Pelaksanaan kemitraan dan pendapatan petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI
TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH
KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DIAN PERMATA SARI
H34114076

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pelaksanaan Kemitraan
dan Pendapatan Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014
Dian Permata Sari
NIM H34114076

ABSTRAK
DIAN PERMATA SARI. Pelaksaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT
Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh RATNA WINANDI.
Pembangunan subsektor hortikultura merupakan bagian dari pembangunan sektor
pertanian yang dilakukan untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa
mendatang. Jawa Barat merupakan daerah yang cocok dalam pengembangan
hortikulutura seperti tomat. Salah satu wilayah penghasil tomat di Kabupaten Bogor
adalah Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung. Desa Sukamanah memiliki banyak
petani tomat yang menjalankan pola kemitraan dengan perusahaan agribisnis setempat
salah satunya adalah PT Sayuran Siap Saji. Permasalahan yang terjadi adalah petani tidak

memiliki pasar yang pasti sehingga sulit untuk menjual hasil produksinya, oleh karena itu
diadakan kemitraan agar petani memiliki kepastian pasar dan kepastian harga. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang
bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji. Anlisa yang digunakan
adalah analisis pendapatan dan R / C. Hasil penelitian menunjukkan Nilai R/C atas biaya
tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra 2,26. R/C atas biaya total
petani mitra sebesar 2,26 sedangkan non mitra sebesar 1,78 . Hasil analisis tersebut dapat
menjelaskan bahwa kegiatan usahatani tomat melalui kemitraan yang dilakukan dengan
PT Sayuran Siap Saji lebih efisien dan lebih mendatangkan keuntungan bagi petani.
Kata Kunci : Kemitraan, tomat, analisis R/C, dan analisis pendapatan
ABSTRACT
DIAN PERMATA SARI. Analysis of Farmers Income Partnership Againt Tomato
Vegetables in PT Sayuran Siap Saji, Sukamanah Village Megamendung District Bogor
Jawa Barat. Supervised by RATNA WINANDI.
Development of horticulture subsector is part of the development of the
agricultural sector is being done to create a strong agribusiness in the future. West Java is
a suitable area in the development of horticulture such as tomatoes. One of the tomato
producing areas are in Bogor Regency is Sukamanah village Megamendung subsdistrict.
Sukamanah village has many tomato farmers who run partnership with local agribusiness
companies one of which is PT Sayuran Siap Saji. The problem that occurs if farmers do

not have a difinate market so that farmers find it difficult to sell their product, and
therefore hold that the partnership as a clear market certainty and price certainty. The
purpose of this study to anlyze the level of income earned tomato farmer who partner dan
non partner with PT Sayuran Siap Saji. The analysis used is analysis of revenue and R/C
ratio. The result show the value of R/C ratio above cash cost for partner farmer 2,83 and
2,26 for non partner farmers. R/C based on the total cost of farmer partner 2,26 and 1,78
for non partner. The result of this analysis can explain that tomato farming activities are
carried out through a partnership with PT Sayuran Siap Saji more efficient and more
profitable for farmers.
Key words : partnership, tomato, R/C analysis and revenue analysis

PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PENDAPATAN PETANI
TOMAT DI PT SAYURAN SIAP SAJI DESA SUKAMANAH
KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

DIAN PERMATA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya
akhir dengan judul Pelaksanaan Kemitraan Dan Pendapatan Petani Tomat di PT
Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor
sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang telah
dilaksanakan dalam jangka waktu tiga bulan pada bulan Januari 2014 hingga
Maret 2014.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama menyusun skripsi.
Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh responden PT Sayuran
Siap Saji serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai
informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga tak hentinya penulis sampaikan
kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis
Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang, dan rasa kebersamaan
yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para
pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Juli 2014
Dian Permata Sari

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam proses penyusunan
karya tulis ilmiah yang berjudul Pelaksanaan Kemitraan Terhadap Pendapatan
Petani Tomat di PT Sayuran Siap Saji Desa Sukamanah Kecamatan
Megamendung Bogor Jawa Barat sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak
lepas dari bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan mulai dari persiapan hingga selesainya penulisan karya
ilmiah ini.
2. Ir. Juniar Atmakusuma, Ms atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada
seminar kolokium serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah ini.
3. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada
sidang skripsi serta masukan yang disampaikan untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah ini.
4. Fauzan Amri Hasibuan atas kesediaannya menjadi pembahas serta masukan
yang disampaikan pada seminar hasil penelitian penulis.

5. Petani tomat di Desa Sukamanah dan karyawan PT Sayuran Siap Saji yang
telah bersedia memberikan tempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian
serta bantuan data dan informasi selama berada di lapangan.
6. Orangtua tercinta papa (Eddy Zufnal) dan mama (Sushelmi), serta adik
tersayang (Dita Midia Sari) dan keluarga besarku atas perhatian, doa, nasehat,
semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan secara moril
dan materiil yang telah dicurahkan kepada penulis.
7. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
penelitian ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu atas segala
dukungan, bantuan, dan doa.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini
memperoleh balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa atas semua wujud
amal baik yang telah disumbangkan.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tomat
Keterkaitan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Kemitraan
Maksud dan Tujuan Kemitraan
Kendala – kendala dalam Kemitraan
Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura
Konsep Usahatani
Unsur – unsur Pokok Usahatani
Penerimaan Usahatani
Konsep Biaya Usahatani
Analisis Pendapatan Usahatani

