LAPORAN KASUS Onikomikosis Kuku Jari Tangan

II. LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 18 tahun, mahasiswa datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU dr. Pirngadi Medan 442011 dengan keluhan kemerahan, nyeri, bengkak dan gatal pada kulit disekitar kuku tangan dalam 2 minggu terakhir. Sejak 6 bulan yang lalu kuku-kuku jari tangan kanan dan kiri tampak kasar dan berubah warna. Penderita dalam 6 bulan terakhir mengaku sering kontak dengan tanah karena penderita adalah mahasiswa pertanian. Kelainan ini belum pernah diobati oleh penderita. Pemeriksaan fisik kesadaran kompos mentis, keadaan umum baik, status gizi baik. Tanda-tanda vital frekuensi pernapasan 24xmenit, temperatur 36,7 ºC, tekanan darah 12080 mmHg, nadi 120 xmnt. Pemeriksaan dermatologis dijumpai adanya eritem, odem, gatal dan nyeri dijumpai pada kulit sekitar kuku, permukaan kuku kasar dan diskolorasi menjadi kusam pada ke 10 jari tangan. Gbr 2. Pasien pada saat pertama sekali datang terlihat kulit disekitar kuku tangan eritem, bengkak, nyeri dan gatal dan kuku-kuku jari tangan kiri dan kanan dengan permukaan kasar A B C Universitas Sumatera Utara dan berubah menjadi kusam A Jari tangan kanan B Jari tangan kiri C Jempol tangan kanan dan kiri Pasien kemudian didiagnosis banding dengan paronikia + onikomikosis, psoriasis kuku dan liken planus. Pada pasien kemudian dilakukan pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 30 dan kultur jamur. Pemeriksaan KOH 30 menunjukkan hasil yang positif dengan dijumpainya elemen jamur. Diagnosis kerja menjadi paranokia + onikomikosis. Penatalaksanaan pada penderita adalah penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya. Pasien kemudian dianjurkan menggunakan sarung tangan bila berhubungan dengan tanah, dan menjaga agar tangan tetap bersih dan kering. Terapi yang diberikan yaitu eritromisin 500 mg 4x1 selama 5 hari dan mebhidrolin napadisilat interhistin® 50 mg tablet 3x1 kapan perlu, asam mefenamat 3x500 mg kapan perlu, itrakonazol dosis denyut 400 mghari selama seminggu tiap bulan sebanyak dua siklus dan aplikasi ciclopirox nail lacquer Loprox® yang diaplikasikan tiap hari pada permukaan kuku. Hasil pemeriksaan kultur jamur 2 minggu kemudian 2642011 menunjukkan spesies Trichophyton mentagrophytes. Gbr 3. Hasil pemeriksaan kultur A Hasil kultur pada media sabaroud B Gambaran mikroskopis menunjukkan spesies Trichophyton mentagrophytes Kontrol 1 bulan kemudian untuk pengobatan denyut 1 252011, eritem, oedem, gatal dan nyeri pada kulit disekitar kuku telah menghilang. Belum terdapat perubahan pada kuku, permukaan kasar pada kuku belum berkurang, diskolorasi tidak ada perubahan. Penatalaksanaan diteruskan itrakonazol denyut ke 2 dan ciclopirox nail lacquer. A B Universitas Sumatera Utara Gbr 4. Pasien pada saat kontrol 1 bulan kemudian, belum tampak perubahan pada kuku A Kuku jari tangan kiri B Kuku jari tangan kanan Kontrol 1 bulan kemudian 3052011, setelah pemberian itrakonazol denyut ke-2. Tampak permukaan kasar kuku telah berkurang dan warna kuku juga normal. Pertumbuhan kuku sebanyak 1-2 mm. Pada penderita kemudian dilakukan pemeriksaan KOH 30 dan kultur jamur. Pemeriksaan KOH menunjukkan hasil negatif, dan hasil kultur 2 minggu kemudian juga tidak ada pertumbuhan jamur. Penatalaksanaan kemudian tidak dilanjutkan. Gbr 5. Pasien pada saat kontrol setelah itrakonazol denyut ke 2 A Tampak kuku kusam telah berkurang B Pertumbuhan kuku sebanyak 1-2 mm Kontrol 1 bulan kemudian 2762011 setelah penghentian obat, tampak permukaan kuku telah normal dan warna kuku juga telah normal. Pertumbuhan kuku sebanyak 3-4 mm. A B A B Universitas Sumatera Utara Gbr 6. Foto pasien 1 bulan setelah penghentian itrakonazol A B Tampak permukaan kuku telah normal C D Pertumbuhan kuku sebanyak 3-4 mm Prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam ad bonam, quo ad sanationam ad dubia ad bonam.

III. DISKUSI