInt osh, R.P. 2001. Changing paradigm s in sh r i m p f ar m i n g . V. Est ab l i sh m en t o f het erot rophic bact erial com m unit ies. The Global Aquaculture Advocate, 4(1): 53- 58. Montoya, R. & Velasco, M. 2000. Role of bacte- ria on nutritional and management strate- gies in aquacult ure syst em s. The Global Aquaculture Advocate, 3(2): 35- 36. Pantjara, B. 2008. Efektivitas sumber C terhadap dekomposisi bahan organik limbah tambak udang intensif. Seminar Nasional Kelautan

  n d

  Bet t eru, J.V., Villem in, G., Urbain, V., & Manen, J. 1995. Chem ical and st ruct ural (2

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72

  Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang ..... (Brata Pantjara)

  Lampiran 1a. Analisis finansial budidaya udang vaname intensif sistem bioflok (per ha)

  

Appendix 1a. Financial analysis of intensive vannamei shrimp culture bioflocs system (per ha)

Variab el Vo lume Sat uan H arg a sat uan T o t al Va r ia b les Volum e Un it U n it pr ice ( Rp ) T ot a l ( Rp ) 290,904, 000 Biaya o p erasio na l p er siklus Oper a t ion a l cost per cycle

  • Ben ih (Fry )

    1,000,000 Ind.

  35 35 ,00 0,000

  • Probiot ik (Probiotic ) 100 kg 20,000 2 ,0 00,000
  • Dolomit (Dolomite ) 1,000 kg 1,000 1 ,0 00,000
  • Listrik (Electric )
  • 1 siklus 20 ,00 0,000
  • Molase (Molasses ) 10,790 kg 4,000 43 ,16 0,000
  • Pakan (Feed ) 13,488 Kg 13,000 175 ,3 44,000
  • Upah jaga (Keep wagies ) 12 bl 1,200,000 14 ,40 0,000

   Penerimaan ( Reven ue ) 10,375 kg 35 ,000 363,125, 000 Laba per siklu s (Profit per cycle ) 72 ,22 1,000 Arus uang t unai (Cash flow)

  144 ,4 42,000 Analisis kelay akan (B/C rasio )

  1.25 Rentabilit as ekonomi Economic rentability (%)

  24.03 Jangka waktu peng embalian Payback period

  2.01 Tit ik impas (Break event point ) 28.039

  J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 61-72

  Lampiran 1b. Analisis finansial budidaya udang vaname intensif tanpa bioflok (per ha)

  

Appendix 1b. Financial analysis of intensive vannamei shrimp culture without bioflocs (per ha)

Variab el Vo lume Sat uan H arg a sat uan T o t al Va r ia b les Volum e Un it U n it pr ice ( Rp ) T ot a l ( Rp )

  

Biaya o p e rasio nal p er sikl us 258 ,266,000

Oper a t ion a l cost per cycle

  • Be nih (Fry ) 1,000 ,0 00 Ind. 35 3 5,000,000
  • - Prob io tik (Probiotic ) 1 00 kg 20,000 2,000,000

  • - Dolomit (Dolomite ) 1,000 kg 1,000 1,000,000>Listrik (Electric ) siklus 1 5,000,000 -

  • Molase (Molasses ) -
  • - Pakan (Feed ) 14,682 Kg 13,000 190,866,000

  • Upah jaga (Keep wagies ) 12 bl 1 ,2 00,000 1 4,400,000 9,176 kg 32,000

  Peneri maan ( Reven ue ) 311 ,984,000

  

Laba per siklus (Profit per cy cle ) 5 3,718,000

Arus uang tunai (Cash flow) 107,436,000

Rasio keun tungan dan biay a (B/C rasio )

  1.21 Rentabilitas ekonomi

  20.80 Economic rentability (%) Jangka w aktu pengembalian

  2.4 Payback period Titik impas (Break event point ) 28.146