Ukuran Pendapatan Usahatani
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengolahan Data
Metode Analisis Data
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Rasio Penerimaan dengan Biaya yang Dikeluarkan
(Analisis R/C )
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Karakteristik Petani Responden Tomat
Status Usahatani Tomat
Usia Petani Tomat
Tingkat Pendidikan Petani Tomat
Pengalaman Berusahatani Tomat
Proses Produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Tomat

Mekanisme Suplai Benih kepada Petani Tomat

XV
XVI
XVI
XVII
1
1
4
7
7
7
8
8
9
12
12
12
12
12

13
14
15
17
18
19
19
20
22
22
22
22
23
23
24
25
25
26
26
26
26
26
27
29
29
30

Sistem Panen dan Hasil Pembayaran Panen
Alasan – alasan Petani Bermitra
Manfaat Pelaksanaan Kemitraan
Analisis Pendapatan Petani Responden
Penerimaan Petani Responden Tomat per Musim Tanam
Biaya Tunai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

30
31
32
32
33
34
39
39
39
40

DAFTAR TABEL
1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011
2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tomat di Indonesia
tahun 2007-2011
3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012
4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun
2010-2013
5 Kewajiban dalam Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Mitra Tani
Tahun 2012
6 Penerimaan petani tomat per musim tanam
7 Total Biaya Usahatani Petani Tomat Mitra dan Non Mitra Per Musim
Tanam
8 Komponen Biaya Tunai Usahatani Tomat Petani Mitra dan Non Mitra
Pada Luasan Lahan 331 m2

1
2
2
5
30
33
34
35

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Operasional

21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Mitra
Tabel Karakteristik Responden Petani Tomat Non Mitra
Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Mitra Per Musim Tanam (Rp)
Tabel Biaya Produksi Usahatani Tomat Non Mitra Per Musim Tanam
Perbandingan Pendapatan Rata –rata dan R/C Mitra dan Non Mitra
Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional
Produk Tomat Taiwan Ditanam di Lahan Konvensional
Proses Produksi Tomat Taiwan pada PT.Sayuran Siap Saji

41
42
43
44
45
47
48
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial dalam
mengembangkan sektor agribisnis, selain terletak di daerah tropis juga
mempunyai keadaan geografis yang sangat menunjang untuk budidaya berbagai
jenis tanaman pertanian, termasuk tanaman hortikultura. Komoditi hortikultura
tersebut memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat, karena kandungan gizi
yang terdapat dari masing-masing tanaman hortikultura tersebut. Hortikultura
merupakan salah satu subsektor dalam sektor agribisnis yang berperan penting
dalam perekonomian nasional
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami
peningkatan dari tahun ketahun yang berdasarkan data pada tahun 2012 kini telah
mencapai 255 juta jiwa, tentunya perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan
yang cukup dan memadai. Sayuran sebagai salah satu komoditas dalam subsektor
hortikultura ikut berperan penting dalam hal ini.Beragam jenis sayuran diproduksi
di Indonesia, baik jenis dedaunan, buah maupun umbi-umbian dengan jumlah
produksi yang beragam.Hampir 80 jenis sayuran diproduksi di Indonesia.Data
produksi beberapa jenis sayuran yang banyak diproduksi didalam negeri dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi komoditas sayuran di Indonesia tahun 2007-2011
Jenis Sayuran
Kubis
Cabai
Kentang
Bawang Merah
Tomat
Ketimun
Sawi
Daun Bawang
Kacang Panjang
Tomat

2007
1 288 740
1 128 792
1 003 733
802 810
635 474
581 206
564 912
479 927
488 500
350 171

2008
1 323 702
1 153 060
1 071 543
853 615
725 973
540 122
565 636
547 743
455 524
367 111

Produksi (Ton)
2009
2010
1 358 113
1 385 044
1 378 727
1 378 727
1 176 304
1 060 805
965 164
1 048 934
853 061
891 616
583 139
547 141
562 838
583 770
549 365
541 374
483 793
489 449
368 014
403 827

2011
1 363 741
1 903 229
955 488
893 124
954 046
521 535
580 969
526 774
458 307
459 917

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 (data diolah)

Tomat (Solanum Lycopercisum L.) merupakan salah satu dari sepuluh
komoditas sayuran yang banyak diproduksi di Indonesia. Di Indonesia banyak
diusahakan wortel, kentang, bawang merah dan lain sebagainya, namun tomat
memilki keunggulan selain memberikan gizi yang cukup baik, tomat juga dapat
memberikan keuntungan tersendiri bagi petaninya selain budidaya dan
perawatannya yang mudah tomat juga dapat memberikan keuntungan bagi
petaninya, tomat juga merupakan salah satu sayuran yang memberi keuntungan
kepada petani dengan proses budidaya yang mudah, oleh karena itu komoditi
tomat yang akan dibahas dalam skripsi ini. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan pentingnya nilai gizi, permintaan
tomat diprediksikan akan terus berkembang pada masa yang akan datang dilihat

2

berdasarkan luas panen, produksi dan produktivitas tomat di Indonesia, dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas tomat di Indonesia
tahun 2007-2011
Luas
Persentase Perubahan
Produksi Produktifit
Tahun
panen
Luas
(Ton)
as (Ton/ha)
Produksi Produktifitas
panen
(Ha)
2007
46.845 333.729
7,1
2008
46.259 330.338
7,1
1,25
1,02
0
2009
45.215 346.081
7,7
2,25
4,76
8,45
2010
46.118 389.198
6,7
4,64
16,40
12,98
2011
49.457 396.208
8,0
14,7
37,00
19,40
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012 (data diolah)

Selama periode penanaman 2007-2009 terjadi penurunan luas panen dari
tahun ke tahun, dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2010 dan 2011.
Tahun 2011 peningkatan luas panen cukup besar yaitu sebesar 14,7 persen
dibanding tahun sebelumnya dan merupakan luas panen terbesar pada periode
2007-2011. Pada tahun tersebut produkstivitas tomat mencapai angka tertinggi
yaitu 8 ton per hektar, sehingga produksi tomat nasionalpun mencapai angka
tertinggi yaitu sebesar 396.208 ton
Tomat diusahakan hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat dengan sentra
produksi meliputi wilayah–wilayah dataran tinggi seperti Kabupaten Bogor,
Bandung, Cianjur, Garut, dan Sukabumi. Daerah produksi tomat banyak terpusat
di kawasan desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Kecamatan Megamendung merupakan salah satu wilayah sentra produksi tomat di
Jawa Barat. Produksi tomat di wilayah Jawa Barat khususnya dan di Indonesia
pada umumnya meningkat setiap tahunnya guna pemenuhan kebutuhan konsumsi
masyarakat di Indonesia, oleh karena itu dalam skripsi penelitian akan
dilaksanakan di Megamendung Jawa Barat, karena Jawa Barat merupakan salah
satu sentra tomat terbesar di Indonesia .Sebagai sentra produksi tomat di Jawa
Barat, hingga saat ini Bogor terus mengusahakan tomat sebagai sumber
perndapatan petani.Data produksi tomat pada berbagai wilayah di Jawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data produksi tomatdi wilayah Jawa Barat tahun 2008-2012
Kota /
Kabupaten
Bogor
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Majalengka
Cirebon
Subang

2008
6668
7501
1354
2073
8823
140
2800

2009
5900
11268
3793
3407
7477
39
6023

Tahun (Ton)
2010
4193
9757
2471
2895
6576
47
5778

Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat (2012)

2011
6852
5604
3151
3678
11293
53
6412

2012
3117
5653
3050
2461
5580
0
6156

3

Berdasarkan tabel 3, Bogor merupakan salah satu penghasil tomat di Jawa
Barat, walaupun pada 2012 mengalami penurunan jumlah produksi. Konsentrasi
produksi tomat yang hanya ada di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para
produsen untuk memperhatikan pasokan tomat agar merata keseluruh daerah Jawa
Barat dan Jabodetabek. Selain untuk pemerataan, tuntutan konsumen untuk
mendapatkan tomat yang segar dan aman untuk dikonsumsi juga menjadi hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan produksi dan penanganan pasca panen dan
pemasarannya. Pasokan tomat dan tanaman hortikultura lainnya seperti chaisin,
bawang, letus dan lainnya penting untuk diperhatikan karena menyangkut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhdap sayuran dan agar produsen mempunyai
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai
apabila adanya kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara petani
dengan perusahaan. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan cara adanya pola
kemitraan antara petani dengan perusahaan.
Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai
buruh majikan atau atasan dan bawahan melainkan sebagai adanya pembagian
resiko dan keuntungan yang proporsional, dan inilah kekuatan serta karakter
kemitraan usaha (Hafsah 1999).
Dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan
secara lebih konkrit adalah 1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan
masyarakat, 2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3)
meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil,
4)meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional,
5)memperluas kesempatan kerja, dan 6) meningkatkan ketahanan ekonomi
nasional.Di dalam skrpsi ini membahas tentang PT Sayuran Siap Saji karena PT
Sayuran Siap Saji ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri
dikarenakan keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan
langkah – langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani
agar semakin berkembang dan maju bersama. Tomat yang dipasarkan oleh PT
Sayuran Siap Saji merupakan produk hortikultura yang mudah rusak. Kendala
yang sering dialami oleh perusahaan menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas
dan kualitas produk sayuran. Selain permasalahan dari sisi perusahaan, petani
pada umumnya juga masih mengalami berbagai kendala dalam meningkatkan
pendapatan karena hambatan dalam penerapan manajemen, sumber daya manusia
dan penggunaan teknologi yang tergolong sederhana. Selain dari itu permasalahan
lain yang dialami petani adalah petani mengalami kesulitan dalam pemasaran
hasil panen dan harga jual yang sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh
petani sebagai hambatan yang berat karena umumnya petani tidak dapat
memprediksi pergerakan harga dan permintaan. Oleh karena itu, pengembangan
pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut.
PT Sayuran Siap Saji adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis sayuran yaitu sebagai produsen dan Trading Company. Lokasi PT
Sayuran Siap Saji terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor. Keunggulan dari PT Sayuran Siap Saji ini salah satunya adalah
untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer dan
alih teknologi melalui pelatihan dan pemagangan, terutama budidaya termasuk
didalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran,

4

penyiapan benih–benih unggul yang berkualitas sehingga petani dapat
menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.
Perumusan Masalah
Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat,
produsen sayuran seperti PT Sayuran Siap Saji dituntut untuk memiliki
keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan
konsumen dan memberikan produk yang berkualitas serta pelayanan yang
memuaskan kepada konsumen. Namun, tidak hanya produsen, distributor dan
penjual (mitra) sebagai pihak yang memasok sayuran hingga ke konsumen juga
harus memiliki keunggulan kompetitif agar produk yang didistribusikan dapat
terjaga kualitasnya, tinggi tingkat ketersediannya dan singkat waktu
penyediannya. Keunggulan kompetitif tersebut diwujudkan kedalam
pengembanagan pola kemitraan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas
produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta
penciptaan kemandirian kelompok mitra.
PT Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang telah berdiri sejak
tahun 2000 dan hingga sekarang perkembangannya terbilang cukup maju dalam
usahanya. PT Sayuran Siap Saji mengkhususkan aktifitasnya sebagai pedagang
besar yang membeli sayuran hasil dari petani pemasok dan memberikan perlakuan
pasca panen pada sayuran yang telah dibelinya berupa pembersihan, sortasi,
pengklasifikasian dan pengemasan untuk kemudian memasarkannya ke pasar
swalayan dan restoran. Dalam melakukan kegiatan usahanya, PT Sayuran Siap
Saji tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar sayurannya sendiri dikarenakan
keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja sehingga dilakukan langkah –
langkah dan upaya dalam mengembangkan kerjasama dengan petani agar semakin
berkembang dan maju bersama. Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi
terhadap kebutuhan dan permintaan pasar yang semakin meningkat dan dinamis,
berkaitan dengan kuantitas, kualitas, ragam dan jenis sayuran. Oleh karena itu,
sejak awal berdirinya, perusahaan ini menjalankan kerjasama dengan para petani
sayuran melalui kemitraan yang menguntungkan dimana perusahaan bertindak
sebagai penyedia input produksi sedangkan petani yang menjadi mitranya
mengolah atau memproses input tersebut untuk menghasilkan output yang
diharapkan.
Petani tomat di Desa Sukamanah sebagian besar hanya berprofesi tunggal
sebagai petani. Faktor tingkat pendidikan yang sebagian besar di dominasi lulusan
tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama membuat
mereka tidak memiliki banyak pilihan dalam menentukan mata pencaharian yang
dijalankan sebagai profesinya. Mereka mengandalkan sumber daya alam yang
dimiliki untuk kegiatan budidaya pertanian dengan konsep pengetahuan dan
wawasan yang mereka dapatkan secara turun-temurun. Kondisi tersebut
menyebabkan mereka sulit mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pertanian
yang dilakukan baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
PT Sayuran Siap Saji sebagai salah satu perusahaan agribisnis yang
bergerak dalam pendistribusian sayur-sayuran segar memasarkan produknya ke

5

pasar swalayan dan restoran. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan
pasokan bahan baku secara berkelanjutan dari petani mitra untuk memenuhi
kebutuhannya. Adapun konsumen utama PT Sayuran Siap Saji adalah pasar
swalayan dan restoran oriental yang menjadikan produk sayuran produksi
perusahaan menjadi produk olahan. Jenis sayuran yang berada di PT Sayuran Siap
Saji terdiri dari sayuran lokal dan sayuran impor dari Asia Timur seperti Jepang
dan Korea. Salah satu jenis sayuran lokal adalah tomat dimana PT Sayuran Siap
Saji memperolehnya dari petani mitra.
Tomat merupakan jenis sayuran yang permintaannya terus mengalami
peningkatan, namun PT Sayuran Siap Saji belum dapat memenuhi semua
permintaan tersebut karena terdapat permasalahan pada petani apalagi pada saat
ini cuaca di Indonesia yang tidak bagus, hal tersebut berpengaruh terhadap
budidaya tomat tersebut karena musim hujan yang terus menerus penanaman
tomatnya menghadapi banyak kendala seperti kerusakan pada tanamannya dan
harga yang sangat berfluktuatif pada saat ini. Oleh karena itu, perusahaan perlu
menjaga kontinuitas bahan baku agar produksi tomat menjadi lancar dan terus
meningkat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT Sayuran Siap Saji,
diketahui bahwa permintaan terhadap tomat mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi dan Permintaan Tomat di PT Sayuran Siap Saji pada Tahun
2010 - 2013
No

Tahun

Produksi Tomat
(kg/tahun)
1
Tahun 2010
33 408
2
Tahun 2011
26 784
3
Tahun 2012
24 048
4
Tahun2013
29 280
Sumber : PT Sayuran Siap Saji (Desember 2013)

Permintaan Tomat
(kg/tahun)
44 640
44 064
40 464
41 760

Selisih
-11 232
-17 280
-16 416
-12 480

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa permintaan tomat setiap tahunnya
semakin meningkat sedangkan untuk produksinya tidak dapat memenuhi
permintaan setiap minggunya karena adanya permasalahan dari PT Sayuran Siap
Saji sendiri yang tidak memiliki lahan sendiri oleh karena itu harus bekerjasama
dengan mitra yaitu petani yang berada di daerah sekitar Megamendung.
Tomat yang dipasarkan oleh PT Sayuran Siap Sajimerupakan produk
hortikultura yang mudah rusak. Kendala yang sering dialami oleh perusahaan
menyangkut masalah kontinuitas, kuantitas dan kualitas produksi sayuran. Selain
permasalahan dari sisi perusahaan, petani pada umumnya juga masih mengalami
berbagai kendala dalam meningkatkan pendapatan karena hambatan dalam
penerapan manajemen, sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi yang
tergolong sederhana dan ini terjadi pada petani non mitra. Berdasarkan hal
tersebut, pengembangan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif dalam
mengatasi masalah tersebut.
Permasalahan lain yang terjadi pada petani sebelum melakukan kemitraan
(non mitra) terdapat pada subsistem agribisnis hulu, dimana petani kesulitan untuk
memperoleh benih yang bagus dan berkualitas karena keterbatasan modal yang
dimiliki oleh petani. Petani juga mengalami permasalahan pada subsistem
usahatani, dimana terjadinya penurunan produktifitas yang diakibatkan oleh cuaca

6

yang sangat buruk pada beberapa bulan ini. Petani juga tidak mengikuti teknis
yang baik karena tidak memiliki cukup dana sehingga pola budidaya tidak lagi
mempertimbangkan baku teknis tetapi atas dasar kesesuaian dana yang tersedia.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra sudah memiliki kesepakatan
mengenai penyediaan faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam
pembudidayaan tomat. PT Sayuran Siap Saji menyediakan faktor-faktor produksi
yang dibutuhkan oleh para petani tomat mitra. Faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan diantaranya benih tomat dan saprotan lainnya. Dengan demikian,
petani tomat harus dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi tersebut untuk
menghasilkan tomat yang sesuai dengan ketentuan. Adapun tujuan petani menjadi
mitra adalah untuk meningkatkan pendapatan. Harapan petani mengikuti
kemitraan agar pendapatan usahatani dapat meningkat, sehingga sangat cocok
bagi petani untuk menanam tomat. Alasan-alasan petani bermitra menanam tomat
disamping memperoleh peningkatan pendapatan yaitu adanya jaminan pemasaran
produk, mudah pengusahaannya,cocok diusahakan di daerah tinggal petani dan
harga yang sesuai.
PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra juga telah membuat kesepakatan
mengenai jumlah tomat yang harus diserahkan petani kepada PT Sayuran Siap
Saji setiap kali panen. Hal tersebut berarti jumlah tomat hasil panen para petani
yang harus diserahkan kepada PT Sayuran Siap Saji sudah ditentukan dengan
jumlah tertentu atau sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh PT Sayuran
Siap Saji. Hal ini berlaku pula untuk semua jenis komoditas sayuran lainnya yang
dihasilkan oleh para petani mitra. Sebelum adanya kemitraan, petani tomat
mengaku mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil panen dan harga jual yang
sangat berfluktuatif. Hal tersebut dirasakan oleh petani sebagai hambatan yang
berat karena umumnya petani tidak dapat memprediksi pergerakan harga dan
permintaan.
Melalui kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji, para petani tomat
merasakan adanya perubahan karena tomat hasil panen sudah dijamin akan dibeli
oleh PT Sayuran Siap Saji dengan harga yang sudah ditetapkan stabil yaitu Rp
2.000/kg per tahun 2013, sedangkan dari pihak PT Sayuran Siap Saji manfaat
yang diperoleh dariadanya kemitraan ini adalah terjaganya pasokan tomat dan
sayuran jenis lainnyake pasar yang dituju yaitu restoran-restoran oriental yang
memang memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku dari PT Sayuran Siap Saji
secara berkelanjuta, sebelum adanya mitra petani menjual tomat hasil produksinya
dengan harga yang fluktuatif. Oleh karena itu, petani bersedia untuk melakukan
kerjasama kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji karena kerjasama antara PT
Sayuran Siap Saji dengan petani tomat didasarkan pada kepentingan kedua belah
pihak yang diharapkan dapat saling menguntungkan.Hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan kemitraan ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi
pendapatan dan memberikan jaminan pasar yang pasti untuk hasil produksi yang
diusahakan. Bagi perusahaan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar.
Selain itu, diperlukan adanya perbandingan antara petani tomat yang bermitra dan
yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji dengan tujuan untuk
mengetahui manfaat dari kemitraan terhadap pendapatan petani tomat yang
bermitra. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji yaitu:

7

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan antara petani tomat di Desa Sukamanah,
Kecamatan Megamendung, Jawa Barat dengan PT Sayuran Siap Saji?
2. Bagaimana perbandingan pendapatan petani tomat yang bermitra dan yang
tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani tomat dengan PT Sayuran Siap
Saji.
2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani tomat yang bermitra
dan yang tidak bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai
pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi PT Sayuran Siap Saji, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan
dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam
membuat rencana kerja selanjutnya.
2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau
sumber informasi.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal
menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara
sistematis, serta sebagai tugas mata kuliah Metodologi Riset Bisnis.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada petani tomat yang bermitra dengan PT
Sayuran Siap Saji dan petani tomat yang tidak melakukan kerjasama kemitraan
dalamkegiatan usaha pertanian yang dilakukan di Desa Sukamanah Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum) dipercaya merupakan tanaman asli
Benua Amerika. Tomat pada mulanya ditemukan diantara celah – celah batu
pegunungan Peru dan kemudian muncul di Meksiko. Pembudidayaan tomat
pertama kali dilakukan oleh suku Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM dengan
memberi nama tomat dengan julukan xictomatle. Tomat menyebar di benua Eropa
pada awal abad ke 16 dan menyebar di benua Asia pada abad ke 18 dimulai dari
Filipina hingga sampai ke Indonesia. Sampai saat ini belum diketahui pasti kapan
awal mula tomat mulai diusahakan sebagai salah satu usaha di bidang pertanian,
tetapi yang jelas pada tahun 1811 tanaman tomat telah tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, terutama di dataran tinggi ( Tugiono 2007 dan Wiryanta 2002, dalam
skripsi Fikri 2013)
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe
determinate dan indeterminate. Petani tomat membedakan tiga tingkat
kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah
tua. Cara untuk menetukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan
fisio kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut – turut :
grren mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen
dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional).
Tugiyono (2007) mengemukakan bahwa tanaman tomat merupakan
tanaman setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam tanaman
berbunga (Angiospermae). Daun tomat memiliki bentuk celah menyirip tanpa
daun penumpu (stippelae). Jumlah daunnya ganjil, antara 5 – 7 helai. Dilihat dari
bentuk batang, tanaman tomat memiliki batang yang berbentuk segiempat sampai
bulat berwarna hijau dan mempunyai cabang akar. Akar tanaman tomat adalah
akar tunggang dengan akar samping yang menjalar di seluruh permukaan atas.
Bunga tanaman tomat berjenis dua dengan lima buah kelopak berwarna hijau
berbulu dan dua helai daun mahkota berwarna kuning . Hampir semua bagian
tanaman tomat berbulu halus bahkan ada yang tajam, kecuali akar dan
mahkotanya.
Selain dikelompokkan berdasarkan bentuk fisik tanamannya, jenis buah
tomat juga banyak ditentukan berdasarkan bentuk buah dan juga kegunaanya.
Beberapa jenis tomat yang lazim dikenal di masyarakat adalah tomat plum, tomat
beef, tomat ceri, tomat hijau, tomat pear dan tomat anggur. Tomat yang
diproduksi oleh mitra tani PT Sayuran Siap Saji tergolong kedalam jenis tomat
hybrid bentuk fisiknya masuk kedalam tomat plum. Tomat yang ada di mitra tani
PT Sayuran Siap Saji biasa disebut dengan tomat bandung atau tomat tw. Disebut
tomat tw dikarenakan tomat tersebut awal benihnya berasal dari Taiwan, di
kalangan retailer dikenal dengan nama dagang tomat gelar.
Cahyono (2008) mengemukakan bahwa suhu rata – rata yang optimal bagi
pertumbuhan tomat adalah 21 derjat celcius pada siang hari dan 15 derjat celcius
pada malam hari. Suhu tinggi yang diikuti kelembaban yang relatif tinggi dapat
mereduksi hasil karena menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan
kelembaban relatif yang diperlukan dapat mengganggu pembentukan buah.
Wiryanta (2002) mengatakan bahwa kelembaban relatif yang diperlukan untuk

9

pertumbuhan tomat adalah 80 persen. Untuk membudidayakan tanaman tomat
dibutuhkan media tanam (tanah) yang subur, gembur, kaya akan unsur hara
dengan karakter media tanam bertekstur lempung atau lempung berdebu dan
banyak mengandung humus dengan tingkat keasaman media tanam antara 5 – 6.
Tanaman tomat memiliki buah berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih
atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah atau gelap, merah kekuning –
kuningan, atau merah kehitaman. Selain warna tersebut, tomat juga ada yang
berwarna kuning (Wiryanta 2002). Tomat memiliki karakteristik rasa yang
segar,manis agak kemasam – masaman.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa budidaya tomat
merupakan salah satu budidaya yang mudah untuk dilakukan karena untuk
penanamannya sendiri tidak membutuhkan perawatan yang banyak, sehingga
cocok untuk dikembangkan.
Keterkaitan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dimaksdukan untuk mengkaji penelitian – penelitian
yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat
analisis yang sama sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
penelitian dan dapat dijadikan pembelajaran. Penelitian mengenai kemitraan
sudah banyak dilakukan sebelumnya, akan tetapi kajian mengenai pola kemitraan
masih menarik untuk dibahas, karena saat ini persaingan usaha yang semakin
kompetitif dan adanya fluktuasi keadaan ekonomi yang bisa menyebabkan usaha
yang dijalankan menjadi tidak teduga dan berbeda dengan tahun – tahun
sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mia (2009) mengenai keberhasilan
pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan antara petani semangka
di kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri menunjukkan
manfaat yang diperoleh petani melalui kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian
kemitraan yang di jalankan oleh CV. Bimandiri dirumuskan dalam sebuah memo
kesepakatan antar kedua belah pihak yang memuat hak dan kewajibannya masingmasing. Hak petani sebagai mitra adalah petani mendapatkan harga jual sesuai
dengan yang telah disepakati dan juga mendapatkan bimbingan teknis dari pihak
perusahaan. Kewajiban petani adalah petani menanam semangka sesuai dengan
jumlah dan kriteria buah yang diminta perusahaan. Berdasarkan analisis
pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya total petani mitra
lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total petani non mitra.
Pendapatan atas biaya total petani mitra mencapai Rp 5.935.667, sedangkan
pendapatan total petani non mitra adalah Rp 2.430.733. Hal ini disebabkan karena
harga jual semangka petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani
semangka nonmitra. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang
dilakukan oleh petani semangka terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani
dengan perbedaan yang mencolok dengan pendapatan yang diterima petani non
mitra. Hal ini menunjukkan kemitraan tersebut berhasil meningkatkan
kesejahteraan petani semangka.
Adapun Kurnia (2003) mengkaji pelaksanaan pola kemitraan antara
perusahaan agribisnis CV. Mekar Dana Profitindo dengan petani bawang merah

10

Brebes. Menurut hasil penelitian kondisi pelaku kerjasama, kondisi perusahaan
cenderung menunjukkan kekuatan yang terletak pada faktor pemasaran, keuangan
dan sumberdaya manusia. Adapun kelemahan perusahaan terletak pada faktor
produksi serta penelitian dan pengembangan. Sebaliknya kondisi petani
cenderung menunjukkan kekuatan pada faktor modal, produksi dan teknologi
sedangkan kelemahannya terletak pada manajemen dan pemasaran. Kemitraan
antara perusahaan dengan petani yang berlangsung selama ini belum mengalami
hambatan meskipun kemitraan yang terbentuk hanya berdasarkan kesepakatan
lisan saja. Namun begitu jika hal tersebut dibiarkan bukan tidak mungkin
kemitraan yang berbentuk dikemudian hari akan mengalami permasalahan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini,dapat
dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak dapat menjamin petani dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentuyang mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya
terhadap petani. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Saraswati (2002)yang mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap
pendapatan petani mitra antara PT. Bumi Mekar Tani dengan petani kacang tanah
di Kabupaten Subang. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa
pendapatan atas biaya total petani non mitra, sebelum bermitra pendapatan atas
biaya total petani mitra mencapai Rp725.903,11 sedangkan setelah bermitra
menjadi Rp 352.069,93. Angka ini juga sedikit lebih kecil dibandingkan dengan
petani non mitra yaitu Rp 403.711,86. Dilihat dari segi pendapatan petani mitra,
tidak terjadi peningkatan pendapatan yang diterima oleh petani mitra. Pendapatan
petani mitra sebelum mengikuti kemitraan justru lebih besar jika dibandingkan
dengan saat mereka mengikuti kemitraan. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya hal ini, berasaldari dalam kemitraan itu sendiri, yaitu pelunasan
pinjaman petani mitra yang belum terselesaikan.
Deshinta (2006) melakukan penelitian tentang peranan kemitraan terhadap
peningkatan pendapatan peternak broiler di Kabupaten Sukabumi. Hasilnya
menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra 1,06 sedangkan non mitra
1,079 serta uji t terhadap total pendapatan bersih menunjukkan pendapatan tidak
berbeda nyata (tidak signifikan). Kesimpulan hasil penelitian tersebut yaitu
kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.
Penelitian tentang pengaruh kemitraan memberikan hasil yang
beragam.Fitriani (2003) melakukan analisis kemitraan dan efisiensi ekonomi
usaha tenak ayam broiler di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C ratio atas biaya total mitra
1,21 sedangkan mandiri 1,02 sehingga usahatani mitra lebih efisien karena
penerimaan relatif stabil dibanding mandiri yang tergantung harga pasar. Dengan
demikian kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani.
Sejalan dengan itu, Penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2009) mengenai
analisis pengaruh kemitraan dengan judul Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah, penelitian diarahkan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood dengan petani kacang yang berada
di daerah Cianjur juga menunjukkan hasil yang sama. Berdasarkan evaluasi
pelaksanaan masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian,
seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis, menjual
hasil produknya ke perusahan lain dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan

11

perjanjian. Meskipun demikian pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan
manfaat kepada petani yaitu adanya kepastian pasar, kepastian harga,
meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya
kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra
memperoleh pendapatan usaha yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani
non mitra,baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya
total. Hasil imbangan dapat diketahui R/C atas biaya tunai dan total petani mitra
yaitu 2,77 dan 1,47. sedangkan R/C atas biaya tunai dan biaya total 1,92 dan
0,96.dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. Garudafood
dengan petani kacang tanah mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi
petani mitra, sehingga kemitraan dapat diteruskan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan maka dapat
disimpulkan bahwa adanya suatu kemitraan memberikan dampak besar kepada
petani mitra khususnya. Dampak ini terjadi karena adanya berbagai bentuk
bantuan yang diberikan oleh perusahaan seperti dalam hal permodalan, teknis, dan
pemasaran. Namun ternyata tidak semua hasil penelitian menyimpulkan bahwa
adanya kemitraan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani
mitranya, tentu hal ini terkait dengan banyak faktor. Hal inilah menjadi latar
belakang fokus penelitian ini, yaitu mengukur pengaruh kemitraan pada
pendapatan petani mitra pada komoditas tomat.
Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2002) dan Aryati (2009) meneliti
komoditas yang sama, yaitu kacang tanah. Perbedaannya terletak pada lokasi
penelitian dan lembaga yang menjalin kemitraan di masing-masing tempat
penelitian tersebut. Kedua penelitian menganalisis mengenai pendapatan
usahatani petani mitra dan non mitra. Namun penelitian terdahulu belum
menganalisis sejauh mana perbedaan biaya input produksi pada kedua bentuk
lembaga kemitraan tersebut dapat mempengaruhi perolehan tingkat keuntungan
bagi petani. Selain itu, penelitian mengenai kemitraan yang selama ini
berlangsung antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani tomat mitranya juga
belum pernah dilakukan. Penelitian ini berusaha mencari penjelasan tentang
fenomena kemitraan yang terjadi serta menemukan alternatif rekomendasi dari
kebijakan yang bisa diambil guna mengatasi permasalahan kemitraan. Persamaan
penelitian penulis dengan penelitian terdahulu terletak pada analisis pendapatan
usahatani, sedangkan perbedaannya terletak pada komoditas yang dikaji yaitu
tomat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk dapat mengangkat
aspek-aspek yang mungkin pada penelitian sebelumnya belum sempat
dikemukakan.

12

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Kemitraan
Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam UndangUndang Nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi “Kerjasama antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor
44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah
saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling melengkapi. Tujuan
kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha,
serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha
mandiri (Sumardjo et all, 2004).
Maksud dan Tujuan Kemitraan
Berdasarkan pendekatan cultural, kemitraan bertujuan agar mitra
usahadapat mengadopsi nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan
wawasan, prakarsa, kreatifitas, berani mengambil risiko, etos kerja, kemampuan
aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berawawasan ke
depan.Menurut Hafsah (2000), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah :
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat,
2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil,
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional,
5. Memperluas lapangan kerja, dan
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Saling membutuhkan merupakan salah satu azas tumbuhnya kerjasama
antara dua belah pihak yang bermitra. Kerjasama antara perusahaan besar dengan
petani kecil dapat berlangsung baik jika ada imbalan yang saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak.
Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara
petani dengan pengusaha atau lembaga tertentu. Adapun bentuk kemitraan yang
dijalankan oleh PT Sayuran Siap Saji dengan petani adalah Pola Kemitraan Inti
Plasma.
Kendala – kendala dalam Kemitraan
Berbagai kasus kemitraan dalam agribisnis selama ini sering didengarkan
keberhasilan hubungan kemitraan, tetapi sering pula diberitakan banyaknya
kegagalan dari kemitraan tersebut, sehingga banyak hal yang menarik untuk
dikaji. Kegagalan jalinan kemitraan dalam agribisnis disebabkan oleh berbagai
kelemahan dari para pelaku agribisnisnya dan juga dikarenakan lemahnya aturan,
mekanisme dan manajemen dari kemitraan itu sendiri. Menurut Hafsah (2000),

13

beberapa kelemahan yang menjadi hambatan masih ditemukan antara lain sebagai
berikut :
1. Lemahnya posisi petani karena kurangnya kemampuan manajerial,
wawasan,dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi ini mengakibatkan petani
kurang dapat mengelola usahatani secara efisien dan komersial.
2. Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi, dan akses
pasar. Kondisi ini menyebabkan pengelolaan usahatani kurang mandiri
sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak yang lebih kuat.
3. Kurangnya kesadaran pihak perusahaan agribisnis dalam mendukung
permodalan petani yang lemah. Hal ini menyebabkan menjadi kesulitan
mengembangkan produk usahatani sesuai dengan kebutuhan pasar.
4. Informasi tentang pengembangan komoditas belum meluas di kalangan
pengusaha. Keadaan ini menyebabkan kurangnya calon investor yang akan
menanamkan investasinya di bidang agribisnis.
5. Etika bisnis kemitraan yang berprinsip win win solution di kalangan
investoragribisnis di daerah masih belum berkembang sesuai dengan dunia
agribisnis.
6. Komitmen dan kesadaran petani terhadap pengendalian mutu masih kurang
sehingga mengakibatkan mutu komoditas yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Penyebab lain kegagalan kemitraan adalah lemahya aspek manajerial dan
sumberdaya manusia yang mengelola jalinan kemitraan itu, baik di tingkat
perusahaan maupun petani atau yang memadukan kedua belah pihak yang
bermitra. Kegiatan agribisnis yang menerapkan pola kemitraan memerlukan
tenaga manajer dengan tingkat pengelolaan yang memadai tidak untuk aspek
ekonomi dan teknik agribisnis, tetapi juga aspek sosial. Oleh karena itu,
pembenahan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia di bidang
agribisnis dan keterkaitan antar subsistem agribisnis perlu terus dilakukan.
Syarat Membangun Kemitraan Usaha Hortikultura
Secara teoritis maupun empiris di perlukan beberapa syarat dalam
membangun kemitraan usaha hortikultura yang dapat memadukan antara aspek
pertumbuhan dan pemerataan dalam hubungan yang saling membutuhkan,
memperkuat, dan menguntungkan (Daryanto, H dan Saptana (2009). Syarat-syarat
kemitraan tersebut yaitu :
1. Membangun kemitraan harus didasari adanya saling kesetaraan (equality)
sehingga ada posisi tawar yang seimbang baik dalam membangun kesepakatankesepakatan kerja dan kontrak kerjasama usaha.
2. Membangun kemitraan harus ada saling kepercayaan. Menurut Dyer et
al(2002) dalam Daryanto, H dan Saptana (2009) terdapat empat isu mengenai
kepercayaan, yaitu 1) kepercayaan menyangkut risiko dan ketidakpastian,
2)kepercayaan untuk menerima saran dan kritikan, 3) kepercayaan di artikan
pihak lain adalah harapan dan saling ketergantungan, 4) kepercayaan adalah
berbagi nilai. Oleh karena itu kemitraan akan berhasil di tentukan oleh
kepercayaan dan ketaatan terhadap apa yang telah disepakati dalam perjanjian
(kontrak).

14

3. Kemitraan di bangun harus didasarkan keterbukaan, terutama dalam hakhakdan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Contoh hal yang mendasar
bagi perusahaan mitra adalah adanya jaminan bahan baku dengan jumlah,
kualitas dan kontinuitas yang diperlukan dalam setiap periode produksi
sedangkan bagi petani adalah kepastian harga dan jaminan pasar.
4. Dalam membangun kemitraan usaha maka setiap tindakan yang dilakukana
ntar pihak harus dapat di pertanggung jawabkan. Hal ini sering dilakukan
petani ketika harga naik tinggi maka produksi akan di jual ke pasar bebasdan
perusahaan mitra mengambil produk dari petani di luar mitra.
5. Kemitraan dibangun harus melakukan proses sosialiasasi yang matang dan
memerlukan waktu, kesabaran, keterbukaan, kearifan dan ketekunan antar
pihak
6. Kemitraan harus didasari atau dilakukan perencanaan produksi misalnya
melakukan pengaturan produksi berupa kesepakatan jenis tanaman, pola
tanaman, dan skala yang harus di usahakan.
7. Membangun kemitraan diperlukan adanya manajemen mutu dan standar
kualitas.
8. Kemitraan usaha perlu memahami jaringan agribisnis hortikultura, sistem
jaringan agribisnis menyangkut terhadap pola-pola, skala pengusahaan,
usahatani dan pasca panen yang berbeda antara kemitraan usaha besar dengan
kemitraan yang beskala menengah dan kecil.
9. Pentingnya konsolidasi kelembagaan di tingkat petani agar petani tetapberada
pada posisi yang menguntungkan dalam kemitraan.